1. Kegiatan HSE ( Health Sefety Environment) dan CSR (Corporate Social Responsibility) Perusahaan Pertambangan dan Migas di Indonesia
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah” Teknik Managemen dan Kewirausahaan”
Disusun Oleh: Supriyadi
NPM : 270110130023
Kelas : Geologi-C
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknik Geologi
Universitas Padjadjaran
2014
2. i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
KATA PENGANTAR ii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Rumusan Masalah 2
BAB II. PEMBAHASAN 3
2.1 Definisi CSR 5 2.2 Tahap-Tahap Penerapan CS 5 2.3 2.3 Manfaat CSR 6
2.4 Community Development (CD) danCorporate Social Responsibility 7
2.5 Community Development Di Bidang Pertambangan 9 2.6 HSE 9
2.6.1 Safety 9
2.6.2 Environment 10
BAB III. PENUTUP 11
3.1 Kesimpulan 11
3.2 Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
3. ii
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan limpahan rahmat dan karunia-NYA maka penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kegiatan HSE ( Health Sefety Environment) dan CSR (Corporate Social Responsibility) Perusahaan Pertambangan dan Migas di Indonesia” yang diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Filsafat Ilmu”
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih memiliki kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini.
Penulis berharap semoga Allah memberikan pahala yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah serta dapat penulis berharap semoga Allah memberikan pahala yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal‟Alamiin.
Jatinangor,November 2014
Supriyadi
4. 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dalam konteks pembangunan saat ini, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggungjawab yang berpijak pada aspek keuntungan secara ekonomis semata, yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangan, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya. Perusahaan bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan usahanya, melainkan juga bertanggungjawab terhadap aspek sosial dan lingkungannya. Dasar pemikirannya adalah menggantungkan semata-mata pada kesehatan finansial tidak menjamin perusahaan bisa tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan aspek terkait lainnya, yaitu aspek sosial dan lingkungan (Rudito, Budimanta, Prasetijo: 2004).
Berbagai masalah timbul dalam dunia industri pertambangan seperti kerusakan lingkungan, PETI (Penambangan tanpa izin), komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat atau antara perusahaan dengan masyarakat yang kurang baik, konflik kepemilikan lahan dan lain-lain. Masalah sosial global bidang pertambangan yang terjadi saat ini adalah kemiskinan sebagai akibat dari bagi hasil penerimaan yang tidak seimbang. Masalah lingkungan yang perlu diperhatikan oleh perusahaan yaitu masalah lingkungan hidup seperti bencana alam dan global warming. Masalah-masalah tersebut apabila tidak tertangani dengan baik dapat menjadi bom waktu yang sewaktu-waktu justru dapat merusak eksistensi perusahaan. Di sisi lain dalam era demokrasi saat ini, masyarakat semakin mengerti dan berani menyuarakan asirasinya. Masyarakat menuntut perusahaan agar menjalankan usahanya secara bertanggung jawab dan memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan sekitarnya. Tuntutan tersebut meningkatkan kesadaran dan kepekaan perusahaan sehingga melahirkan konsep tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR) dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan pertumbuhan dan kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang. Sehingga CSR merupakan investasi masa depan perusahaan untuk menciptakan pembangunan berkelanjutan (Sustainability Development).
5. 2
Kemudian selain menjaga hubungan sosial juga dalam pertambangan perlu adanya suatu kegiatan yang tetap mementingkan keamanan, kesehatan. Maka dibentuklah HSE (Health, Safety, Environment), atau di beberapa perusahaan juga disebut EHS, HES, SHE, K3LL (Keselamatan & Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan), dan SSHE (Security, Safety, Health, Environment). Semua itu adalah suatu Departemen atau bagian dari Struktur Organisasi Perusahaan yang mempunyai fungsi pokok terhadap implementasi SistemManajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) mulai dari Perencanaan, Pengorganisasian, Penerapan dan Pengawasan serta Pelaporannya. Sementara, di Perusahaan yang mengeksploitasi Sumber Daya Alam ditambah dengan peran terhadap Lingkungan (Lindungan Lingkungan).
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana Kegiatan-Kegiatan HSE dan CSR?
b. Bagaimana Peran HSE dan CSR dalam kegiatan maksimalisasi Eksplorasi dan Eksploitasi Pertambangan berwawasan lingkungan dan memprioritaskan keaman an dan Keselamatan.
1.3 Tujuan
a. Mengetahui Kegiatan-Kegiatan HSE dan CSR
b. Mengetahui Peran HSE dan CSR dalam kegiatan maksimalisasi Eksplorasi dan Eksploitasi Pertambangan berwawasan lingkungan dan memprioritaskan keaman an dan Keselamatan.
6. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi CSR The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) mendefinisikan CSR “Continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large”. Artinya adalah komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak dengan etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, dibarengi dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas”. Kondisi keuangan yang baik tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan perusahaan akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Peristiwa konflik antara perusahaan dan masyarakat dapat menjadi bukti bagaimana terjadinya instabilitas eksistensi perusahaan karena tidak dapat memberikan perhatian yang seimbang kepada social dan lingkungan. Corporate Social Responsibility (CSR) menggagas bahwa perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja. Tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines. Elkington mengembangkan konsep triple bottom line dalam istilah economic prosperity, environmental quality dan social justice (Wibisono, 2007). 2.2 Tahap-Tahap Penerapan CSR Menurut Wibisono (2007) perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan CSR menggunakan tahapan sebagai berikut : 1. Tahap Perencanaan Perencanaan terdiri atas tiga langkah utama yaitu Awareness Building, CSR Assessement dan CSR Manual Building. 2. Tahap Implementasi Tahap implementasi terdiri atas tiga langkah utama yakni sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi. Sosialisasi diperlukan untuk memperkenalkan berbagai aspek yang terkait dengan implementasi CSR khususnya mengenai pedoman penerapan CSR. Tujuan utama sosialisasi ini adalah program CSR mendapat dukungan penuh dari seluruh komponen perusahaan, sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan lancar. 3. Tahap Evaluasi Setelah program CSR diimplementasikan, langkah berikutnya adalah evaluasi program. Tahap evaluasi adalah tahap yang diperlukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektifitas penerapan CSR. Evaluasi dilakukan untuk pengambilan keputusan. Misalnya keputusan untuk
7. 4
menghentikan, melanjutkan atau memperbaiki dan mengembangkan aspek-aspek tertentu dari program yang telah diimplementasikan. 4. Tahap Pelaporan Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material yang relevan mengenai perusahaan. Jadi selain berfungsi untuk keperluan shareholder juga untuk stakeholder lainnya yang memerlukan. 2.3 Manfaat CSR Perusahaan juga dapat memperoleh manfaat dari aktivitas CSR. 1. Mengurangi resiko terhadap tudingan negative yang ditujukan kepada perusahaan. Perusahaan yang menjalankan tanggung jawab sosialnya secara baik dan konsisten akan mendapatkan dukungan luas dari komunitas yang telah merasakan manfaat dari berbagai aktivitas yang dijalankannya. CSR akan mendongkrak citra perusahaan, yang dalam rentang waktu panjang akan meningkatkan reputasi perusahaan. Apabila terdapat pihak- pihak tertentu yang menuduh perusahaan melakukan perilaku serta praktek- praktek yang tidak pantas, masyarakat akan menunjukkan pembelaannya. Karyawan pun akan berdiri didepan perusahaan, membela perusahaam tempat mereka bekerja. 2. CSR berfungsi sebagai tameng pelindung dalam rangka membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis. Apabila perusahaan melakukan kelalaian atau khilaf, masyarakat dapat memakluminya dan memaafkannya karena kesalahan perusahaan tidak sebanding dengan besarnya perhatian dan manfaat yang diberikan perusahaan kepada masyarakat. 3. Rasa percaya diri yang tinggi dari pegawai. Pegawai merasa bangga bekerja di sebuah perusahaan yang memiliki reputasi yang baik, yang peduli dengan masyarakat, yang konsisten melakukan upaya-upaya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Rasa bangga akan melahirkan percaya diri, dan percaya diri akan menimbulkan loyalitas, dan loyalitas akan memotivasi pegawai untuk bekerja lebih keras demi kemajuan perusahaan. CSR dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas perusahaan. 4. CSR dapat mempererat hubungan antara perusahaan dengan stakeholders- nya. Pelaksanaan CSR secara konsisten yang dilakukan perusahaan akan membuat masyarakat sekitar senang, meningkatnya kinerja pegawai dan produktifitas yang semakin tinggi, sehingga stakeholders tentunya akan merasa senang dan nyaman. Senang karena keuntungan perusahaan semakin meningkatn dan nyaman karena investasi yang ditanamkan berkembang. 5. Riset Roper Search Worldwide mengungkapkan CSR dapat meningkatkan penjualan. Konsumen yang semakin lama semakin sadar akan lingkungan
8. 5
tentunya lebih memilih produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang konsisten menjalankan tanggung jawab sosialnya. 2.4 Community Development (CD) sebagai Alat untuk Menjalankan Corporate Social Responsibility Setidaknya terdapat tiga alasan penting mengapa perusahaan harus melaksanakan CSR, khususnya terkait dengan perusahaan ekstraktif (Wibisono: 2007). Pertama, perusahaan merupakan bagan dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. Perusahaan harus menyadari bahwa mereka beroperasi dalam satu tatanan lingkungan masyarakat. Kegiatan sosial berfungsi sebagai kompensasi atau upaya imbal balik atas penguasaan sumber daya alam atau sumber daya ekonomi oleh perusahaan yang kadang bersifat ekspansif dan eksploratif, disamping sebagai kompensasi sosial karena timbul ketidaknyamanan (discomfort) pada masyarakat. Kedua, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme. Untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat, setidaknya izin untuk melakukan operasi yang sifatnya kultural. Wajar bila perusahaan juga dituntut untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, sehingga bisa tercipta harmonisasi hubungan bahkan pendongkrakan citra dan performa perusahaan. Ketiga, kegiatan CSR merupakan salah satu cara untuk meredam atau bahkan menghindarkan konflik sosial. Potensi konflik itu bisa berasal akibat dari dampak operasional perusahaan atau akibat kesenjangan struktural dan ekonomis yang timbul antara masyarakat dengan komponen perusahaan. Salah satu bentuk pelaksanaan dari program CSR adalah community development (CD). Community development adalah kegiatan pengembangan masyarakat yang dilakukan secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik apabila dibandingkan dengan sebelum adanya kegiatan pembangunan, sehingga masyarakat di tempat tersebut diharapkan menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik (Budimanta 2005). Hakekat dari pengembangan masyarakat adalah serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kemandirian dan kemampuan masyarakat (terutama masyarakat miskin) agar mau dan mampu mengakses berbagai sumberdaya, permodalan, teknologi, dan pasar dengan pendekatan pendampingan, untuk meningkatkan kesejahteraannya (Lubis, dkk, 2006), Menurut Ife (2002), community development bertujuan untuk membangun kembali masyarakat dengan menempatkannya sebagai manusia yang saling berhubungan dan membutuhkan satu sama lain, bukan saling ketergantungan
9. 6
kepada yang lebih besar sehingga lebih tidak manusiawi, memiliki keteraturan menyangkut kesejahteraan, perekonomian yang luas, birokrasi, dan kemampuan untuk memilih, dan sebagainya. Ada enam dimensi penting dari community development, yaitu: (1) Pengembangan sosial; (2) Pengembangan ekonomi; (3) Pengembangan politik; (4) Pengembangan budaya; (5) Pengembangan lingkungan; dan (6) Pengembangan pribadi/keagamaan. Tujuan community development pada industri pertambangan dan migas menurut Budimanta (2005) adalah sebagai berikut: 1. Mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh PEMDA terutama pada tingkat desa dan masyarakat untuk meningkatkan kondisi sosial-ekonomi- budaya yang lebih baik di sekitar wilayah kegiatan perusahaan. 2. Memberikan kesempatan bekerja dan berusaha bagi masyarakat. 3. Membantu pemerintah daerah dalam rangka pengentasan kemiskinan dan pengembangan ekonomi wilayah. 4. Sebagai salah satu strategi untuk mempersiapkan kehidupan komuniti di sekitar lingkar tambang manakala industri telah berakhir beroperasi (life after mining/oil). Budimanta (2005) menyatakan bahwa peserta program community development seyogyanya difokuskan kepada masyarakat lingkar tambang dan diutamakan kepada masyarakat yang terkait dampak langsung dari kegiatan perusahaan. Masyarakat yang terkait dampak langsung dari kegiatan perusahaan pada dasarnya merupakan gabungan komuniti-komuniti lokal yang bisa terdiri dari penduduk asli dan juga pendatang yang menetap di lokasi yang bersangkutan. Menurut Primahendra (2004), berdasarkan aspek peran masyarakat, praktek community development dapat dikelompokkan ke dalam tiga bentuk, yaitu: 1. Development for community, dimana masyarakat menjadi obyek pembangunan karena berbagai inisiatif, perencanaan, dan pelaksanaan kegiatan pembangunan dilaksanakan oleh aktor dari luar. 2. Development with community, dimana terbentuk pola kolaborasi antara actor luar dan masyarakat setempat sehingga keputusan yang diambil merupakan keputusan bersama dan sumberdaya yang dipakai berasal dari kedua belah pihak.
Development of community, dimana proses pembangunan yang baik inisiatif, perencanaan, dan pelaksanaannya dilaksanakan sendiri oleh masyarakat.
10. 7
2.5 Community Development Di Bidang Pertambangan
Community Development (CD) atau Pemberdayaan Masyarakat adalah salah satu kegiatan yang menjadi bagian dari program CSR pada bidang pertambangan. CD terdiri dari Community Relation yaitu pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan informasi kepada stakeholder, yang pada umumnya banyak dilakukan kepada masyarakat setempat dan Pemerintah Daerah, kemudian Community Service yaitu program pemberian bantuan yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat atau kepentingan umum termasuk didalamnya bantuan untuk bencana alam, bantuan prasarana umum termasuk tempat ibadah dan peningkatan kesehatan bagi masyarakat setempat.
Berikutnya adalah community empowering, yaitu sebuah usaha untuk memberdayakan masyarakat sehingga memiliki akses yang baik untuk menunjang kemandiriannya, sebagai contoh program pemberian beasiswa, peningkatan kapasitas usaha masyarakat yang berbasis potensi setempat serta bantuan untuk pengembangan atau penguatan kelompok swadaya masyarakat.
Yang terakhir adalah program konservasi atau pelestarian alam yaitu melakukan penghijauan dengan memberdayakan masyarakat setempat sehingga dapat meningkatan pendapatan para petani atau penggarap. Keseluruhan program kegiatan Community Development harus diusahakan berkesinambungan dengan kriteria keberhasilan yang jelas.
2.6 HSE HSE merupakan singkatan dari Health and Safety Environment (Kesehatan dan Keselamatan Lingkungan Kerja). Bagi sarjana Teknik Lingkungan yang ingin berkecimpung di dunia industri, maka departemen ini merupakan tempat yang paling tepat bagi Anda. Mengapa? Karena umumnya di perusahaan-perusahaan, Departemen HSE memiliki dua core yakni Safety dan Environment, yang keduanya dipelajari di masa perkuliahan Teknik Lingkungan. . 2.6.1 Safety Tujuan utama dari keberadaan bagian Safety adalah untuk memastikan bahwa kegiatan perusahaan dilakukan dengan cara yang aman dan sehat. Oleh karena itu,Safety bertanggung jawab terhadap segala kejadian kecelakaan akibat kerja yang terjadi di perusahaan. Namun, bukan berarti setiap kecelakaan kerja merupakan akibat dari kesalahan yang dilakukan oleh Departemen HSE. Sama sekali bukan. Karena prinsip
11. 8
dasar dari keselamatan kerja tersurat dari slogan ini: Safety is an attitude, a frame of mind. Oleh karena itu, pencegahan kecelakaan kerja merupakan tanggung jawab setiap personel. Safety is everybody’s responsibility Ruang lingkup kerja bagian Safety, di antaranya: 1. Penetapan HSE Policy/Plan milik Perusahaan 2. Penyusunan HSE Manual System milik Perusahaan 3. Penyusunan standar prosedur untuk penggunaan material atau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan 4. Audit keselamatan kerja 5. Menjadi pihak yang paling bertanggung jawab untuk menelusuri motif, asal-usul, dan segala hal yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja 6. Menggalakkan awareness tentang keselamatan kerja terhadap seluruh karyawan perusahaan 2.6.2Environment Jika Safety memiliki fokus penuh terhadap keselamatan kerja, maka Environmentmemiliki fokus terhadap lingkungan, terutama yang berhubungan dengan aktivitas perusahaan. Pengelolaan limbah yang dihasilkan oleh perusahaan agar tidak mencemari lingkungan merupakan tanggung jawab bagian ini. Di beberapa perusahaan maju, bagian Environment ini sudah ditambahkan ruang lingkupnya menjadi Env SD (Environment and Sustainable Development). Perbedaan dari Environment dan Env SD ialah metode pengelolaan limbah yang dilakukan perusahaan. Untuk Environment, pengelolaan limbah biasa menerapkan prinsip end-of- pipe yakni pengelolaan limbah ketika limbah telah terbentuk. Sedangkan Env SD menerapkan prinsip cleaner production (produksi bersih) yakni minimasi kuantitas dan kualitas limbah yang diterapkan pada seluruh proses produksi. Penambahan ruang lingkup ini menjadikan perusahaan mampu melaksanakan continual improvement terus menerus.
12. 9
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perusahaan pertambangan adalah memperoleh keuntungan sebesar- besarnya melalui penambangan dengan cara seefektif dan seefisien mungkin. Guna mengeliminir bebagai permasalan yang mungkin timbul seperti ketidaksetujunya masyarakat setempat terhadap pertambangan, maka dibentuklah corporate social responsibility-nya (CSR) melalui program community development(CD). Hal ini sangat penting untuk meyakinkan masyarakat bahwa kehadiran perusahaan pertambangan yang akan menguasai sumber alam di wilayah itu akan memberi kompensasi pada mereka dalam bentuk program- program yang akan meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi penduduk.
Sedangkan dalam kegiatan pertambangan juga selain akan menghadapi masalah sosial juga dihadapkan masalah keamanan dari kegiatan eksplorasi dan eksploitasi tersebut,maka HSE (Health and Safety Environment) atau Kesehatan dan Keselamatan Lingkungan Kerja.
Oleh karena itu, Peran HSE dan CSR didalam dunia pertambangan baik itu mineral maupun migas sangat penting dalam dalam kegiatan maksimalisasi Eksplorasi dan Eksploitasi Pertambangan berwawasan lingkungan dan memprioritaskan keaman an dan Keselamatan.
3.2 Saran
Perusahaan pertambangan baik itu perusahaan tambang sektor mineral maupun migas perlu memerhatikan eksplorasi dan ekploitasi sumber daya alam dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan agar tidak menimbulkan bahaya alam di sekitar penambangan tersebut. Oleh karena itu perlu adanya peran pemerintah juga dalam membuat mengawasi dan memantau perusahaan tambang tersebut.
13. 10
DAFTAR PUTAKA James, Ife (2006). Community Development: Community Based Alternatifes in on age globalization. Australia, Pearson. Leimona, Beria& Fauzi, Aunul (2008). CSR dan Pelestarian Lingkungan Mengelola Dampak: Positif dan negatif. Jakarta, IBL Mulyadi (2003): Pengelolan Program Corporate Social Responsibility: Pendekatan, Keberpihakan dan Keberlanjutannya. Center for Populaton Studies, UGM Rudito, bambang&, Budimanta, Arif (2003). Metode dan Teknik Pengelolaan Community Development. Jakarta: ICSD Rudito, Bambang& Budimanta, Arif & Prasetijo, Adi (2004). Corporate Social Responsibility: Jawaban Bagi Modal Pembangunan Indonesia Masa Kini. Jakarta, ICSD Solihin, Ismail, (2009). Corporate Social Responsibility; From Charity to Sustainability. Jakarta: Salemba Empat Suharto, Edi (2005). Membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat. Bandung, Refika Aditama. Wibisono, Yusuf (2007). Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Gresik. Fascho Publishing.
http://www.bangazul.com/corporate-social-responsibility-csr-perusahaan-tambang (Diakses Tanggal 2 November 2014)
WWW.Scribd.Com/CSR/HSE.com (Diakses Tanggal 2 November 2014)
www.wikipedia.com/CSR/dan/HSE/Pertambangan.html (Diakses Tanggal 2 November 2014)