1. MAKALAH
Semangat Nasionalis Kaum Intelek Pancasilais
Oleh :
FAHMI FIRDAUS
NIM. 16060484073
PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2016
2. KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahNya.
Sholawat serta salam semoga tetap terlimpah pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini saya telah menyelesaikan makalah dengan judul “Semangat
Nasionalis Kaum Intelek Pancasilais”. Dalam makalah ini akan saya sampaikan
pengertian semangat nasionalisme, sifat kebangsaan, semangat pejuangan pada kaum
intelek pancasilais yang mana dapat mempertahankan, mempersatukan dan memajukan
NKRI .
Kritik dan saran kami harapkan untuk perbaikan makalah saya selanjutnya semoga
makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan khusunya bagi pembaca sekalian.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Surabaya, 27 Februari 2017
Penyusun
1
3. DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................................1
Daftar Isi ........................................................................................................................2
Bab I: PENDAHULUAN
a. Latar Belakang ...........................................................................................3
b. Rumusan Masalah......................................................................................3
Bab II: PEMBAHASAN
A. Semangat Nasionalisme
a. Pengertian Nasionalisme dan Patriotisme..............................................4
b. Nasionalisme Pancasila..........................................................................4
B. Karakteristik Kaum Intelek Pancasilais
a. Pengertian Kaum Intelek Pancasila .......................................................7
b. Karakter Kaum Intelek Pancasilais........................................................8
C. Semangat Nasionalis Bangsa Indonesia
a. Semangat Nasionalis Generasi Muda ....................................................8
b. Proses Perkembangan Semangat Nasionalis Generasi Muda................9
Bab III: PENUTUP
Kesimpulan.....................................................................................................11
Daftar Pustaka..............................................................................................................12
2
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semangat nasionalisme bangsa Indonesia merupakan kekuatan mental spiritual
yang dapat melahirkan sikap perilaku heroik dan patriotik serta menumbuhkan
kekuatan, kesanggupan, dan kemauan yang luar biasa. Semangat nasionalime tersebut
ialah semangat persatuan dan kesatuan yang merupakan syarat utama terbentuknya
Negara Indonesia.
Teori tersebut pada dasarnya terdapat pada setiap batang tubuh dari pedoman
bangsa Indonesia, yaitu pancasila yang berarti lima dasar negara Indonesia. Setiap
sila dari pancasila memiliki makna sifat atau karakter bangsa Indonesia pada
seharusnya.
Ir Soekarno, presiden RI pertama sekaligus tokoh proklamator dan tergolong
pada kaum intelek pancasilais. Soekarno adalah salah satu tokoh yang memiliki
karakter kebangsaan yang tercermin dari pancasila, semangat nasionalisme nya lah
yang telah membawa negara Indonesia pada gerbang kemerdekaan. Dan masih
banyak tokoh intelek pancasilais lainnya yang memiliki semangat nasionalisme dan
sikap bela negara yang tercermin dari pancasila.
Akan tetapi tidak semua bangsa Indonesia dapat menerapkan karakter yang
terdapat dalam pancasila, hanya seseorang yang dapat memaknai isi kandungan
dalam pancasila atau mereka yang disebut kaum berpendidikan/intelek pancasilais.
Maka dari itu perlu adanya pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan pancasila
sejak usia dini, supaya dapat menanamkan karakter yang tercermin dalam pancasila.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari nasionalisme
2. Bagaimana karakteristik kaum intelek pancasilais
3. Mengapa semangat nasionalis perlu ditumbuhkan sejak usia dini
4. Kapan seseorang dapat dikatakan telah memiliki semangat nasionalis
3
5. BAB II
PEMBAHASAN
A. Semangat Nasionalisme
a. Pengertian Nasionalisme dan Patriotisme
Patriotisme adalah kecintaan kepada Bangsa dan Negara Indonesia,
melintasi kecintaan pada suku-suku bangsa. Sedangkan nasionalisme secara
teoritis adalah persatuan secara kelompok dari suatu bangsa yang mempunyai
sejarah, bahasa dan pengalaman bersama. (Blank & Schmidt, 2003). Patriotisme
dan nasionalisme bangsa Indonesia merupakan perwujudan rasa cinta bangsa
Indonesia terhadap negara dan tanah air berdasarkan pancasila. Patriotisme dan
nasionalsme yang dilandasi Pancasila menuntun siswa untuk memiliki sikap
menjunjung tinggi nilai keikhlasan atau semangat pengorbanan, kemanusiaan,
tenggang rasa, dan merasa bahwa bangsa Indonesia merupakan bagian dari
seluruh umat manusia.
Menurut Benedict Anderson: Nation (bangsa) adalah suatu komunitas
politik yang terbatas dan berdaulat yang dibayangkan (immagined communities).
Komunitas ini dikatakan sebagai imagined communities sebab tidak mungkin
seluruh warga dalam suatu komunitas dapat saling mengenal, saling berbicara,
dan saling mendengar. Akan tetapi, mereka memiliki bayangan yang sama
tentang komunitas mereka. Suatu bangsa dapat terbentuk, jika sejumlah warga
dalam suatu komunitas mau menetapkan diri sebagai suatu bangsa yang mereka
angankan atau bayangkan.
Nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan
tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Sebelum lahir
paham nasionalisme, kesetiaan kesetiaan orang tidak ditunjukan kepada negara
kebangsaan, tetapi kepada berbagai bentuk kekuasaan sosial, orhanisasi politik
atau raja feodal, kesatuan ideologi seperti suku atau clan, negara kota, kerajaan
dinasti, gereja atau golongan keagamaan.
b. Nasionalisme Pancasila
Secara nyata dapat dilihat bila berbicara Pancasila sebagai dasar negera,
maka yang terjadi seharusnya adalah bagaimana negara ini berusaha dengan
berbagai upaya untuk menegakkan masyarakat yang berketuhanan, adil dan
4
6. bermoral, mempunyai jiwa ukhuwah (persaudaraan) atau kebersamaan,
demokrasi, dan menciptakan kemakmuran masyarakat sesuai dengan cita-cita
para pendiri bangsa ini. Pertanyaanya sudahkah semua itu terlaksana, atau adakah
usaha penegakan terhadap terlaksananya nilai-nilai Pancasila dengan sebenar-
benarnya. Atau, bahkan sebaliknya banyak kalangan baik itu para pejabat atau
masyarakat secara umum menjadi orang yang “munafik” dan berprilaku tidak
sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa ini, yaitu menjadi manusia yang
mengingkari Pancasila.
Jadi, sudah menjadi suatu keharusan apabila bangunan nasionalisme yang
ditegakkan, baik sekarang maupun ke depan sampai waktu yang tidak terbatas,
adalah tetap berpegang pada nilai-nilai nasionalisme yang telah diperjuangkan
oleh para pendiri bangsa ini. Selanjutnya, perlu dikemukakan bahwa jika
menengok ke belakang, nasionalisme yang digunakan sebagai alat pemersatu
oleh para pendiri bangsa ini adalah nasionalisme yang mentauladani sifat-sifat
Tuhan, cinta akan kedilan, egaliter, dan menghargai hak asasi manusia. Inilah
bentuk perwujudan dari nilai-nilai Pancasila. Sekarang, sebagai kritik apa yang
telah dilakukan oleh masyarakat bangsa ini, perlu dilihat apakah pengamalan
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasilasudah tercapai. Oleh karena itu,
sekedar pengingat tampaknya perlu diulas kembali makna sila-sila yang ada
dalam Pancasila.
Pertama, jika mengkaji makna dari sila “Ketuhanan Yang Maha Esa”, sila
ini menunjukkan bahwa apa yang berlaku di negara ini, baik yang mengenai
kenegaraan, kemasyarakatan maupun perorangan harus sesuai dengan sifat-sifat
Tuhan yang tak terbatas, misalnya Maha Besar, Maha Agung, Maha Pengasih,
Maha Penyayang, Maha Mengetahui, Maha Mendengan, dan sebagainya.17
Azhar Basyir menyebutkan bahwa sila ini merupakan dasar keruhanian, dasar
moral bagi masyarakat Indonesia dalam melaksanakan hidup bernegara dan
bermasyarakat. Misalnya, dalam kehidupan bernegara berarti dalam
penyelenggaraannya wajib menghargai, memperhatikan, dan menghormati
petunjuk-petunjuk Tuhan Yang Maha Esa, dan tidak boleh menyimpangnya.18
Jadi jelas bahwa sila ini dapat menjadi dasar untuk memimpin ke jalan kebenaran,
keadilan, kebaikan, kejujuran, dan persaudaraan sebagaimana sifat-sifat yang
dimiliki Tuhan.
5
7. Kedua, sila “Kemanusia Yang Adil dan Beradab” dapat diartikan bahwa
bagaimana dengan sila ini masyarakat bangsa Indonesia menjadi manusia yang
berpegang pada nilai adil dan berakhlak mulia. Ciri manusia yang adil dan
beradab dapat ditunjukkan dalam perbuatan yang tidak hanya mementingkan
kehidupan jasmaniyah dan lahiriyah saja, melainkan juga kehidupan rokhani.
Demikian pula, yang diutamakan bukan hanya yangmenyangkut kepentingan diri
pribadi, akan tetapi juga kepentingan masyarakat.19 Jelas bahwa sila ini
menunjukkan bahwa para pendiri bangsa ini menginginkan di Indonesia ini tegak
atau dijunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, seperti persamaan, keadilan,
tenggang rasa, mencintai sesama, kesetiakawanan, dan kemanusiaan.
Ketiga, dari sila “Persatuan Indonesia” tampak bahwa para pendiri bangsa
ini sadar bahwa tanpa persatuan dan kesatuan langkah, maka tujuan bersama,
yang pada waktu itu dijadikan alat untuk melepaskan dari dari cengkraman
kolonialisme, tidak akan terwujud. Mereka juga sadar bahwa masyarakat
Indonesia adalah masyarakat yang majemuk dan plural, yaitu masyarakat yang
terdiri dari berbagai pulau, suku, bahasa, agama, dan kepercayaan. Sunatullah
yang dalam hal ini berarti bahwa keberadaan manusia di muka bumi ini adalah
plural, bersuku-suku, dan berbangsa-bangsa yang tidak dapat ditolak
keberadaanya telah disadari oleh mereka. Dengan demikian, agar terwujud
bangsa yang mandiri dan mempunyai harga diri maka harus tercipta ukhuwah
dan persatuan tanpa memandang suku atau keyakinan apa yang dianutnya.
Keempat, dapat dikemukakan bahwa kandungan sila “Kerakyatan Yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan” ini
menunjuk pada keharusan adanya kerakyatan atau demokrasi yang tentunya
memperhatikan dan menghormati nilai ketuhanan dan agama. Kerakyatan atau
demokrasi semacam ini berarti dalam menyelenggarakankehidupan bernegara
harus dilakukan dengan cara bermusyawarah yang secara moral dapat
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.20 Misalnya, dalam agama Islam sendiri
menganjurkan agar selalu bermusyawarah untuk memecahkan apa pun
permasalahannya. Banyak sekali ayat Al-Qur’an yang memerintahkan agar
manusia dalam menjalani kehidupannya harus berlandaskan pada musyawarah,
diantaranya adalah Surat Al-Syura: 38 yang menyebutkan bahwa, “Dan bagi
orang-orang yang mematuhi seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedangkan
urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara mereka.”
6
8. Kelima, sila “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” pada
umumnya dapat diartikan bahwa setiap orang memperoleh apa yang menjadi
haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan kita
bersama. jadi, membangun keadilan sosial berarti menciptakan struktur-struktur
yang memungkinkan terlaksananya keadilan.21 Jelas, bahwa konsekuensi yang
harus dijalankan adalah kepentingan individu dan kepentingan umum harus
dalam suatu keseimbangan yang dinamis, yang harus sesuai dengan keadaan,
waktu, dan perkembangan zaman. Dalam prakteknya, keadilan sosial tercapai
apabila dapat memelihara kepentingan umum negara sebagai negara, kepentingan
umum para warga negara bersama, kepentingan bersama dan kepentingan khusus
dari para warga negara secara perseorangan, suku bangsa, dan setiap golongan
warga Negara.
B. Karakteristik Kaum Intelek Pancasilais
a. Pengertian Kaum Intelek Pancasila
Intelektual atau cendekiawan ialah orang yang menggunakan
kecerdasannya untuk bekerja, belajar, membayangkan, menggagas, atau menyoal
dan menjawab persoalan tentang berbagai gagasan. Kata cendekiawan berasal
dari Chanakya, seorang politikus dalam pemerintahan Chandragupta dari ke
Kaisara Maurya
Secara umum terdapat tiga pengertian modern untuk istilah
“cendekiawan”, yaitu:
1. Mereka yang amat terlibat dalam idea-idea dan buku buku
2. Mereka yang mempunyai keahlian dalam budaya dan seni yang
memberikan mereka kewibawaan itu untuk mendiskusikan perkara-
perkara lain di khalayak ramai .
3. Dari segi Marixisme, mereka yang tergolong dalam kelas dosen, guru,
pengacara, wartawan, dan sebagainya.
Sehinngga dapat kita tarik garis kesimpulan mengenai Kaum Intelek
Pancasila, yang dalam garis besar berarti seseorang yang dapat memahami arti,
makna, dan pendalaman mengenai pancasila secara keseluruhan yang mana dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari baik untuk dirinya sendiri maupun
orang lain serta memberi gagasan-gagasan yang berkaitan dengan pancasila
7
9. b. Karakter Kaum Intelek Pancasilais
Dari konsep sebelumnya dapat disimpulkan beberapa gagasan mengenai
karakter kaum intelek pancasila, secara umum karakter yang dimiliki kaum
intelek pancasila yaitu sikap dan semangat nasionalisme yang mereka miliki.
Dalam semangat nasionalis mencakub beberapa hal, antara lain:
1. Semangat berjuang
2. Rela berkorban
3. Pantang menyerah
4. Rasa tolong menolong terhadap sesama
5. Menghargai perbedaan antara bangsa Indonesia lainnya
6. Menjaga persatuan dan kesatuan Republik Indonesia
7. Menghargai kesetaraan pendapat
8. Menjunjung tinggi nilai keadilan
Berikut adalah beberapa sifat dan karakter kaum intelek pancasilais, akan
tetapi masih banyak karakter maupun sifat yang mampu di teladani bangsa
Indonesia.
C. Semangat Nasionalis Bangsa Indonesia
a. Semangat Nasionalis Generasi Muda
Salah satu permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini
adalah memudarnya semangat nasionalisme dan patriotisme di kalangan generasi
muda. Hal ini disebabkan banyaknya pengaruh budaya asing yang banyak masuk
di negara kita, akibatnya banyak generasi muda yang melupakan budaya sendiri
karena menganggap bahwa budaya asing merupakan budaya yang lebih modern
dibanding budaya bangsa sendiri. Hal ini berakibat nilai-nilai luhur bangsa
banyak diabaikan hampir terjadi disebagian besar generasi muda. Sejak dahulu
dan sekarang ini serta masa yang akan datang peranan pemuda atau generasi
muda sebagai pilar, penggerak dan pengawal jalannya pembangunan nasional
sangat diharapkan. Melalui organisasi dan jaringannya yang luas, pemuda dan
generasi muda dapat memainkan peran yang lebih besar untuk mengawal jalann
pembangunan nasional. Berbagai permasalahan yang timbul akibat rasa
nasionalisme dan kebangsaan yang memudar banyak terjadi belakangan ini,
banyak generasi muda atau pemuda yang mengalami disorientasi, dislokasi dan
terlibat pada suatu kepentingan yang hanya mementingkan diri pribadi atau
8
10. sekelompok tertentu dengan mengatasnamakan rakyat sebagai alasan dalam
kegiatanya.
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan hasil kesepakatan
bapak pendiri bangsa ketika negara Indonesia didirikan, dan hingga sekarang di
era globalisasi, negara Indonesia tetap berpegang teguh kepada pancasila sebagai
dasar negara. Sebagai dasar negara, Pancasila harus menjadi acuan negara dalam
menghadapi berbagai tantangan global dunia yang terus berkembang. Di era
globalisasi ini peran Pancasila tentulah sangat penting untuk tetap menjaga
eksistensi kepribadian bangsa Indonesia, karena dengan adanya globalisasi
batasan batasan diantara negara seakan tak terlihat, sehingga berbagai
kebudayaan asing dapat masuk dengan mudah ke masyarakat. Hal ini dapat
memberikan dampak positif dan negatif bagi bangsa indonesia, jika kita dapat
memfilter dengan baik berbagai hal yang timbul dari dampak globalisasi tentunya
globalisasi itu akan menjadi hal yang positif karena dapat menambah wawasan
dan mempererat hubungan antar bangsa dan negara di dunia, sedangkan hal
negatif dari dampak globalisasi dapat merusak moral bangsa dan eksistensi
kebudayaan Indonesia. Sehubungan hal tersebut, generasi muda sebagai pilar
bangsa diharapkan memiliki jiwa patriotisme dan nasionalisme dengan tetap
bertahan pada nilai-nilai budaya bangsa Indonesia meskipun banyak budaya
asing masuk di negara Indonesia. Dengan berlandaskan Pancasila diharapkan
pengaruh budaya asing bisa disaring sehingga generasi muda bisa menjadi
generasi yang benar-benar cinta pada tanah air Indonesia apapun keadaanya.
b. Proses Perkembangan Semangat Nasionalis Generasi Muda
Akhir-akhir ini mulai banyak dibicarakan atau dipertanyakan tentang
wawasan kebangsaan generasi muda. Banyak momentum dilakukan, mulai dari
seminar, lokakarya sampai kongres Pancasila yang sampai sekarang sudah
dilaksanakan sebanyak 4 kali (I –IV). Semua momentum tersebut selalu
melibatkan generasi muda sebagi subyek pengembang nilai-nilai Pancasila yang
diharapkan dapat memberikan peran dan kontribusinya bukan hanya sekarang
tapi juga yang akan datang menjadi aktor dan pelaku dalam pembangunan
nasional.
9
11. Menurut Rajasa (2007), generasi muda mengembangkan karakter
nasionalisme melalui tiga proses yaitu :
1. Pembangun Karakter (character builder) yaitu generasi muda berperan
membangun karakter positifr bangasa melalui kemauan keras, untuk
menjunjung nilai-nilai moral serta menginternalisasikannya pada
kehidupan nyata.
2. Pemberdaya Karakter (character enabler), generasi muda menjadi role
model dari pengembangan karakter bangsa yang positif, dengan
berinisiatif membangun kesadaran kolektif denhgan kohesivitas tinggi,
misalnya menyerukan penyelesaian konflik.
3. Perekayasa karakter (character engineer) yaitu generasi muda berperan
dan berprestasi dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan, serta terlibat
dalam proses pembelajaran dalam pengembangan karakter positif
banmgsa sesuai dengan perkembangan zaman.
Dari konsep Rajasa tersebut dapat dianalisa bahwa generasi muda sebagai
pilar bangsa memiliki peran yang sangat penting. Masa depan bangsa tergantung
dari para generasi muda dalam bersikap dan bertindak. Menjunjung nilai-nilai
moral yang baik berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan melaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari sangat penting dilakukan. Rasa nasionalisme yang harus
ditumbuhkan di kalangan generasi muda bukan nasionalisme yang sempit, akan
tetapi nasionalisme yang menjunjung tinggi bangsa dan negara sendiri akan tetapi
masih menghargai bangsa lain,
Pancasila berperan besar dalam menumbuhkan rasa nasionalisme dan
patriotism di kalangan generasi muda. Apapun langkah tindakan yang dilakukan
harus selalu didasrakan nilai-nilai Pancasila. Pancasila yang memiliki lima sila
yang antara sila satu yang lain saling menjiwai dan dijiwai dan menunjukan satu
kesatuan yang utuh, memiliki makna yang sangat dalam untuk menjadi landasan
bersikap bertindak dan bertingkah laku. Berbagai tantangan sudah dialamai
bangsa Indonesia untuk menggantikan ideologi Pancasila tidak menggoyahkan
keyakinan kita bahwa Pancasila yang cocok sebagai dasar negara dan sebagai
ideologi sejati di negara Indonesia.
10
12. BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah kita mempelajari bab tersebut, dapat kita peroleh kesimpulan bahwa
semangat nasionalisme ialah sebagai salah satu kriteria karakteristik kaum intelek
pancasilais. Lalu apakah itu semangat nasionalisme ? semangat nasionalisme adalah
semangat yang seharusnya dimiliki oleh semua bangsa Indonesia dan di dalamnya
memili arti rela berkorban, cinta tanah air, menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan,
memiliki impian memajukan negara Republik Indonesia, dan memiliki sifat tidak
pantang menyerah, serta masih ban, dan memiliki sifat tidak pantang menyerah, serta
masih banyak lagi lainnya.
Sehingga dapat dikatakan semangat nasionalisme adalah suatu hal yang sangat
berpengaruh untuk Indonesia, bahkan di saat kemerdekaan atau sampai saat ini.
Semangat nasionalisme pun juga di landasi oleh dasar negara pancasila yang mana
semangat nasionalisme memiliki arti – arti nyata dan landasan teori yang jelas.
Dengan demikian, tidak hanya kaum intelek saja yang mengamalkan semangat
nasionalisme, akan tetapi seluruh bangsa Indonesia di harapkan dapat mempelajari,
memahami makna dari pancasila dan menerapkan kandungan – kandungan di
dalamnya, sehingga dapat membangkitkan semangat nasionalisme pada mereka
masing – masing. Maka dari itu pendidikan karakter, kewarganegaraan, pancasila
perlu diberikan kepada bangsa Indonesia sejak dini, terutama di kalangan pemuda
saat ini.
11
13. Daftar Pustaka
Supriyono, 2014, Membangun Karakter Mahasiswa Berbasis Nilai –Nilai Pancasila
Sebagai Resolusi Konflik, Jakarta: Universitas Negeri Indonesia.
Ana Irhandayaningsi, 2013, Peranan Pancasila dalam Menumbuhkan Kesadaran
Nasionalisme Generasi Muda di Era Global, Yogyakarta: Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Diponegoro
Yefi Faganata, 2012, Membangun Karakter Generasi Muda, Yogyakarta: Jurusan Sistem
Informasi STMIK AMIKOM
Sartono Kartodirdjo, 2003, Multidimensi Pembangunan Bangsa: Etos Nasionalisme dan
Negara Kesatuan, Yogyakarta: Kanisius, hlm. 22-23.
Hans Kohn, 1984, Nasionalisme Arti dan Sejarahnya, Terj. Sumantri Mertodipuro,
Jakarta: Erlangga, hlm. 11.
Sulfikar Amir, “Epistemologi Nasionalisme”, http://kompas.com/kompas-
cetak/0411/03/Bentara/1363295.htm
Miftahuddin, Nasionalisme Indonesia: Nasionalisme Pancasila, Yogyakarta: Jurusan
Pendidikan Sejarah FISE UNY
12