Bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam makanan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuknya, seperti pewarna, pengawet, penyedap rasa. Penggunaan
bahan tambahan diatur oleh peraturan dan hanya yang aman bagi kesehatan yang diizinkan.
Bahan tambahan dikelompokkan menjadi 11 jenis berdasarkan fungsinya.
1. Bahan Tambahan Pangan
Bahan tambahan pangan adalan bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan
merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi diambahkan kedalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti
gumpal, pemucat dan pengental (menurut Undang-undang RI nomor 7 tahun 1996 tentang
Pangan).
Penggunaan BTP ini diatur oleh perundang-undangan, oleh karena itu perlu dipilih secara
benar jika akan digunakan dalam pangan. Bahan tambahan yang dianggap berbahaya bagi
kesehatan manusia dilarang digunakan dalam pangan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88, Bahan tambahan
pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan atau minuman dan
biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai milai
gizi yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada
pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau
pengangkutan makanan, untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu komponen
atau mempengaruhi sifat khas pangan tersebut.
Produsen makanan dianggap melanggar peraturan jika menggunakan bahan tambahan (BT)
yang dilarang penggunaannya dalam pangan dan menggunakan BTP melebihi takaran
maksimum yang diizinkan penggunannya dalam pangan.
Berdasarkan peraturan tersebut di atas, BTP digolongkan ke dalam 11 jenis, sebagai berikut:
1. Pewarna, yaitu BTP yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada pangan.
Contoh pewarna alami :
a. Karamel (gula yang digosongkan)
Yaitu pewarna alami yang berwarna coklat yang dapat mewarnai jem/jeli (200 mg/kg), acar
ketimun dalam botol (300 mg/kg) dan yogurt beraroma (150 mg/kg) dan lain-lain.
b. Beta karoten (ekstrak umbi wortel)
Yaitu pewarna alami berwarna merah – oranye yang dapat digunakan untuk mewarnai es
krim (100 mg/kg), acar ketimun dalam botol (300 mg/kg) dan lain-lain.
c. Kurkumin (ekstrak umbi kunyit)
Yaitu pewarna alami berwarna kuning – oranye yang dapat digunakan untuk mewarnai es
krim dan sejenisnya (50 mg/kg) dan lain-lain.
2. Pemanis Buatan
Sering ditambahkan kedalam pangan sebagai pengganti gula karena mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan pemanis alami (gula) yaitu:
Rasanya lebih manis
Membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis
Tidak mengandung kalori atau mengandung kalori yang jauh lebih rendah sehingga
cocok untuk penderita penyakit gula (diabetes)
Harganya lebih murah
2. Pemanis buatan yang diizinkan penggunaannya dalam pangan, antara lain sebagai berikut:
Aspartam,
Siklamat (hanya untuk pangan berkalori rendah),
Sakarin (hanya untuk pangan berkalori rendah),
Sorbitol.
Pemanis buatan yang paling umum digunakan dalam pengolahan pangan di Indonesia adalah
siklamat dan sakarin yang mempunyai tingkat kemanisan masing-masing 30 – 80 dan 300
kali gula alami.
Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88, sebenarnya sakarin dan
siklamat hanya boleh digunakan dalam pangan yang khusus ditujukan untuk orang yang
menderita diabetes atau sedang menjalani diet kalori.
3. Pengawet
Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan yang mempunyai sifat
mudah rusak. Pengawet yang banyak dijual di pasaran dan digunakan mengawetkan berbagai
pangan adalah benzoate dan sering digunakan untuk mengawetkan sari buah, manisan, agar
(1 gram/kg), minuman ringan dan kecap 600 mg/kg.
Pengawet yang diizinkan penggunaannya dalam pangan antara lain:
Asam benzoat
Asam propionat
Asam sorbat
Natrium nitrit
Kalium sulfit
4. Penyedap Rasa dan Aroma, Penguat Rasa
Salah satu penyedap rasa dan aroma yang dikenal luas di Indonesia adalah vetsin atau bumbu
masak, dan terdapat dengan berbagai dipasarkan. Penyedap rasa tersebut mengandung
senyawa yang disebut mono sodium glutamate (MSG).
Dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88, penggunaan MSG
dibatasi secukupnya, yang berarti tidak boleh berlebihan.
Penyedap dan penguat rasa dan aroma yang diizinkan penggunaannya dalam pangan,
diantaranya:
Asam guanilat,
Disodium 5’ribonucleotida,
Kalsium dan natrium 5’ribonucleotida,
Asam L-Glutamat (MSG),
Asam inosinat.
3. 5. Pengemulsi, Pemantap dan Pengental
Fungsi dari pengemulsi, pemantap dan pengental dalam pangan adalah untuk memantapkan
emulsi dari lemak dan air sehingga produk tetap stabil, tidak meleleh, tidak terpisah antara
bagian lemak dan air serta mempunyai tekstur yang kompak.
Misalnya : untuk es krim, es puter digunakan agar, gom atau karboksimetilselulosa dengan
kadar (10 gram/kg).
Untuk yogurt digunakan agar atau karagen dengan kadar (5 gram/kg).
Pengemulsi, pemantap dan pengental yang diizinkan penggunaannya dalam pangan, antara
lain sebagai berikut:
Agar,
Asam alginat,
Dekstrin,
Gelatin,
Gom arab,
Karagen,
Lesitin,
Kaboksimetilselulosa (CMC),
Pektin,
Pati asetat.
6. Antioksidan
Adalah BTP yang digunakan untuk mencegah terjadinya ketengikan pada pangan akibat
proses oksidasi lemak atau minya yang terdapat dalam pangan. Bahan-bahan yang sering
ditambahkan antioksidan adalah lemak dan minyak, mentega, margarine, daging
olahan/awetan, ikan asin dll.
Misalnya : untuk minyak makan digunakan Butilhid roksianisol (BHA) 200 mg/kg, ikan asin
digunakan Butil Hidroksitoluen (BHT) 200 mg/kg.
Antioksidan yang diizinkan penggunaannya dalam pangan, antara lain, sebagai berikut:
Asam askorbat (garam KPBS Pangalengan, Na dan Ca),
BHA (butil hidroksi anisol),
BHT (butil hidroksi toluen),
Propil galat,
Tokoferol.
7. Pengatur Keasaman (Pengasam, Penetral dan Pendapar)
Fungsinya adalah untuk membuat pangan menjadi lebih asam, lebih basa, atau menetralkan
pangan.
Misalnya : Soda kue mengandung Aluminium ammonium/kalium/natrium sulfat secukupnya.
Pengatur keasaman yang diizinkan penggunaannya dalam pangan, antara lain:
4. Alumunium amonium (kalium, natrium sulfat),
Asam laktat,
Asam sitrat,
Kalium dan natrium bikarbonat.
8. Anti Kempal
Biasanya ditambahkan kedalam pangan yang berbentuk tepung atau bubuk. Peranannya di
dalam pangan tidak secara langsung, tetapi terdapat di dalam bahan-bahan yang digunakan
untuk membuat pangan seperti susu bubuk, tepung terigu, gula pasir dan sebagainya.
Antikempal yang diizinkan penggunaannya dalam pangan, antara lain, sebagai berikut:
alumunium silikat,
kalsium alumunium silikat,
kalsium silikat,
magnesium karbonat,
magnesium oksida, dan
magnesium silikat.
9. Pemutih dan Pematang Tepung
Adalah bahan yang dapat mempercepat proses pemutihan dan sekaligus pematangan tepung
sehingga dapat memperbaiki mutu hasil pemanggangan, misalnya alam pembuatan roti,
biscuit dan kue.
Contohnya : untuk tepung digunakan asam askorbat (200 mg/kg) Natrium stearoil-2-laktat
digunakan untuk adonan kue (5 gr/kg bahan kering), roti dan sejenisnya (3,75 gr/kg tepung),
serabi (3 gr/kg bahan kering).
Pemutih dan pematang tepung yang diizinkan penggunaannya dalam pangan, antara lain,
sebagai berikut:
asam askorbat,
natrium stearoil-2-laktilat.
10. Pengeras
Yaitu bahan yang dapat memperkeras atau mencegah melunaknya pangan. Misalnya untuk
mengeraskan buah-buahan dan sayur dalam kaleng digunakan Kalsium glukonat 800 mg/kg
bahan, untuk acar ketimun dalam botol digunakan 250 mg/kg bahan.
Pengeras yang diizinkan penggunaannya dalam pangan, antara lain sebagai berikut:
kalsium glukonat,
kalsium klorida,
kalsium sulfat.
5. 11. Sekuestran
Yaitu bahan yang dapat mengikat ion logam yang ada dalam pangan, sehingga memantapkan
warna, aroma dan tekstur.
Sekuestran yang diizinkan penggunaannya dalam pangan, antara lain sebagai berikut:
asam fosfat,
isopropil sitrat,
kalsium dinatrium edetat (EDTA),
monokalium fosfat,
natrium pirofosfat.
Bahan tambahan pangan yang dilarang tetapi sering digunakan oleh produsen makanan,
antara lain:
Boraks: sebagai pengenyal pada bakso dan lontong.
Formalin: sebagai pengawet pada tahu dan mie basah.
Rhodamin B: sebagai pewarna merah pada terasi dan kerupuk.
Methanil Yellow: sebagai pewarna kuning pada tahu dan kerupuk.
Pemanis Buatan (Siklamat dan Sakarin): Sering digunakan pada produk minuman
ringan dan pangan jajanan yang ditujukan bukan untuk pangan yang khusus ditujukan
untuk orang yang menderita diabetes atau sedang menjalani diet kalori, tetapi dengan
maksud menurunkan harga, dapat dijual murah tetapi rasa tetap manis