Teks tersebut membahas tentang model-model penanaman nilai-nilai Pancasila. Secara garis besar membahas tentang (1) latar belakang pentingnya penanaman nilai-nilai Pancasila, (2) pengertian dan nilai-nilai Pancasila, serta (3) permasalahan dan solusi dalam penanaman nilai-nilai Pancasila, termasuk dengan kembali ke implementasi Pancasila secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.
1. Tugas makalah
Model model Penanaman Nilai-nilai Pancasila
Nama : MOH ARRIZANUL AKBAR
NIM : 160604848071
Kelas : B Ikor 2016
2. MODEL MODEL PENANAMAN NILAI-NILAI PANCASILA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dasar negara Indonesia adalah Pancasila. Walaupun negara Indonesia memiliki
budaya, hukum, kebiasaan, bahasa, adat istiadat yang beraneka ragam namun Pancasila
tetap dijadikan pedoman bangsa ini dalam melangkah. Namun semua itu kini hanya
digunakan sebagai label saja. Seluruh rakyat Indonesia yang mengakui Pancasila sebagai
dasar negara hendaklah mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
dapat dilihat dalam sifat, sikap dan tindakan mereka. Pancasila tidak hanya dijadikan
retorika dalam kehidupan.
Tiap isi dari butir-butir dan nilai di dalam Pancasila mengandung suatu sikap dan
perintah yang sangat nyata untuk kita patuhi dan kita laksanakan. Dalam setiap
perkembangan zaman, dasar Pancasila pasti menempati nilai dalam tataran filsafat
kemudian diturunkan ke dalam hal-hal yang bersifat implementatif.
Penanaman Pancasila tidaklah mudah kita praktekkan dalam kehidupan, bahkan
nilai Pancasila kini semakin menjauh dari keseharian kita. Pencerminan nilai-nilai dalam
Pancasila sangat penting untuk dipegang, untuk mewujudkan suatu kehidupan manusia
yang sejati di dunia. Nilai Pancasila mharus bisa ditempatkan sebagaimana mestinya agar
Indonesia dapat berideologikan Pancasila.
Dalam penanaman nilai Pancasila pasti menemukan suatu problem dan kita harus
mencari solusinya agar negara Indonesia bisa menjadi negara yang berideologikan
Pancasila sejati.
B.Perumusan Masalah
Dalam pemaparan ini ditemukan suatu permasalahan yang akan yang harus dicari
penyelesaiannya. Permasalahan itu antara lain :
1. Bagaimanakah perjalanan Pancasila sesungguhnya ?
2. Apakah itu Pancasila ?
3. Kandungan nilai apa saja yang ada di dalam Pancasila ?
4. Bagaimana mengimplementasikan Pancasila dari keseharian kita ?
3. 5. Langkah atau solusi apa yang diambil apabila ditemukan suatu permasalahan ?
C. Tujuan
Dalam pemaparan ini diharapkan para pembaca mampu mengetahui nilai Pancasila
dan menanamkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pemaparan ini juga
bertujuan untuk menggali informasi yang mendukung untuk menciptakan negara
Indonesia menjadi negara yang berideologikan Pancasila sejati serta kepada para pembaca
agar lebih mengetahui khasanah Pancasila yang berkembang pada masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Liku – Liku Sejarah Perjalanan Pancasila
Di masa kekuasaan Orde Baru Pancasila selalu dijadikan label pada kegiatan dan
kebijakannya. Nama Pancasila dicatut untuk menutupi kekuasaan fasis otoriter yang anti
rakyat, anti nasional, dan anti demokrasi. Demikianlah dengan pembubuhan kata
Pancasila pada “Demokrasi” muncullah apa yang dinamakan “Demokrasi Pancasila”,
dengan mana rezim Orde Baru selama 32 tahun telah melakukan tindakan-tindakan yang
melanggar Pancasila itu sendiri, UUD 45, HAM dan keadilan.
Di samping itu Orde Baru tidak hanya menjadikan Pancasila sebagai lanel belaka,
tapi juga memperalat sedemikian rupa sehingga dengan mudah penguasa bisa mencap
seseorang yang berbeda politiknya, melanggar atau mengkhianati Pancasila. Dan
bersamaan dengan itu penguasa menyebarkan “momok komunis / komunisme” untuk
menakut-nakuti rakyat.
B.Pengertian Pancasila
Secara etimologi istilah Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta. Dalam bahasa
Sansekerta Pancasila memiliki arti yaitu :
Panca artinya lima.
Syila artinya batu sendi, alas / dasar
Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia Tahun II No. 7 tanggal 15
Februari 1946 bersama-sama dengan Batang Tubuh UUD 1945.
4. C. Nilai – Nilai Pancasila dan UUD 1945
Pancasila
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Makna sila ini adalah :
Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan
penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.
Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
Makna sila ini adalah :
Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara
sesama manusia.
Saling mencintai sesama manusia
Mengembangkan sikap tenggang rasa
Tidak semena-mena terhadap orang lain
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
Berani membela kebenaran dan keadilan
Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari masyarakat Dunia
Internasional dan dengan itu harus mengembangkan sikap saling hormat
menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
3. Persatuan Indonesia
Makna sila ini adalah :
Menjaga Persatuan dan Kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Rela berkorban demi bangsa dan negara
Cinta akan tanah air
Berbangga sebagai bagian dari Indonesia
Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-
Bhinneka Tunggal Ika.
5. 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
Makna sila ini adalah :
Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat
Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
Mengutamakan budaya rembug atau musyawarah dalam mengambil
keputusan bersama.
Berembug atau bermusyawarah sampai mencapai consensus atau kata mufakat
diliputi dengan semangat kekeluargaan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia
Makna sila ini adalah :
Bersikap adil terhadap sesama
Menghormati hak-hak orang lain
Menolong sesama
Menghargai orang lain
Melakukan pekerjaan yang berguna bagi kepentingan umum dan bersama
D.Pancasila Pasca Runtuhnya Soekarno
Indonesia ialah sebuah negara yang majemuk dan multicultural sebab Indonesia di
bentuk dari berbagai macam bangsa, yang memiliki budaya, hukum, kebiasaan, bahasa
dan adat istiadat yang beraneka ragam.
Pada masa pemerintahan Presiden Kenndy, negara yang paling ditakuti Amerika
Serikat ialah Indonesia. Sebab konon katanya Indonesia memiliki ghirah nasionalisme
yang sangat kuat, sebagai akibat dari penjelmaan bangunan teoritik konsepsi Pancasila.
Menurut Kennedy, Pancasila merupakan sebuah ideology besar yang mampu
mengorbankan semangat ultra nasionalis, sangat toleran, anti korupsi, saling menghargai
dan menjunjung tinggi perbedaan.
Namun apa yang terjadi sekarang, pasca runtuhnya Soekarno Pancasila hanya
menjadi sekedar slogan yang nilai-nilainya dijelentrehkan melalui butir-butir pengamalan,
sebagai upaya penguasa untuk lebih mempermudah mengatur dan mengendalikan
kekuasaan.
Rakyat dianggap tidak Pancasilais jikalau tidak hafal butir-butir pedoman
penghayatan dan pengamalan Pancasila.
6. Nuansa represifitas dan pengarusutamaan nilai-nilai Pancasila dalam kadar
kelisanan tanpa mementingkan penanaman secara hakiki dalam menanamkan nilai-nilai
Pancasila dan nasionalisme pada umumnya.
Setelah Orde Baru gagal menempatkan Pancasila sebagai mana mestinya dan hanya
menjadikannya slogan kekuasaan.
E. Problem Dalam Penanaman Nilai-Nilai Pancasila
Selama ini pengajaran dan penanaman nilai-nilai Pancasila memiliki struktural dan
kultural. Pada tingkat struktural negara belum memiliki instrument yang memadai untuk
mengenalkan Pancasila pada level implementatif sejak dini. Pancasila didesain sebagai
kurikulum yang diajarkan di sekolah-sekolah, tetapi tidak mempunyai kekuatan
implementatif. Karenanya kurikulum Pancasila seharusnya tidak didesain dengan sekedar
tatap muka di dalam kelas, dengan sedikit dialog, melainkan harus lebih implementatif
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga penanaman nilai-nilai Pancasila akan lebih
mengena dan tepat sasaran, bagaimana mengajarkan secara praktis dan memberi contoh
untuk menghargai perbedaan, toleransi, tidak korup, tidak sekedar mahfum secara lisan.
Pada level kultur, strategi kebudayaan Indonesia, seharusnya mengarahkan Pancasila
sebagai budaya atau tradisi ke-Indonesia-an, sehingga dengan sadar maupun tidak sadar
masyarakat secara luas akan menjalankan nilai-nilai Pancasila, tanpa harus menghafal
butir per butir. Tanpa harus meninggalkan tradisi-tradisi lokal yang memang sudah
terakomodir nilainya melalui Pancasila. Pelembagaan Pancasila sebagai budaya, sekaligus
pula untuk mengikis peninggalan tradisi-tradisi lokal yang memberi akses tidak baik bagi
perkembangan Indonesia sekarang, semisal watak patrimoniaslitik yang mengakar kuat di
Jawa. Jika jamak pendekatan digunakan untuk menggali dan memasifkan kembali
penanaman nilai-nilai Pancasila, dengan tidak mengulangi kesalahan rezim yang lampau,
ke depan tentunya Pancasila akan kembali menjadi Ideologi besar yang nilai-nilainya
tertanam kuat dalam jiwa segenap massa rakyat Indonesia.
F. Implementasi Pancasila
Secara formalitas hampir semua rakyat Indonesia mengakui bahwa dasar negara kita
adalah Pancasila. Pertanyaan mendasar sekarang adalah apakah seluruh rakyat Indonesia,
baik yang menjadi penguasa maupun rakyat biasa sudah menerima sepenuhnya Pancasila
dan berusaha mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari ? kalau
memperhatikan kondisi bangsa yang saat ini masih terpuruk dengan berbagai krisis yang
belum kunjung selesai, rasanya kita sebagai bangsa harus berani mengakui bahwa nilai-
nilai Pancasila belum sepenuhnya kita amalkan. Pancasila masih sebatas retorika dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
7. Nilai ketuhanan belum sepenuhnya diimplementasikan karena kerukunan hidup
beragama masih belum sepenuhnya tercipta. Kasus Ambon dan Poso bisa menjadi suatu
bukti. Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab masih belum terwujud sepenuhnya,
karena masih banyak kekerasan kita saksikan. Nilai persatuan Indonesia belum menjadi
pilihan sikap seluruh bangsa Indonesia, karena masih ada saudara kita yang ingin
memisahkan diri dari NKRI. Nilai permusyawaratan perwakilan masih jauh dari harapan,
karena masih banyak saudara kita yang menyelesaikan suatu persoalan dengan cara-cara
kekerasan (Anarkis). Nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia juga masih
belum sepenuhnya terlaksana, karena angka kemiskinan dan pengangguran masih cukup
tinggi.
G. Kembali ke Pancasila
Solusi terbaik untuk mengatasi persoalan-persoalan kebangsaan di atas adalah
dengan kembali ke nilai-nilai Pancasila. Pertanyaannya adalah bagaimana cara kembali
ke Pancasila ? Pertama, membumikan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Membumikan Pancasila berarti menjadikan nilai-nilai Pancasila
menjadi nilai-nilai yang hidup dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu Pancasila yang sesungguhnya berada dalam tataran filsafat harus diturunkan ke
dalam hal-hal yang sifatnya implentatif. Sebagai ilustrasi nilai sila kedua Pancasila harus
diimplementasikan melalui penegakan hukum yang adil dan tegas. Contoh, aparat
penegak hokum (polisi, jaksa dan hakim) harus tegas dan tanpa kompromi menindak para
pelaku kejahatan, termasuk koruptor. Jadi membumikan Pancasila salah satunya adalah
dengan penegakan hukum secara tegas. Tanpa penegakkan hukum yang tegas, maka
Pancasila hanya rangkaian kata-kata tanpa makna dan nilai serta tidak mempunyai
kekuatan apa-apa.
Kedua, internalisasi nilai-nilai Pancasila, baik melalui pendidikan formal maupun
non formal (masyarakat). Pada tataran pendidikan formal perlu revitalisasi mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (dulu Pendidikan Moral Pancasila) di sekolah.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan selam ini dianggap oleh banyak kalangan
“gagal” sebagai media penanaman nilai-nilai Pancasila.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan hanya sekedar menyampaikan sejumlah
pengetahuan (ranah kognitif) sedangkan ranah afektif dan psikomotorik masih kurang
diperhatikan. Ini berakibat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan cenderung
menjenuhkan siswa. Hal ini diperparah dengan adanya anomaly anatara nilai positif di
kelas tidak sesuai dengan apa yang terjadi dalam realitas sehari-hari. Sungguh dua realitas
yang sangat kontras dan kontradiktif. Oleh karena itu, pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan harus dikemas sedemikian rupa, sehingga mampu menjadi alat
penanaman nilai-nilai Pancasila bagi generasi muda.
8. Pada tataran masyarakat, internalisasi Pancasila gagal menjadikan masyarakat
Pancasilais. Pola penataran P4 yang dipakai sebagai pendekatan rezim Orde baru juga
gagal mengantarkan masyarakat Pancasilais. Hal ini disebabkan Pancasila justru
dipolitisasi untuk kepentingan kekuasaan. Ketika reformasi seperti saat ini, Pancasila
justru semakin jauh dari perbincangan, baik oleh masyarakat maupun para elit politik.
Pancasila seakan semakin menjauh dari keseharian kita. Sungguh ironis sebagai bangsa
pejuang yang dengan susah payah para pendiri negara (founding father) menggali nilai-
nilai Pancasila dari budaya bangsa, kini semakin pudar dan tersisih oleh hiruk pikuk
reformasi yang belum mampu menyelesaikan krisis multidimensional yang dialami
bangsa dan negara Indonesia. Oleh karena itu perlu dicari suatu model (pendekatan)
internalisasi nilai-nilai Pancasila kepada masyarakat yang tepat dan dapat diterima,
seperti melalui pendekatan agama dan budaya.
Ketiga, ketauladanan dari para pemimpin, baik pemimpin formal (pejabat negara)
maupun informal (tokoh masyarakat). Dengan ketauladanan yang dijiwai oleh nilai-nilai
Pancasila, diharapkan masyarakat luas akan mengikutinya. Hal ini disebabkan masyarakat
kita masih kental dengan budaya paternalistic yang cenderung mengikuti perilaku
pemimpinnya. Sudah semestinya kita bangga kepada bangsa dan negara Indonesia yang
berideologikan Pancasila. Mari kita kembali ke jati diri bangsa (Pancasila) dalam
menyelesaikan setiap masalah kebangsaan yang kita hadapi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemerintah pada masa Orde Baru hanya menjadikan Pancasila sebagai label pada
kegiatan dan kebijakannya. Hal tersebut dimanfaatkan untuk menindas rakyat yang
berbeda dengan politiknya. Namun pada kenyataannya merekalah yang melanggar
nilai yang terkandung dalam Pancasila itu sendiri.
2. Pancasila mengandung nilai-nilai penting yang harus diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat bangsa dan bernegara.
3. Menurut Kenndy Pancasila merupakan sebuah ideology besar, yang mampu
mengorbankan semangat ultra nasionalis, sangat toleran, anti korupsi, saling
menghargai dan menjunjung tinggi perbedaan.
4. Pasca runtuhnya Soekarno, Pancasila hanya menjadi sekedar slogan yang nilai-nilainya
disimpangkan melalui butir-butir pengalaman sebagai upaya penguasa untuk lebih
mempermudah mengatur dan mengendalikan kekuasaan.
5. Penanaman nilai-nilai Pancasila memiliki problem struktural dan kultural.
9. 6. Secara formalitas dasar negara Indonesia adalah Pancasila akan tetapi jika kita
perhatikan Pancasila makin sebatas retorika dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
7. Solusi terbaik untuk mengatasi persoalan-persoalan kebangsaan di atas adalah dengan
kembali ke nilai-nilai Pancasila.
B. Saran
1. Bangsa Indonesia harus lebih meningkatkan kesadaran diri dalam penanaman nilai-
nilai Pancasila agar dapat memperbaiki keadaan negara Indonesia yang semakin
terpuruk.
2. Penanaman nilai Pancasila harus silakukan secara implementatif dalam kehidupan
sehari-hari dan tidak hanya dijadikan sebagai slogan.
3. Penanaman nilai-nilai Pancasila dilakukan tanpa harus meninggalkan tradisi-tradisi
lokal, karena hal tersebut memang sudah terakomodir nilainya melalui Pancasila.