SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirobil alamin, segala puji dan syukur, kita panjatkan atas
karunia Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita
semua. Karena berkat rahmat dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah yang berjudul "Nasionalisme Indonesia"
Saya ucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing mata kuliah
Wawasan kebangsaan, Bapak Drs. Waris Leluhur dan kepada pihak-pihak lain
yang telah membantu menyelesaikan tugas ini secara langsung atau tidak
langsung.
Saya selaku penulis makalah menyadari masih banyak terdapat kesalahan
dalam hal penulisan ataupun dalam hal ketatabahasaan. Oleh karena itu saya
selaku penyusun makalah mengharapkan kritik dan saranya yang bersifat
membangun, dan demi perbaikan tugas untuk yang akan datang. Terima kasih.
Penyusun,
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. 1
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… 2
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………..... 3
1.1 Latar Belakang …………………………………………………..... 3
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………........ 4
1.3 Tujuan Pebahasan …………………………………………………. 4
BAB II. KAJIAN PUSTAKA …………………………………………. 5
2.1 Pengertian Nasionalisme ………………………………………….. 5
2.2 Bentuk Nasionalisme ……………………………………………… 5
2.3 Nasionalisme Indonesia …………………………………………… 7
BAB III. PEMBAHASAN MASALAH ………………………………. 11
3.1 Nasionalisme Indonesia Era Reformasi kaitanya dengan Globalisasi. 11
3.2 Kasus-kasus yang berkaitan dengan Nasionalisme Indonesia …….. 12
BAB IV. PENUTUP ………………………………………………………… 17
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan
kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris "nation") dengan mewujudkan
satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.
Nasionalisme dapat menonjolkan dirinya sebagai sebagian paham negara
atau gerakan (bukan negara) yang populer berdasarkan pendapat warganegara,
etnis, budaya, keagamaan dan ideologi. Kategori tersebut lazimnya berkaitan dan
kebanyakan teori nasionalisme mencampuradukkan sebahagian atau semua
elemen tersebut.
NASIONALISME merupakan suatu bentuk ideologi, demikian pendapat
James G. Kellas (1998: 4). Sebagai suatu ideologi, nasionalisme membangun
kesadaran rakyat sebagai suatu bangsa serta memberi seperangkat sikap dan
program tindakan. Tingkah laku seorang nasionalis didasarkan pada perasaan
menjadi bagian dari suatu komunitas bangsa.
Nasionalisme Indonesia pada awalnya muncul sebagai jawaban atas
kolonialisme. Pengalaman penderitaan bersama sebagai kaum terjajah melahirkan
semangat solidaritas sebagai satu komunitas yang mesti bangkit dan hidup
menjadi bangsa merdeka. Semangat tersebut oleh para pejuang kemerdekaan
dihidupi tidak hanya dalam batas waktu tertentu, tetapi terus-menerus hingga kini
dan masa mendatang.
Pada masa sekarang ini satu hal yang perlu dibenahi oleh bangsa Indonesia
adalah mentalitas warga masyarakatnya. Sikap mental yang kuat dan konsisten
serta mampu mengeksplorasi diri adalah salah satu bentuk konkrit yang
dibutuhkan bangsa Indonesia pada saat ini. Saat ini memang bangsa Indonesia
sedang mengalami massa-masa keterpurukanya dalam dunia intetrnasional. Krisis
multidimensi yang di barengi dengan krisis ekonomi yang berkepanjanganlah
yang menyebabkan kegoncangan dan keterpurukan mental Indonesia.
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang disebut nasionalisme?
2. Apakah arti nasionalisme bagi Indonesia?
3. Bagaimana bentuk nasionalisme Indonesia pada masa sekarang ini?
4. Apakah ada perbedaan bentuk nasionalisme pada awal kemerdekaan dan
pada saat ini?
5. Bagaimana hubungan Indonesia dengan Negara luar kaitanya dengan
nasionalisme?
6. Apa pengaruh konflik-konflik Indonesia dengan Malaysia.?
1.3 Tujuan pembahasan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan nasionalisme dan bagaimana arti
nasionalisme bagi Indonesia
2. Mengetahui bentuk-bentuk nasionalisme
3. Dapat membandingkan perbedaan bentuk nasionalisme dari suatu periode
ke periode yang lain.
4. Mengetahui pengaruh nasionalisme jika di kaitkan dengan konflik antar
bangsa.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan
kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris "nation") dengan mewujudkan
satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.
Para nasionalis menganggap negara adalah berdasarkan beberapa
"kebenaran politik" (political legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu
"identitas budaya", debat liberalisme yang menganggap kebenaran politik adalah
bersumber dari kehendak rakyat, atau gabungan kedua teori itu.
Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat saat pola pikirnya mulai
merosot. Ikatan ini terjadi saat manusia mulai hidup bersama dalam suatu wilayah
tertentu dan tak beranjak dari situ. Saat itu, naluri mempertahankan diri sangat
berperan dan mendorong mereka untuk mempertahankan negerinya, tempatnya
hidup dan menggantungkan diri. Dari sinilah cikal bakal tubuhnya ikatan ini, yang
notabene lemah dan bermutu rendah. Ikatan inipun tampak pula dalam dunia
hewan saat ada ancaman pihak asing yang hendak menyerang atau menaklukkan
suatu negeri. Namun, bila suasanya aman dari serangan musuh dan musuh itu
terusir dari negeri itu, sirnalah kekuatan ini.
Dalam zaman modern ini, nasionalisme merujuk kepada amalan politik
dan ketentaraan yang berlandaskan nasionalisme secara etnik serta keagamaan,
seperti yang dinyatakan di bawah. Para ilmuwan politik biasanya menumpukan
penyelidikan mereka kepada nasionalisme yang ekstrem seperti nasional
sosialisme, pengasingan dan sebagainya.
2.2 Bentuk Nasionalisme
Nasionalisme dapat menonjolkan dirinya sebagai sebagian paham negara
atau gerakan (bukan negara) yang populer berdasarkan pendapat warganegara,
etnis, budaya, keagamaan dan ideologi. Kategori tersebut lazimnya berkaitan dan
kebanyakan teori nasionalisme mencampuradukkan sebahagian atau semua
elemen tersebut.
Nasionalisme kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil) adalah sejenis
nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif
rakyatnya, "kehendak rakyat"; "perwakilan politik". Teori ini mula-mula dibangun
oleh Jean-Jacques Rousseau dan menjadi bahan-bahan tulisan. Antara tulisan yang
5
terkenal adalah buku berjudulk Du Contract Sociale (atau dalam Bahasa Indonesia
"Mengenai Kontrak Sosial").
Nasionalisme etnis adalah sejenis nasionalisme dimana negara
memperoleh kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat.
Dibangun oleh Johann Gottfried von Herder, yang memperkenalkan konsep Volk
(bahasa Jerman untuk "rakyat").
Nasionalisme romantik (Ju8a disebut nasionalisme organik, nasionalisme
identitas) adalah lanjutan dari nasionalisme etnis dimana negara memperoleh
kebenaran politik secara semulajadi ("organik") hasil dari bangsa atau ras;
menurut semangat romantisme. Nasionalisme romantik adalah bergantung kepada
perwujudan budaya etnis yang menepati idealisme romantik; kisah tradisi yang
telah direka untuk konsep nasionalisme romantik. Misalnya "Grimm Bersaudara"
yang dinukilkan oleh Herder merupakan koleksi kisah-kisah yang berkaitan
dengan etnis Jerman.
Nasionalisme Budaya adalah sejenis nasionalisme dimana negara
memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan bukannya "sifat
keturunan" seperti warna kulit, ras dan sebagainya. Contoh yang terbaik ialah
rakyat Tionghoa yang menganggap negara adalah berdasarkan kepada budaya.
Unsur ras telah dibelakangkan di mana golongan Manchu serta ras-ras minoritas
lain masih dianggap sebagai rakyat negara Tiongkok. Kesediaan dinasti Qing
untuk menggunakan adat istiadat Tionghoa membuktikan keutuhan budaya
Tionghoa. Malah banyak rakyat Taiwan menganggap diri mereka nasionalis
Tiongkok sebab persamaan budaya mereka tetapi menolak RRT karena
pemerintahan RRT berpaham komunisme.
Nasionalisme kenegaraan ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan,
selalu digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik adalah kuat
sehingga diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan.
Kejayaan suatu negeri itu selalu kontras dan berkonflik dengan prinsip masyarakat
demokrasi. Penyelenggaraan sebuah 'national state1 adalah suatu argumen yang
ulung, seolah-olah membentuk kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri. Contoh
biasa ialah Nazisme, serta nasionalisme Turki kontemporer, dan dalam bentuk
yang lebih kecil, Franquisme sayap-kanan di Spanyol, serta sikap 'Jacobin1
terhadap unitaris dan golongan pemusat negeri Perancis, seperti juga nasionalisme
masyarakat Belgia, yang secara ganas menentang demi mewujudkan hak
kesetaraan (equal rights) dan lebih otonomi untuk golongan Fleming, dan
nasionalis Basque atau Korsika. Secara sistematis, bila mana nasionalisme
kenegaraan itu kuat, akan wujud tarikan yang berkonflik kepada kesetiaan
masyarakat, dan terhadap wilayah, seperti nasionalisme Turki dan penindasan
6
kejamnya terhadap nasionalisme Kurdi, pembangkangan di antara pemerintahan
pusat yang kuat di Sepanyol dan Perancis dengan nasionalisme Basque, Catalan,
dan Corsica.
Nasionalisme agama ialah sejenis nasionalisme dimana negara
memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama. Walaupun begitu, lazimnya
nasionalisme etnis adalah dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan.
Misalnya, di Irlandia semangat nasionalisme bersumber dari persamaan agama
mereka yaitu Katolik; nasionalisme di India seperti yang diamalkan oleh pengikut
partai BJP bersumber dari agama Hindu.
Namun demikian, bagi kebanyakan kelompok nasionalis agama hanya
merupakan simbol dan bukannya motivasi utama kelompok tersebut. Misalnya
pada abad ke-18, nasionalisme Irlandia dipimpin oleh mereka yang menganut
agama Protestan. Gerakan nasionalis di Irlandia bukannya berjuang untuk
memartabatkan teologi semata-mata. Mereka berjuang untuk menegakkari paham
yang bersangkut paut dengan Irlandia sebagai sebuah negara merdeka
terutamanya budaya Irlandia. Justru itu, nasionalisme kerap dikaitkan dengan
kebebasan.
2.3 Nasionalisme Indonesia
Nasionalisme merupakan suatu bentuk ideologi, demikian pendapat James
G. Kellas (1998: 4). Sebagai suatu ideologi, nasionalisme membangun kesadaran
rakyat sebagai suatu bangsa serta memberi seperangkat sikap dan program
tindakan. Tingkah laku seorang nasionalis didasarkan pada perasaan menjadi
bagian dari suatu komunitas bangsa.
Nasionalisme Indonesia pada awalnya muncul sebagai jawaban atas
kolonialisme. Pengalaman penderitaan bersama sebagai kaum terjajah melahirkan
semangat solidaritas sebagai satu komunitas yang mesti bangkit dan hidup
menjadi bangsa merdeka. Semangat tersebut oleh para pejuang kemerdekaan
dihidupi tidak hanya dalam batas waktu tertentu, tetapi terus-menerus hingga kini
dan masa mendatang.
Kebijakan pendidikan nasional di awal abad XX telah menciptakan inti
dari elite baru Indonesia yang terdiri dari para dokter, guru, dan pegawai sipil
pemerintah. Bersamaan dengan itu, kebencian yang laten terhadap dominasi
kolonial timbul di atas ambang kesadaran nasional. Berdirinya Boedi Oetomo
(1908) menjadi tanda kebangkitan nasionalisme Indonesia yang kemudian diikuti
organisasi-organisasi nasional lainnya.
7
Jiwa nasionalisme kaum elite dari hari ke hari semakin meluas dan
menguat di hati rakyat. Tekanan ekonomi yang teramat berat selama pendudukan
Jepang memperkuat semangat nasionalisme untuk mewujudkan Indonesia
merdeka. Pada kurun waktu 1945-1950, jiwa nasionalisme diperteguh oleh
semangat mempertahankan kemerdekaan, serta persatuan dan kesatuan Indonesia
yang dirongrong oleh perlawanan kedaerahan dari negara-negara boneka bentukan
Belanda.
Kini nasionalisme menghadapi tantangan besar dari pusaran peradaban
baru bernama globalisasi. Nasionalisme sebagai basic drive serta elan vital dari
sebuah bangsa bernama Indonesia sedang diuji fleksibilitasnya, dalam arti
kemampuan untuk berubah sehingga selalu akurat dalam menjawab tantangan
zaman. Fleksibilitas tidaklah mengurangi jiwa nasionalisme, justru sebaliknya,
fleksibilitas menunjukkan begitu dalamnya nasionalisme mengakar sehingga
dalam waktu bersamaan dia tetap hidup dan terus-menerus bermetamorfosis.
Pusaran ekonomi global menendang nasionalisme jauh ke pinggiran.
Nasionalisme menjadi tidak relevan lagi. Di masa lalu modal terkait erat dengan
rakyat. Dia memiliki tanggung jawab sosial untuk menghidupi seluruh anggota
komunitas (bangsa). Namun kini, privatisasi terus-menerus menyeret modal
menjauh dari dimensi sosial atau komunitasnya. Demi keuntungan yang sebesar-
besarnya modal dengan cepat berlari (capital flight) ke (negara) mana pun yang
disukainya.
Apakah negara hancur lebur karena krisis ekonomi atau rakyat mati
kelaparan, tidak lagi dipandang sebagai tanggung jawab para pemilik modal.
Banyaknya perusahaan yang melarikan modalnya ke negara lain pada saat krisis
ekonomi di pertengahan 1997 dan tahun-tahun sesudahnya memberi gambaran
konkret atas persoalan tersebut. Kenyataan demikian memunculkan persoalan,
apakah nasionalisme masih relevan dalam pusaran ekonomi global saat ini, sebab
modal fmansial melepaskan diri dari keterikatannya dengan nation-state, sehingga
bangsa sebagai komunitas solidaritas menjadi Utopia.
Globalisasi sebagai proses de-teritorialisasi tidak hanya menimbulkan
persoalan di bidang ekonomi, tetapi juga kebudayaan. Kebudayaan kerap
dikaitkan dengan teritori tertentu. Ruang membentuk identitas budaya. Ini berarti
nasionalisme Indonesia pun dibangun oleh kebudayaan Indonesia yang berada
dalam batas-batas geografis tertentu. Itu pemahaman kebudayaan di masa lalu.
Globalisasi sebagai proses de-teritorialisasi telah mengubah semua itu.
Kebudayaan tidak lagi terkungkung dalam teritori tertentu. Kini tidak sedikit
anak-anak muda Kota Kembang yang lebih terampil break dance daripada
8
jaipongan; atau lebih mahir bermain band, daripada menabuh gamelan. Kita juga
bisa menyaksikan orang barat yang menjadi dalang dan piawai memetik kecapi.
Kita bisa menyaksikan ibu-ibu yang setia berkebaya serta bapak-bapak yang
bersarung atau berpeci, pada waktu bersamaan begitu menikmati fast food
bermerek global. Kebudayaan telah melepaskan diri dari keterikatannya pada
nation-state. Kenyataan ini menghadapkan nasionalisme dengan persoalan,
manakah kebudayaan yang akan menjadi media berurat-akarnya nasionalisme?
Bersamaan dengan proses de-teritorialisasi dan mengglobalnya
kebudayaan terjadi gerak sebaliknya berupa pencarian identitas lokal yang
semakin intensif.
Proses mengglobal dan melokal janganlah dipandang sebagai penyakit
atau kelainan dalam budaya masyarakat tetapi mesti diterima sebagai keutamaan
hidup manusia; semakin mengglobal semakin rindu akan identitas lokalnya. Gerak
paradoks tersebut tampak jelas dalam bangkit dan menguatnya gerakan-gerakan
etnis serta agama. Nation-state menghadapi ancaman dari berbagai gerakan
partikular sehingga memicu domestic conflicts yang dapat membawa pada
runtuhnya nation-state seperti yang dialami oleh bekas negara Uni Soviet. Pada
titik ini nasionalisme pun dipertanyakan eksistensi dan relevansinya.
Globalisasi bidang politik mendatangkan persoalan serupa atas
nasionalisme. Globalisasi telah mereduksi pentingnya lingkup politik dari nation-
state yang merupakan basis bagi pembangunan sosial-politik. Peran nation-state
menjadi subordinat karena diambilalih oleh lembaga-lembaga ekonomi
transnasional. Jika eksistensi nation-state terpinggirkan, halnya sama dengan
nasionalisme, nasionalisme menjadi ideologi yang kedaluarsa.
Dari perspektif ekonomi, budaya, dan politik global tampak bahwa
nasionalisme menghadapi tantangan yang sangat besar di tengah pusaran
globalisasi saat ini. Apakah ini berarti nation-state tidak relevan lagi, yang berarti
tidak relevan pula membicarakan nasionalisme? Fakta menunjukkan bahwa
hingga saat ini kewarganegaraan modern dengan berbagai hak sosial, politik, dan
sipilnya tidaklah melampaui batas-batas nasional. Meski kini berkembang
berbagai komunitas transnasional, Uni Eropa misalnya, namun seseorang yang
hendak menjadi anggota terlebih dahulu mesti memperoleh kewarganegaraan dari
salah satu negara anggotanya. hii berarti di tengah arus globalisasi, peran nation-
state serta nasionalisme tetap relevan dan signifikan.
Pertanyaan yang segera muncul, nasionalisme yang mana? Jika
ditempatkan dalam ketegangan lokal-global, nasionalisme merupakan pencarian
identitas lokal (nasional) di tengah pusaran globalisasi.
9
Nasionalisme sebagai identitas bukanlah "kata benda" yang bentuk dan
wujudnya sudah jadi dan final. Nasionalisme merupakan "kata kerja", artinya dia
adalah suatu projek yang mesti terus-menerus dikerjakan, dibangun, serta diberi
dasar dan makna baru pada setiap kesempatan. Proses kerjanya dijalani lewat
public critical rational discourse yang melibatkan seluruh bagian anak negeri
sebagai yang sederajat tanpa mengecualikan siapapun.
Di tengah pusaran globalisasi, nasionalisme Indonesia bukan lagi
memanggul senjata atau bambu runcing dengan semangat "merdeka atau mati".
Nasionalisme Indonesia bukanlah patriotisme gaya Hitler atau Mussolini, juga
melampaui semboyan termashur dari Perdana Menteri Britania Raya, Disraeli,
"benar atau salah, negeriku selalu benar". Nasionalisme demikian oleh
Mangunwijaya dimaknai sebagai nasionalisme pasca-Indonesia.
Arah nasionalisme pasca-Indonesia, menurut Mangunwijaya, akan
berkembang dengan mengambil sumber dari semangat dasar nasionalisme
generasi 1928; suatu nasionalisme yang berpedoman "right or wrong is right or
wrong" bukan "right or wrong is my country". Hakikat nasionalisme Generasi
1928 merupakan perjuangan dan pembelaan kawanan manusia yang terbelenggu
penjajahan, tertindas, miskin kemerdekaan dan hak menentukan diri sendiri.
Nasionalisme pasca-Indonesia seperti juga nasionalisme 1928 diarahkan
untuk memperjuangkan hidup manusia yang termarginalisasi, teralienasi serta tak
berdaya menghadapi penguasa ekonomi, politik, budaya yang lalim dan
sewenang-wenang.
Bedanya, nasionalisme generasi 1928 ditujukan ke arah lawan asing dari
luar, sedangkan bagi nasionalisme pasca-Indonesia yang hidup dalam pusaran
globalisasi, batas-batas geopolitis semakin kabur. Perjuangan kemanusiaan,
keadilan, dan kesejahteraan dari nasionalisme pasca-Indonesia tidak hanya
diarahkan ke pihak-pihak asing tetapi juga ke dalam negeri sendiri, bahkan diri
sendiri. Nasionalisme pasca-Indonesia merupakan perjuangan untuk meniadakan
segala bentuk eksploitasi manusia (juga lingkungan hidup beserta semua
penghuninya) oleh siapa pun, dari manapun dan dalam bentuk apa pun.
Nasionalisme pasca-Indonesia tidak menghabiskan "hidupnya" untuk
memaksakan memilih salah satu pro atau kontra globalisasi. Bagi nasionalisme
pasca-Indonesia, globalisasi merupakan proses sejarah yang tak terelakan
(unevitable). Kita tidak mungkin lari apalagi menolak serta menghentikan proses
globalisasi. Nasionalisme pasca-Indonesia lebih concern dengan persoalan yang
lebih mendasar, yaitu bagaimana "mengawal" globalisasi supaya semakin
manusiawi.
10
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
3.1 Nasionalisme Indonesia Era Reformasi kaitanya dengan Globalisasi.
Pada masa sekarang ini satu hal yang perlu dibenahi oleh bangsa Indonesia
adalah mentalitas warga masyarakatnya. Sikap mental yang kuat dan konsisten
serta mampu mengeksplorasi diri adalah salah satu bentuk konkrit yang
dibutuhkan bangsa Indonesia pada saat ini. Saat ini memang bangsa Indonesia
sedang mengalami massa-masa keterpurukanya dalam dunia intetrnasional. Krisis
multidimensi yang di barengi dengan krisis ekonomi yang berkepanjanganlah
yang menyebabkan kegoncangan dan keterpurukan mental Indonesia.
Bangsa Indonesia yang pada masa dahulu terkenal dengan kebudayaan
yang begitu eksklusif dan memukau serta penduduk yang ramah-tamah di dukung
juga oleh kondisi geografis yang sangat strategis dan dikaruniai tanah yang subur,
sekarang justru berubah 180 drajat. Hal ini tidak lepas dari mentalitas warga
pendukung yang sangat lemah. Tak ada lagi terlukiskan semangat-semangat
nasionalisme dalam diri Indonesia. Mereka seakan lupa akan perjuangan para
pahlawan-pahlawan bangsa yang telah mengorbankan tidak hanya harta bendanya
tetapi mereka juga mengorbankan nyawa dan keluarga mereka. Sungguh besar
jasa mereka, sungguh tinggi jiwa nasionalisme mereka, dan sungguh jauh jika
dibandingkan dengan bangsa Indonesia pada masa sekarang ini. Tidak ada lagi
jiwa nasionalis yang dapat ditunjukan kita, kita seakan malah menganggap remeh
mereka para pejuang yang telah berjasa kepada kita. Hal ini dapat kita buktikan
bahwa pemerintah tetrkesan kurang memperhatikan nasib para veteran.
Kita seakan tenggelam, dalam gemerlapnya harta. Globalisasi dan
kapitalisme mengubah mentalitas kita menjadi sangat jauh dengan mental
nasional kita. Banyak diantara kita yang rela menjual tanah airnya, hanya karena
sedikit kemewahan dari negeri orang. Mereka justru membangga-banggakan
negeri orang lain disbanding negerinya sendiri. Sebagai contoh yang dapat
menunjukan hal seperti ini adalah penduduk Indonesia pada saat ini justru lebih
senang menggunakan produk luar dari pada memakai produk buatan sendiri.
Memang produk luar secara kualitas lebih menjalin, bangsa Indonesia belum
mampu bersaing untuk menciptakan suatu tekhnologi yang canggih untuk
menciptakan produk yang berkualitas. Tapi sikap masyarakat yang lebih
mencintai produk luar sangatlah tidak dibenarkan. Mereka tidak memikirkan
dampak negatifhya.
11
Dampak negatifhya antara lain adalah bangsa Indonesia jistru akan lebih
tertinggal dengan Negara lain, sebab warga negaranya yang diharapkan dapat
mendukung perkembangan tekhnologi di Indonesia malah justru meninggalkanya
dan lari kepada Negara lain yang lebih maju. Dalam hal ini bangsa Indonesia
terkesan egois, dan secara kasar warganya dapat dikatakan sebagai penghianat
bangsa.
3.2 Kasus-kasus yang berkaitan dengan Nasionalisme Indonesia
A. Kasus Sipadan dan Ligitan
Sipadan ligitan merupakan salah satu pulau Indonesia yang masuk
dalam zona rawan intervensi. Walaupun pulau ini bukanlah pulau yang luas,
sipadan ligitan, kerapkali menimbulkan intervensi dan pengklaiman sepeihak
terhadap kepemilikian pulau tersebut. Hal ini dikatenakan masih sangat
lemahnya sistem hukum, dan pertahanan dan keamanan Negara.
Pada kekade 2000 lalu, sipadan ligitan kembali mengundang polomik
terhadap Negara lain. Kali ini adalah negeri jiran malaisia yang mengklaim,
atas kepemilikan dua pulau tersebut. Merekan mengeluarkan sebuah
pernyataan yang sangat menyakitkan bangsa Indonesia. Kepemilikan Indonesia
atas sipadan ligitan tidak diakui malahan merekan mengakui bahwa merekalah
yang berhak atas kepemilikan sipadan dan ligitan.
Hal ini mengundang reaksi keras dari pihak Indonesia maupun pihak
luar. Berbagai bentuk protes dan upaya telah di lancarkan sebagai upaya
Indonesia mempertahankan hak dan kedaulatanya. Namun upaya-upaya
tersebut harus terhenti ketika PBB menyatakan kepemilikan sipadan dan ligitan
sebagai bagian dari wilayah Malaysia.
B. Kasus Pulau Ambalat
Tak beda juga dengan ambalat, sebuah pulau yang masuk dalam zona
kritis intervensi. Kali ini juga Indonesia dan Malaysia kini menghadapi
persoalan wilayah Ambalat akibat pemberian konsesi untuk ekplorasi minyak
oleh perusahaan minyak Malaysia (Petronas) pada 16 Februari 2005 kepada
perusahaan Shell asal Inggris/Belanda di Laut Sulawesi yang berada di sebelah
timur Pulau Kalimantan. Indonesia menyebut wilayah yang diklaim Malaysia
itu blok Ambalat dan blok East Ambalat. Di blok Ambalat, Indonesia telah
memberikan konsesi kepada ENI (Italia) pada tahun 1999 dan sekarang dalam
tahap eksplorasi. Sedangkan blok East Ambalat diberikan kepada Unocal (AS)
pada tahun 2004.
12
Untuk blok East Ambalat, kontrak baru ditandangani 13 Desember
2004. Namun kontrak ini menjadi bermasalah ketika Malaysia mengklaim
masalah tersebut sebagai wilayahnya dan menolak klaim Indonesia. Malaysia
mengklaim Ambalat wilayahnya dengan pertimbangan berada dalam teritorial
Malaysia sebagai implikasi lepasnya Sipadan-Ligitan yang tentu berdampak
kepada luas batas perairannya. Parahnya, kedua negara belum menuntaskan
garis batas teritorial laut.
Perdana menteri Abdullah Ahmad Badawi dengan tegas mengklaim
wilayah East Ambalat adalah wilayahnya, sebaliknya dan patut diherankah
adalah pernyataan Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono yang tidak
menganggap sikap Malaysia tersebut sebagai ancaman. Pernyataan tersebut
tentu mempunyai banyak interpretasi.
Sebagai salah satu bentuk sikap politik yang bersahabat dan etis
mungkin hal itu dapat dibenarkan, namun dalam kondisi keterpurukan
Indonesia seperti sekarang, ketegasan sangat diperlukan untuk mengatakan
sikap Malaysia tersebut dapat menjadi ancaman bagi Indonesia. Belajar dari
pengalaman Sipadan-Ligitan, sikap Indonesia yang kurang tegas dan .tanggap
menghasilkan lepasnya kedna pulau tersebut dari pangkuan Indonesia. Tentu
Indonesia tidak rela Ambalat jatuh ke tangan Malaysia, karena bukan tidak
mungkin akan menyusul penguasaan wilayah Indonesia oleh negara tetangga
terhadap pulau-pulau kecil dan wilayah perairannya yang diperkirakan
mencapai 92 buah pulau kecil perbatasan. Jika Ambalat lepas dari Indonesia,
hal itu semakin membuktikan kedaulatan negara terancam dan harga diri serta
martabat bangsa rendah di mata dunia.
C. Kegagalan Pemerintah
Kasus Ambalat muncul seiring dengan lepasnya Sipadan-Ligitan lewat
Mahkamah Internasional tahun 2002. Kasus ini sebagai bukti kegagalan
pemerintah dalam memberikan perhatian yang serius terhadap pulau-pulau
kecil perbatasan dan wilayah perairan di dalamnya. Berdasarkan daftar
koordinat geografis titik-titik garis pangkal kepulauan Indonesia telah
diundangkan pada peraturan Nomor 38 tahun 2002 terdapat 183 titik dasar
(TD) dan lebih dari 50 persen TD berada di pulau-pulau kecil atau berjumlah
sekitar 92 pulau kecil. Dari 92 Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPKT) terdapat
sekitar 88 pulau yang berbatasan langsung dengan negara tetangga.
Berdasarkan data DKP, 21 pulau berbatasan dengan Malaysia, 25 dengan
Australia, 12 dengan Filipina, 11 dengan India, 7 dengan Palau, 5 dengan
Timor Leste, 4 dengan Singapura, 2 dengan Vietnam dan 1 dengan Papua New
13
Guinue. Sebanyak 50 persen berpenduduk dengan luas wilayah 0,02-200 km2,
sisanya belum berpenduduk.
Pulau-pulau tersebut mempunyai nilai strategis bagi eksistensi dan
kedaulatan bangsa Indonesia sekaligus juga merupakan sumber baru
perturnbuhan ekonomi bangsa. Terdapat tiga fungsi penting PPKT tersebut.
Pertama, sebagai fungsi pertahanan dan keamanan. PPKT memiliki peran
penting keluar masuknya orang dan barang. Praktik-praktik penyelundupan
senjata, barang-barang illegal, obat-obatan terlarang, pemasukan uang
dolar palsu, perdagangan wanita, pembajakan, pencurian hasil laut dan
menjadi lalu lintas kapai-kapal asing.
Contoh Pulau Miangas dan Palmas, yang sampai kini masih
dipersoalkan Filipina. Kedua, sebagai fungsi ekonomi. Sangat jelas PPKT ini
memiliki peluang dikembangkan sebagai wilayah potensial jndustri
berbasiskan sumberdaya seperti industri perikanan, pariwisata bahari, industri
olahan dan industri-industri lainnya. Ketiga ; sebagai fungsi ekologi. Ekosistem
pesisir dan laut PPKT dapat berfungsi sebagai pengatur iklim global, siklus
hirologi dan biokimia, sumber energi alternatif, sumber plasma nutfah dan
sistem penunjang lainnya. Kasus Ambalat mem-buktikan batas wilayah
Indonesia-Malaysia belum diatur. Juga batas wilayah dengan negara lainpun
belum diatur oleh Indonesia dan negara bersangkutan. Penataan batas wilayah
penting segera dilakukan karena menyangkut wilayah pengelolaan sumber
daya laut sekaligus mempertahankan wilayah NKRI.
Dari rezim hukum laut yang ada, terdapat beberapa rezim yang belum
diatur antara lain pertama, zona tambahan (contingues zone). Zona ini
merupakan zona pelindung atau sea belt. Indonesia memiliki kewenangan
dalam kegiatan imigrasi, kemaritiman dan bea cukai. Wilayah ini diukur 24 mil
dari garis pantai terluar atau 12 mil dari sisi terluar laut teritorial. Sampai saat
ini Indonesia belum meng"undang"kan zona tambahan.
Kedua, wilayah laut lepas. Wilayah perairan ini berada di luar Zona
Ekonomi Ekslusif (ZEE). Penataan zona ini akan berdampak kepada pemberian
izin bagi nelayan negara lain untuk beroperasi di perairan Indonesia. Sampai
saat ini Indonesia belum pernah melapor dan memberitahu batas wilayah laut
lepas ini. Ketiga, wilayah landas kontinen (continental shelf). Wilayah ini
merupakan dasar laut yang ada di sisi luar garis pangkal atau mengarah ke luar
garis pangkal kepulauan. Di wilayah ini Indonesia dapat melakukan penelitian,
ekplorasi ikan dan aktivitas lainnya. Sampai saat ini Indonesia belum
melakukan pengakuan di mana batas landas kontinentalnya.
14
Kasus Ambalat tentu hams diselesaikan secara damai. Pengerahan
angkatan perang AL telah menunjukkan keseriusan Indonesia dalam menjaga
wilayahnya. Setidaknya terdapat beberapa langkah lain yang dipandang perlu
dilakukan.
Pertama, diplomas! langsung antarpemerintah, kalau perlu antarkepala
negara tanpa hams merasa rendah diri. Hal ini penting segera dilakukan karena
peluang Malaysia mendapatkan Ambalat terbuka lebar, belajar dari skema
penyelesaian Sipadan-Ligitan. Diplomasi dilakukan dengan tetap
menggunakan landasan internasional. Langkah pertama ini harus dengan tegas
dan kalau perlu Indonesia harus ngotot mempertahankannya.
Kedua, pemberdayaan Pulau-Pulau Kecil Perbatasan. Tugas ini menjadi
kewajiban Departemen Kelautan dan Perikanan. Sampai saat ini pemberdayaan
PPKT belum optimal dan masih banyak yang berupa profil pulau-pulau kecil.
Ketiga, pengawasan dan pengamanan kawasan laut terpadu. Pengerahan satuan
keamanan laut harus dilakukan secara terpadu dengan sistem yang terkoordinir
secara terpusat. Dengan keterbatasan kapal pengaman diperlukan strategi yang
efektif. Penempatan kapal-kapal TNI AL di laut perbatasan dan koordinasi
antarpihak dapat menjadi solusi untuk efektifitas pengamanan laut Indonesia.
D. Kasus pemukulan wasit karate dimalaisis
Kasus pemukulan wasit karate Donald Pieters Leuthers K pada saat
pertandingan sea games di Malaysia mengundang banyak polomik.
Pengeroyokan yang dilakokan oleh oknum-oknum polisi Malaysia terhadap
Donald mengundang kemarahan dan kecaman-kecaman Negara lain terhadap
Malaysia.
Salah satunya adalah Indonesia yang mengaku tidakm terima atas
perlakuan Malaysia tersebut. Menurut Indonesia sikap Malaysia sangat brutal
dan arogan. Apalagi yang melakukan pengeroyokan tersebut adalah oknum-
oknum polisi. Hal ini tentunya menggambarkan betapa buruknya mentalitas
masyarakat Malaysia. Begitu bobroknya norma-norma mereka hingga oknum
polisi yang seharusnya memberikan pelayanan malah menjadi teroris massa.
Pernyataan Indonesia juga keluar dari SBY yang mengutarakan
keprihatinanya terhadap insiden tersebut.
E. Kasus Tari Reog di Ponorogo
Tidak hanya pulau-pulau saja yang diklaim kepemilikanya atas
Malaysia tetapi dewasa ini juga mengarah pada sasaran baru, yaitu kesenian
15
tari reog asal ponorogo, jawa timur. Malaysia mengklaim bahwa tari reog asal
ponorogo yang dalam bangsa Malaysia menyebutnya barongan di akui sebagai
kebudayaan asli Malaysia.
Menurut saya sebagai penulis makalah ini, sungguh amat sangatlah
bodoh dan konyol, tindakan negeri jiran tersebut. Kalo boleh diibaratkan
mereka bagaikan anak kecil yang mencuri di tengah kota. Mereka tidak
mempunyai dasar apa-apa yang kuat yang dapat membuktikan kepemilikan
atas kebudayaan reog ponorogo.
Peri bahasa mengatakan "Katak berjalan, tak dapat belang Tertutup
Ranting Pohon". Malaysia yang malu akan perbuatanya itu menutupinya
dengan permintaan maaf kepada Malaysia namun dalam hati mereka masih
mencari-cari celah untuk dapat melompat dan mencuri makanan.
Mungkin juga saya berpendapat jika Malaysia memang Negara
terbelakang. Ekonomi mereka saja yang maju, tapi mental mereka sama-sekali
tak berkembang, dan tak dapat menciptakan inovesi-inovesi baru dan kemudian
mencuri milik tetangga.
Bukti yang menyatakan pernyataan saya tersebut, adalah kasus yang
baru-baru ini terjadi dan melibatkan artis-artis Indonesia dengan Timnas sepek
bola Malaysia. Dalam pertandingan sepek bola artis kemarin Malaysia vs
Indonesia, lagi-lagi ,negeri jiran itu melakukan tindakan konyolnya dengan
memainkan pemain-pemain Tomnasnya untuk melawan tim sepek bola artis
Indonesia. Sangat-amat tidak sportif! Itu yang mungkin bisa dikatakan untuk
menanggapi hal tersebut. Apalagi mengingat, permainan keras Malaysia.
Memang Indonesia kalah 1-3 atas timnas Malaysia. Namun setidanya
Indonesia menang telak atas sportifitas Indonesia. Apalagi Indonesia mampu
menjebol keperawanan penjaga gawang inti dari Malaysia.
Dari kasus-kasus tersebut dapat menjadi pelajaran bagi kita, tentang
pentingnya semangat nasionalisme, cinta tanah air dan patriotisme. Kita
tentunya berharap tidak akan lagi terjadi kasus-kasus yang merugikan
Indonesia. Hal ini dapat kita siasati dengan peningkatari semua aspek
kehidupan dan kenegaraan.
16
BAB IV
PENUTUP
Nasionalisme adalah paham yang menciptakan dan mempertahankan
kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama
untuk sekelompok manusia.
Nasionalisme merupakan rasa cinta terhadap tanah air dan gambaran
semangat juang bangsa dalarn mempertahankan hak-hak bangsanya sebagai
bangsa yang berdaulat.
Bentuk-bentuk dari gambaran jiwa nasionalis yang dapat digambarkan
pada era yang sekarang ini diantaranya dengan keteladanan, keuletan dan
semangat juang yang tinggi, yang diperlihatkan dalam proses belajar mengajar
oleh guru dan siswa yang mana mereka berjuang untuk masa depan bangsa yang
lebih baik. Juga diwujudkan dalam bentuk kebudayaan dan seni yang mana
mereka selalu berusaha dan berjuang untuk mempertahankan melestarikan dan
membudayakan kebudayaan derah mereka.
Gambaran tersebut terlihat dari kasus-kasus yang melibatkan Indonesia
dengan Negara tetangga, dimana Indonesia dengan segala komponen yang ada
didalamnya berjuang mempertahankan hak-haknya yang akan dirampas Negara
lain.
Tentunya bagi kita generasi penerus dapat mengambil pelajaran dari
kasus-kasus tersebut demi menegakan kebenaran dan keadilan.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Nasionalisme
http://kafeilmu.co.cc/tema/contoh-contoh-kasus-nasionalisme-indonesia.html
http://nasional.kompas.eom/read/2010/12/23/l551111/Nasionalisme.Indonesia.
Mencapai.Puncak-4
http://www.jevuska.com/topic/contoh+kasus+nasionalisme+indonesia.html
http://chaosregion.wordpress.com/2007/12/07/dari-rasa-savange-reog-ponorogo-
angklung-batik-sampai-baju-minang/
http://mukhtar-api.blogspot.com/2009/06/kasus-ambalat.html
18

More Related Content

What's hot

Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
Nia Khusnul Chotimah
 
Pancasila di era reformasi
Pancasila di era reformasiPancasila di era reformasi
Pancasila di era reformasi
Fathur Rohman
 
Pancasila Sebagai Dasar Negara ppt
Pancasila Sebagai Dasar Negara pptPancasila Sebagai Dasar Negara ppt
Pancasila Sebagai Dasar Negara ppt
Aisyah Turidho
 
Makalah hubungan antar lembaga negara
Makalah hubungan antar lembaga negaraMakalah hubungan antar lembaga negara
Makalah hubungan antar lembaga negara
Fenti Anita Sari
 
30 Definisi Manajemen Menurut Para Ahli
30 Definisi Manajemen Menurut Para Ahli30 Definisi Manajemen Menurut Para Ahli
30 Definisi Manajemen Menurut Para Ahli
Christian Lokas
 
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
ARY SETIADI
 
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan TinggiPendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
Ahmad Dahlan University
 
BAB 9 BAGAIMANA URGENSI DAN TANTANGAN KETAHANAN NASIONAL DAN BELA NEGARA BAGI...
BAB 9 BAGAIMANA URGENSI DAN TANTANGAN KETAHANAN NASIONAL DAN BELA NEGARA BAGI...BAB 9 BAGAIMANA URGENSI DAN TANTANGAN KETAHANAN NASIONAL DAN BELA NEGARA BAGI...
BAB 9 BAGAIMANA URGENSI DAN TANTANGAN KETAHANAN NASIONAL DAN BELA NEGARA BAGI...
RESISKOM21MFATHURRAH
 
Implementasi Nilai Nilai Pancasila Dalam Bidang Politik
Implementasi Nilai Nilai Pancasila Dalam Bidang PolitikImplementasi Nilai Nilai Pancasila Dalam Bidang Politik
Implementasi Nilai Nilai Pancasila Dalam Bidang Politik
PuspitaMelati
 
Hubungan ilmu politik dengan ilmu sosial lainya
Hubungan ilmu politik dengan ilmu sosial lainyaHubungan ilmu politik dengan ilmu sosial lainya
Hubungan ilmu politik dengan ilmu sosial lainya
Rifai Ahmad
 

What's hot (20)

Makalah demokrasi di indonesia
Makalah demokrasi di indonesiaMakalah demokrasi di indonesia
Makalah demokrasi di indonesia
 
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
 
Pancasila di era reformasi
Pancasila di era reformasiPancasila di era reformasi
Pancasila di era reformasi
 
Pancasila Sebagai Dasar Negara ppt
Pancasila Sebagai Dasar Negara pptPancasila Sebagai Dasar Negara ppt
Pancasila Sebagai Dasar Negara ppt
 
Ppt Demokrasi Indonesia
Ppt Demokrasi IndonesiaPpt Demokrasi Indonesia
Ppt Demokrasi Indonesia
 
1. identitas nasional
1. identitas nasional1. identitas nasional
1. identitas nasional
 
Ppt pendidikan kewarganegaraan / BAB II BAGAIMANA ESENSI DAN URGENSI IDENTIT...
Ppt pendidikan kewarganegaraan / BAB II  BAGAIMANA ESENSI DAN URGENSI IDENTIT...Ppt pendidikan kewarganegaraan / BAB II  BAGAIMANA ESENSI DAN URGENSI IDENTIT...
Ppt pendidikan kewarganegaraan / BAB II BAGAIMANA ESENSI DAN URGENSI IDENTIT...
 
Makalah hubungan antar lembaga negara
Makalah hubungan antar lembaga negaraMakalah hubungan antar lembaga negara
Makalah hubungan antar lembaga negara
 
Kel.4 pancasila sebagai ideologi bangsa 222
Kel.4 pancasila sebagai ideologi bangsa 222Kel.4 pancasila sebagai ideologi bangsa 222
Kel.4 pancasila sebagai ideologi bangsa 222
 
Tugas resensi jurnal rahmat
Tugas resensi jurnal rahmatTugas resensi jurnal rahmat
Tugas resensi jurnal rahmat
 
Negara dan Konstitusi
Negara dan KonstitusiNegara dan Konstitusi
Negara dan Konstitusi
 
30 Definisi Manajemen Menurut Para Ahli
30 Definisi Manajemen Menurut Para Ahli30 Definisi Manajemen Menurut Para Ahli
30 Definisi Manajemen Menurut Para Ahli
 
Wawasan Kebangsaan
Wawasan KebangsaanWawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan
 
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
 
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan TinggiPendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
 
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
 
BAB 9 BAGAIMANA URGENSI DAN TANTANGAN KETAHANAN NASIONAL DAN BELA NEGARA BAGI...
BAB 9 BAGAIMANA URGENSI DAN TANTANGAN KETAHANAN NASIONAL DAN BELA NEGARA BAGI...BAB 9 BAGAIMANA URGENSI DAN TANTANGAN KETAHANAN NASIONAL DAN BELA NEGARA BAGI...
BAB 9 BAGAIMANA URGENSI DAN TANTANGAN KETAHANAN NASIONAL DAN BELA NEGARA BAGI...
 
Hubungan agama dan negara
Hubungan agama dan negaraHubungan agama dan negara
Hubungan agama dan negara
 
Implementasi Nilai Nilai Pancasila Dalam Bidang Politik
Implementasi Nilai Nilai Pancasila Dalam Bidang PolitikImplementasi Nilai Nilai Pancasila Dalam Bidang Politik
Implementasi Nilai Nilai Pancasila Dalam Bidang Politik
 
Hubungan ilmu politik dengan ilmu sosial lainya
Hubungan ilmu politik dengan ilmu sosial lainyaHubungan ilmu politik dengan ilmu sosial lainya
Hubungan ilmu politik dengan ilmu sosial lainya
 

Viewers also liked

wawasan kebangsaan dalam kerangka NKRI
wawasan kebangsaan dalam kerangka NKRIwawasan kebangsaan dalam kerangka NKRI
wawasan kebangsaan dalam kerangka NKRI
Deni Wahyu
 
Wawasan kebangsaan simple
Wawasan kebangsaan simpleWawasan kebangsaan simple
Wawasan kebangsaan simple
Ery Arifullah
 
wawasan kebangsaan - diklat prajabatan 2012
wawasan kebangsaan - diklat prajabatan 2012wawasan kebangsaan - diklat prajabatan 2012
wawasan kebangsaan - diklat prajabatan 2012
Gabriel Nazarrio
 
4 Pilar kebangsaan
4 Pilar kebangsaan4 Pilar kebangsaan
4 Pilar kebangsaan
Syaiful Anam
 
Musni Umar: Generasi Muda dan Peningkatan Wawasan Kebangsaan
Musni Umar: Generasi Muda dan Peningkatan Wawasan KebangsaanMusni Umar: Generasi Muda dan Peningkatan Wawasan Kebangsaan
Musni Umar: Generasi Muda dan Peningkatan Wawasan Kebangsaan
musniumar
 
Itinerary for jakarta tour
Itinerary for jakarta tourItinerary for jakarta tour
Itinerary for jakarta tour
rollaamalia
 
Wawasan Kebangsaan Kita Tidak Boleh Hanyut dalam Perubahan Dunia, Tanpa Wawas...
Wawasan Kebangsaan Kita Tidak Boleh Hanyut dalam Perubahan Dunia, Tanpa Wawas...Wawasan Kebangsaan Kita Tidak Boleh Hanyut dalam Perubahan Dunia, Tanpa Wawas...
Wawasan Kebangsaan Kita Tidak Boleh Hanyut dalam Perubahan Dunia, Tanpa Wawas...
lunch lunch
 
Wawasan nusantara dan ketahanan nasional
Wawasan nusantara dan ketahanan nasionalWawasan nusantara dan ketahanan nasional
Wawasan nusantara dan ketahanan nasional
Norhadi Nya Fitri
 
Makalah Nuzulul Qur'an
Makalah Nuzulul Qur'anMakalah Nuzulul Qur'an
Makalah Nuzulul Qur'an
UIN Alaluddin Makassar
 

Viewers also liked (20)

wawasan kebangsaan dalam kerangka NKRI
wawasan kebangsaan dalam kerangka NKRIwawasan kebangsaan dalam kerangka NKRI
wawasan kebangsaan dalam kerangka NKRI
 
Wawasan Kebangsaan
Wawasan KebangsaanWawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan
 
Wawasan kebangsaan dlm nkri
Wawasan kebangsaan dlm nkriWawasan kebangsaan dlm nkri
Wawasan kebangsaan dlm nkri
 
Wawasan kebangsaan simple
Wawasan kebangsaan simpleWawasan kebangsaan simple
Wawasan kebangsaan simple
 
Makalah multikulturalisme
Makalah multikulturalismeMakalah multikulturalisme
Makalah multikulturalisme
 
wawasan kebangsaan - diklat prajabatan 2012
wawasan kebangsaan - diklat prajabatan 2012wawasan kebangsaan - diklat prajabatan 2012
wawasan kebangsaan - diklat prajabatan 2012
 
Bahan materi wawasan kebangsaan 2015
Bahan materi wawasan kebangsaan 2015Bahan materi wawasan kebangsaan 2015
Bahan materi wawasan kebangsaan 2015
 
4 Pilar kebangsaan
4 Pilar kebangsaan4 Pilar kebangsaan
4 Pilar kebangsaan
 
pancasila, uud, dan wawasan kebangsaan
pancasila, uud, dan wawasan kebangsaanpancasila, uud, dan wawasan kebangsaan
pancasila, uud, dan wawasan kebangsaan
 
Cover + kata pengantar
Cover + kata pengantarCover + kata pengantar
Cover + kata pengantar
 
Makalah multikultural
Makalah multikulturalMakalah multikultural
Makalah multikultural
 
Musni Umar: Generasi Muda dan Peningkatan Wawasan Kebangsaan
Musni Umar: Generasi Muda dan Peningkatan Wawasan KebangsaanMusni Umar: Generasi Muda dan Peningkatan Wawasan Kebangsaan
Musni Umar: Generasi Muda dan Peningkatan Wawasan Kebangsaan
 
Itinerary for jakarta tour
Itinerary for jakarta tourItinerary for jakarta tour
Itinerary for jakarta tour
 
Wawasan Kebangsaan Kita Tidak Boleh Hanyut dalam Perubahan Dunia, Tanpa Wawas...
Wawasan Kebangsaan Kita Tidak Boleh Hanyut dalam Perubahan Dunia, Tanpa Wawas...Wawasan Kebangsaan Kita Tidak Boleh Hanyut dalam Perubahan Dunia, Tanpa Wawas...
Wawasan Kebangsaan Kita Tidak Boleh Hanyut dalam Perubahan Dunia, Tanpa Wawas...
 
Pancasila sebagai pemersatu bangsa
Pancasila sebagai pemersatu bangsaPancasila sebagai pemersatu bangsa
Pancasila sebagai pemersatu bangsa
 
Cara Pandang Lokal dalam Konteks Wawasan Kebangsaan dan Nasionalisme Indonesia
Cara Pandang Lokal dalam Konteks Wawasan Kebangsaan dan Nasionalisme IndonesiaCara Pandang Lokal dalam Konteks Wawasan Kebangsaan dan Nasionalisme Indonesia
Cara Pandang Lokal dalam Konteks Wawasan Kebangsaan dan Nasionalisme Indonesia
 
Wawasan nusantara dan ketahanan nasional
Wawasan nusantara dan ketahanan nasionalWawasan nusantara dan ketahanan nasional
Wawasan nusantara dan ketahanan nasional
 
PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA
PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSAPANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA
PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA
 
Makalah Nuzulul Qur'an
Makalah Nuzulul Qur'anMakalah Nuzulul Qur'an
Makalah Nuzulul Qur'an
 
Tugas_Pendidikan_Pancasila_Semangat_Nasionalis_Kaum_Intelek_Pancasilais_Fahmi...
Tugas_Pendidikan_Pancasila_Semangat_Nasionalis_Kaum_Intelek_Pancasilais_Fahmi...Tugas_Pendidikan_Pancasila_Semangat_Nasionalis_Kaum_Intelek_Pancasilais_Fahmi...
Tugas_Pendidikan_Pancasila_Semangat_Nasionalis_Kaum_Intelek_Pancasilais_Fahmi...
 

Similar to Makalah wawasan-kebangsaan

KELAS 11 (KEBANGKITAN HEROISME DAN KESADARAN KEBANGSAAN).docx
KELAS 11 (KEBANGKITAN HEROISME DAN KESADARAN KEBANGSAAN).docxKELAS 11 (KEBANGKITAN HEROISME DAN KESADARAN KEBANGSAAN).docx
KELAS 11 (KEBANGKITAN HEROISME DAN KESADARAN KEBANGSAAN).docx
devvypertiwi
 
Character Building Nasionalisme
Character Building NasionalismeCharacter Building Nasionalisme
Character Building Nasionalisme
Isaka Yoga
 
Paham-Paham Baru
Paham-Paham BaruPaham-Paham Baru
Paham-Paham Baru
leohggi
 
Makalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalisme
Makalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalismeMakalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalisme
Makalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalisme
KhairulAnwarGenaliwe
 

Similar to Makalah wawasan-kebangsaan (20)

3304118 makalah
3304118 makalah3304118 makalah
3304118 makalah
 
KELAS 11 (KEBANGKITAN HEROISME DAN KESADARAN KEBANGSAAN).docx
KELAS 11 (KEBANGKITAN HEROISME DAN KESADARAN KEBANGSAAN).docxKELAS 11 (KEBANGKITAN HEROISME DAN KESADARAN KEBANGSAAN).docx
KELAS 11 (KEBANGKITAN HEROISME DAN KESADARAN KEBANGSAAN).docx
 
Nasionalisme di era globalisasi
Nasionalisme di era globalisasiNasionalisme di era globalisasi
Nasionalisme di era globalisasi
 
nasionalisme, ideologi, model-model tannas konstitusi dan budaya politik
nasionalisme, ideologi, model-model tannas konstitusi dan budaya politiknasionalisme, ideologi, model-model tannas konstitusi dan budaya politik
nasionalisme, ideologi, model-model tannas konstitusi dan budaya politik
 
Character Building Nasionalisme
Character Building NasionalismeCharacter Building Nasionalisme
Character Building Nasionalisme
 
Makalah Nasionalisme
Makalah NasionalismeMakalah Nasionalisme
Makalah Nasionalisme
 
Nasionalisme.pptx
Nasionalisme.pptxNasionalisme.pptx
Nasionalisme.pptx
 
Nasionalisme kita
Nasionalisme kitaNasionalisme kita
Nasionalisme kita
 
Bahan perkuliahan ke 8
Bahan perkuliahan ke 8Bahan perkuliahan ke 8
Bahan perkuliahan ke 8
 
Paham-Paham Baru
Paham-Paham BaruPaham-Paham Baru
Paham-Paham Baru
 
Krisis nasionalisme
Krisis nasionalismeKrisis nasionalisme
Krisis nasionalisme
 
Pertumbuhan dan perkembangan pergerakan nasional indonesia
Pertumbuhan dan perkembangan pergerakan nasional indonesiaPertumbuhan dan perkembangan pergerakan nasional indonesia
Pertumbuhan dan perkembangan pergerakan nasional indonesia
 
Seputar Nasionalisme
Seputar NasionalismeSeputar Nasionalisme
Seputar Nasionalisme
 
Perkembangan Nasionalisme di Dunia
Perkembangan Nasionalisme di DuniaPerkembangan Nasionalisme di Dunia
Perkembangan Nasionalisme di Dunia
 
Makalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalisme
Makalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalismeMakalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalisme
Makalah pendidikan kewarganegaraan peran pemuda dalam mengembangkan nasionalisme
 
wasbang latsar.pptx
wasbang latsar.pptxwasbang latsar.pptx
wasbang latsar.pptx
 
11984379.ppt
11984379.ppt11984379.ppt
11984379.ppt
 
Nasionalisme
NasionalismeNasionalisme
Nasionalisme
 
Tugas ideologi
Tugas ideologiTugas ideologi
Tugas ideologi
 
Sejarah Nasionalisme
Sejarah NasionalismeSejarah Nasionalisme
Sejarah Nasionalisme
 

More from PPG di Universitas Negeri Malang

More from PPG di Universitas Negeri Malang (20)

Prinsip transaksi mato di rumah makan padang
Prinsip transaksi mato di rumah makan padangPrinsip transaksi mato di rumah makan padang
Prinsip transaksi mato di rumah makan padang
 
Permintaan, penawaran, elastisitas, dan harga
Permintaan, penawaran, elastisitas, dan hargaPermintaan, penawaran, elastisitas, dan harga
Permintaan, penawaran, elastisitas, dan harga
 
Pajak
PajakPajak
Pajak
 
Lampiran 40
Lampiran 40Lampiran 40
Lampiran 40
 
Lampiran 37
Lampiran 37Lampiran 37
Lampiran 37
 
Lampiran 39
Lampiran 39Lampiran 39
Lampiran 39
 
Lampiran 36
Lampiran 36Lampiran 36
Lampiran 36
 
Lampiran 38
Lampiran 38Lampiran 38
Lampiran 38
 
Lampiran 18
Lampiran 18Lampiran 18
Lampiran 18
 
Lampiran 31
Lampiran 31Lampiran 31
Lampiran 31
 
Lampiran 19
Lampiran 19Lampiran 19
Lampiran 19
 
Lampiran 17
Lampiran 17Lampiran 17
Lampiran 17
 
Lampiran 14 16
Lampiran 14 16Lampiran 14 16
Lampiran 14 16
 
Lampiran 11 20
Lampiran 11 20Lampiran 11 20
Lampiran 11 20
 
Lampiran 9 10
Lampiran 9 10Lampiran 9 10
Lampiran 9 10
 
Lampiran 8
Lampiran 8Lampiran 8
Lampiran 8
 
Lampiran 1 7
Lampiran 1 7Lampiran 1 7
Lampiran 1 7
 
Soal kosongan 1 50 ekonomi x
Soal kosongan 1   50 ekonomi xSoal kosongan 1   50 ekonomi x
Soal kosongan 1 50 ekonomi x
 
Soal ekonomi Ulangan harian Ekonomi X KD 3
Soal ekonomi  Ulangan harian Ekonomi X KD 3Soal ekonomi  Ulangan harian Ekonomi X KD 3
Soal ekonomi Ulangan harian Ekonomi X KD 3
 
Pasar persaingan sempurna & Tidak sempurna
Pasar persaingan sempurna & Tidak sempurnaPasar persaingan sempurna & Tidak sempurna
Pasar persaingan sempurna & Tidak sempurna
 

Makalah wawasan-kebangsaan

  • 1. KATA PENGANTAR Alhamdulillahhirobil alamin, segala puji dan syukur, kita panjatkan atas karunia Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Karena berkat rahmat dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul "Nasionalisme Indonesia" Saya ucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing mata kuliah Wawasan kebangsaan, Bapak Drs. Waris Leluhur dan kepada pihak-pihak lain yang telah membantu menyelesaikan tugas ini secara langsung atau tidak langsung. Saya selaku penulis makalah menyadari masih banyak terdapat kesalahan dalam hal penulisan ataupun dalam hal ketatabahasaan. Oleh karena itu saya selaku penyusun makalah mengharapkan kritik dan saranya yang bersifat membangun, dan demi perbaikan tugas untuk yang akan datang. Terima kasih. Penyusun, 1
  • 2. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… KATA PENGANTAR ………………………………………………………. 1 DAFTAR ISI ………………………………………………………………… 2 BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………..... 3 1.1 Latar Belakang …………………………………………………..... 3 1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………........ 4 1.3 Tujuan Pebahasan …………………………………………………. 4 BAB II. KAJIAN PUSTAKA …………………………………………. 5 2.1 Pengertian Nasionalisme ………………………………………….. 5 2.2 Bentuk Nasionalisme ……………………………………………… 5 2.3 Nasionalisme Indonesia …………………………………………… 7 BAB III. PEMBAHASAN MASALAH ………………………………. 11 3.1 Nasionalisme Indonesia Era Reformasi kaitanya dengan Globalisasi. 11 3.2 Kasus-kasus yang berkaitan dengan Nasionalisme Indonesia …….. 12 BAB IV. PENUTUP ………………………………………………………… 17 2
  • 3. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris "nation") dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia. Nasionalisme dapat menonjolkan dirinya sebagai sebagian paham negara atau gerakan (bukan negara) yang populer berdasarkan pendapat warganegara, etnis, budaya, keagamaan dan ideologi. Kategori tersebut lazimnya berkaitan dan kebanyakan teori nasionalisme mencampuradukkan sebahagian atau semua elemen tersebut. NASIONALISME merupakan suatu bentuk ideologi, demikian pendapat James G. Kellas (1998: 4). Sebagai suatu ideologi, nasionalisme membangun kesadaran rakyat sebagai suatu bangsa serta memberi seperangkat sikap dan program tindakan. Tingkah laku seorang nasionalis didasarkan pada perasaan menjadi bagian dari suatu komunitas bangsa. Nasionalisme Indonesia pada awalnya muncul sebagai jawaban atas kolonialisme. Pengalaman penderitaan bersama sebagai kaum terjajah melahirkan semangat solidaritas sebagai satu komunitas yang mesti bangkit dan hidup menjadi bangsa merdeka. Semangat tersebut oleh para pejuang kemerdekaan dihidupi tidak hanya dalam batas waktu tertentu, tetapi terus-menerus hingga kini dan masa mendatang. Pada masa sekarang ini satu hal yang perlu dibenahi oleh bangsa Indonesia adalah mentalitas warga masyarakatnya. Sikap mental yang kuat dan konsisten serta mampu mengeksplorasi diri adalah salah satu bentuk konkrit yang dibutuhkan bangsa Indonesia pada saat ini. Saat ini memang bangsa Indonesia sedang mengalami massa-masa keterpurukanya dalam dunia intetrnasional. Krisis multidimensi yang di barengi dengan krisis ekonomi yang berkepanjanganlah yang menyebabkan kegoncangan dan keterpurukan mental Indonesia. 3
  • 4. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah yang disebut nasionalisme? 2. Apakah arti nasionalisme bagi Indonesia? 3. Bagaimana bentuk nasionalisme Indonesia pada masa sekarang ini? 4. Apakah ada perbedaan bentuk nasionalisme pada awal kemerdekaan dan pada saat ini? 5. Bagaimana hubungan Indonesia dengan Negara luar kaitanya dengan nasionalisme? 6. Apa pengaruh konflik-konflik Indonesia dengan Malaysia.? 1.3 Tujuan pembahasan 1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan nasionalisme dan bagaimana arti nasionalisme bagi Indonesia 2. Mengetahui bentuk-bentuk nasionalisme 3. Dapat membandingkan perbedaan bentuk nasionalisme dari suatu periode ke periode yang lain. 4. Mengetahui pengaruh nasionalisme jika di kaitkan dengan konflik antar bangsa. 4
  • 5. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Nasionalisme Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris "nation") dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia. Para nasionalis menganggap negara adalah berdasarkan beberapa "kebenaran politik" (political legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu "identitas budaya", debat liberalisme yang menganggap kebenaran politik adalah bersumber dari kehendak rakyat, atau gabungan kedua teori itu. Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat saat pola pikirnya mulai merosot. Ikatan ini terjadi saat manusia mulai hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu dan tak beranjak dari situ. Saat itu, naluri mempertahankan diri sangat berperan dan mendorong mereka untuk mempertahankan negerinya, tempatnya hidup dan menggantungkan diri. Dari sinilah cikal bakal tubuhnya ikatan ini, yang notabene lemah dan bermutu rendah. Ikatan inipun tampak pula dalam dunia hewan saat ada ancaman pihak asing yang hendak menyerang atau menaklukkan suatu negeri. Namun, bila suasanya aman dari serangan musuh dan musuh itu terusir dari negeri itu, sirnalah kekuatan ini. Dalam zaman modern ini, nasionalisme merujuk kepada amalan politik dan ketentaraan yang berlandaskan nasionalisme secara etnik serta keagamaan, seperti yang dinyatakan di bawah. Para ilmuwan politik biasanya menumpukan penyelidikan mereka kepada nasionalisme yang ekstrem seperti nasional sosialisme, pengasingan dan sebagainya. 2.2 Bentuk Nasionalisme Nasionalisme dapat menonjolkan dirinya sebagai sebagian paham negara atau gerakan (bukan negara) yang populer berdasarkan pendapat warganegara, etnis, budaya, keagamaan dan ideologi. Kategori tersebut lazimnya berkaitan dan kebanyakan teori nasionalisme mencampuradukkan sebahagian atau semua elemen tersebut. Nasionalisme kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil) adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya, "kehendak rakyat"; "perwakilan politik". Teori ini mula-mula dibangun oleh Jean-Jacques Rousseau dan menjadi bahan-bahan tulisan. Antara tulisan yang 5
  • 6. terkenal adalah buku berjudulk Du Contract Sociale (atau dalam Bahasa Indonesia "Mengenai Kontrak Sosial"). Nasionalisme etnis adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Dibangun oleh Johann Gottfried von Herder, yang memperkenalkan konsep Volk (bahasa Jerman untuk "rakyat"). Nasionalisme romantik (Ju8a disebut nasionalisme organik, nasionalisme identitas) adalah lanjutan dari nasionalisme etnis dimana negara memperoleh kebenaran politik secara semulajadi ("organik") hasil dari bangsa atau ras; menurut semangat romantisme. Nasionalisme romantik adalah bergantung kepada perwujudan budaya etnis yang menepati idealisme romantik; kisah tradisi yang telah direka untuk konsep nasionalisme romantik. Misalnya "Grimm Bersaudara" yang dinukilkan oleh Herder merupakan koleksi kisah-kisah yang berkaitan dengan etnis Jerman. Nasionalisme Budaya adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan bukannya "sifat keturunan" seperti warna kulit, ras dan sebagainya. Contoh yang terbaik ialah rakyat Tionghoa yang menganggap negara adalah berdasarkan kepada budaya. Unsur ras telah dibelakangkan di mana golongan Manchu serta ras-ras minoritas lain masih dianggap sebagai rakyat negara Tiongkok. Kesediaan dinasti Qing untuk menggunakan adat istiadat Tionghoa membuktikan keutuhan budaya Tionghoa. Malah banyak rakyat Taiwan menganggap diri mereka nasionalis Tiongkok sebab persamaan budaya mereka tetapi menolak RRT karena pemerintahan RRT berpaham komunisme. Nasionalisme kenegaraan ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan. Kejayaan suatu negeri itu selalu kontras dan berkonflik dengan prinsip masyarakat demokrasi. Penyelenggaraan sebuah 'national state1 adalah suatu argumen yang ulung, seolah-olah membentuk kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri. Contoh biasa ialah Nazisme, serta nasionalisme Turki kontemporer, dan dalam bentuk yang lebih kecil, Franquisme sayap-kanan di Spanyol, serta sikap 'Jacobin1 terhadap unitaris dan golongan pemusat negeri Perancis, seperti juga nasionalisme masyarakat Belgia, yang secara ganas menentang demi mewujudkan hak kesetaraan (equal rights) dan lebih otonomi untuk golongan Fleming, dan nasionalis Basque atau Korsika. Secara sistematis, bila mana nasionalisme kenegaraan itu kuat, akan wujud tarikan yang berkonflik kepada kesetiaan masyarakat, dan terhadap wilayah, seperti nasionalisme Turki dan penindasan 6
  • 7. kejamnya terhadap nasionalisme Kurdi, pembangkangan di antara pemerintahan pusat yang kuat di Sepanyol dan Perancis dengan nasionalisme Basque, Catalan, dan Corsica. Nasionalisme agama ialah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama. Walaupun begitu, lazimnya nasionalisme etnis adalah dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan. Misalnya, di Irlandia semangat nasionalisme bersumber dari persamaan agama mereka yaitu Katolik; nasionalisme di India seperti yang diamalkan oleh pengikut partai BJP bersumber dari agama Hindu. Namun demikian, bagi kebanyakan kelompok nasionalis agama hanya merupakan simbol dan bukannya motivasi utama kelompok tersebut. Misalnya pada abad ke-18, nasionalisme Irlandia dipimpin oleh mereka yang menganut agama Protestan. Gerakan nasionalis di Irlandia bukannya berjuang untuk memartabatkan teologi semata-mata. Mereka berjuang untuk menegakkari paham yang bersangkut paut dengan Irlandia sebagai sebuah negara merdeka terutamanya budaya Irlandia. Justru itu, nasionalisme kerap dikaitkan dengan kebebasan. 2.3 Nasionalisme Indonesia Nasionalisme merupakan suatu bentuk ideologi, demikian pendapat James G. Kellas (1998: 4). Sebagai suatu ideologi, nasionalisme membangun kesadaran rakyat sebagai suatu bangsa serta memberi seperangkat sikap dan program tindakan. Tingkah laku seorang nasionalis didasarkan pada perasaan menjadi bagian dari suatu komunitas bangsa. Nasionalisme Indonesia pada awalnya muncul sebagai jawaban atas kolonialisme. Pengalaman penderitaan bersama sebagai kaum terjajah melahirkan semangat solidaritas sebagai satu komunitas yang mesti bangkit dan hidup menjadi bangsa merdeka. Semangat tersebut oleh para pejuang kemerdekaan dihidupi tidak hanya dalam batas waktu tertentu, tetapi terus-menerus hingga kini dan masa mendatang. Kebijakan pendidikan nasional di awal abad XX telah menciptakan inti dari elite baru Indonesia yang terdiri dari para dokter, guru, dan pegawai sipil pemerintah. Bersamaan dengan itu, kebencian yang laten terhadap dominasi kolonial timbul di atas ambang kesadaran nasional. Berdirinya Boedi Oetomo (1908) menjadi tanda kebangkitan nasionalisme Indonesia yang kemudian diikuti organisasi-organisasi nasional lainnya. 7
  • 8. Jiwa nasionalisme kaum elite dari hari ke hari semakin meluas dan menguat di hati rakyat. Tekanan ekonomi yang teramat berat selama pendudukan Jepang memperkuat semangat nasionalisme untuk mewujudkan Indonesia merdeka. Pada kurun waktu 1945-1950, jiwa nasionalisme diperteguh oleh semangat mempertahankan kemerdekaan, serta persatuan dan kesatuan Indonesia yang dirongrong oleh perlawanan kedaerahan dari negara-negara boneka bentukan Belanda. Kini nasionalisme menghadapi tantangan besar dari pusaran peradaban baru bernama globalisasi. Nasionalisme sebagai basic drive serta elan vital dari sebuah bangsa bernama Indonesia sedang diuji fleksibilitasnya, dalam arti kemampuan untuk berubah sehingga selalu akurat dalam menjawab tantangan zaman. Fleksibilitas tidaklah mengurangi jiwa nasionalisme, justru sebaliknya, fleksibilitas menunjukkan begitu dalamnya nasionalisme mengakar sehingga dalam waktu bersamaan dia tetap hidup dan terus-menerus bermetamorfosis. Pusaran ekonomi global menendang nasionalisme jauh ke pinggiran. Nasionalisme menjadi tidak relevan lagi. Di masa lalu modal terkait erat dengan rakyat. Dia memiliki tanggung jawab sosial untuk menghidupi seluruh anggota komunitas (bangsa). Namun kini, privatisasi terus-menerus menyeret modal menjauh dari dimensi sosial atau komunitasnya. Demi keuntungan yang sebesar- besarnya modal dengan cepat berlari (capital flight) ke (negara) mana pun yang disukainya. Apakah negara hancur lebur karena krisis ekonomi atau rakyat mati kelaparan, tidak lagi dipandang sebagai tanggung jawab para pemilik modal. Banyaknya perusahaan yang melarikan modalnya ke negara lain pada saat krisis ekonomi di pertengahan 1997 dan tahun-tahun sesudahnya memberi gambaran konkret atas persoalan tersebut. Kenyataan demikian memunculkan persoalan, apakah nasionalisme masih relevan dalam pusaran ekonomi global saat ini, sebab modal fmansial melepaskan diri dari keterikatannya dengan nation-state, sehingga bangsa sebagai komunitas solidaritas menjadi Utopia. Globalisasi sebagai proses de-teritorialisasi tidak hanya menimbulkan persoalan di bidang ekonomi, tetapi juga kebudayaan. Kebudayaan kerap dikaitkan dengan teritori tertentu. Ruang membentuk identitas budaya. Ini berarti nasionalisme Indonesia pun dibangun oleh kebudayaan Indonesia yang berada dalam batas-batas geografis tertentu. Itu pemahaman kebudayaan di masa lalu. Globalisasi sebagai proses de-teritorialisasi telah mengubah semua itu. Kebudayaan tidak lagi terkungkung dalam teritori tertentu. Kini tidak sedikit anak-anak muda Kota Kembang yang lebih terampil break dance daripada 8
  • 9. jaipongan; atau lebih mahir bermain band, daripada menabuh gamelan. Kita juga bisa menyaksikan orang barat yang menjadi dalang dan piawai memetik kecapi. Kita bisa menyaksikan ibu-ibu yang setia berkebaya serta bapak-bapak yang bersarung atau berpeci, pada waktu bersamaan begitu menikmati fast food bermerek global. Kebudayaan telah melepaskan diri dari keterikatannya pada nation-state. Kenyataan ini menghadapkan nasionalisme dengan persoalan, manakah kebudayaan yang akan menjadi media berurat-akarnya nasionalisme? Bersamaan dengan proses de-teritorialisasi dan mengglobalnya kebudayaan terjadi gerak sebaliknya berupa pencarian identitas lokal yang semakin intensif. Proses mengglobal dan melokal janganlah dipandang sebagai penyakit atau kelainan dalam budaya masyarakat tetapi mesti diterima sebagai keutamaan hidup manusia; semakin mengglobal semakin rindu akan identitas lokalnya. Gerak paradoks tersebut tampak jelas dalam bangkit dan menguatnya gerakan-gerakan etnis serta agama. Nation-state menghadapi ancaman dari berbagai gerakan partikular sehingga memicu domestic conflicts yang dapat membawa pada runtuhnya nation-state seperti yang dialami oleh bekas negara Uni Soviet. Pada titik ini nasionalisme pun dipertanyakan eksistensi dan relevansinya. Globalisasi bidang politik mendatangkan persoalan serupa atas nasionalisme. Globalisasi telah mereduksi pentingnya lingkup politik dari nation- state yang merupakan basis bagi pembangunan sosial-politik. Peran nation-state menjadi subordinat karena diambilalih oleh lembaga-lembaga ekonomi transnasional. Jika eksistensi nation-state terpinggirkan, halnya sama dengan nasionalisme, nasionalisme menjadi ideologi yang kedaluarsa. Dari perspektif ekonomi, budaya, dan politik global tampak bahwa nasionalisme menghadapi tantangan yang sangat besar di tengah pusaran globalisasi saat ini. Apakah ini berarti nation-state tidak relevan lagi, yang berarti tidak relevan pula membicarakan nasionalisme? Fakta menunjukkan bahwa hingga saat ini kewarganegaraan modern dengan berbagai hak sosial, politik, dan sipilnya tidaklah melampaui batas-batas nasional. Meski kini berkembang berbagai komunitas transnasional, Uni Eropa misalnya, namun seseorang yang hendak menjadi anggota terlebih dahulu mesti memperoleh kewarganegaraan dari salah satu negara anggotanya. hii berarti di tengah arus globalisasi, peran nation- state serta nasionalisme tetap relevan dan signifikan. Pertanyaan yang segera muncul, nasionalisme yang mana? Jika ditempatkan dalam ketegangan lokal-global, nasionalisme merupakan pencarian identitas lokal (nasional) di tengah pusaran globalisasi. 9
  • 10. Nasionalisme sebagai identitas bukanlah "kata benda" yang bentuk dan wujudnya sudah jadi dan final. Nasionalisme merupakan "kata kerja", artinya dia adalah suatu projek yang mesti terus-menerus dikerjakan, dibangun, serta diberi dasar dan makna baru pada setiap kesempatan. Proses kerjanya dijalani lewat public critical rational discourse yang melibatkan seluruh bagian anak negeri sebagai yang sederajat tanpa mengecualikan siapapun. Di tengah pusaran globalisasi, nasionalisme Indonesia bukan lagi memanggul senjata atau bambu runcing dengan semangat "merdeka atau mati". Nasionalisme Indonesia bukanlah patriotisme gaya Hitler atau Mussolini, juga melampaui semboyan termashur dari Perdana Menteri Britania Raya, Disraeli, "benar atau salah, negeriku selalu benar". Nasionalisme demikian oleh Mangunwijaya dimaknai sebagai nasionalisme pasca-Indonesia. Arah nasionalisme pasca-Indonesia, menurut Mangunwijaya, akan berkembang dengan mengambil sumber dari semangat dasar nasionalisme generasi 1928; suatu nasionalisme yang berpedoman "right or wrong is right or wrong" bukan "right or wrong is my country". Hakikat nasionalisme Generasi 1928 merupakan perjuangan dan pembelaan kawanan manusia yang terbelenggu penjajahan, tertindas, miskin kemerdekaan dan hak menentukan diri sendiri. Nasionalisme pasca-Indonesia seperti juga nasionalisme 1928 diarahkan untuk memperjuangkan hidup manusia yang termarginalisasi, teralienasi serta tak berdaya menghadapi penguasa ekonomi, politik, budaya yang lalim dan sewenang-wenang. Bedanya, nasionalisme generasi 1928 ditujukan ke arah lawan asing dari luar, sedangkan bagi nasionalisme pasca-Indonesia yang hidup dalam pusaran globalisasi, batas-batas geopolitis semakin kabur. Perjuangan kemanusiaan, keadilan, dan kesejahteraan dari nasionalisme pasca-Indonesia tidak hanya diarahkan ke pihak-pihak asing tetapi juga ke dalam negeri sendiri, bahkan diri sendiri. Nasionalisme pasca-Indonesia merupakan perjuangan untuk meniadakan segala bentuk eksploitasi manusia (juga lingkungan hidup beserta semua penghuninya) oleh siapa pun, dari manapun dan dalam bentuk apa pun. Nasionalisme pasca-Indonesia tidak menghabiskan "hidupnya" untuk memaksakan memilih salah satu pro atau kontra globalisasi. Bagi nasionalisme pasca-Indonesia, globalisasi merupakan proses sejarah yang tak terelakan (unevitable). Kita tidak mungkin lari apalagi menolak serta menghentikan proses globalisasi. Nasionalisme pasca-Indonesia lebih concern dengan persoalan yang lebih mendasar, yaitu bagaimana "mengawal" globalisasi supaya semakin manusiawi. 10
  • 11. BAB III PEMBAHASAN MASALAH 3.1 Nasionalisme Indonesia Era Reformasi kaitanya dengan Globalisasi. Pada masa sekarang ini satu hal yang perlu dibenahi oleh bangsa Indonesia adalah mentalitas warga masyarakatnya. Sikap mental yang kuat dan konsisten serta mampu mengeksplorasi diri adalah salah satu bentuk konkrit yang dibutuhkan bangsa Indonesia pada saat ini. Saat ini memang bangsa Indonesia sedang mengalami massa-masa keterpurukanya dalam dunia intetrnasional. Krisis multidimensi yang di barengi dengan krisis ekonomi yang berkepanjanganlah yang menyebabkan kegoncangan dan keterpurukan mental Indonesia. Bangsa Indonesia yang pada masa dahulu terkenal dengan kebudayaan yang begitu eksklusif dan memukau serta penduduk yang ramah-tamah di dukung juga oleh kondisi geografis yang sangat strategis dan dikaruniai tanah yang subur, sekarang justru berubah 180 drajat. Hal ini tidak lepas dari mentalitas warga pendukung yang sangat lemah. Tak ada lagi terlukiskan semangat-semangat nasionalisme dalam diri Indonesia. Mereka seakan lupa akan perjuangan para pahlawan-pahlawan bangsa yang telah mengorbankan tidak hanya harta bendanya tetapi mereka juga mengorbankan nyawa dan keluarga mereka. Sungguh besar jasa mereka, sungguh tinggi jiwa nasionalisme mereka, dan sungguh jauh jika dibandingkan dengan bangsa Indonesia pada masa sekarang ini. Tidak ada lagi jiwa nasionalis yang dapat ditunjukan kita, kita seakan malah menganggap remeh mereka para pejuang yang telah berjasa kepada kita. Hal ini dapat kita buktikan bahwa pemerintah tetrkesan kurang memperhatikan nasib para veteran. Kita seakan tenggelam, dalam gemerlapnya harta. Globalisasi dan kapitalisme mengubah mentalitas kita menjadi sangat jauh dengan mental nasional kita. Banyak diantara kita yang rela menjual tanah airnya, hanya karena sedikit kemewahan dari negeri orang. Mereka justru membangga-banggakan negeri orang lain disbanding negerinya sendiri. Sebagai contoh yang dapat menunjukan hal seperti ini adalah penduduk Indonesia pada saat ini justru lebih senang menggunakan produk luar dari pada memakai produk buatan sendiri. Memang produk luar secara kualitas lebih menjalin, bangsa Indonesia belum mampu bersaing untuk menciptakan suatu tekhnologi yang canggih untuk menciptakan produk yang berkualitas. Tapi sikap masyarakat yang lebih mencintai produk luar sangatlah tidak dibenarkan. Mereka tidak memikirkan dampak negatifhya. 11
  • 12. Dampak negatifhya antara lain adalah bangsa Indonesia jistru akan lebih tertinggal dengan Negara lain, sebab warga negaranya yang diharapkan dapat mendukung perkembangan tekhnologi di Indonesia malah justru meninggalkanya dan lari kepada Negara lain yang lebih maju. Dalam hal ini bangsa Indonesia terkesan egois, dan secara kasar warganya dapat dikatakan sebagai penghianat bangsa. 3.2 Kasus-kasus yang berkaitan dengan Nasionalisme Indonesia A. Kasus Sipadan dan Ligitan Sipadan ligitan merupakan salah satu pulau Indonesia yang masuk dalam zona rawan intervensi. Walaupun pulau ini bukanlah pulau yang luas, sipadan ligitan, kerapkali menimbulkan intervensi dan pengklaiman sepeihak terhadap kepemilikian pulau tersebut. Hal ini dikatenakan masih sangat lemahnya sistem hukum, dan pertahanan dan keamanan Negara. Pada kekade 2000 lalu, sipadan ligitan kembali mengundang polomik terhadap Negara lain. Kali ini adalah negeri jiran malaisia yang mengklaim, atas kepemilikan dua pulau tersebut. Merekan mengeluarkan sebuah pernyataan yang sangat menyakitkan bangsa Indonesia. Kepemilikan Indonesia atas sipadan ligitan tidak diakui malahan merekan mengakui bahwa merekalah yang berhak atas kepemilikan sipadan dan ligitan. Hal ini mengundang reaksi keras dari pihak Indonesia maupun pihak luar. Berbagai bentuk protes dan upaya telah di lancarkan sebagai upaya Indonesia mempertahankan hak dan kedaulatanya. Namun upaya-upaya tersebut harus terhenti ketika PBB menyatakan kepemilikan sipadan dan ligitan sebagai bagian dari wilayah Malaysia. B. Kasus Pulau Ambalat Tak beda juga dengan ambalat, sebuah pulau yang masuk dalam zona kritis intervensi. Kali ini juga Indonesia dan Malaysia kini menghadapi persoalan wilayah Ambalat akibat pemberian konsesi untuk ekplorasi minyak oleh perusahaan minyak Malaysia (Petronas) pada 16 Februari 2005 kepada perusahaan Shell asal Inggris/Belanda di Laut Sulawesi yang berada di sebelah timur Pulau Kalimantan. Indonesia menyebut wilayah yang diklaim Malaysia itu blok Ambalat dan blok East Ambalat. Di blok Ambalat, Indonesia telah memberikan konsesi kepada ENI (Italia) pada tahun 1999 dan sekarang dalam tahap eksplorasi. Sedangkan blok East Ambalat diberikan kepada Unocal (AS) pada tahun 2004. 12
  • 13. Untuk blok East Ambalat, kontrak baru ditandangani 13 Desember 2004. Namun kontrak ini menjadi bermasalah ketika Malaysia mengklaim masalah tersebut sebagai wilayahnya dan menolak klaim Indonesia. Malaysia mengklaim Ambalat wilayahnya dengan pertimbangan berada dalam teritorial Malaysia sebagai implikasi lepasnya Sipadan-Ligitan yang tentu berdampak kepada luas batas perairannya. Parahnya, kedua negara belum menuntaskan garis batas teritorial laut. Perdana menteri Abdullah Ahmad Badawi dengan tegas mengklaim wilayah East Ambalat adalah wilayahnya, sebaliknya dan patut diherankah adalah pernyataan Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono yang tidak menganggap sikap Malaysia tersebut sebagai ancaman. Pernyataan tersebut tentu mempunyai banyak interpretasi. Sebagai salah satu bentuk sikap politik yang bersahabat dan etis mungkin hal itu dapat dibenarkan, namun dalam kondisi keterpurukan Indonesia seperti sekarang, ketegasan sangat diperlukan untuk mengatakan sikap Malaysia tersebut dapat menjadi ancaman bagi Indonesia. Belajar dari pengalaman Sipadan-Ligitan, sikap Indonesia yang kurang tegas dan .tanggap menghasilkan lepasnya kedna pulau tersebut dari pangkuan Indonesia. Tentu Indonesia tidak rela Ambalat jatuh ke tangan Malaysia, karena bukan tidak mungkin akan menyusul penguasaan wilayah Indonesia oleh negara tetangga terhadap pulau-pulau kecil dan wilayah perairannya yang diperkirakan mencapai 92 buah pulau kecil perbatasan. Jika Ambalat lepas dari Indonesia, hal itu semakin membuktikan kedaulatan negara terancam dan harga diri serta martabat bangsa rendah di mata dunia. C. Kegagalan Pemerintah Kasus Ambalat muncul seiring dengan lepasnya Sipadan-Ligitan lewat Mahkamah Internasional tahun 2002. Kasus ini sebagai bukti kegagalan pemerintah dalam memberikan perhatian yang serius terhadap pulau-pulau kecil perbatasan dan wilayah perairan di dalamnya. Berdasarkan daftar koordinat geografis titik-titik garis pangkal kepulauan Indonesia telah diundangkan pada peraturan Nomor 38 tahun 2002 terdapat 183 titik dasar (TD) dan lebih dari 50 persen TD berada di pulau-pulau kecil atau berjumlah sekitar 92 pulau kecil. Dari 92 Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPKT) terdapat sekitar 88 pulau yang berbatasan langsung dengan negara tetangga. Berdasarkan data DKP, 21 pulau berbatasan dengan Malaysia, 25 dengan Australia, 12 dengan Filipina, 11 dengan India, 7 dengan Palau, 5 dengan Timor Leste, 4 dengan Singapura, 2 dengan Vietnam dan 1 dengan Papua New 13
  • 14. Guinue. Sebanyak 50 persen berpenduduk dengan luas wilayah 0,02-200 km2, sisanya belum berpenduduk. Pulau-pulau tersebut mempunyai nilai strategis bagi eksistensi dan kedaulatan bangsa Indonesia sekaligus juga merupakan sumber baru perturnbuhan ekonomi bangsa. Terdapat tiga fungsi penting PPKT tersebut. Pertama, sebagai fungsi pertahanan dan keamanan. PPKT memiliki peran penting keluar masuknya orang dan barang. Praktik-praktik penyelundupan senjata, barang-barang illegal, obat-obatan terlarang, pemasukan uang dolar palsu, perdagangan wanita, pembajakan, pencurian hasil laut dan menjadi lalu lintas kapai-kapal asing. Contoh Pulau Miangas dan Palmas, yang sampai kini masih dipersoalkan Filipina. Kedua, sebagai fungsi ekonomi. Sangat jelas PPKT ini memiliki peluang dikembangkan sebagai wilayah potensial jndustri berbasiskan sumberdaya seperti industri perikanan, pariwisata bahari, industri olahan dan industri-industri lainnya. Ketiga ; sebagai fungsi ekologi. Ekosistem pesisir dan laut PPKT dapat berfungsi sebagai pengatur iklim global, siklus hirologi dan biokimia, sumber energi alternatif, sumber plasma nutfah dan sistem penunjang lainnya. Kasus Ambalat mem-buktikan batas wilayah Indonesia-Malaysia belum diatur. Juga batas wilayah dengan negara lainpun belum diatur oleh Indonesia dan negara bersangkutan. Penataan batas wilayah penting segera dilakukan karena menyangkut wilayah pengelolaan sumber daya laut sekaligus mempertahankan wilayah NKRI. Dari rezim hukum laut yang ada, terdapat beberapa rezim yang belum diatur antara lain pertama, zona tambahan (contingues zone). Zona ini merupakan zona pelindung atau sea belt. Indonesia memiliki kewenangan dalam kegiatan imigrasi, kemaritiman dan bea cukai. Wilayah ini diukur 24 mil dari garis pantai terluar atau 12 mil dari sisi terluar laut teritorial. Sampai saat ini Indonesia belum meng"undang"kan zona tambahan. Kedua, wilayah laut lepas. Wilayah perairan ini berada di luar Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE). Penataan zona ini akan berdampak kepada pemberian izin bagi nelayan negara lain untuk beroperasi di perairan Indonesia. Sampai saat ini Indonesia belum pernah melapor dan memberitahu batas wilayah laut lepas ini. Ketiga, wilayah landas kontinen (continental shelf). Wilayah ini merupakan dasar laut yang ada di sisi luar garis pangkal atau mengarah ke luar garis pangkal kepulauan. Di wilayah ini Indonesia dapat melakukan penelitian, ekplorasi ikan dan aktivitas lainnya. Sampai saat ini Indonesia belum melakukan pengakuan di mana batas landas kontinentalnya. 14
  • 15. Kasus Ambalat tentu hams diselesaikan secara damai. Pengerahan angkatan perang AL telah menunjukkan keseriusan Indonesia dalam menjaga wilayahnya. Setidaknya terdapat beberapa langkah lain yang dipandang perlu dilakukan. Pertama, diplomas! langsung antarpemerintah, kalau perlu antarkepala negara tanpa hams merasa rendah diri. Hal ini penting segera dilakukan karena peluang Malaysia mendapatkan Ambalat terbuka lebar, belajar dari skema penyelesaian Sipadan-Ligitan. Diplomasi dilakukan dengan tetap menggunakan landasan internasional. Langkah pertama ini harus dengan tegas dan kalau perlu Indonesia harus ngotot mempertahankannya. Kedua, pemberdayaan Pulau-Pulau Kecil Perbatasan. Tugas ini menjadi kewajiban Departemen Kelautan dan Perikanan. Sampai saat ini pemberdayaan PPKT belum optimal dan masih banyak yang berupa profil pulau-pulau kecil. Ketiga, pengawasan dan pengamanan kawasan laut terpadu. Pengerahan satuan keamanan laut harus dilakukan secara terpadu dengan sistem yang terkoordinir secara terpusat. Dengan keterbatasan kapal pengaman diperlukan strategi yang efektif. Penempatan kapal-kapal TNI AL di laut perbatasan dan koordinasi antarpihak dapat menjadi solusi untuk efektifitas pengamanan laut Indonesia. D. Kasus pemukulan wasit karate dimalaisis Kasus pemukulan wasit karate Donald Pieters Leuthers K pada saat pertandingan sea games di Malaysia mengundang banyak polomik. Pengeroyokan yang dilakokan oleh oknum-oknum polisi Malaysia terhadap Donald mengundang kemarahan dan kecaman-kecaman Negara lain terhadap Malaysia. Salah satunya adalah Indonesia yang mengaku tidakm terima atas perlakuan Malaysia tersebut. Menurut Indonesia sikap Malaysia sangat brutal dan arogan. Apalagi yang melakukan pengeroyokan tersebut adalah oknum- oknum polisi. Hal ini tentunya menggambarkan betapa buruknya mentalitas masyarakat Malaysia. Begitu bobroknya norma-norma mereka hingga oknum polisi yang seharusnya memberikan pelayanan malah menjadi teroris massa. Pernyataan Indonesia juga keluar dari SBY yang mengutarakan keprihatinanya terhadap insiden tersebut. E. Kasus Tari Reog di Ponorogo Tidak hanya pulau-pulau saja yang diklaim kepemilikanya atas Malaysia tetapi dewasa ini juga mengarah pada sasaran baru, yaitu kesenian 15
  • 16. tari reog asal ponorogo, jawa timur. Malaysia mengklaim bahwa tari reog asal ponorogo yang dalam bangsa Malaysia menyebutnya barongan di akui sebagai kebudayaan asli Malaysia. Menurut saya sebagai penulis makalah ini, sungguh amat sangatlah bodoh dan konyol, tindakan negeri jiran tersebut. Kalo boleh diibaratkan mereka bagaikan anak kecil yang mencuri di tengah kota. Mereka tidak mempunyai dasar apa-apa yang kuat yang dapat membuktikan kepemilikan atas kebudayaan reog ponorogo. Peri bahasa mengatakan "Katak berjalan, tak dapat belang Tertutup Ranting Pohon". Malaysia yang malu akan perbuatanya itu menutupinya dengan permintaan maaf kepada Malaysia namun dalam hati mereka masih mencari-cari celah untuk dapat melompat dan mencuri makanan. Mungkin juga saya berpendapat jika Malaysia memang Negara terbelakang. Ekonomi mereka saja yang maju, tapi mental mereka sama-sekali tak berkembang, dan tak dapat menciptakan inovesi-inovesi baru dan kemudian mencuri milik tetangga. Bukti yang menyatakan pernyataan saya tersebut, adalah kasus yang baru-baru ini terjadi dan melibatkan artis-artis Indonesia dengan Timnas sepek bola Malaysia. Dalam pertandingan sepek bola artis kemarin Malaysia vs Indonesia, lagi-lagi ,negeri jiran itu melakukan tindakan konyolnya dengan memainkan pemain-pemain Tomnasnya untuk melawan tim sepek bola artis Indonesia. Sangat-amat tidak sportif! Itu yang mungkin bisa dikatakan untuk menanggapi hal tersebut. Apalagi mengingat, permainan keras Malaysia. Memang Indonesia kalah 1-3 atas timnas Malaysia. Namun setidanya Indonesia menang telak atas sportifitas Indonesia. Apalagi Indonesia mampu menjebol keperawanan penjaga gawang inti dari Malaysia. Dari kasus-kasus tersebut dapat menjadi pelajaran bagi kita, tentang pentingnya semangat nasionalisme, cinta tanah air dan patriotisme. Kita tentunya berharap tidak akan lagi terjadi kasus-kasus yang merugikan Indonesia. Hal ini dapat kita siasati dengan peningkatari semua aspek kehidupan dan kenegaraan. 16
  • 17. BAB IV PENUTUP Nasionalisme adalah paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia. Nasionalisme merupakan rasa cinta terhadap tanah air dan gambaran semangat juang bangsa dalarn mempertahankan hak-hak bangsanya sebagai bangsa yang berdaulat. Bentuk-bentuk dari gambaran jiwa nasionalis yang dapat digambarkan pada era yang sekarang ini diantaranya dengan keteladanan, keuletan dan semangat juang yang tinggi, yang diperlihatkan dalam proses belajar mengajar oleh guru dan siswa yang mana mereka berjuang untuk masa depan bangsa yang lebih baik. Juga diwujudkan dalam bentuk kebudayaan dan seni yang mana mereka selalu berusaha dan berjuang untuk mempertahankan melestarikan dan membudayakan kebudayaan derah mereka. Gambaran tersebut terlihat dari kasus-kasus yang melibatkan Indonesia dengan Negara tetangga, dimana Indonesia dengan segala komponen yang ada didalamnya berjuang mempertahankan hak-haknya yang akan dirampas Negara lain. Tentunya bagi kita generasi penerus dapat mengambil pelajaran dari kasus-kasus tersebut demi menegakan kebenaran dan keadilan. 17