SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
V – 1
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
5.1. SURVEY TANAH
5.1.1. Pengamatan dan Pengambilan Contoh Tanah
Penelitian dan pengambilan contoh tanah di lapangan dilakukan dengan sistem
random sampilng di mana penelitian dan pengambilan contoh tanah dilakukan
secara acak pada berbagai unit lahan sesuai dengan kondisi topografi dan
penutupan lahan yang relatif seragam. Pekerjaan lapangan meliputi pekerjaan
pemboran, pengambilan contoh komposit dan pengambilan contoh tanah tak
terganggu.
a. Pengamatan Pemboran
Pemboran tanah dilakukan untuk mengetahui sebaran jenis tanah dan sifat-
sifatnya pada seluruh areal survey. Pemboran pada tanah mineral dilakukan
sampai kedalaman 120 cm atau sampai bahan induk tanah ditemukan
apabila tanah lebih dangkal. Pada tanah organik (gambut) pemboran
dilakukan sampai kedalaman 420 cm yang tujuannya untuk mengetahui
V – 2
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
kedalaman, tingkat dekomposisi bahan organik dan kondisi jenis tanah pada
lapisan bawah dari tanah organik tersebut.
b. Pengambilan Contoh Komposit
Komposit tanah diambil untuk keperluan analisis laboratorium kimia dan biologi
untuk mengetahui reaksi tanah (pH), daya hantar listrik (DHL), redoks dan
jumlah mikroba. Contoh tanah diambil pada kedalaman 0 – 60 cm dari
permukaan tanah, jumlah contoh yang diambil bervariasi yang disesuaikan
dengan luas dan karakterislik tanah/lahan (rata-rata 4 sampel tanah).
Gambar 5.1.
Pengamatan Pemboran Tanah Mineral
Gambar 5.2.
Pengamatan Pemboran Tanah Organik
V – 3
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
c. Pengambilan Contoh Tanah Tidak Terganggu (Ring Sampler)
Pengambilan contoh tanah tak terganggu dilakukan untuk keperluan analisis
fisika tanah yang terdiri dari : tekstur tanah (komposisi fraksi kasar), berat Isi
(BI), porositas total, derajat pelulusan air (permeabilitas), contoh tanah diambil
pada kedalaman 0 – 30 cm dari permukaan tanah rata 4 (empat) sampel per unit
lahan .
Gambar 5.4.
Pengamatan Tanah Mineral dan Pengambilan Sampel Tanah
Tidak Terganggu (Ring Sampler)
Gambar 5.3.
Pengamatan Tanah Mineral
Dan Pengambil Sampel Tanah Terganggu (Komposit)
V – 4
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
5.1.2. Klasifikasi Tanah
Klasifikasi tanah dilakukan menurut sistem klasifikasi Soil Taxonomy USDA
(1998) dan padanannya menurut klasifikasi tanah FAO/UNESCO (1985) dan
Pusat Penelitian Tanah (PPT, 1983). Berdasarkan hasil survey di lapangan dan
interfretasi peta Satuan Lahan dan Tanah, di lokasi studi ditemukan 4 (empat)
ordo tanah yaitu Histosols, Entisols, Inceptisols dan Ultisols yang menurunkan
beberapa jenis tanah berikut ini :
1. Histosol, ordo tanah ini menurunkan jenis tanah Typic Sulfohemists, Typic
Haplohemists, Typic Sulfosafrist dan Typic Haplosaprists.
2. Entisol, ordo tanah ini menurunkan jenis tanah Typic Sulfaquents, Typic
Udifluvents dan Aeric Endoaquents.
3. Inceptisols, ordo tanah ini menurunkan jenis tanah Typic Endoaquepts dan
Typic Dystrudepts.
4. Ultisols, ordo tanah ini menurunkan jenis tanah Typic Hapludults, Rhodic
Kanhapludults dan Typic Kanhapludults.
Tabel 5.1.
Padanan Nama Klasifikasi Tanah Di Lokasi Penelitian
No. Ordo
Macam Tanah Luas
Soil Taxonomy USDA,
1998
FAO/UNESCO,
1985
PPT, 1983 Ha %
1. Histosols
Typic Sulfohemists
Typic Haplohemists
Typic Haplosaprists
HemicHistosols
ThionicHistosols
SapricHistosols
OrganosolHemik
OrganosolHemik
OrganosolSaprik
43.478,36
523.110,31
49.274,46
3,38
40,71
3,83
2. Entisols
HaplicSulfaquents
Typic Udifluvents
Aeric Endoaquents
ThionicFluvisols
Dystric Fluvisols
Eutic Fluvisols
Aluvial Tionik
Aluvial Distrik
Aluvial Eutrik
12.617,28
4.099,79
115.919,79
0,98
0.32
9,02
3. Inceptisols
Typic Dystrudepts
OxicDystrudepts
ChromicCambisols
Dystric Cambisols
KambisolKromik
KambisolDistrik
285.755,47
21.241,83
22,24
1,65
4. Ultisols
Typic Hapludults
RhodicKanhapludults
Typic Kanhapludults
HaplicAcrisols
UmbricAcrisols
UmbricAcrisols
PodsolikHaplik
PodsilikRodik
PodsolikKromik
57.540,27
57.699,24
114.168,52
4,48
4,49
8,89
Jumlah 1.284.906,30 100,0
Sumber : Analisis Tim Survey, 2010
V – 5
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
5.1.3. Deskripsi Tanah
Tanah yang dijumpai pada areal survey berdasarkan hasil verifikasi lapangan
dan analisis laboratorium memiliki sifat sebagai berikut :
a. Ordo Histosols
Oro Histosols di lapangan dijumpai tiga jenis tanah dengan sifat-sifat
sebagai berikut :
1. Typic Sulfohemists, tanah berkembang dari bahan induk bahan organik,
solum dalam (150 - 320 cm), tingkat dekomposisi bahan organik sedang,
terdapat kandungan sulfidik pada kedalaman < 100 cm, reaksi tanah
sangat masam (pH 3,5 - 4), dipengaruhi oleh pasang surut laut.
2. Typic Haplohemists, tanah berkembang dari bahan induk bahan
organik, solum dalam (150 - 250 cm), tingkat dekomposisi bahan
organik sedang, terdapat lapisan fibrik pada penampang bawah, reaksi
tanah sangat masam (pH < 4), dipengaruhi oleh pasang surut sungai.
3. Typic Haplosaprists, tanah berkembang dari bahan induk bahan
organik, solum dalam (200 - > 420 cm), tingkat dekomposisi bahan
organik matang, reaksi tanah sangat masam (pH < 4), dipengaruhi oleh
pasang surut sungai.
b. Ordo Entisols
Oro Entisols di lapangan dijumpai tiga jenis tanah dengan sifat-sifat sebagai
berikut :
1. Haplic Sulfaquents, tanah ini berkembang dari bahan endapan
(aluvium), solum dalam (> 120 cm), tekstur tanah halus sampai sedang,
terdapat kandungan sulfidik pada kedalaman > 100 cm, reaksi tanah
V – 6
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
sangat masam (pH 4), bersifat hidromorfik mulai dari permukaan tanah
dipengaruhi oleh pasang surut laut.
2. Aeric Endoaquents, bahan induk tanah merupakan endapan aluvial,
solum tanah dalam (> 120 cm), tekstur halus sampai sedang, reaksi
tanah sangat masam (pH < 4), mempunyai sifat hidromorfik sebagai
akibat pasang surut sungai.
3. Typic Udifluvents, bahan induk tanah merupakan endapan aluvial, solum
tanah dalam (> 120 cm), tekstur halus sampai sedang, reaksi tanah
sangat masam (pH < 4).
c. Ordo Inceptisols
Oro Inceptisols di lapangan dijumpai dua jenis tanah dengan sifat-sifat
sebagai berikut :
1. Typic Dystrudepts, tanah ini berkembang dari batuan sedimen berupa
batu pasir dan batu liat, solum tanah dalam (> 120 cm), tekstur tanah
halus sampai agak kasar, reaksi tanah sangat masam sampai agak
masam (pH 4 – 4,5).
2. Oxic Dystrudepts, tanah ini berkembang dari batuan sedimen berupa
batu pasir dan batu liat, solum tanah dalam (> 120 cm), tekstur tanah
halus sampai sedang, reaksi tanah sangat masam sampai agak masam
(pH 4 - 4,5 ) dan warna tanah kemerahan.
d. Ordo Ultisols
Oro Ultisols di lapangan dijumpai tiga jenis tanah dengan sifat-sifat sebagai
berikut :
1. Typic Hapludults, tanah ini berkembang dari batuan sedimen berupa
batu pasir dan batu liat, solum tanah dalam (> 120 cm), tekstur tanah
V – 7
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
sedang sampai agak kasar, reaksi tanah sangat masam sampai agak
masam (pH 4 - 4,5) dan terdapat timbunan liat pada lapisan bawah.
2. Rhodic Kanhapludults, tanah ini berkembang dari batuan sedimen
berupa batu pasir dan batu liat, solum tanah dalam (> 120 cm), tekstur
tanah halus sampai sedang, berwarna kemerahan, reaksi tanah sangat
masam sampai agak masam (pH 4 -4,2) dan terdapat timbunan liat pada
lapisan bawah.
3. Typic Kanhapludults. tanah ini berkembang dari batuan sedimen berupa
batu pasir dan batu liat, solum tanah dalam (> 120 cm), tekstur tanah
halus sampai sedang, reaksi tanah sangat masam sampai agak masam
(pH 4 – 4,3) dan terdapat timbunan liat pada lapisan bawah.
5.1.4. Analisis Tanah
Untuk menentukan status kerusakan tanah selain dilakukan penelitian lapangan,
dilakukan pula analisis terhadap contoh tanah komposit dan tanah tak terganggu
di laboratorium tanah. Sifat tanah yang dianalisis di antaranya adalah : tekstur
tanah (komposisi fraksi kasar), berat Isi (BI), porositas total, derajat pelulusan air
(permeabilitas), reaksi tanah (pH), daya hantar listrik (DHL), redoks dan jumlah
mikroba (hasil analisis tanah terlampir).
a. Tekstur Tanah
Tekstur tanah merupakan perbandingan antara fraksi pasir, debu dan liat dari
satu masa tanah. Tanah yang mengandung banyak pasir merupakan tanah
yang relatif tidak subur karena tidak dapat menahan unsur hara dan air,
sehingga tidak tersedia bagi tanaman dan tanaman akan cepat mengalami
kekeringan. Tekstur tanah di lokasi penelitian secara umum tergolong pada
kelas halus sampai sedang, sehingga cukup baik sebagai media tanaman.
b. Berat Isi (BI) / Kerapatan Lindak
V – 8
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
Berat isi tanah merupakan perbandingan antara berat tanah kering terhadap
volumenya. Kerapatan lindak dijadikan petunjuk tingkat kepadatan tanah.
Makin tinggi nilai kerapatan lindak suatu tanah makin tinggi pula
kepadatannya dan menandakan tanah tersebut sulit diolah dan merupakan
media yang buruk untuk perkembangan akar tanaman dan infiltrasi air.
c. Porositas Total
Porositas tanah dipengaruhi oleh tekstur, struktur dan kandungan bahan
organik. Porositas tanah menjadi tinggi apabila tanah tersebut bertekstur dan
berstruktur kasar sehingga tidak tanah dapat menahan air dan tanah akan
mudah cepat kekeringan.
d. Derajat Pelulusan Air (Permeabilitas)
Permeabilitas adalah kecepatan bergeraknya air pada suatu media berpori
dalam keadaan jenuh. Tanah dengan permeabilitas rendah menandakan
tanah tersebut dapat menahan air tergenang di permukaan, sebaliknya tanah
dengan permeabilitas tinggi maka air akan mudah terinfiltrasi sehingga unsur
hara mudah tercuci.
e. Derajat Pelurusan Air Reaksi Tanah (pH)
Pada umumnya tanaman akan tumbuh baik pada lingkungan pH tanah netral
(6-7) dan kadar Al3+ yang rendah, karena dalam lingkungan tersebut unsur
hara dalam keadaan bebas, sehingga mudah diserap oleh akar tanaman.
Kemasaman tanah (pH) di lokasi studi pada seluruh areal tergolong sangat
masam (pH 4 – 4,5). Untuk memperbaiki pH tanah di lokasi studi dapat
dilakukan dengan penambahan kapur, diantaranya dengan menambahkan
Kaptan (CaCO3 90 %).
f. Daya Hantar Listrik
Merupakan daya tegangan listrik yang dihitung dala satuan mS/cm.
V – 9
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
g. Redoks
Redoks merupakan reaksi kimia yang menyebabkan beralihnya elektron ke
atom atau ke molekul lain, redoks dihitung dalam satuan mV.
h. Jumlah Mikroba
Adalahmikroba yang membantu dalam pembentukan struktur tanah yang
mantap, karena mikroba tersebut dapat mengeluarkan (sekresi) zat perekat
yang tidak mudah larut dalam air, satuan jumlah mikroba dihitung dalam efu/g
tanah.
5.2. KONDISI KELERENGAN/KEMIRINGAN LAHAN
Kerusakan tanah akibat erosi akan meningkat apabila lereng semakin curam dan
semakin panjang. Apabila lereng semakin curam maka kecepatan aliran permukaan
akan meningkat sehingga kekuatan aliran permukaan dalam mengangkut tanah akan
semakin tinggi. Apabila lereng semakin panjang akan menyebabkan volume air menjadi
semakin besar. Apabila dalamnya air menjadi dua kali lipat, maka kecepatan aliran
menjadi empat kali lipat lebih besar, sehingga benda ataupun berat benda yang
diangkut pada permukaan tanah juga menjadi lebih besar.
Dalam studi ini kemiringan lahan dibagi menjadi menjadi lima kelas yaitu datar sampai
landai (0 – 8 %), agak miring/begelombang (9 – 15%), miring (16 – 25 %), agak curam
(26 – 40 %), curam ( > 40 %).
Pengukuran lereng di lapagan dilakukan dengan memakai alat Clinometer sedangkan
untuk panjang lereng dilakukan dengan menggunakan Metrol. Pengamatan dilakukan
bersamaan dengan waktu pengamatan tanah atau di tempat pengambilan sampel tanah
dan untuk posisi lokasi dilakukan pengukuran koordinat GPS.
Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, kemiringan lahan di lokasi studi didominasi
oleh daerah atar (lereng 0 – 3 %) dan persen kemiringan lereng tertinggi < 40%.
V – 10
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
Sedangkan panjang lereng pada daerah-daerah miring berkisar antara 50 – 100 m. Luas
lahan berdasarkan kemiringan lereng dapat dilihat pada bab terdahulu (Bab IV, Tabel
4.3.)
5.3. SURVEY PENGGUNAAN/PENUTUPAN LAHAN
Berdasarkan hasil survey lapangan di seluruh wiayah kerja efektif didominasi oleh hutan
tanaman dengan vegetasi Acacia dan Eucalypthus dan kebun kelapa sawit, mengenai
jenis dan luas penutupan lahan telah disajikan pada bab terdahulu (Bab IV, Tabel 4.4).
5.4. EROSI DAN KONSERVASI TANAH
Dalam pekerjaan ini pengukuran dan penghitungan besarnya erosi yang terjadi di lokasi
studi tidak dilakukan karena berdasarkan Pedoman Teknis Penyusunan Peta Status
Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa ( PP No. 150 tahun 2000), pengukuran
besarnya erosi dan subsidensi ditetapkan harus diukur langsung berdasarkan patok
erosi dan patok subsidensi yang ada dalam waktu 5 tahun. Sedangkan patok-patok
tersebut pada saat dilakukan verifikasi lapangan belum terpasang. Dengan demikinan
masalah erosi dan upaya konservasi tanah hanya dilihat berdasarkan kondisi yang ada
di lapangan.
Kerusakan sumber daya tanah/lahan dan air di Indonesia sebagian besar diakibatkan
oleh erosi tanah sebagai dampak dari tidak diterapkannya kaidah-kaidah konservasi
dalam penggunaan lahan. Erosi merupakan suatu proses di mana tanah dihancurkan
(detached) dan kemudian dipindahkan ke tempat lain yang lebih rendah dan dapat
membentuk endapan tanah (sedimentasi) yang disebabkan oleh kekuatan aliran air,
angin atau gravitasi. Sedangkan besarnya erosi tanah diartikan suatu perkiraan jumlah
tanah hilang maksimum yang akan terjadi pada sebidang lahan, bila pengelolaan
tanaman dan konservasi tanah tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu yang
panjang.
V – 11
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
Adapun akibat yang ditimbulkan oleh erosi tanah di antaranya adalah :
 Menurunnya produktifitas tanah.
 Daya infiltrasi dan kemampuan tanah dalam menahan air berkurang.
 Strutur dan konsistensi tanah menjadi rusak.
 Meningkatnya biaya pengolahan tanah.
 Lahan terbagi-bagi dan mengurangi luasan yang dapat ditanami.
Pada dasarnya konservasi tanah dengan berbagai metodenya dimaksudkan untuk :
 Melindungi tanah dari curahan air hujan
 Meningkatkan kapsitas infiltrasi tanah tehadap air dan udara
 Mengurangi kecepatan dan besarnya aliran permukaan (run off) dan
 Meningkatkan stabilitas agregat tanah.
Konservasi lahan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu cara vegetatif, cara fisik
mekanis dan secara kimia.
1. Perbaikan Lahan Secara Vegetatif
Metoda perbaikan lahahan secara vegetatif dilakukan dengan cara :
Gambar 5.5.
Pembukaan Lahan Tanpa Upaya Konservasi
V – 12
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
 Melakukan reboisasi/penghijauan dilakukan pada daerah dengan kemiringan
lahan > 50% dengan jenis tanaman kehutanan secara permanent.
 Penanaman tanaman penutup tanah permanen (cover crop) pada daerah-
daerah kemiringan lahan < 50% yang masih dapat diperuntukan bagi budi daya
tanaman tahunan/tanaman keras yang ditanam sejak selesai pembukaan lahan,
yaitu dengan penanaman leguminose seperti kacang ruji/pucro (Pucraria
phaseoloides).
 Penanaman rumput pada jalur pengaliran dan saluran-saluran pambuang
(grassed water ways) serta tebing-tebing sungai.
 Penanaman dalam strip (strip cropping) yaitu untuk tanaman semusim yang
dibudidayakan pada daerah dengan kemiringan lahan ≤ 15%.
2. Perbaikan Lahan Secara Fisik Mekanis
Perbaikan fisik lahan secara mekanik adalah malakukan perubahan terhadap lahan
dari bentuk aslinya menjadi bentuk lain dengan memperhatikan kaidah-kaidah
konservasi lahan terutama pada lahan miring, tujuan sebagai berikut :
 Memperlambat laju aliran air permukaan agar dapat mengurangi perusakan
tanah oleh aliran air.
Gambar 5.7.
Kondisi Lahan Tanpa Upaya Konservasi
V – 13
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
 Menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kakuatan yang tidak
merusak tanah.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan perbaikan fisik lahan secara mekanik
terutama adalah kondisi kedalamam solum tanah, tekstur dan sruktur tanah, kondisi
batuan permukaan, kemiringan lahan dan jenis tanaman yang akan dibudidayakan.
Kegiatan konservasi tanah dan air dengan perlakuan fisik mekanis diantaranya
adalah :
 Terasering.
 Pengolahan tanah menurut kontur.
 Pembuatan bedengan dan saluran menurut kontur (contour ridges and furrows).
 Pembuatan waduk, dam penghambat (chek dam), rorakan (lubang resapan air)
dan tanggul.
Walaupun secara umum perbaikan lahan secara fisik mekanis bertujuan untuk
melakukan konsevasi tanah dan air agar lestari sebagai lahan produktif, akan tetapi
pada lahan datar di daerah dataran rendah terutama pada tanah organik (gambut
dalam) sering manimbulkan masalah kerusakan terhadap tanah/lahan. Dalam hal ini
adalah pembuatan saluran drainase/kanalisasi untuk pengeringan lahan agar dapat
dijadikan kawasan budidaya baik untuk produksi biomassa maupun untuk
penggunaan lain. Dampak buruk dari kanalisasi pada lahan basah terjadi apbila
pengeringan lahan tanpa disertai pengelolaan tata air dan pembuatan saluran-
saluran drainase terlalu dalam (over drain). Adapun dampak dari pengolahan lahan
dengan kanalisasi tanpa adanya pengelolaan tata air dan over drain adalah :
 Terjadinya penurunan permukaan lahan terutama pada lahan gambut
(subsidensi) karena turunnya permukaan air tanah dangkal.
 Pada daerah pasang surut akan terjadi instrusi atau genangan air laut pada
tanah, sehingga lahan tidak produktif lagi.
 Menyebabkan kekeringan lahan pada musim kemarau sehingga tanaman mati
akibat proses plasmolisis dan transpirasi.
V – 14
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
 Pada lahan gambut akan mudah terbakar dalam waktu yang lama pada musim
kemarau.
 Akan mudah terjadi banjir dan genangan pada penghujan.
3. Perbaikan Lahan Secara Kimia
Metode ini merupakan penggunaan bahan kimia sintetis atau alami sebagai
pemantap tanah (soil coditioner). Bahan kimia ini fungsinya dapat memperbaiki
struktur tanah sehingga resisten terhadap erosi. Jenis yang berbentuk sebuk
diantaranya adalah : polysacharida dan polyvinyl alcohol, sedangkan yang
berbentuk emulsi adalah : polyurethane, polyacrylamide, dan polyacrylacid. Metoda
konservasi tanah secara kimia ini sebaiknya hanya dilakukan pada tanah hasil
konservasi metoda fisik mekanis saja sebagai pemantap struktur tanah baru.
Pada dasarnya lahan di seluruh wilayah kerja efektif pada saat verifikasi lapangan
dilakukan, sudah tertutup oleh vegetasi, terutama oleh tanaman yang dibududayakan
seperti tanaman akasia, eukaliptus, kelapa sawit, karet, kelapa maupun kebun campuran
yang ada di sekitar permukiman penduduk. Akan tetapi upaya konservasi lahan pada
areal budi daya baik pada lahan kering maupun lahan basah belum nampak dilakukan
baik oleh perusahaan perkebunan, perusahaan HTI, maupun oleh masyarakat. Pada
daerah budidaya tanaman tersebut, terutama pada lahan-lahan miring tidak ditemui
Gambar 5.6.
Kanalisasi Tanpa Pengelolaan Tata Air
V – 15
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
upaya konservasi baik dengan tanaman penutup tanah permanen maupun terassering.
Selain itu umunya pembersihan kebun dari rumput-rumput yang tumbuh dengan
menggunakan pestisida, setelah rumput-rumput mati kondisi permukaan tanah menjadi
terbuka, sehingga erosi tanah menjadi tinggi.
Secara visual jenis erosi yang terjadi Hal ini mengakibatkan terjadinya erosi tanah yang
nampak dengan adanya alur-alur kecil pada daerah berlereng serta sedimentasi pada
daerah lembah.
Pengolahan lahan pada lahan basah (tanah gambut) dilakukan dengan cara
pengeringan dengan pembuatan saluran drainase, akan tetapi tanpa pengelolaan tata air
yang memadai sehingga terjadi subsidensi lahan gambut yang terlihat dari munculnya
akar pohon-pohonan di permukaan tanah atau tumbangnya pohon. Subsidensi lahan
gambut yang cukup signifikan terlihat di daerah Kecamatan Kuala Kampar.
5.5. PEMETAAN KONDISI TANAH HASIL VERIFIKASI LAPANGAN
Penyusunan pemeta kondisi tanah dilakukan berdasarkan peta kondisi tanah awal, data
primer hasil inventarisasi waktu melakukan verifikasi lapangan dan nilai parameter
kerusakan tanah hasil analisis contoh tanah di laboratorium. Berdasarkan hasil
penyusunan peta kondisi tanah hasil verifikasi lapangan, areal kerja efektif di lokasi studi
dibagi menjadi 36 unit lahan dengan keseragaman jenis tanah, kemiringan lahan,
sebaran curan hujan dan penggunaan/penutupan lahan yang terdiri dari 20 unit lahan
basah da 16 unit lahan kering. Selanjutnya peta kondisi tanah ini dijadikan bahan dasar
penetapan status kerusakan tanah. Karakter masing-masing unit lahan dari peta kondisi
tanah dapat dilihat pada Tabel 5.2. dan Tabel 5.3. sedangkan hasil pemetaannya dapat
dilihat pada Gambar 5.1. Peta Kondisi Tanah pada halaman berikut :
V – 16
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
TABEL 5.2.
V – 17
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
TABEL 5.3.
V – 18
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
GAMBAR 5.1.
PETA PENETAPAN
KONDISI TANAH

More Related Content

What's hot

Pengantar survey-dan-pemetaan-1
Pengantar survey-dan-pemetaan-1Pengantar survey-dan-pemetaan-1
Pengantar survey-dan-pemetaan-1khalid munandar
 
JENIS – JENIS PETA UNTUK KEBUTUHAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JENIS – JENIS PETA UNTUK KEBUTUHAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAJENIS – JENIS PETA UNTUK KEBUTUHAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JENIS – JENIS PETA UNTUK KEBUTUHAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAInstitut Teknologi Medan
 
3.6 cut and fill + contoh perhitungan
3.6 cut and fill + contoh perhitungan3.6 cut and fill + contoh perhitungan
3.6 cut and fill + contoh perhitunganNoor Ainah
 
Iuw 4 penentuan arah sudut dan luas
Iuw   4 penentuan arah sudut dan luasIuw   4 penentuan arah sudut dan luas
Iuw 4 penentuan arah sudut dan luasKharistya Amaru
 
Pihak pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi
Pihak pihak yang terlibat dalam proyek konstruksiPihak pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi
Pihak pihak yang terlibat dalam proyek konstruksiNurul Angreliany
 
Hitungan Ilmu Ukur Tanah
Hitungan Ilmu Ukur TanahHitungan Ilmu Ukur Tanah
Hitungan Ilmu Ukur Tanahyulika usman
 
Perbedaan Perencanaan Tapak Dalam Ilmu Arsitektur dan Ilmu Planologi
Perbedaan Perencanaan Tapak Dalam Ilmu Arsitektur dan Ilmu PlanologiPerbedaan Perencanaan Tapak Dalam Ilmu Arsitektur dan Ilmu Planologi
Perbedaan Perencanaan Tapak Dalam Ilmu Arsitektur dan Ilmu PlanologiUIN Alauddin Makassar
 
Tutorial klasifikasi awan dan idw menggunakan arc gis
Tutorial klasifikasi awan dan idw menggunakan arc gisTutorial klasifikasi awan dan idw menggunakan arc gis
Tutorial klasifikasi awan dan idw menggunakan arc gisAzmi Rahman
 
Metode penyaliran tambang
Metode penyaliran tambangMetode penyaliran tambang
Metode penyaliran tambangNoveriady
 
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3Lampung University
 
Pemetaan tematik sosial ekonomi statistik
Pemetaan tematik sosial ekonomi statistikPemetaan tematik sosial ekonomi statistik
Pemetaan tematik sosial ekonomi statistikCatur Purnomo
 
Makalah perpetaan & sig
Makalah perpetaan & sigMakalah perpetaan & sig
Makalah perpetaan & sigEko Artanto
 
Penyaliran Tambang
Penyaliran TambangPenyaliran Tambang
Penyaliran Tambangheny novi
 
Tata cara pembuatan detail drainase
Tata cara pembuatan detail drainaseTata cara pembuatan detail drainase
Tata cara pembuatan detail drainaseinfosanitasi
 

What's hot (20)

Pengantar survey-dan-pemetaan-1
Pengantar survey-dan-pemetaan-1Pengantar survey-dan-pemetaan-1
Pengantar survey-dan-pemetaan-1
 
JENIS – JENIS PETA UNTUK KEBUTUHAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JENIS – JENIS PETA UNTUK KEBUTUHAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAJENIS – JENIS PETA UNTUK KEBUTUHAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JENIS – JENIS PETA UNTUK KEBUTUHAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
 
3.6 cut and fill + contoh perhitungan
3.6 cut and fill + contoh perhitungan3.6 cut and fill + contoh perhitungan
3.6 cut and fill + contoh perhitungan
 
Iuw 4 penentuan arah sudut dan luas
Iuw   4 penentuan arah sudut dan luasIuw   4 penentuan arah sudut dan luas
Iuw 4 penentuan arah sudut dan luas
 
Fisika Tanah -- Pertanian
Fisika Tanah -- PertanianFisika Tanah -- Pertanian
Fisika Tanah -- Pertanian
 
12 peta geologi
12 peta geologi12 peta geologi
12 peta geologi
 
Pihak pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi
Pihak pihak yang terlibat dalam proyek konstruksiPihak pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi
Pihak pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi
 
Hitungan Ilmu Ukur Tanah
Hitungan Ilmu Ukur TanahHitungan Ilmu Ukur Tanah
Hitungan Ilmu Ukur Tanah
 
Sifat fisik tanah
Sifat fisik tanahSifat fisik tanah
Sifat fisik tanah
 
Perbedaan Perencanaan Tapak Dalam Ilmu Arsitektur dan Ilmu Planologi
Perbedaan Perencanaan Tapak Dalam Ilmu Arsitektur dan Ilmu PlanologiPerbedaan Perencanaan Tapak Dalam Ilmu Arsitektur dan Ilmu Planologi
Perbedaan Perencanaan Tapak Dalam Ilmu Arsitektur dan Ilmu Planologi
 
Tutorial klasifikasi awan dan idw menggunakan arc gis
Tutorial klasifikasi awan dan idw menggunakan arc gisTutorial klasifikasi awan dan idw menggunakan arc gis
Tutorial klasifikasi awan dan idw menggunakan arc gis
 
Metode penyaliran tambang
Metode penyaliran tambangMetode penyaliran tambang
Metode penyaliran tambang
 
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
 
Study Kasus Eksplorasi Bijih Besi
Study Kasus Eksplorasi Bijih BesiStudy Kasus Eksplorasi Bijih Besi
Study Kasus Eksplorasi Bijih Besi
 
LAPORAN PRAKTIKUM 1_Tofan
LAPORAN PRAKTIKUM 1_TofanLAPORAN PRAKTIKUM 1_Tofan
LAPORAN PRAKTIKUM 1_Tofan
 
Garis kontur
Garis konturGaris kontur
Garis kontur
 
Pemetaan tematik sosial ekonomi statistik
Pemetaan tematik sosial ekonomi statistikPemetaan tematik sosial ekonomi statistik
Pemetaan tematik sosial ekonomi statistik
 
Makalah perpetaan & sig
Makalah perpetaan & sigMakalah perpetaan & sig
Makalah perpetaan & sig
 
Penyaliran Tambang
Penyaliran TambangPenyaliran Tambang
Penyaliran Tambang
 
Tata cara pembuatan detail drainase
Tata cara pembuatan detail drainaseTata cara pembuatan detail drainase
Tata cara pembuatan detail drainase
 

Similar to SURVEY TANAH

Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...
Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...
Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...somaoma
 
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdf
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdfBUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdf
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdfDwiKurniawati35
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHAlfian Nopara Saifudin
 
GEOGRAFI - Penyebab kerusakan tanah dan cara mengatasinya (SMA kurtilas)
GEOGRAFI - Penyebab kerusakan tanah dan cara mengatasinya (SMA kurtilas)GEOGRAFI - Penyebab kerusakan tanah dan cara mengatasinya (SMA kurtilas)
GEOGRAFI - Penyebab kerusakan tanah dan cara mengatasinya (SMA kurtilas)farsfyn19
 
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indralaporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indraAlfian Nopara Saifudin
 
komponen komponen dan sifat tanah
komponen komponen dan sifat tanahkomponen komponen dan sifat tanah
komponen komponen dan sifat tanahsofiana S
 
LA 02 Penyediaan Tanah Nurseri Lanskap
LA 02   Penyediaan Tanah Nurseri LanskapLA 02   Penyediaan Tanah Nurseri Lanskap
LA 02 Penyediaan Tanah Nurseri LanskapMuhd Arif Nubli Kenon
 
Komponen Komponen dan sifat fisik tanah kelas 10
Komponen Komponen dan sifat fisik tanah kelas 10Komponen Komponen dan sifat fisik tanah kelas 10
Komponen Komponen dan sifat fisik tanah kelas 10Ade Retno
 
Power point ips tanah
Power point ips tanahPower point ips tanah
Power point ips tanahkrisnaandra10
 
Laporan Praktikum Ilmu Tanah
Laporan Praktikum Ilmu TanahLaporan Praktikum Ilmu Tanah
Laporan Praktikum Ilmu TanahRegiana Dzita
 

Similar to SURVEY TANAH (20)

Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...
Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...
Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...
 
Silvika tanah 3
Silvika tanah 3Silvika tanah 3
Silvika tanah 3
 
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdf
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdfBUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdf
BUKU AJAR PENGANTAR GEOGRAFI TANAH.pdf
 
Laporan ilmu tanah
Laporan ilmu tanahLaporan ilmu tanah
Laporan ilmu tanah
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
 
Sekilas Tentang Pedosfer
Sekilas Tentang PedosferSekilas Tentang Pedosfer
Sekilas Tentang Pedosfer
 
GEOGRAFI - Penyebab kerusakan tanah dan cara mengatasinya (SMA kurtilas)
GEOGRAFI - Penyebab kerusakan tanah dan cara mengatasinya (SMA kurtilas)GEOGRAFI - Penyebab kerusakan tanah dan cara mengatasinya (SMA kurtilas)
GEOGRAFI - Penyebab kerusakan tanah dan cara mengatasinya (SMA kurtilas)
 
Tanah Masam 2023.pptx
Tanah Masam 2023.pptxTanah Masam 2023.pptx
Tanah Masam 2023.pptx
 
pedosfer
pedosferpedosfer
pedosfer
 
Pedosfer
PedosferPedosfer
Pedosfer
 
Pedosfer
PedosferPedosfer
Pedosfer
 
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indralaporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
 
Pedosfer
PedosferPedosfer
Pedosfer
 
komponen komponen dan sifat tanah
komponen komponen dan sifat tanahkomponen komponen dan sifat tanah
komponen komponen dan sifat tanah
 
pedosfer
pedosferpedosfer
pedosfer
 
LA 02 Penyediaan Tanah Nurseri Lanskap
LA 02   Penyediaan Tanah Nurseri LanskapLA 02   Penyediaan Tanah Nurseri Lanskap
LA 02 Penyediaan Tanah Nurseri Lanskap
 
6 cacing
6 cacing6 cacing
6 cacing
 
Komponen Komponen dan sifat fisik tanah kelas 10
Komponen Komponen dan sifat fisik tanah kelas 10Komponen Komponen dan sifat fisik tanah kelas 10
Komponen Komponen dan sifat fisik tanah kelas 10
 
Power point ips tanah
Power point ips tanahPower point ips tanah
Power point ips tanah
 
Laporan Praktikum Ilmu Tanah
Laporan Praktikum Ilmu TanahLaporan Praktikum Ilmu Tanah
Laporan Praktikum Ilmu Tanah
 

More from drestajumena1

7 bab 5 analis pembangunan pelabuhan
7 bab 5 analis pembangunan pelabuhan7 bab 5 analis pembangunan pelabuhan
7 bab 5 analis pembangunan pelabuhandrestajumena1
 
Sda kp02-perencanaan-bangunan utama
Sda kp02-perencanaan-bangunan utamaSda kp02-perencanaan-bangunan utama
Sda kp02-perencanaan-bangunan utamadrestajumena1
 
Sda kp01-perencanaan-jaringan irigasi
Sda kp01-perencanaan-jaringan irigasiSda kp01-perencanaan-jaringan irigasi
Sda kp01-perencanaan-jaringan irigasidrestajumena1
 
3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi
3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi
3 bab 2 deskripsi umum lokasi studidrestajumena1
 
7 bab 5 organisasi personil
7 bab 5 organisasi personil7 bab 5 organisasi personil
7 bab 5 organisasi personildrestajumena1
 
6 bab 4 program kerja
6 bab 4 program kerja6 bab 4 program kerja
6 bab 4 program kerjadrestajumena1
 
5 bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaan
5 bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaan5 bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaan
5 bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaandrestajumena1
 
4 bab 2 deskripsi umum ok.
4 bab 2 deskripsi umum ok.4 bab 2 deskripsi umum ok.
4 bab 2 deskripsi umum ok.drestajumena1
 
3 bab 1 pendahuluan ok
3 bab 1 pendahuluan ok3 bab 1 pendahuluan ok
3 bab 1 pendahuluan okdrestajumena1
 

More from drestajumena1 (18)

7 bab 5 analis pembangunan pelabuhan
7 bab 5 analis pembangunan pelabuhan7 bab 5 analis pembangunan pelabuhan
7 bab 5 analis pembangunan pelabuhan
 
Sda kp02-perencanaan-bangunan utama
Sda kp02-perencanaan-bangunan utamaSda kp02-perencanaan-bangunan utama
Sda kp02-perencanaan-bangunan utama
 
Sda kp01-perencanaan-jaringan irigasi
Sda kp01-perencanaan-jaringan irigasiSda kp01-perencanaan-jaringan irigasi
Sda kp01-perencanaan-jaringan irigasi
 
Bab iv evaluasi
Bab iv evaluasiBab iv evaluasi
Bab iv evaluasi
 
Bab vii
Bab viiBab vii
Bab vii
 
Bab vi
Bab viBab vi
Bab vi
 
Bab vi sambungan
Bab vi sambunganBab vi sambungan
Bab vi sambungan
 
Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
 
Bab iv halaman peta
Bab iv halaman petaBab iv halaman peta
Bab iv halaman peta
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi
3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi
3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi
 
7 bab 5 organisasi personil
7 bab 5 organisasi personil7 bab 5 organisasi personil
7 bab 5 organisasi personil
 
6 bab 4 program kerja
6 bab 4 program kerja6 bab 4 program kerja
6 bab 4 program kerja
 
5 bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaan
5 bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaan5 bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaan
5 bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaan
 
4 bab 2 deskripsi umum ok.
4 bab 2 deskripsi umum ok.4 bab 2 deskripsi umum ok.
4 bab 2 deskripsi umum ok.
 
3 bab 1 pendahuluan ok
3 bab 1 pendahuluan ok3 bab 1 pendahuluan ok
3 bab 1 pendahuluan ok
 

SURVEY TANAH

  • 1. V – 1 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA 5.1. SURVEY TANAH 5.1.1. Pengamatan dan Pengambilan Contoh Tanah Penelitian dan pengambilan contoh tanah di lapangan dilakukan dengan sistem random sampilng di mana penelitian dan pengambilan contoh tanah dilakukan secara acak pada berbagai unit lahan sesuai dengan kondisi topografi dan penutupan lahan yang relatif seragam. Pekerjaan lapangan meliputi pekerjaan pemboran, pengambilan contoh komposit dan pengambilan contoh tanah tak terganggu. a. Pengamatan Pemboran Pemboran tanah dilakukan untuk mengetahui sebaran jenis tanah dan sifat- sifatnya pada seluruh areal survey. Pemboran pada tanah mineral dilakukan sampai kedalaman 120 cm atau sampai bahan induk tanah ditemukan apabila tanah lebih dangkal. Pada tanah organik (gambut) pemboran dilakukan sampai kedalaman 420 cm yang tujuannya untuk mengetahui
  • 2. V – 2 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA kedalaman, tingkat dekomposisi bahan organik dan kondisi jenis tanah pada lapisan bawah dari tanah organik tersebut. b. Pengambilan Contoh Komposit Komposit tanah diambil untuk keperluan analisis laboratorium kimia dan biologi untuk mengetahui reaksi tanah (pH), daya hantar listrik (DHL), redoks dan jumlah mikroba. Contoh tanah diambil pada kedalaman 0 – 60 cm dari permukaan tanah, jumlah contoh yang diambil bervariasi yang disesuaikan dengan luas dan karakterislik tanah/lahan (rata-rata 4 sampel tanah). Gambar 5.1. Pengamatan Pemboran Tanah Mineral Gambar 5.2. Pengamatan Pemboran Tanah Organik
  • 3. V – 3 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA c. Pengambilan Contoh Tanah Tidak Terganggu (Ring Sampler) Pengambilan contoh tanah tak terganggu dilakukan untuk keperluan analisis fisika tanah yang terdiri dari : tekstur tanah (komposisi fraksi kasar), berat Isi (BI), porositas total, derajat pelulusan air (permeabilitas), contoh tanah diambil pada kedalaman 0 – 30 cm dari permukaan tanah rata 4 (empat) sampel per unit lahan . Gambar 5.4. Pengamatan Tanah Mineral dan Pengambilan Sampel Tanah Tidak Terganggu (Ring Sampler) Gambar 5.3. Pengamatan Tanah Mineral Dan Pengambil Sampel Tanah Terganggu (Komposit)
  • 4. V – 4 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA 5.1.2. Klasifikasi Tanah Klasifikasi tanah dilakukan menurut sistem klasifikasi Soil Taxonomy USDA (1998) dan padanannya menurut klasifikasi tanah FAO/UNESCO (1985) dan Pusat Penelitian Tanah (PPT, 1983). Berdasarkan hasil survey di lapangan dan interfretasi peta Satuan Lahan dan Tanah, di lokasi studi ditemukan 4 (empat) ordo tanah yaitu Histosols, Entisols, Inceptisols dan Ultisols yang menurunkan beberapa jenis tanah berikut ini : 1. Histosol, ordo tanah ini menurunkan jenis tanah Typic Sulfohemists, Typic Haplohemists, Typic Sulfosafrist dan Typic Haplosaprists. 2. Entisol, ordo tanah ini menurunkan jenis tanah Typic Sulfaquents, Typic Udifluvents dan Aeric Endoaquents. 3. Inceptisols, ordo tanah ini menurunkan jenis tanah Typic Endoaquepts dan Typic Dystrudepts. 4. Ultisols, ordo tanah ini menurunkan jenis tanah Typic Hapludults, Rhodic Kanhapludults dan Typic Kanhapludults. Tabel 5.1. Padanan Nama Klasifikasi Tanah Di Lokasi Penelitian No. Ordo Macam Tanah Luas Soil Taxonomy USDA, 1998 FAO/UNESCO, 1985 PPT, 1983 Ha % 1. Histosols Typic Sulfohemists Typic Haplohemists Typic Haplosaprists HemicHistosols ThionicHistosols SapricHistosols OrganosolHemik OrganosolHemik OrganosolSaprik 43.478,36 523.110,31 49.274,46 3,38 40,71 3,83 2. Entisols HaplicSulfaquents Typic Udifluvents Aeric Endoaquents ThionicFluvisols Dystric Fluvisols Eutic Fluvisols Aluvial Tionik Aluvial Distrik Aluvial Eutrik 12.617,28 4.099,79 115.919,79 0,98 0.32 9,02 3. Inceptisols Typic Dystrudepts OxicDystrudepts ChromicCambisols Dystric Cambisols KambisolKromik KambisolDistrik 285.755,47 21.241,83 22,24 1,65 4. Ultisols Typic Hapludults RhodicKanhapludults Typic Kanhapludults HaplicAcrisols UmbricAcrisols UmbricAcrisols PodsolikHaplik PodsilikRodik PodsolikKromik 57.540,27 57.699,24 114.168,52 4,48 4,49 8,89 Jumlah 1.284.906,30 100,0 Sumber : Analisis Tim Survey, 2010
  • 5. V – 5 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA 5.1.3. Deskripsi Tanah Tanah yang dijumpai pada areal survey berdasarkan hasil verifikasi lapangan dan analisis laboratorium memiliki sifat sebagai berikut : a. Ordo Histosols Oro Histosols di lapangan dijumpai tiga jenis tanah dengan sifat-sifat sebagai berikut : 1. Typic Sulfohemists, tanah berkembang dari bahan induk bahan organik, solum dalam (150 - 320 cm), tingkat dekomposisi bahan organik sedang, terdapat kandungan sulfidik pada kedalaman < 100 cm, reaksi tanah sangat masam (pH 3,5 - 4), dipengaruhi oleh pasang surut laut. 2. Typic Haplohemists, tanah berkembang dari bahan induk bahan organik, solum dalam (150 - 250 cm), tingkat dekomposisi bahan organik sedang, terdapat lapisan fibrik pada penampang bawah, reaksi tanah sangat masam (pH < 4), dipengaruhi oleh pasang surut sungai. 3. Typic Haplosaprists, tanah berkembang dari bahan induk bahan organik, solum dalam (200 - > 420 cm), tingkat dekomposisi bahan organik matang, reaksi tanah sangat masam (pH < 4), dipengaruhi oleh pasang surut sungai. b. Ordo Entisols Oro Entisols di lapangan dijumpai tiga jenis tanah dengan sifat-sifat sebagai berikut : 1. Haplic Sulfaquents, tanah ini berkembang dari bahan endapan (aluvium), solum dalam (> 120 cm), tekstur tanah halus sampai sedang, terdapat kandungan sulfidik pada kedalaman > 100 cm, reaksi tanah
  • 6. V – 6 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA sangat masam (pH 4), bersifat hidromorfik mulai dari permukaan tanah dipengaruhi oleh pasang surut laut. 2. Aeric Endoaquents, bahan induk tanah merupakan endapan aluvial, solum tanah dalam (> 120 cm), tekstur halus sampai sedang, reaksi tanah sangat masam (pH < 4), mempunyai sifat hidromorfik sebagai akibat pasang surut sungai. 3. Typic Udifluvents, bahan induk tanah merupakan endapan aluvial, solum tanah dalam (> 120 cm), tekstur halus sampai sedang, reaksi tanah sangat masam (pH < 4). c. Ordo Inceptisols Oro Inceptisols di lapangan dijumpai dua jenis tanah dengan sifat-sifat sebagai berikut : 1. Typic Dystrudepts, tanah ini berkembang dari batuan sedimen berupa batu pasir dan batu liat, solum tanah dalam (> 120 cm), tekstur tanah halus sampai agak kasar, reaksi tanah sangat masam sampai agak masam (pH 4 – 4,5). 2. Oxic Dystrudepts, tanah ini berkembang dari batuan sedimen berupa batu pasir dan batu liat, solum tanah dalam (> 120 cm), tekstur tanah halus sampai sedang, reaksi tanah sangat masam sampai agak masam (pH 4 - 4,5 ) dan warna tanah kemerahan. d. Ordo Ultisols Oro Ultisols di lapangan dijumpai tiga jenis tanah dengan sifat-sifat sebagai berikut : 1. Typic Hapludults, tanah ini berkembang dari batuan sedimen berupa batu pasir dan batu liat, solum tanah dalam (> 120 cm), tekstur tanah
  • 7. V – 7 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA sedang sampai agak kasar, reaksi tanah sangat masam sampai agak masam (pH 4 - 4,5) dan terdapat timbunan liat pada lapisan bawah. 2. Rhodic Kanhapludults, tanah ini berkembang dari batuan sedimen berupa batu pasir dan batu liat, solum tanah dalam (> 120 cm), tekstur tanah halus sampai sedang, berwarna kemerahan, reaksi tanah sangat masam sampai agak masam (pH 4 -4,2) dan terdapat timbunan liat pada lapisan bawah. 3. Typic Kanhapludults. tanah ini berkembang dari batuan sedimen berupa batu pasir dan batu liat, solum tanah dalam (> 120 cm), tekstur tanah halus sampai sedang, reaksi tanah sangat masam sampai agak masam (pH 4 – 4,3) dan terdapat timbunan liat pada lapisan bawah. 5.1.4. Analisis Tanah Untuk menentukan status kerusakan tanah selain dilakukan penelitian lapangan, dilakukan pula analisis terhadap contoh tanah komposit dan tanah tak terganggu di laboratorium tanah. Sifat tanah yang dianalisis di antaranya adalah : tekstur tanah (komposisi fraksi kasar), berat Isi (BI), porositas total, derajat pelulusan air (permeabilitas), reaksi tanah (pH), daya hantar listrik (DHL), redoks dan jumlah mikroba (hasil analisis tanah terlampir). a. Tekstur Tanah Tekstur tanah merupakan perbandingan antara fraksi pasir, debu dan liat dari satu masa tanah. Tanah yang mengandung banyak pasir merupakan tanah yang relatif tidak subur karena tidak dapat menahan unsur hara dan air, sehingga tidak tersedia bagi tanaman dan tanaman akan cepat mengalami kekeringan. Tekstur tanah di lokasi penelitian secara umum tergolong pada kelas halus sampai sedang, sehingga cukup baik sebagai media tanaman. b. Berat Isi (BI) / Kerapatan Lindak
  • 8. V – 8 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA Berat isi tanah merupakan perbandingan antara berat tanah kering terhadap volumenya. Kerapatan lindak dijadikan petunjuk tingkat kepadatan tanah. Makin tinggi nilai kerapatan lindak suatu tanah makin tinggi pula kepadatannya dan menandakan tanah tersebut sulit diolah dan merupakan media yang buruk untuk perkembangan akar tanaman dan infiltrasi air. c. Porositas Total Porositas tanah dipengaruhi oleh tekstur, struktur dan kandungan bahan organik. Porositas tanah menjadi tinggi apabila tanah tersebut bertekstur dan berstruktur kasar sehingga tidak tanah dapat menahan air dan tanah akan mudah cepat kekeringan. d. Derajat Pelulusan Air (Permeabilitas) Permeabilitas adalah kecepatan bergeraknya air pada suatu media berpori dalam keadaan jenuh. Tanah dengan permeabilitas rendah menandakan tanah tersebut dapat menahan air tergenang di permukaan, sebaliknya tanah dengan permeabilitas tinggi maka air akan mudah terinfiltrasi sehingga unsur hara mudah tercuci. e. Derajat Pelurusan Air Reaksi Tanah (pH) Pada umumnya tanaman akan tumbuh baik pada lingkungan pH tanah netral (6-7) dan kadar Al3+ yang rendah, karena dalam lingkungan tersebut unsur hara dalam keadaan bebas, sehingga mudah diserap oleh akar tanaman. Kemasaman tanah (pH) di lokasi studi pada seluruh areal tergolong sangat masam (pH 4 – 4,5). Untuk memperbaiki pH tanah di lokasi studi dapat dilakukan dengan penambahan kapur, diantaranya dengan menambahkan Kaptan (CaCO3 90 %). f. Daya Hantar Listrik Merupakan daya tegangan listrik yang dihitung dala satuan mS/cm.
  • 9. V – 9 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA g. Redoks Redoks merupakan reaksi kimia yang menyebabkan beralihnya elektron ke atom atau ke molekul lain, redoks dihitung dalam satuan mV. h. Jumlah Mikroba Adalahmikroba yang membantu dalam pembentukan struktur tanah yang mantap, karena mikroba tersebut dapat mengeluarkan (sekresi) zat perekat yang tidak mudah larut dalam air, satuan jumlah mikroba dihitung dalam efu/g tanah. 5.2. KONDISI KELERENGAN/KEMIRINGAN LAHAN Kerusakan tanah akibat erosi akan meningkat apabila lereng semakin curam dan semakin panjang. Apabila lereng semakin curam maka kecepatan aliran permukaan akan meningkat sehingga kekuatan aliran permukaan dalam mengangkut tanah akan semakin tinggi. Apabila lereng semakin panjang akan menyebabkan volume air menjadi semakin besar. Apabila dalamnya air menjadi dua kali lipat, maka kecepatan aliran menjadi empat kali lipat lebih besar, sehingga benda ataupun berat benda yang diangkut pada permukaan tanah juga menjadi lebih besar. Dalam studi ini kemiringan lahan dibagi menjadi menjadi lima kelas yaitu datar sampai landai (0 – 8 %), agak miring/begelombang (9 – 15%), miring (16 – 25 %), agak curam (26 – 40 %), curam ( > 40 %). Pengukuran lereng di lapagan dilakukan dengan memakai alat Clinometer sedangkan untuk panjang lereng dilakukan dengan menggunakan Metrol. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan waktu pengamatan tanah atau di tempat pengambilan sampel tanah dan untuk posisi lokasi dilakukan pengukuran koordinat GPS. Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, kemiringan lahan di lokasi studi didominasi oleh daerah atar (lereng 0 – 3 %) dan persen kemiringan lereng tertinggi < 40%.
  • 10. V – 10 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA Sedangkan panjang lereng pada daerah-daerah miring berkisar antara 50 – 100 m. Luas lahan berdasarkan kemiringan lereng dapat dilihat pada bab terdahulu (Bab IV, Tabel 4.3.) 5.3. SURVEY PENGGUNAAN/PENUTUPAN LAHAN Berdasarkan hasil survey lapangan di seluruh wiayah kerja efektif didominasi oleh hutan tanaman dengan vegetasi Acacia dan Eucalypthus dan kebun kelapa sawit, mengenai jenis dan luas penutupan lahan telah disajikan pada bab terdahulu (Bab IV, Tabel 4.4). 5.4. EROSI DAN KONSERVASI TANAH Dalam pekerjaan ini pengukuran dan penghitungan besarnya erosi yang terjadi di lokasi studi tidak dilakukan karena berdasarkan Pedoman Teknis Penyusunan Peta Status Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa ( PP No. 150 tahun 2000), pengukuran besarnya erosi dan subsidensi ditetapkan harus diukur langsung berdasarkan patok erosi dan patok subsidensi yang ada dalam waktu 5 tahun. Sedangkan patok-patok tersebut pada saat dilakukan verifikasi lapangan belum terpasang. Dengan demikinan masalah erosi dan upaya konservasi tanah hanya dilihat berdasarkan kondisi yang ada di lapangan. Kerusakan sumber daya tanah/lahan dan air di Indonesia sebagian besar diakibatkan oleh erosi tanah sebagai dampak dari tidak diterapkannya kaidah-kaidah konservasi dalam penggunaan lahan. Erosi merupakan suatu proses di mana tanah dihancurkan (detached) dan kemudian dipindahkan ke tempat lain yang lebih rendah dan dapat membentuk endapan tanah (sedimentasi) yang disebabkan oleh kekuatan aliran air, angin atau gravitasi. Sedangkan besarnya erosi tanah diartikan suatu perkiraan jumlah tanah hilang maksimum yang akan terjadi pada sebidang lahan, bila pengelolaan tanaman dan konservasi tanah tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu yang panjang.
  • 11. V – 11 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA Adapun akibat yang ditimbulkan oleh erosi tanah di antaranya adalah :  Menurunnya produktifitas tanah.  Daya infiltrasi dan kemampuan tanah dalam menahan air berkurang.  Strutur dan konsistensi tanah menjadi rusak.  Meningkatnya biaya pengolahan tanah.  Lahan terbagi-bagi dan mengurangi luasan yang dapat ditanami. Pada dasarnya konservasi tanah dengan berbagai metodenya dimaksudkan untuk :  Melindungi tanah dari curahan air hujan  Meningkatkan kapsitas infiltrasi tanah tehadap air dan udara  Mengurangi kecepatan dan besarnya aliran permukaan (run off) dan  Meningkatkan stabilitas agregat tanah. Konservasi lahan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu cara vegetatif, cara fisik mekanis dan secara kimia. 1. Perbaikan Lahan Secara Vegetatif Metoda perbaikan lahahan secara vegetatif dilakukan dengan cara : Gambar 5.5. Pembukaan Lahan Tanpa Upaya Konservasi
  • 12. V – 12 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA  Melakukan reboisasi/penghijauan dilakukan pada daerah dengan kemiringan lahan > 50% dengan jenis tanaman kehutanan secara permanent.  Penanaman tanaman penutup tanah permanen (cover crop) pada daerah- daerah kemiringan lahan < 50% yang masih dapat diperuntukan bagi budi daya tanaman tahunan/tanaman keras yang ditanam sejak selesai pembukaan lahan, yaitu dengan penanaman leguminose seperti kacang ruji/pucro (Pucraria phaseoloides).  Penanaman rumput pada jalur pengaliran dan saluran-saluran pambuang (grassed water ways) serta tebing-tebing sungai.  Penanaman dalam strip (strip cropping) yaitu untuk tanaman semusim yang dibudidayakan pada daerah dengan kemiringan lahan ≤ 15%. 2. Perbaikan Lahan Secara Fisik Mekanis Perbaikan fisik lahan secara mekanik adalah malakukan perubahan terhadap lahan dari bentuk aslinya menjadi bentuk lain dengan memperhatikan kaidah-kaidah konservasi lahan terutama pada lahan miring, tujuan sebagai berikut :  Memperlambat laju aliran air permukaan agar dapat mengurangi perusakan tanah oleh aliran air. Gambar 5.7. Kondisi Lahan Tanpa Upaya Konservasi
  • 13. V – 13 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA  Menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kakuatan yang tidak merusak tanah. Hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan perbaikan fisik lahan secara mekanik terutama adalah kondisi kedalamam solum tanah, tekstur dan sruktur tanah, kondisi batuan permukaan, kemiringan lahan dan jenis tanaman yang akan dibudidayakan. Kegiatan konservasi tanah dan air dengan perlakuan fisik mekanis diantaranya adalah :  Terasering.  Pengolahan tanah menurut kontur.  Pembuatan bedengan dan saluran menurut kontur (contour ridges and furrows).  Pembuatan waduk, dam penghambat (chek dam), rorakan (lubang resapan air) dan tanggul. Walaupun secara umum perbaikan lahan secara fisik mekanis bertujuan untuk melakukan konsevasi tanah dan air agar lestari sebagai lahan produktif, akan tetapi pada lahan datar di daerah dataran rendah terutama pada tanah organik (gambut dalam) sering manimbulkan masalah kerusakan terhadap tanah/lahan. Dalam hal ini adalah pembuatan saluran drainase/kanalisasi untuk pengeringan lahan agar dapat dijadikan kawasan budidaya baik untuk produksi biomassa maupun untuk penggunaan lain. Dampak buruk dari kanalisasi pada lahan basah terjadi apbila pengeringan lahan tanpa disertai pengelolaan tata air dan pembuatan saluran- saluran drainase terlalu dalam (over drain). Adapun dampak dari pengolahan lahan dengan kanalisasi tanpa adanya pengelolaan tata air dan over drain adalah :  Terjadinya penurunan permukaan lahan terutama pada lahan gambut (subsidensi) karena turunnya permukaan air tanah dangkal.  Pada daerah pasang surut akan terjadi instrusi atau genangan air laut pada tanah, sehingga lahan tidak produktif lagi.  Menyebabkan kekeringan lahan pada musim kemarau sehingga tanaman mati akibat proses plasmolisis dan transpirasi.
  • 14. V – 14 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA  Pada lahan gambut akan mudah terbakar dalam waktu yang lama pada musim kemarau.  Akan mudah terjadi banjir dan genangan pada penghujan. 3. Perbaikan Lahan Secara Kimia Metode ini merupakan penggunaan bahan kimia sintetis atau alami sebagai pemantap tanah (soil coditioner). Bahan kimia ini fungsinya dapat memperbaiki struktur tanah sehingga resisten terhadap erosi. Jenis yang berbentuk sebuk diantaranya adalah : polysacharida dan polyvinyl alcohol, sedangkan yang berbentuk emulsi adalah : polyurethane, polyacrylamide, dan polyacrylacid. Metoda konservasi tanah secara kimia ini sebaiknya hanya dilakukan pada tanah hasil konservasi metoda fisik mekanis saja sebagai pemantap struktur tanah baru. Pada dasarnya lahan di seluruh wilayah kerja efektif pada saat verifikasi lapangan dilakukan, sudah tertutup oleh vegetasi, terutama oleh tanaman yang dibududayakan seperti tanaman akasia, eukaliptus, kelapa sawit, karet, kelapa maupun kebun campuran yang ada di sekitar permukiman penduduk. Akan tetapi upaya konservasi lahan pada areal budi daya baik pada lahan kering maupun lahan basah belum nampak dilakukan baik oleh perusahaan perkebunan, perusahaan HTI, maupun oleh masyarakat. Pada daerah budidaya tanaman tersebut, terutama pada lahan-lahan miring tidak ditemui Gambar 5.6. Kanalisasi Tanpa Pengelolaan Tata Air
  • 15. V – 15 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA upaya konservasi baik dengan tanaman penutup tanah permanen maupun terassering. Selain itu umunya pembersihan kebun dari rumput-rumput yang tumbuh dengan menggunakan pestisida, setelah rumput-rumput mati kondisi permukaan tanah menjadi terbuka, sehingga erosi tanah menjadi tinggi. Secara visual jenis erosi yang terjadi Hal ini mengakibatkan terjadinya erosi tanah yang nampak dengan adanya alur-alur kecil pada daerah berlereng serta sedimentasi pada daerah lembah. Pengolahan lahan pada lahan basah (tanah gambut) dilakukan dengan cara pengeringan dengan pembuatan saluran drainase, akan tetapi tanpa pengelolaan tata air yang memadai sehingga terjadi subsidensi lahan gambut yang terlihat dari munculnya akar pohon-pohonan di permukaan tanah atau tumbangnya pohon. Subsidensi lahan gambut yang cukup signifikan terlihat di daerah Kecamatan Kuala Kampar. 5.5. PEMETAAN KONDISI TANAH HASIL VERIFIKASI LAPANGAN Penyusunan pemeta kondisi tanah dilakukan berdasarkan peta kondisi tanah awal, data primer hasil inventarisasi waktu melakukan verifikasi lapangan dan nilai parameter kerusakan tanah hasil analisis contoh tanah di laboratorium. Berdasarkan hasil penyusunan peta kondisi tanah hasil verifikasi lapangan, areal kerja efektif di lokasi studi dibagi menjadi 36 unit lahan dengan keseragaman jenis tanah, kemiringan lahan, sebaran curan hujan dan penggunaan/penutupan lahan yang terdiri dari 20 unit lahan basah da 16 unit lahan kering. Selanjutnya peta kondisi tanah ini dijadikan bahan dasar penetapan status kerusakan tanah. Karakter masing-masing unit lahan dari peta kondisi tanah dapat dilihat pada Tabel 5.2. dan Tabel 5.3. sedangkan hasil pemetaannya dapat dilihat pada Gambar 5.1. Peta Kondisi Tanah pada halaman berikut :
  • 16. V – 16 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA TABEL 5.2.
  • 17. V – 17 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA TABEL 5.3.
  • 18. V – 18 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA GAMBAR 5.1. PETA PENETAPAN KONDISI TANAH