SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
VII – 1
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
7.1. KESIMPULAN
Luas Wilayah
Luas wilayah Kabupaten Pelalawan berdasarkan Kabupaten Pelalawan Dalam Angka
Tahun 2008 mencapai 13.256,7 km2 (1.325.670 ha) dibagi menjadi 13 kecamatan.
Arel Kerja Efektif
Berdasarkan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tahun 2005 - 2010 dan Peta
Penggunaan Lahan, luas wilayah kerja efektif untuk Pekerjaan Kajian Status Kerusakan
Lahan Dan/Atau Tanah Untuk Produksi Biomassa mencapai 1.284.906,30 Ha, sisanya
seluas 40.763,7 ha merupakan areal yang tidak termasuk wilayah kerja efektif dengan
penggunaan lahan berupa kawasan HPH, HP, Kawasan Lindung dan wilayah perairan.
Kondisi Tanah Awal
Berdasarkan hasil interfretasi terhadap empat peta tematik (Peta Tanah, Peta
Kemiringan Lahan, Peta Penggunaan Lahan dan Peta Sebaran Hujan) yang dijadikan
VII – 2
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
dasar penetapan status kerusakan tanah luas masing-masing variabel adalah sebagai
berikut :
1. Tanah
− Ordo Histosols seluas 615.863,12 ha (47,94 %).
− Ordo Entisols seluas 132.636,86 ha (10.32 %).
− Ordo Iceptisols seluas 306.997,30 ha (23,89 %).
− Ordo Ultisols seluas 229.508,03 ha (17,85 %).
2. Kemiringan Lahan/Lereng
− 0 – 8 % seluas 1.03.4255,45 ha (80,49 %).
− 9 – 15 % seluas 171.709,79 ha (13,36 %).
− 16 – 25 % seluas 57.699,24 ha (4,49 %).
− 26 – 40 % seluas 21.241,83 ha (1,60 %).
3. Penggunaan/Penutupan Lahan
4. Curah Hujan
Kelas 1.000 – 2.000 mm/tahun seluas 742.798,5 ha.
Kelas 2.000 – 3.000 mm/tahun seluas 542.107,8 ha.
Berdasarkan hasil penyusunan peta tanah awal, lokasi kerja efektif terbagi ke dalam 2
(dua) sistem lahan yaitu lahan basah dan lahan kering. Lahan basah dibagi menjadi 7
unit lahan seluas 748.499,98 ha (58,25 %) dan lahan kering dibagi menjadi 8 unit lahan
seluas 536.406,24 ha (41,75 %).
Hasil verifikasi lapangan dari empat ordo tanah yang ada di lokasi studi terbagi menjadi
....jenis tanah dengan padanan dan luasan masing-masing jenis tanah seperti disajikan
dalam tabel di bawah ini :
VII – 3
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
Tabel 7.1.
Jenis Tanah Di Lokasi Studi
No. Ordo
Macam Tanah Luas
Soil Taxonomy USDA,
1998
FAO/UNESCO,
1985
PPT, 1983 Ha %
1. Histosols
Typic Sulfohemists
Typic Haplohemists
Typic Haplosaprists
HemicHistosols
ThionicHistosols
SapricHistosols
OrganosolHemik
OrganosolHemik
OrganosolSaprik
43.478,36
523.110,31
49.274,46
3,38
40,71
3,83
2. Entisols
HaplicSulfaquents
Typic Udifluvents
Aeric Endoaquents
ThionicFluvisols
Dystric Fluvisols
Eutic Fluvisols
Aluvial Tionik
Aluvial Distrik
Aluvial Eutrik
12.617,28
4.099,79
115.919,79
0,98
0.32
9,02
3. Inceptisols
Typic Dystrudepts
OxicDystrudepts
ChromicCambisols
Dystric Cambisols
KambisolKromik
KambisolDistrik
285.755,47
21.241,83
22,24
1,65
4. Ultisols
Typic Hapludults
RhodicKanhapludults
Typic Kanhapludults
HaplicAcrisols
UmbricAcrisols
UmbricAcrisols
PodsolikHaplik
PodsilikRodik
PodsolikKromik
57.540,27
57.699,24
114.168,52
4,48
4,49
8,89
Jumlah 1.284.906,30 100,0
Sumber Data : Analisis Tim Survei, 2010
Berdasarkan hasil penyusunan peta tanah awal, hasil verifikasi lapangan dan analisis
tanah di laboratorium lokasi kerja efektif terbagi ke dalam 2 (dua) sistem lahan yaitu
lahan basah dan lahan kering. Lahan basah dibagi menjadi 20 unit lahan seluas
748.499,98 ha (58,25 %) dan lahan kering dibagi menjadi 16 unit lahan seluas
536.406,24 ha (41,75 %).
Status Kerusakan Tanah
Berdasarkan hasil penetapan status kerusakan tanah untuk produksi biomassa dengan
menggunakan Metoda Skoring Dan Frekwensi Relatif Kerusakan Tanah, status
kerusakan tanah di lokasi studi termasuk pada status kerusakan ringan (R-1) seluas
217.323,31 ha (16,91 %) dan status kerusakan sedang (R-2) seluas 1.067.583,00 ha
(83,09 %).
Status kerusakan tanah pada lahan basah adalah : status kerusakan ringan (R1) seluas
116.215,67 ha (15.53%) dan status kerusakan sedang (R2) seluas 632.284,31 ha
(84.47%). Status kerusakan tanah pada lahan kering adalah : status kerusakan ringan
VII – 4
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
(R1) seluas101.107,64 ha (18.85%) dan status kerusakan sedang (R2) seluas
435.298,69 ha (81.15%).
Faktor Pembatas
Berdasarkan parameter kerusakan tanah, status kerusakan tanah di lokasi studi
penyebabnya didominasi oleh kemasaman tanah (pH) tinggi, kedalaman air tanah
dangkal yang dalam pada lahan basah dan rendahnya kandungan mikroba tanah.
Kemasaman tanah (pH) tinggi diduga karena sifat bahan induk tanah itu sendiri dan
pemupukan kontinyu dengan mengguakan jenis pupuk kimia yang mengandung sulfur.
Kedalaman air tanah dangkal yang dalam pada lahan basah terutama lahan gambut
(tanah organik) disebabkan oleh perlakuan drainase tanah yang terlalu dalam dan tidak
adanya upaya pengaturan tata air. Adapun rendahnya kandungan mikroba tanah diduga
diakibatkan oleh penggunaan pestisida jenis herbisida yang terus-menerus dilakukan
dalam menekan pertumbuhan gulma.
Pensegahan Erosi dan Subsidensi Tanah
Dari hasil peninjauan lapangan, upaya konservasi tanah dari erosi dan subsidensi
gambut dan pada areal budi daya tanaman, baik perkebunan maupun hutan tanaman
belum dilakukan, sehingga pada lahan miring terjadi jenis erosi percikan (spash erosion)
dan erosi lembar (sheet erosion) serta sedimentasi pada wilayah pelembahan.
Sedangkan subsidensi pada lahan gambutdicirikan oleh munculnya akar besar dan akar
serabut pada permukaan tanah.
Berdasarkan hasil penilaian secara keseluruhan, kondisi tanah pada areal yang
dikembangkan untuk produksi biomassa telah mengalami kerusakan pada tingkat ringan
sampai sedag.
7.2. REKOMENDASI
VII – 5
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
Untuk mencegah lajunya kerusakan lahan pada lahan basah diperlukan manajemen
pengelolaan tata air untuk mencegah terjadinya penurunan lahan dan kebakaran lahan.
Pembatasan penggunaan pestisida dalam pengendalian gulma yang tumbuh di atas
permukaan tanah pada areal perkebunan dan hutan tanaman, agar kehidupan mikro
organisma yang dapat membantu memantapkan strutur tanah tidak terganggu, selain itu
gulma berfungsi dalam mencegah atau menghambat laju erosi tanah.
Pentingnya ada upaya pelestarian tanah/lahan dengan upaya konervasi pada lahan
perkebunan dan hutan tanaman dengan cara penanaman tanaman penutup tanah
(cover crop) dengan tanaman jenis Leguminosea atau penanaman rumput penutup
tanah dan penterasan pada lahan-lahan berlereng.
Untuk mengukur lajunya subsidensi lahan gambut yang diakibatkan oleh drainase lahan
dan laju erosi pada lahan kering, diperlukan adanya pemasangan alat ukur berupa patok
subsidensi dan patok erosi, sehingga kerusakan tanah pada arel produksi biomassa
dapat dievaluasi.

More Related Content

What's hot

Pengantar evaluasi lahan
Pengantar evaluasi lahanPengantar evaluasi lahan
Pengantar evaluasi lahan
Aqyu DenganMyu
 
4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air
denotsudiana
 
Tahapan tahapan pengolahan tanah sawah
Tahapan tahapan pengolahan tanah sawahTahapan tahapan pengolahan tanah sawah
Tahapan tahapan pengolahan tanah sawah
agista55
 
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkanMakalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Bondan the Planter of Palm Oil
 
Pertambangan dan reklamasi lahan pertambangan
Pertambangan dan reklamasi lahan pertambanganPertambangan dan reklamasi lahan pertambangan
Pertambangan dan reklamasi lahan pertambangan
muhammad_reza
 
Pengelolaan Lingkungan Pertambangan (POM)
Pengelolaan Lingkungan Pertambangan (POM)Pengelolaan Lingkungan Pertambangan (POM)
Pengelolaan Lingkungan Pertambangan (POM)
Muhammad Kurniawan
 
Pengolahan tanah terpadu
Pengolahan tanah terpaduPengolahan tanah terpadu
Pengolahan tanah terpadu
Bima Andika
 

What's hot (20)

Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012
Laju infiltrasi dan_permeabilitas_tanah-agustus 2012
 
Kerusakan lingkungan lahan dan pencegahannya
Kerusakan lingkungan lahan dan pencegahannyaKerusakan lingkungan lahan dan pencegahannya
Kerusakan lingkungan lahan dan pencegahannya
 
Reklamasi
ReklamasiReklamasi
Reklamasi
 
Pengantar evaluasi lahan
Pengantar evaluasi lahanPengantar evaluasi lahan
Pengantar evaluasi lahan
 
Land suitability assessment_for_maize_de
Land suitability assessment_for_maize_deLand suitability assessment_for_maize_de
Land suitability assessment_for_maize_de
 
4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air
 
Presentasi iis
Presentasi iisPresentasi iis
Presentasi iis
 
Tahapan tahapan pengolahan tanah sawah
Tahapan tahapan pengolahan tanah sawahTahapan tahapan pengolahan tanah sawah
Tahapan tahapan pengolahan tanah sawah
 
1. pengelolaan tanah pendahuluan
1. pengelolaan tanah pendahuluan1. pengelolaan tanah pendahuluan
1. pengelolaan tanah pendahuluan
 
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkanMakalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
 
Pertambangan dan reklamasi lahan pertambangan
Pertambangan dan reklamasi lahan pertambanganPertambangan dan reklamasi lahan pertambangan
Pertambangan dan reklamasi lahan pertambangan
 
Acara i pengolahan tanah
Acara i pengolahan tanahAcara i pengolahan tanah
Acara i pengolahan tanah
 
Pasut lwmtl
Pasut lwmtlPasut lwmtl
Pasut lwmtl
 
Pengelolaan Lingkungan Pertambangan (POM)
Pengelolaan Lingkungan Pertambangan (POM)Pengelolaan Lingkungan Pertambangan (POM)
Pengelolaan Lingkungan Pertambangan (POM)
 
Norhasanah 1 5
Norhasanah 1 5Norhasanah 1 5
Norhasanah 1 5
 
Makalah konservasi tanah dan air UNSRI
Makalah konservasi tanah dan air UNSRIMakalah konservasi tanah dan air UNSRI
Makalah konservasi tanah dan air UNSRI
 
Pengolahan tanah terpadu
Pengolahan tanah terpaduPengolahan tanah terpadu
Pengolahan tanah terpadu
 
2. lahan kritis
2. lahan kritis2. lahan kritis
2. lahan kritis
 
Alsintan laporan 4
Alsintan laporan 4Alsintan laporan 4
Alsintan laporan 4
 
Bab iii metode pengelolaan tanah
Bab iii metode pengelolaan tanahBab iii metode pengelolaan tanah
Bab iii metode pengelolaan tanah
 

Similar to Bab vii

26519-Article Text-108418-2-10-20200915.pdf
26519-Article Text-108418-2-10-20200915.pdf26519-Article Text-108418-2-10-20200915.pdf
26519-Article Text-108418-2-10-20200915.pdf
fauzanfahcri1
 
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
zulfikar fahmi
 
Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)
rizky hadi
 

Similar to Bab vii (20)

Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
 
26519-Article Text-108418-2-10-20200915.pdf
26519-Article Text-108418-2-10-20200915.pdf26519-Article Text-108418-2-10-20200915.pdf
26519-Article Text-108418-2-10-20200915.pdf
 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
 
Ekotan 15
Ekotan 15Ekotan 15
Ekotan 15
 
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
 
Isi
IsiIsi
Isi
 
Paper kesesuaian lahan mijen
Paper kesesuaian lahan mijenPaper kesesuaian lahan mijen
Paper kesesuaian lahan mijen
 
30320861 jenis-usaha-wajib-amdal
30320861 jenis-usaha-wajib-amdal30320861 jenis-usaha-wajib-amdal
30320861 jenis-usaha-wajib-amdal
 
Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...
Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...
Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...
 
PPT_TEKNIK_KONSERVASI_LAHAN_MBKM_KEWIRAUSAHAAN_DASAN_GERES_KELOMPOK_4.pptx
PPT_TEKNIK_KONSERVASI_LAHAN_MBKM_KEWIRAUSAHAAN_DASAN_GERES_KELOMPOK_4.pptxPPT_TEKNIK_KONSERVASI_LAHAN_MBKM_KEWIRAUSAHAAN_DASAN_GERES_KELOMPOK_4.pptx
PPT_TEKNIK_KONSERVASI_LAHAN_MBKM_KEWIRAUSAHAAN_DASAN_GERES_KELOMPOK_4.pptx
 
Lokasi desain-tambak
Lokasi desain-tambakLokasi desain-tambak
Lokasi desain-tambak
 
188 395-1-pb
188 395-1-pb188 395-1-pb
188 395-1-pb
 
P.15 2017 tata cara pengukuran muka air tanah
P.15  2017 tata cara pengukuran muka air tanahP.15  2017 tata cara pengukuran muka air tanah
P.15 2017 tata cara pengukuran muka air tanah
 
Bab vi
Bab viBab vi
Bab vi
 
D010202
D010202D010202
D010202
 
Seminar Nasional - Chindy
Seminar Nasional - ChindySeminar Nasional - Chindy
Seminar Nasional - Chindy
 

More from drestajumena1 (13)

7 bab 5 analis pembangunan pelabuhan
7 bab 5 analis pembangunan pelabuhan7 bab 5 analis pembangunan pelabuhan
7 bab 5 analis pembangunan pelabuhan
 
Sda kp02-perencanaan-bangunan utama
Sda kp02-perencanaan-bangunan utamaSda kp02-perencanaan-bangunan utama
Sda kp02-perencanaan-bangunan utama
 
Sda kp01-perencanaan-jaringan irigasi
Sda kp01-perencanaan-jaringan irigasiSda kp01-perencanaan-jaringan irigasi
Sda kp01-perencanaan-jaringan irigasi
 
Bab iv evaluasi
Bab iv evaluasiBab iv evaluasi
Bab iv evaluasi
 
Bab vi sambungan
Bab vi sambunganBab vi sambungan
Bab vi sambungan
 
Bab v
Bab vBab v
Bab v
 
Bab iv halaman peta
Bab iv halaman petaBab iv halaman peta
Bab iv halaman peta
 
3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi
3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi
3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi
 
7 bab 5 organisasi personil
7 bab 5 organisasi personil7 bab 5 organisasi personil
7 bab 5 organisasi personil
 
6 bab 4 program kerja
6 bab 4 program kerja6 bab 4 program kerja
6 bab 4 program kerja
 
5 bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaan
5 bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaan5 bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaan
5 bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaan
 
4 bab 2 deskripsi umum ok.
4 bab 2 deskripsi umum ok.4 bab 2 deskripsi umum ok.
4 bab 2 deskripsi umum ok.
 
3 bab 1 pendahuluan ok
3 bab 1 pendahuluan ok3 bab 1 pendahuluan ok
3 bab 1 pendahuluan ok
 

Bab vii

  • 1. VII – 1 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA 7.1. KESIMPULAN Luas Wilayah Luas wilayah Kabupaten Pelalawan berdasarkan Kabupaten Pelalawan Dalam Angka Tahun 2008 mencapai 13.256,7 km2 (1.325.670 ha) dibagi menjadi 13 kecamatan. Arel Kerja Efektif Berdasarkan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tahun 2005 - 2010 dan Peta Penggunaan Lahan, luas wilayah kerja efektif untuk Pekerjaan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/Atau Tanah Untuk Produksi Biomassa mencapai 1.284.906,30 Ha, sisanya seluas 40.763,7 ha merupakan areal yang tidak termasuk wilayah kerja efektif dengan penggunaan lahan berupa kawasan HPH, HP, Kawasan Lindung dan wilayah perairan. Kondisi Tanah Awal Berdasarkan hasil interfretasi terhadap empat peta tematik (Peta Tanah, Peta Kemiringan Lahan, Peta Penggunaan Lahan dan Peta Sebaran Hujan) yang dijadikan
  • 2. VII – 2 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA dasar penetapan status kerusakan tanah luas masing-masing variabel adalah sebagai berikut : 1. Tanah − Ordo Histosols seluas 615.863,12 ha (47,94 %). − Ordo Entisols seluas 132.636,86 ha (10.32 %). − Ordo Iceptisols seluas 306.997,30 ha (23,89 %). − Ordo Ultisols seluas 229.508,03 ha (17,85 %). 2. Kemiringan Lahan/Lereng − 0 – 8 % seluas 1.03.4255,45 ha (80,49 %). − 9 – 15 % seluas 171.709,79 ha (13,36 %). − 16 – 25 % seluas 57.699,24 ha (4,49 %). − 26 – 40 % seluas 21.241,83 ha (1,60 %). 3. Penggunaan/Penutupan Lahan 4. Curah Hujan Kelas 1.000 – 2.000 mm/tahun seluas 742.798,5 ha. Kelas 2.000 – 3.000 mm/tahun seluas 542.107,8 ha. Berdasarkan hasil penyusunan peta tanah awal, lokasi kerja efektif terbagi ke dalam 2 (dua) sistem lahan yaitu lahan basah dan lahan kering. Lahan basah dibagi menjadi 7 unit lahan seluas 748.499,98 ha (58,25 %) dan lahan kering dibagi menjadi 8 unit lahan seluas 536.406,24 ha (41,75 %). Hasil verifikasi lapangan dari empat ordo tanah yang ada di lokasi studi terbagi menjadi ....jenis tanah dengan padanan dan luasan masing-masing jenis tanah seperti disajikan dalam tabel di bawah ini :
  • 3. VII – 3 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA Tabel 7.1. Jenis Tanah Di Lokasi Studi No. Ordo Macam Tanah Luas Soil Taxonomy USDA, 1998 FAO/UNESCO, 1985 PPT, 1983 Ha % 1. Histosols Typic Sulfohemists Typic Haplohemists Typic Haplosaprists HemicHistosols ThionicHistosols SapricHistosols OrganosolHemik OrganosolHemik OrganosolSaprik 43.478,36 523.110,31 49.274,46 3,38 40,71 3,83 2. Entisols HaplicSulfaquents Typic Udifluvents Aeric Endoaquents ThionicFluvisols Dystric Fluvisols Eutic Fluvisols Aluvial Tionik Aluvial Distrik Aluvial Eutrik 12.617,28 4.099,79 115.919,79 0,98 0.32 9,02 3. Inceptisols Typic Dystrudepts OxicDystrudepts ChromicCambisols Dystric Cambisols KambisolKromik KambisolDistrik 285.755,47 21.241,83 22,24 1,65 4. Ultisols Typic Hapludults RhodicKanhapludults Typic Kanhapludults HaplicAcrisols UmbricAcrisols UmbricAcrisols PodsolikHaplik PodsilikRodik PodsolikKromik 57.540,27 57.699,24 114.168,52 4,48 4,49 8,89 Jumlah 1.284.906,30 100,0 Sumber Data : Analisis Tim Survei, 2010 Berdasarkan hasil penyusunan peta tanah awal, hasil verifikasi lapangan dan analisis tanah di laboratorium lokasi kerja efektif terbagi ke dalam 2 (dua) sistem lahan yaitu lahan basah dan lahan kering. Lahan basah dibagi menjadi 20 unit lahan seluas 748.499,98 ha (58,25 %) dan lahan kering dibagi menjadi 16 unit lahan seluas 536.406,24 ha (41,75 %). Status Kerusakan Tanah Berdasarkan hasil penetapan status kerusakan tanah untuk produksi biomassa dengan menggunakan Metoda Skoring Dan Frekwensi Relatif Kerusakan Tanah, status kerusakan tanah di lokasi studi termasuk pada status kerusakan ringan (R-1) seluas 217.323,31 ha (16,91 %) dan status kerusakan sedang (R-2) seluas 1.067.583,00 ha (83,09 %). Status kerusakan tanah pada lahan basah adalah : status kerusakan ringan (R1) seluas 116.215,67 ha (15.53%) dan status kerusakan sedang (R2) seluas 632.284,31 ha (84.47%). Status kerusakan tanah pada lahan kering adalah : status kerusakan ringan
  • 4. VII – 4 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA (R1) seluas101.107,64 ha (18.85%) dan status kerusakan sedang (R2) seluas 435.298,69 ha (81.15%). Faktor Pembatas Berdasarkan parameter kerusakan tanah, status kerusakan tanah di lokasi studi penyebabnya didominasi oleh kemasaman tanah (pH) tinggi, kedalaman air tanah dangkal yang dalam pada lahan basah dan rendahnya kandungan mikroba tanah. Kemasaman tanah (pH) tinggi diduga karena sifat bahan induk tanah itu sendiri dan pemupukan kontinyu dengan mengguakan jenis pupuk kimia yang mengandung sulfur. Kedalaman air tanah dangkal yang dalam pada lahan basah terutama lahan gambut (tanah organik) disebabkan oleh perlakuan drainase tanah yang terlalu dalam dan tidak adanya upaya pengaturan tata air. Adapun rendahnya kandungan mikroba tanah diduga diakibatkan oleh penggunaan pestisida jenis herbisida yang terus-menerus dilakukan dalam menekan pertumbuhan gulma. Pensegahan Erosi dan Subsidensi Tanah Dari hasil peninjauan lapangan, upaya konservasi tanah dari erosi dan subsidensi gambut dan pada areal budi daya tanaman, baik perkebunan maupun hutan tanaman belum dilakukan, sehingga pada lahan miring terjadi jenis erosi percikan (spash erosion) dan erosi lembar (sheet erosion) serta sedimentasi pada wilayah pelembahan. Sedangkan subsidensi pada lahan gambutdicirikan oleh munculnya akar besar dan akar serabut pada permukaan tanah. Berdasarkan hasil penilaian secara keseluruhan, kondisi tanah pada areal yang dikembangkan untuk produksi biomassa telah mengalami kerusakan pada tingkat ringan sampai sedag. 7.2. REKOMENDASI
  • 5. VII – 5 Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR PT. BENNATIN SURYACIPTA Untuk mencegah lajunya kerusakan lahan pada lahan basah diperlukan manajemen pengelolaan tata air untuk mencegah terjadinya penurunan lahan dan kebakaran lahan. Pembatasan penggunaan pestisida dalam pengendalian gulma yang tumbuh di atas permukaan tanah pada areal perkebunan dan hutan tanaman, agar kehidupan mikro organisma yang dapat membantu memantapkan strutur tanah tidak terganggu, selain itu gulma berfungsi dalam mencegah atau menghambat laju erosi tanah. Pentingnya ada upaya pelestarian tanah/lahan dengan upaya konervasi pada lahan perkebunan dan hutan tanaman dengan cara penanaman tanaman penutup tanah (cover crop) dengan tanaman jenis Leguminosea atau penanaman rumput penutup tanah dan penterasan pada lahan-lahan berlereng. Untuk mengukur lajunya subsidensi lahan gambut yang diakibatkan oleh drainase lahan dan laju erosi pada lahan kering, diperlukan adanya pemasangan alat ukur berupa patok subsidensi dan patok erosi, sehingga kerusakan tanah pada arel produksi biomassa dapat dievaluasi.