Dokumen tersebut membahas dampak tumpahan minyak terhadap ekosistem laut, dimulai dari penjelasan sumber tumpahan minyak dari aktivitas manusia seperti operasi kapal tanker, perbaikan kapal, hingga kecelakaan kapal minyak. Dampaknya meliputi kematian dan gangguan pada biota laut, termasuk ikan, plankton, dan gangguan terhadap budidaya perikanan dan ekosistem pesisir. Diuraikan pula proses pelap
1. Tugas akhir modul 3 profesional destyerni@gmail.com Page 1 of 7
TUGAS AKHIR PROFESIONAL MODUL 3
NAMA : DESTY ERNI
NIM : 20323299002
MAPEL : PPG IPA
KELAS : B
Dampak Tumpahan Minyak Terhadap Ekosistem Laut
Perkembangan teknologi dan industri menyebabkan kenaikan kebutuhan akan bahan
bakar sebagai sumber energi baik untuk industri, rumah tangga, maupun transportasi.
Meningkatnya permintaan sumber energi secara langsung juga akan meningkatkan permintaan
minyak bumi sebagai sumber energi. Peningkatan minyak bumi menyebabkan eksplorasi,
eksploitasi, dan pengolahan minyak bumi juga meningkat. Pada abad 20 konsumsi energi dunia
adalah 4.000 kwh/kapita/tahun, meningkat 5 kali pada tahun 1980, dan tahun 2020 diperkirakan
akan meningkat 15 kali lipat menjadi 300.000 kwh/kapita/tahun. Kebutuhan
Energi yang terus naik menyebabkan konsumsi minyak semakin meningkat. Produksi
minyak dunia tahun 1976 adalah l,8.109
metrik ton/tahun. Jumlah ini meningkat terus dan
puncak konsumsi minyak sebagai sumber energi terjadi pada tahun 1985, setelah itu menurun
tajam antara tahun 2000 – 2020 karena sumbernya sudah mulai habis.
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki panjang pantai 81.000 km atau 14% garis
pantai seluruh dunia, dimana 2/3 wilayah Indonesia berupa perairan laut. Laut merupakan
suatu lahan yang kaya dengan sumber daya alam termasuk keanekaragaman sumber daya
hayati yang dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Oleh
karenanya lautan merupakan bagian penting dari kelangsungan hidup manusia, jika lautan
tercemar/ rusak sehingga sebagian dari biomasa itu tercemar.
Berdasarkan PP nomer 19 tahun 1999 pencemaran laut adalah masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan laut
oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ketingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu atau fungsinya.
Lama sebelum manusia ada, pencemaran laut oleh minyak mineral sudah terjadi pada
beberapa pantai. Pencemaran ini disebabkan semburan minyak kepermukaan bumi akibat
tekanan bumi. Contohnya :
1. Semburan minyak di pantai Santa Barbara, California.
2. Tugas akhir modul 3 profesional destyerni@gmail.com Page 2 of 7
2. Semburan aspal ke Teluk Persia di Trinidad.
3. Semburan minyak di Samudra Antartika.
4. Semburan gas dan minyak di Teluk Cariaco, Venezuela.
5. Semburan minyak di pantai Timur Meksiko.
Pencemaran lingkungan dari industri migas dapat terjadi mulai dari kegiatan usaha hulu
(upstream) hingga kegiatan usaha hilir (downstream). Dalam proses produksinya mulai dari
mulai tahap eksplorasi, meliputi penyelidikan geologi, kegiatan seismic, hingga pengeboran
untuk pencarian sumber - sumber migas maupun pada tahap eksploitasi, yaitu pengambilan dan
produksi migas hingga kegiatan usaha hilir yaitu tahap pengolahan di kilang (refinery),
pengangkutan (pendistribusian), penyimpanan (storage) dan niaga berpotensi menyebabkan
kerusakan lingkungan hidup.
Sumber dari tumpahan minyak oleh aktifitas manusia tidak hanya berasal dari kecelakaan kapal
tanker saja namun juga akibat beberapa operasi kapal dan bangunan lepas pantai.
a. Operasi Kapal Tanker
Produksi minyak dunia diperkirakan sebanyak 3 milyar ton/tahun dan setengahnya
dikirim melalui transportasi laut. Setelah tangki muatan yang kosong akan dibersihkan dengan
water jet. Hasil buangan berupa campuran air dan minyak ini dialirkan ke dalam tangki slop.
Sebelum kapal berlayar, bagian air dalam tangki slop harus dikosongkan dengan
memompakannya ke tangki penampungan limbah di terminal atau dipompakan ke laut dan
diganti dengan air ballast yang baru hal ini berakibat pada pencemaran laut tempat terjadi
bongkar muat kapal tanker (Hartanto B, 2008).
b. Perbaikan dan Perawatan Kapal (Docking)
3. Tugas akhir modul 3 profesional destyerni@gmail.com Page 3 of 7
Dalam proses docking semua sisa bahan bakar yang ada dalam tangki harus
dikosongkan untuk mencegah terjadinya ledakan dan kebakaran. Dalam aturannya semua
galangan kapal harus dilengkapi dengan tangki penampung Iimbah, namun pada kenyataannya
banyak buangan minyak langsung dipompakan ke laut. Tercatat pada tahun 1981 kurang lebih
30.000 ton minyak terbuang ke laut akibat proses docking ini (Clark R.B, 2003).
c. Terminal Bongkar Muat Tengah Laut
Proses bongkar muat tanker tidak hanya dilakukan di pelabuhan, namun banyak juga
dilakukan di tengah laut. Proses bongkar muat di terminal laut ini banyak menimbulkan resiko
kecelakaan seperti pipa yang pecah, bocor maupun kecelakaan karena kesalahan manusia
(human error).
d. Bilga dan Tangki Bahan Bakar
Umumnya tangki ballast kapal digunakan untuk memuat kargo maka biasanya pihak
kapal menggunakan juga tangki bahan bakar yang kosong untuk membawa air ballast
tambahan. Saat cuaca buruk maka air ballast tersebut dipompakan ke laut sementara air
tersebut sudah bercampur dengan sisa minyak. Selain air ballast, juga dipompakan keluar
adalah air bilga yang juga bercampur dengan minyak. Bilga adalah saluran buangan air,
minyak, dan pelumas hasil proses mesin yang merupakan limbah. Aturan internasional
mengatur bahwa buangan air bilga sebelum dipompakan ke laut harus masuk terlebih dahulu
ke dalam separator, pemisah minyak dan air namun pada kenyataannya banyak buangan bilga
illegal yang tidak memenuhi aturan Internasional dibuang ke laut.
e. Scrapping Kapal
Proses scrapping kapal (pemotongan badan kapal untuk menjadi besi tua) ini banyak
dilakukan di industri kapal di India dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Akibat proses ini
banyak kandungan metal dan lainnya termasuk kandungan minyak yang terbuang ke laut.
Diperkirakan sekitar 1.500 ton/tahun minyak yang terbuang ke laut akibat proses ini yang
menyebabkan kerusakan lingkungan setempat.
f. Kecelakaan Tanker
Beberapa penyebab kecelakaan tanker adalah kebocoran pada lambung, kandas,
ledakan, kebakaran dan tabrakan.
Tumpahan minyak dapat berakibat secara langsung terhadap biota diantarannya:
1. Dampak lethal (kematian)
Di perairan lepas pantai dampak tumpahan minyak sebagai B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun) sering disebabkan oleh kecelakaan kapal tanker, kegiatan off-shore atau oleh
rembesan alami minyak bumi dari dasar laut. Untuk kasus tumpahan minyak di perairan
4. Tugas akhir modul 3 profesional destyerni@gmail.com Page 4 of 7
terbuka, konsentrasi minyak dibawah slick biasanya sangat rendah, dan sehingga tidak
menyebabkan kematian masal biota terutama ikan-ikan. Laporan pada kecelakaan kapal tanker
Amono Cadiz tahun 1978 di Perairan Inggris dan Perancis, populasi ikan-ikan dari jenis
Pleurenectes platessa dan Solea vulgaris dilaporkan mengalami kematian massal. Resiko
kematian masal akan lebih besar lagi bagi ikan-ikan di tambak ataupun di keramba serta jenis
kerang-kerangan yang kemampuan migrasi untuk menghindari spill sangat rendah (Davis et
al., 1984).
2. Dampak sublethal
Dampak subletal sulit diketahui tanpa pemeriksaan laboratorium. Uji laboratorium
menunjukan bahwa reproduksi dan tingkah laku ikan dan kerang-kerangan dipengaruhi
oleh konsentrasi minyak di air. Dengan konsentrasi yang relatif rendah (< 0.1 ppm),
kemampuan tetas telur, tingkat kelulusan hidup, jumlah larva cacat, penutupan cangkang (pada
kerang) dipengaruhi secara signifikan. Banyak jenis udang dan kepiting membangun sistem
penciuman yang tajam untuk mengarahkan banyak aktifitasnya, akibatnya eksposure terhadap
bahan B3 menyebabkan udang dan kepiting mengalami gangguan didalam tingkah lakunya
seperti kemampuan mencari, memakan, dan kawin (GESAMP, 1993).
3. Dampak terhadap plankton
Stadium planktonik dari telur dan larva ikan, moluska dan crustaceae memiliki
kerentanan yang tinggi dari kontak secara langsung dengan B3. Kondisi ini akan menjadi lebih
buruk jika spillage bertepatan dengan periode memijah (spawning) dan lokasi yang terkena
dampak adalah daerah asuhan (nursery ground). Dampak terhadap stadia planktonik dari biota
juga akan semakin tinggi ketika bersamaan waktunya dengan peride pemijahan serta masuknya
spesies yang peruraya ke daerah tertutup/semi tertutup seperti teluk yang tercemar.
4. Dampak terhadap ikan migrasi
Ikan umumnya dapat menghindari bahan pencemar dan dampak jangka panjang
terhadap populasi lokal dapat dihindari. Tetapi beberapa jenis ikan yang bersifat teritorial, ikan
akan kembali ke daerah asal untuk mencari makan dan berkembang biak kendatipun daerah
yang dituju adalah daerah yang terkontaminasi B3. Hal ini akan meningkatkan resiko terhadap
ikan migrasi.
Sedang dalam bidang perikanan tumpahan minyak akan berakibat pada :
1. Tainting (bau lantung)
Tainting dapat terjadi pada jenis-jenis ikan keramba dan tambak serta biota yang tidak
memiliki kemampuan bergerak menjauhi bahan pencemar sehingga menjadi unfit untuk dijual
karena organisma yang tercemar oleh B3 jenis minyak akan menghasilkan bau dan rasa yang
5. Tugas akhir modul 3 profesional destyerni@gmail.com Page 5 of 7
tidak enak ataupun perubahan warna pada jaringannya. Biasanya, spesies dengan kandungan
lemak tinggi akan lebih mudah menjadi tainted dibanding ikan dengan lean-muscle species.
Bau dan rasa lantung pada organisma akan hilang melalui proses metabolisme (depuration)
dengan kecepatan yang berbeda untuk setiap jenis limbah, spesies dan kondisi optimal hidup
bagi spesies tersebut (Baker JM et al, 1990).
2. Budidaya
Untuk ukuran kecil dari suatu spillage ( ex.50 ton), dampak terhadap kegiatan budidaya
akan sangat besar, selain dari biota yang dibudidayakan akan terkena dampak langsung,
beberapa peralatan terkait dengan kegiatan budidaya seperti jaring dan temali menjadi tidak
dapat digunakan lagi. Selain itu stock juga dapat dipengaruhi jika adaintake air laut yang
digunakan mensuplai kebutuhan stock.
3. Ekosistem
Ekosistem pesisir dan laut (mangrove, delta sungai, estuari, padang lamun, dan
terumbu karang) memiliki fungsi dan peran yang penting secara ekologis, ekonomi dan juga
sosial budaya. Secara ekologi, merupakan daerah perkembangbiakan, penyedia habitat dan
makanan untuk biota dewasa serta mendukung jaring-jaring makanan bagi ekosistem ataupun
habitat lain disekitarnya. Saat ekosistem pesisir dan laut terganggu proses perikanan di
sekitarnya juga aman mendapat imbas.
Minyak yang masuk ke perairan laut akan mengalami serangkaian perubahan /
pelapukan / peluruhan atas sifat fisik dan kimiawi. Sebagian perubahan tersebut mengarah pada
hilangnya beberapa fraksi minyak dari permukaan laut, sementara perubahan lainnya
berlangung dengan masih terdapatnya bagian material minyak di permukaan laut. Meskipun
minyak yang tumpah pada akhirnya akan terurai/terasimilisi oleh lingkungan laut dan tidak lagi
membahayakan biota maupun ekosistem laut, namun waktu yang dibutuhkan untuk itu
tergantung pada karakteristik awal fisik dan kimiawi minyak dan proses weathering minyak
secara alamiah. Menurut Baker JM et al (1990) beberapa faktor utama yang mempengaruhi
perubahan sifat minyak adalah:
a. Karakterisik fisika minyak, khususnya specific gravity, viskositas dan trayek didih;
b. Komposisi dan karakteristik kimiawi minyak;
c. Kondisi meteorologi (sinar matahari (fotooksidasi), kondisi oseanograpi dan temperatur
udara); dan
d. Karakteristik air laut (pH, specificgravity, arus, temperatur, keberadaan bakteri, nutrien, dan
oksigen terlarut serta padatan tersuspensi).
a. Penanganan Secara Fisika
6. Tugas akhir modul 3 profesional destyerni@gmail.com Page 6 of 7
Untuk mengurangi dampak tumpahan minyak secara umum dilakukan dengan tiga cara yaitu :
1. Penanganan secara fisika
Penanganan secara fisika adalah penanggulangan tumpahan minyak dengan
menggunakan peralatan mekanik. Cara ini biasanya pertama dilakukan saat tumpahan minya
disadari yaitu dengan mengisolasi tumpahan minyak menggunakan pelampung pembatas (oil
booms), yang kemudian akan ditransfer dengan perangkat pemompa (oil skimmers)
ke sebuah fasilitas penerima "reservoar" baik dalam bentuk tangki ataupun balon.
Kelemahan metoda ini adalah hanya dapat dipakai secara efektif di perairan yang memiliki
hidrodinamika air yang rendah (arus, pasang-surut, ombak, dll) dan cuaca yang tidak ekstrem.
Aplikasi metode ini juga sulit dilakukan di pelabuhan karena dapat mengganggu aktivitas
keluar masuk kapal di pelabuhan. Selain itu belum seluruh pelabuhan di Indonesia memiliki
Local Cotingency Plan for Oil Pollution, semacam manajemen penanggulangan bahaya
tumpahan minyak. Teknik lain yang biasa digunakan adalah pembakaran minyak (in situ
burning). Tetapi metode pembakaran minyak pada permukaan air ini dari sudut pandang
ekologis hanya memindahkan masalah pencemaran ke udara selain itu menimbulkan pans
ekstrim yang dapat menggangu biota didalam perairan.
2. Penanganan secara kimia
Penanganan secara kimia awalnya digunakan untuk menangani tumpahan minyak
Torrey Canyon di perairan Inggris tahun 1967 dan dianggap menimbulkan kerusakan
lingkungan karena menggunakan bahan kimia dispersan yang bersifat racun.
3. Penanganan secara biologi
Bioremediasi yaitu sebagai proses penguraian limbah organik/ anorganik polutan secara
biologi dalam kondisi terkendali dengan tujuan mengontrol, mereduksi atau bahkan mereduksi
bahan pencemar dari lingkungan. Kelebihan teknologi ini adalah relatif lebih ramah
lingkungan, biaya penanganan yang relatif lebih murah dan bersifat fleksibel. Teknik
pengolahan limbah jenis B3 dengan bioremediasi ini umumnya menggunakan mikrobiota
(khamir, fungi, dan bakteri) sebagai agen bioremediator.
Untuk meminimalkan dampak tumpahan minyak perlu kerjasama antara masyarakat
dan pemerintah. Tempat yang potensial terjadi tumpahan minyak maupun pihak-pihak yang
berpotensi menimbulkan pencemaran minyak sebaiknya menyediakan sarana pencegahan
terjadinya pencemaran seperti membangun instalasi penampungan dan pengolahan limbah
serta menyediakan alat bahan penanggulangan tumpahan minya agar jika terjadi kecelakaan
dapat segera diatasi dan tidak berpengaruh buruk terhadap ekosistem. Dalam hal ini pemerintah
perlu bertindak tegas dalam pengeluaran amdal serta menindak pihak yang melanggar.
7. Tugas akhir modul 3 profesional destyerni@gmail.com Page 7 of 7
Daftar Pustaka
Hutagalung, Horas P., 2020, Pengaruh Minyak Mineral Terhadap Biota Laut. Oseana, Volume
XV, nomer 1 : 13-27
Kuncorowati, 2010, Pengaruh Pencemaran Minyak di Laut Terhadap Ekosistem Laut. Jurnal
Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhan, Vol 1 nomer 1
Sulistiyono, 2020, Dampak Tumpahan Minyak (Oil Spill) di Perairan Laut pada Kegiatan
Industri Migas dan Metode Penanggulangannya. Forum Teknologi vol.03 No. 1
Suwedi, Nawa, 2017 . Model Hubungan Waktu Terjadinya Tumpahan Minyak di Suatu
Lokasi dengan Bentuk Sebarannya pada Daerah Terdampak Studi Kasus: Tumpahan Minyak
di Sekitar Pesisir Lhokseumawe-NAD. Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 18, No 1, Januari
2017, 104-111