Teks tersebut membahas tentang advance story, resensi buku, kolom, dan feature writing. Secara ringkas, advance story berisi laporan awal tentang acara yang akan datang, resensi buku memberikan ulasan tentang buku, kolom menyajikan tulisan ringan tentang berbagai topik, sedangkan feature writing fokus pada pengisahan cerita dengan gaya yang informatif dan menarik.
1. Advance stories ditulis untuk
memaparkan peristiwa yang akan terjadi.
Seperti Peristwa Peliputan Kampanye Politik.
Kampanye partai politik merupakan sumber
berita yang aktual e stories
dan menarik bagi masyarakat, dan beritanya
banyak diburu oleh wartawan media
massa, kampanye yang disampaikan dalam
waktu yang cukup panjang, harus dapat
ditangkap pesan utamanya oleh wartawan agar
dapat dipahami oleh masyarakat.
2. Fngsi Advance Story
Advance stories melaporkan
kepada para pembaca hasil
liputan tentang tema apa
yang akan dibicarakan dan
dalam kampanye apa
disampaikan. Sekaligus
menginformasikan kepada
para pembacanya berkenaan
dengan atribusinya, juga
melaporkan kapan dan
dimana acara berlangsung,
yang penyajiannya haruslah
menarik dan penting bagi
khalayak sesuai dengan
fakta-fakta.
3. Menuli Review/ Resensi
Kata resensi/review berasal dari bahasa Latin
yaitu dari kata kerja revidere atau resencere.
Revidere atau resencere berarti melihat kembali,
menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk
istilah itu dalam bahasa Belanda dikenal dengan
recensie, sedangkan dalam bahasa Inggris
dikenal dengan review.
4. Bidang penggarapan buku
meliputi
(1) buku baik fiksi maupun nonfiksi
(2) pementasan seni, seperti film, sinetron,
tari, drama, musik, atau kaset
(3) pameran seni baik seni lukis maupun seni
patung.
5. CATATAN
Untuk membuat suatu resensi yang baik, peresensi
harus menetapkan sasaran yang ingin dicapai.
Umumnya tidak ada yang memuaskan semua orang
sebagai seharusnya bentuk sebuah resensi yang
baik. Namun, paling tidak terdapat beberapa
komponen untuk dijadikan sasaran penilaian.
Komponen yang dapat dijadikan sasaran penilaian
sebuah buku adalah latar belakang, jenis buku, dan
keunggulan buku.
6. a. Latar Belakang
Latar belakang meliputi
Fakta tentang pengarang
Deskripsi buku secara fisik
Tujuan, bahan, metode, dan segi lain
Ringkasan ikhtisar buku
b. Jenis Buku
Peresensi harus menunjukkan kepada pembaca, buku
yang baru disebutkan itu termasuk ke dalam golongan
buku yang mana? Fiksi atau nonfiksi? Untuk bidang
tertentu atau umum?
c. Keunggulan Buku
Keunggulan buku yang diresensi dapat dilihat dari
organisasi buku, isi buku, bahasa YANG DIGUNAKAN.
7. Kolom adalah tulisan sederhana
tentang berbagai hal yang ada di
sekitar kita. Tulisan ini biasanya
menggunakan bahasa yang mudah
dipahami, merakyat, sinis, kadang
juga penuh canda. Berbeda
dengan opini, misalnya. Walaupun
harus tetap dengan bahasa
populer tetapi opini tak lazim kalau
dibuat dengan cara bercanda.
8. Kolom dapat dikategorikan
dalam dua jenis
Kolom dapat dikategorikan dalam
dua jenis. Pertama, opini yang
mewakili lembaga disebut
tajuk, pojok, opini atau rubrik.
Kedua, opini yang mewakili
perorangan disebut kolom.
9. Antara Opini dan Kolom
Opini lebih mendekati bentuk
argumentasi, yaitu pemaparan yang
intinya menggiring opini orang atau
meyakinkan orang lain agar sepakat
dengan ide atau pandangannya. Tentu
saja, penulisan jenis ini juga harus
disertai dengan referensi yang ada dan
bersifat argumentatif. Pada opini orang
dihadapkan pada pertanyaan
"mengapa".
10. Kolom sesungguhnya masih merupakan ragam
opini. Hanya saja gaya penulisannya cenderung
sangat santai, dengan menyertakan idiom-idiom
tertentu. Kolom barangkali boleh disebut
sebagai artikel subjektif. Tulisan ini biasanya
bersifat renungan, reflektif dengan gaya humor
dan satir. Gaya individual sang penulis sangat
lekat dalam jenis tulisan seperti ini.
11. Yang Bisa Ditulis untuk
dijadikan Kolom
Kita harus merasakan ada "sesuatu" yang
penting untuk kita angkat dalam sebuah
tulisan setiap kali kita mendengar, melihat,
menonton sesuatu, atau juga mengalami
sesuatu. Di dalam "sesuatu" itulah
terkandung ide atau ilham, yang harus kita
ingat dan pikirkan terus hingga akhirnya
dituang menjadi sebuah tulisan.
12. Apakah sebagai Pemula bisa Menulis
Kolom?
Sebagai pemula kita boleh menulis sebuah kolom Tidak
ada yang melarang! Dengan ketekunan, kesabaran
untuk menyampaikan naskah-naskah tulisan dengan
gaya tulisan kolom seorang pemula pun bisa jadi akan
menjadi perhatian media massa. Menulis adalah
keterampilan. Seperti keterampilan bersepeda, menyetir
mobil, atau berenang, tanpa bersentuhan langsung
dengan tindakan menulis, kita tidak akan bisa menulis.
Sebagai keterampilan, menulis bisa dipelajari.
13. Bentuk penulisan cenderung
bergaya feature: “mengisahkan
sebuah cerita.” Penulis feature
pada hakikatnya adalah
seorang yang berkisah. Ia
melukis gambar dengan kata-
kata; ia menghidupkan
imajinasi pembaca.
14. •Menurut Wiliamson, “Feature adalah tulisan kreatif
yang terutama dirancang untuk memberi informasi
sambil menghibur tentang suatu kejadian situasi
atau aspek kehidupan seseorang”.
•Masih kata Wiliamson, feature menekankan unsur
kreativitas (dalam penciptaan), informatif (isinya)
dan menghibur (gaya penulisannya) dan boleh
subyektif (penuturannya). Ketiga syarat utama ini
mutlak ada dalam feature, sedangkan unsur
subyektifitas tidak mutlak. Kalau ada juga
boleh, terutama untuk feature sisi manuniawi
(human interest).
15. CATATAN
•Etika menyebutkan bahwa opini dan fiksi
tidak boleh ada, kecuali pada bagian tertentu
surat kabar. Tajuk rencana, tentu saja,
merupakan tempat mengutarakan pendapat.
Dan edisi Minggu surat kabar diterbitkan
untuk menampung fiksi (misalnya cerita
pendek).
•Feature tidak boleh berupa fiksi, dan setiap
“pewarnaan” fakta-fakta tidak boleh menipu
pembaca. Bila penipuan seperti itu
terungkap, kepercayaan orang pada kita
akan hancur.
16. Cara Menulis Feature
•Sebagian besar penulis feature tetap menggunakan
penulisan jurnalistik dasar, karena ia tahu bahwa
teknik-teknik itu sangat efektif untuk berkomunikasi.
•Tapi bila ada aturan yang mengurangi kelincahannya
untuk mengisahkan suatu cerita, ia segera menerobos
aturan itu.
•Struktur tulisan feature disusun seperti kerucut terbalik
yang terdiri dari lead, jembatan di antara lead dan
tubuh, tubuh tulisan dan penutup. Bagian atasnya
berupa lapisan lead dan jembatan yang sama
pentingya, dan bagian tengahnya berupa tubuh tulisan
yang makin ke bawah makin kurang ke-penting-annya.
17. Tubuh feature berisi situsi dan proses disertai
penjelasan mendalam tentang mengapa dan
bagaimana. Pada human interest
feature, situasi yang dituturkannya disertai
pendapat atau pandangan yang subyektif dari
penulisnya mengenai situasi yang diutarakan.
Tetapi pada bentuk feature ilmiah populer
situasi dan proses yang ditutrkan tidak disertai
pendapat subyektif, melainkan tetap
dipertahankan keobyektifitasan
pandangannya.
18. Penutup feature berupa alenia berisi
pesan yang mengesankan.Suatu
feature memerlukan — bahkan
mungkin harus — ending karena dua
sebab:
19. 1. Menghadapi feature hampir tak ada alasan untuk
terburu-buru dari segi proses redaksionalnya. Editor tidak
lagi harus asal memotong dari bawah. Ia punya waktu
cukup untuk membaca naskah secara cermat dan
meringkasnya sesuai dengan ruangan yang tersedia.
Bahkan feature yang dibatasi deadline diperbaiki dengan
sangat hati-hati oleh editor, karena ia sadar bahwa
kebanyakan feature tak bisa asal dipotong dari bawah.
Feature mempunyai penutup (ending) yang ikut menjadikan
tulisan itu menarik.
20. 2. Ending bukan muncul tiba-
tiba, tapi lazimnya merupakan hasil
proses penuturan di atasnya yang
mengalir. Ingat bahwa seorang
penulis feature pada prinsipnya
adalah tukang cerita. Ia dengan hati-
hati mengatur kata-katanya secara
efektif untuk mengkomunikasikan
ceritanya.
21. Beberapa jenis penutup
• Penutup ringkasan. Penutup ini bersifat ikhtisar, hanya mengikat
ujung-ujung bagian cerita yang lepas-lepas dan menunjuk kembali
ke lead.
•
• Penyengat. Penutup yang mengagetkan bisa membuat pembaca
seolah-olah terlonjak. Penulis hanya menggunakan tubuh cerita
untuk menyiapkan pembaca pada kesimpulan yang tidak terduga-
duga. Penutup seperti ini mirip dengan kecenderungan film
modern yang menutup cerita dengan mengalahkan orang “yang
baik-baik” oleh “orang jahat”.
•
• Klimaks. Penutup ini sering ditemukan pada cerita yang ditulis
secara kronologis. Ini seperti sastra tradisional. Hanya saja dalam
feature, penulis berhenti bila penyelesaian cerita sudah jelas, dan
tidak menambah bagian setelah klimaks seperti cerita tradisional.
• Tak ada penyelesaian. Penulis dengan sengaja mengakhiri cerita
dengan menekankan pada sebuah pertanyaan pokok yang tidak