Dokumen tersebut merangkum hasil analisis tiga bahan tambahan makanan yaitu formalin, boraks, dan pewarna berbahaya pada beberapa sampel makanan. Metode yang digunakan adalah menguji sampel dengan beberapa kit reagen untuk mendeteksi kehadiran bahan kimia tertentu. Hasilnya menunjukkan beberapa sampel positif mengandung bahan tambahan berbahaya seperti mie curah dan ikan asin untuk formalin, serta terasi curah untuk p
1. C. Hasil dan Pembahasan
1. Identifikasi Formalin dalam Bahan Pangan
Analisa Prosedur
Pada praktikum identifikasi formalin dalam bahan pangan, digunakan beberapa sampel yakni mie
kemasan, mie curah, dan ikan asin. Alat yang digunakan diantaranya timbangan analitik, tabung reaksi,
rak tabung reaksi, cawan petri, mortar, spatula, dan gelas arloji. Tahap awal, dilakukan preparasisampel
untuk mie curah dan mie kemasan. Tahap awal, dilakukan penimbangan pada masing-masing sampel
sebanyak 1 gram menggunakan timbangan analitik dan gelas arloji sebagai tempat sampel. Untuk
sampel mie kemasan dan mie curah ditumbuk menggunakan mortar untuk memperbesar luas
permukaan yang bereaksi dengan reagen sehingga reaksi berjalan lebih cepat. Sedangkan pada
ikan asin tidak dilakukan penumbukan karena luas permukaannya sudah besar. Mie curah dan
mie kemasan dimasukkan dalam tabung reaksi menggunakan spatula kemudian diletakkan pada
rak tabung reaksi. Sedangkan ikan asin hanya diletakkan pada cawan petri. Masing-masing
sampel ditetesi reagen FMR hingga seluruh permukaan sampel dapat kontak dengan reagen
FMR. FMR berfungsi sebagai indikator keberadaan formalin dalam bahan pangan yang ditandai
dengan terbentuknya warna ungu akibat interaksi kromofor dengan formalin. Selanjutnya
sampel mie kemasan dan mie curah yang berada dalam tabung reaksi dikocok kuat selama
kurang lebih 5 menit dan ditunggu beberapa saat. Hal tersebut dimaksudkan untuk
menghomogenkan FMR dengan sampel sehingga asam format dalam bahan pangan dapat
tereduksi dan berinteraksi dengan FMR secara optimal. Untuk sampel ikan asin, setelah
diteteskan FMR tidak perlu dikocok, hanya ditunggu selama beberapa menit untuk melihat
reaksi yang terjadi antara FMR dengan formalin. Kemudian diamati perubahan yang terjadi
pada ketiga sampel. Bila terbentuk warna ungu, maka dapat disimpulkan bahwa sampel
bereaksi positif mengandung formalin.
a. Hasil Pengamatan :
Analisa Hasil
Prinsip identifikasi formalin dalam bahan pangan adalah identifikasi senyawa formalin menggunakan
kit FMR(Formalin Main Reagen). Senyawa formalin yang teroksidasi pada bahan pangan (asamformat)
akan dikembalikan oleh FMR menjadi formalin dan bereaksi dengan kromofor sehingga membentuk
warna ungu.
Formalin asam format + FMR formalin + kromofor kompleks warna ungu
Berdasarkan hasil pengamatan, mie curah dan ikan asin positif mengandung formalin yang ditandai
dengan berubahnya warna reagen FMR yang semula kuning menjadi warna ungu karena asam format
dalam bahan pangan tereduksi menjadi formalin dan bereaksi dengan kromofor. Berdasarkan literatur,
makanan yang umumnya mengandung formalin adalah mie basah, tahu, bakso, ayam, ikan dan
hasil laut lainnya. Sebenarnya pada bidang kedokteran formalin berfungsi untuk mengawetkan
No Nama sampel Perubahan Warna Hasil
(+/-)
1.
Mie kemasan Warna tetap kuning pucat (krem) -
2.
Mie curah Warna awal kuning menjadi ungu +
3.
Ikan asin Warna berubah menjadi pink keunguan +
oksidasi
2. mayat, namun beberapa pedagang justru menggunakannya untuk bahan pangan agar lebih awet.
Dalam bidang industri non-pangan formalin digunakan dalam produksi pupuk, bahan fotografi,
parfum, pencegah korosi, kosmetik, perekat kayu lapis, bahan pembersih dan insektisida,
cermin dan kaca. Formalin dapat menyebabkan rasa terbakar bahkan pendarahan pada kulit,
iritasi mata bahkan kebutaan, sesak nafas, sakit tenggorokan, iritasi saluran cerna, kerusakan
hati dan ginjal, radang paru-paru, kanker, dsb (Eka,2013).
b.Jelaskan ciri-ciri makanan/bahan pangan yang mengandung formalin!
Makanan yang mengandung formalin memiliki ciri-ciri dapat bertahan lebih lama daripada
semestinya,warna lebih bersih cerah, mengkilap, berbau menyengat, untuk ikan asin tidak
dihinggapi lalat di area berlalat serta tidak berbau khas ikan asin, dan bila diuji dengan FMR akan
menghasilkan warna ungu (Eka,2013).
2. Identifikasi Boraks dalam Bahan Pangan
Analisa Prosedur
Pada identifikasi boraks, sampel yang digunakan berupa bakso curah, bakso kemasan, mie curah. Alat
digunakan diantaranya timbangan analitik, gelas arloji, cawan petri, spatula, mortar. Reagen
yangdigunakan adalah BMR (Borax Main Reagen).
Langkah awalyang dilakukan adalah menimbang masing-masing sampel sebesar 1 gram menggunakan
timbangan analitik yang telah dikalibrasi dimana sampel diletakkan pada gelas arloji. Masing-masing
sampel ditumbuk menggunakan mortar untuk memperbesar luas permukaan yang bereaksi dengan
reagen sehingga reaksi berjalan lebih cepat. Sampel yang telah ditumbuk diletakkan di cawan
kemudian ditetesi reagen BMR secukupnya (sampai seluruh permukaan sampel kontak dengan
reagen). BMR berfungsi sebagai indikator adanya senyawa boraks dalam bahan pangan dimana
uji positif ditandai dengan terjadinya perubahan warna yang semula kuning menjadi merah
pekat hingga coklat karena senyawa kromofor yang berada pada kit BMR bereaksi dengan Na-
tetraboraks yang terdapat pada bahan pangan. Setelah ditetesi BMR, sampel didiamkan selama
3-5 menit supaya reaksi antara sampel dengan reagen berlangsung optimal. Sampel diamati
perubahan warnanya. Uji positif ditandai dengan berubahnya warna BMR menjadi merah pekat
hingga coklat.
a. Hasil Pengamatan
Analisa Hasil
Prinsip uji boraks ialah identifikasi adanya boraks pada bahan pangan dengan cara
direaksikan menggunakan BMR sehingga terbentuk kompleks warna merah sampai cokelat.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
Na-tetraboraks + BMR kompleks warna merah-cokelat
No Nama sampel Perubahan Warna Hasil (+/-)
1. Mie curah Warna kuning menjadi merah +
2. Bakso curah Tidak terjadi perubahan -
3. Bakso kemasan Tidak terjadi perubahan -
3. Berdasarkan hasil pengamatan, mie curah menunjukkan perubahan warna dari kuning menjadi
merah.Haltersebut membuktikan bahwa pada mie curahmengandung boraks. Pada sampelbakso curah
dan bakso kemasan tidak menunjukkan perubahan warna sehingga dapat dinyatakan bahwa sampel
bakso curah dan bakso kemasan tidak mengandung boraks. Berdasarkan literatur, boraks biasanya
ditambahkan pada pembuatan kerupuk beras, mie, lontong (sebagai pengeras), ketupat (sebagai
pengeras), bakso (sebagai pengenyal dan pengawet), kecap (sebagai pengawet), bahkan pembuatan
bubur ayam (sebagai pengental dan pengawet). Sebenarnya fungsi boraks dalam dunia industri non
pangan ialah sebagai bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik, dan pengontrol
kecoa (Suhanda, 2012). Konsumsi makanan yang mengandung boraks akan menyebabkan
gangguan otak, hati, lemak dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria
(tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis,
sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan bahkan kematian. Efek tersebut memang
tidak dirasakan secara langsung, namun lebih bersifat akumulatif (Nasution, 2009).
b. Jelaskan ciri-ciri makanan/bahan pangan yang mengandung boraks!
Secara umum bahan pangan yang mengandung boraks teksturnya lebih kenyal, warna
agak pucat (untuk bakso), lebih tahan lama daripada yang semestinya (makanan tanpa
boraks), ada bau yang tidak alami, lebih mengkilap, dan bila diuji dengan BMR akan
menghasilkan warna merah.
3. Identifikasi Pewarna Berbahaya dalam Bahan Pangan
Analisa Prosedur
Pada praktikum identifikasi pewarna berbahaya, digunakan sampel berupa saos curah, terasi curah,
dan terasi kemasan. Alat dan bahan yang digunakan diantaranya timbangan analitik, gelas arloji,
tabung reaksi, rak tabung reaksi, spatula, pipet tetes, larutan amonia, larutan petroleum/bensin, dan
reagenCMR.Tahap awal,sampeldiletakkan di gelas arloji ditimbang menggunakan timbangan analitik
yang telah dikalibrasi sebanyak 1 gram. Masing-masing sampel dimasukkan dalam tabung reaksi
kemudian ditetesi larutan amonia sebanyak 5 tetes menggunakan pipet tetes atau sampai semua
permukaan sampel kontak dengan amonia (terendam). Penambahan amonia berfungsi mengikat
komponen organik pada sampel dan dikocok dengan kuat selama 3-5 menit. Setelah
pengocokan, ditambahkan petroleum untuk mengikat komponen zat warna yang bersifat non
polar. Lalu tabung ditutup dan dikocok selama 5 menit serta didiamkan 3-5 menita hingga
terjadi pemisahan dan pembentukan dua lapisan larutan, dengan petroleum dan zat warna
berbahaya berada pada lapisan atas. Pengocokan dimaksudkan untuk menghomogenkan solven
dengan sampel, sehingga zat warna dalam bahan pangan dapat berinteraksi dengan petroleum
lebih optimal. Lapisan atas dari larutan tersebut dipindahkan ke dalam tabung reaksi lain serta
ditambahkan CMR secukupnya sampai bahan terendam CMR. Kemudian tabung reaksi
dikocok kuat selama 5 menit dan didiamkan beberapa saat. Pengocokkan dilakukan agar CMR
dan zat warna berbahaya dapat bereaksi lebih optimal. Kemudian diamati perubahan warna
yang terjadi pada tiap-tiap sampel.
a. Hasil Pengamatan
No Nama sampel Perubahan Warna
Hasil
(+/-)
1.
Saos curah
Tidak terjadi perubahan warna -
2.
Terasi curah
Terbentuk warna kekuningan +
4. Analisa Hasil
Prinsip uji zat pewarna berbahaya adalah mengidentifikasi zat pewarna berbahaya yang terdapat
pada bahan pangan dengan menambahkan ammonia dan petroleum atau benzene kemudian
mereaksikannya dengan CMR sehingga terbentuk kompleks warna sesuai zat pewarna berbahaya
yang digunakan. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
sampel + amonia zat warna berbahaya + petroleum + CMR zat warna berbahaya
Dari hasil praktikum didapatkan sampel yang positif mengandung zat warna berbahaya
Berdasarkan hasil pengamatan, terasi curah merupakan sampel yang positif mengandung zat
berbahaya yang ditandai dengan terbentuknya warna merah jambu sedikit orange saat diamati
secara visual. Untuk sampel saos curah dan terasi kemasan tidak mengandung zat warna
berbahaya. Zat pewarna yang biasanya ditambahkan pada terasi adalah rhodamin B, di mana
sebenarnya zat ini merupakan pewarna tekstil dan telah dilarang penggunaannya pada bahan
pangan oleh pemerintah, sesuai PP RI no. 28 tahun 2004. Hal ini dikarenakan rhodamin B dapat
menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan, saluran pencernaan, mata, kulit, keracunan, kanker
dan gangguan hati. Alasan penggunaan rhodamin B dikarenakan dapat memberikan warna yang
lebih menarik dan harganya lebih murah daripada pewarna makanan (Meliala,2010).
b.Jelaskan fungsi penambahan larutan amonia, petroleum dan reagen CMR pada analisa ini
larutan amonia berfungsi untuk mengekstrak bahan pangan larut lemak/minyak dimana amonia bersifat
polar. Petroleum berfungsi untuk mengikat zat warna yang umumnya bersifat non-polar dimana petroleum
juga bersifat non-polar sehingga terjadi separasiantara zat warna dengan pelarut. Reagen CMR berfungsi
untuk berikatan dengan zat pewarna berbahaya yang telah diekstrak dari larutan amonia.
c. Jelaskan ciri-ciri makanan/bahan pangan yang mengandung pewarna berbahaya
Makanan yang mengandung pewarna berbahaya biasanya memiliki warna yang kelihatan cerah
sehingga tampak menarik namun tidak homogen (ada yang menggumpal), ada sedikit rasa pahit
ketika dikonsumsi, bagi sebagian orang muncul rasa gatal di tenggorokan setelah dikonsumsi,
serta memiliki bau yang tidak alami sesuai makanannya (Eka,2013)
d. Jelaskan kelebihan dan kelemahan menggunakan metode kit pada analisa bahan tambahan makanan
analisa bahan tambahan makanan menggunakan metode kit memiliki beberapa kelebihan, diantaranya,
sederhana, murah, dan efisien. Namun ia memiliki kelemahan yaitu hanya dapat menguji secara
kualitatif di mana kadar zat berbahaya dalam bahan pangan tidak dapat diukur.
3.
Terasi kemasan
Tidak terjadi perubahan warna -
5. Kesimpulan
Prinsip dari uji formalin adalah mengidentifikasi adanya senyawa formalin pada bahan
pangan yang berada dalam bentuk asam format dengan mereaksikannya menggunakan FMR
sehingga asam format tereduksi menjadi formalin yang akan memberikan warna ungu sebagai
hasil positifnya ketika berikatan dengan kromofor pada FMR. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Formalin asam format + FMR formalin + kromofor kompleks warna ungu
Pada praktikum ini didapatkan bahwa mie curah dan ikan asin mengandung formalin, sedangkan
mie kemasan bebas dari formalin.
Prinsip uji boraks ialah identifikasi adanya boraks pada bahan pangan dengan cara
direaksikan menggunakan BMR sehingga terbentuk kompleks warna merah sampai cokelat.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
Na-tetraboraks + BMR kompleks warna merah-cokelat
Pada uji boraks, sampel yang mennjukkan hasil positif adalah mie curah. Sampel bakso curah dan
bakso kemasan menunjukkan hasil negatif.
Prinsip uji zat pewarna berbahaya adalah mengidentifikasi zat pewarna berbahaya yang
terdapat pada bahan pangan dengan menambahkan ammonia dan petroleum atau benzene
kemudian mereaksikannya dengan CMR sehingga terbentuk kompleks warna sesuai zat pewarna
berbahaya yang digunakan. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
sampel + amonia zat warna berbahaya + petroleum + CMR zat warna berbahaya
Pada uji ini yang menunjukkan hasil positif adalah terasi curah dengan terbentuk warna merah
jambu agak orange, sedangkan terasi kemasan dan saos curah bernilai negatif.
Penilaian
Komponen Nilai
Pre-test
Aktivitas
Hasil dan
Pembahasan
oksidasi
6. DAFTAR PUSTAKA
Eka, R. 2013. Rahasia Mengetahui Makanan Berbahaya. Titik Media Publisher. Jakarta
Meliala. 2010. Chapter I. http://repository.usu.ac.id diakses 15 Mei 2014 pukul 22.07 WIB
Nasution, Anisyah. 2009. Analisa Kandungan Boraks Pada Lontong Di Kelurahan Padang Bulan
Kota Medan Tahun 2009. Universitas Sumatera Utara. Medan
Suhanda, Rikky. 2012. Higiene Sanitasi Pengolahan dan Analisa Boraks pada Bubur Ayam yang
Dijual di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012. Universitas Sumatera Utara. Medan
Sultan, P, Saifuddin S, dan Ulfah N. 2013. Analisis Kandungan Zat Pengawet Boraks pada
Jajanan Bakso di SDN Kompleks Mangkura Kota Makassar. Universitas Hassanudin.
Makasar.