Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, sejarah, dan dasar hukum dari Corporate Social Responsibility (CSR). CSR didefinisikan sebagai pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial di dalam operasi bisnis mereka."
1. [PENGANTAR BISNIS] Mei 12, 2014
Kelompok3| Penerapan Corporate Social Responsibility 1
STMIK – AMIK JAYANUSA
2. [PENGANTAR BISNIS] Mei 12, 2014
Kelompok3| Penerapan Corporate Social Responsibility 2
KATA PENGANTAR
Penyusun memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
petunjuk-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan karya tulis dengan judul
“Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) .
Didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha
Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis
menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun juga menyadari bahwa karya tulis yang disusun masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, segala masukan, kritik, dan saran yang membangun dari
berbagai pihak, sangat diharapkan penyusun guna memperbaiki karya tulis selanjutnya.
Akhir kata, penyusun berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi seluruh
pihak yang membutuhkan.
Penulis,
Kelompok 3
DAFTAR ISI
3. [PENGANTAR BISNIS] Mei 12, 2014
Kelompok3| Penerapan Corporate Social Responsibility 3
Kata Pengantar ........................................................................................................1
Daftar Isi....................................................................................................................2
Bab I Pendahuluan...................................................................................................3
a. Latar Belakang.........................................................................................................3
b. Rumusan Masalah...................................................................................................3
c. Tujuan.........................................................................................................................3
Bab II Pembahasan.................................................................................................4
a. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)............................................4
b. Sejarah Corporate Social Responsibility (CSR) .................................................6
c. Dasar Hukum Corporate Social Responsibility (CSR).......................................7
d. Alas an Terkait CSR dengan Bisnis .....................................................................8
e. Prinsip-prinsip yang Harus Dipegang Dalam melakukan CSR........................9
f. Membangun Citra Perusahaan Melaliu Program CSR ................................. 9
g. Indicator Keberhasilan CSR..................................................................................13
Bab III Penutup.........................................................................................................14
a. Kesimpulan...............................................................................................................14
b. Saran.........................................................................................................................14
Daftar Pustaka .........................................................................................................15
4. [PENGANTAR BISNIS] Mei 12, 2014
Kelompok3| Penerapan Corporate Social Responsibility 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini kesadaran akan lingkungan sudah meningkat.
Masalah pencemaran sudah banyak menarik minat, mulai lapisan bawah sampai
lapisan atas. Setiap pemerintah daerah mewajibkan pembuatan instalasi
pengolahan limbah kepada pimpinan industri di daerahnya. bahkan sudah ada yang
diajukan kepengadilan karena pelanggaran limbah ini.
Perusahaan-perusahaan barupun banyak yang tumbuh dan berkembang di
sekitar masyarakat. Dan tidak sedikit pula yang merugikan masyarakat sekitar
karena limbah yang dihasilkan tidak diolah atau dibuang sebagaimana mestinya.
Pembangunan yang dilakukan besar-besaran di Indonesia dapat meningkatkan
kemakmuran namun disisi lain hal ini juga dapat membawa dampak negatif terhadap
lingkungan hidup. Dampak yang diakibatkan dari pencemaran lingkungan yang
disinyalir dari buangan proses sebuah industri mengakibatkan rusaknya ekosistem
(pencemaran terhadap ikan dan air) serta mengakibatkan sejumlah penyakit
dimasyarakat sekitar.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka kami tertarik untuk membuat karya
tulis tentang bentuk tanngung jawab perusaan terhadap limbah yang dihasilkan.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)!
2. Sejarah Corporate Social Responsibility (CSR)
3. Dasar hokum Corporate Social Responsibility (CSR)
4. Hubungan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan bisnis
C. Tujuan Makalah
Memahami arti dan tujuan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam berbisnis
5. [PENGANTAR BISNIS] Mei 12, 2014
Kelompok3| Penerapan Corporate Social Responsibility 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibility (CSR) ialah sebuah pendekatan dimana
perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial di dalam operasi bisnis mereka dan
dalam interaksi mereka dengan para stakeholder berdasarkan prinsip kemitraan dan
kesukarelaan (Nuryana, 2005).
Menurut Zadek, Fostator, RapnasCSR adalah bagian yang tidak terpisahkan
dari strategi bersaing jagka panjang yang berorientasi pada avokasi pendampingan
& kebijakan publik.Definisi lain, menurut World Business Council on Sustainable
Development adalah komitmen dari bisnis/perusahaan untuk berperilaku etis dan
berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya
meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan
masyarakat luas.
CSR (Program Corporate Social Reponsibility) merupakan salah satu
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi pasal 74
Undang-undang Perseroan Terbatas (UUPT) yang baru. Undang-undang ini
disyahkan dalam sidang paripurna DPR.
Dalam pasal 74 ayat 1 diatur mengenai kewajiban Tanggungjawab sosial dan
lingkungan bagi perseroan yang menangani bidang atau berkaitan dengan SDA,
ayat 2 mengenai perhitungan biaya dan asas kepatutan serta kewajaran, ayat 3
mengenai sanksi, dan ayat 4 mengenai aturan lanjutan. Kedua, Undang-Undang
No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 15 (b) menyebutkan bahwa
“Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial
perusahaan”.
Namun UU ini baru mampu menjangkau investor asing dan belum mengatur
secara tegas perihal CSR bagi perusahaan nasional. Tentu saja kedua ketentuan
undang-undang tersebut diatas membuat fobia sejumlah kalangan terutama pelaku
usaha swasta lokal. Apalagi munculnya Pasal 74 UU PT yang terdiri dari 4 ayat itu
sempat mengundang polemik. Pro dan kontra terhadap ketentuan tersebut masih
tetap berlanjut sampai sekarang. Kalangan pelaku bisnis yang tergabung dalam
Kadin dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) yang sangat keras menentang
kehadiran dari pasal tersebut.
Dalam prinsip responsibility, penekanan yang signifikan diberikan pada
kepentingan stakeholders perusahaan. Di sini perusahaan diharuskan
memperhatikan kepentingan stakeholders perusahaan, menciptakan nilai tambah
(value added) dari produk dan jasa bagi stakeholders perusahaan, dan memelihara
kesinambungan nilai tambah yang diciptakannya. Sedangkan stakeholders
perusahaan dapat didefinisikan sebagai pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
6. [PENGANTAR BISNIS] Mei 12, 2014
Kelompok3| Penerapan Corporate Social Responsibility 6
eksistensi perusahaan. Termasuk di dalamnya adalah karyawan, konsumen,
pemasok, masyarakat, lingkungan sekitar, dan pemerintah sebagai regulator. CSR
sebagai sebuah gagasan, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab
yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang
direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja. Tapi tanggung jawab
perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines. Di sini bottom lines lainnya
selain finansial juga adalah sosial dan lingkungan. Karena kondisi keuangan saja
tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable).
Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila, perusahaan memperhatikan
dimensi sosial dan lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi
masyarakat sekitar, di berbagai tempat dan waktu muncul ke permukaan terhadap
perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi dan
lingkungan hidupnya
Perusahaan-perusahaan yang memiliki reputasi bagus, umumnya menikmati
enam hal.
1. Hubungan yang baik dengan para pemuka masyarakat.
2. Hubungan positif dengan pemerintah setempat.
3. Resiko krisis yang lebih kecil.
4. Rasa kebanggaan dalam organisasi dan di antara khalayak sasaran.
5. Saling pengertian antara khalayak sasaran, baik internal maupun
eksternal.
6. Meningkatkan kesetiaan para staf perusahaan.
Ada tiga alasan penting mengapa kalangan dunia usaha mesti merespon dan
mengembangkan isu tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi usahanya :
Pertama, perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya
wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. Perusahaan mesti
menyadari bahwa mereka beroperasi dalam suatu tatanan lingkungan masyarakat.
Kegiatan sosial ini berfungsi sebagai kompensasi atau upaya imbal balik atas
penguasaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi oleh perusahaan yang
kadang bersifat ekspansif dan ekploratif, di samping sebagai kompensasi sosial
karena timbulnya ketidaknyamanan (discomfort) pada masyarakat, semua ini
diimplementasikan karena memang ada regulasi, hukum, dan aturan yang memaksa
karena adanya market driven. Kesadaran tentang pentingnya mengimplementasikan
CSR ini menjadi tren seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat
global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan
memperhatikan kaidah-kaidah sosial.
Kedua, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang
bersifat simbiosa mutualisme. Untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat,
setidaknya license to operate, wajar bila perusahaan juga dituntut untuk memberikan
kontibusi positif kepada masyarakat sehingga bisa tercipta harmonisasi hubungan
7. [PENGANTAR BISNIS] Mei 12, 2014
Kelompok3| Penerapan Corporate Social Responsibility 7
bahkan pendongkrakan citra dan performa perusahaan. Implementasikan program
karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam (internal driven).
perusahaan telah menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan lagi sekedar
kegiatan ekonomi untuk menciptakan keuntungan (profit) demi kelangsungan
bisnisnya, melainkan
juga tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Ketiga, kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk
meredam bahkan menghindari konflik sosial. Potensi konflik itu bisa berasal akibat
dampak operasional perusahaan ataupun akibat kesenjangan struktural dan
ekonomis yang timbul antara masyarakat dengan komponen perusahaan, dan
dipraktekkan lebih karena faktor eksternal (external driven). Hampir bisa dipastikan
implementasi adalah sebagai upaya dalam konteks kehumasan (public relation)
merupakan kebijaksanaan bisnis yang hanya bersifat kosmetik.
Jika ditarik pada berbagai pengertian di atas maka CSR merupakan
komitmen perusahaan terhadap kepentingan pada stakeholders dalam arti luas dari
sekedar kepentingan perusahaan belaka. Dengan kata lain, meskipun secara moral
adalah baik bahwa perusahaan maupun penanam modal mengejar keuntungan,
bukan berarti perusahaan ataupun penanam modal dibenarkan mencapai
keuntungan dengan mengorbankan kepentingan-kepentngan pihak lain yang terkait.
B. Sejarah Corporate Social Responsibility (CSR)
Istilah CSR pertama kali menyeruak dalam tulisan Social Responsibility of the
Businessman tahun 1953. Konsep yang digagas Howard Rothmann Browen ini
menjawab keresahan dunia bisnis. Belakangan CSR segera diadopsi, karena bisa
jadi penawar kesan buruk perusahaan yang terlanjur dalam pikiran masyarakat dan
lebih dari itu pengusaha di cap sebagai pemburu uang yang tidak peduli pada
dampak kemiskinan dan kerusakan lingkungan. Kendati sederhana, istilah CSR
amat marketable melalu CSR pengusaha tidak perlu diganggu perasaan bersalah.
Dalam konteks global, istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970-an dan
semakin populer terutama setelah kehadiran buku Cannibals with Forks: The Triple
Bottom Line in 21st Century Business (1998) karya John Elkington.
Mengembangkan tiga komponen penting sustainable development, yakni economic
growth, environmental protection, dan social equity yang digagas the World
Commission on Environment and Development (WCED) dalam Brundtland Report
(1987).
8. [PENGANTAR BISNIS] Mei 12, 2014
Kelompok3| Penerapan Corporate Social Responsibility 8
CSR merupakan tanggung jawab aktivitas sosial kemasyarakatan yang tidak
berorientasi profit.
John Elkington dalam buku ”Triple Bottom Line” dengan 3P tipe yaitu:
Profit Mendukung laba perusahaan
People Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Planet meningkatkan kualitas lingkungan
Pengertian CSR sangat beragam. Intinya, CSR adalah operasi bisnis yang
berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara
finansial, tetapi untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik,
melembaga, dan berkelanjutan. Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan dan
bahkan sering diidentikkan dengan CSR adalah corporate giving, corporate
philanthropy, corporate community relations, dan community development.
Ditinjau dari motivasinya, keempat nama itu bisa dimaknai sebagai dimensi atau
pendekatan CSR. Jika corporate giving bermotif amal atau charity, corporate
philanthropy bermotif kemanusiaan dan corporate community relations bernapaskan
tebar pesona, community development lebih bernuansa pemberdayaan.
Dalam konteks global, istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970-an dan
semakin populer terutama setelah kehadiran buku Cannibals with Forks: The Triple
Bottom Line in 21st Century Business (1998) karya John Elkington.
Mengembangkan tiga komponen penting sustainable development, yakni economic
growth, environmental protection, dan social equity yang digagas the World
Commission on Environment and Development (WCED) dalam Brundtland Report
(1987).
C. Dasar Hukum Corporate Social Responsibility (CSR)
Landasan hukum yang menyangkut CSR terdapat dalam:
UU. 40 tahun 2007 yang berisi peraturan mengenai diwajibkannya melakukan
CSR. Direksi yang bertanggung jawab bila ada permasalahan hukum yang
menyangkut perusahaan & CSR.
Penjelasan pasal 15 huruf b UU Penanaman Modal menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan “tanggung jawab sosial perusahaan” adalah tanggung jawab yang
melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan
hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan
budaya masyarakat setempat.
9. [PENGANTAR BISNIS] Mei 12, 2014
Kelompok3| Penerapan Corporate Social Responsibility 9
Pasal 1 angka 3 UUPT , tangung jawab sosial dan lingkungan adalah
komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang
bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat maupun masyarakat
pada umumnya.
Di Indonesia, CSR semakin menguat setelah dinyatakan dengan tegas
dalam UU Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007, dimana dalam pasal 74 antara
lain diatur bahwa:
a. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan.
b. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud ayat (1)
merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan
sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan
memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
c. yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Dalam Pasal 74 ayat 1 disebutkan bahwa Perseroan (mengacu pada UU
No.40/2007 Pasal 1 ayat 1 bahwa Perseroan diartikan sebagai Perseroan Terbatas)
yang menjalankan usaha di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam
wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan, namun tidak dijelaskan
apakah hal tanggung jawab yang sama juga diwajibkan bagi entitas usaha yang
tidak berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas. Sehingga, hal ini dapat
menimbulkan penafsiran bahwa entitas usaha yang tidak berbentuk Perseroan
Terbatas tidak diwajibkan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan (mengacu pada UU No. 40/2007 Pasal 1 ayat 3 definisi :
“Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk
berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan
kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri,
komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya).”
10. [PENGANTAR BISNIS] Mei 12, 2014
Kelompok3| Penerapan Corporate Social Responsibility 10
D. Alasan Terkait CSR dengan Bisnis
Hasil Survey "The Millenium Poll on CSR" (1999) yang dilakukan oleh
Environics International (Toronto), Conference Board (New York) dan Prince of
Wales Business Leader Forum (London) di antara 25.000 responden dari 23 negara
menunjukkan bahwa dalam membentuk opini tentang perusahaan, 60% mengatakan
bahwa etika bisnis, praktik terhadap karyawan, dampak terhadap lingkungan, yang
merupakan bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) akan paling
berperan. Sedangkan bagi 40% lainnya, citra perusahaan & brand image-lah yang
akan paling memengaruhi kesan mereka. Hanya 1/3 yang mendasari opininya atas
faktor-faktor bisnis fundamental seperti faktor finansial, ukuran perusahaan,strategi
perusahaan, atau manajemen.
Lebih lanjut, sikap konsumen terhadap perusahaan yang dinilai tidak melakukan
CSR adalah ingin "menghukum" (40%) dan 50% tidak akan membeli produk dari
perusahaan yang bersangkutan dan/atau bicara kepada orang lain tentang
kekurangan perusahaan tersebut.
E. Prinsip-Prinsip yang Harus Dipegang dalam Melaksanakan CSR
Prinsip pertama adalah kesinambungan atau sustainability. Ini bukan berarti
perusahaan akan terus-menerus memberikan bantuan kepada masyarakat. Tetapi,
program yang dirancang harus memiliki dampak yang berkelanjutan. CSR berbeda
dengan donasi bencana alam yang bersifat tidak terduga dan tidak dapat di prediksi.
Itu menjadi aktivitas kedermawanan dan bagus.
Prinsip kedua, CSR merupakan program jangka panjang. Perusahaan mesti
menyadari bahwa sebuah bisnis bisa tumbuh karena dukungan atmosfer sosial dari
lingkungan di sekitarnya. Karena itu, CSR yang dilakukan adalah wujud
pemeliharaan relasi yang baik dengan masyarakat. Ia bukanlah aktivitas sesaat
untuk mendongkrak popularitas atau mengejar profit.
Perinsip ketiga, CSR akan berdampak positif kepada masyarakat, baik secara
ekonomi, lingkungan, maupun sosial. Perusahaan yang melakukan CSR mesti
peduli dan mempertimbangkan sampai kedampaknya.
Prinsip keempat, dana yang diambil untuk CSR tidak dimasukkan ke dalam
cost structure perusahaan sebagaimana budjet untuk marketing yang pada akhirnya
akan ditransformasikan ke harga jual produk. “CSR yang benar tidak membebani
konsumen.
11. [PENGANTAR BISNIS] Mei 12, 2014
Kelompok3| Penerapan Corporate Social Responsibility 11
F. Membangun Citra Perusahaan Melaliu Program CSR
CSR dan Citra Korporat
Dalam News Of PERHUMAS (2004) disebutkan, bagi suatu perusahaan,
reputasi dan citra korporat merupakan aset yang paling utama dan tak ternilai
harganya. Oleh karena itu segala upaya, daya dan biaya digunakan untuk
memupuk, merawat serta menumbuhkembangkannya.
Beberapa aspek yang merupakan unsur pembentuk citra & reputasi perusahaan
antara lain:
1. Kemampuan finansial.
2. Mutu produk dan pelayanan.
3. Fokus pada pelanggan.
4. Keunggulan dan kepekaan SDM.
5. Reliability.
6. Inovasi.
7. Tanggung jawab lingkungan.
8. Tanggung jawab sosial.
9. Penegakan Good Corporate Governance (GCG).
Arus globalisasi telah memicu dinamika lingkungan usaha ke arah semakin
liberal, sehingga mendorong setiap entitas bisnis melakukan perubahan pola usaha
melalui penerapan nilai-nilai yang ada dalam prinsip GCG, yakni: fairness,
transparan, akuntabilitas dan responsibilitas, termasuk tanggung jawab terhadap
lingkungan, baik fisik maupun sosial. Berdasarkan pertimbangan nilai dan prinsip
GCG, maka dalam rangka meningkatkan citra dan reputasi dan sebagai upaya untuk
menunjang kesinambungan investasi.
Setiap enterprise memerlukan tiga hal:
1. Adil (fair) kepada seluruh stakeholders (tidak hanya kepada shareholders).
2. Proaktif (juga), berperan sebagai agent of change dalam pemberdayaan
masyarakat di daerah operasi.
3. Efisien, berhati-hati dalam pengeluaran biaya yang sia-sia terutama untuk
penyelesaian masalah yang timbul dengan stakeholders fokus di sekitar
daerah operasi.
Corporate Social Responsibility (CSR) telah diuraikan terdahulu bahwa
sebagai suatu entitas bisnis dalam era pasar bebas yang sangat liberal dan hyper
competitive, perusahaan-perusahaan secara komprehensif dan terpadu melakukan
best practices dalam menjalankan usahanya dengan memperhatikan nilai-nilai bisnis
12. [PENGANTAR BISNIS] Mei 12, 2014
Kelompok3| Penerapan Corporate Social Responsibility 12
GCG, termasuk tanggung jawab terhadap lingkungan, baik fisik (berkaitan dengan
sampah, limbah, polusi dan kelestarian alam) maupun sosial kemasyarakatan.
Tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan diejawantahkan dalam kebijakan
Kesehatan Keselamatan Kerja & Lindungan Lingkungan (K3LL) dan program
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR).
Berdasarkan sifatnya.
Pelaksanaan program CSR dapat dibagi dua, yaitu :
1. Program Pengembangan Masyarakat (Community Development/CD).
2. Program Pengembangan Hubungan/Relasi dengan publik(Relations
Development/RD).
Sasaran dari Program CSR (CD & RD) adalah:
1. Pemberdayaan SDM lokal (pelajar, pemuda dan mahasiswa termasuk
di dalamnya).
2. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat sekitar daerah operasi.
3. Pembangunan fasilitas sosial/umum.
4. Pengembangan kesehatan masyarakat.
5. Sosbud, dan lain-lain.
Seminar “Corporate-Stakeholder Partnership: Toward Productive Relations”
yang diadakan Lead Indonesia bekerjasama dengan Labsosio FISIP UI di Jakarta,
14 Juni 2005 (dalam www.lead.or.id, 2005), menyimpulkan beberapa hal berkaitan
dengan pembentukan citra perusahaan yaitu: perlunya kemitraan, siapa saja
stakeholders, tiga skenario kemitraan, prasyarat kemitraan yang sukses, dan peran
pemerintah dan masyarakat. Pembahasan tersebut menunjukkan bahwa lingkungan
bisnis dan sosial yang berubah menuntut perubahan paradigma dan tindakan.
Dalam hal ini melihat semakin mendesaknya pengembangan kemitraan yang otentik
dan produktif antara perusahaan, pemerintah dan masyarakat untuk mencapai
pembangunan yang adil serta berkelanjutan secara sosial dan lingkungan, berikut
penjelasannya:
Mengapa Perlu Kemitraan
Kemitraan (partnership) antara korporasi dengan stakeholders menjadi suatu
keharusan dalam lingkungan bisnis yang berubah. Pola konvensional ”business as
usual” telah menghasilkan keadaan negatif seperti terdesaknya kepentingan publik
(“enlightened common interests”), kelangkaan barang jasa publik, dan pencemaran
lingkungan. Demikian pula berbagai dinamika sosial yang muncul seperti reformasi,
demokratisasi dan desentralisasi menghasilkan stakeholders dan masyarakat yang
semakin kiritis. Mereka berupaya meningkatkan taraf hidupnya serta memposisikan
13. [PENGANTAR BISNIS] Mei 12, 2014
Kelompok3| Penerapan Corporate Social Responsibility 13
diri sebagai subyek dan mitra yang setara. Dalam hal ini, korporasi perlu
menginternalisasi masalah eksternal perusahaan secara terencana sehingga dapat
mencegah kekagetan dan krisis yang dapat mengancam keberlangsungan kegiatan
dan keberadaan korporasi.
Kemitraan dapat menghasilkan solusi antara argumen yang menekankan
market atau profit (“the business of business is business” yang memprioritaskan
shareholders) dengan argumen moral (atau Corporate Social Responsibility atau
CSR yang memperhatikan stakeholders). Dalam hal ini stakeholders termasuk
lingkungan yang “diam” (“silent” stakeholders atau flora dan fauna ).
Dengan kata lain, kemitraan merupakan suatu investasi—bukan cost—dan dapat
menghasilkan win-win solution atau sinergi yang menghasilkan keadilan bagi
masyarakat dan keamanan berusaha serta keserasian dengan lingkungan.
Manfaat bagi Masyarakat & Keuntungan Bagi perusahaan
CSR akan lebih berdampak positif bagi masyarakat; ini akan sangat tergantung
dari orientasi dan kapasitas lembaga dan organisasi lain, terutama pemerintah. Studi
Bank Dunia (Howard Fox, 2002) menunjukkan, peran pemerintah yang terkait
dengan CSR meliputi pengembangan kebijakan yang menyehatkan pasar,
keikutsertaan sumber daya, dukungan politik bagi pelaku CSR, menciptakan insentif
dan peningkatan kemampuan organisasi. Untuk Indonesia, bisa dibayangkan,
pelaksanaan CSR membutuhkan dukungan pemerintah daerah, kepastian hukum,
dan jaminan ketertiban sosial. Pemerintah dapat mengambil peran penting tanpa
harus melakukan regulasi di tengah situasi hukum dan politik saat ini. Di tengah
persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang dialami Indonesia, pemerintah
harus berperan sebagai koordinator penanganan krisis melalui CSR (Corporate
Social Responsibilty). Pemerintah bisa menetapkan bidang-bidang penanganan
yang menjadi fokus, dengan masukan pihak yang kompeten. Setelah itu, pemerintah
memfasilitasi, mendukung, dan memberi penghargaan pada kalangan bisnis yang
mau terlibat dalam upaya besar ini. Pemerintah juga dapat mengawasi proses
interaksi antara pelaku bisnis dan kelompok-kelompok lain agar terjadi proses
interaksi yang lebih adil dan menghindarkan proses manipulasi atau pengancaman
satu pihak terhadap yang lain.
Contoh perusahaan yg telah menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR)
PT Bank Internasional Indonesia Tbk menyelenggarakan program tanggung
jawab sosial (CSR) bernama ‘BII Berbagi’. Vice President Corporate
CommunicationsBII, Esti Nugraheni menjelaskan, visi dari program ini membantu
masyarakat membangun masa depan yang lebih cerah.
BII Berbagi fokus pada tiga bidang utama, yakni pendidikan ( education),
kegiatan untuk mendukung hidup yang sehat ( promote healthy life), serta
lingkungan dan kemasyarakatan ( environment & community) dengan tetap memiliki
kepekaan terhadap situasi yang terjadi di Tanah Air, seperti jika terjadi bencana
alam.
14. [PENGANTAR BISNIS] Mei 12, 2014
Kelompok3| Penerapan Corporate Social Responsibility 14
Di bidang pendidikan, BII menyadari tidak semua orang memiliki kesempatan
yang sama untuk meraih cita-citanya. Itulah mengapa bank ini fokus di bidang
pendidikan guna membantu mereka yang kurang mampu dalam mencapai masa
depan yang lebih cerah.
Program pendidikan yang dimaksud, di antaranya beasiswa untuk siswa dan
mahasiswa berprestasi dan kurang mampu. Selain itu, juga ada program
pengembangan kompetensi perilaku (softskill).
BII juga, lanjut Esti, aktif mengunjungi sekolah ( school visit). ”Dalam
pelaksanaan program ini akan dilakukan serangkaian kegiatan, seperti pengajaran
pengetahuan umum, ilmu perbankan dasar, dan komputer,” paparnya.
Program CSR lainnya, adalah mendukung pola hidup sehat melalui kegiatan
olahraga, seperti pembentukan spirit dan kultur untuk menjadi juara dan
mewujudkan gaya hidup sehat, serta peduli terhadap peningkatan gizi 5.000 anak di
20 kota di Indonesia yang bekerja sama dengan World Food Programme (WFP).
Peduli lingkungan, seperti penanaman pohon juga menjadi salah satu poin penting
program CSR bank ini.
G. Indikator Keberhasilan CSR
Indikator keberhasilan dapat dilihat dari dua sisi perusahaan dan masyarakat.
Dari sisi perusahaan, citranya harus semakin baik di mata masyarakat. Sementara
itu, dari sisi masyarakat, harus ada peningkatan kualitas hidup. Karenanya, penting
bagi perusahaan melakukan evaluasi untuk mengukur keberhasilan program CSR,
baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Satu hal yang perlu diingat, “Salah satu
ukuran penting keberhasilan CSR adalah jika masyarakat yang dibantu bisa mandiri,
tidak melulu bergantung pada pertolong orang lain.
15. [PENGANTAR BISNIS] Mei 12, 2014
Kelompok3| Penerapan Corporate Social Responsibility 15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
CSR merupakan tanggung jawab sosial dari perusahaan pada dasarnya memiliki
konsep dengan visi yang sama yang untuk pembangunan yang berkelanjutan.
Konsep yang dikembangkan disesuiakan dengan dimensi-dimensi yang ingin
diterapakan oleh perusahaan. berbicara tentang visi keberlanjutan dari CSR, hal ini
berkaitan dengan proses-proses yang menjadi tahapan yang harus dilewati oleh
perusahaan. Mislanya dari segi CSR untuk pemeberdayaan masyarakat penerapan
CSR dimulai dari pengokohan perusahaan untuk mencapai keberhasilan dari segi
finansial, kemudian ekonomi, sehingga dapat berdampak pad sosial dan lingkungan.
Sementara itu, adanya isue-isue yang berkembang dalam penerapan CSR ini juga
menjadi hal yang perlu diantisipasi terlebih jika isue yang dimaksud lebih kepada
pemaksimalan damapak negatif adanya
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
16. [PENGANTAR BISNIS] Mei 12, 2014
Kelompok3| Penerapan Corporate Social Responsibility 16
DAFTAR PUSTAKA
https://ruangdosen.wordpress.com/2009/01/15/peran-pr-dalam-membangun-citra-
perusahaan-melalui-program-csr/
http://www.upnyk.ac.id/main/?mod=berita&nid=354
http://i-makalah.blogspot.com/2013/02/tanggung-jawab-sosial-perusahaan-csr.html
http://romannaart.blogspot.com/2013/05/makalah-csr.html
http://www.usaha-kecil.com/pengertian_csr.html
http://id.shvoong.com/business-management/accounting/2179337-definisi-corporate-
social-responsibility-csr/
http://koran.republika.co.id/koran/123/145312/Menggugat_CSR_Perbankan