SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
IV – 1
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
4.1. DAERAH KERJA EFEKTIF
Tahap awal dari Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan dan/atau Tanah
untuk Produksi Biomassa adalah menyaring daerah kerja efektif melalui overlay dengan
Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pelalawan. Daerah yang
menjadi areal kerja efektif adalah kawasan budidaya yang dijadikan sebagai
pengembangan produksi biomassa, kawasan budidaya tersebut terdiri dari :
1. Daerah pertanian (budidaya tanaman pangan),
2. Daerah perkebunan (budidaya tanaman keras) dan
3. Hutan tanaman (budidaya tanaman kayu hutan).
Sedangkan pada kawasan lainnya seperti kawasan lindung, kawasan pertambangan dan
kawasan budidaya lainnya seperti permukiman, perikanan tidak termasuk areal efektif.
Bedarasarkan data Kabupaten Pelalawan Dalam Angka (2008) luas lahan Kabupaten
Pelalawan mencapai 13.256,7 km2 (1.325.670 ha) yang dibagi menjadi beberapa
wilayah rencana pengembangan seperti disajikan pada Tabel 4.1. di bawah ini :
IV – 2
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
Tabel 4.1.
Luas Kabupaten Pelalawan Berdasarkan Jenis Rencana Tata Ruang
No. Tata Ruang Pengembangan
Luas
Ha %
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Hutan Tanamana Industri
Perkebunan Besar Swasta
Rehabilitasi Lahan Kritis
Perkebunan Besar Rakyat
Cadangan Kawasan Perkebunan
Sawah
Lahan Gambut
Kawasan Lindung dan HPH
Wilayah Perairan
569,004.090
339,200.740
31,581.640
180,276.300
66,156.640
61,645.900
37,041.000
39,697.330
1,066.409
42.92
25.59
2.38
13.60
4.99
4.65
2.79
2.99
0.08
Jumlah 1,325,670.049 100,00
Sumber data : Peta RTRW Kab. Pelalawan 2005 -2015
Berdasarkan pembagian wilayah rencana pengembang tersebutmaka luas wilayah kerja
efektif mencapai 1.284.906,3 ha. Peta rencana kerja efektif untuk selengkapnya dapat
dilihat pada Gambar 4.1.
IV – 3
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
PETA AREAL KERJA EFEKTIF
IV – 4
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
4.2. TANAH
Pemetaan tanah dalam studi ini dilakukan berdasarkan sistem klasifikasi Soil Taxonomy
(USDA, 1990) dalam tingkat ordo. Peta sebaran ordo tanah yang dipakai acuan dalam
penyusunan kondisi tanah ini adalah Peta Satuan Lahan Dan Tanah, Pusat Penelitian
Tanah Dan Agroklimat (Bogor, 1990) untuk Wilayah Sumatera, skala 1 ; 250.000 yang
terdiri dari lembar No. 0815 (Solok), No. 0816 (Pekanbaru), No. 0915 (Rengat) dan No.
0916 (Siak Sri Indrapura) yang meliputi seluruh Wilayah Kabupaten Pelalawan.
Berdasarkan keempat lambar peta tersebut ordo tanah di Kabupaten Pelalawan terdiri
dari empat ordo yaitu Histosols, Entisols, Inceptisols dan Ultisols, dengan curi umum
sebagai berikut :
1. Histosols adalah tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 29 % atau
kandungan C-Organik > 12 % (tekstur pasir), atau bahan organik > 30 % atau C-
Organik > 18 % (tekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi
tersebut tebalnya > 40 cm. Tanah ini sehari-hari disebut Tanah Gambut, Tanah
Organik atau Organosol.
2. Entisols adalah tanah yang perkembangannya masih sangat muda, yaitu baru
tingkat permulaan. Tidak terdapat horison penciri lain kecuali epipedon ochrik, atau
histik bila tanah sangat lembek. Tanah ini biasa disebut tanah Aluvial atau Regosol.
3. Inceptisols merupakan tanah yang masih muda, tetapi telah mengalami
perkembangan, umumnya memiliki horison kambik. Karena tanah belum
berkembang lanjut maka tanah ini umumnya cukup subur. Tanah ini temasuk tanah
Alivial, Regosol, Gleihumus dan Latosol.
4. Ultisols adalah tanah di mana terjadi penimbunan liat di horison bawah (horison
argilik), bersifat masam, kejenuhan basa (jumlah kation) pada kedalaman 125 cm
dari permukaan tanah < 30 %.
Penentuan ordo tanah untuk penyusunan potensi kerusakan tanah diambil ordo yang
paling dominan dari poligon peta tanah. Sebaran ordo tanah di lokasi studi didominasi
oleh tanah ordo Histosols yaitu seluas 576.661,4 ha yang terdapat di sekitar Daerah
Aliran Sungai Kampar seperti Kecamatan Kuala Kampar, Kecamatan Teluk Meranti,
IV – 5
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
Kecamatan Pelalawan, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kecamatan Langgam dan
Kecamatan Pangkalan Kuras. Ordo Entisols berada menempasi tanggul seluruh sungai
dan pantai di Kecamatan Kuala Kampar, Kecamatan Teluk Meranti, Kecamatan
Langgam, Kecamatan Pelalawan, Kecamatan Pangkalan Kuras,Kecamatan Kerumutan
dan Kecamatan Sorek pada kelerengan 0 – 8 %. Ordo Inceptsols dan Ordo Ultisols
berada di hampir seluruh kecamatan pada daerah dengan kemiringan lahan antara 4 –
40 % kecuali Kecamatan Teluk Meranti dan Kecamatan Kuala Kampar. Luas masing-
masing ordo tanah ini selengkapnya dapatdilihatpada Tabel 4.2. dan sebarannya dapat
dilihat pada Gambar 4.2.
Tabel 4.2.
Luas Tanah Berdasarkan Tingkat Ordo di Kabupaten Pelalawan
No. Ordo Tanah
Luas
Ha %
1.
2.
3.
4.
Histosols
Entisols
Inceptisols
Ultisols
615.863,12
132.636,85
306.997,30
229.508,03
47,94
10.32
23,89
17,85
Jumlah 1.284.906,30 100,00
Sumber data : Peta Satuan Lahan Dan Tanah (LPT Bogor, 1990)
4.3. KEMIRINGAN LAHAN/LERENG
Bentuk permukan tanah merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan cepat
atau lambatnya dan tinggi atau rendahnya tingkat kerusakan tanah/lahan. Tanah yang
meiliki permukaan miring sangat berpotensi terjadi kerusakan yang lebih cepat
dibandingkan dengan tanah dengan bentuk permukaan datar. Peta lereng dalam studi ini
didapat dari hasil interfretasi derajat ketinggian permukaan bumi (kontur) Peta Rupa
Bumi (Bakosurtanal,1984). Berdasarkan hasil interfretasi peta bumi tersebut kemiringan
lahan di lokasi studi diperoleh kelas lereng 0 - < 40 % yang dibagi menjadi lima kelas
lereng seperti dapat dilihat pada Tabel 4.3. dan Gambar 4.3.
IV – 6
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
Tabel 4.3.
Kelas Kemiringan Lahan/Lereng Areal Keraja Efektif di Kabupaten Pelalawan
No. Kelas Lereng (%)
Luas
Ha %
1.
2.
3.
4.
0 – 8 (datar - berombak)
9 – 15 (bergelombang)
16 – 25 (miring)
26 – 40 (agak curam)
1.034.255,45
171.709,79
57.699,24
21.241,83
80,49
13,36
4,49
1,65
Jumlah 1.284.906,3 100,00
Sumber data : Peta Rupa Bumi Indonesia (Bakosurtanal, 1984)
4.4. CURAH HUJAN
Curah hujan merupakan unsur yang paling penting dan iklim dan menjadi agen utama
kerusakan tanah melalui proses erosi. Untuk itu ketersediaan data ini diperlukan dalam
penentuan potensi kerusakan tanah. Peta hujan biasanya disusun dalam peta isohyet.
Pengelompokan curah hujan didasarkan pada pengelompokan curah hujan tahunan
dalam Atlas Sumberdaya Iklim Pertanian Indonesia yang disusun oleh Balai Penelitian
Agroklimat dan Hidrologi Bogor. Selain itu data besarnya curah hujan didapat
berdasarkan data yang diperoleh berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi
dan Geofisika (BMKG). Besarnya curah hujan yang dipakai untuk pekerjaan ini adalah
jumlah rata-rata curah hujan tahunan yang selanjutnya dikelompokan ke dalam
beberapa kelas yaitu : < 1.000 mm/tahun, 1.000 – 2.000 mm/tahun, 2.000 – 3.000
mm/tahun, 3.000 – 4.000 mm/tahun dan >4.000 mm/tahun. Secara umum besarnya rata-
rata jumlah curah hujan per tahun di Kabupaten Pelalawan berdasarkan data dari BMKG
adalah 2.300 mm/tahun. Dalam kajian ini sebaran hujan hujan disesuaikan pula dengan
Peta Sebaran Curah Hujan Berdasarkan Poligon Tyeison yang membagi Kabupaten
Prlalawan menjadi lima zona yaitu :
 Zona-1 sebesar 1820 mm/tahun, meliputi Kecamatan Ukui, Kecamatan Pangkalan
Lesung, Kecamatan Kerumutan, Kecamatan Kecamatan Bandar Petalangan,
sebagian Kecamatan Pangkalan Kuras dan sebagian Kecamatan Teluk Meranti
IV – 7
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
 Zona-2 sebesar 1820 – 2113 mm/tahun, meliputi Kecamatan Kuala Kampar dan
sebagian Kecamatan Teluk Meranti.
 Zona-3 sebesar 2113 – 2187 mm/tahun, meliputi Kecamatan Pelalawan dan
sebagian Kecamatan Teluk Meranti.
 Zona-4 sebesar 2187 – 2228 mm/tahun, meliputi sebagian Kecamatan Langgam,
sebagian Kecamatan Pangkalan Kuras dan sebagian kecil Kecamatan Ukui.
 Zona-5 sebesar 2228 – 2695 mm/tahun, meliputi Kecamatan Bandar Sei Kijang,
Kecamatan Kerinci, sebagian Kecamatan Langgam dan sebagian Kecamatan
Pangkalan Kuras.
Dari peta sebaran hujan tersebut, berdasarkan Pedoman Teknis Penyusunan Peta
Status Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa dibagi menjadi dua zona yaitu zona
1.000 – 2.000 mm/tahun dan 2.000 – 3.000 mm/tahun. Pembagian zona sebaran curah
hujan berdasarkan Pologon Theison di Kabupaten Pelalawan ini disajikan pada Gambar
4.4.
4.5. PENGGUNAAN LAHAN/PENUTUPAN LAHAN
Kerusakan tanah di Indonesia umumnya terjadi sebagai pengaruh aktivitas manusia
(penggunaan lahan) baik pertanian, kehutanan, pertambangan, industri dan sebagainya.
Karena itu peran peta penggunaan lahan (land use) sangat penting sebagai salah satu
bahan penilaian potensi kerusakan tanah. Penilaian potensi kerusakan tanah
berdasarkan penggunaan lahan didekati dengan mengacu kepada koefisien tanaman
(faktor C). Sekalipun informasi pada satuan penggunaan lahan bersifat lebih umum,
namun informasi-informasi yang lebih detil menyangkut jenis komoditas/vegetasi, tipe
pengelolaan dan langkah-langkah konservasi yang diterapkan yang terkait erat dengan
sifat tanah sangat penting dan bermanfaat dalam menduga potensi kerusakan tanah.
Fungsi vegetasi terhadap tanah dari kerusakan akibat erosi adalah :
IV – 8
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
1. Menghalangi air hujan agar tidak jatuh langsung di permukaan tanah, sehingga
kekuatan untuk menghancurkan tanah menjadi berkurang.Hal ini tergantung pada
kerapatan dan tinggi vegetasi. Makin rapat vegetasi yang ada makin efektif
terjadinya pencegahan erosi. Vegetasi yang terlalu tinggi kadang-kadang kurang
efektif, karena air hujan yang tertahan di pohon apabila jatuh kembali dari ketinggian
7 m akan kembali menjadi besar, disamping itu butir-butir yang tertahan di daun
akan saling terkumpul membentuk air yang lebih besar sehingga apa bila jatuh ke
tanah akan mempunyai tenaga yang lebih besar pula.
2. Menghambat aliran permukaan dan memperbanyak air infiltrasi terutama apabila
serasah tanaman menutupi permukaan tanah.
3. Penyerapan air ke dalam tanah diperkuat oleh transpirasi (penguapan air) melalui
vegetasi.
Dalam pendugaan potensi kerusakan tanah, peta penggunaan/penutupan lahan yang
digunakan adalah peta yang masih relevan menggambarkan kondisi
penggunaan/penutupan lahan saat verifikasi lapang dilakukan. Peta penutupan lahan
yang digunakan dalam studi ini adalah Peta Citra Landsat tahun 2008, jenis dan luas
penutupan lahan dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.5.
Tabel 4.4.
Penggunaan/Penutupan Lahan Di Kabupaten Pelalawan
No. Jenis Penggunaan Lahan
Luas
Ha %
1.
2.
3.
4.
5.
Jumlah 1.284.906,3 100,00
Sumber data : Peta RTRW Kab. Pelalawan, 2005 – 215 dan Peta Citra Landsat, 2008
IV – 9
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
PETA SATUAN LAHAN DAN TANAH
PETA KEMIRINGAN LAHAN
PETA CURAH HUJAN
PETA PENGGUNAAN/PENUTUPAN LAHAN
IV – 10
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
IV – 11
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
IV – 12
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
IV – 13
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
4.6. POTENSI KERUSAKAN TANAH
Pendugaan potensi kerusakan tanah dalam penyusunan peta kondisi tanah awal ini
dilakukan dengan mengakumulasikan nilai skor pembobotan yaitu hasil kali nilai skor
dengan bobotmasing-masing parameter yang mempengaruhi kerusakan tanah dari peta
tematik. Penilain potensi kerusakan ini dilakukan terhadap poligon yang dihasilkan
melalui proses overlay dari sluruh peta tematik. Potensi kerusakan tanah dalam
penyusunan kondisi tanah awal ini dapat dikelompokan menjadi 5 kelas potensi
kerusakan tanah yaitu :
1. Tanah yang berpotensi rusak sangat rendah, (simbol lokasi PR.I),
2. Tanah yang berpotensi rusak rendah, (simbol lokasi PR.II)
3. Tanah yang berpotensi rusak sedang, (simbol lokasi PR.III)
4. Tanah yang berpotensi rusak tinggi, (simbol lokasi PR.IV) dan
5. Tanah yang berpotensi rusak sangat tinggi, (simbol lokasi PR.V).
Pada prinsipnya semakin tinggi didapat skor penilaian, semakin tinggi pula potensi
wilayah tersebut mengalami kerusakan tanah. Berdasarkan hasil interfretasi terhadap
peta-peta tematik yang merupakan kriteria pengelompokan potensi kerusakan tanah di
kabupaten Pelalawan ini adalah sebagai berikut :
1. Jenis tanah yang ada termasuk pada dua pengelompokan ordo tanah sesuai kelas
potensi kerusakan tanah yaitu :
a) Kelompok jenis tanah ordo Histosols,
b) Kelompok jenis tanah ordo Entisols,
c) Kelompok jenis tanah ordo Inceptisols dan
d) Kelompok jenis tanah ordo tanah Ultisols.
2. Kelas kemiringan lahan yang ada dibagi menjadi empat kelompok yaitu : datar
sampai berombak (0 – 8 %), bergelombang (9 – 15 %), agak berbukit ( 16 – 25 %)
dan berbukit (26 – 40%).
3. Penggunaan lahan dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
IV – 14
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
a) Kelompok tanaman monokultur yaitu : perkebunan, hutan tanaman dan
perladangan.
b) Kelompok kebun campuran, semak belukar, sawah dan padang rumput
4. Peta curah hujan terbagi menjadi hanya dua kelompok yaitu :
a) 1.000 – 2.000 mm/tahun dan
b) 2.000 – 3.000 mm/tahun.
Berdasarkan hasil interfretasi peta tematik tersebut kelas potensi kerusakan tanah di
Kebupaten Pelalawan dapat diketahui dengan kategori rendah sampai tinggi seperti
dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :
Tabel 4.5.
Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 1
Faktor Kerusakan
Tanah
Rating Terhadap Potensi
Kerusakan Tanah Bobot Skor Pembobotan
Kategori Nilai
Ordo tanah
tinggi 4 2 8
Histosols
Penggunaan lahan
sedang 3 2 6
Kebun kelapa
Lereng (%)
sangat ringan 1 3 3
0 - 8
Curah hujan
rendah 2 3 6
1.000 - 2.000
Jumlah 23
Kelas Potensi Kerusakan Tanah Rendah (PR.II)
Luas Areal (Ha)
Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010
IV – 15
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan – 1 dengan variabel faktor kerusakan
tanah terdiri dari : tanah ordo Histosols, dengan kemiringan lahan (lereng) 0 – 8 % dan
penutupan lahan tanaman kebun kelapa dan curah hujan tahunan 1.000 – 2.000
mm/tahun, kelas potensi kerusakan tanahnya tergolong rendah PR.II.
Tabel 4.6.
Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 2
Faktor Kerusakan
Tanah
Rating Terhadap Potensi
KerusakanTanah Bobot Skor Pembobotan
Kategori Nilai
Ordo tanah
tinggi 4 2 8
Histosols
Penggunaan lahan
sedang 2 2 4
Semak belukar
Lereng (%)
sangat ringan 1 3 3
0 - 8
Curah hujan
rendah 2 3 6
1.000 - 2.000
Jumlah 21
Kelas Potensi Kerusakan Tanah Rendah (PR.II)
Luas Areal (Ha)
Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010
Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan - 2 dengan variabel faktor yang
mempengaruhi kerusakan tanah terdiri dari : jenis tanah ordo Histosols, kemiringan
lereng lereng 0 – 8 %, penutupan lahan berupa semak belukar dan perladangan serta
curah hujan tahunan 1.000 – 2.000 mm/tahun, kelas potensi kerusakan tanahnya
tergolong Rendah (PR.II).
IV – 16
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
Tabel 4.7.
Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 3
Faktor Kerusakan
Tanah
Rating Terhadap Potensi
Kerusakan Tanah Bobot Skor Pembobotan
Kategori Nilai
Ordo tanah
tinggi 4 2 8
Histosols
Penggunaan lahan
sedang 3 2 6
Kebun kelapa sawit
Lereng (%)
sangat ringan 1 3 3
0 - 8
Curah hujan
rendah 2 3 6
1.000 - 2.000
Jumlah 23
Kelas Potensi Kerusakan Tanah Rendah (PR.II)
Luas Areal (Ha)
Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010
Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan - 3 dengan jenis tanah yang ordo
Histosols, kemiringan lahan (lereng) 0 – 8 %, penutupan lahan kebun kelapa sawi serta
curah hujan tahunan 1.000 – 2.000 mm/tahun, kelas potensi kerusakan tanahnya
tergolong rendah (PR.II)
IV – 17
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
Tabel 4.8.
Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 4
Faktor Kerusakan
Tanah
Rating Terhadap Potensi
Kerusakan Tanah Bobot Skor Pembobotan
Kategori Nilai
Ordo tanah
tinggi 4 2 8
Entisols
Penggunaan lahan
sedang 1 2 2
Sawah
Lereng (%)
sangat ringan 1 3 3
0 - 8
Curah hujan
rendah 2 3 6
1.000 - 2.000
Jumlah 19
Kelas Potensi Kerusakan Tanah Rendah (PR.II)
Luas Areal (Ha)
Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010
Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan - 4 dengan variabel faktor karusakan
tanah : jenis tanah ordo Histosols, kemiringan lahan (lereng) 0 - 8 %, penggunaan lahan
berupa sawah dan curah hujan tahunan 1.000 – 2.000 mm/tahun, kelas potensi
kerusakan tanahnya tergolong rendah (PR.II).
IV – 18
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
Tabel 4.9.
Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 5
Faktor Kerusakan
Tanah
Rating Terhadap Potensi
Kerusakan Tanah Bobot Skor Pembobotan
Kategori Nilai
Ordo tanah
tinggi 4 2 8
Entisols
Penggunaan lahan
sedang 3 2 6
Kebun Kelapa
Lereng (%)
sangat ringan 1 3 3
0 - 8
Curah hujan
rendah 2 3 6
1.000 - 2.000
Jumlah 23
Kelas Potensi Kerusakan Tanah Rendah (PR.II)
Luas Areal (Ha)
Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010
Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan - 5 dengan variabel faktor yang
mempengaruhi kerusakan tanah terdiri dari : jenis tanah ordo tanah Entisols, dengan
kemiringan lereng 0 - 8 %, penggunaan lahan berupa kebun kelapa dan curah hujan
tahunan 1.000 – 2.000 mm/tahun, kelas potensi kerusakan tanahnya tergolong rendah
(PR.II).
IV – 19
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
Tabel 4.10.
Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 6
Faktor Kerusakan
Tanah
Rating Terhadap Potensi
KerusakanTanah Bobot Skor Pembobotan
Kategori Nilai
Ordo tanah
tinggi 4 2 8
Histosols
Penggunaan lahan
sedang 3 2 6
HTI
Lereng (%)
sangat ringan 1 3 3
0 - 8
Curah hujan
sedang 3 3 9
2000 - 3000
Jumlah 26
Kelas Potensi Kerusakan Tanah Sedang (PR.III)
Luas Areal (Ha)
Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010
Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan - 7 dengan variabel faktor yang
mempengaruhi kerusakan tanahterdiri dari : jenis tanah termasuk ordo Histosols, dengan
kemiringan lahan (lereng) 0 – 15 %, penutupan lahan berupa hutan tanaman dan
besarnya curah hujan tahunan 2.000 – 3.000 mm/tahun, kelas potensi kerusakan
tanahnya tergolong sedang (PR.II).
IV – 20
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
Tabel 4.11.
Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 7
Faktor Kerusakan
Tanah
Rating Terhadap Potensi
Kerusakan Tanah Bobot Skor Pembobotan
Kategori Nilai
Ordo tanah
tinggi 4 2 8
Entisols
Penggunaan lahan
sedang 3 2 6
Keb kelapa sawit
Lereng (%)
sangat ringan 1 3 3
0 - 8
Curah hujan
sedang 3 3 9
2000 - 3000
Jumlah 26
Kelas Potensi Kerusakan Tanah Sedang (PR.III)
Luas Areal (Ha)
Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010
Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan – 7 dengan variabel faktor yang
mempengaruhi kerusakan tanah terdiri dari : jenis tanah termasuk kelompok ordo tanah
Entisols dengan kemiringan lahan (lereng) 0 – 8 %, penutupan lahan berupa kebun
kelapa sawit dan curah hujan tahunan 2.000 – 3.000 mm/tahun, kelas potensi kerusakan
tanahnya tergolong sedang (PR.III).
IV – 21
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
Tabel 4.12.
Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 8
Faktor Kerusakan
Tanah
Rating Terhadap Potensi
Kerusakan Tanah Bobot Skor Pembobotan
Kategori Nilai
Ordo tanah
tinggi 4 2 8
Inceptisols
Penggunaan lahan
sedang 3 2 6HTI dan kebun
kelapa sawit
Lereng (%)
sangat ringan 1 3 3
0 - 8
Curah hujan
rendah 2 3 6
1.000 - 2.000
Jumlah 23
Kelas Potensi Kerusakan Tanah Rendah (PR.II)
Luas Areal (Ha)
Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010
Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan – 8 dengan variabel faktor penyebab
kerusakan tanah terdiri dari : jenis tanah termasuk kelompok ordo tanah Iceptisols
dengan kemiringan lahan (lereng) 0 - 8 %, penutupan lahan berupa hutan tanaman dan
perkebunan kelapa sawit dan besarnya curah hujan tahunan 1.000 – 2.000 mm/tahun,
kelas potensi kerusakan tanahnya tergolong rendah (PR.II).
IV – 22
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
Tabel 4.13.
Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 9
Faktor Kerusakan
Tanah
Rating Terhadap Potensi
KerusakanTanah Bobot Skor Pembobotan
Kategori Nilai
Ordo tanah
sedang 3 2 6
Ultisols
Penggunaan
lahan
sedang 3 2 6
HTI dan kebun
kelapa sawit
Lereng (%)
ringan 2 3 6
9 -15 %
Curah hujan
rendah 2 3 6
1.000 - 2.000
Jumlah 24
Kelas Potensi Kerusakan Tanah Sedang (PR.III)
Luas Areal (Ha)
Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010
Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan – 9 dengan variabel faktor-faktor yang
memepengaruhi kerusakan tanah yang terdiri dari : jenis tanah termasuk kelompok ordo
tanah Ultisols dengan kemiringan lahan (lereng) 9 – 15 %, penutupan lahan berupa
kebun kelapa sawit dan curah hujan tahunan 1.000 – 2.000 mm/tahun kelas potensi
kerusakan tanahnya tergolong sedang (PR.III).
IV – 23
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
Tabel 4.14.
Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 10
Faktor Kerusakan
Tanah
Rating Terhadap Potensi
KerusakanTanah Bobot Skor Pembobotan
Kategori Nilai
Ordo tanah
sedang 3 2 6
Ultisols
Penggunaan
lahan
sedang 3 2 6
HTI dan kebun
kelapa sawit
Lereng (%)
sedang 3 3 9
16 -25
Curah hujan
rendah 2 3 6
1.000 - 2.000
Jumlah 27
Kelas Potensi Kerusakan Tanah Sedang (PR.III)
Luas Areal (Ha)
Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010
Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan – 10 dengan variabel faktor-faktor yang
memepengaruhi kerusakan tanah yang terdiri dari : jenis tanah termasuk kelompok ordo
tanah Ultisols dengan kemiringan lahan (lereng) 16 – 25 %, penutupan lahan berupa
hutan tanaman dan kebun kelapa sawit serta curah hujan tahunan 1.000 – 2.000
mm/tahun kelas potensi kerusakan tanahnya tergolong sedang (PR.III).
.
IV – 24
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
Tabel 4.15.
Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 11
Faktor Kerusakan
Tanah
Rating Terhadap Potensi
Kerusakan Tanah Bobot Skor Pembobotan
Kategori Nilai
Ordo tanah
tinggi 4 2 8
Inceptisols
Penggunaan
lahan
rendah 2 2 4
HTI dan kebun
kelapa sawit
Lereng (%)
tinggi 4 3 12
26 - 40
Curah hujan
rendah 2 3 6
1.000 - 2.000
Jumlah 30
Kelas Potensi Kerusakan Tanah Sedang (PR.III)
Luas Areal (Ha)
Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010
Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan – 11 dengan variabel faktor-faktor yang
memepengaruhi kerusakan tanah yang terdiri dari : jenis tanah termasuk kelompok ordo
tanah Inceptisols dengan kemiringan lahan (lereng) 26 – 40 %, penutupan lahan berupa
kebun kelapa sawit dan curah hujan tahunan 1.000 – 2.000 mm/tahun kelas potensi
kerusakan tanahnya tergolong sedang (PR.III).
IV – 25
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
Tabel 4.16.
Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 12
Faktor
Kerusakan
Tanah
Rating Terhadap Potensi
Kerusakan Tanah Bobot Skor Pembobotan
Kategori Nilai
Ordo tanah
sedang 3 2 6
Ultisols
Penggunaan
lahan
sedang 3 2 6
HTI dan kebun
kelapa sawit
Lereng (%)
ringan 2 3 6
9 - 15
Curah hujan
sedang 3 3 9
2000 - 3000
Jumlah 27
Kelas Potensi Kerusakan Tanah Sedang (PR.III)
Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010
Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan – 12 dengan variabel faktor-faktor yang
memepengaruhi kerusakan tanah yang terdiri dari : jenis tanah termasuk kelompok ordo
tanah Ultisols dengan kemiringan lahan (lereng) 9 – 15 %, penutupan lahan berupa
kebun kelapa sawit dan curah hujan tahunan 2.000 – 3.000 mm/tahun kelas potensi
kerusakan tanahnya tergolong sedang (PR.III).
IV – 26
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
Tabel 4.17.
Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 13
Faktor
Kerusakan
Tanah
Rating Terhadap Potensi
KerusakanTanah Bobot Skor Pembobotan
Kategori Nilai
Ordo tanah
sedang 3 2 6
Ultisols
Penggunaan
lahan
Sedang 3 2 6
HTI dan kebun
Kelapasawit
Lereng (%)
sangat ringan 1 3 3
0 - 8
Curah hujan
sedang 3 3 9
2000 - 3000
Jumlah 24
Kelas Potensi Kerusakan Tanah Rendah (PR.II)
Luas Areal (Ha)
Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010
Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan – 13 dengan variabel faktor-faktor yang
memepengaruhi kerusakan tanah yang terdiri dari : jenis tanah termasuk kelompok ordo
tanah Ultisols dengan kemiringan lahan (lereng) 0 – 8 %, penutupan lahan berupa
kebun kelapa sawit dan curah hujan tahunan 2.000 – 3.000 mm/tahun kelas potensi
kerusakan tanahnya tergolong sedang (PR.III).
IV – 27
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
Tabel 4.18.
Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 14
Faktor
Kerusakan
Tanah
Rating Terhadap Potensi
Kerusakan Tanah Bobot Skor Pembobotan
Kategori Nilai
Ordo tanah
sedang 3 2 6
Ultisols
Penggunaan
lahan
sedang 3 2 6
HTI dan kebun
kelapa sawit
Lereng (%)
sedang 3 3 9
16 - 25 %
Curah hujan
sedang 3 3 9
2000 - 3000
Jumlah 30
Kelas Potensi Kerusakan Tanah Sedang (PR.III)
Luas Areal (Ha)
Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010
Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan – 14 dengan variabel faktor-faktor yang
memepengaruhi kerusakan tanah yang terdiri dari : jenis tanah termasuk kelompok ordo
tanah Ultisols dengan kemiringan lahan (lereng) 16 – 25 %, penutupan lahan berupa
kebun kelapa sawit dan curah hujan tahunan 2.000 – 3.000 mm/tahun kelas potensi
kerusakan tanahnya tergolong sedang (PR.III).
IV – 28
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
Tabel 4.19.
Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 15
Faktor
Kerusakan
Tanah
Rating Terhadap Potensi
Kerusakan Tanah Bobot Skor Pembobotan
Kategori Nilai
Ordo tanah
tinggi 4 2 8
Inceptisols
Penggunaan
lahan
sedang 3 2 6
HTI dan kebun
kelapa sawit
Lereng (%)
tinggi 4 3 12
26 - 40 %
Curah hujan
sedang 3 3 9
2000 - 3000
Jumlah 35
Kelas Potensi Kerusakan Tanah Tinggi (PR.IV)
Luas Areal (Ha)
Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010
Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan – 9 dengan variabel faktor-faktor yang
memepengaruhi kerusakan tanah yang terdiri dari : jenis tanah termasuk kelompok ordo
tanah Inceptisols dengan kemiringan lahan (lereng) 26 – 40 %, penutupan lahan berupa
kebun kelapa sawit dan curah hujan tahunan 2.000 – 3.000 mm/tahun kelas potensi
kerusakan tanahnya tergolong tinggi (PR.IV).
Berdasarkan hasil interfretasi dari beberapa peta tematik yang disajikan pada Tabel 4.5
– Tabel 4.19 dapat disusun kondisi tanah awal yang terbagi menjadi tiga kelas potensi
kerusakan tanah yaitu :
IV – 29
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
a. Lahan Basah
1. Potensi kerusakan tanah ringan (PR-2) seluas 433.,294,00 Ha (56,89 %)
2. Potensi kerusakan tanah sedang (PR-3) seluas. 315.205,98 Ha (42,11 %)
b. Lahan Kering
1. Potensi kerusakan tanah ringan (PR-2) seluas 294.801,02 Ha (55,00 %)
2. Potensi kerusakan tanah sedang (PR-3) seluas. 233.210,55 Ha (43,44 %)
3. Potensi kerusakan tanah tinggi (PR-4) seluas 8.385,67 (1.56 %)
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.20 – 4.21. dan Gambar 4.6.
Tabel 4.20.
Kondisi Tanah Awal Pada Lahan Basah Berdasarkan Peta-Peta Tematik
Unit
Lahan
Simbol
Potensi
Kerusakan
Tanah
Lereng
(%)
Bahan Induk
Tanah
Curah Hujan
(mm/thn)
Penggunaan
Lahan
Dugaan Parameter
Kerusakan Tanah
Luas
Ha %
1 PR.II Rendah Histosols 0 - 8
Endapan bahan
organik
1.000 - 2.000 kebun kelapa
pH, kedalaman
air tanah,
subsidensi
gambut
37.305,01 4,98
2 PR.II Rendah Histosols 0 - 8
Endapan bahan
organik
1.000 - 2.000 semak belukar
pH, kedalaman
air tanah,
subsidensi
gambut
166.297,88 22,22
3 PR.II Rendah Histosols 0 - 8
Endapan bahan
organik
1.000 - 2.000
kebun kelapa
sawit
pH, kedalaman
air tanah,
subsidensi
gambut
181.185,89 24,21
4 PR.II Rendah Entisols 0 - 8
Endapan liatdan
pasir halus
1.000 - 2.000 sawah
pH, kedalaman
air tanah, redoks
10.283,27 1,37
5 PR.II Rendah Entisols 0 - 8
Endapan bahan
organik
1.000 - 2.000
kebun kelapa
sawit
pH, kedalaman
air tanah, redoks
38.221,95 5,11
6 PR.III Sedang Histosols 0 - 8
Endapan bahan
organik
2.000 - 3.000 HTI
pH, kedalaman
air tanah,
subsidensi
gambut
252.253,11 33,70
7 PR.III Sedang Entisols 0 - 8
Endapan bahan
organik
2.000 - 3.000
kebun kelapa
sawit
pH, kedalaman
air tanah, redoks
62.952,87 8,41
Jumlah 748.499,98 100,00
Sumber : Hasil analisis dan interfretasi timsurvey terhadap peta-peta tematik,2010
Keterangan : Peta tematik terdiri dari :Peta Stuan Lahan dan Tanah (PPT, 1990),Peta Rupa Bumi Indonesia (Bakosurtanal,1984) Peta
Penutupan Lahan (Citra Land Sat,2008), Peta Iklim(BMKG, 2009,RTRWKab.Pelalawan (2005-2015)
IV – 30
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
Tabel 4.21.
Kondisi Tanah Awal Pada Lahan Kering Berdasarkan Peta-Peta Tematik
Unit
Lahan
Simbol
Potensi
Kerusakan
Tanah
Lereng
(%)
Bahan Induk
Tanah
Curah Hujan
(mm/thn)
Penggunaan
Lahan
Dugaan Parameter
Kerusakan Tanah
Luas
Ha %
8 PR.II Rendah Inceptisols 4 - 8
Batuan
sedimen,
batupasir dan
batu liat
1.000 - 2.000
HTI dan kebun
kelapa sawit
pH, berat isi dan
erositanah dan
jumlah mikroba
175.692,10 32,75
9 PR.III Sedang Ultisols 9 - 15
Batuan
sedimen,
batupasir dan
batu liat
1.000 - 2.000
HTI dan kebun
kelapa sawit
pH, berat isi dan
erositanah dan
jumlah mikroba
81.128,51 15,12
10 PR.III Sedang Ultisols 16 - 25
Batuan
sedimen,
batupasir dan
batu liat
1.000 - 2.000
HTI dan kebun
kelapa sawit
pH, berat isi dan
erositanah dan
jumlah mikroba
29.028,19 5,41
11 PR.III Sedang Inceptisols 26 - 40
Batuan
sedimen,
batupasir dan
batu liat
1.000 - 2.000
HTI dan kebun
kelapa sawit
pH, berat isi dan
erositanah dan
jumlah mikroba
16.040,96 2,99
12 PR.III Sedang Ultisols 9 - 15
Batuan
sedimen,
batupasir dan
batu liat
2.000 - 3.000
HTI dan kebun
kelapa sawit
pH, berat isi dan
erositanah dan
jumlah mikroba
87.871,21 16,38
13 PR.II Rendah Ultisols 4 - 8
Batuan
sedimen,
batupasir dan
batu liat
2.000 - 3.000
HTI dan kebun
kelapa sawit
pH, berat isi dan
erositanah dan
jumlah mikroba
119.108,92 22,20
14 PR.III Sedang Ultisols 16 - 25
Batuan
sedimen,
batupasir dan
batu liat
2.000 - 3.000
HTI dan kebun
kelapa sawit
pH, berat isi dan
erositanah dan
jumlah mikroba
19.150,68 3,57
15 PR.IV Tinggi Inceptisols 26 - 40
Batuan
sedimen,
batupasir dan
batu liat
2.000 - 3.000
HTI dan kebun
kelapa sawit
pH, berat isi dan
erositanah dan
jumlah mikroba
8.385,67 1,56
Jumlah 536.406,24 100,00
Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010
Keterangan : Peta tematik terdiri dari :Peta Stuan Lahan dan Tanah (PPT, 1990), Peta Rupa Bumi Indonesia (Bakosurtanal,1984)
Peta Penutupan Lahan (Citra Land Sat, 2008), Peta Iklim (BMKG, 2009, RTRW Kab. Pelalawan (2005-2015)
IV – 31
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
GAMBAR 4.6.
PETA KONDISI TANAH AWAL

More Related Content

Similar to Bab iv

ANALISIS PENGEMBANGAN DAN FUNGSI WILAYAH
ANALISIS PENGEMBANGAN DAN FUNGSI WILAYAHANALISIS PENGEMBANGAN DAN FUNGSI WILAYAH
ANALISIS PENGEMBANGAN DAN FUNGSI WILAYAHNur Hilaliyah
 
Morfologi, sifat fisik dan kimia tanah inceptisols dari bahan lakustrin paguy...
Morfologi, sifat fisik dan kimia tanah inceptisols dari bahan lakustrin paguy...Morfologi, sifat fisik dan kimia tanah inceptisols dari bahan lakustrin paguy...
Morfologi, sifat fisik dan kimia tanah inceptisols dari bahan lakustrin paguy...NurdinUng
 
V. Proyek stategis daerah sumatera baratTAROK CITY.ppt
V. Proyek stategis daerah sumatera baratTAROK CITY.pptV. Proyek stategis daerah sumatera baratTAROK CITY.ppt
V. Proyek stategis daerah sumatera baratTAROK CITY.pptRETWANDO
 
Valuasi ekonomi sda laut dan pesisir di Pulau Kangean
Valuasi ekonomi sda laut dan pesisir di Pulau Kangean Valuasi ekonomi sda laut dan pesisir di Pulau Kangean
Valuasi ekonomi sda laut dan pesisir di Pulau Kangean Kurniawan Djj
 
Lap tahunan 2012 oke deh!
Lap tahunan 2012 oke deh!Lap tahunan 2012 oke deh!
Lap tahunan 2012 oke deh!MahAdi Pardede
 
Strategi pengembangan komoditas unggulan sektor pertanian tanaman pangan di k...
Strategi pengembangan komoditas unggulan sektor pertanian tanaman pangan di k...Strategi pengembangan komoditas unggulan sektor pertanian tanaman pangan di k...
Strategi pengembangan komoditas unggulan sektor pertanian tanaman pangan di k...anif fahmi
 
Kapupaten Kota Baru Kalimantan Selatan
Kapupaten Kota Baru Kalimantan SelatanKapupaten Kota Baru Kalimantan Selatan
Kapupaten Kota Baru Kalimantan SelatanHafidz Thoyibun
 
Bab 4 rencana pengelolaan rhl
Bab 4 rencana pengelolaan rhlBab 4 rencana pengelolaan rhl
Bab 4 rencana pengelolaan rhlEdy Junaidi
 
Bab 4 rencana pengelolaan rhl
Bab 4 rencana pengelolaan rhlBab 4 rencana pengelolaan rhl
Bab 4 rencana pengelolaan rhlEdy Junaidi
 
656 1205-1-sm
656 1205-1-sm656 1205-1-sm
656 1205-1-smraycha26
 
03 sastra klm(edited) (repaired)
03 sastra klm(edited) (repaired)03 sastra klm(edited) (repaired)
03 sastra klm(edited) (repaired)Nebila Aristina
 
G12mqo bab i pendahuluan
G12mqo bab i pendahuluanG12mqo bab i pendahuluan
G12mqo bab i pendahuluan082196248257
 
Teknik konservasi tanah dan air pada das
Teknik konservasi tanah dan air pada dasTeknik konservasi tanah dan air pada das
Teknik konservasi tanah dan air pada dasAsier La Ode
 
P16 sumber daya alam dan lingkungan hidup (1)
P16 sumber daya alam dan lingkungan hidup (1)P16 sumber daya alam dan lingkungan hidup (1)
P16 sumber daya alam dan lingkungan hidup (1)Ade Rohima
 
KERENTANAN PENGHIDUPAN RUMAH TANGGA NELAYAN BAJAU KECAMATAN NAPABALANO KABUPA...
KERENTANAN PENGHIDUPAN RUMAH TANGGA NELAYAN BAJAU KECAMATAN NAPABALANO KABUPA...KERENTANAN PENGHIDUPAN RUMAH TANGGA NELAYAN BAJAU KECAMATAN NAPABALANO KABUPA...
KERENTANAN PENGHIDUPAN RUMAH TANGGA NELAYAN BAJAU KECAMATAN NAPABALANO KABUPA...AsrunARN
 
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...zulfikar fahmi
 

Similar to Bab iv (20)

ANALISIS PENGEMBANGAN DAN FUNGSI WILAYAH
ANALISIS PENGEMBANGAN DAN FUNGSI WILAYAHANALISIS PENGEMBANGAN DAN FUNGSI WILAYAH
ANALISIS PENGEMBANGAN DAN FUNGSI WILAYAH
 
Morfologi, sifat fisik dan kimia tanah inceptisols dari bahan lakustrin paguy...
Morfologi, sifat fisik dan kimia tanah inceptisols dari bahan lakustrin paguy...Morfologi, sifat fisik dan kimia tanah inceptisols dari bahan lakustrin paguy...
Morfologi, sifat fisik dan kimia tanah inceptisols dari bahan lakustrin paguy...
 
REVIEW RENCANA INI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KARANGANYAR
REVIEW RENCANA INI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KARANGANYARREVIEW RENCANA INI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KARANGANYAR
REVIEW RENCANA INI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KARANGANYAR
 
V. Proyek stategis daerah sumatera baratTAROK CITY.ppt
V. Proyek stategis daerah sumatera baratTAROK CITY.pptV. Proyek stategis daerah sumatera baratTAROK CITY.ppt
V. Proyek stategis daerah sumatera baratTAROK CITY.ppt
 
Valuasi ekonomi sda laut dan pesisir di Pulau Kangean
Valuasi ekonomi sda laut dan pesisir di Pulau Kangean Valuasi ekonomi sda laut dan pesisir di Pulau Kangean
Valuasi ekonomi sda laut dan pesisir di Pulau Kangean
 
36 sebatik
36 sebatik36 sebatik
36 sebatik
 
Lap tahunan 2012 oke deh!
Lap tahunan 2012 oke deh!Lap tahunan 2012 oke deh!
Lap tahunan 2012 oke deh!
 
Strategi pengembangan komoditas unggulan sektor pertanian tanaman pangan di k...
Strategi pengembangan komoditas unggulan sektor pertanian tanaman pangan di k...Strategi pengembangan komoditas unggulan sektor pertanian tanaman pangan di k...
Strategi pengembangan komoditas unggulan sektor pertanian tanaman pangan di k...
 
Kapupaten Kota Baru Kalimantan Selatan
Kapupaten Kota Baru Kalimantan SelatanKapupaten Kota Baru Kalimantan Selatan
Kapupaten Kota Baru Kalimantan Selatan
 
Bab 4 rencana pengelolaan rhl
Bab 4 rencana pengelolaan rhlBab 4 rencana pengelolaan rhl
Bab 4 rencana pengelolaan rhl
 
Bab 4 rencana pengelolaan rhl
Bab 4 rencana pengelolaan rhlBab 4 rencana pengelolaan rhl
Bab 4 rencana pengelolaan rhl
 
656 1205-1-sm
656 1205-1-sm656 1205-1-sm
656 1205-1-sm
 
Pengantar Ilmu Pertanian
Pengantar Ilmu PertanianPengantar Ilmu Pertanian
Pengantar Ilmu Pertanian
 
03 sastra klm(edited) (repaired)
03 sastra klm(edited) (repaired)03 sastra klm(edited) (repaired)
03 sastra klm(edited) (repaired)
 
G12mqo bab i pendahuluan
G12mqo bab i pendahuluanG12mqo bab i pendahuluan
G12mqo bab i pendahuluan
 
Teknik konservasi tanah dan air pada das
Teknik konservasi tanah dan air pada dasTeknik konservasi tanah dan air pada das
Teknik konservasi tanah dan air pada das
 
P16 sumber daya alam dan lingkungan hidup (1)
P16 sumber daya alam dan lingkungan hidup (1)P16 sumber daya alam dan lingkungan hidup (1)
P16 sumber daya alam dan lingkungan hidup (1)
 
188 395-1-pb
188 395-1-pb188 395-1-pb
188 395-1-pb
 
KERENTANAN PENGHIDUPAN RUMAH TANGGA NELAYAN BAJAU KECAMATAN NAPABALANO KABUPA...
KERENTANAN PENGHIDUPAN RUMAH TANGGA NELAYAN BAJAU KECAMATAN NAPABALANO KABUPA...KERENTANAN PENGHIDUPAN RUMAH TANGGA NELAYAN BAJAU KECAMATAN NAPABALANO KABUPA...
KERENTANAN PENGHIDUPAN RUMAH TANGGA NELAYAN BAJAU KECAMATAN NAPABALANO KABUPA...
 
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
 

More from drestajumena1

7 bab 5 analis pembangunan pelabuhan
7 bab 5 analis pembangunan pelabuhan7 bab 5 analis pembangunan pelabuhan
7 bab 5 analis pembangunan pelabuhandrestajumena1
 
Sda kp02-perencanaan-bangunan utama
Sda kp02-perencanaan-bangunan utamaSda kp02-perencanaan-bangunan utama
Sda kp02-perencanaan-bangunan utamadrestajumena1
 
Sda kp01-perencanaan-jaringan irigasi
Sda kp01-perencanaan-jaringan irigasiSda kp01-perencanaan-jaringan irigasi
Sda kp01-perencanaan-jaringan irigasidrestajumena1
 
3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi
3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi
3 bab 2 deskripsi umum lokasi studidrestajumena1
 
7 bab 5 organisasi personil
7 bab 5 organisasi personil7 bab 5 organisasi personil
7 bab 5 organisasi personildrestajumena1
 
6 bab 4 program kerja
6 bab 4 program kerja6 bab 4 program kerja
6 bab 4 program kerjadrestajumena1
 
5 bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaan
5 bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaan5 bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaan
5 bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaandrestajumena1
 
4 bab 2 deskripsi umum ok.
4 bab 2 deskripsi umum ok.4 bab 2 deskripsi umum ok.
4 bab 2 deskripsi umum ok.drestajumena1
 
3 bab 1 pendahuluan ok
3 bab 1 pendahuluan ok3 bab 1 pendahuluan ok
3 bab 1 pendahuluan okdrestajumena1
 

More from drestajumena1 (14)

7 bab 5 analis pembangunan pelabuhan
7 bab 5 analis pembangunan pelabuhan7 bab 5 analis pembangunan pelabuhan
7 bab 5 analis pembangunan pelabuhan
 
Sda kp02-perencanaan-bangunan utama
Sda kp02-perencanaan-bangunan utamaSda kp02-perencanaan-bangunan utama
Sda kp02-perencanaan-bangunan utama
 
Sda kp01-perencanaan-jaringan irigasi
Sda kp01-perencanaan-jaringan irigasiSda kp01-perencanaan-jaringan irigasi
Sda kp01-perencanaan-jaringan irigasi
 
Bab iv evaluasi
Bab iv evaluasiBab iv evaluasi
Bab iv evaluasi
 
Bab vi
Bab viBab vi
Bab vi
 
Bab vi sambungan
Bab vi sambunganBab vi sambungan
Bab vi sambungan
 
Bab v
Bab vBab v
Bab v
 
Bab iv halaman peta
Bab iv halaman petaBab iv halaman peta
Bab iv halaman peta
 
3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi
3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi
3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi
 
7 bab 5 organisasi personil
7 bab 5 organisasi personil7 bab 5 organisasi personil
7 bab 5 organisasi personil
 
6 bab 4 program kerja
6 bab 4 program kerja6 bab 4 program kerja
6 bab 4 program kerja
 
5 bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaan
5 bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaan5 bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaan
5 bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaan
 
4 bab 2 deskripsi umum ok.
4 bab 2 deskripsi umum ok.4 bab 2 deskripsi umum ok.
4 bab 2 deskripsi umum ok.
 
3 bab 1 pendahuluan ok
3 bab 1 pendahuluan ok3 bab 1 pendahuluan ok
3 bab 1 pendahuluan ok
 

Bab iv

  • 1. IV – 1 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA 4.1. DAERAH KERJA EFEKTIF Tahap awal dari Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan dan/atau Tanah untuk Produksi Biomassa adalah menyaring daerah kerja efektif melalui overlay dengan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pelalawan. Daerah yang menjadi areal kerja efektif adalah kawasan budidaya yang dijadikan sebagai pengembangan produksi biomassa, kawasan budidaya tersebut terdiri dari : 1. Daerah pertanian (budidaya tanaman pangan), 2. Daerah perkebunan (budidaya tanaman keras) dan 3. Hutan tanaman (budidaya tanaman kayu hutan). Sedangkan pada kawasan lainnya seperti kawasan lindung, kawasan pertambangan dan kawasan budidaya lainnya seperti permukiman, perikanan tidak termasuk areal efektif. Bedarasarkan data Kabupaten Pelalawan Dalam Angka (2008) luas lahan Kabupaten Pelalawan mencapai 13.256,7 km2 (1.325.670 ha) yang dibagi menjadi beberapa wilayah rencana pengembangan seperti disajikan pada Tabel 4.1. di bawah ini :
  • 2. IV – 2 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA Tabel 4.1. Luas Kabupaten Pelalawan Berdasarkan Jenis Rencana Tata Ruang No. Tata Ruang Pengembangan Luas Ha % 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Hutan Tanamana Industri Perkebunan Besar Swasta Rehabilitasi Lahan Kritis Perkebunan Besar Rakyat Cadangan Kawasan Perkebunan Sawah Lahan Gambut Kawasan Lindung dan HPH Wilayah Perairan 569,004.090 339,200.740 31,581.640 180,276.300 66,156.640 61,645.900 37,041.000 39,697.330 1,066.409 42.92 25.59 2.38 13.60 4.99 4.65 2.79 2.99 0.08 Jumlah 1,325,670.049 100,00 Sumber data : Peta RTRW Kab. Pelalawan 2005 -2015 Berdasarkan pembagian wilayah rencana pengembang tersebutmaka luas wilayah kerja efektif mencapai 1.284.906,3 ha. Peta rencana kerja efektif untuk selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.1.
  • 3. IV – 3 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA PETA AREAL KERJA EFEKTIF
  • 4. IV – 4 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA 4.2. TANAH Pemetaan tanah dalam studi ini dilakukan berdasarkan sistem klasifikasi Soil Taxonomy (USDA, 1990) dalam tingkat ordo. Peta sebaran ordo tanah yang dipakai acuan dalam penyusunan kondisi tanah ini adalah Peta Satuan Lahan Dan Tanah, Pusat Penelitian Tanah Dan Agroklimat (Bogor, 1990) untuk Wilayah Sumatera, skala 1 ; 250.000 yang terdiri dari lembar No. 0815 (Solok), No. 0816 (Pekanbaru), No. 0915 (Rengat) dan No. 0916 (Siak Sri Indrapura) yang meliputi seluruh Wilayah Kabupaten Pelalawan. Berdasarkan keempat lambar peta tersebut ordo tanah di Kabupaten Pelalawan terdiri dari empat ordo yaitu Histosols, Entisols, Inceptisols dan Ultisols, dengan curi umum sebagai berikut : 1. Histosols adalah tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 29 % atau kandungan C-Organik > 12 % (tekstur pasir), atau bahan organik > 30 % atau C- Organik > 18 % (tekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi tersebut tebalnya > 40 cm. Tanah ini sehari-hari disebut Tanah Gambut, Tanah Organik atau Organosol. 2. Entisols adalah tanah yang perkembangannya masih sangat muda, yaitu baru tingkat permulaan. Tidak terdapat horison penciri lain kecuali epipedon ochrik, atau histik bila tanah sangat lembek. Tanah ini biasa disebut tanah Aluvial atau Regosol. 3. Inceptisols merupakan tanah yang masih muda, tetapi telah mengalami perkembangan, umumnya memiliki horison kambik. Karena tanah belum berkembang lanjut maka tanah ini umumnya cukup subur. Tanah ini temasuk tanah Alivial, Regosol, Gleihumus dan Latosol. 4. Ultisols adalah tanah di mana terjadi penimbunan liat di horison bawah (horison argilik), bersifat masam, kejenuhan basa (jumlah kation) pada kedalaman 125 cm dari permukaan tanah < 30 %. Penentuan ordo tanah untuk penyusunan potensi kerusakan tanah diambil ordo yang paling dominan dari poligon peta tanah. Sebaran ordo tanah di lokasi studi didominasi oleh tanah ordo Histosols yaitu seluas 576.661,4 ha yang terdapat di sekitar Daerah Aliran Sungai Kampar seperti Kecamatan Kuala Kampar, Kecamatan Teluk Meranti,
  • 5. IV – 5 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA Kecamatan Pelalawan, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kecamatan Langgam dan Kecamatan Pangkalan Kuras. Ordo Entisols berada menempasi tanggul seluruh sungai dan pantai di Kecamatan Kuala Kampar, Kecamatan Teluk Meranti, Kecamatan Langgam, Kecamatan Pelalawan, Kecamatan Pangkalan Kuras,Kecamatan Kerumutan dan Kecamatan Sorek pada kelerengan 0 – 8 %. Ordo Inceptsols dan Ordo Ultisols berada di hampir seluruh kecamatan pada daerah dengan kemiringan lahan antara 4 – 40 % kecuali Kecamatan Teluk Meranti dan Kecamatan Kuala Kampar. Luas masing- masing ordo tanah ini selengkapnya dapatdilihatpada Tabel 4.2. dan sebarannya dapat dilihat pada Gambar 4.2. Tabel 4.2. Luas Tanah Berdasarkan Tingkat Ordo di Kabupaten Pelalawan No. Ordo Tanah Luas Ha % 1. 2. 3. 4. Histosols Entisols Inceptisols Ultisols 615.863,12 132.636,85 306.997,30 229.508,03 47,94 10.32 23,89 17,85 Jumlah 1.284.906,30 100,00 Sumber data : Peta Satuan Lahan Dan Tanah (LPT Bogor, 1990) 4.3. KEMIRINGAN LAHAN/LERENG Bentuk permukan tanah merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan cepat atau lambatnya dan tinggi atau rendahnya tingkat kerusakan tanah/lahan. Tanah yang meiliki permukaan miring sangat berpotensi terjadi kerusakan yang lebih cepat dibandingkan dengan tanah dengan bentuk permukaan datar. Peta lereng dalam studi ini didapat dari hasil interfretasi derajat ketinggian permukaan bumi (kontur) Peta Rupa Bumi (Bakosurtanal,1984). Berdasarkan hasil interfretasi peta bumi tersebut kemiringan lahan di lokasi studi diperoleh kelas lereng 0 - < 40 % yang dibagi menjadi lima kelas lereng seperti dapat dilihat pada Tabel 4.3. dan Gambar 4.3.
  • 6. IV – 6 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA Tabel 4.3. Kelas Kemiringan Lahan/Lereng Areal Keraja Efektif di Kabupaten Pelalawan No. Kelas Lereng (%) Luas Ha % 1. 2. 3. 4. 0 – 8 (datar - berombak) 9 – 15 (bergelombang) 16 – 25 (miring) 26 – 40 (agak curam) 1.034.255,45 171.709,79 57.699,24 21.241,83 80,49 13,36 4,49 1,65 Jumlah 1.284.906,3 100,00 Sumber data : Peta Rupa Bumi Indonesia (Bakosurtanal, 1984) 4.4. CURAH HUJAN Curah hujan merupakan unsur yang paling penting dan iklim dan menjadi agen utama kerusakan tanah melalui proses erosi. Untuk itu ketersediaan data ini diperlukan dalam penentuan potensi kerusakan tanah. Peta hujan biasanya disusun dalam peta isohyet. Pengelompokan curah hujan didasarkan pada pengelompokan curah hujan tahunan dalam Atlas Sumberdaya Iklim Pertanian Indonesia yang disusun oleh Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Bogor. Selain itu data besarnya curah hujan didapat berdasarkan data yang diperoleh berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Besarnya curah hujan yang dipakai untuk pekerjaan ini adalah jumlah rata-rata curah hujan tahunan yang selanjutnya dikelompokan ke dalam beberapa kelas yaitu : < 1.000 mm/tahun, 1.000 – 2.000 mm/tahun, 2.000 – 3.000 mm/tahun, 3.000 – 4.000 mm/tahun dan >4.000 mm/tahun. Secara umum besarnya rata- rata jumlah curah hujan per tahun di Kabupaten Pelalawan berdasarkan data dari BMKG adalah 2.300 mm/tahun. Dalam kajian ini sebaran hujan hujan disesuaikan pula dengan Peta Sebaran Curah Hujan Berdasarkan Poligon Tyeison yang membagi Kabupaten Prlalawan menjadi lima zona yaitu :  Zona-1 sebesar 1820 mm/tahun, meliputi Kecamatan Ukui, Kecamatan Pangkalan Lesung, Kecamatan Kerumutan, Kecamatan Kecamatan Bandar Petalangan, sebagian Kecamatan Pangkalan Kuras dan sebagian Kecamatan Teluk Meranti
  • 7. IV – 7 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA  Zona-2 sebesar 1820 – 2113 mm/tahun, meliputi Kecamatan Kuala Kampar dan sebagian Kecamatan Teluk Meranti.  Zona-3 sebesar 2113 – 2187 mm/tahun, meliputi Kecamatan Pelalawan dan sebagian Kecamatan Teluk Meranti.  Zona-4 sebesar 2187 – 2228 mm/tahun, meliputi sebagian Kecamatan Langgam, sebagian Kecamatan Pangkalan Kuras dan sebagian kecil Kecamatan Ukui.  Zona-5 sebesar 2228 – 2695 mm/tahun, meliputi Kecamatan Bandar Sei Kijang, Kecamatan Kerinci, sebagian Kecamatan Langgam dan sebagian Kecamatan Pangkalan Kuras. Dari peta sebaran hujan tersebut, berdasarkan Pedoman Teknis Penyusunan Peta Status Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa dibagi menjadi dua zona yaitu zona 1.000 – 2.000 mm/tahun dan 2.000 – 3.000 mm/tahun. Pembagian zona sebaran curah hujan berdasarkan Pologon Theison di Kabupaten Pelalawan ini disajikan pada Gambar 4.4. 4.5. PENGGUNAAN LAHAN/PENUTUPAN LAHAN Kerusakan tanah di Indonesia umumnya terjadi sebagai pengaruh aktivitas manusia (penggunaan lahan) baik pertanian, kehutanan, pertambangan, industri dan sebagainya. Karena itu peran peta penggunaan lahan (land use) sangat penting sebagai salah satu bahan penilaian potensi kerusakan tanah. Penilaian potensi kerusakan tanah berdasarkan penggunaan lahan didekati dengan mengacu kepada koefisien tanaman (faktor C). Sekalipun informasi pada satuan penggunaan lahan bersifat lebih umum, namun informasi-informasi yang lebih detil menyangkut jenis komoditas/vegetasi, tipe pengelolaan dan langkah-langkah konservasi yang diterapkan yang terkait erat dengan sifat tanah sangat penting dan bermanfaat dalam menduga potensi kerusakan tanah. Fungsi vegetasi terhadap tanah dari kerusakan akibat erosi adalah :
  • 8. IV – 8 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA 1. Menghalangi air hujan agar tidak jatuh langsung di permukaan tanah, sehingga kekuatan untuk menghancurkan tanah menjadi berkurang.Hal ini tergantung pada kerapatan dan tinggi vegetasi. Makin rapat vegetasi yang ada makin efektif terjadinya pencegahan erosi. Vegetasi yang terlalu tinggi kadang-kadang kurang efektif, karena air hujan yang tertahan di pohon apabila jatuh kembali dari ketinggian 7 m akan kembali menjadi besar, disamping itu butir-butir yang tertahan di daun akan saling terkumpul membentuk air yang lebih besar sehingga apa bila jatuh ke tanah akan mempunyai tenaga yang lebih besar pula. 2. Menghambat aliran permukaan dan memperbanyak air infiltrasi terutama apabila serasah tanaman menutupi permukaan tanah. 3. Penyerapan air ke dalam tanah diperkuat oleh transpirasi (penguapan air) melalui vegetasi. Dalam pendugaan potensi kerusakan tanah, peta penggunaan/penutupan lahan yang digunakan adalah peta yang masih relevan menggambarkan kondisi penggunaan/penutupan lahan saat verifikasi lapang dilakukan. Peta penutupan lahan yang digunakan dalam studi ini adalah Peta Citra Landsat tahun 2008, jenis dan luas penutupan lahan dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.5. Tabel 4.4. Penggunaan/Penutupan Lahan Di Kabupaten Pelalawan No. Jenis Penggunaan Lahan Luas Ha % 1. 2. 3. 4. 5. Jumlah 1.284.906,3 100,00 Sumber data : Peta RTRW Kab. Pelalawan, 2005 – 215 dan Peta Citra Landsat, 2008
  • 9. IV – 9 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA PETA SATUAN LAHAN DAN TANAH PETA KEMIRINGAN LAHAN PETA CURAH HUJAN PETA PENGGUNAAN/PENUTUPAN LAHAN
  • 10. IV – 10 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA
  • 11. IV – 11 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA
  • 12. IV – 12 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA
  • 13. IV – 13 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA 4.6. POTENSI KERUSAKAN TANAH Pendugaan potensi kerusakan tanah dalam penyusunan peta kondisi tanah awal ini dilakukan dengan mengakumulasikan nilai skor pembobotan yaitu hasil kali nilai skor dengan bobotmasing-masing parameter yang mempengaruhi kerusakan tanah dari peta tematik. Penilain potensi kerusakan ini dilakukan terhadap poligon yang dihasilkan melalui proses overlay dari sluruh peta tematik. Potensi kerusakan tanah dalam penyusunan kondisi tanah awal ini dapat dikelompokan menjadi 5 kelas potensi kerusakan tanah yaitu : 1. Tanah yang berpotensi rusak sangat rendah, (simbol lokasi PR.I), 2. Tanah yang berpotensi rusak rendah, (simbol lokasi PR.II) 3. Tanah yang berpotensi rusak sedang, (simbol lokasi PR.III) 4. Tanah yang berpotensi rusak tinggi, (simbol lokasi PR.IV) dan 5. Tanah yang berpotensi rusak sangat tinggi, (simbol lokasi PR.V). Pada prinsipnya semakin tinggi didapat skor penilaian, semakin tinggi pula potensi wilayah tersebut mengalami kerusakan tanah. Berdasarkan hasil interfretasi terhadap peta-peta tematik yang merupakan kriteria pengelompokan potensi kerusakan tanah di kabupaten Pelalawan ini adalah sebagai berikut : 1. Jenis tanah yang ada termasuk pada dua pengelompokan ordo tanah sesuai kelas potensi kerusakan tanah yaitu : a) Kelompok jenis tanah ordo Histosols, b) Kelompok jenis tanah ordo Entisols, c) Kelompok jenis tanah ordo Inceptisols dan d) Kelompok jenis tanah ordo tanah Ultisols. 2. Kelas kemiringan lahan yang ada dibagi menjadi empat kelompok yaitu : datar sampai berombak (0 – 8 %), bergelombang (9 – 15 %), agak berbukit ( 16 – 25 %) dan berbukit (26 – 40%). 3. Penggunaan lahan dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
  • 14. IV – 14 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA a) Kelompok tanaman monokultur yaitu : perkebunan, hutan tanaman dan perladangan. b) Kelompok kebun campuran, semak belukar, sawah dan padang rumput 4. Peta curah hujan terbagi menjadi hanya dua kelompok yaitu : a) 1.000 – 2.000 mm/tahun dan b) 2.000 – 3.000 mm/tahun. Berdasarkan hasil interfretasi peta tematik tersebut kelas potensi kerusakan tanah di Kebupaten Pelalawan dapat diketahui dengan kategori rendah sampai tinggi seperti dapat dilihat pada tabel-tabel berikut : Tabel 4.5. Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 1 Faktor Kerusakan Tanah Rating Terhadap Potensi Kerusakan Tanah Bobot Skor Pembobotan Kategori Nilai Ordo tanah tinggi 4 2 8 Histosols Penggunaan lahan sedang 3 2 6 Kebun kelapa Lereng (%) sangat ringan 1 3 3 0 - 8 Curah hujan rendah 2 3 6 1.000 - 2.000 Jumlah 23 Kelas Potensi Kerusakan Tanah Rendah (PR.II) Luas Areal (Ha) Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010
  • 15. IV – 15 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan – 1 dengan variabel faktor kerusakan tanah terdiri dari : tanah ordo Histosols, dengan kemiringan lahan (lereng) 0 – 8 % dan penutupan lahan tanaman kebun kelapa dan curah hujan tahunan 1.000 – 2.000 mm/tahun, kelas potensi kerusakan tanahnya tergolong rendah PR.II. Tabel 4.6. Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 2 Faktor Kerusakan Tanah Rating Terhadap Potensi KerusakanTanah Bobot Skor Pembobotan Kategori Nilai Ordo tanah tinggi 4 2 8 Histosols Penggunaan lahan sedang 2 2 4 Semak belukar Lereng (%) sangat ringan 1 3 3 0 - 8 Curah hujan rendah 2 3 6 1.000 - 2.000 Jumlah 21 Kelas Potensi Kerusakan Tanah Rendah (PR.II) Luas Areal (Ha) Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010 Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan - 2 dengan variabel faktor yang mempengaruhi kerusakan tanah terdiri dari : jenis tanah ordo Histosols, kemiringan lereng lereng 0 – 8 %, penutupan lahan berupa semak belukar dan perladangan serta curah hujan tahunan 1.000 – 2.000 mm/tahun, kelas potensi kerusakan tanahnya tergolong Rendah (PR.II).
  • 16. IV – 16 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA Tabel 4.7. Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 3 Faktor Kerusakan Tanah Rating Terhadap Potensi Kerusakan Tanah Bobot Skor Pembobotan Kategori Nilai Ordo tanah tinggi 4 2 8 Histosols Penggunaan lahan sedang 3 2 6 Kebun kelapa sawit Lereng (%) sangat ringan 1 3 3 0 - 8 Curah hujan rendah 2 3 6 1.000 - 2.000 Jumlah 23 Kelas Potensi Kerusakan Tanah Rendah (PR.II) Luas Areal (Ha) Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010 Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan - 3 dengan jenis tanah yang ordo Histosols, kemiringan lahan (lereng) 0 – 8 %, penutupan lahan kebun kelapa sawi serta curah hujan tahunan 1.000 – 2.000 mm/tahun, kelas potensi kerusakan tanahnya tergolong rendah (PR.II)
  • 17. IV – 17 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA Tabel 4.8. Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 4 Faktor Kerusakan Tanah Rating Terhadap Potensi Kerusakan Tanah Bobot Skor Pembobotan Kategori Nilai Ordo tanah tinggi 4 2 8 Entisols Penggunaan lahan sedang 1 2 2 Sawah Lereng (%) sangat ringan 1 3 3 0 - 8 Curah hujan rendah 2 3 6 1.000 - 2.000 Jumlah 19 Kelas Potensi Kerusakan Tanah Rendah (PR.II) Luas Areal (Ha) Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010 Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan - 4 dengan variabel faktor karusakan tanah : jenis tanah ordo Histosols, kemiringan lahan (lereng) 0 - 8 %, penggunaan lahan berupa sawah dan curah hujan tahunan 1.000 – 2.000 mm/tahun, kelas potensi kerusakan tanahnya tergolong rendah (PR.II).
  • 18. IV – 18 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA Tabel 4.9. Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 5 Faktor Kerusakan Tanah Rating Terhadap Potensi Kerusakan Tanah Bobot Skor Pembobotan Kategori Nilai Ordo tanah tinggi 4 2 8 Entisols Penggunaan lahan sedang 3 2 6 Kebun Kelapa Lereng (%) sangat ringan 1 3 3 0 - 8 Curah hujan rendah 2 3 6 1.000 - 2.000 Jumlah 23 Kelas Potensi Kerusakan Tanah Rendah (PR.II) Luas Areal (Ha) Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010 Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan - 5 dengan variabel faktor yang mempengaruhi kerusakan tanah terdiri dari : jenis tanah ordo tanah Entisols, dengan kemiringan lereng 0 - 8 %, penggunaan lahan berupa kebun kelapa dan curah hujan tahunan 1.000 – 2.000 mm/tahun, kelas potensi kerusakan tanahnya tergolong rendah (PR.II).
  • 19. IV – 19 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA Tabel 4.10. Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 6 Faktor Kerusakan Tanah Rating Terhadap Potensi KerusakanTanah Bobot Skor Pembobotan Kategori Nilai Ordo tanah tinggi 4 2 8 Histosols Penggunaan lahan sedang 3 2 6 HTI Lereng (%) sangat ringan 1 3 3 0 - 8 Curah hujan sedang 3 3 9 2000 - 3000 Jumlah 26 Kelas Potensi Kerusakan Tanah Sedang (PR.III) Luas Areal (Ha) Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010 Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan - 7 dengan variabel faktor yang mempengaruhi kerusakan tanahterdiri dari : jenis tanah termasuk ordo Histosols, dengan kemiringan lahan (lereng) 0 – 15 %, penutupan lahan berupa hutan tanaman dan besarnya curah hujan tahunan 2.000 – 3.000 mm/tahun, kelas potensi kerusakan tanahnya tergolong sedang (PR.II).
  • 20. IV – 20 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA Tabel 4.11. Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 7 Faktor Kerusakan Tanah Rating Terhadap Potensi Kerusakan Tanah Bobot Skor Pembobotan Kategori Nilai Ordo tanah tinggi 4 2 8 Entisols Penggunaan lahan sedang 3 2 6 Keb kelapa sawit Lereng (%) sangat ringan 1 3 3 0 - 8 Curah hujan sedang 3 3 9 2000 - 3000 Jumlah 26 Kelas Potensi Kerusakan Tanah Sedang (PR.III) Luas Areal (Ha) Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010 Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan – 7 dengan variabel faktor yang mempengaruhi kerusakan tanah terdiri dari : jenis tanah termasuk kelompok ordo tanah Entisols dengan kemiringan lahan (lereng) 0 – 8 %, penutupan lahan berupa kebun kelapa sawit dan curah hujan tahunan 2.000 – 3.000 mm/tahun, kelas potensi kerusakan tanahnya tergolong sedang (PR.III).
  • 21. IV – 21 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA Tabel 4.12. Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 8 Faktor Kerusakan Tanah Rating Terhadap Potensi Kerusakan Tanah Bobot Skor Pembobotan Kategori Nilai Ordo tanah tinggi 4 2 8 Inceptisols Penggunaan lahan sedang 3 2 6HTI dan kebun kelapa sawit Lereng (%) sangat ringan 1 3 3 0 - 8 Curah hujan rendah 2 3 6 1.000 - 2.000 Jumlah 23 Kelas Potensi Kerusakan Tanah Rendah (PR.II) Luas Areal (Ha) Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010 Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan – 8 dengan variabel faktor penyebab kerusakan tanah terdiri dari : jenis tanah termasuk kelompok ordo tanah Iceptisols dengan kemiringan lahan (lereng) 0 - 8 %, penutupan lahan berupa hutan tanaman dan perkebunan kelapa sawit dan besarnya curah hujan tahunan 1.000 – 2.000 mm/tahun, kelas potensi kerusakan tanahnya tergolong rendah (PR.II).
  • 22. IV – 22 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA Tabel 4.13. Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 9 Faktor Kerusakan Tanah Rating Terhadap Potensi KerusakanTanah Bobot Skor Pembobotan Kategori Nilai Ordo tanah sedang 3 2 6 Ultisols Penggunaan lahan sedang 3 2 6 HTI dan kebun kelapa sawit Lereng (%) ringan 2 3 6 9 -15 % Curah hujan rendah 2 3 6 1.000 - 2.000 Jumlah 24 Kelas Potensi Kerusakan Tanah Sedang (PR.III) Luas Areal (Ha) Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010 Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan – 9 dengan variabel faktor-faktor yang memepengaruhi kerusakan tanah yang terdiri dari : jenis tanah termasuk kelompok ordo tanah Ultisols dengan kemiringan lahan (lereng) 9 – 15 %, penutupan lahan berupa kebun kelapa sawit dan curah hujan tahunan 1.000 – 2.000 mm/tahun kelas potensi kerusakan tanahnya tergolong sedang (PR.III).
  • 23. IV – 23 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA Tabel 4.14. Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 10 Faktor Kerusakan Tanah Rating Terhadap Potensi KerusakanTanah Bobot Skor Pembobotan Kategori Nilai Ordo tanah sedang 3 2 6 Ultisols Penggunaan lahan sedang 3 2 6 HTI dan kebun kelapa sawit Lereng (%) sedang 3 3 9 16 -25 Curah hujan rendah 2 3 6 1.000 - 2.000 Jumlah 27 Kelas Potensi Kerusakan Tanah Sedang (PR.III) Luas Areal (Ha) Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010 Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan – 10 dengan variabel faktor-faktor yang memepengaruhi kerusakan tanah yang terdiri dari : jenis tanah termasuk kelompok ordo tanah Ultisols dengan kemiringan lahan (lereng) 16 – 25 %, penutupan lahan berupa hutan tanaman dan kebun kelapa sawit serta curah hujan tahunan 1.000 – 2.000 mm/tahun kelas potensi kerusakan tanahnya tergolong sedang (PR.III). .
  • 24. IV – 24 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA Tabel 4.15. Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 11 Faktor Kerusakan Tanah Rating Terhadap Potensi Kerusakan Tanah Bobot Skor Pembobotan Kategori Nilai Ordo tanah tinggi 4 2 8 Inceptisols Penggunaan lahan rendah 2 2 4 HTI dan kebun kelapa sawit Lereng (%) tinggi 4 3 12 26 - 40 Curah hujan rendah 2 3 6 1.000 - 2.000 Jumlah 30 Kelas Potensi Kerusakan Tanah Sedang (PR.III) Luas Areal (Ha) Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010 Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan – 11 dengan variabel faktor-faktor yang memepengaruhi kerusakan tanah yang terdiri dari : jenis tanah termasuk kelompok ordo tanah Inceptisols dengan kemiringan lahan (lereng) 26 – 40 %, penutupan lahan berupa kebun kelapa sawit dan curah hujan tahunan 1.000 – 2.000 mm/tahun kelas potensi kerusakan tanahnya tergolong sedang (PR.III).
  • 25. IV – 25 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA Tabel 4.16. Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 12 Faktor Kerusakan Tanah Rating Terhadap Potensi Kerusakan Tanah Bobot Skor Pembobotan Kategori Nilai Ordo tanah sedang 3 2 6 Ultisols Penggunaan lahan sedang 3 2 6 HTI dan kebun kelapa sawit Lereng (%) ringan 2 3 6 9 - 15 Curah hujan sedang 3 3 9 2000 - 3000 Jumlah 27 Kelas Potensi Kerusakan Tanah Sedang (PR.III) Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010 Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan – 12 dengan variabel faktor-faktor yang memepengaruhi kerusakan tanah yang terdiri dari : jenis tanah termasuk kelompok ordo tanah Ultisols dengan kemiringan lahan (lereng) 9 – 15 %, penutupan lahan berupa kebun kelapa sawit dan curah hujan tahunan 2.000 – 3.000 mm/tahun kelas potensi kerusakan tanahnya tergolong sedang (PR.III).
  • 26. IV – 26 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA Tabel 4.17. Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 13 Faktor Kerusakan Tanah Rating Terhadap Potensi KerusakanTanah Bobot Skor Pembobotan Kategori Nilai Ordo tanah sedang 3 2 6 Ultisols Penggunaan lahan Sedang 3 2 6 HTI dan kebun Kelapasawit Lereng (%) sangat ringan 1 3 3 0 - 8 Curah hujan sedang 3 3 9 2000 - 3000 Jumlah 24 Kelas Potensi Kerusakan Tanah Rendah (PR.II) Luas Areal (Ha) Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010 Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan – 13 dengan variabel faktor-faktor yang memepengaruhi kerusakan tanah yang terdiri dari : jenis tanah termasuk kelompok ordo tanah Ultisols dengan kemiringan lahan (lereng) 0 – 8 %, penutupan lahan berupa kebun kelapa sawit dan curah hujan tahunan 2.000 – 3.000 mm/tahun kelas potensi kerusakan tanahnya tergolong sedang (PR.III).
  • 27. IV – 27 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA Tabel 4.18. Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 14 Faktor Kerusakan Tanah Rating Terhadap Potensi Kerusakan Tanah Bobot Skor Pembobotan Kategori Nilai Ordo tanah sedang 3 2 6 Ultisols Penggunaan lahan sedang 3 2 6 HTI dan kebun kelapa sawit Lereng (%) sedang 3 3 9 16 - 25 % Curah hujan sedang 3 3 9 2000 - 3000 Jumlah 30 Kelas Potensi Kerusakan Tanah Sedang (PR.III) Luas Areal (Ha) Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010 Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan – 14 dengan variabel faktor-faktor yang memepengaruhi kerusakan tanah yang terdiri dari : jenis tanah termasuk kelompok ordo tanah Ultisols dengan kemiringan lahan (lereng) 16 – 25 %, penutupan lahan berupa kebun kelapa sawit dan curah hujan tahunan 2.000 – 3.000 mm/tahun kelas potensi kerusakan tanahnya tergolong sedang (PR.III).
  • 28. IV – 28 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA Tabel 4.19. Potensi Keruskan Tanah Pada Unit Lahan – 15 Faktor Kerusakan Tanah Rating Terhadap Potensi Kerusakan Tanah Bobot Skor Pembobotan Kategori Nilai Ordo tanah tinggi 4 2 8 Inceptisols Penggunaan lahan sedang 3 2 6 HTI dan kebun kelapa sawit Lereng (%) tinggi 4 3 12 26 - 40 % Curah hujan sedang 3 3 9 2000 - 3000 Jumlah 35 Kelas Potensi Kerusakan Tanah Tinggi (PR.IV) Luas Areal (Ha) Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010 Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Lahan – 9 dengan variabel faktor-faktor yang memepengaruhi kerusakan tanah yang terdiri dari : jenis tanah termasuk kelompok ordo tanah Inceptisols dengan kemiringan lahan (lereng) 26 – 40 %, penutupan lahan berupa kebun kelapa sawit dan curah hujan tahunan 2.000 – 3.000 mm/tahun kelas potensi kerusakan tanahnya tergolong tinggi (PR.IV). Berdasarkan hasil interfretasi dari beberapa peta tematik yang disajikan pada Tabel 4.5 – Tabel 4.19 dapat disusun kondisi tanah awal yang terbagi menjadi tiga kelas potensi kerusakan tanah yaitu :
  • 29. IV – 29 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA a. Lahan Basah 1. Potensi kerusakan tanah ringan (PR-2) seluas 433.,294,00 Ha (56,89 %) 2. Potensi kerusakan tanah sedang (PR-3) seluas. 315.205,98 Ha (42,11 %) b. Lahan Kering 1. Potensi kerusakan tanah ringan (PR-2) seluas 294.801,02 Ha (55,00 %) 2. Potensi kerusakan tanah sedang (PR-3) seluas. 233.210,55 Ha (43,44 %) 3. Potensi kerusakan tanah tinggi (PR-4) seluas 8.385,67 (1.56 %) Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.20 – 4.21. dan Gambar 4.6. Tabel 4.20. Kondisi Tanah Awal Pada Lahan Basah Berdasarkan Peta-Peta Tematik Unit Lahan Simbol Potensi Kerusakan Tanah Lereng (%) Bahan Induk Tanah Curah Hujan (mm/thn) Penggunaan Lahan Dugaan Parameter Kerusakan Tanah Luas Ha % 1 PR.II Rendah Histosols 0 - 8 Endapan bahan organik 1.000 - 2.000 kebun kelapa pH, kedalaman air tanah, subsidensi gambut 37.305,01 4,98 2 PR.II Rendah Histosols 0 - 8 Endapan bahan organik 1.000 - 2.000 semak belukar pH, kedalaman air tanah, subsidensi gambut 166.297,88 22,22 3 PR.II Rendah Histosols 0 - 8 Endapan bahan organik 1.000 - 2.000 kebun kelapa sawit pH, kedalaman air tanah, subsidensi gambut 181.185,89 24,21 4 PR.II Rendah Entisols 0 - 8 Endapan liatdan pasir halus 1.000 - 2.000 sawah pH, kedalaman air tanah, redoks 10.283,27 1,37 5 PR.II Rendah Entisols 0 - 8 Endapan bahan organik 1.000 - 2.000 kebun kelapa sawit pH, kedalaman air tanah, redoks 38.221,95 5,11 6 PR.III Sedang Histosols 0 - 8 Endapan bahan organik 2.000 - 3.000 HTI pH, kedalaman air tanah, subsidensi gambut 252.253,11 33,70 7 PR.III Sedang Entisols 0 - 8 Endapan bahan organik 2.000 - 3.000 kebun kelapa sawit pH, kedalaman air tanah, redoks 62.952,87 8,41 Jumlah 748.499,98 100,00 Sumber : Hasil analisis dan interfretasi timsurvey terhadap peta-peta tematik,2010 Keterangan : Peta tematik terdiri dari :Peta Stuan Lahan dan Tanah (PPT, 1990),Peta Rupa Bumi Indonesia (Bakosurtanal,1984) Peta Penutupan Lahan (Citra Land Sat,2008), Peta Iklim(BMKG, 2009,RTRWKab.Pelalawan (2005-2015)
  • 30. IV – 30 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA Tabel 4.21. Kondisi Tanah Awal Pada Lahan Kering Berdasarkan Peta-Peta Tematik Unit Lahan Simbol Potensi Kerusakan Tanah Lereng (%) Bahan Induk Tanah Curah Hujan (mm/thn) Penggunaan Lahan Dugaan Parameter Kerusakan Tanah Luas Ha % 8 PR.II Rendah Inceptisols 4 - 8 Batuan sedimen, batupasir dan batu liat 1.000 - 2.000 HTI dan kebun kelapa sawit pH, berat isi dan erositanah dan jumlah mikroba 175.692,10 32,75 9 PR.III Sedang Ultisols 9 - 15 Batuan sedimen, batupasir dan batu liat 1.000 - 2.000 HTI dan kebun kelapa sawit pH, berat isi dan erositanah dan jumlah mikroba 81.128,51 15,12 10 PR.III Sedang Ultisols 16 - 25 Batuan sedimen, batupasir dan batu liat 1.000 - 2.000 HTI dan kebun kelapa sawit pH, berat isi dan erositanah dan jumlah mikroba 29.028,19 5,41 11 PR.III Sedang Inceptisols 26 - 40 Batuan sedimen, batupasir dan batu liat 1.000 - 2.000 HTI dan kebun kelapa sawit pH, berat isi dan erositanah dan jumlah mikroba 16.040,96 2,99 12 PR.III Sedang Ultisols 9 - 15 Batuan sedimen, batupasir dan batu liat 2.000 - 3.000 HTI dan kebun kelapa sawit pH, berat isi dan erositanah dan jumlah mikroba 87.871,21 16,38 13 PR.II Rendah Ultisols 4 - 8 Batuan sedimen, batupasir dan batu liat 2.000 - 3.000 HTI dan kebun kelapa sawit pH, berat isi dan erositanah dan jumlah mikroba 119.108,92 22,20 14 PR.III Sedang Ultisols 16 - 25 Batuan sedimen, batupasir dan batu liat 2.000 - 3.000 HTI dan kebun kelapa sawit pH, berat isi dan erositanah dan jumlah mikroba 19.150,68 3,57 15 PR.IV Tinggi Inceptisols 26 - 40 Batuan sedimen, batupasir dan batu liat 2.000 - 3.000 HTI dan kebun kelapa sawit pH, berat isi dan erositanah dan jumlah mikroba 8.385,67 1,56 Jumlah 536.406,24 100,00 Sumber : Hasil analisis dan interfretasi tim survey terhadap peta-peta tematik, 2010 Keterangan : Peta tematik terdiri dari :Peta Stuan Lahan dan Tanah (PPT, 1990), Peta Rupa Bumi Indonesia (Bakosurtanal,1984) Peta Penutupan Lahan (Citra Land Sat, 2008), Peta Iklim (BMKG, 2009, RTRW Kab. Pelalawan (2005-2015)
  • 31. IV – 31 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA GAMBAR 4.6. PETA KONDISI TANAH AWAL