SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
LAPORAN AKHIR
FS PELABUHAN
PENYEBERANGAN (RO-RO)
SAGU-SAGU LUKIT
V - 1
BAB V
ANALISIS PEMBANGUNAN PELABUHAN
5.1. DASAR PERENCANAAN PELABUHAN
Perencanaan pelabuhan berdasarkan Rencana Induk Pelabuhan menjadi
dasar bagi pembangunan dan pengembangan pelabuhan pada jangka
pendek, menengah dan panjang. Hal tersebut menjadi indikator penting
bahwa pelabuhan harus dikembangkan sesuai kebutuhan dan terintegrasi
dengan rencana pengembangan wilayah, serta hierarkinya, mengingat
pelabuhan merupakan bagian dari rantai logistik nasional dan menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari perkembangan suatu wilayah. Dengan demikian
penetapan tatanan kepelabuhanan nasional harus dilakukan dengan
memperhatikan :
1. Tata ruang wilayah
2. Sistem transportasi nasional
3. Pertumbuhan ekonomi
4. Pola/jalur pelayanan angkutan laut lokal, regional, nasional dan
internasional
5. Kelestarian lingkungan
6. Keselamatan pelayaran dan
7. Standardisasi nasional, kriteria dan norma
Rencana induk pelabuhan disusun dengan memperhatikan :
LAPORAN AKHIR
FS PELABUHAN
PENYEBERANGAN (RO-RO)
SAGU-SAGU LUKIT
V - 2
1. Tatanan kepelabuhan nasional
2. RTRWKab, RDTR dan RTRWProv.
3. Keamanan dan keselamatan pelayaran
4. Keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain terkait di lokasi
pelabuhan
5. Kelayakan teknis, ekonomis dan lingkungan; serta
6. Perizinan terkait yang diperoleh
Rencana pembangunan pelabuhan ini perlu dimiliki oleh setiap pelabuhan
sebagai acuan dalam menetapkan kebijakan pengembangan demi
terlaksananya suatu pembangunan yang terencana, terpadu, efektif efisien
dan berkesinambungan. Dengan adanya master plan diharapkan semua
fungsi dan kegiatan yang perlu ada dalam pelabuhan sebagai suatu kawasan
terpadu akan dapat terakomodasi. Dengan demikian dapat diatur pentahapan
pembangunan fasilitas disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan atas
fungsi dan kegiatan tersebut. Demikian juga pembagian zona dalam kawasan
pelabuhan dapat direncanakan sejak awal sehingga tercapai suatu
keserasian hubungan antar zona dan fasilitas didalamnya.
Penetapan rencana pembangunan Pelabuhan Penyeberangan (Ro-Ro) Sagu-
sagu Lukit ini didasarkan pada :
1. Merupakan rencana pembangunan daerah yang tertuang dalam RTRW
Kabupaten Kepulauan Meranti Pasal 28 : Pengoperasian dan
pengembangan layanan moda Ro-Ro sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 ayat (3) berupa dermaga Ro-Ro yang menghubungkan:
a. Kampung Balak - Mengkapan Buton (wilayah Kabupaten Siak);
b. Insit – Bantar;
c. Lukit - Mengkapan Buton (wilayah Kabupaten Siak);
d. Kampung Balak - Meranti Bunting;
LAPORAN AKHIR
FS PELABUHAN
PENYEBERANGAN (RO-RO)
SAGU-SAGU LUKIT
V - 3
e. Tanjung Samak - Tanjung Balai Karimun (wilayah Kabupaten
Karimun);
f. Tanjung Samak - Tanjung Sari; dan
g. Tanjung Padang - Sungai Pakning/Sei Selari (wilayah Kabupaten
Bengkalis).
2. Menurut Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN) posisi Pelabuhan
Penyeberangan Sagu-sagu Lukit telah ditetapkan sebagai Pelabuhan
Kelas II melalui Keputusan Menhub No. KP 901 Tahun 2016
3. Daerah hinterland Pelabuhan Penyeberangan Sagu-sagu Lukit
merupakan wilayah dengan potensi sumberdaya alamnya yang cukup
besar khususnya pada sektor pertanian, perikanan, perkebunan dan
pertambangan.
4. Pelabuhan Penyeberangan Sagu-sagu Lukit berperan aktif dalam
hubungan antar daerah dan berperan sebagai gerbang masuk ke
Kabupaten Kepulauan Meranti dari Ibukota Provisi Riau melalui
Pelabuhan Tanjung Buton dan menuju sentra-sentra produksi dalam
rangka mengintensifkan aktifitas perdagangan melalui keterkaitan
Jaringan Transportasi Perdagangan Antar Pulau dengan perdagangan
Internasional.
5. Berdasarkan posisi geografis berada pada jalur pelayaran yang terus
berkembang secara dinamis.
Dari berbagai kekuatan tersebut, selanjutnya dilakukan prediksi pertumbuhan
ekonomi dan populasi penduduk di daerah hinterland, prediksi arus angkutan
barang dan penumpang termasuk jenis komoditi yang melalui Pelabuhan
Penyeberangan Sagu-sagu Lukit yang akhirnya dapat ditentukan kebutuhan
fasilitas masing-masing tahapan tersebut diatas.
5.2. EVALUASI KONDISI FASILITAS PELABUHAN EKSISTING
5.2.1. Peran Dermaga Rakyat Desa Lukit
LAPORAN AKHIR
FS PELABUHAN
PENYEBERANGAN (RO-RO)
SAGU-SAGU LUKIT
V - 4
Sebelum melakukan pengembangan Pelabuhan, terlebih dahulu
dilakukan evaluasi terhadap kondisi fasilitas pelabuhan yang ada saat
ini (eksisting). Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
kondisi pelabauhan saat ini dan untuk menentukan strategi-strategi
dalam pengembangan. Evaluasi yang pertama dilakukan adalah
melihat utilitas dermaga yang ada berdasarkan muatan dan
penumpang yang dilayani dan ketersediaan dermaga.
Untuk saat ini di Desa Lukit terdapat dua buah dermaga rakyat yang
dibangun dengan konstruksi kayu yang digunakan oleh warga
setempat untuk kegiatan pelabuhan penyeberangan sehari-hari yang
letaknya berdekatan dengan lokasi Rencana Pelabuhan Ro-Ro.
Pelabuhan tersebut oleh penduduk setempat disebut :
1. Dermaga Lukit
2. Dermaga Jetty
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari Pemerintah Desa Lukit, rute
pelayaran dari dermaga ini adalah Plabuhan Tanjung Buton,
Latang/Sei Apit dan Selat Panjang. Jumlah perahu motor sampai saat
ini ada enam buah. Pelabuhan ini pun merupakan fasilitas
penyeberangan bagi kendaraan roda dua yang menempuh jalur darat
dari Selat Panjang ke Pelabuhan Tanjung Buton atau Riau daratan.
Mengingat sangat besarnya peranan Pelabuhan Penyeberangan
Sagu-sagu Lukit bagi masyarakat setempat, maka Pelabuhan
Penyeberangan Sagu-sagu Lukit sangat layak untuk dibangun dan
dikembangkan.
5.2.2. Ketersediaan Lahan Darat
LAPORAN AKHIR
FS PELABUHAN
PENYEBERANGAN (RO-RO)
SAGU-SAGU LUKIT
V - 5
Secara umum lokasi Pelabuhan Penyeberangan Sagu-Sagu Lukit
memiliki lahan darat yang cukup yaitu seluas 2 Ha berupa hibah dari
warga Desa Lukit. Statusnya merupakan hak milik adat yang saat ini
sedang proses sertifikat oleh Badan Pertanahan Negara (BPN).
Kebijakan pengembangan wilayah erat kaitannya dengan perencanaan
pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Sagu-sagu Lukit.
Beberapa kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah yang
penting kaitannya dengan pengembang pelabuhan diantaranya adalah
kebijakan penetapan Teluk Belitung (Kecamatan Merbau) sebagai
Kawasan PPK, Tata Ruang Wilayah, Tatralok dan lain sebagainya.
5.3. PENGEMBANGAN PELABUHAN PENYEBERANGAN SAGU-SAGU LUKIT
5.3.1. Analisis Kapal Rencana
Pengembangan pelabuhan penyeberangan ini diperuntukkan untuk
melayani dan meningkatkan berbagai sarana transportasi
penyeberangan yang ada. Dengan demikian diharapkan pula terjadi
peningkatan aktivitas transportasi, karena dengan adanya peningkatan
pelayanan di sektor transportasi penyeberangan wilayah ini,
diharapkan interaksi antar wilayah kepulauan dalam kabupaten
maupun antar kabupaten akan semakin lancar dan meningkat baik
dilihat dari sektor pendistribusian barang dan penumpang, maupun
membuka daerah yang terisolir.
Tahapan awal pengembangan pelayanan pelabuhan penyeberangan
ini lebih terfokus pada pelayanan penumpang kendaraan roda dua dan
barang. Adapun skenario operasional jumlah pelayanan
keberangkatan kapal/sarana transportasi penyeberangan reguler yang
direkomendasikan adalah berdasarkan pada hasil prakiraan
permintaan jumlah penumpang dan barang yaitu satu hari satu kali.
LAPORAN AKHIR
FS PELABUHAN
PENYEBERANGAN (RO-RO)
SAGU-SAGU LUKIT
V - 6
Kapal penyeberangan yang diperuntukkan bagi suatu lintasan harus
sesuai dengan kebutuhannya yang secara rinci dapat dibedakan atas
dua faktor substansial, yaitu :
a. Faktor internal, yaitu mencakup aspek teknis kapal yang terdiri dari
:
 Jenis, ukuran dan bentuk desain kapal
 Kapasitas penumpang dan kendaraan
 Kekuaan mesin
b. Faktor eksternal, yaitu pengoperasian kapal yang meliputi aspek-
aspek :
 Karakteristik perairan
 Jumlah angkutan (penumpang dan barang)
 Kelengkapan prasarana pelabuhan dan navigasi
Ada beberapa jenis kapal ferry yang digunakan sesuai fungsi dan
kebutuhan, kapal ferry jenis Ro-Ro adalah kapal ferry yang secara
operasional efektif efisien dan ekonomis, dimana secara prinsip
pergerakan kapal Ro-Ro adalah horizontal yaitu penumpang, muatan
barang dan kendaraan bisa langsung keluar masuk pelabuhan dari
haluan dan buritan kapal tanpa harus dipindahkan dengan alat angkat
(lift), khusus penumpang naik turun melalui pintu samping.
Berdasarkan kondisi perairan Indonesia, JICA – Japan International
Cooperation Agency (1993) mengklasifikasikan kapal penyeberangan
menjadi 5 (lima) tipe (Nasution : 2003) sebagai berikut :
LAPORAN AKHIR
FS PELABUHAN
PENYEBERANGAN (RO-RO)
SAGU-SAGU LUKIT
V - 7
Tabel 5.1. Tipe-tipe Kapal Penyeberangan
Tipe
Kapal
GRT
LOA
(m)
B
(m)
A
(m2)
Kapasitas
FD
Speed
(Knot)2-T Penumpang
A 1000 70 14 686 27 600 3,5 16
B 500 47 11,5 378 15 500 2,6 14
C 300 39 10,5 278 11 300 2.2 11
D 300 39 10 273 11 300 2,4 14
E 150 30 8 168 7 100 1,5 11
Keterangan :
GRT = Gros Register Tonnage
A = Effective Loading Deck Space, untuk mengakomodasi kendaraan
LOA = Length Over All
2-T = Truck 2 Ton (25m2/truck)
B = Breath
FD = Draught in Full Load
Kapal penyeberangan yang direncanakan untuk melayani lintas Sagu-
sagu Lukit adalah jenis kapal ro-ro dengan kapasitas 500 GT. Untuk
meningkatkan load factor kapal agar biaya operasional yang
dikeluarkan tidak terlalu besar, maka kapal direncanakan melayani
angkutan penyeberangan satu kali dalam sehari hingga lima tahun
pertama.
5.3.2. Analisis Pengembangan Pelabuhan
1. Analisis Kebutuhan Lahan Darat
Pelabuhan Penyeberangan Sagu-sagu Lukit akan dilengkapi
dengan beberapa fasilitas pendukung, diantaranya ruang terbuka
terdiri dari terminal penumpang dan terminal parkir. Untuk
bangunan terdiri dari : bangunan kantor, ruang tunggu, pos jaga,
mushola, dan toilet.
LAPORAN AKHIR
FS PELABUHAN
PENYEBERANGAN (RO-RO)
SAGU-SAGU LUKIT
V - 8
Luas lahan yang dibutuhkan dinalisa berdasarkan jumlah
kunjungan penumpang dan kendaraan dengan asumsi sebagai
berikut :
a. Lapangan parkir akan digunakan untuk pengunjung, pengantar
dan karyawan
b. Luasan yang dibutuhkan untuk 1 mobil adalah 20 sampai 25m2
c. Luasan yang dibutuhkan untuk 1 motor adalah 2 sampai 2.5 m2
d. Pengunjung yang menggunakan mobil adalah 10%
e. Pengunjung yang menggunakan motor adalah 20%
f. Karyawan yang menggunakan mobil adalah 5% dan sisanya
adalah sepeda motor
Tabel 5.2. Total Kebutuhan Lahan Darat Tahun 2016 – 2036
Jenis Fasilitas Volume Luas/unit
Jumlah Luas
(m2)
Terminal mobil
Terminal roda 2
Kantor
Ruang tunggu
Pos jaga
Mushola
Toilet
10
16,5
1
1
1
1
1
25
2,5
36
100
4
25
10
250
41
36
100
4
25
10
Jumlah 466
Sumber : Hasil Analisis, 2017
Tabel diatas memperlihatkan bahwa untuk fasilitas darat
dibutuhkan lahan seluas 466 m2.
2. Kebutuhan Dermaga
LAPORAN AKHIR
FS PELABUHAN
PENYEBERANGAN (RO-RO)
SAGU-SAGU LUKIT
V - 9
Dermaga berfungsi sebagai tempat membongkar muatan
(unloading), memuat/mengisi (loading/servicing), dan berlabuh
(berthing). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan dermaga adalah :
a) Lokasi Dermaga
Pemilihan lokasi dermaga dilakukan dengan
mempertimbangkan arah angin, arah arus, dan perilaku
kestabilan pantai. Lokasi dermaga dipilih sedemikian rupa
sehingga paling menguntungkan terhadap fasilitas darat yang
tersedia dengan masih tetap mempertimbangkan kedalaman
perairan.
b) Elevasi Dermaga
Dibuat sedemikian rupa sehingga pada saat pasang tinggi air
tidak melimpas ke permukaan dermaga.
c) Struktur Dermaga
Dermaga didesain sedemikian rupa sehingga mampu menahan
gaya tumbuk kapal (gaya leteral), mampu menahan beban
aktivitas dan peralatan bongkar muat (beban vertikal)
d) Panjang Dermaga
Panjang dermaga ditentukan berdasarkan jumlah kapal yang
akan merapat di dermaga tersebut dengan ketentuan jarak antar
kapal 15 meter dan jarak ke tepi dermaga 25 meter. Jumlah
kapal tersebut ditentukan oleh kebutuhan pergerakan barang
dan strategi pengembangan kepelabuhan.
Menurut strukturnya, dermaga dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu :
a) Dermaga konstruksi terbuka, dimana lantai dermaga didukung
oleh tiang – tiang pancang.
LAPORAN AKHIR
FS PELABUHAN
PENYEBERANGAN (RO-RO)
SAGU-SAGU LUKIT
V - 10
b) Dermaga konstruksi tertutup atau solid, seperti dinding massa,
kaison, turap dan dinding penahan tanah.
Dermaga tipe tertutup biasanya berhimpit dengan garis pantai dan
juga berfungsi sebagai penahan tanah di belakangnya. Jenis
struktur yang akan digunakan sangan ditentukan oleh kondisi tanah
subsurface, khususnya kedalaman tanah keras dan kedalaman air.
Tipe tertutup biasanya digunakan bila kedalaman air dangkal
sampai pertengahan dan kedalaman tanah keras tidak terlalu
besar. Untuk kedalaman yang jauh lebih besar maka dermaga
terbuka cocok digunakan. Dermaga konstruksi terbuka berupa deck
diatasnya, dengan revetment yang ditempatkan dibawah deck
untuk melindungi kemiringan tanah dari efek gelombang yang
datang.
Rencana pembangunan dermaga yang dibutuhkan adalah yang
dapat berfungsi sebagai sarana berlabuh armada penyeberangan
kapasitas 500 GT.
5.3.3. Rencana Pengembangan Pelabuhan
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan pengembangan, maka berikut ini
disajikan program pengembangan pelabuhan berdasarkan tahun
pengembangan
LAPORAN AKHIR
FS PELABUHAN
PENYEBERANGAN (RO-RO)
SAGU-SAGU LUKIT
V - 11
Tabel 5.3. Program Pengembangan Pelabuhan Peenyeberangan
Sagu-sagu Lukit
No. Kegiatan Volume
1. Persiapan Ls
2. PembangunanTrestle (121X 8,5) M2 1028.5
3. PembangunanCatwalk(97X 1) M2 97 m2
4. PembangunanDermagaDanMovingBridge (8,3 X 8,3) M2 68.89 m2
5. BresthingDolphin 3
6. MooringDolpin 3
8. Urugan Tanah M2 6250 m2
9. Turap BetonM1 1060 m
10. PembangunanGedungDanTerminal M2 466 m2
Sumber : Hasil Analisis (2017)
5.3.4. Tinjauan DLKR dan DLKP Pelabuhan
Batas-batas daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan
kepentingan pelabuhan laut ditetapkan dengan titik koordinat
geografis, maka Daerah Lingkungan Kerja (DLKR) dan Daerah
Kepentingan (DLKP) pelabuhan dapat dihitung.
Daerah lingkungan kerja pelabuhan (DLKR) Pelabuhan
Penyeberangan Sagu-sagu Lukit akan ditinjau ulang dan terdiri dari :
1. Daerah Lingkungan Kerja Daratan
2. Daerah Lingkungan Kerja Perairan
3. Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan merupakan perairan
diluar daerah lingkungan kerja yang akan digunakan
LAPORAN AKHIR
FS PELABUHAN
PENYEBERANGAN (RO-RO)
SAGU-SAGU LUKIT
V - 12
Tabel 5.4. Tabel Perhitungan DLKR dan DLKP Perairan Pelabuhan
Penyeberangan Sagusagu Lukit
Nama Area
Rumus
Pendekatan
Hasil
Hitungan
Satuan
Jumlah
Kap
Total
Luas
(m2)
Ket.
Radius Areal Tempat
Berlabuh
R = L + 6D +
30 (m) 155 m
Luas Areal Berlabuh A = π.R2 75,438.5 m2 1 75,438.5 DLKR
Radius Areal Alih Muat
Kapal
R = L + 6D +
30 (m) 155 m
Luas Areal Alih Muat
Kapal A = π.R2 75,438.5 m2 DLKR
Luas Areal Tempat Sandar
A = 1,8.L x
1,5.L 5,964 m2 1 5,964 DLKR
Diameter Areal Kolam
Putar D = 2.L 94 m
Luas Areal Kolam Putar A = ¼.π.D2 133 m2 1 133 DLKR
Lebar Alur
W = 9.B + 30
(m) 133.5 m
Luas Areal Pemanduan
dan Penundaan A = W x L 6,275 m2 DLKR
Areal Alur Pelayaran dari
dan ke Pelabuhan A = W x L 6,275 m2 1 6,275 DLKP
Radius Areal Pindah
Labuh Kapal
R = L + 6D +
30 (m) 155 m
Luas Areal Pindah Labuh
Kapal A = π.R2 75,439 m2 DLKR
Luas Areal Keperluan
Keadaan Darurat
50% x Luas
Areal Pindah
Labuh 37,719 m2 1 37,719 DLKP
Luas Areal Penempatan Kapal Mati m2 10,000 DLKP
Luas Areal Percobaan Pelayaran m2 25,000 DLKP
Luas Areal Pembangunan dan Pemeliharaan m2 30,000 DLKP
Luas Areal Wajib Pandu m2 DLKR
LUAS DLKR 81,535
LUAS DLKP 108,994
TOTAL DLKR + DLKP 190,529
Sumber : Hasil Analisis (2017)
5.4. KESELAMATAN PELAYARAN
5.4.1. Keselamatan Lingkungan Pelayaran
LAPORAN AKHIR
FS PELABUHAN
PENYEBERANGAN (RO-RO)
SAGU-SAGU LUKIT
V - 13
Keselamatan pelayaran adalah segala hal yang ada dan dapat
dikembangkan dalam kaitannya dengan tindakan pencegahan
kecelakaan pada saat melaksanakan kerja di bidang pelayaran Dalam
UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 1 butir 32
menyatakan bahwa keselamatan dan keamanan pelayaran adalah
suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan keamanan
yang menyangkut angkutan di perairan, kepelabuhan, dan lingkungan
maritim. Pasal 1 butir 33 menyatakan bahwa kelaiklautan kapal adalah
keadaan kapal yang memenuhi persyaratan keselamatan kapal,
pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, garis
muat, permuatan, kesejahteraan awak kapal dan kesehatan
penumpang, status hokum kapal, manajemen keselamatan dan
pencegahan pencemaran dari kapal, dan manajemen keamanan kapal
untuk berlayar di perairan tertentu. Keselamatan pelayaran telah diatur
oleh lembaga internasional yang mengurus atau menangani hal-hal
yang terkait dengan keselamatan jiwa, harta laut, serta kelestarian
lingkungan. Lembaga tersebut dinamakan International Maritime
Organization (IMO) yang bernaung dibawah PBB. Salah satu faktor
penting dalam mewujudkan keselamatan serta kelestarian lingkungan
laut adalah keterampilan, keahlian dari manusia yang terkait dengan
pengoperasian dari alat transportasi (kapal) di laut, karena
bagaimanapun kokohnya konstruksi suatu kapal dan betapapun
canggihnya teknologi baik sarana bantu maupun peralatan yang
ditempatkan di atas kapal tersebut kalau dioperasikan manusia yang
tidak mempunyai keterampilan/keahlian sesuai dengan tugas dan
fungsinya maka semua akan sia-sia. Dalam kenyataannya 80% dari
kecelakaan di laut adalah akibat kesalahan manusia (human error).
Untuk menjamin keselamatan pelayaran sebagai penunjang
kelancaran lalu lintas kapal di laut, diperlukan adanya awak kapal yang
berkeahlian, berkemampuan dan terampil, dengan demikian setiap
kapal yang akan berlayar harus diawaki dengan awak kapal yang
LAPORAN AKHIR
FS PELABUHAN
PENYEBERANGAN (RO-RO)
SAGU-SAGU LUKIT
V - 14
cukup dan sesuai untuk melakukan tugasnya di atas kapal
berdasarkan jabatannya dengan mempertimbangkan besaran kapal,
tata susunan kapal dan daerah pelayaran. UU No. 17 Tahun 2008
tentang Pelayaran, Pasal 1 butir 40 awak kapal adalah orang yang
bekerja atau diperlukan di atas kapal oleh pemilik atau operator kapal
untuk melakukan tugas di atas kapal sesuai dengan jabatannya.
5.4.2. Kebutuhan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
Selat Lalang/Padang sebagai lokasi di mana Rencana Pelabuhan
Penyeberangan (Ro-Ro) Sagu-Sagu Lukit merupakan alur pelayaran
yang cukup sibuk karena merupakan rute yang terlindung dari ombak
dan perompak. Lokasi Pelabuhan Penyeberangan (Ro-Ro) Sagu-Sagu
Lukit termasuk kepada Wilayah Kerja Kesyahbandaran Dan Otoritas
Pelabuhan Kelas III Sungai Pakning. Pembagian wilayah kerja Kantor
Pelabuhan termasuk pada Wilker Kurau/Selat Lalang Tj Buton.
Jumlah pelayaran selama bulan November 2017 di Wilayah Kerja
Kurau/Selat Lalang, Tj Buton sebagaimana disajikan pada tabel di
bawah ini :
Tabel 5.5. Jumlah Pelayaran Di Wilker Kurau/Selat Lalang Dan Tj Buton
No. Jenis Pelayaran Unit GRT
A. Umum
1. Nasional 232 20.439
2. Asing - -
3. Rakyat 290 5.531
B Pely/Migas
1. Nasional 4 625
2. Asing - -
3. Rakyat 48 666
Jumlah 574 27.261
Sumber : Kesyabandaran dan Otoritas Pelabuhan Kls III S. Pakning, 2017
LAPORAN AKHIR
FS PELABUHAN
PENYEBERANGAN (RO-RO)
SAGU-SAGU LUKIT
V - 15
Kerena selat ini merupakan alur pelayaran yang cukup sibuk maka
untuk mengantispasi keselamatan pelayaran Menurut Peraturan
Menteri Perhubungan No. PM 25 2011 tentang Sarana Bantu Navigasi
Pelayaran, Sarana Bantu Navigasi Pelayaran adalah peralatan atau
sistem yang berada diluar kapal yang didesain dan dioperasikan untuk
meningkatkan keselamatan dan efisiensi bernavigasi kapal dan/atau
lalulintas kapal.
Perencanaan Saran Bantu Navigasi Pelayaran untuk Pelabuhan
Penyeberangan Sagu-Sagu Lukit selanjutnya akan dikoordinasikan
Direktorat Kenavigasian Direktorat Jenderal Perhubungan Laut,
dengan rencana sebagai berikut :
Tabel 5.5. Tabel Sarana Bantu Navigasi Pelayaran Pelabuhan
Penyeberangan Sagu-Sagu Lukit
SBNP RENCANA
Lampu Pelabuhan
X = 202859.776
Y = 106412.533

More Related Content

What's hot

Bahan Presentasi Pelabuhan Multifungsi Tanjung Geliga Free Trade Zone Indonesia
Bahan Presentasi Pelabuhan Multifungsi Tanjung Geliga Free Trade Zone IndonesiaBahan Presentasi Pelabuhan Multifungsi Tanjung Geliga Free Trade Zone Indonesia
Bahan Presentasi Pelabuhan Multifungsi Tanjung Geliga Free Trade Zone IndonesiaTPRP Strategic Partner
 
Konsorsium Layanan Rantai Pasok Ikan
Konsorsium Layanan Rantai Pasok IkanKonsorsium Layanan Rantai Pasok Ikan
Konsorsium Layanan Rantai Pasok IkanTogar Simatupang
 
Pesisir 03 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 03 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 03 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 03 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRsuningterusberkarya
 
Buku saku ikn nusantara
Buku saku ikn nusantaraBuku saku ikn nusantara
Buku saku ikn nusantaraIrfan Yoga
 
Substansi studio perencanaan wilayah
Substansi studio perencanaan wilayahSubstansi studio perencanaan wilayah
Substansi studio perencanaan wilayahAgus Dwi Wicaksono
 
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunanKedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunanEvant Manö
 
Losari sebagai waterfront city
Losari sebagai waterfront cityLosari sebagai waterfront city
Losari sebagai waterfront cityFuad Ramadhan
 
Tn 2012 sisjar fungsi status jalan
Tn 2012 sisjar fungsi status jalanTn 2012 sisjar fungsi status jalan
Tn 2012 sisjar fungsi status jalanHendro Widagdo
 
Bappeda kawasan peruntukan industri dalam rtrw provinsi lampung 5
Bappeda kawasan peruntukan industri dalam rtrw provinsi lampung 5Bappeda kawasan peruntukan industri dalam rtrw provinsi lampung 5
Bappeda kawasan peruntukan industri dalam rtrw provinsi lampung 5BappedaLampungUtara
 
Aspek Perumahan Dan Permukiman
Aspek Perumahan Dan PermukimanAspek Perumahan Dan Permukiman
Aspek Perumahan Dan Permukimanpindotutuko
 
Pedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR KotaPedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR KotaAji Qan D
 
Pengertian Urban Design, Urban Planning, dan Arsitektur Kota
Pengertian Urban Design, Urban Planning, dan Arsitektur KotaPengertian Urban Design, Urban Planning, dan Arsitektur Kota
Pengertian Urban Design, Urban Planning, dan Arsitektur KotaRabiyatul Adawiyah
 
SISTEM TRANSPORTASI.ppt
SISTEM TRANSPORTASI.pptSISTEM TRANSPORTASI.ppt
SISTEM TRANSPORTASI.pptlukimnomleni
 
Juknis penyusunan rencana induk pelabuhan
Juknis penyusunan rencana induk pelabuhanJuknis penyusunan rencana induk pelabuhan
Juknis penyusunan rencana induk pelabuhanYogga Haw
 
Rev ppt draft akhir sungai manado
Rev ppt draft akhir sungai manadoRev ppt draft akhir sungai manado
Rev ppt draft akhir sungai manadoGremons
 
Kebutuhan dan Tantangan Pengembangan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan...
Kebutuhan dan Tantangan Pengembangan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan...Kebutuhan dan Tantangan Pengembangan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan...
Kebutuhan dan Tantangan Pengembangan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan...Indonesia Infrastructure Initiative
 
Kebijakan pemerintah provinsi jawa tengah pada kspn sangiran
Kebijakan pemerintah provinsi jawa tengah pada kspn sangiranKebijakan pemerintah provinsi jawa tengah pada kspn sangiran
Kebijakan pemerintah provinsi jawa tengah pada kspn sangiranawan putih
 

What's hot (20)

Bahan Presentasi Pelabuhan Multifungsi Tanjung Geliga Free Trade Zone Indonesia
Bahan Presentasi Pelabuhan Multifungsi Tanjung Geliga Free Trade Zone IndonesiaBahan Presentasi Pelabuhan Multifungsi Tanjung Geliga Free Trade Zone Indonesia
Bahan Presentasi Pelabuhan Multifungsi Tanjung Geliga Free Trade Zone Indonesia
 
Konsorsium Layanan Rantai Pasok Ikan
Konsorsium Layanan Rantai Pasok IkanKonsorsium Layanan Rantai Pasok Ikan
Konsorsium Layanan Rantai Pasok Ikan
 
Sistem transportasi ppt
Sistem transportasi pptSistem transportasi ppt
Sistem transportasi ppt
 
Pesisir 03 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 03 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 03 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 03 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
 
Buku saku ikn nusantara
Buku saku ikn nusantaraBuku saku ikn nusantara
Buku saku ikn nusantara
 
Substansi studio perencanaan wilayah
Substansi studio perencanaan wilayahSubstansi studio perencanaan wilayah
Substansi studio perencanaan wilayah
 
Peraturan
PeraturanPeraturan
Peraturan
 
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunanKedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
 
Losari sebagai waterfront city
Losari sebagai waterfront cityLosari sebagai waterfront city
Losari sebagai waterfront city
 
Tn 2012 sisjar fungsi status jalan
Tn 2012 sisjar fungsi status jalanTn 2012 sisjar fungsi status jalan
Tn 2012 sisjar fungsi status jalan
 
Bappeda kawasan peruntukan industri dalam rtrw provinsi lampung 5
Bappeda kawasan peruntukan industri dalam rtrw provinsi lampung 5Bappeda kawasan peruntukan industri dalam rtrw provinsi lampung 5
Bappeda kawasan peruntukan industri dalam rtrw provinsi lampung 5
 
Aspek Perumahan Dan Permukiman
Aspek Perumahan Dan PermukimanAspek Perumahan Dan Permukiman
Aspek Perumahan Dan Permukiman
 
Pedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR KotaPedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR Kota
 
morfologi Konsep citra kota
morfologi Konsep citra kotamorfologi Konsep citra kota
morfologi Konsep citra kota
 
Pengertian Urban Design, Urban Planning, dan Arsitektur Kota
Pengertian Urban Design, Urban Planning, dan Arsitektur KotaPengertian Urban Design, Urban Planning, dan Arsitektur Kota
Pengertian Urban Design, Urban Planning, dan Arsitektur Kota
 
SISTEM TRANSPORTASI.ppt
SISTEM TRANSPORTASI.pptSISTEM TRANSPORTASI.ppt
SISTEM TRANSPORTASI.ppt
 
Juknis penyusunan rencana induk pelabuhan
Juknis penyusunan rencana induk pelabuhanJuknis penyusunan rencana induk pelabuhan
Juknis penyusunan rencana induk pelabuhan
 
Rev ppt draft akhir sungai manado
Rev ppt draft akhir sungai manadoRev ppt draft akhir sungai manado
Rev ppt draft akhir sungai manado
 
Kebutuhan dan Tantangan Pengembangan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan...
Kebutuhan dan Tantangan Pengembangan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan...Kebutuhan dan Tantangan Pengembangan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan...
Kebutuhan dan Tantangan Pengembangan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan...
 
Kebijakan pemerintah provinsi jawa tengah pada kspn sangiran
Kebijakan pemerintah provinsi jawa tengah pada kspn sangiranKebijakan pemerintah provinsi jawa tengah pada kspn sangiran
Kebijakan pemerintah provinsi jawa tengah pada kspn sangiran
 

Similar to 7 bab 5 analis pembangunan pelabuhan

PPT Pelabuhan.pptx
PPT Pelabuhan.pptxPPT Pelabuhan.pptx
PPT Pelabuhan.pptxIrenMamahit
 
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB I
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB IPERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB I
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB IYogga Haw
 
3 bab 1 pendahuluan ok
3 bab 1 pendahuluan ok3 bab 1 pendahuluan ok
3 bab 1 pendahuluan okdrestajumena1
 
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB II
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB IIPERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB II
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB IIYogga Haw
 
154680320 amdal-pelabuhan
154680320 amdal-pelabuhan154680320 amdal-pelabuhan
154680320 amdal-pelabuhanAry Ajo
 
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB IV
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB IVPERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB IV
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB IVYogga Haw
 
192042 id-studi-kelayakan-pengembangan-dermaga-pen
192042 id-studi-kelayakan-pengembangan-dermaga-pen192042 id-studi-kelayakan-pengembangan-dermaga-pen
192042 id-studi-kelayakan-pengembangan-dermaga-penTito Mizteriuz
 
Kinerja Operasional Pelabuhan Benoa
Kinerja Operasional Pelabuhan BenoaKinerja Operasional Pelabuhan Benoa
Kinerja Operasional Pelabuhan BenoaPutika Ashfar Khoiri
 
246413231 juknis-penyusunan-rip
246413231 juknis-penyusunan-rip246413231 juknis-penyusunan-rip
246413231 juknis-penyusunan-ripBerry Adriano
 
01 bab i pendahuluan rev 04
01 bab i pendahuluan rev 0401 bab i pendahuluan rev 04
01 bab i pendahuluan rev 04Eka Nugroho
 
6-PPT LA TRANSLA IKN-KAJIAN STRATEGIS 09012024.pptx
6-PPT LA TRANSLA IKN-KAJIAN STRATEGIS 09012024.pptx6-PPT LA TRANSLA IKN-KAJIAN STRATEGIS 09012024.pptx
6-PPT LA TRANSLA IKN-KAJIAN STRATEGIS 09012024.pptxGurusu
 
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB VI
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB VIPERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB VI
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB VIYogga Haw
 
ABDUR RAZAK ATT IV A TERBARU.pptx
ABDUR RAZAK ATT IV A TERBARU.pptxABDUR RAZAK ATT IV A TERBARU.pptx
ABDUR RAZAK ATT IV A TERBARU.pptxBettaDraxynoid
 

Similar to 7 bab 5 analis pembangunan pelabuhan (20)

PPT Pelabuhan.pptx
PPT Pelabuhan.pptxPPT Pelabuhan.pptx
PPT Pelabuhan.pptx
 
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB I
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB IPERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB I
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB I
 
3 bab 1 pendahuluan ok
3 bab 1 pendahuluan ok3 bab 1 pendahuluan ok
3 bab 1 pendahuluan ok
 
Pengembangan pelabuhan
Pengembangan pelabuhanPengembangan pelabuhan
Pengembangan pelabuhan
 
15507056 bangun fiqri-utami_l.
15507056 bangun fiqri-utami_l.15507056 bangun fiqri-utami_l.
15507056 bangun fiqri-utami_l.
 
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB II
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB IIPERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB II
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB II
 
154680320 amdal-pelabuhan
154680320 amdal-pelabuhan154680320 amdal-pelabuhan
154680320 amdal-pelabuhan
 
The role of ferry in developing multimodal transportation
The role of ferry in developing multimodal transportationThe role of ferry in developing multimodal transportation
The role of ferry in developing multimodal transportation
 
Pelindo i
Pelindo iPelindo i
Pelindo i
 
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB IV
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB IVPERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB IV
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB IV
 
192042 id-studi-kelayakan-pengembangan-dermaga-pen
192042 id-studi-kelayakan-pengembangan-dermaga-pen192042 id-studi-kelayakan-pengembangan-dermaga-pen
192042 id-studi-kelayakan-pengembangan-dermaga-pen
 
Kinerja Operasional Pelabuhan Benoa
Kinerja Operasional Pelabuhan BenoaKinerja Operasional Pelabuhan Benoa
Kinerja Operasional Pelabuhan Benoa
 
246413231 juknis-penyusunan-rip
246413231 juknis-penyusunan-rip246413231 juknis-penyusunan-rip
246413231 juknis-penyusunan-rip
 
juknis-penyusunan-rip
juknis-penyusunan-ripjuknis-penyusunan-rip
juknis-penyusunan-rip
 
01 bab i pendahuluan rev 04
01 bab i pendahuluan rev 0401 bab i pendahuluan rev 04
01 bab i pendahuluan rev 04
 
Laporan kulap teluk lamong
Laporan kulap teluk lamongLaporan kulap teluk lamong
Laporan kulap teluk lamong
 
Pelindo iii
Pelindo iiiPelindo iii
Pelindo iii
 
6-PPT LA TRANSLA IKN-KAJIAN STRATEGIS 09012024.pptx
6-PPT LA TRANSLA IKN-KAJIAN STRATEGIS 09012024.pptx6-PPT LA TRANSLA IKN-KAJIAN STRATEGIS 09012024.pptx
6-PPT LA TRANSLA IKN-KAJIAN STRATEGIS 09012024.pptx
 
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB VI
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB VIPERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB VI
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB VI
 
ABDUR RAZAK ATT IV A TERBARU.pptx
ABDUR RAZAK ATT IV A TERBARU.pptxABDUR RAZAK ATT IV A TERBARU.pptx
ABDUR RAZAK ATT IV A TERBARU.pptx
 

More from drestajumena1

More from drestajumena1 (17)

Sda kp02-perencanaan-bangunan utama
Sda kp02-perencanaan-bangunan utamaSda kp02-perencanaan-bangunan utama
Sda kp02-perencanaan-bangunan utama
 
Sda kp01-perencanaan-jaringan irigasi
Sda kp01-perencanaan-jaringan irigasiSda kp01-perencanaan-jaringan irigasi
Sda kp01-perencanaan-jaringan irigasi
 
Bab iv evaluasi
Bab iv evaluasiBab iv evaluasi
Bab iv evaluasi
 
Bab vii
Bab viiBab vii
Bab vii
 
Bab vi
Bab viBab vi
Bab vi
 
Bab vi sambungan
Bab vi sambunganBab vi sambungan
Bab vi sambungan
 
Bab v
Bab vBab v
Bab v
 
Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
 
Bab iv halaman peta
Bab iv halaman petaBab iv halaman peta
Bab iv halaman peta
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi
3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi
3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi
 
7 bab 5 organisasi personil
7 bab 5 organisasi personil7 bab 5 organisasi personil
7 bab 5 organisasi personil
 
6 bab 4 program kerja
6 bab 4 program kerja6 bab 4 program kerja
6 bab 4 program kerja
 
5 bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaan
5 bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaan5 bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaan
5 bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaan
 
4 bab 2 deskripsi umum ok.
4 bab 2 deskripsi umum ok.4 bab 2 deskripsi umum ok.
4 bab 2 deskripsi umum ok.
 

Recently uploaded

persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...ahmadirhamni
 
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...achmadwalidi444
 
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.docundangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.docLaelaSafitri7
 
TIPOLOGI BANGUNAN materi penjelasan minggu pertama
TIPOLOGI BANGUNAN materi penjelasan minggu pertamaTIPOLOGI BANGUNAN materi penjelasan minggu pertama
TIPOLOGI BANGUNAN materi penjelasan minggu pertamalitaseptiana2
 
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.ppt
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.pptPertemuan kuliah 6 Reduksi data State.ppt
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.pptDAVIDSTEVENSONSIMBOL
 
POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMAS
POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMASPOWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMAS
POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMASAfrilyakurniarezki
 
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnvsagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnvademahdiyyah
 

Recently uploaded (7)

persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
 
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
 
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.docundangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
undangan tahlil dan kirim doa pendak 1.doc
 
TIPOLOGI BANGUNAN materi penjelasan minggu pertama
TIPOLOGI BANGUNAN materi penjelasan minggu pertamaTIPOLOGI BANGUNAN materi penjelasan minggu pertama
TIPOLOGI BANGUNAN materi penjelasan minggu pertama
 
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.ppt
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.pptPertemuan kuliah 6 Reduksi data State.ppt
Pertemuan kuliah 6 Reduksi data State.ppt
 
POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMAS
POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMASPOWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMAS
POWER POINT BUNDEL HAIS PPTDALAM PELAKSANAAN DI PUSKESMAS
 
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnvsagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
sagdjasgfjckasbkfjhsakjkadjvjnskdjvnjkdvnv
 

7 bab 5 analis pembangunan pelabuhan

  • 1. LAPORAN AKHIR FS PELABUHAN PENYEBERANGAN (RO-RO) SAGU-SAGU LUKIT V - 1 BAB V ANALISIS PEMBANGUNAN PELABUHAN 5.1. DASAR PERENCANAAN PELABUHAN Perencanaan pelabuhan berdasarkan Rencana Induk Pelabuhan menjadi dasar bagi pembangunan dan pengembangan pelabuhan pada jangka pendek, menengah dan panjang. Hal tersebut menjadi indikator penting bahwa pelabuhan harus dikembangkan sesuai kebutuhan dan terintegrasi dengan rencana pengembangan wilayah, serta hierarkinya, mengingat pelabuhan merupakan bagian dari rantai logistik nasional dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan suatu wilayah. Dengan demikian penetapan tatanan kepelabuhanan nasional harus dilakukan dengan memperhatikan : 1. Tata ruang wilayah 2. Sistem transportasi nasional 3. Pertumbuhan ekonomi 4. Pola/jalur pelayanan angkutan laut lokal, regional, nasional dan internasional 5. Kelestarian lingkungan 6. Keselamatan pelayaran dan 7. Standardisasi nasional, kriteria dan norma Rencana induk pelabuhan disusun dengan memperhatikan :
  • 2. LAPORAN AKHIR FS PELABUHAN PENYEBERANGAN (RO-RO) SAGU-SAGU LUKIT V - 2 1. Tatanan kepelabuhan nasional 2. RTRWKab, RDTR dan RTRWProv. 3. Keamanan dan keselamatan pelayaran 4. Keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain terkait di lokasi pelabuhan 5. Kelayakan teknis, ekonomis dan lingkungan; serta 6. Perizinan terkait yang diperoleh Rencana pembangunan pelabuhan ini perlu dimiliki oleh setiap pelabuhan sebagai acuan dalam menetapkan kebijakan pengembangan demi terlaksananya suatu pembangunan yang terencana, terpadu, efektif efisien dan berkesinambungan. Dengan adanya master plan diharapkan semua fungsi dan kegiatan yang perlu ada dalam pelabuhan sebagai suatu kawasan terpadu akan dapat terakomodasi. Dengan demikian dapat diatur pentahapan pembangunan fasilitas disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan atas fungsi dan kegiatan tersebut. Demikian juga pembagian zona dalam kawasan pelabuhan dapat direncanakan sejak awal sehingga tercapai suatu keserasian hubungan antar zona dan fasilitas didalamnya. Penetapan rencana pembangunan Pelabuhan Penyeberangan (Ro-Ro) Sagu- sagu Lukit ini didasarkan pada : 1. Merupakan rencana pembangunan daerah yang tertuang dalam RTRW Kabupaten Kepulauan Meranti Pasal 28 : Pengoperasian dan pengembangan layanan moda Ro-Ro sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3) berupa dermaga Ro-Ro yang menghubungkan: a. Kampung Balak - Mengkapan Buton (wilayah Kabupaten Siak); b. Insit – Bantar; c. Lukit - Mengkapan Buton (wilayah Kabupaten Siak); d. Kampung Balak - Meranti Bunting;
  • 3. LAPORAN AKHIR FS PELABUHAN PENYEBERANGAN (RO-RO) SAGU-SAGU LUKIT V - 3 e. Tanjung Samak - Tanjung Balai Karimun (wilayah Kabupaten Karimun); f. Tanjung Samak - Tanjung Sari; dan g. Tanjung Padang - Sungai Pakning/Sei Selari (wilayah Kabupaten Bengkalis). 2. Menurut Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN) posisi Pelabuhan Penyeberangan Sagu-sagu Lukit telah ditetapkan sebagai Pelabuhan Kelas II melalui Keputusan Menhub No. KP 901 Tahun 2016 3. Daerah hinterland Pelabuhan Penyeberangan Sagu-sagu Lukit merupakan wilayah dengan potensi sumberdaya alamnya yang cukup besar khususnya pada sektor pertanian, perikanan, perkebunan dan pertambangan. 4. Pelabuhan Penyeberangan Sagu-sagu Lukit berperan aktif dalam hubungan antar daerah dan berperan sebagai gerbang masuk ke Kabupaten Kepulauan Meranti dari Ibukota Provisi Riau melalui Pelabuhan Tanjung Buton dan menuju sentra-sentra produksi dalam rangka mengintensifkan aktifitas perdagangan melalui keterkaitan Jaringan Transportasi Perdagangan Antar Pulau dengan perdagangan Internasional. 5. Berdasarkan posisi geografis berada pada jalur pelayaran yang terus berkembang secara dinamis. Dari berbagai kekuatan tersebut, selanjutnya dilakukan prediksi pertumbuhan ekonomi dan populasi penduduk di daerah hinterland, prediksi arus angkutan barang dan penumpang termasuk jenis komoditi yang melalui Pelabuhan Penyeberangan Sagu-sagu Lukit yang akhirnya dapat ditentukan kebutuhan fasilitas masing-masing tahapan tersebut diatas. 5.2. EVALUASI KONDISI FASILITAS PELABUHAN EKSISTING 5.2.1. Peran Dermaga Rakyat Desa Lukit
  • 4. LAPORAN AKHIR FS PELABUHAN PENYEBERANGAN (RO-RO) SAGU-SAGU LUKIT V - 4 Sebelum melakukan pengembangan Pelabuhan, terlebih dahulu dilakukan evaluasi terhadap kondisi fasilitas pelabuhan yang ada saat ini (eksisting). Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kondisi pelabauhan saat ini dan untuk menentukan strategi-strategi dalam pengembangan. Evaluasi yang pertama dilakukan adalah melihat utilitas dermaga yang ada berdasarkan muatan dan penumpang yang dilayani dan ketersediaan dermaga. Untuk saat ini di Desa Lukit terdapat dua buah dermaga rakyat yang dibangun dengan konstruksi kayu yang digunakan oleh warga setempat untuk kegiatan pelabuhan penyeberangan sehari-hari yang letaknya berdekatan dengan lokasi Rencana Pelabuhan Ro-Ro. Pelabuhan tersebut oleh penduduk setempat disebut : 1. Dermaga Lukit 2. Dermaga Jetty Berdasarkan data yang dikumpulkan dari Pemerintah Desa Lukit, rute pelayaran dari dermaga ini adalah Plabuhan Tanjung Buton, Latang/Sei Apit dan Selat Panjang. Jumlah perahu motor sampai saat ini ada enam buah. Pelabuhan ini pun merupakan fasilitas penyeberangan bagi kendaraan roda dua yang menempuh jalur darat dari Selat Panjang ke Pelabuhan Tanjung Buton atau Riau daratan. Mengingat sangat besarnya peranan Pelabuhan Penyeberangan Sagu-sagu Lukit bagi masyarakat setempat, maka Pelabuhan Penyeberangan Sagu-sagu Lukit sangat layak untuk dibangun dan dikembangkan. 5.2.2. Ketersediaan Lahan Darat
  • 5. LAPORAN AKHIR FS PELABUHAN PENYEBERANGAN (RO-RO) SAGU-SAGU LUKIT V - 5 Secara umum lokasi Pelabuhan Penyeberangan Sagu-Sagu Lukit memiliki lahan darat yang cukup yaitu seluas 2 Ha berupa hibah dari warga Desa Lukit. Statusnya merupakan hak milik adat yang saat ini sedang proses sertifikat oleh Badan Pertanahan Negara (BPN). Kebijakan pengembangan wilayah erat kaitannya dengan perencanaan pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Sagu-sagu Lukit. Beberapa kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah yang penting kaitannya dengan pengembang pelabuhan diantaranya adalah kebijakan penetapan Teluk Belitung (Kecamatan Merbau) sebagai Kawasan PPK, Tata Ruang Wilayah, Tatralok dan lain sebagainya. 5.3. PENGEMBANGAN PELABUHAN PENYEBERANGAN SAGU-SAGU LUKIT 5.3.1. Analisis Kapal Rencana Pengembangan pelabuhan penyeberangan ini diperuntukkan untuk melayani dan meningkatkan berbagai sarana transportasi penyeberangan yang ada. Dengan demikian diharapkan pula terjadi peningkatan aktivitas transportasi, karena dengan adanya peningkatan pelayanan di sektor transportasi penyeberangan wilayah ini, diharapkan interaksi antar wilayah kepulauan dalam kabupaten maupun antar kabupaten akan semakin lancar dan meningkat baik dilihat dari sektor pendistribusian barang dan penumpang, maupun membuka daerah yang terisolir. Tahapan awal pengembangan pelayanan pelabuhan penyeberangan ini lebih terfokus pada pelayanan penumpang kendaraan roda dua dan barang. Adapun skenario operasional jumlah pelayanan keberangkatan kapal/sarana transportasi penyeberangan reguler yang direkomendasikan adalah berdasarkan pada hasil prakiraan permintaan jumlah penumpang dan barang yaitu satu hari satu kali.
  • 6. LAPORAN AKHIR FS PELABUHAN PENYEBERANGAN (RO-RO) SAGU-SAGU LUKIT V - 6 Kapal penyeberangan yang diperuntukkan bagi suatu lintasan harus sesuai dengan kebutuhannya yang secara rinci dapat dibedakan atas dua faktor substansial, yaitu : a. Faktor internal, yaitu mencakup aspek teknis kapal yang terdiri dari :  Jenis, ukuran dan bentuk desain kapal  Kapasitas penumpang dan kendaraan  Kekuaan mesin b. Faktor eksternal, yaitu pengoperasian kapal yang meliputi aspek- aspek :  Karakteristik perairan  Jumlah angkutan (penumpang dan barang)  Kelengkapan prasarana pelabuhan dan navigasi Ada beberapa jenis kapal ferry yang digunakan sesuai fungsi dan kebutuhan, kapal ferry jenis Ro-Ro adalah kapal ferry yang secara operasional efektif efisien dan ekonomis, dimana secara prinsip pergerakan kapal Ro-Ro adalah horizontal yaitu penumpang, muatan barang dan kendaraan bisa langsung keluar masuk pelabuhan dari haluan dan buritan kapal tanpa harus dipindahkan dengan alat angkat (lift), khusus penumpang naik turun melalui pintu samping. Berdasarkan kondisi perairan Indonesia, JICA – Japan International Cooperation Agency (1993) mengklasifikasikan kapal penyeberangan menjadi 5 (lima) tipe (Nasution : 2003) sebagai berikut :
  • 7. LAPORAN AKHIR FS PELABUHAN PENYEBERANGAN (RO-RO) SAGU-SAGU LUKIT V - 7 Tabel 5.1. Tipe-tipe Kapal Penyeberangan Tipe Kapal GRT LOA (m) B (m) A (m2) Kapasitas FD Speed (Knot)2-T Penumpang A 1000 70 14 686 27 600 3,5 16 B 500 47 11,5 378 15 500 2,6 14 C 300 39 10,5 278 11 300 2.2 11 D 300 39 10 273 11 300 2,4 14 E 150 30 8 168 7 100 1,5 11 Keterangan : GRT = Gros Register Tonnage A = Effective Loading Deck Space, untuk mengakomodasi kendaraan LOA = Length Over All 2-T = Truck 2 Ton (25m2/truck) B = Breath FD = Draught in Full Load Kapal penyeberangan yang direncanakan untuk melayani lintas Sagu- sagu Lukit adalah jenis kapal ro-ro dengan kapasitas 500 GT. Untuk meningkatkan load factor kapal agar biaya operasional yang dikeluarkan tidak terlalu besar, maka kapal direncanakan melayani angkutan penyeberangan satu kali dalam sehari hingga lima tahun pertama. 5.3.2. Analisis Pengembangan Pelabuhan 1. Analisis Kebutuhan Lahan Darat Pelabuhan Penyeberangan Sagu-sagu Lukit akan dilengkapi dengan beberapa fasilitas pendukung, diantaranya ruang terbuka terdiri dari terminal penumpang dan terminal parkir. Untuk bangunan terdiri dari : bangunan kantor, ruang tunggu, pos jaga, mushola, dan toilet.
  • 8. LAPORAN AKHIR FS PELABUHAN PENYEBERANGAN (RO-RO) SAGU-SAGU LUKIT V - 8 Luas lahan yang dibutuhkan dinalisa berdasarkan jumlah kunjungan penumpang dan kendaraan dengan asumsi sebagai berikut : a. Lapangan parkir akan digunakan untuk pengunjung, pengantar dan karyawan b. Luasan yang dibutuhkan untuk 1 mobil adalah 20 sampai 25m2 c. Luasan yang dibutuhkan untuk 1 motor adalah 2 sampai 2.5 m2 d. Pengunjung yang menggunakan mobil adalah 10% e. Pengunjung yang menggunakan motor adalah 20% f. Karyawan yang menggunakan mobil adalah 5% dan sisanya adalah sepeda motor Tabel 5.2. Total Kebutuhan Lahan Darat Tahun 2016 – 2036 Jenis Fasilitas Volume Luas/unit Jumlah Luas (m2) Terminal mobil Terminal roda 2 Kantor Ruang tunggu Pos jaga Mushola Toilet 10 16,5 1 1 1 1 1 25 2,5 36 100 4 25 10 250 41 36 100 4 25 10 Jumlah 466 Sumber : Hasil Analisis, 2017 Tabel diatas memperlihatkan bahwa untuk fasilitas darat dibutuhkan lahan seluas 466 m2. 2. Kebutuhan Dermaga
  • 9. LAPORAN AKHIR FS PELABUHAN PENYEBERANGAN (RO-RO) SAGU-SAGU LUKIT V - 9 Dermaga berfungsi sebagai tempat membongkar muatan (unloading), memuat/mengisi (loading/servicing), dan berlabuh (berthing). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dermaga adalah : a) Lokasi Dermaga Pemilihan lokasi dermaga dilakukan dengan mempertimbangkan arah angin, arah arus, dan perilaku kestabilan pantai. Lokasi dermaga dipilih sedemikian rupa sehingga paling menguntungkan terhadap fasilitas darat yang tersedia dengan masih tetap mempertimbangkan kedalaman perairan. b) Elevasi Dermaga Dibuat sedemikian rupa sehingga pada saat pasang tinggi air tidak melimpas ke permukaan dermaga. c) Struktur Dermaga Dermaga didesain sedemikian rupa sehingga mampu menahan gaya tumbuk kapal (gaya leteral), mampu menahan beban aktivitas dan peralatan bongkar muat (beban vertikal) d) Panjang Dermaga Panjang dermaga ditentukan berdasarkan jumlah kapal yang akan merapat di dermaga tersebut dengan ketentuan jarak antar kapal 15 meter dan jarak ke tepi dermaga 25 meter. Jumlah kapal tersebut ditentukan oleh kebutuhan pergerakan barang dan strategi pengembangan kepelabuhan. Menurut strukturnya, dermaga dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu : a) Dermaga konstruksi terbuka, dimana lantai dermaga didukung oleh tiang – tiang pancang.
  • 10. LAPORAN AKHIR FS PELABUHAN PENYEBERANGAN (RO-RO) SAGU-SAGU LUKIT V - 10 b) Dermaga konstruksi tertutup atau solid, seperti dinding massa, kaison, turap dan dinding penahan tanah. Dermaga tipe tertutup biasanya berhimpit dengan garis pantai dan juga berfungsi sebagai penahan tanah di belakangnya. Jenis struktur yang akan digunakan sangan ditentukan oleh kondisi tanah subsurface, khususnya kedalaman tanah keras dan kedalaman air. Tipe tertutup biasanya digunakan bila kedalaman air dangkal sampai pertengahan dan kedalaman tanah keras tidak terlalu besar. Untuk kedalaman yang jauh lebih besar maka dermaga terbuka cocok digunakan. Dermaga konstruksi terbuka berupa deck diatasnya, dengan revetment yang ditempatkan dibawah deck untuk melindungi kemiringan tanah dari efek gelombang yang datang. Rencana pembangunan dermaga yang dibutuhkan adalah yang dapat berfungsi sebagai sarana berlabuh armada penyeberangan kapasitas 500 GT. 5.3.3. Rencana Pengembangan Pelabuhan Berdasarkan hasil analisis kebutuhan pengembangan, maka berikut ini disajikan program pengembangan pelabuhan berdasarkan tahun pengembangan
  • 11. LAPORAN AKHIR FS PELABUHAN PENYEBERANGAN (RO-RO) SAGU-SAGU LUKIT V - 11 Tabel 5.3. Program Pengembangan Pelabuhan Peenyeberangan Sagu-sagu Lukit No. Kegiatan Volume 1. Persiapan Ls 2. PembangunanTrestle (121X 8,5) M2 1028.5 3. PembangunanCatwalk(97X 1) M2 97 m2 4. PembangunanDermagaDanMovingBridge (8,3 X 8,3) M2 68.89 m2 5. BresthingDolphin 3 6. MooringDolpin 3 8. Urugan Tanah M2 6250 m2 9. Turap BetonM1 1060 m 10. PembangunanGedungDanTerminal M2 466 m2 Sumber : Hasil Analisis (2017) 5.3.4. Tinjauan DLKR dan DLKP Pelabuhan Batas-batas daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan laut ditetapkan dengan titik koordinat geografis, maka Daerah Lingkungan Kerja (DLKR) dan Daerah Kepentingan (DLKP) pelabuhan dapat dihitung. Daerah lingkungan kerja pelabuhan (DLKR) Pelabuhan Penyeberangan Sagu-sagu Lukit akan ditinjau ulang dan terdiri dari : 1. Daerah Lingkungan Kerja Daratan 2. Daerah Lingkungan Kerja Perairan 3. Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan merupakan perairan diluar daerah lingkungan kerja yang akan digunakan
  • 12. LAPORAN AKHIR FS PELABUHAN PENYEBERANGAN (RO-RO) SAGU-SAGU LUKIT V - 12 Tabel 5.4. Tabel Perhitungan DLKR dan DLKP Perairan Pelabuhan Penyeberangan Sagusagu Lukit Nama Area Rumus Pendekatan Hasil Hitungan Satuan Jumlah Kap Total Luas (m2) Ket. Radius Areal Tempat Berlabuh R = L + 6D + 30 (m) 155 m Luas Areal Berlabuh A = π.R2 75,438.5 m2 1 75,438.5 DLKR Radius Areal Alih Muat Kapal R = L + 6D + 30 (m) 155 m Luas Areal Alih Muat Kapal A = π.R2 75,438.5 m2 DLKR Luas Areal Tempat Sandar A = 1,8.L x 1,5.L 5,964 m2 1 5,964 DLKR Diameter Areal Kolam Putar D = 2.L 94 m Luas Areal Kolam Putar A = ¼.π.D2 133 m2 1 133 DLKR Lebar Alur W = 9.B + 30 (m) 133.5 m Luas Areal Pemanduan dan Penundaan A = W x L 6,275 m2 DLKR Areal Alur Pelayaran dari dan ke Pelabuhan A = W x L 6,275 m2 1 6,275 DLKP Radius Areal Pindah Labuh Kapal R = L + 6D + 30 (m) 155 m Luas Areal Pindah Labuh Kapal A = π.R2 75,439 m2 DLKR Luas Areal Keperluan Keadaan Darurat 50% x Luas Areal Pindah Labuh 37,719 m2 1 37,719 DLKP Luas Areal Penempatan Kapal Mati m2 10,000 DLKP Luas Areal Percobaan Pelayaran m2 25,000 DLKP Luas Areal Pembangunan dan Pemeliharaan m2 30,000 DLKP Luas Areal Wajib Pandu m2 DLKR LUAS DLKR 81,535 LUAS DLKP 108,994 TOTAL DLKR + DLKP 190,529 Sumber : Hasil Analisis (2017) 5.4. KESELAMATAN PELAYARAN 5.4.1. Keselamatan Lingkungan Pelayaran
  • 13. LAPORAN AKHIR FS PELABUHAN PENYEBERANGAN (RO-RO) SAGU-SAGU LUKIT V - 13 Keselamatan pelayaran adalah segala hal yang ada dan dapat dikembangkan dalam kaitannya dengan tindakan pencegahan kecelakaan pada saat melaksanakan kerja di bidang pelayaran Dalam UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 1 butir 32 menyatakan bahwa keselamatan dan keamanan pelayaran adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di perairan, kepelabuhan, dan lingkungan maritim. Pasal 1 butir 33 menyatakan bahwa kelaiklautan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan keselamatan kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, garis muat, permuatan, kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang, status hokum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal, dan manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu. Keselamatan pelayaran telah diatur oleh lembaga internasional yang mengurus atau menangani hal-hal yang terkait dengan keselamatan jiwa, harta laut, serta kelestarian lingkungan. Lembaga tersebut dinamakan International Maritime Organization (IMO) yang bernaung dibawah PBB. Salah satu faktor penting dalam mewujudkan keselamatan serta kelestarian lingkungan laut adalah keterampilan, keahlian dari manusia yang terkait dengan pengoperasian dari alat transportasi (kapal) di laut, karena bagaimanapun kokohnya konstruksi suatu kapal dan betapapun canggihnya teknologi baik sarana bantu maupun peralatan yang ditempatkan di atas kapal tersebut kalau dioperasikan manusia yang tidak mempunyai keterampilan/keahlian sesuai dengan tugas dan fungsinya maka semua akan sia-sia. Dalam kenyataannya 80% dari kecelakaan di laut adalah akibat kesalahan manusia (human error). Untuk menjamin keselamatan pelayaran sebagai penunjang kelancaran lalu lintas kapal di laut, diperlukan adanya awak kapal yang berkeahlian, berkemampuan dan terampil, dengan demikian setiap kapal yang akan berlayar harus diawaki dengan awak kapal yang
  • 14. LAPORAN AKHIR FS PELABUHAN PENYEBERANGAN (RO-RO) SAGU-SAGU LUKIT V - 14 cukup dan sesuai untuk melakukan tugasnya di atas kapal berdasarkan jabatannya dengan mempertimbangkan besaran kapal, tata susunan kapal dan daerah pelayaran. UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 1 butir 40 awak kapal adalah orang yang bekerja atau diperlukan di atas kapal oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas di atas kapal sesuai dengan jabatannya. 5.4.2. Kebutuhan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran Selat Lalang/Padang sebagai lokasi di mana Rencana Pelabuhan Penyeberangan (Ro-Ro) Sagu-Sagu Lukit merupakan alur pelayaran yang cukup sibuk karena merupakan rute yang terlindung dari ombak dan perompak. Lokasi Pelabuhan Penyeberangan (Ro-Ro) Sagu-Sagu Lukit termasuk kepada Wilayah Kerja Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhan Kelas III Sungai Pakning. Pembagian wilayah kerja Kantor Pelabuhan termasuk pada Wilker Kurau/Selat Lalang Tj Buton. Jumlah pelayaran selama bulan November 2017 di Wilayah Kerja Kurau/Selat Lalang, Tj Buton sebagaimana disajikan pada tabel di bawah ini : Tabel 5.5. Jumlah Pelayaran Di Wilker Kurau/Selat Lalang Dan Tj Buton No. Jenis Pelayaran Unit GRT A. Umum 1. Nasional 232 20.439 2. Asing - - 3. Rakyat 290 5.531 B Pely/Migas 1. Nasional 4 625 2. Asing - - 3. Rakyat 48 666 Jumlah 574 27.261 Sumber : Kesyabandaran dan Otoritas Pelabuhan Kls III S. Pakning, 2017
  • 15. LAPORAN AKHIR FS PELABUHAN PENYEBERANGAN (RO-RO) SAGU-SAGU LUKIT V - 15 Kerena selat ini merupakan alur pelayaran yang cukup sibuk maka untuk mengantispasi keselamatan pelayaran Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 25 2011 tentang Sarana Bantu Navigasi Pelayaran, Sarana Bantu Navigasi Pelayaran adalah peralatan atau sistem yang berada diluar kapal yang didesain dan dioperasikan untuk meningkatkan keselamatan dan efisiensi bernavigasi kapal dan/atau lalulintas kapal. Perencanaan Saran Bantu Navigasi Pelayaran untuk Pelabuhan Penyeberangan Sagu-Sagu Lukit selanjutnya akan dikoordinasikan Direktorat Kenavigasian Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, dengan rencana sebagai berikut : Tabel 5.5. Tabel Sarana Bantu Navigasi Pelayaran Pelabuhan Penyeberangan Sagu-Sagu Lukit SBNP RENCANA Lampu Pelabuhan X = 202859.776 Y = 106412.533