SlideShare a Scribd company logo
1 of 49
Oleh:
Ernalia Rosita
133020175
Irradiasi Hewani
Bahan Tambahan Pangan
(BTP)
• Iradiasi makanan: penggunaan radiasi
dari isotop radioaktif dari cobalt atau
cesium dari pembangkit yang
memproduksi sinar β (beta), γ
(gamma) atau sinar x yang jumlahnya
terkendali sehingga makanan tidak
bersifat radioaktif.
• Iradiasi memanfaatkan sinar β, γ, x
yang diproduksi oleh Cobalt 60 dan
cesium 137
• Dosis: jumlah radiasi yang diserap oleh
makanan tidak sama dengan jumlah
radiasi yang dipancarkan pembangkit.
• Dosis ditentukan intensitas dan lama
penyinaran. Satuannya gray (gy)
• 1 gray = 1 gy = 100 rads
= 0,00024 kal/kg pangan
• 1 kgy = 1000 gy
• Mengendalikan serangga pada biji-
bijian
• Mencegah pertunasan kentang
• Mengendalikan cacing pita pada
daging babi
• Mencegah pembusukan dan
mengendalikan serangga pada buah
dan sayur
• Mengendalikan salmonella, versinia
dan campylobacter pada daging,
produk unggas dan ikan.
• Mencegah jamur pada buah.
• Membunuh mikroba dan serangga
pada rempah-rempah
• Sterilisasi makanan
• Dosis randah dan medium masih
perlu pendinginan.
• April 1986 semua makanan
diiradiasi harus ada lambang. Pada
tingkat konsumen, ditambahkan “
treated with radiation” atau
“treated by irradiation”.
• Makanan ini tidak jadi radioaktif.
Tahun 1981 FAO, IAEA, WHO:
“makanan yang diradiasi sampai
dengan 1 mrad (10 kgy) aman bagi
manusia, tidak perlu pengujian lebih
jauh”.
• Tahun 1986, China melakukan 8
eksperimen pada 439 orang.
Makanan mereka 60% diradiasi
antara 0,1-8 kgy→ tidak ada
dampak.
• Hanya ada sedikit kenaikan suhu
• Perubahan tekstur mirip pasteurisasi atau
pembekuan
• Pada peach: kulit melunak, pada daging :
flavor berkurang
• Perubahan kimia: H20 →H202 90%
perubahan kimia karena radiasi menghasilkan
komponen yang alamiah. Misal trigliserida→
asam lemak
• Protein → asam amino
• Asam askorbat berubah menjadi asam
dehidroaskorbat. Vitamin e mudah rusak jika
dan 02.
• Untuk mencegah atau mengurangi kerusakan:
– Hindari cahaya dan 02
– Dinginkan makanan
– Dosisnya rendah
Penerimaan konsumen
• Wise Research Associates (1984): 25% penduduk
berhati-hati terhadap makanan ini, 75%
diantaranya takut. Tapi konsumen lebih takut
terhadap bahan tambahan kimia dan bahan
kimia lain (pestisida)
Kelebihan iradiasi
– Tidak meninggalkan residu bahan kimia
– Tidak menyebabkan perubahan suhu
– Tidak perlu dikarantina setelah
proses(produk dapat langsung dimakan)
– Daya tembus tinggi sehingga efek
penetrasi sinar gama merata hingga
kebagian dalam produk
Kelemahan iradiasi
– Biaya operasional mahal
– Butuh prasarana dan sarana yang
harganya mahal
– Perlu tenaga yang terlatih dan
professional
– Kemungkinan terkena radiasi bagi
tenaga operasional mengakibatkan
kemandulan.
Keputusan Menkes nomor
151/Menkes/SK/II/1995
• Udang beku dan paha kodok beku,
untuk menghilangkan bakteri
samonella, dosis maksimal 7 kgy.
• Ikan kering untuk memperpanjang
daya simpan dosis maksimal 5 kgy
Contoh diagram alir irradiasi hewani
Bahan
Tambahan
Pangan
(BTP)
Bahan Tambahan Pangan (BTP)
adalah bahan atau campuran bahan
yang secara alami bukan merupakan
bagian dari bahan baku pangan,
tetapi ditambahkan kedalam pangan
untuk mempengaruhi sifat atau
bentuk pangan, antara lain bahan
pewarna, pengawet, penyedap rasa,
anti gumpal, pemucat dan
pengental.
Penggolongan BTP yang diizinkan digunakan
pada pangan menurut Peraturan Menteri Kesehatan
RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 adalah sebagai
berikut:
1 Pewarna, yaitu BTP yang dapat memperbaiki atau
memberi warna pada pangan.
2 Pemanis buatan, yaitu BTP yang dapat menyebabkan
rasa manis pada pangan, yang tidak atau hampir
tidak mempunyai nilai gizi.
3 Pengawet, yaitu BTP yang dapat mencegah atau
menghambat fermentasi, pengasaman atau peruaian
lain pada pangan yang disebabkan oleh pertumbuhan
mikroba.
4 Antioksida, yaitu BTP yang dapat
mencegah atau menghambat proses
oksidasi lemak sehingga mencegah
terjadinya ketengikan.
5 Antikempal, yaitu BTP yang dapat
mencegah mengempalnya
(menggumpalnya) pangan yang berupa
serbuk seperti tepung atau bubuk.
6 Penyedapa rasa dan aroma,
menguatkan rasa, yaitu BTP yang
dapat memberikan, menambah atau
mempertegas rasa aroma.
7 Pengatur keasaman (pengasam, penetral dan
pendapar) yaitu BTP yang dapat mengasamkan,
menetralkan dan mempertahankan derajat
keasaman pangan.
8 Pemutih dan pematang tepung, yaitu BTP yang
dapat mempercepat proses pemutihan dan atau
pematang tepung sehingga dapat memperbaiki mutu
pemanggangan.
9 Pengemulsi, pemantap dan pengental yaitu BTP yang
dapat membantu terbentuknya dan memantapkan
sistem dipersi yang homogen pada pangan.
10 Pengeras, yaitu BTP yang dapat memperkeras atau
mencegah melunaknya pangan.
11 Sekuestran, yaitu BTP yang dapat mengikat ion
logam yang ada dalam pangan, sehingga
memantapkan warna, aroma dan tekstur.
Selain BTP yang tercantum dalam Peratuan
Mentri tersebut, masih ada beberapa BTP lainnya
yang biasa digunakan dalam pangan, misalnya:
1 Enzim, yaitu BTP yang berasal dari hewan, tanaman
atau mikroba, yang dapat menguraikan secara
enzimatis, misalnya membuat pangan menjadi lebih
empuk, lebih larut danlain-lain.
2 Penambah gizi, yaitu bahan tambahan berupa asam
amino, mineral atau vitamin, baik tunggal maupun
campuran, yang dapat meningkatkan nilai gizi
pangan.
3 Humektan, yaitu BTP yang dapat menyerap lembab
(uap air) sehingga mempertahankan kadar air
pangan.
1. Pewarna
Penambahan bahan pewarna pada pangan
dilakukan untuk beberapa tujuan yaitu :
a Memberi kesan menarik bagi konsumen
b Menyeragamkan warna pangan
c Menstabilkan warna
d Menutupi perubahan warna selama proses
pengolahan
e Mengatasi perubahan warna selama
penyimpanan
Beberapa pewarna alami yang diizinkan dalam
pangan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
772/Menkes/RI/Per/IX/88 diantaranya adalah :
1 Karamel, yaitu pewarna alami berwarna coklat yang
dapat digunakan untuk mewarnai jem/jeli (200
mg/kg), acar ketimun dalam botol (300 mg/kg), dan
yogurt beraroma (150 mg/kg).
2 Beta-karoten, yaitu pewarna alami berwarna
merah-orange yang dapat digunakan untuk
mewarnai acar ketimun dalam botol (300 mg/kg), es
krim (100 mg/kg), keju (600 mg/kg), lemak dan
minyak makan (secukupnya).
3 Kurkumin, yaitu pewarna alami berwarna kuning-
orange yang dapat digunakan untuk mewarnai es
krim dan sejenisnya (50 mg/kg), atau lemak dan
minyak makan (secukupnya).
2. Pemanis Buatan
Pemanis buatan sering ditambahkan
kedalam pangan dan minuman sebagai
pangganti gula karena mempunyai
kelebihan dibandingakan dengan pemanis
alami (gula), yaitu:
1 Rasanya lebih manis.
2 Membantu mempertajam penerimaan
terhadap rasa manis.
3 Tidak mengandung kalori atau
mengandung kalori yang jauh lebih rendah
sehingga cocok untuk penderita penyakit
gula (diabetes).
4 Harganya lebih murah.
3. Pengawet
Bahan pengawet umumnya
digunakan untuk mengawetkan pangan
yang mempunyai sifat mudah rusak.
Bahan ini dapat menghambat atau
memperlambat prosesa fermentasi,
pengasaman atau peruraian yang
disebabkan oleh mikroba. Tetapi tidak
jarang produsen menggunakanya pada
pangan yang relatif awet dengan
tujuan untuk memperpanjang masa
simapan atau memperbaiki tekstur.
4. Penyedap Rasa dan Aroma, Penguat Rasa
Salah satu penyedap rasa dan aroma
yang dikenal luas di Indonesia adalah vetsin
atau bumbu masak, dan terdapat dengan
berbagai merek dipasaran. Penyedap rasa
tersebut mengandung senyawa yang disebut
monosodium glutamat (MSG). Peranan
asam glutamat sangat penting,
diantaranya untuk merangsang dan
menghantar sinyal-sinyal antar sel otak.
Dalam peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 772/Menkes/Per/IX/88, penggunaan
MSG dibatasi secukupnya, yang berarti
tidak boleh berlebihan.
5. Pengemulsi, Pemantap dan Pengental
Fungsi dari pengemulsi, pemantap dan
pengental dalam pangan adalah untuk
memantapkan emulsi dari lemak dan air
sehingga produk tetap stabil, tidak meleleh,
tidak terpisah antara bagian lemak dan air
serta mempunyai tekstur yang kompak.
Jenis pangan yang sering menggunakan
BTP semacam ini adalah es krim, es puter,
saus sardin ,jem, jeli, sirup dan lain-lain.
Bahan-bahan pengemulsi, pemantap dan
penstabil yang diizinkan digunakan dalam
pangan dapat dilihat pada Tabel 3.
6. Antioksidan
Antioksidan adalah BTP yang
digunakan untuk mencegah terjadinya
ketengikan pada pangan akibat proses
oksidasi lemak atau minyak yang
terdapat didalam pangan. Bahan-
bahan yang sering ditambahkan
antioksidan adalah lemak dan
minyak,mentega, margarin, daging
olahan/awetan, ikan beku, ikan asin
dan lain-lain. Bahan antioksidan yang
diizinkan digunakan dalam pangan
dapat dilihat pada Tabel 4.
7. Pengatur Keasaman (Pengasam, Penetral dan
Pendapar)
Fungsi pengatur pengasaman pada pangan
adalah untuk membuat pangan menjadi lebih asam,
lebih basa, atau menetralkan pangan. Pengatur
keasaman mungkin ditambahkan langsung kedalam
pangan, tetapi seringkali terdapat didalam.
Asidulan merupakan senyawa kimia yang bersifat
asam yang ditambahkan pada proses pengolahan
makanan dengan berbagai tujuan. Asidulan dapat
bertindak sebagai penegas rasa dan warna atau
menyelubungi after taste yang tidak disukai. Sifat
asam senyawa ini dapat mencegah pertumbuhan
mikroba dan bertindak sebagai bahan pengawet.
Kemudian pH rendah buffer yang dihasilkannya
mempermudah proses pengolahan. Bahan ini bersifat
sinergis terhadap antioksidan dalam mencegah
ketengikan dan browning.
8. Anti Kempal atau Anti Kerak (Anti
Caking Agent)
Anti kempal biasa ditambahkan
kedalam pangan yang berbentuk
tepung atau bubuk. Oleh karena itu
peranannya didalam pangan tidak
secara langsung, tetapi terdapat
didalam bahan-bahan yang digunakan
untuk membuat pangan seperti susu
bubuk, tepung terigu, gula pasir dan
sebagainya. Beberapa bahan anti
kempal yang diizinkan untuk pangan
dapat dilihat pada Tabel 6.
9. Pemutih/Pemucat dan Pematang
Tepung
Pemutih dan pematang tepung
adalah bahan yang dapat
mempercepat proses pemutihan dan
sekaligus pematangan tepung sehingga
dapat memperbaiki mutu hasil
pemanggangan, misalnya dalam
pembuatan roti, kraker, biskuit dan
kue.
Beberapa bahan pemutih dan
pematangan tepung yang diizinkan
untuk pangan pada Tabel 7 berikut ini:
10. Pengeras
Pengeras ditambahkan kedalam
pangan untuk membuat pangan
menjadi lebih keras atau mencegah
pangan menjadi lebih lunak.
Beberapa bahan pengeras yang
diizinkan untuk pangan dapat dilihat
pada Tabel 8 berikut ini :
11. Sekuestran
Sekuestran adalah bahan yang
dapat mengikat ion logam pada
pangan sehingga memantapkan
warna dan tekstur pangan atau
mencegah perubahan warna pangan.
Beberapa bahan sekuestran yang
diizinkan untuk pangan dapat dilihat
pada Tabel 9.
12. Zat Penjernih Larutan
Masalah utama pembuatan bir, anggur
dan sari buah adalah timbulnya kekeruhan
(rekasi protein atau tanindengan polifenol
membentuk koloid), pengendapan, dan
oksidasi yang menyebabkan perubahan
warna (disebabkan oleh senyawa golongan
fenol, seperti antosianin, flavonoid,
leukoantosianogen, dan tanin). Kekeruhan
dapat dihilangkan dengan menggunakan
enzim yang menghidrolisis protein atau
pektin, namun kadang menimbulkan busa
kalau terlalu banyak, karena itu lebih sering
digunakan zat penjernih.
13. Pengembang Adonan
Beberapa senyawa kimia akan
terurai dengan menghasilkan gas
dalam adonan roti. Selama
pembakaran, volume gas bersama
dengan udara dan uap air yang ikut
terperangkap dalam adonan akan
mengembang, sehingga diperoleh roti
dengan struktur berpori-pori. Senyawa
kimia tersebut terdapat dalam tepung
terigu yang sudah diperam, tepung
adonan, dan tepung soda kue.
14. Surfaktan
Surfaktan digunakan dalam
pengolahan pangan untuk
meningkatkan mutu produk dan
mengurangi kesulitan penanganan
bahan yang mudah rusak. Pemakaian
surfaktan selama produk disimpan
akan mempertahankan viskositas,
tekstur, mouthfeel, dan
memperpanjang masa simpannya.
Yang termasuk dalam golongan
surfaktan adalah pengemulsi, penstabil,
pengental, dan pembasah.
14. Pembasah
Bahan pangan mempunyai daya menyerap air yang berbeda-beda.
Ada tiga macam sistem pada bahan yang akan mempengaruhi mudah
tidaknya bahan tersebut terbasahi oleh air, yaitu :
a. Pembasahan permukaan yang berlapis lilin
Adanya lapisan lilin di permukaan bahan seperti pada apel dan
daun kol, menyebabkan air sulit diserap dan membentuk butiran air di
atas lapisan air, karena itu bahan tidak dapat dibasahi. Surfaktan yang
dipakai harus dapat mengikat lemak dan air sehingga air terikat oleh
bahan, dan bahan menjadi basah.
b. Pembasahan kapiler
Misalnya rehidrasi akan dilakukan pada bahan yang mempunyai
struktur berpori-pori. Makin tinggi permukaan, makin besar daya
penetrasi air. Karena itu penambahan surfaktan yang menurunkan
tegangan permukaan akan merugikan.
c. Pembasahan tepung
Pembasahan tepung yang terlalu cepat akan membuat tepung
diselubungi oleh cairan dengan menahan udara di dalamnya sehingga
tepung agak sukar larut. Untuk itu diperlukan surfaktan yang dapat
menurunkan tegangan permukaan cairan sehingga adsorpsi cairan oleh
tepung akan lebih mudah.
Dalam peraturan ini disebutkan antara lain
sebagai berikut :
1 BTP yang digunakan untuk memproduksi pangan
tidak boleh merugikan atau membahayakan
kesehatan dan harus memenuhi standar mutu atau
persyaratan yang ditetapkan.
2 BTP yang standar mutu atau persyaratannya belum
ditetapkan oleh Menteri hanya digunakan dengan izin
khusus Menteri.
3 Terhadap BTP yang disebut dalam nomor 1 sebelum
digunakan harus dilakukan pemeriksaan secara
organoleptik, fisika, kimia, mikrobiologi, dan/atau
biologi.
TERIMAKASIH.......

More Related Content

What's hot

PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBATPENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBATSurya Amal
 
6. satuan percobaan, dan percobaan satu faktor
6. satuan percobaan, dan percobaan satu faktor6. satuan percobaan, dan percobaan satu faktor
6. satuan percobaan, dan percobaan satu faktorEmi Suhaemi
 
25820 sni 3751-2009 (tepung terigu)
25820 sni 3751-2009 (tepung terigu)25820 sni 3751-2009 (tepung terigu)
25820 sni 3751-2009 (tepung terigu)Fitri Andriani
 
Prinsip tes kit
Prinsip tes kitPrinsip tes kit
Prinsip tes kitostin leo
 
Sni 01 2891-1992 cara uji makanan minuman
Sni 01 2891-1992 cara uji makanan minumanSni 01 2891-1992 cara uji makanan minuman
Sni 01 2891-1992 cara uji makanan minumanFitri Andriani
 
makalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencit
makalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencitmakalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencit
makalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencitFaradina Kusumasdiyanti
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan MediumLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan MediumRukmana Suharta
 
Pengatar Farmakognosi
Pengatar FarmakognosiPengatar Farmakognosi
Pengatar FarmakognosiSurya Amal
 
Laporan mikrobiologi menghitung jumlah mikroba
Laporan mikrobiologi   menghitung jumlah mikrobaLaporan mikrobiologi   menghitung jumlah mikroba
Laporan mikrobiologi menghitung jumlah mikrobaMifta Rahmat
 
Reproduksi Hewan 1
Reproduksi Hewan 1Reproduksi Hewan 1
Reproduksi Hewan 1lombkTBK
 
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat LaboratoriumLaporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat LaboratoriumRukmana Suharta
 

What's hot (20)

Sistem endokrin pada hewan
Sistem endokrin pada hewanSistem endokrin pada hewan
Sistem endokrin pada hewan
 
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBATPENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
 
6. satuan percobaan, dan percobaan satu faktor
6. satuan percobaan, dan percobaan satu faktor6. satuan percobaan, dan percobaan satu faktor
6. satuan percobaan, dan percobaan satu faktor
 
25820 sni 3751-2009 (tepung terigu)
25820 sni 3751-2009 (tepung terigu)25820 sni 3751-2009 (tepung terigu)
25820 sni 3751-2009 (tepung terigu)
 
Arah tumbuh batang
Arah tumbuh batang Arah tumbuh batang
Arah tumbuh batang
 
Aves
AvesAves
Aves
 
Pengasaman
PengasamanPengasaman
Pengasaman
 
Pengenalan Alat
Pengenalan AlatPengenalan Alat
Pengenalan Alat
 
Prinsip tes kit
Prinsip tes kitPrinsip tes kit
Prinsip tes kit
 
Sni 01 2891-1992 cara uji makanan minuman
Sni 01 2891-1992 cara uji makanan minumanSni 01 2891-1992 cara uji makanan minuman
Sni 01 2891-1992 cara uji makanan minuman
 
Laporan praktikum media
Laporan praktikum mediaLaporan praktikum media
Laporan praktikum media
 
makalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencit
makalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencitmakalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencit
makalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencit
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan MediumLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
 
Pengatar Farmakognosi
Pengatar FarmakognosiPengatar Farmakognosi
Pengatar Farmakognosi
 
Mekanisme Spesiasi dan Kepunahan
Mekanisme Spesiasi dan KepunahanMekanisme Spesiasi dan Kepunahan
Mekanisme Spesiasi dan Kepunahan
 
Evolusi Vertebrata 1
Evolusi Vertebrata 1Evolusi Vertebrata 1
Evolusi Vertebrata 1
 
Laporan mikrobiologi menghitung jumlah mikroba
Laporan mikrobiologi   menghitung jumlah mikrobaLaporan mikrobiologi   menghitung jumlah mikroba
Laporan mikrobiologi menghitung jumlah mikroba
 
Reproduksi Hewan 1
Reproduksi Hewan 1Reproduksi Hewan 1
Reproduksi Hewan 1
 
Mikroba rumen ruminansia
Mikroba rumen ruminansiaMikroba rumen ruminansia
Mikroba rumen ruminansia
 
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat LaboratoriumLaporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
 

Viewers also liked

Food irradiation effect to microbial (eva n)
Food irradiation effect to microbial (eva n)Food irradiation effect to microbial (eva n)
Food irradiation effect to microbial (eva n)Eva Ni'maturohmah
 
Perubahan Komponen Kimia Pangan Akibat Pengolahan dan Pengawetan
Perubahan Komponen Kimia Pangan Akibat Pengolahan dan PengawetanPerubahan Komponen Kimia Pangan Akibat Pengolahan dan Pengawetan
Perubahan Komponen Kimia Pangan Akibat Pengolahan dan PengawetanMuhammad Eko
 
Oksidasi lemak pada wadi ikan toman
Oksidasi lemak pada wadi ikan tomanOksidasi lemak pada wadi ikan toman
Oksidasi lemak pada wadi ikan tomanBasyrowi Arby
 
Prinsip pengolahan ikan (mikrobiologi dan kimiawi)
Prinsip pengolahan ikan (mikrobiologi dan kimiawi)Prinsip pengolahan ikan (mikrobiologi dan kimiawi)
Prinsip pengolahan ikan (mikrobiologi dan kimiawi)Heru Pramono
 
Teknologi produk perikanan
Teknologi produk perikananTeknologi produk perikanan
Teknologi produk perikananUmar Ashiddiq
 
Kuliah Ke 1 (Dasar Teknologi Hasil Perairan Diversifikasi Dan Pengembangan ...
Kuliah Ke 1 (Dasar Teknologi Hasil Perairan   Diversifikasi Dan Pengembangan ...Kuliah Ke 1 (Dasar Teknologi Hasil Perairan   Diversifikasi Dan Pengembangan ...
Kuliah Ke 1 (Dasar Teknologi Hasil Perairan Diversifikasi Dan Pengembangan ...fauzi ridwan
 

Viewers also liked (7)

Food irradiation effect to microbial (eva n)
Food irradiation effect to microbial (eva n)Food irradiation effect to microbial (eva n)
Food irradiation effect to microbial (eva n)
 
Perubahan Komponen Kimia Pangan Akibat Pengolahan dan Pengawetan
Perubahan Komponen Kimia Pangan Akibat Pengolahan dan PengawetanPerubahan Komponen Kimia Pangan Akibat Pengolahan dan Pengawetan
Perubahan Komponen Kimia Pangan Akibat Pengolahan dan Pengawetan
 
Oksidasi lemak pada wadi ikan toman
Oksidasi lemak pada wadi ikan tomanOksidasi lemak pada wadi ikan toman
Oksidasi lemak pada wadi ikan toman
 
Prinsip pengolahan ikan (mikrobiologi dan kimiawi)
Prinsip pengolahan ikan (mikrobiologi dan kimiawi)Prinsip pengolahan ikan (mikrobiologi dan kimiawi)
Prinsip pengolahan ikan (mikrobiologi dan kimiawi)
 
Teknologi produk perikanan
Teknologi produk perikananTeknologi produk perikanan
Teknologi produk perikanan
 
Keamanan pangan
Keamanan panganKeamanan pangan
Keamanan pangan
 
Kuliah Ke 1 (Dasar Teknologi Hasil Perairan Diversifikasi Dan Pengembangan ...
Kuliah Ke 1 (Dasar Teknologi Hasil Perairan   Diversifikasi Dan Pengembangan ...Kuliah Ke 1 (Dasar Teknologi Hasil Perairan   Diversifikasi Dan Pengembangan ...
Kuliah Ke 1 (Dasar Teknologi Hasil Perairan Diversifikasi Dan Pengembangan ...
 

Similar to Iradiasi Hewani dan Bahan Tambahan Pangan

MAKALAH TEKNOLOGI PANGAN PEMANIS DAN PENGAWET
MAKALAH TEKNOLOGI PANGAN PEMANIS DAN PENGAWETMAKALAH TEKNOLOGI PANGAN PEMANIS DAN PENGAWET
MAKALAH TEKNOLOGI PANGAN PEMANIS DAN PENGAWETHani Ani
 
Bahan tambahan pangan
Bahan tambahan panganBahan tambahan pangan
Bahan tambahan panganDona Dika
 
Bahan tambahan pangan
Bahan tambahan panganBahan tambahan pangan
Bahan tambahan panganDona Dika
 
ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)
ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)
ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)imroatulM
 
Zat_aditif_dan_adiktif_1.ppt
Zat_aditif_dan_adiktif_1.pptZat_aditif_dan_adiktif_1.ppt
Zat_aditif_dan_adiktif_1.pptLaleRusmalaDewi
 
Presentasi zat additive
Presentasi zat additivePresentasi zat additive
Presentasi zat additiveRiska Dadong
 
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.ppt
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.pptipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.ppt
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.pptdanangpamungkas11
 
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.ppt
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.pptipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.ppt
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.pptHilmanAnbari2
 
14 pengawetan dan bahan tambahan makanan
14 pengawetan dan bahan tambahan makanan14 pengawetan dan bahan tambahan makanan
14 pengawetan dan bahan tambahan makananJujul Fatur Felisha
 
bahan tambahan makanan
bahan tambahan makananbahan tambahan makanan
bahan tambahan makananputrirayyan
 
zat-aditiftampil.ppt
zat-aditiftampil.pptzat-aditiftampil.ppt
zat-aditiftampil.pptFARIKHAHTIN
 
13 Regulasi dan efek kesehatan BTP.pdf
13 Regulasi dan efek kesehatan BTP.pdf13 Regulasi dan efek kesehatan BTP.pdf
13 Regulasi dan efek kesehatan BTP.pdfagroteknologitrilogi
 
Presentase klp 6
Presentase klp 6Presentase klp 6
Presentase klp 6Ayy Ayy
 

Similar to Iradiasi Hewani dan Bahan Tambahan Pangan (20)

MAKALAH TEKNOLOGI PANGAN PEMANIS DAN PENGAWET
MAKALAH TEKNOLOGI PANGAN PEMANIS DAN PENGAWETMAKALAH TEKNOLOGI PANGAN PEMANIS DAN PENGAWET
MAKALAH TEKNOLOGI PANGAN PEMANIS DAN PENGAWET
 
Bahan tambahan pangan
Bahan tambahan panganBahan tambahan pangan
Bahan tambahan pangan
 
Bahan tambahan pangan
Bahan tambahan panganBahan tambahan pangan
Bahan tambahan pangan
 
ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)
ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)
ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)
 
Zat_aditif_dan_adiktif_1.ppt
Zat_aditif_dan_adiktif_1.pptZat_aditif_dan_adiktif_1.ppt
Zat_aditif_dan_adiktif_1.ppt
 
Presentasi zat additive
Presentasi zat additivePresentasi zat additive
Presentasi zat additive
 
Bahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan PanganBahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan Pangan
 
Bahan tambahan pangan.pdf
Bahan tambahan pangan.pdfBahan tambahan pangan.pdf
Bahan tambahan pangan.pdf
 
Addiktif
AddiktifAddiktif
Addiktif
 
AKL MAKANAN 2.pdf
AKL MAKANAN 2.pdfAKL MAKANAN 2.pdf
AKL MAKANAN 2.pdf
 
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.ppt
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.pptipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.ppt
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.ppt
 
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.ppt
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.pptipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.ppt
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.ppt
 
14 pengawetan dan bahan tambahan makanan
14 pengawetan dan bahan tambahan makanan14 pengawetan dan bahan tambahan makanan
14 pengawetan dan bahan tambahan makanan
 
Pengawet Makanan
Pengawet MakananPengawet Makanan
Pengawet Makanan
 
bahan tambahan makanan
bahan tambahan makananbahan tambahan makanan
bahan tambahan makanan
 
Bahan tambahan makanan
Bahan tambahan makananBahan tambahan makanan
Bahan tambahan makanan
 
zat-aditiftampil.ppt
zat-aditiftampil.pptzat-aditiftampil.ppt
zat-aditiftampil.ppt
 
13 Regulasi dan efek kesehatan BTP.pdf
13 Regulasi dan efek kesehatan BTP.pdf13 Regulasi dan efek kesehatan BTP.pdf
13 Regulasi dan efek kesehatan BTP.pdf
 
Presentase klp 6
Presentase klp 6Presentase klp 6
Presentase klp 6
 
Zat berbahaya
Zat berbahayaZat berbahaya
Zat berbahaya
 

More from Ernalia Rosita

METODE PENGUKURAN AIR
METODE PENGUKURAN AIR METODE PENGUKURAN AIR
METODE PENGUKURAN AIR Ernalia Rosita
 
Laporan Praktikum Foaming Buah Naga
Laporan Praktikum Foaming Buah NagaLaporan Praktikum Foaming Buah Naga
Laporan Praktikum Foaming Buah NagaErnalia Rosita
 
Laporan Praktikum Penepungan
Laporan Praktikum PenepunganLaporan Praktikum Penepungan
Laporan Praktikum PenepunganErnalia Rosita
 
Laporan Praktikum Sosis
Laporan Praktikum SosisLaporan Praktikum Sosis
Laporan Praktikum SosisErnalia Rosita
 
Laporan Praktikum Kamaboko
Laporan Praktikum KamabokoLaporan Praktikum Kamaboko
Laporan Praktikum KamabokoErnalia Rosita
 
Laporan Praktikum Cuka Apel
Laporan Praktikum Cuka ApelLaporan Praktikum Cuka Apel
Laporan Praktikum Cuka ApelErnalia Rosita
 
Laporan Praktikum Abon Ikan Tuna
Laporan Praktikum Abon Ikan TunaLaporan Praktikum Abon Ikan Tuna
Laporan Praktikum Abon Ikan TunaErnalia Rosita
 
Laporan Praktikum Bakso
Laporan Praktikum BaksoLaporan Praktikum Bakso
Laporan Praktikum BaksoErnalia Rosita
 
Laporan Praktikum Yoghurt
Laporan Praktikum YoghurtLaporan Praktikum Yoghurt
Laporan Praktikum YoghurtErnalia Rosita
 
Laporan Praktikum Mentega Tradisional
Laporan Praktikum Mentega TradisionalLaporan Praktikum Mentega Tradisional
Laporan Praktikum Mentega TradisionalErnalia Rosita
 
Laporan Praktikum Ice Cream
Laporan Praktikum Ice CreamLaporan Praktikum Ice Cream
Laporan Praktikum Ice CreamErnalia Rosita
 
Laporan Praktikum Kokristalisasi Susu
Laporan Praktikum Kokristalisasi SusuLaporan Praktikum Kokristalisasi Susu
Laporan Praktikum Kokristalisasi SusuErnalia Rosita
 
Laporan Praktikum Sorbet
Laporan Praktikum SorbetLaporan Praktikum Sorbet
Laporan Praktikum SorbetErnalia Rosita
 
Laporan Praktikum Selai
Laporan Praktikum SelaiLaporan Praktikum Selai
Laporan Praktikum SelaiErnalia Rosita
 
Laporan Praktikum Marshmallow
Laporan Praktikum MarshmallowLaporan Praktikum Marshmallow
Laporan Praktikum MarshmallowErnalia Rosita
 
Laporan Praktikum Hard Candy
Laporan Praktikum Hard CandyLaporan Praktikum Hard Candy
Laporan Praktikum Hard CandyErnalia Rosita
 
Laporan Praktikum Fruit Leather
Laporan Praktikum Fruit LeatherLaporan Praktikum Fruit Leather
Laporan Praktikum Fruit LeatherErnalia Rosita
 
Laporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan Tradisional
Laporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan TradisionalLaporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan Tradisional
Laporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan TradisionalErnalia Rosita
 
Laporan Praktikum Tahu
Laporan Praktikum TahuLaporan Praktikum Tahu
Laporan Praktikum TahuErnalia Rosita
 

More from Ernalia Rosita (20)

RODENTA HAMA GUDANG
RODENTA HAMA GUDANG RODENTA HAMA GUDANG
RODENTA HAMA GUDANG
 
METODE PENGUKURAN AIR
METODE PENGUKURAN AIR METODE PENGUKURAN AIR
METODE PENGUKURAN AIR
 
Laporan Praktikum Foaming Buah Naga
Laporan Praktikum Foaming Buah NagaLaporan Praktikum Foaming Buah Naga
Laporan Praktikum Foaming Buah Naga
 
Laporan Praktikum Penepungan
Laporan Praktikum PenepunganLaporan Praktikum Penepungan
Laporan Praktikum Penepungan
 
Laporan Praktikum Sosis
Laporan Praktikum SosisLaporan Praktikum Sosis
Laporan Praktikum Sosis
 
Laporan Praktikum Kamaboko
Laporan Praktikum KamabokoLaporan Praktikum Kamaboko
Laporan Praktikum Kamaboko
 
Laporan Praktikum Cuka Apel
Laporan Praktikum Cuka ApelLaporan Praktikum Cuka Apel
Laporan Praktikum Cuka Apel
 
Laporan Praktikum Abon Ikan Tuna
Laporan Praktikum Abon Ikan TunaLaporan Praktikum Abon Ikan Tuna
Laporan Praktikum Abon Ikan Tuna
 
Laporan Praktikum Bakso
Laporan Praktikum BaksoLaporan Praktikum Bakso
Laporan Praktikum Bakso
 
Laporan Praktikum Yoghurt
Laporan Praktikum YoghurtLaporan Praktikum Yoghurt
Laporan Praktikum Yoghurt
 
Laporan Praktikum Mentega Tradisional
Laporan Praktikum Mentega TradisionalLaporan Praktikum Mentega Tradisional
Laporan Praktikum Mentega Tradisional
 
Laporan Praktikum Ice Cream
Laporan Praktikum Ice CreamLaporan Praktikum Ice Cream
Laporan Praktikum Ice Cream
 
Laporan Praktikum Kokristalisasi Susu
Laporan Praktikum Kokristalisasi SusuLaporan Praktikum Kokristalisasi Susu
Laporan Praktikum Kokristalisasi Susu
 
Laporan Praktikum Sorbet
Laporan Praktikum SorbetLaporan Praktikum Sorbet
Laporan Praktikum Sorbet
 
Laporan Praktikum Selai
Laporan Praktikum SelaiLaporan Praktikum Selai
Laporan Praktikum Selai
 
Laporan Praktikum Marshmallow
Laporan Praktikum MarshmallowLaporan Praktikum Marshmallow
Laporan Praktikum Marshmallow
 
Laporan Praktikum Hard Candy
Laporan Praktikum Hard CandyLaporan Praktikum Hard Candy
Laporan Praktikum Hard Candy
 
Laporan Praktikum Fruit Leather
Laporan Praktikum Fruit LeatherLaporan Praktikum Fruit Leather
Laporan Praktikum Fruit Leather
 
Laporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan Tradisional
Laporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan TradisionalLaporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan Tradisional
Laporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan Tradisional
 
Laporan Praktikum Tahu
Laporan Praktikum TahuLaporan Praktikum Tahu
Laporan Praktikum Tahu
 

Iradiasi Hewani dan Bahan Tambahan Pangan

  • 3. • Iradiasi makanan: penggunaan radiasi dari isotop radioaktif dari cobalt atau cesium dari pembangkit yang memproduksi sinar β (beta), γ (gamma) atau sinar x yang jumlahnya terkendali sehingga makanan tidak bersifat radioaktif. • Iradiasi memanfaatkan sinar β, γ, x yang diproduksi oleh Cobalt 60 dan cesium 137
  • 4. • Dosis: jumlah radiasi yang diserap oleh makanan tidak sama dengan jumlah radiasi yang dipancarkan pembangkit. • Dosis ditentukan intensitas dan lama penyinaran. Satuannya gray (gy) • 1 gray = 1 gy = 100 rads = 0,00024 kal/kg pangan • 1 kgy = 1000 gy
  • 5. • Mengendalikan serangga pada biji- bijian • Mencegah pertunasan kentang • Mengendalikan cacing pita pada daging babi • Mencegah pembusukan dan mengendalikan serangga pada buah dan sayur
  • 6. • Mengendalikan salmonella, versinia dan campylobacter pada daging, produk unggas dan ikan. • Mencegah jamur pada buah.
  • 7. • Membunuh mikroba dan serangga pada rempah-rempah • Sterilisasi makanan • Dosis randah dan medium masih perlu pendinginan.
  • 8. • April 1986 semua makanan diiradiasi harus ada lambang. Pada tingkat konsumen, ditambahkan “ treated with radiation” atau “treated by irradiation”.
  • 9. • Makanan ini tidak jadi radioaktif. Tahun 1981 FAO, IAEA, WHO: “makanan yang diradiasi sampai dengan 1 mrad (10 kgy) aman bagi manusia, tidak perlu pengujian lebih jauh”. • Tahun 1986, China melakukan 8 eksperimen pada 439 orang. Makanan mereka 60% diradiasi antara 0,1-8 kgy→ tidak ada dampak.
  • 10. • Hanya ada sedikit kenaikan suhu • Perubahan tekstur mirip pasteurisasi atau pembekuan • Pada peach: kulit melunak, pada daging : flavor berkurang • Perubahan kimia: H20 →H202 90% perubahan kimia karena radiasi menghasilkan komponen yang alamiah. Misal trigliserida→ asam lemak • Protein → asam amino • Asam askorbat berubah menjadi asam dehidroaskorbat. Vitamin e mudah rusak jika dan 02.
  • 11. • Untuk mencegah atau mengurangi kerusakan: – Hindari cahaya dan 02 – Dinginkan makanan – Dosisnya rendah Penerimaan konsumen • Wise Research Associates (1984): 25% penduduk berhati-hati terhadap makanan ini, 75% diantaranya takut. Tapi konsumen lebih takut terhadap bahan tambahan kimia dan bahan kimia lain (pestisida)
  • 12. Kelebihan iradiasi – Tidak meninggalkan residu bahan kimia – Tidak menyebabkan perubahan suhu – Tidak perlu dikarantina setelah proses(produk dapat langsung dimakan) – Daya tembus tinggi sehingga efek penetrasi sinar gama merata hingga kebagian dalam produk
  • 13. Kelemahan iradiasi – Biaya operasional mahal – Butuh prasarana dan sarana yang harganya mahal – Perlu tenaga yang terlatih dan professional – Kemungkinan terkena radiasi bagi tenaga operasional mengakibatkan kemandulan.
  • 14. Keputusan Menkes nomor 151/Menkes/SK/II/1995 • Udang beku dan paha kodok beku, untuk menghilangkan bakteri samonella, dosis maksimal 7 kgy. • Ikan kering untuk memperpanjang daya simpan dosis maksimal 5 kgy
  • 15. Contoh diagram alir irradiasi hewani
  • 17. Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental.
  • 18. Penggolongan BTP yang diizinkan digunakan pada pangan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 adalah sebagai berikut: 1 Pewarna, yaitu BTP yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada pangan. 2 Pemanis buatan, yaitu BTP yang dapat menyebabkan rasa manis pada pangan, yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi. 3 Pengawet, yaitu BTP yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau peruaian lain pada pangan yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba.
  • 19. 4 Antioksida, yaitu BTP yang dapat mencegah atau menghambat proses oksidasi lemak sehingga mencegah terjadinya ketengikan. 5 Antikempal, yaitu BTP yang dapat mencegah mengempalnya (menggumpalnya) pangan yang berupa serbuk seperti tepung atau bubuk. 6 Penyedapa rasa dan aroma, menguatkan rasa, yaitu BTP yang dapat memberikan, menambah atau mempertegas rasa aroma.
  • 20. 7 Pengatur keasaman (pengasam, penetral dan pendapar) yaitu BTP yang dapat mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman pangan. 8 Pemutih dan pematang tepung, yaitu BTP yang dapat mempercepat proses pemutihan dan atau pematang tepung sehingga dapat memperbaiki mutu pemanggangan. 9 Pengemulsi, pemantap dan pengental yaitu BTP yang dapat membantu terbentuknya dan memantapkan sistem dipersi yang homogen pada pangan. 10 Pengeras, yaitu BTP yang dapat memperkeras atau mencegah melunaknya pangan. 11 Sekuestran, yaitu BTP yang dapat mengikat ion logam yang ada dalam pangan, sehingga memantapkan warna, aroma dan tekstur.
  • 21. Selain BTP yang tercantum dalam Peratuan Mentri tersebut, masih ada beberapa BTP lainnya yang biasa digunakan dalam pangan, misalnya: 1 Enzim, yaitu BTP yang berasal dari hewan, tanaman atau mikroba, yang dapat menguraikan secara enzimatis, misalnya membuat pangan menjadi lebih empuk, lebih larut danlain-lain. 2 Penambah gizi, yaitu bahan tambahan berupa asam amino, mineral atau vitamin, baik tunggal maupun campuran, yang dapat meningkatkan nilai gizi pangan. 3 Humektan, yaitu BTP yang dapat menyerap lembab (uap air) sehingga mempertahankan kadar air pangan.
  • 22. 1. Pewarna Penambahan bahan pewarna pada pangan dilakukan untuk beberapa tujuan yaitu : a Memberi kesan menarik bagi konsumen b Menyeragamkan warna pangan c Menstabilkan warna d Menutupi perubahan warna selama proses pengolahan e Mengatasi perubahan warna selama penyimpanan
  • 23. Beberapa pewarna alami yang diizinkan dalam pangan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 772/Menkes/RI/Per/IX/88 diantaranya adalah : 1 Karamel, yaitu pewarna alami berwarna coklat yang dapat digunakan untuk mewarnai jem/jeli (200 mg/kg), acar ketimun dalam botol (300 mg/kg), dan yogurt beraroma (150 mg/kg). 2 Beta-karoten, yaitu pewarna alami berwarna merah-orange yang dapat digunakan untuk mewarnai acar ketimun dalam botol (300 mg/kg), es krim (100 mg/kg), keju (600 mg/kg), lemak dan minyak makan (secukupnya). 3 Kurkumin, yaitu pewarna alami berwarna kuning- orange yang dapat digunakan untuk mewarnai es krim dan sejenisnya (50 mg/kg), atau lemak dan minyak makan (secukupnya).
  • 24. 2. Pemanis Buatan Pemanis buatan sering ditambahkan kedalam pangan dan minuman sebagai pangganti gula karena mempunyai kelebihan dibandingakan dengan pemanis alami (gula), yaitu: 1 Rasanya lebih manis. 2 Membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis. 3 Tidak mengandung kalori atau mengandung kalori yang jauh lebih rendah sehingga cocok untuk penderita penyakit gula (diabetes). 4 Harganya lebih murah.
  • 25.
  • 26. 3. Pengawet Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan yang mempunyai sifat mudah rusak. Bahan ini dapat menghambat atau memperlambat prosesa fermentasi, pengasaman atau peruraian yang disebabkan oleh mikroba. Tetapi tidak jarang produsen menggunakanya pada pangan yang relatif awet dengan tujuan untuk memperpanjang masa simapan atau memperbaiki tekstur.
  • 27.
  • 28. 4. Penyedap Rasa dan Aroma, Penguat Rasa Salah satu penyedap rasa dan aroma yang dikenal luas di Indonesia adalah vetsin atau bumbu masak, dan terdapat dengan berbagai merek dipasaran. Penyedap rasa tersebut mengandung senyawa yang disebut monosodium glutamat (MSG). Peranan asam glutamat sangat penting, diantaranya untuk merangsang dan menghantar sinyal-sinyal antar sel otak. Dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No. 772/Menkes/Per/IX/88, penggunaan MSG dibatasi secukupnya, yang berarti tidak boleh berlebihan.
  • 29. 5. Pengemulsi, Pemantap dan Pengental Fungsi dari pengemulsi, pemantap dan pengental dalam pangan adalah untuk memantapkan emulsi dari lemak dan air sehingga produk tetap stabil, tidak meleleh, tidak terpisah antara bagian lemak dan air serta mempunyai tekstur yang kompak. Jenis pangan yang sering menggunakan BTP semacam ini adalah es krim, es puter, saus sardin ,jem, jeli, sirup dan lain-lain. Bahan-bahan pengemulsi, pemantap dan penstabil yang diizinkan digunakan dalam pangan dapat dilihat pada Tabel 3.
  • 30.
  • 31.
  • 32. 6. Antioksidan Antioksidan adalah BTP yang digunakan untuk mencegah terjadinya ketengikan pada pangan akibat proses oksidasi lemak atau minyak yang terdapat didalam pangan. Bahan- bahan yang sering ditambahkan antioksidan adalah lemak dan minyak,mentega, margarin, daging olahan/awetan, ikan beku, ikan asin dan lain-lain. Bahan antioksidan yang diizinkan digunakan dalam pangan dapat dilihat pada Tabel 4.
  • 33.
  • 34. 7. Pengatur Keasaman (Pengasam, Penetral dan Pendapar) Fungsi pengatur pengasaman pada pangan adalah untuk membuat pangan menjadi lebih asam, lebih basa, atau menetralkan pangan. Pengatur keasaman mungkin ditambahkan langsung kedalam pangan, tetapi seringkali terdapat didalam. Asidulan merupakan senyawa kimia yang bersifat asam yang ditambahkan pada proses pengolahan makanan dengan berbagai tujuan. Asidulan dapat bertindak sebagai penegas rasa dan warna atau menyelubungi after taste yang tidak disukai. Sifat asam senyawa ini dapat mencegah pertumbuhan mikroba dan bertindak sebagai bahan pengawet. Kemudian pH rendah buffer yang dihasilkannya mempermudah proses pengolahan. Bahan ini bersifat sinergis terhadap antioksidan dalam mencegah ketengikan dan browning.
  • 35.
  • 36. 8. Anti Kempal atau Anti Kerak (Anti Caking Agent) Anti kempal biasa ditambahkan kedalam pangan yang berbentuk tepung atau bubuk. Oleh karena itu peranannya didalam pangan tidak secara langsung, tetapi terdapat didalam bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pangan seperti susu bubuk, tepung terigu, gula pasir dan sebagainya. Beberapa bahan anti kempal yang diizinkan untuk pangan dapat dilihat pada Tabel 6.
  • 37.
  • 38. 9. Pemutih/Pemucat dan Pematang Tepung Pemutih dan pematang tepung adalah bahan yang dapat mempercepat proses pemutihan dan sekaligus pematangan tepung sehingga dapat memperbaiki mutu hasil pemanggangan, misalnya dalam pembuatan roti, kraker, biskuit dan kue. Beberapa bahan pemutih dan pematangan tepung yang diizinkan untuk pangan pada Tabel 7 berikut ini:
  • 39.
  • 40. 10. Pengeras Pengeras ditambahkan kedalam pangan untuk membuat pangan menjadi lebih keras atau mencegah pangan menjadi lebih lunak. Beberapa bahan pengeras yang diizinkan untuk pangan dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini :
  • 41.
  • 42. 11. Sekuestran Sekuestran adalah bahan yang dapat mengikat ion logam pada pangan sehingga memantapkan warna dan tekstur pangan atau mencegah perubahan warna pangan. Beberapa bahan sekuestran yang diizinkan untuk pangan dapat dilihat pada Tabel 9.
  • 43.
  • 44. 12. Zat Penjernih Larutan Masalah utama pembuatan bir, anggur dan sari buah adalah timbulnya kekeruhan (rekasi protein atau tanindengan polifenol membentuk koloid), pengendapan, dan oksidasi yang menyebabkan perubahan warna (disebabkan oleh senyawa golongan fenol, seperti antosianin, flavonoid, leukoantosianogen, dan tanin). Kekeruhan dapat dihilangkan dengan menggunakan enzim yang menghidrolisis protein atau pektin, namun kadang menimbulkan busa kalau terlalu banyak, karena itu lebih sering digunakan zat penjernih.
  • 45. 13. Pengembang Adonan Beberapa senyawa kimia akan terurai dengan menghasilkan gas dalam adonan roti. Selama pembakaran, volume gas bersama dengan udara dan uap air yang ikut terperangkap dalam adonan akan mengembang, sehingga diperoleh roti dengan struktur berpori-pori. Senyawa kimia tersebut terdapat dalam tepung terigu yang sudah diperam, tepung adonan, dan tepung soda kue.
  • 46. 14. Surfaktan Surfaktan digunakan dalam pengolahan pangan untuk meningkatkan mutu produk dan mengurangi kesulitan penanganan bahan yang mudah rusak. Pemakaian surfaktan selama produk disimpan akan mempertahankan viskositas, tekstur, mouthfeel, dan memperpanjang masa simpannya. Yang termasuk dalam golongan surfaktan adalah pengemulsi, penstabil, pengental, dan pembasah.
  • 47. 14. Pembasah Bahan pangan mempunyai daya menyerap air yang berbeda-beda. Ada tiga macam sistem pada bahan yang akan mempengaruhi mudah tidaknya bahan tersebut terbasahi oleh air, yaitu : a. Pembasahan permukaan yang berlapis lilin Adanya lapisan lilin di permukaan bahan seperti pada apel dan daun kol, menyebabkan air sulit diserap dan membentuk butiran air di atas lapisan air, karena itu bahan tidak dapat dibasahi. Surfaktan yang dipakai harus dapat mengikat lemak dan air sehingga air terikat oleh bahan, dan bahan menjadi basah. b. Pembasahan kapiler Misalnya rehidrasi akan dilakukan pada bahan yang mempunyai struktur berpori-pori. Makin tinggi permukaan, makin besar daya penetrasi air. Karena itu penambahan surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan akan merugikan. c. Pembasahan tepung Pembasahan tepung yang terlalu cepat akan membuat tepung diselubungi oleh cairan dengan menahan udara di dalamnya sehingga tepung agak sukar larut. Untuk itu diperlukan surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan cairan sehingga adsorpsi cairan oleh tepung akan lebih mudah.
  • 48. Dalam peraturan ini disebutkan antara lain sebagai berikut : 1 BTP yang digunakan untuk memproduksi pangan tidak boleh merugikan atau membahayakan kesehatan dan harus memenuhi standar mutu atau persyaratan yang ditetapkan. 2 BTP yang standar mutu atau persyaratannya belum ditetapkan oleh Menteri hanya digunakan dengan izin khusus Menteri. 3 Terhadap BTP yang disebut dalam nomor 1 sebelum digunakan harus dilakukan pemeriksaan secara organoleptik, fisika, kimia, mikrobiologi, dan/atau biologi.