SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
METODE PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH1

                                           Tejoyuwono Notohadiprawiro


                  Metode ialah suatu kerangka kerja untuk melakukan suatu tindakan, atau suatu
        kerangka berfikir menyusun gagasan, yang beraturan, berarah dan berkonteks, yang paut
        (relevant) dengan maksud dan tujuan. Secara ringkas, metode ialah suatu sistem berbuat.
        Karena berupa sistem maka metode merupakan seperangkat unsur-unsur yang membentuk
        suatu kesatuan.
                  Unsur-unsur metode ialah wawasan intelektual, konsep, cara penghampiran
        (approach) persoalan, dan rancangbangun alas data (database). Wawasan intelektual
        berkenaan dengan nalar, tanggap rasa (sensation), cerapan (perception), pengalaman, dan
        ilmu pengetahuan. Konsep adalah hasil proses intelektual berupa kejadian imajinatif untuk
        memperluas atau memperkaya cerapan, sehingga dapat dibentuk gagasan baru yang dapat
        menganalisis persoalan secara lebih cermat. Cara berkenaan dengan pola berfikir. Alas
        data ialah cerminan citra tentang "kenyataan" yang dimiliki seorang peneliti, atau cerapan
        peneliti tentang "kenyataan". Alas data dirancangbangun sedemikian rupa agar semua data
        yang terkumpulkan dapat dialokasikan kepada kedudukan atau fungsinya yang sepadan
        menurut maksud dan tujuan penelitian.


        Penelitian

                  Penelitian (research) ialah suatu kegiatan mengaji (study) secara teliti dan teratur
        dalam suatu bidang ilmu menurut kaidah tertentu. Kaidah yang dianut ialah metode.
        Mengaji ialah suatu usaha memperoleh atau menambah pengetahuan. Jadi, meneliti
        dilakukan untuk memperkaya dan meningkatkan kefahaman tentang sesuatu.
                  Ada kegiatan yang disebut penyelidikan (investigation), yaitu mencari fakta secara
        teliti dan teratur menurut suatu kaidah tertentu untuk menjawab suatu pertanyaan. Jadi,
        menyelidik dikerjakan untuk menjelaskan sesuatu.
                  Pada asasnya suatu penyelidikan dinyatakan selesai setelah berhasil menemukan
        penyebab kejadian. Suatu penelitian baru dianggap selesai setelah berhasil menetapkan


        1
            Latihan Dasar Pemeriksa Karantina Ikan. Badan Pendidikan dan Latihan Pertanian, Departemen Pertanian.
            Yogyakarta, 2 November-15 Desember 1992.

                                                                                                               1
Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
faktor atau latar belakang penggerak atau pengendali penyebab atau pelaku kejadian. Jadi,
        suatu penelitian menjangkau persoalan secara lebih jauh atau lebih mendalam daripada
        suatu penyelidikan. Semua asas penyelidikan digunakan dalam penelitian, akan tetapi tidak
        semua asas penelitian digunakan dalam penyelidikan. Oleh karena penelitian selalu
        berusaha mengungkapkan faktor penimbul sebab maka penelitian menjadi sumber ilmu.
        Dengan kata lain, tanpa penelitian tidak akan ada ilmu dan ilmu hanya dapat tumbuh dan
        berkembang kalau didorong dan didukung dengan penelitian.
                  Ilmu adalah pengetahuan yang telah diatur menjadi suatu sistem pengertian.
        Berbagai pengetahuan yang menjadi anasir (component) ilmu yang bersangkutan dikaitkan
        satu dengan yang lain sehingga membentuk suatu kerangka pengertian yang disebut ilmu.
        Ilmu menjadi rujukan penelitian, membentuk wawasan intelektual yang menjadi salah satu
        unsur metode penelitian.
                  Ilmu tersusun atas fakta dan teori. Dengan sarana fakta dan teori ilmu membuka
        peluang untuk memahami makna suatu gejala yang teramati dan pada gilirannya
        kefahaman tersebut dapat memberikan peluang menyelesaikan persoalan. Sasaran ilmu
        ialah menjelaskan, meramalkan dan mengendalikan keadaan. Ilmu tidak sekadar meme-
        rikan (describe) fakta, yaitu mengumpulkan, memilahkan dan menghubungkan data untuk
        mengindera gejala, akan tetapi bertujuan memberikan kejelasan tentang hakekat gejala.
        Hakekat gejala berisi penjelasan mengenai (1) mengapa gejala itu ada dan bukan gejala
        lain, (2) bagaimana gejala tersebut terjadi dan mengapa demikian, dan (3) kapan gejala itu
        timbul dan mengapa demikian.
                  Mengaji dapat dikerjakan dengan jalan membaca, mengamati kejadian, melakukan
        sigi (survey), membuat percobaan lapangan atau rumahkaca, atau mengadakan analisis
        laboratorium. Maka ada penelitian pustaka, penelitian pengamatan (observational
        research), penelitian geografi, dan penelitian analitik dengan percobaan (experimental
        research). Akhir-akhir ini banyak dilakukan penelitian dengan acuan pengimak (simulation
        model).


        Persoalan

                 Persoalan (problem) adalah pangkal penelitian. Tidak akan ada penelitian kalau
        tidak ada persoalan. Persoalan ialah segala sesuatu yang dihadapi atau dirasakan seseorang
        yang menimbulkan dalam diri orang bersangkutan suatu keinginan atau kebutuhan untuk
        membahasnya, mencari jawabannya, atau menetapkan cara menyelesaikannya.

                                                                                                2
Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
Kejadian, kenyataan, atau keadaan yang menjadi sumber persoalan berada di luar
        rohani pengamat, berarti di luar alam fikir dan alam rasanya. Sumber persoalan berada di
        dalam lingkungan tempat pengamat berada, atau dapat berada di jasmani pengamat.
        Persoalan adalah tafsir sesuatu yang teramati lewat tanggap rasa, cerapan dan konsep, yang
        ketiganya merupakan cetusan alam fikir dan alam rasa. Jadi, sumber persoalan adalah
        sesuatu yang obyektif, akan tetapi persoalan selalu bersifat subyektif. Kejadian yang sama
        dapat menimbulkan persoalan yang berbeda dalam diri pengamat yang berbeda.
                 Tanggap rasa ialah kepekaan indera menangkap atau merasakan sesuatu yang
        khusus atau khas pada kejadian yang diamati. Kekhususan atau kekhasan tersebut dapat
        berkenaan dengan potensi bahaya, kesulitan, penyimpangan dan kewajaran, dsb. Kepekaan
        di satu pihak merupakan watak pembawaan dan di pihak lain berkenaan dengan latar
        belakang kehidupan pribadi dan sosial, pengetahuan dan pangalaman yang dimiliki, dan
        dipengaruhi keadaan tempat, suasana lingkungan dan waktu pengamatan, termasuk
        keadaan emosi pengamat.
                 Cerapan ialah seni merangkaikan sesuatu yang terhayati dengan tanggap rasa
        dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Cerapan digunakan memberikan
        makna kepada kejadian yang tertangkap indera (pengertian indera mencakup alat
        pengamat). Kekuatan cerapan ditentukan oleh kepekaan tanggap rasa dan keluasan serta
        kedalaman pengalaman dan pengetahuan. Cerapan digolongkan seni karena banyak
        melibatkan bakat atau pembawaan. Tradisi, adat istiadat, budaya, kepercayaan dan agama
        berpengaruh kuat atas cerapan.
                 Intensitas persoalan dapat berubah menuruti perjalanan waktu dan pergeseran
        tempat kejadian. Persoalan penting pada masa lalu menjadi tidak penting pada waktu
        sekarang (misalnya suatu penyakit karena sudah ditemukan cara penanggulangannya yang
        mujarab). Suatu persoalan dinilai berat kalau muncul di suatu tempat, akan tetapi dinilai
        tidak berat kalau muncul di tempat lain (misalnya persoalan perambahan hutan berkurang
        berat setelah berpindah dari hulu ke hilir). Intensitas persoalan juga bergantung pada
        kepekaan tanggap rasa dan kekuatan cerapan. Maka persoalan itu bermatra ruang, waktu
        dan kejiwaan.
                 Tafsir kejadian dengan tanggap rasa menghasilkan persoalan yang masih mentah,
        belum siap untuk dipecahkan. Dengan tanggap rasa baru dapat diungkapkan macam dan
        sifat umum persoalan. Untuk mematangkannya sehingga siap dipecahkan, persoalan
        mentah perlu dikenali secara mendalam dengan cerapan dan dianalisis dengan konsep.

                                                                                                3
Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
Langkah ini menghasilkan ungkapan ciri (characteristics; sifat khas), watak (nature) dan
        anasir persoalan. Dengan pengetahuan ini dapat dirancangbangun alas data, dirumuskan
        pertanyaan-pertanyaan dasar untuk memandu penelitian, ditentukan macam data yang
        diperlukan dan cara pengumpulannya, serta dipilih cara analisis data yang paut dan
        terandalkan. Bagan alir berikut ini menggambarkan proses pembentukan, pengenalan dan
        penyelesaian persoalan. Proses bersifat mendaur, berarti kalau perlu tiap langkah dijalani
        berulang sampai diperoleh cara pemecahan yang dapat diterima.


                               Kenyataan            Tanggap rasa       Persoalan mentah


                 penerapan                                                       cerapan
                 pengujian                                                       konsep

                                                                           Persoalan
                                Usulan
                                                                            matang
                              pemecahan


               penafsiran                                                        rancangbangun
               penyimpulan                                                       alas data


                                 Fakta                                  Pertanyaan dasar
                                                   mengumpulkan &
                                                   menganalisis data

                      Gb. 1. Proses pembentukan, pengenalan dan pemecahan persoalan


                  Pada tahap rancangbangun alas data perlu dipertimbangkan “ekonomi penelitian”
        dalam arti menghemat tenaga, waktu dan biaya tanpa menurunkan mutu penelitian.
        Sasaran ini melibatkan perancangan “perangkat data minimum” (minimum data set).
        Perangkat data minimum ialah suatu struktur data bercakupan terbatas yang masih dapat
        menghasilkan fakta terandalkan. Pembatasan macam dan jumlah data dapot dicapai dengan
        jalan (1) membatasi pemilihan parameter pada yang berkepautan sangat erat dengan
        hakekat persoalan, atau (2) memilih parameter tahana (state parameters), yaitu sekelom-
        pok parameter yang secara bersama menentukan kehadiran dan harga sekelompok para-




                                                                                                 4
Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
meter lain, atau (3) memilih parameter bebas (independant) menurut nasabah fungsional
        antar variabel yang ditemukan sebelumnya.


        Data

                  Data atau bahan keterangan ialah fakta yang dapat ditarik menjadi suatu
        kesimpulan dalam kerangka persoalan yang digarap. Fakta ialah kenyataan yang telah
        didudukkan dalam kerangka persoalan. Pengertian kenyataan mencakup segala sesuatu
        yang teramati, tersidik atau terukur, pengalaman dan pendapat yang diakui sebagai suatu
        kebenaran umum dan bersifat mantap. Teori, hukum dan kaedah termasuk fakta.
                  Sebagaimana persoalan yang menjadi kerangkanya, fakta juga bersifat subyektif.
        Kenyataan adalah netral, obyektif. Misal, dalam persoalan keaweten piring, kenyataan
        “retak” merupakan fakta, akan tetapi kenyataan “warna biru” bukan fakta. Kenyataan
        “warna biru” menjadi fakta dalam persoalan keindahan piring.
                  Berkenaan dengan nada pertanyaan dasar, fakta diberi tanda positif atau negatif.
        Kenyataan yang mengiakan pertanyaan positif atau menolak pertanyaan negatif merupakan
        fakta positif. Misal, kenyataan “buku ada di atas meja” menjadi fakta positif karena
        mengiakan pertanyaan positif “adakah buku di atas meja” dan menolak pertanyaan negatif
        “tidak adakah buku di atas meja”. Fakta bersifat negatif kalau kenyataan mengiakan
        pertanyaan negatif dan menolak pertanyaan positif.
                  Fakta dalam rangka dugaan sebab-musabab disebut gejala (phenomenon). Dalam
        rangka pemastian jawaban, fakta disebut bukti (evidance). Ada persoalan yang dapat
        dibuktikan cukup dengan satu fakta saja. Ada yang memerlukan sejumlah fakta yang saling
        mengisi untuk pembuktiannya. Misal, persoalan kehadiran seseorang dalam suatu rapat
        telah dapat dibuktikan secara tuntas dengan fakta ada-tidaknya orang tersebut dalam rapat
        bersangkutan. Akan tetapi untuk membuktikan kekahatan suatu tanah akan N diperlukan
        sejumlah fakta yang saling bernasabah, a.l. kadar N tanah rendah, tanaman tanpa pupuk N
        memperlihatkan gejala kahat N, usaha pengelolaan tanah selain pemupukan N tidak dapat
        menghilangkan gejala kekahatan N pada tanaman, dan tanggapan tanaman terhadap
        pemupukan N sangat murad (significant). Fakta tunggal gejala kahat N pada tanaman tidak
        cukup untuk membuktikan kekahatan tanah akan N. Gejala itu mungkin saja timbul bukan
        karena tanah kahat N, melainkan karena faktor-faktor lain yang menghambat penyerapan N
        oleh akar, seperti kurang air, hambatan mekanis terhadap pertumbuhan akar (tanah


                                                                                                5
Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
mampat) atau hambatan biologi (tanah kahat oksigen), ketimpangan keseimbangan hara
        yang menimbulkan antagonisme ion pada muka akar, dsb.
                  Fakta dapat ditampilkan dalam bermacam bentuk. Ada yang ternyatakan dengan
        angka, sebutan (attribute), tanda pengenal, atau lambang (matematik, istilah kebahasaan).
        Maka data pun tidak selalu berujud angka. Data dapat berupa tanda pengenal, misal nomor
        urut rumah sepanjang suatu jalan, dapat berupa sebutan, misal berat, ringan, luas, sempit,
        marah, cantik, sulit, dsb., dapat berupa lambang matematik seperti X, Y, α dan ρ atau
        berupa istilah bahasa seperti meja, rumah, mobil, dsb.
                  Data dalam angka dan lambang matematik disebut data kuantitatif dan karena itu
        dapat langsung diolah secara aritmetik, matematik atau statistik. Data dalam bentuk lain
        disebut data kualitatif. Data berbentuk nomor urut bukan data kuantitatif melainkan
        kualitatif karena nomor adalah sekadar tanda pengenal dan bukan angka yang mengandung
        informasi besaran (magnitude). Ada sebutan yang dapat dikuantitatifkan (diangkakan)
        dengan pengukuran, misal berat diangkakan dalam kg, luas dalam ha, tinggi dalam m, dsb.
        Akan tetapi sebutan rumit, cantik, enak, dsb. tidak dapat diangkakan secara biasa dengan
        pengukuran. Sebutan semacam ini masih mungkin dikuantitatifkan secara nisbi dengan
        pemarkaan (scoring). Marka (score) adalah harga atau nilai nisbi.
                  Sebutan yang mengunjuk (indicate) mutu tidak dapat dimarka dengan harga
        tunggal. Mutu ialah sifat majemuk suatu benda yang bertindak secara khas dalam
        mempengaruhi kesesuaian benda tersebut untuk suatu maksud penggunaan tertentu. Marka
        mutu ialah gabungan marka tiap anasirnya. Penggabungan dapat dikerjakan secara
        penjumlahan (additive), pengalian (multiplicative), atau berdasarkan nasabah kompensatif.
        Cantik, miskin, subur, dsb. adalah sebutan mutu.
                  Data yang lebih sering digunakan dalam penelitian ialah yang berupa angka
        variabel. Variabel ialah lambang atau istilah yang memiliki, atau dapat diberi, berbagai-
        bagai nilai numerik. Data semacam ini lebih enak digunakan karena sudah berbentuk
        angka sehingga dapat langsung diolah secara aritmetik, matematik dan/atau statistik.
        Angka variabel diperoleh dengan pengukuran (menimbang berat, mengukur panjang,
        menganalisis kadar zat, dsb.) atau dengan pencacahan (menghitung jumlah, menetapkan
        frekuensi kejadian, dsb.).
                  Secara umum dapat dikatakan bahwa makin banyak langkah yang diperlukan untuk
        memperoleh data, makin besar kemungkinan penyusupan galat (error) ke dalam data,
        berarti data makin kurang seksama. Misal, data panjang (satu langkah) lebih terandalkan

                                                                                                6
Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
daripada data luas (dua langkah) dan selanjutnya lebih terandalkan daripada data isi (tiga
        langkah). Tatakerja analisis laboratorium yang berlangkah lebih sedikit pada umumnya
        lebih disukai daripada yang berlangkah lebih banyak. Hal ini juga dapat menghemat waktu
        dan tenaga kerja, dan barangkali juga biaya.
                 Keterandalan data berupa sebutan tidak tinggi karena mengandung unsur subyektif
        banyak. Untuk memperbaiki keterandalan data sebutan diadakan pengamatan banyak oleh
        sejumlah pengamat yang terandalkan untuk dapat memperoleh penilaian rerata (average).
                 Mutu data ditentukan oleh ketelitian, keterandalan dan kepautannya. Teliti berarti
        tidak kira-kira, diperoleh dengan pengukuran atau pencacahan yang dikerjakan secara
        benar. Ketelitian yang tinggi menghasilkan data yang cermat (accurate), artinya sesuai
        dengan keadaan sebenarnya. Andal berarti hasil pengamatan terdahulu dapat diperoleh
        kembali pada pengamatan ulang berkali-kali. Keterandalan yang baik menghasilkan data
        yang seksama (precise), artinya pengamatan berulangkali menghasilkan simpangan baku
        (standard deviation) yang tidak berarti. Jadi, datanya sudah terbaik secara nisbi menurut
        cara pengamatan yang dikerjakan berdasarkan metode yang dapat dibenarkan. Paut berarti
        cocok untuk mengaji persoalannya. Kepautan erat diperoleh dengan mengamati semua
        parameter penciri terpenting.
                 Suatu parameter disebut penciri penting apabila (1) dapat menakrifkan obyek
        secara baik (object defining), (2) dapat mengklasifikasikan obyek secara benar (class
        defining), dan/atau (3) dapat menentukan kehadiran parameter yang lain (state parameter).
        Parameter ialah suatu ciri numerik yang dapat diberi bermacam-macam harga, tergantung
        pada kasusnya. Parameter dapat menjadi suatu tetapan, atau suatu variabel.
                 Kecermatan mutlak tidak pernah dapat dicapai karena yang dinamakan harga
        sebenarnya tidak pernah dapat diketahui. Maka yang dituju dalam pengumpulan data ialah
        keseksamaan tinggi dengan cara pengamatan yang terandalkan, dan sudah barang tentu
        yang paut dengan persoalannya.
                 Persoalan tidak akan terpecahkan hanya dengan mengumpulkan data. Pengumpulan
        data harus dirancang menurut alas data yang dianut. Sehubungan dengan ini dalam
        mengumpulkan data perlu diingat hal-hal berikut ini:
        1. Semua data harus dapat didudukkan selaku pengungkap watak, sifat dan/atau perangai
             obyek penelitian.
        2. Semua data harus dapat didudukkan secara korelatif satu dengan yang lain.



                                                                                                 7
Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
3. Semua data harus dapat didudukkan secara korelatif dengan satu atau lebih unsur
             lingkungan yang patut diduga berpengaruh atas obyek penelitian.
                 Butir pertama diperlukan untuk mencirikan obyek kajian, sehingga terbedakan jelas
        dengan obyek lain. Dengan demikian ruang lingkup penelitian tergariskan jelas, obyek
        dapat ditakrifkan secara baik dan selanjutnya dapat diklasifikasikan secara benar.
                 Butir kedua penting bagi penentuan nasabah korelatif dakhil (internal correlative
        relationships). Dengan ini dapat diunjuk parameter penentu keadaan, parameter tahana
        (state parameter), dan/atau dapat dikenali variabel mana yang bebas dan mana yang
        bergantung.
                 Butir ketiga perlu untuk menentukan nasabah korelatif luaran (external). Dengan
        ini dapat diunjuk variabel kunci untuk menilai pengaruh lingkungan atas obyek kajian, atau
        untuk mengetahui daya tanggap atau daya tahan obyek terhadap cekaman lingkungan
        (environmental stresses).
                 Jadi, alas data digunakan mengatur data untuk menyajikan obyek penelitian sebagai
        suatu sistem (butir 1), untuk mengemukakan mekanisme dakhil yang memelihara
        kemaujudan (existence) obyek sebagai sistem (butir 2), dan untuk mengemukakan interaksi
        obyek dengan lingkungannya yang selanjutnya dapat memberikan kejelasan tentang peran
        lingkungan dalam mengujudkan obyek dan perilaku obyek dalam menghadapi pengaruh
        lingkungan (butir 3). Dengan memperhatikan ketiga butir tadi, data yang disajikan akan
        memiliki nilai informasi memadai untuk maksud dan tujuan penelitian.
                 Mengatur data merupakan langkah pertama dalam menghimpun data menjadi suatu
        sistem informasi yang efektif dan komunikatif. Data dapat diatur menjadi bentuk yang
        paling sederhana berupa senarai (list) untuk inventarisasi sampai dengan yang paling rumit
        organisasinya berupa nasabah matematik untuk memperlihatkan nasabah sebab-akibat
        (kausalitas).
                 Data dapat diberi kandungan arti berbeda-beda tergantung pada klasifikasi yang
        dianut. Maka pengaturan data harus disesuaikan dengan sistem klasifikasinya. Misal,
        pandangan terhadap seseorang dapat diganti-ganti, tergantung pada persoalan yang sedang
        dikaji dan kedudukan orang tersebut dalam persoalan barsangkutan. Seseorang dapat
        dipandang sebagai pemimpin kebun (persoalan perusahaan/bisnis), sebagai suami/isteri
        atau ayah/ibu (persoalan keluarga), sebagai laki-laki/perempuan (persoalan biologi),
        pengendara mobil (persoalan lalulintas), dsb. Sekelompok sapi dapat dipilahkan menurut



                                                                                                8
Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
sukujenis (species), jenis kelamin, umur, bobot, kesehatan, tujuan pemeliharaan (sapi
        perah, sapi potong, sapi kerja), dsb.
                 Kepentingan suatu klasifikasi ditentukan oleh macam dan tujuan penelitian. Misal,
        dalam suatu penelitian mengenai bahan pakan, klasifikasi ternak percobaan menurut
        kriteria bobot dan tinggi badan sangat paut karena kedua parameter itu menyangkut proses
        pertumbuhan yang sangat dipengaruhi oleh pakan. Dalam hal seperiti ini warna bulu tidak
        berguna sebagai penilai percobaan.
                 Kita harus selalu berhati-hati dan waspada dalam mencari dan menetapkan nasabah
        antar data. Usaha yang terlalu berlebihan dapat menghasilkan suatu nasabah semu yang
        sebetulnya tidak masuk akal. Misal, dalam suatu penelitian ditemukan korelasi kuat antara
        kerusakan jalan raya dan kepadatan lalulintas kendaraan truk gandeng. Dalam suatu
        penelitian lain ditemukan bahwa supir truk gandeng kebanyakan orang muda. Kesimpulan
        semu ialah sopir muda mempercepat kerusakan jalan raya. Kesimpulan ini keliru karena
        faktor "truk gandeng" dianggap sebagai penghubung antara fakta "kerusakan jalan raya”
        dan fakta "kemudaan sopir truk gandeng". Padahal umur sopir bukan sifat hakiki truk
        gandeng dalam nasabahnya dengan kerusakan jalan raya. Sifat hakiki truk gandeng dalam
        persoalan ini ialah bobot yang berat. Kesalahan ini bersumber pada kekeliruan dalam
        mengkonsepsikan persoalan.
                 Suatu nasabah antar data dapat ada karena ditemukan atau karena dibuat. Nasabah
        temuan berasal dari kegiatan pengamatan. Misal, di dalam sungai yang tercemar oleh
        limbah pabrik banyak ikan mati. Nasabah buatan berasal dari kegiatan percobaan atau
        pengujian. Misal, pupuk N mempercepat pertumbuhan tanaman jagung.


        Penalaran

                 Pada asasnya suatu penelitian merupakan suatu proses berfikir untuk menemukan
        sesuatu. Berfikir ialah kegiatan mental berdasarkan penalaran untuk mengadakan
        eksplorasi pengalaman dengan suatu maksud tertentu. Dengan kata lain, berfikir adalah
        mengolah informasi yang tersediakan untuk digunakan. Berfikir dapat bermaksud
        memperoleh pengertian, membuat putusan pendapat, perencanaan, penyelesaian persoalan,
        penilaian keadaan, menetapkan tindakan, dll.
                  Berfikir itu menggunakan cerapan. Bagian penting berfikir adalah kecerdasan
        mengupas (critical intelligence). Dengan kecerdasan mengupas fikiran membentuk konsep
        atau gagasan yang diterapkan pada data untuk memberikan makna kepada data tersebut.

                                                                                                9
Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
Sebaliknya, data sebagai bagian perbendaraan pengalaman memberikan masukan kepada
        gagasan atau konsep. Proses sibernetik ini, yaitu proses yang memiliki makanisme
        umpanbalik yang keluaran menjadi masukan kembali untuk mengatur keluaran berikut,
        membentuk suatu pola berfikir dalam otak yang akhirnya menghasilkan keputusan
        mengerahkan tindakan. Makin serbacakup (comprehensive) pola berfikir, makin banyak
        alternatif putusan yang dapat diambil dan pengarahan tindakan makin cermat atau makin
        lentur.

                   masukan sebagai
                     umpanbalik
        Data                               Gagasan        Pola berfikir     Putusan   Tindakan
                                           Konsep
                   memberi makna


                                       Gb. 2. Bagan proses penentuan tindakan


                  Untuk dapat berfikir diperlukan beberapa informasi sebagai titik tolak. Gagasan
        dibangkitkan dengan menerapkan berfikir pada data. Untuk dapat membentuk, mengem-
        bangkan dan memperbaiki gagasan diperlukan saling-pengaruh antara berfikir dan data
        secara terus menerus.
                  Perkembangan dan penyampaian gagasan merupakan proses penting dalam ilmu
        dan menjadi pokok kemajuan ilmu. Para cendekiawan menggunakan nalar pada waktu
        menguraikan dan menyampaikan gagasan mereka. Dengan nalar sajian mereka menjadi
        tertib, teratur, berurut dan mengikuti suatu susunan yang mantik (logical). Bernalar ialah
        berfikir maju dari fakta yang teramati ke arah penjelasan masuk akal mengenai kehadiran
        fakta tersebut. Nalar ialah kemampuan berfikir menjelaskan, menarik kesimpulan, dsb.
                  Penalaran menggunakan dua dasar, yaitu mantik (logic) dan fikiran sehat (common
        sense). Mantik ialah kajian atas tatacara dan asas yang digunakan membedakan penalaran
        yang baik (benar) dengan yang buruk (tidak benar). Mantik digunakan memeriksa apakah
        penalaran itu masuk akal, yaitu paut dan dapat diuji kebenarannya. Fikiran sehat ialah
        fikiran praktis yang baik, yang diperoleh dari pengalaman hidup.
                  Ada dua bentuk penalaran yang digunakan oleh para pakar mantik, yaitu deduksi
        dan induksi. Deduksi berpangkal pada suatu pendapat umum berupa hukum, teori atau
        kaedah dalam menyusun suatu penjelasan tentang suatu kejadian khusus. Deduksi juga
        disebut interpolasi pendapat dan merupakan penalaran formal. Induksi berpangkal pada


                                                                                                 10
Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
sejumlah fakta untuk menyusun suatu penjelasan umum, teori atau kaedah yang berlaku
        umum.       Induksi     juga    disebut    ekstrapolasi   pendapat    lewat    proses   perampatan
        (generalization)
                  Deduksi mengembalikan setiap kejadian kepada pendapat umum. Maka deduksi
        hanya benar jikalau pendapat umum yang digunakan sebagai pangkal pendapat itu benar.
        Yang dituju penalaran deduktif bukan terutama kebenaran kesimpulan, akan tetapi
        kesahihannya (validity). Kesahihan kesimpulan semata-mata ditentukan oleh bentuk alasan
        (argument) yang diajukan dalam menghubungkan kejadian dengan pangkal pendapat, tidak
        oleh kebenaran pangkal pendapat. Kalau pangkal pendapat keliru, kesimpulan juga keliru
        akan tetapi tetap sahih. Deduksi menghasilkan kepastian mantik. Sekalipun demikian
        deduksi kurang subur untuk penelitian karena tidak dapat membawa kita ke pembentukan
        pendapat baru.
                  Derajat kebenaran induksi tergantung pada jumlah dan keterandalan fakta yang
        telah dipergunakan untuk membuat perampatan. Makin banyak dan makin andal fakta yang
        dipergunakan, makin tinggi derajat kebenaran kesimpulan. Tidak mungkin mengamati
        semua fakta yang ada, dan ada fakta yang baru akan muncul kemudian. Maka induksi
        hanya dapat menghasilkan kementakan mantik (logical probability). Namun demikian
        dengan induksi kita berpeluang menciptakan teori baru, berarti penalaran induktif lebih
        subur daripada deduktif.
                  Dengan menggabungkan deduksi dan induksi menjadi satu kesatuan penalaran,
        akan dapat diperoleh hasil yang lebih bermaslahat bagi pengembangan ilmu. Kekurang-
        pastian mantik dalam induksi dapat diisi dengan kelebih-pastian mantik dalam deduksi,
        sedang kekurang-suburan deduksi dapat diisi dengan kelebih-suburan induksi.

                              Teori                                          Ramalan
                                                   deduksi
                                                                                   penegasan
                                                                                   (confirmation)
                    Acuan           induksi                                        pentahkikan
                    (model                                                         (verification)
                                                                                   pemalsuan
                                                                                   (falsification)

                              Fakta                penilaian             Fakta baru

                 Gb. 3. Penggabungan deduksi dan induksi dalam penciptaan/pemastian teori



                                                                                                        11
Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
Deduksi mengarah ke rasionalisme yang menerapkan rasio secara tegar terlepas dari
        pengalaman, berdasarkan pernyataan pasti akan kebenaran yang dipercayai berupa hukum,
        teori atau kaedah umum. Induksi mengarah ke empirisme yang mengunggulkan pengala-
        man dan pengamatan sebagai dasar pernyataan. Rasionalisme dapat menimbulkan kontro-
        versi karena hakekat kebenaran tidak sama bagi semua orang. Empirisme bersifat subyektif
        karena memberikan arti kepada peristiwa menurut tafsiran atau pendapat pengamat.
                 Metode ilmiah menggabungkan rasionalisme dengan empirisme. Dengan rasional-
        isme diperoleh landasan pemikiran terpadu dan mantik, dan dengan empirisine diperoleh
        kerangka pengujian dalam memastikan kebenaran. Einstein berkata bahwa “fakta memben-
        tuk pengetahuan dan pada gilirannya pengetahuan menghasilkan fakta”. Maka ilmu terdiri
        atas fakta dan teori.
                 Perampatan berguna mengevaluasi pengalaman. Tanpa perampatan pengalaman
        hanya akan merupakan tumpukan fakta yang terpisah-pisah. Kebanyakan penemuan di-
        peroleh dari fakta empirik yang diolah dengan penalaran induktif.
                 Penalaran juga menggunakan implikasi dan inferensi. Implikasi ialah sesuatu yang
        dianggap ada karena keberadaannya sudah terangkum dalam bukti itu sendiri. Inferensi
        ialah suatu kesimpulan yang diturunkan dari apa yang ada, atau dari apa yang dikatakan.


        Komunikasi Ilmiah

                 Pengetahuan dapat disajikan secara lesan (seminar, simposium, dsb.) atau secara
        tertulis (laporan, makalah dalam jurnal). Suatu sajian lesan atau tertulis perlu mengikuti
        beberapa ketentuan dasar agar supaya mempunyai nilai informasi sebaik-baiknya. Suatu
        sajian bernilai informasi baik apabila isinya dapat dikomunikasikan. Suatu uraian yang
        hanya dapat difahami oleh beberapa atau sekelompok orang saja, tidak akan berarti banyak
        bagi kehidupan ilmiah.
                 Bahasa menjadi salah satu sarana pokok perhubungan antar fikiran atau gagasan,
        disamping matematika. Maka kemahiran berbahasa dan kemahiran menggunakan
        ungkapan matematika menjadi prasyarat mutlak bagi setiap pakar. Tanpa kemahiran
        berkomunikasi, seorang pakar lambat laun akan menjadi mandul, di samping menjadi tidak
        berguna sebagai rekan pakar. Pakar semacam itu hanya mempunyai satu sumber pendapat
        yang dapat digalinya, yaitu dirinya sendiri. Dia tidak pandai mencari kesempatan meman-
        faatkan sumber-sumber pemikiran lain di luar dirinya, tidak menerima masukan penye-
        garan atau pembaharuan, tidak mempunyai jalur pengujian pendapat, dan dia kehilangan

                                                                                                  12
Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
peranan sebagai sumber keterangan bagi pakar-pakar lain. Orang menjadi sebuah sistem
        terpencil, tidak dapat mempertukarkan bahan dan energi dengan lingkungannya.
                 Berkomunikasi tidak lain daripada mengorganisasikan bahan-bahan keterangan
        sehingga berkadar informasi memadai. Misal, ucapan "ini jeruk" merupakan sebuah
        keterangan yang tidak banyak mengandung informasi atau penjelasan; apakah jeruk bali,
        jeruk pontianak, jeruk nipis, atau jeruk yang lain. Juga ucapan “ini manis” merupakan
        keterangan yang masih samar; apa yang manis, jerukkah, rotikah, atau yang lain. Dengan
        mengucapkan “jeruk bali ini manis” informasi yang disampaikan bertambah banyak sekali,
        yang bagi keperluan komunikasi umum telah menjadi bahan keterangan lengkap.
                 Informasi tentang hasil penelitian sekurang-kurangnya memuat tiga hal pokok,
        yaitu (1) daya pengaruh masukan (input effects), (2) daya pengaruh tempat (tempat dapat
        berarti site, location, area atau region, tergantung pada skala pengamatan), dan (3) daya
        pengaruh waktu (temporal effects). Daya pengaruh masukan akan memperlihatkan peran
        teknologi atau proses antarmuka (interface) antara obyek sebagai sistem dan
        lingkungannya. Daya pengaruh tempat akan memperlihatkan peran faktor lingkungan
        abiotik, biotik, sosial, ekonomi dan/atau budaya. Daya pengaruh waktu akan memper-
        lihatkan peran tahapan proses sepanjang waktu, atau memperlihatkan sifat proses, apakah
        mendaur (cyclic), berulang (repetitive) atau berlanjut satu arah.
                 Ketentuan dasar bagi penyajian hasil penelitian secara efektif ialah:
        1. Persoalan beserta seginya yang ditinjau dari tatacara penghampirannya (approach)
             harus diungkapkan jelas.
        2. Menunjukkan kepentingan persoalannya.
        3. Ruang lingkup uraian harus jelas, akan tetapi tidak terlalu luas agar dimungkinkan
             menjabarkan subyeknya secara khusus.
        4. Sajian disusun berdasarkan kesudahan kajian yang dapat dipertahankan (defendable).
        5. Susunan uraian harus menarik dengan urutan penalaran yang mudah diikuti, dengan
             tata bahasa yang tidak rancu, dan kalau dapat merangsang tanggapan hadirin atau
             pembaca.
        6. Penarikan kesimpulan harus langsung dan paut dengan maksud dan tujuan penelitian,
             berarti tidak menggunakan asumsi berlebihan dan mengekstrapolasikan pendapat
             terlalu jauh.




                                                                                                13
Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
7. Uraian dibagi dalam bagian-bagian yang urutannya dapat mengantarkan pembaca
             memasuki inti kajian setapak demi setapak, dan membentuk kesatuan uraian yang
             bulat.
                 Format penulisan secara umum adalah sebagai berikut:
        A. Pembabakan tulisan
             Tulisan dibagi menjadi berbagai bagian (bab, pasal, ayat, paragraf atau alinea). Tiap
             bagian merupakan suatu kesatuan terbuka, artinya berkaitan dengan bagian sebelumnya
             sebagai penerus dan berkaitan dengan bagian berikutnya sebagai pendahulu. Pada
             umumnya pembabakan terdiri atas
             a. Pendahuluan (Pengantar)
             b. Tubuh tulisan yang terbagi menjadi
                 1. Tinjauan pustaka
                 2. Sifat obyek penelitian (Bahan penelitian atau Keadaan wilayah penelitian)
                 3. Metodologi (Metode) penelitian
                 4. Hasil penelitien
                 5. Pembahasan
             c. Kesimpulan (boleh ditambah pendapat atau saran)
        B. Fungsi tiap bagian
             a. Pendahuluan
                 Menguraikan latar belakang pemilihan persoalan; maksud, tujuan dan ruang
                 lingkup penelitian; keterbatasan ungkapan (limitations); batasan pengertian (takrif,
                 asumsi); teori dan hipotesis.
             b. Tinjauan pustaka
                 Membentangkan intisari pengalaman paut, penelitian terdahulu, dan nilai informasi
                 yang ditemukan dalam bahan pustaka dibandingkan dengan hasil penelitian yang
                 dilaporkan.
             c. Sifat obyek penelitian
                 Menjelaskan kekhususan berkenaan dengan persoalan yang dipilih dan dengan
                 maksud dan tujuan penelitian; mengunjukkan faktor-faktor yang berkaitan dengan
                 hakekat obyek penelitian yang mungkin berpengaruh atas hasil penelitian.
             d. Metodologi penelitian
                 Bab ini dapat dipecah menjadi beberapa pasal, tergantung pada keragaman
                 metodologi yang digunakan.

                                                                                                  14
Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
1. Pasal pertama
                      Menguraikan tatakerja lapangan, mencakup pemilihan daerah kerja, metode
                      pengumpulan cuplikan (sample), macam cuplikan, sistem pengamatan,
                      pemilihan parameter penciri, dan teknik pengamatan parameter.
                 2. Pasal kedua
                     Menguraikan tatakerja laboratorium, studio dan/atau percobaan (rumahkaca
                     dan/atau stasiun lapangan).
                 3. Pasal ketiga
                      Mengutarakan pengolahan data, termasuk analisis matematika dan statistika;
                      penjelasan tentang pengujian hipotesis.
             e. Hasil penelitian
                 Memuat data mentah dan yang sudah diolah. Kalau data mentah terlalu banyak,
                 dapat dipindahkan menjadi lampiran. Hasil olahan data dapat berupa tabel,
                 diagram, kurva dan/atau persamaan atau fungsi matematik. Kalau dipikir perlu,
                 dapat dilengkapi dengan foto-foto.


             f. Pembahasan
                 Memuat penafsiran makna hasil penelitian berkenaan dengan menjawab hipotesis
                 dan implikasinya atas teori atau kaedah yang berlaku sekarang. Selain itu juga
                 dikemukakan, kalau ada, segi-segi persoalan yang belum dapat diselesaikan secara
                 tuntas, sehingga memerlukan penelitian lebih lanjut. Kadang-kadang pembahasan
                 disatukan dengan hasil penelitian, dengan maksud merangkaikannya sekaligus
                 dengan pengolahan data. Akan tetapi kalau difikir bab hasil penelitian akan
                 menjadi terlalu panjang, pembahasan dijadikan bab tersendiri.
             g. Kesimpulan
                 Mengutarakan gagasan khusus berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan,
                 a.l. memastikan atau meragukan teori atau kaedah yang berlaku sekarang,
                 implementasinya dalam pemecahan persoalan sejenis, manfaat yang dapat dipetik
                 dari hasil penelitian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung, dan arah
                 pangembangan penelitian yang diperlukan. Kesimpulan bukan ringkasan.
             h. Ringkasan
                 Dapat ditambahkan ringkasan karena ringkasan seringkali sangat berguna. Bagi
                 pembaca yang berilmu sebidang atau berkaitan, ringkasan menjadi penentu

                                                                                               15
Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
berminat tidaknya mereka membaca seluruh tulisan. Bagi pembaca dari disiplin
                 lain yang memerlukan masukan interdisiplin, ringkasan menjadi sumber informasi
                 sangat berguna. Ada orang yang suka meletakkan ringkasan pada akhir uraian, dan
                 ada yang suka meletakkannya pada awal uraian. Ringkasan adalah perasan hal
                 uraian, memuat hal-hal paling pokok tiap bagian. Ada ringkasan yang diperpanjang
                 (extended summary) dan ada yang dibuat sangat pendek, hanya memuat garis besar
                 kesimpulan dan usulan (recommendation). Ringkasan yang diperpanjang berguna
                 untuk para pejabat (executive summary) atau untuk komunikasi internasional
                 dengan menggunakan bahasa Inggris dalam hal induk karangannya berbahasa
                 setempat.
        C. Ragam penulisan dan nada ungkapan
             Hal ini perlu diperhatikan agar tiap bagian dapat menjalankan fungsi masing-masing
             secara baik.
             a. Pendahuluan
                 Ragam narasi dan nada informatif
             b. Tinjauan pustaka
                 Ragam narasi dan nada infonnatif
             c. Sifat obyek penelitian
                 Ragam deskripsi dan nada informatif
             d. Metodologi penelitian
                 Ragam deskripsi dan nada informatif
             e. Hasil penelitian
                 Ragam eksposisi dan nada informatif
             f. Pembahasan
                 Ragam argumentasi dan nada ekspresif
             g. Kesimpulan
                 Regam narasi, eksposisi dan argumentasi serta nada ekspresif dan direktif atau
                 persuasif; nada direktif menggunakan kata-kata “harus”, “perlu” dsb., nada
                 persuasif menggunakan kata-kata “hendaknya”, “sebaiknya” dsb.
        D. Pola uraian
             a. Kronologi
                 Dapat digunakan mengisi nada informatif
             b. Perian (descriptive)

                                                                                               16
Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
Dapat digunakan mengisi nada informatif
             c    Penggambaran (illustrative)
                  Seperti b, akan tetapi lebih tajam
             d. Analitik
                  Digunakan mengisi nada ekspresif
             e. Takrif
                  Digunakan mengisi nada ekspresif atau persuasif
             f. Penjabaran gagasan (topical)
                  Digunakan mengisi nada ekspresif, persuasif atau direktif
             g. Deduktif
                  Digunakan mengisi nada ekspresif, persuasif atau direktif
             h. Induktif
                  Digunakan mengisi nada ekspresif, persuasif atau direktif


             i. Kausal
                  Digunakan mengisi nada ekspresif, persuasif atau direktif
             j.   Alternatif
                  Digunakan mengisi nada ekspresif atau persuasif
        E. Penjatahan ruang tulis tiap bagian
             Penjatahan ruang tulis harus seimbang dengan fungsi atau kepentingan tiap bagian.
             Bagian yang memuat fakta yang terungkapkan dan penafsiran fakta mempunyai
             kepentingan tertinggi dan karena itu harus diberi ruang cukup. Bagian yang bersifat
             penjelasan atau berfungsi meletakkan dasar gagasan yang mendorong penelitian,
             termasuk tinjauan pustaka, diberi ruang yang lebih terbatas. Bagi pembaca yang ingin
             mendalami pustaka yang dirujuk, dapat membacanya sendiri pustaka aselinya.
             Barangkali imbangan berikut ini dapat dijadikan pedoman: pendahuluan sekitar 10%,
             tinjauan pustaka sekitar 10%, sifat obyek penelitian dan metodologi penelitian sekitar
             5%, hasil penelitian dan pambahasan sekitar 70%, dan kesimpulan, termasuk pandapat
             dan saran, serta ringkasan sekitar 5%. Tiap peneliti tentu bebas menentukan imbangan
             yang dipandangnya baik. Imbangan yang baik juga bergantung pada sifat penelitian.
             Apabila metodologi penelitian diciptakan khusus untuk penelitian tersebut karena
             memang persoalannya bersifat khusus, berarti tidak ada rujukannya, ruang metodologi
             dan sifat obyek penelitian dapat dinaikkan sampai 10%. Akan tetapi dengan

                                                                                                17
Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
pertimbangan apa pun, ruang untuk hasil penelitian dan pembahasan jangan kurang
             daripada 50%.
        F. Judul
             Judul harus memenuhi persyaratan:
             a. Ringkas. Ada yang mempersyaratkan maksimum 16 kata.
             b. Dapat memberikan gambaran jelas tentang pokok persoalan, ruang lingkup kajian
                 dan sudut pandangan yang diambil.
            c. Mengunjukkan asas penghampiran (biologi, fisik, sosial, ekonomi, atau yang lain).




                                                     «»




                                                                                               18
Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)

More Related Content

What's hot

P2 konsep dasar penelitian
P2 konsep dasar penelitianP2 konsep dasar penelitian
P2 konsep dasar penelitianJen Kelana
 
Istilah dalam penelitian
Istilah dalam penelitianIstilah dalam penelitian
Istilah dalam penelitianrensykartika
 
Science as a way of knowing 'critical thinking about the environment'
Science as a way of knowing 'critical thinking about the environment'Science as a way of knowing 'critical thinking about the environment'
Science as a way of knowing 'critical thinking about the environment'Aulia Maharani Karli
 
Tugas kuliah metode penelitian
Tugas kuliah metode penelitianTugas kuliah metode penelitian
Tugas kuliah metode penelitianChandra Agustian
 
Studium generale s2 pb ind-2012
Studium generale s2 pb ind-2012Studium generale s2 pb ind-2012
Studium generale s2 pb ind-2012ekaputragunartha
 
Tugas 1. iqbal_paper_konsep_dasar_berfikir_ilmiah_dengan_penalaran_deduktif,_...
Tugas 1. iqbal_paper_konsep_dasar_berfikir_ilmiah_dengan_penalaran_deduktif,_...Tugas 1. iqbal_paper_konsep_dasar_berfikir_ilmiah_dengan_penalaran_deduktif,_...
Tugas 1. iqbal_paper_konsep_dasar_berfikir_ilmiah_dengan_penalaran_deduktif,_...'Mhiiaa Ntuu Cie BieberBeiibebh
 
Metpen 1 Penelitian Ilmiah
Metpen 1   Penelitian IlmiahMetpen 1   Penelitian Ilmiah
Metpen 1 Penelitian IlmiahAndi Iswoyo
 
Makalah berfikir ilmiah
Makalah berfikir ilmiahMakalah berfikir ilmiah
Makalah berfikir ilmiahSendal Jepit
 
Metode ilmiah dan penelitian (1)
Metode ilmiah dan penelitian (1)Metode ilmiah dan penelitian (1)
Metode ilmiah dan penelitian (1)zmeffendi
 
Pertemuan 1 metode penelitian kualitatif
Pertemuan 1   metode penelitian kualitatifPertemuan 1   metode penelitian kualitatif
Pertemuan 1 metode penelitian kualitatifAdePutraTunggali
 
Materi 1 b # hakikat penelitian
Materi 1 b # hakikat penelitianMateri 1 b # hakikat penelitian
Materi 1 b # hakikat penelitianAhmad Kurnia
 
Berpikir ilmiah 2016
Berpikir ilmiah 2016Berpikir ilmiah 2016
Berpikir ilmiah 2016Ibrahim Doru
 

What's hot (20)

metodologi penelitian
metodologi penelitianmetodologi penelitian
metodologi penelitian
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
P2 konsep dasar penelitian
P2 konsep dasar penelitianP2 konsep dasar penelitian
P2 konsep dasar penelitian
 
Istilah dalam penelitian
Istilah dalam penelitianIstilah dalam penelitian
Istilah dalam penelitian
 
Science as a way of knowing 'critical thinking about the environment'
Science as a way of knowing 'critical thinking about the environment'Science as a way of knowing 'critical thinking about the environment'
Science as a way of knowing 'critical thinking about the environment'
 
Tugas kuliah metode penelitian
Tugas kuliah metode penelitianTugas kuliah metode penelitian
Tugas kuliah metode penelitian
 
Seminar sosiologi
Seminar sosiologiSeminar sosiologi
Seminar sosiologi
 
Studium generale s2 pb ind-2012
Studium generale s2 pb ind-2012Studium generale s2 pb ind-2012
Studium generale s2 pb ind-2012
 
Kelompok 10
Kelompok 10Kelompok 10
Kelompok 10
 
Materi kuliah mps i
Materi kuliah mps iMateri kuliah mps i
Materi kuliah mps i
 
Tugas 1. iqbal_paper_konsep_dasar_berfikir_ilmiah_dengan_penalaran_deduktif,_...
Tugas 1. iqbal_paper_konsep_dasar_berfikir_ilmiah_dengan_penalaran_deduktif,_...Tugas 1. iqbal_paper_konsep_dasar_berfikir_ilmiah_dengan_penalaran_deduktif,_...
Tugas 1. iqbal_paper_konsep_dasar_berfikir_ilmiah_dengan_penalaran_deduktif,_...
 
Makalah mpk ii
Makalah mpk iiMakalah mpk ii
Makalah mpk ii
 
Dasar dasar penelitian
Dasar dasar penelitianDasar dasar penelitian
Dasar dasar penelitian
 
Metpen 1 Penelitian Ilmiah
Metpen 1   Penelitian IlmiahMetpen 1   Penelitian Ilmiah
Metpen 1 Penelitian Ilmiah
 
Makalah berfikir ilmiah
Makalah berfikir ilmiahMakalah berfikir ilmiah
Makalah berfikir ilmiah
 
Metode ilmiah dan penelitian (1)
Metode ilmiah dan penelitian (1)Metode ilmiah dan penelitian (1)
Metode ilmiah dan penelitian (1)
 
Induktif
InduktifInduktif
Induktif
 
Pertemuan 1 metode penelitian kualitatif
Pertemuan 1   metode penelitian kualitatifPertemuan 1   metode penelitian kualitatif
Pertemuan 1 metode penelitian kualitatif
 
Materi 1 b # hakikat penelitian
Materi 1 b # hakikat penelitianMateri 1 b # hakikat penelitian
Materi 1 b # hakikat penelitian
 
Berpikir ilmiah 2016
Berpikir ilmiah 2016Berpikir ilmiah 2016
Berpikir ilmiah 2016
 

Similar to METODE PENELITIAN

KONSEP DASAR PENELITIAN.pptx
KONSEP DASAR PENELITIAN.pptxKONSEP DASAR PENELITIAN.pptx
KONSEP DASAR PENELITIAN.pptxFitriNurHidayah9
 
Metodologi Penelitian Kesehatan Dasar Untuk Pertemuan 1
Metodologi Penelitian Kesehatan Dasar Untuk Pertemuan 1Metodologi Penelitian Kesehatan Dasar Untuk Pertemuan 1
Metodologi Penelitian Kesehatan Dasar Untuk Pertemuan 1edwinarudyarti1
 
KONSEP DASAR PENELITIAN.ppt
KONSEP DASAR PENELITIAN.pptKONSEP DASAR PENELITIAN.ppt
KONSEP DASAR PENELITIAN.pptTYASLARASATI
 
KONSEP DASAR PENELITIAN.ppt
KONSEP DASAR PENELITIAN.pptKONSEP DASAR PENELITIAN.ppt
KONSEP DASAR PENELITIAN.pptTYASLARASATI
 
Ppt materi sosiologi kelas xii bab 4. rancangan penelitian sosial (ktsp) (1)
Ppt materi sosiologi kelas xii bab 4. rancangan penelitian sosial (ktsp) (1)Ppt materi sosiologi kelas xii bab 4. rancangan penelitian sosial (ktsp) (1)
Ppt materi sosiologi kelas xii bab 4. rancangan penelitian sosial (ktsp) (1)MadnurMadnur1
 
Metode Penelitian Kualitatif 1
Metode Penelitian Kualitatif 1Metode Penelitian Kualitatif 1
Metode Penelitian Kualitatif 1Murni ati
 
Metode Penelitian Kualitatif untuk Riset Berkualitas
Metode Penelitian Kualitatif untuk Riset BerkualitasMetode Penelitian Kualitatif untuk Riset Berkualitas
Metode Penelitian Kualitatif untuk Riset BerkualitasAun Falestien Faletehan
 
Kelas X BAB 2 (Penelitian Sosial)-2.pptx
Kelas X BAB 2 (Penelitian Sosial)-2.pptxKelas X BAB 2 (Penelitian Sosial)-2.pptx
Kelas X BAB 2 (Penelitian Sosial)-2.pptxdaffaelanghendraalba
 
Topik 1_Pengenalan.ppt
Topik 1_Pengenalan.pptTopik 1_Pengenalan.ppt
Topik 1_Pengenalan.pptAwang891
 
Makalah berpikir ilmiah(1)
Makalah berpikir ilmiah(1)Makalah berpikir ilmiah(1)
Makalah berpikir ilmiah(1)Nur Aqwamah
 
Metodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) final
Metodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) finalMetodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) final
Metodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) finalMirza Shahreza
 
Pertemuan 1 Konsep Dasar Penelitian.pptx
Pertemuan 1 Konsep Dasar Penelitian.pptxPertemuan 1 Konsep Dasar Penelitian.pptx
Pertemuan 1 Konsep Dasar Penelitian.pptxRZAbdulAziz1
 
BIMBINGAN TEKNIS PEMBELAJARAN IPA TERPADU.pptx
BIMBINGAN TEKNIS PEMBELAJARAN IPA TERPADU.pptxBIMBINGAN TEKNIS PEMBELAJARAN IPA TERPADU.pptx
BIMBINGAN TEKNIS PEMBELAJARAN IPA TERPADU.pptxAchmadMasruri1
 
PPT MATERI SOSIOLOGI PEMINATAN DARING
PPT MATERI SOSIOLOGI PEMINATAN DARING PPT MATERI SOSIOLOGI PEMINATAN DARING
PPT MATERI SOSIOLOGI PEMINATAN DARING MadnurMadnur1
 
Metodologi Penelitian Biologi Lengkap (3).ppt
Metodologi Penelitian Biologi Lengkap (3).pptMetodologi Penelitian Biologi Lengkap (3).ppt
Metodologi Penelitian Biologi Lengkap (3).pptTariAnjani1
 

Similar to METODE PENELITIAN (20)

KONSEP DASAR PENELITIAN.pptx
KONSEP DASAR PENELITIAN.pptxKONSEP DASAR PENELITIAN.pptx
KONSEP DASAR PENELITIAN.pptx
 
Metodologi Penelitian Kesehatan Dasar Untuk Pertemuan 1
Metodologi Penelitian Kesehatan Dasar Untuk Pertemuan 1Metodologi Penelitian Kesehatan Dasar Untuk Pertemuan 1
Metodologi Penelitian Kesehatan Dasar Untuk Pertemuan 1
 
KONSEP DASAR PENELITIAN.ppt
KONSEP DASAR PENELITIAN.pptKONSEP DASAR PENELITIAN.ppt
KONSEP DASAR PENELITIAN.ppt
 
KONSEP DASAR PENELITIAN.ppt
KONSEP DASAR PENELITIAN.pptKONSEP DASAR PENELITIAN.ppt
KONSEP DASAR PENELITIAN.ppt
 
Ppt materi sosiologi kelas xii bab 4. rancangan penelitian sosial (ktsp) (1)
Ppt materi sosiologi kelas xii bab 4. rancangan penelitian sosial (ktsp) (1)Ppt materi sosiologi kelas xii bab 4. rancangan penelitian sosial (ktsp) (1)
Ppt materi sosiologi kelas xii bab 4. rancangan penelitian sosial (ktsp) (1)
 
Metode Penelitian Kualitatif 1
Metode Penelitian Kualitatif 1Metode Penelitian Kualitatif 1
Metode Penelitian Kualitatif 1
 
Metode Penelitian Kualitatif untuk Riset Berkualitas
Metode Penelitian Kualitatif untuk Riset BerkualitasMetode Penelitian Kualitatif untuk Riset Berkualitas
Metode Penelitian Kualitatif untuk Riset Berkualitas
 
Kelas X BAB 2 (Penelitian Sosial)-2.pptx
Kelas X BAB 2 (Penelitian Sosial)-2.pptxKelas X BAB 2 (Penelitian Sosial)-2.pptx
Kelas X BAB 2 (Penelitian Sosial)-2.pptx
 
Metode penelitian
Metode penelitianMetode penelitian
Metode penelitian
 
Topik 1_Pengenalan.ppt
Topik 1_Pengenalan.pptTopik 1_Pengenalan.ppt
Topik 1_Pengenalan.ppt
 
P2 konsep dasar penelitian
P2 konsep dasar penelitianP2 konsep dasar penelitian
P2 konsep dasar penelitian
 
Makalah berpikir ilmiah(1)
Makalah berpikir ilmiah(1)Makalah berpikir ilmiah(1)
Makalah berpikir ilmiah(1)
 
Metodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) final
Metodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) finalMetodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) final
Metodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) final
 
Pertemuan 1 Konsep Dasar Penelitian.pptx
Pertemuan 1 Konsep Dasar Penelitian.pptxPertemuan 1 Konsep Dasar Penelitian.pptx
Pertemuan 1 Konsep Dasar Penelitian.pptx
 
MP02-1.pptx
MP02-1.pptxMP02-1.pptx
MP02-1.pptx
 
BIMBINGAN TEKNIS PEMBELAJARAN IPA TERPADU.pptx
BIMBINGAN TEKNIS PEMBELAJARAN IPA TERPADU.pptxBIMBINGAN TEKNIS PEMBELAJARAN IPA TERPADU.pptx
BIMBINGAN TEKNIS PEMBELAJARAN IPA TERPADU.pptx
 
PPT MATERI SOSIOLOGI PEMINATAN DARING
PPT MATERI SOSIOLOGI PEMINATAN DARING PPT MATERI SOSIOLOGI PEMINATAN DARING
PPT MATERI SOSIOLOGI PEMINATAN DARING
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Metodologi Penelitian Biologi Lengkap (3).ppt
Metodologi Penelitian Biologi Lengkap (3).pptMetodologi Penelitian Biologi Lengkap (3).ppt
Metodologi Penelitian Biologi Lengkap (3).ppt
 
Penel kualitatif bbptpt (yuti)
Penel kualitatif   bbptpt (yuti)Penel kualitatif   bbptpt (yuti)
Penel kualitatif bbptpt (yuti)
 

More from Stevie Principe (20)

Laporan kerja praktek
Laporan kerja praktekLaporan kerja praktek
Laporan kerja praktek
 
Contoh proposalskripsi
Contoh proposalskripsiContoh proposalskripsi
Contoh proposalskripsi
 
Rs sisflow
Rs sisflowRs sisflow
Rs sisflow
 
Rs sisflow
Rs sisflowRs sisflow
Rs sisflow
 
Payroll
PayrollPayroll
Payroll
 
Rekrutmen and seleksi
Rekrutmen and seleksiRekrutmen and seleksi
Rekrutmen and seleksi
 
Payroll
PayrollPayroll
Payroll
 
Payroll
PayrollPayroll
Payroll
 
Payroll
PayrollPayroll
Payroll
 
Payroll
PayrollPayroll
Payroll
 
Payroll
PayrollPayroll
Payroll
 
Payroll
PayrollPayroll
Payroll
 
20100325 1 pengenalankonsepimk
20100325 1 pengenalankonsepimk20100325 1 pengenalankonsepimk
20100325 1 pengenalankonsepimk
 
Chapter1 introduction to hci
Chapter1 introduction to hciChapter1 introduction to hci
Chapter1 introduction to hci
 
4 piranti interaktif - new
4   piranti interaktif - new4   piranti interaktif - new
4 piranti interaktif - new
 
3 interface metaphors dan model konseptual-donz
3   interface metaphors dan model konseptual-donz3   interface metaphors dan model konseptual-donz
3 interface metaphors dan model konseptual-donz
 
1 pengenalan-konsep-imk
1 pengenalan-konsep-imk1 pengenalan-konsep-imk
1 pengenalan-konsep-imk
 
Penulisan syntax vb
Penulisan syntax vbPenulisan syntax vb
Penulisan syntax vb
 
Fungsi string vb
Fungsi string vbFungsi string vb
Fungsi string vb
 
Fungsi date vb
Fungsi date vbFungsi date vb
Fungsi date vb
 

Recently uploaded

Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 

Recently uploaded (20)

Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 

METODE PENELITIAN

  • 1. METODE PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH1 Tejoyuwono Notohadiprawiro Metode ialah suatu kerangka kerja untuk melakukan suatu tindakan, atau suatu kerangka berfikir menyusun gagasan, yang beraturan, berarah dan berkonteks, yang paut (relevant) dengan maksud dan tujuan. Secara ringkas, metode ialah suatu sistem berbuat. Karena berupa sistem maka metode merupakan seperangkat unsur-unsur yang membentuk suatu kesatuan. Unsur-unsur metode ialah wawasan intelektual, konsep, cara penghampiran (approach) persoalan, dan rancangbangun alas data (database). Wawasan intelektual berkenaan dengan nalar, tanggap rasa (sensation), cerapan (perception), pengalaman, dan ilmu pengetahuan. Konsep adalah hasil proses intelektual berupa kejadian imajinatif untuk memperluas atau memperkaya cerapan, sehingga dapat dibentuk gagasan baru yang dapat menganalisis persoalan secara lebih cermat. Cara berkenaan dengan pola berfikir. Alas data ialah cerminan citra tentang "kenyataan" yang dimiliki seorang peneliti, atau cerapan peneliti tentang "kenyataan". Alas data dirancangbangun sedemikian rupa agar semua data yang terkumpulkan dapat dialokasikan kepada kedudukan atau fungsinya yang sepadan menurut maksud dan tujuan penelitian. Penelitian Penelitian (research) ialah suatu kegiatan mengaji (study) secara teliti dan teratur dalam suatu bidang ilmu menurut kaidah tertentu. Kaidah yang dianut ialah metode. Mengaji ialah suatu usaha memperoleh atau menambah pengetahuan. Jadi, meneliti dilakukan untuk memperkaya dan meningkatkan kefahaman tentang sesuatu. Ada kegiatan yang disebut penyelidikan (investigation), yaitu mencari fakta secara teliti dan teratur menurut suatu kaidah tertentu untuk menjawab suatu pertanyaan. Jadi, menyelidik dikerjakan untuk menjelaskan sesuatu. Pada asasnya suatu penyelidikan dinyatakan selesai setelah berhasil menemukan penyebab kejadian. Suatu penelitian baru dianggap selesai setelah berhasil menetapkan 1 Latihan Dasar Pemeriksa Karantina Ikan. Badan Pendidikan dan Latihan Pertanian, Departemen Pertanian. Yogyakarta, 2 November-15 Desember 1992. 1 Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
  • 2. faktor atau latar belakang penggerak atau pengendali penyebab atau pelaku kejadian. Jadi, suatu penelitian menjangkau persoalan secara lebih jauh atau lebih mendalam daripada suatu penyelidikan. Semua asas penyelidikan digunakan dalam penelitian, akan tetapi tidak semua asas penelitian digunakan dalam penyelidikan. Oleh karena penelitian selalu berusaha mengungkapkan faktor penimbul sebab maka penelitian menjadi sumber ilmu. Dengan kata lain, tanpa penelitian tidak akan ada ilmu dan ilmu hanya dapat tumbuh dan berkembang kalau didorong dan didukung dengan penelitian. Ilmu adalah pengetahuan yang telah diatur menjadi suatu sistem pengertian. Berbagai pengetahuan yang menjadi anasir (component) ilmu yang bersangkutan dikaitkan satu dengan yang lain sehingga membentuk suatu kerangka pengertian yang disebut ilmu. Ilmu menjadi rujukan penelitian, membentuk wawasan intelektual yang menjadi salah satu unsur metode penelitian. Ilmu tersusun atas fakta dan teori. Dengan sarana fakta dan teori ilmu membuka peluang untuk memahami makna suatu gejala yang teramati dan pada gilirannya kefahaman tersebut dapat memberikan peluang menyelesaikan persoalan. Sasaran ilmu ialah menjelaskan, meramalkan dan mengendalikan keadaan. Ilmu tidak sekadar meme- rikan (describe) fakta, yaitu mengumpulkan, memilahkan dan menghubungkan data untuk mengindera gejala, akan tetapi bertujuan memberikan kejelasan tentang hakekat gejala. Hakekat gejala berisi penjelasan mengenai (1) mengapa gejala itu ada dan bukan gejala lain, (2) bagaimana gejala tersebut terjadi dan mengapa demikian, dan (3) kapan gejala itu timbul dan mengapa demikian. Mengaji dapat dikerjakan dengan jalan membaca, mengamati kejadian, melakukan sigi (survey), membuat percobaan lapangan atau rumahkaca, atau mengadakan analisis laboratorium. Maka ada penelitian pustaka, penelitian pengamatan (observational research), penelitian geografi, dan penelitian analitik dengan percobaan (experimental research). Akhir-akhir ini banyak dilakukan penelitian dengan acuan pengimak (simulation model). Persoalan Persoalan (problem) adalah pangkal penelitian. Tidak akan ada penelitian kalau tidak ada persoalan. Persoalan ialah segala sesuatu yang dihadapi atau dirasakan seseorang yang menimbulkan dalam diri orang bersangkutan suatu keinginan atau kebutuhan untuk membahasnya, mencari jawabannya, atau menetapkan cara menyelesaikannya. 2 Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
  • 3. Kejadian, kenyataan, atau keadaan yang menjadi sumber persoalan berada di luar rohani pengamat, berarti di luar alam fikir dan alam rasanya. Sumber persoalan berada di dalam lingkungan tempat pengamat berada, atau dapat berada di jasmani pengamat. Persoalan adalah tafsir sesuatu yang teramati lewat tanggap rasa, cerapan dan konsep, yang ketiganya merupakan cetusan alam fikir dan alam rasa. Jadi, sumber persoalan adalah sesuatu yang obyektif, akan tetapi persoalan selalu bersifat subyektif. Kejadian yang sama dapat menimbulkan persoalan yang berbeda dalam diri pengamat yang berbeda. Tanggap rasa ialah kepekaan indera menangkap atau merasakan sesuatu yang khusus atau khas pada kejadian yang diamati. Kekhususan atau kekhasan tersebut dapat berkenaan dengan potensi bahaya, kesulitan, penyimpangan dan kewajaran, dsb. Kepekaan di satu pihak merupakan watak pembawaan dan di pihak lain berkenaan dengan latar belakang kehidupan pribadi dan sosial, pengetahuan dan pangalaman yang dimiliki, dan dipengaruhi keadaan tempat, suasana lingkungan dan waktu pengamatan, termasuk keadaan emosi pengamat. Cerapan ialah seni merangkaikan sesuatu yang terhayati dengan tanggap rasa dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Cerapan digunakan memberikan makna kepada kejadian yang tertangkap indera (pengertian indera mencakup alat pengamat). Kekuatan cerapan ditentukan oleh kepekaan tanggap rasa dan keluasan serta kedalaman pengalaman dan pengetahuan. Cerapan digolongkan seni karena banyak melibatkan bakat atau pembawaan. Tradisi, adat istiadat, budaya, kepercayaan dan agama berpengaruh kuat atas cerapan. Intensitas persoalan dapat berubah menuruti perjalanan waktu dan pergeseran tempat kejadian. Persoalan penting pada masa lalu menjadi tidak penting pada waktu sekarang (misalnya suatu penyakit karena sudah ditemukan cara penanggulangannya yang mujarab). Suatu persoalan dinilai berat kalau muncul di suatu tempat, akan tetapi dinilai tidak berat kalau muncul di tempat lain (misalnya persoalan perambahan hutan berkurang berat setelah berpindah dari hulu ke hilir). Intensitas persoalan juga bergantung pada kepekaan tanggap rasa dan kekuatan cerapan. Maka persoalan itu bermatra ruang, waktu dan kejiwaan. Tafsir kejadian dengan tanggap rasa menghasilkan persoalan yang masih mentah, belum siap untuk dipecahkan. Dengan tanggap rasa baru dapat diungkapkan macam dan sifat umum persoalan. Untuk mematangkannya sehingga siap dipecahkan, persoalan mentah perlu dikenali secara mendalam dengan cerapan dan dianalisis dengan konsep. 3 Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
  • 4. Langkah ini menghasilkan ungkapan ciri (characteristics; sifat khas), watak (nature) dan anasir persoalan. Dengan pengetahuan ini dapat dirancangbangun alas data, dirumuskan pertanyaan-pertanyaan dasar untuk memandu penelitian, ditentukan macam data yang diperlukan dan cara pengumpulannya, serta dipilih cara analisis data yang paut dan terandalkan. Bagan alir berikut ini menggambarkan proses pembentukan, pengenalan dan penyelesaian persoalan. Proses bersifat mendaur, berarti kalau perlu tiap langkah dijalani berulang sampai diperoleh cara pemecahan yang dapat diterima. Kenyataan Tanggap rasa Persoalan mentah penerapan cerapan pengujian konsep Persoalan Usulan matang pemecahan penafsiran rancangbangun penyimpulan alas data Fakta Pertanyaan dasar mengumpulkan & menganalisis data Gb. 1. Proses pembentukan, pengenalan dan pemecahan persoalan Pada tahap rancangbangun alas data perlu dipertimbangkan “ekonomi penelitian” dalam arti menghemat tenaga, waktu dan biaya tanpa menurunkan mutu penelitian. Sasaran ini melibatkan perancangan “perangkat data minimum” (minimum data set). Perangkat data minimum ialah suatu struktur data bercakupan terbatas yang masih dapat menghasilkan fakta terandalkan. Pembatasan macam dan jumlah data dapot dicapai dengan jalan (1) membatasi pemilihan parameter pada yang berkepautan sangat erat dengan hakekat persoalan, atau (2) memilih parameter tahana (state parameters), yaitu sekelom- pok parameter yang secara bersama menentukan kehadiran dan harga sekelompok para- 4 Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
  • 5. meter lain, atau (3) memilih parameter bebas (independant) menurut nasabah fungsional antar variabel yang ditemukan sebelumnya. Data Data atau bahan keterangan ialah fakta yang dapat ditarik menjadi suatu kesimpulan dalam kerangka persoalan yang digarap. Fakta ialah kenyataan yang telah didudukkan dalam kerangka persoalan. Pengertian kenyataan mencakup segala sesuatu yang teramati, tersidik atau terukur, pengalaman dan pendapat yang diakui sebagai suatu kebenaran umum dan bersifat mantap. Teori, hukum dan kaedah termasuk fakta. Sebagaimana persoalan yang menjadi kerangkanya, fakta juga bersifat subyektif. Kenyataan adalah netral, obyektif. Misal, dalam persoalan keaweten piring, kenyataan “retak” merupakan fakta, akan tetapi kenyataan “warna biru” bukan fakta. Kenyataan “warna biru” menjadi fakta dalam persoalan keindahan piring. Berkenaan dengan nada pertanyaan dasar, fakta diberi tanda positif atau negatif. Kenyataan yang mengiakan pertanyaan positif atau menolak pertanyaan negatif merupakan fakta positif. Misal, kenyataan “buku ada di atas meja” menjadi fakta positif karena mengiakan pertanyaan positif “adakah buku di atas meja” dan menolak pertanyaan negatif “tidak adakah buku di atas meja”. Fakta bersifat negatif kalau kenyataan mengiakan pertanyaan negatif dan menolak pertanyaan positif. Fakta dalam rangka dugaan sebab-musabab disebut gejala (phenomenon). Dalam rangka pemastian jawaban, fakta disebut bukti (evidance). Ada persoalan yang dapat dibuktikan cukup dengan satu fakta saja. Ada yang memerlukan sejumlah fakta yang saling mengisi untuk pembuktiannya. Misal, persoalan kehadiran seseorang dalam suatu rapat telah dapat dibuktikan secara tuntas dengan fakta ada-tidaknya orang tersebut dalam rapat bersangkutan. Akan tetapi untuk membuktikan kekahatan suatu tanah akan N diperlukan sejumlah fakta yang saling bernasabah, a.l. kadar N tanah rendah, tanaman tanpa pupuk N memperlihatkan gejala kahat N, usaha pengelolaan tanah selain pemupukan N tidak dapat menghilangkan gejala kekahatan N pada tanaman, dan tanggapan tanaman terhadap pemupukan N sangat murad (significant). Fakta tunggal gejala kahat N pada tanaman tidak cukup untuk membuktikan kekahatan tanah akan N. Gejala itu mungkin saja timbul bukan karena tanah kahat N, melainkan karena faktor-faktor lain yang menghambat penyerapan N oleh akar, seperti kurang air, hambatan mekanis terhadap pertumbuhan akar (tanah 5 Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
  • 6. mampat) atau hambatan biologi (tanah kahat oksigen), ketimpangan keseimbangan hara yang menimbulkan antagonisme ion pada muka akar, dsb. Fakta dapat ditampilkan dalam bermacam bentuk. Ada yang ternyatakan dengan angka, sebutan (attribute), tanda pengenal, atau lambang (matematik, istilah kebahasaan). Maka data pun tidak selalu berujud angka. Data dapat berupa tanda pengenal, misal nomor urut rumah sepanjang suatu jalan, dapat berupa sebutan, misal berat, ringan, luas, sempit, marah, cantik, sulit, dsb., dapat berupa lambang matematik seperti X, Y, α dan ρ atau berupa istilah bahasa seperti meja, rumah, mobil, dsb. Data dalam angka dan lambang matematik disebut data kuantitatif dan karena itu dapat langsung diolah secara aritmetik, matematik atau statistik. Data dalam bentuk lain disebut data kualitatif. Data berbentuk nomor urut bukan data kuantitatif melainkan kualitatif karena nomor adalah sekadar tanda pengenal dan bukan angka yang mengandung informasi besaran (magnitude). Ada sebutan yang dapat dikuantitatifkan (diangkakan) dengan pengukuran, misal berat diangkakan dalam kg, luas dalam ha, tinggi dalam m, dsb. Akan tetapi sebutan rumit, cantik, enak, dsb. tidak dapat diangkakan secara biasa dengan pengukuran. Sebutan semacam ini masih mungkin dikuantitatifkan secara nisbi dengan pemarkaan (scoring). Marka (score) adalah harga atau nilai nisbi. Sebutan yang mengunjuk (indicate) mutu tidak dapat dimarka dengan harga tunggal. Mutu ialah sifat majemuk suatu benda yang bertindak secara khas dalam mempengaruhi kesesuaian benda tersebut untuk suatu maksud penggunaan tertentu. Marka mutu ialah gabungan marka tiap anasirnya. Penggabungan dapat dikerjakan secara penjumlahan (additive), pengalian (multiplicative), atau berdasarkan nasabah kompensatif. Cantik, miskin, subur, dsb. adalah sebutan mutu. Data yang lebih sering digunakan dalam penelitian ialah yang berupa angka variabel. Variabel ialah lambang atau istilah yang memiliki, atau dapat diberi, berbagai- bagai nilai numerik. Data semacam ini lebih enak digunakan karena sudah berbentuk angka sehingga dapat langsung diolah secara aritmetik, matematik dan/atau statistik. Angka variabel diperoleh dengan pengukuran (menimbang berat, mengukur panjang, menganalisis kadar zat, dsb.) atau dengan pencacahan (menghitung jumlah, menetapkan frekuensi kejadian, dsb.). Secara umum dapat dikatakan bahwa makin banyak langkah yang diperlukan untuk memperoleh data, makin besar kemungkinan penyusupan galat (error) ke dalam data, berarti data makin kurang seksama. Misal, data panjang (satu langkah) lebih terandalkan 6 Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
  • 7. daripada data luas (dua langkah) dan selanjutnya lebih terandalkan daripada data isi (tiga langkah). Tatakerja analisis laboratorium yang berlangkah lebih sedikit pada umumnya lebih disukai daripada yang berlangkah lebih banyak. Hal ini juga dapat menghemat waktu dan tenaga kerja, dan barangkali juga biaya. Keterandalan data berupa sebutan tidak tinggi karena mengandung unsur subyektif banyak. Untuk memperbaiki keterandalan data sebutan diadakan pengamatan banyak oleh sejumlah pengamat yang terandalkan untuk dapat memperoleh penilaian rerata (average). Mutu data ditentukan oleh ketelitian, keterandalan dan kepautannya. Teliti berarti tidak kira-kira, diperoleh dengan pengukuran atau pencacahan yang dikerjakan secara benar. Ketelitian yang tinggi menghasilkan data yang cermat (accurate), artinya sesuai dengan keadaan sebenarnya. Andal berarti hasil pengamatan terdahulu dapat diperoleh kembali pada pengamatan ulang berkali-kali. Keterandalan yang baik menghasilkan data yang seksama (precise), artinya pengamatan berulangkali menghasilkan simpangan baku (standard deviation) yang tidak berarti. Jadi, datanya sudah terbaik secara nisbi menurut cara pengamatan yang dikerjakan berdasarkan metode yang dapat dibenarkan. Paut berarti cocok untuk mengaji persoalannya. Kepautan erat diperoleh dengan mengamati semua parameter penciri terpenting. Suatu parameter disebut penciri penting apabila (1) dapat menakrifkan obyek secara baik (object defining), (2) dapat mengklasifikasikan obyek secara benar (class defining), dan/atau (3) dapat menentukan kehadiran parameter yang lain (state parameter). Parameter ialah suatu ciri numerik yang dapat diberi bermacam-macam harga, tergantung pada kasusnya. Parameter dapat menjadi suatu tetapan, atau suatu variabel. Kecermatan mutlak tidak pernah dapat dicapai karena yang dinamakan harga sebenarnya tidak pernah dapat diketahui. Maka yang dituju dalam pengumpulan data ialah keseksamaan tinggi dengan cara pengamatan yang terandalkan, dan sudah barang tentu yang paut dengan persoalannya. Persoalan tidak akan terpecahkan hanya dengan mengumpulkan data. Pengumpulan data harus dirancang menurut alas data yang dianut. Sehubungan dengan ini dalam mengumpulkan data perlu diingat hal-hal berikut ini: 1. Semua data harus dapat didudukkan selaku pengungkap watak, sifat dan/atau perangai obyek penelitian. 2. Semua data harus dapat didudukkan secara korelatif satu dengan yang lain. 7 Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
  • 8. 3. Semua data harus dapat didudukkan secara korelatif dengan satu atau lebih unsur lingkungan yang patut diduga berpengaruh atas obyek penelitian. Butir pertama diperlukan untuk mencirikan obyek kajian, sehingga terbedakan jelas dengan obyek lain. Dengan demikian ruang lingkup penelitian tergariskan jelas, obyek dapat ditakrifkan secara baik dan selanjutnya dapat diklasifikasikan secara benar. Butir kedua penting bagi penentuan nasabah korelatif dakhil (internal correlative relationships). Dengan ini dapat diunjuk parameter penentu keadaan, parameter tahana (state parameter), dan/atau dapat dikenali variabel mana yang bebas dan mana yang bergantung. Butir ketiga perlu untuk menentukan nasabah korelatif luaran (external). Dengan ini dapat diunjuk variabel kunci untuk menilai pengaruh lingkungan atas obyek kajian, atau untuk mengetahui daya tanggap atau daya tahan obyek terhadap cekaman lingkungan (environmental stresses). Jadi, alas data digunakan mengatur data untuk menyajikan obyek penelitian sebagai suatu sistem (butir 1), untuk mengemukakan mekanisme dakhil yang memelihara kemaujudan (existence) obyek sebagai sistem (butir 2), dan untuk mengemukakan interaksi obyek dengan lingkungannya yang selanjutnya dapat memberikan kejelasan tentang peran lingkungan dalam mengujudkan obyek dan perilaku obyek dalam menghadapi pengaruh lingkungan (butir 3). Dengan memperhatikan ketiga butir tadi, data yang disajikan akan memiliki nilai informasi memadai untuk maksud dan tujuan penelitian. Mengatur data merupakan langkah pertama dalam menghimpun data menjadi suatu sistem informasi yang efektif dan komunikatif. Data dapat diatur menjadi bentuk yang paling sederhana berupa senarai (list) untuk inventarisasi sampai dengan yang paling rumit organisasinya berupa nasabah matematik untuk memperlihatkan nasabah sebab-akibat (kausalitas). Data dapat diberi kandungan arti berbeda-beda tergantung pada klasifikasi yang dianut. Maka pengaturan data harus disesuaikan dengan sistem klasifikasinya. Misal, pandangan terhadap seseorang dapat diganti-ganti, tergantung pada persoalan yang sedang dikaji dan kedudukan orang tersebut dalam persoalan barsangkutan. Seseorang dapat dipandang sebagai pemimpin kebun (persoalan perusahaan/bisnis), sebagai suami/isteri atau ayah/ibu (persoalan keluarga), sebagai laki-laki/perempuan (persoalan biologi), pengendara mobil (persoalan lalulintas), dsb. Sekelompok sapi dapat dipilahkan menurut 8 Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
  • 9. sukujenis (species), jenis kelamin, umur, bobot, kesehatan, tujuan pemeliharaan (sapi perah, sapi potong, sapi kerja), dsb. Kepentingan suatu klasifikasi ditentukan oleh macam dan tujuan penelitian. Misal, dalam suatu penelitian mengenai bahan pakan, klasifikasi ternak percobaan menurut kriteria bobot dan tinggi badan sangat paut karena kedua parameter itu menyangkut proses pertumbuhan yang sangat dipengaruhi oleh pakan. Dalam hal seperiti ini warna bulu tidak berguna sebagai penilai percobaan. Kita harus selalu berhati-hati dan waspada dalam mencari dan menetapkan nasabah antar data. Usaha yang terlalu berlebihan dapat menghasilkan suatu nasabah semu yang sebetulnya tidak masuk akal. Misal, dalam suatu penelitian ditemukan korelasi kuat antara kerusakan jalan raya dan kepadatan lalulintas kendaraan truk gandeng. Dalam suatu penelitian lain ditemukan bahwa supir truk gandeng kebanyakan orang muda. Kesimpulan semu ialah sopir muda mempercepat kerusakan jalan raya. Kesimpulan ini keliru karena faktor "truk gandeng" dianggap sebagai penghubung antara fakta "kerusakan jalan raya” dan fakta "kemudaan sopir truk gandeng". Padahal umur sopir bukan sifat hakiki truk gandeng dalam nasabahnya dengan kerusakan jalan raya. Sifat hakiki truk gandeng dalam persoalan ini ialah bobot yang berat. Kesalahan ini bersumber pada kekeliruan dalam mengkonsepsikan persoalan. Suatu nasabah antar data dapat ada karena ditemukan atau karena dibuat. Nasabah temuan berasal dari kegiatan pengamatan. Misal, di dalam sungai yang tercemar oleh limbah pabrik banyak ikan mati. Nasabah buatan berasal dari kegiatan percobaan atau pengujian. Misal, pupuk N mempercepat pertumbuhan tanaman jagung. Penalaran Pada asasnya suatu penelitian merupakan suatu proses berfikir untuk menemukan sesuatu. Berfikir ialah kegiatan mental berdasarkan penalaran untuk mengadakan eksplorasi pengalaman dengan suatu maksud tertentu. Dengan kata lain, berfikir adalah mengolah informasi yang tersediakan untuk digunakan. Berfikir dapat bermaksud memperoleh pengertian, membuat putusan pendapat, perencanaan, penyelesaian persoalan, penilaian keadaan, menetapkan tindakan, dll. Berfikir itu menggunakan cerapan. Bagian penting berfikir adalah kecerdasan mengupas (critical intelligence). Dengan kecerdasan mengupas fikiran membentuk konsep atau gagasan yang diterapkan pada data untuk memberikan makna kepada data tersebut. 9 Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
  • 10. Sebaliknya, data sebagai bagian perbendaraan pengalaman memberikan masukan kepada gagasan atau konsep. Proses sibernetik ini, yaitu proses yang memiliki makanisme umpanbalik yang keluaran menjadi masukan kembali untuk mengatur keluaran berikut, membentuk suatu pola berfikir dalam otak yang akhirnya menghasilkan keputusan mengerahkan tindakan. Makin serbacakup (comprehensive) pola berfikir, makin banyak alternatif putusan yang dapat diambil dan pengarahan tindakan makin cermat atau makin lentur. masukan sebagai umpanbalik Data Gagasan Pola berfikir Putusan Tindakan Konsep memberi makna Gb. 2. Bagan proses penentuan tindakan Untuk dapat berfikir diperlukan beberapa informasi sebagai titik tolak. Gagasan dibangkitkan dengan menerapkan berfikir pada data. Untuk dapat membentuk, mengem- bangkan dan memperbaiki gagasan diperlukan saling-pengaruh antara berfikir dan data secara terus menerus. Perkembangan dan penyampaian gagasan merupakan proses penting dalam ilmu dan menjadi pokok kemajuan ilmu. Para cendekiawan menggunakan nalar pada waktu menguraikan dan menyampaikan gagasan mereka. Dengan nalar sajian mereka menjadi tertib, teratur, berurut dan mengikuti suatu susunan yang mantik (logical). Bernalar ialah berfikir maju dari fakta yang teramati ke arah penjelasan masuk akal mengenai kehadiran fakta tersebut. Nalar ialah kemampuan berfikir menjelaskan, menarik kesimpulan, dsb. Penalaran menggunakan dua dasar, yaitu mantik (logic) dan fikiran sehat (common sense). Mantik ialah kajian atas tatacara dan asas yang digunakan membedakan penalaran yang baik (benar) dengan yang buruk (tidak benar). Mantik digunakan memeriksa apakah penalaran itu masuk akal, yaitu paut dan dapat diuji kebenarannya. Fikiran sehat ialah fikiran praktis yang baik, yang diperoleh dari pengalaman hidup. Ada dua bentuk penalaran yang digunakan oleh para pakar mantik, yaitu deduksi dan induksi. Deduksi berpangkal pada suatu pendapat umum berupa hukum, teori atau kaedah dalam menyusun suatu penjelasan tentang suatu kejadian khusus. Deduksi juga disebut interpolasi pendapat dan merupakan penalaran formal. Induksi berpangkal pada 10 Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
  • 11. sejumlah fakta untuk menyusun suatu penjelasan umum, teori atau kaedah yang berlaku umum. Induksi juga disebut ekstrapolasi pendapat lewat proses perampatan (generalization) Deduksi mengembalikan setiap kejadian kepada pendapat umum. Maka deduksi hanya benar jikalau pendapat umum yang digunakan sebagai pangkal pendapat itu benar. Yang dituju penalaran deduktif bukan terutama kebenaran kesimpulan, akan tetapi kesahihannya (validity). Kesahihan kesimpulan semata-mata ditentukan oleh bentuk alasan (argument) yang diajukan dalam menghubungkan kejadian dengan pangkal pendapat, tidak oleh kebenaran pangkal pendapat. Kalau pangkal pendapat keliru, kesimpulan juga keliru akan tetapi tetap sahih. Deduksi menghasilkan kepastian mantik. Sekalipun demikian deduksi kurang subur untuk penelitian karena tidak dapat membawa kita ke pembentukan pendapat baru. Derajat kebenaran induksi tergantung pada jumlah dan keterandalan fakta yang telah dipergunakan untuk membuat perampatan. Makin banyak dan makin andal fakta yang dipergunakan, makin tinggi derajat kebenaran kesimpulan. Tidak mungkin mengamati semua fakta yang ada, dan ada fakta yang baru akan muncul kemudian. Maka induksi hanya dapat menghasilkan kementakan mantik (logical probability). Namun demikian dengan induksi kita berpeluang menciptakan teori baru, berarti penalaran induktif lebih subur daripada deduktif. Dengan menggabungkan deduksi dan induksi menjadi satu kesatuan penalaran, akan dapat diperoleh hasil yang lebih bermaslahat bagi pengembangan ilmu. Kekurang- pastian mantik dalam induksi dapat diisi dengan kelebih-pastian mantik dalam deduksi, sedang kekurang-suburan deduksi dapat diisi dengan kelebih-suburan induksi. Teori Ramalan deduksi penegasan (confirmation) Acuan induksi pentahkikan (model (verification) pemalsuan (falsification) Fakta penilaian Fakta baru Gb. 3. Penggabungan deduksi dan induksi dalam penciptaan/pemastian teori 11 Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
  • 12. Deduksi mengarah ke rasionalisme yang menerapkan rasio secara tegar terlepas dari pengalaman, berdasarkan pernyataan pasti akan kebenaran yang dipercayai berupa hukum, teori atau kaedah umum. Induksi mengarah ke empirisme yang mengunggulkan pengala- man dan pengamatan sebagai dasar pernyataan. Rasionalisme dapat menimbulkan kontro- versi karena hakekat kebenaran tidak sama bagi semua orang. Empirisme bersifat subyektif karena memberikan arti kepada peristiwa menurut tafsiran atau pendapat pengamat. Metode ilmiah menggabungkan rasionalisme dengan empirisme. Dengan rasional- isme diperoleh landasan pemikiran terpadu dan mantik, dan dengan empirisine diperoleh kerangka pengujian dalam memastikan kebenaran. Einstein berkata bahwa “fakta memben- tuk pengetahuan dan pada gilirannya pengetahuan menghasilkan fakta”. Maka ilmu terdiri atas fakta dan teori. Perampatan berguna mengevaluasi pengalaman. Tanpa perampatan pengalaman hanya akan merupakan tumpukan fakta yang terpisah-pisah. Kebanyakan penemuan di- peroleh dari fakta empirik yang diolah dengan penalaran induktif. Penalaran juga menggunakan implikasi dan inferensi. Implikasi ialah sesuatu yang dianggap ada karena keberadaannya sudah terangkum dalam bukti itu sendiri. Inferensi ialah suatu kesimpulan yang diturunkan dari apa yang ada, atau dari apa yang dikatakan. Komunikasi Ilmiah Pengetahuan dapat disajikan secara lesan (seminar, simposium, dsb.) atau secara tertulis (laporan, makalah dalam jurnal). Suatu sajian lesan atau tertulis perlu mengikuti beberapa ketentuan dasar agar supaya mempunyai nilai informasi sebaik-baiknya. Suatu sajian bernilai informasi baik apabila isinya dapat dikomunikasikan. Suatu uraian yang hanya dapat difahami oleh beberapa atau sekelompok orang saja, tidak akan berarti banyak bagi kehidupan ilmiah. Bahasa menjadi salah satu sarana pokok perhubungan antar fikiran atau gagasan, disamping matematika. Maka kemahiran berbahasa dan kemahiran menggunakan ungkapan matematika menjadi prasyarat mutlak bagi setiap pakar. Tanpa kemahiran berkomunikasi, seorang pakar lambat laun akan menjadi mandul, di samping menjadi tidak berguna sebagai rekan pakar. Pakar semacam itu hanya mempunyai satu sumber pendapat yang dapat digalinya, yaitu dirinya sendiri. Dia tidak pandai mencari kesempatan meman- faatkan sumber-sumber pemikiran lain di luar dirinya, tidak menerima masukan penye- garan atau pembaharuan, tidak mempunyai jalur pengujian pendapat, dan dia kehilangan 12 Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
  • 13. peranan sebagai sumber keterangan bagi pakar-pakar lain. Orang menjadi sebuah sistem terpencil, tidak dapat mempertukarkan bahan dan energi dengan lingkungannya. Berkomunikasi tidak lain daripada mengorganisasikan bahan-bahan keterangan sehingga berkadar informasi memadai. Misal, ucapan "ini jeruk" merupakan sebuah keterangan yang tidak banyak mengandung informasi atau penjelasan; apakah jeruk bali, jeruk pontianak, jeruk nipis, atau jeruk yang lain. Juga ucapan “ini manis” merupakan keterangan yang masih samar; apa yang manis, jerukkah, rotikah, atau yang lain. Dengan mengucapkan “jeruk bali ini manis” informasi yang disampaikan bertambah banyak sekali, yang bagi keperluan komunikasi umum telah menjadi bahan keterangan lengkap. Informasi tentang hasil penelitian sekurang-kurangnya memuat tiga hal pokok, yaitu (1) daya pengaruh masukan (input effects), (2) daya pengaruh tempat (tempat dapat berarti site, location, area atau region, tergantung pada skala pengamatan), dan (3) daya pengaruh waktu (temporal effects). Daya pengaruh masukan akan memperlihatkan peran teknologi atau proses antarmuka (interface) antara obyek sebagai sistem dan lingkungannya. Daya pengaruh tempat akan memperlihatkan peran faktor lingkungan abiotik, biotik, sosial, ekonomi dan/atau budaya. Daya pengaruh waktu akan memper- lihatkan peran tahapan proses sepanjang waktu, atau memperlihatkan sifat proses, apakah mendaur (cyclic), berulang (repetitive) atau berlanjut satu arah. Ketentuan dasar bagi penyajian hasil penelitian secara efektif ialah: 1. Persoalan beserta seginya yang ditinjau dari tatacara penghampirannya (approach) harus diungkapkan jelas. 2. Menunjukkan kepentingan persoalannya. 3. Ruang lingkup uraian harus jelas, akan tetapi tidak terlalu luas agar dimungkinkan menjabarkan subyeknya secara khusus. 4. Sajian disusun berdasarkan kesudahan kajian yang dapat dipertahankan (defendable). 5. Susunan uraian harus menarik dengan urutan penalaran yang mudah diikuti, dengan tata bahasa yang tidak rancu, dan kalau dapat merangsang tanggapan hadirin atau pembaca. 6. Penarikan kesimpulan harus langsung dan paut dengan maksud dan tujuan penelitian, berarti tidak menggunakan asumsi berlebihan dan mengekstrapolasikan pendapat terlalu jauh. 13 Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
  • 14. 7. Uraian dibagi dalam bagian-bagian yang urutannya dapat mengantarkan pembaca memasuki inti kajian setapak demi setapak, dan membentuk kesatuan uraian yang bulat. Format penulisan secara umum adalah sebagai berikut: A. Pembabakan tulisan Tulisan dibagi menjadi berbagai bagian (bab, pasal, ayat, paragraf atau alinea). Tiap bagian merupakan suatu kesatuan terbuka, artinya berkaitan dengan bagian sebelumnya sebagai penerus dan berkaitan dengan bagian berikutnya sebagai pendahulu. Pada umumnya pembabakan terdiri atas a. Pendahuluan (Pengantar) b. Tubuh tulisan yang terbagi menjadi 1. Tinjauan pustaka 2. Sifat obyek penelitian (Bahan penelitian atau Keadaan wilayah penelitian) 3. Metodologi (Metode) penelitian 4. Hasil penelitien 5. Pembahasan c. Kesimpulan (boleh ditambah pendapat atau saran) B. Fungsi tiap bagian a. Pendahuluan Menguraikan latar belakang pemilihan persoalan; maksud, tujuan dan ruang lingkup penelitian; keterbatasan ungkapan (limitations); batasan pengertian (takrif, asumsi); teori dan hipotesis. b. Tinjauan pustaka Membentangkan intisari pengalaman paut, penelitian terdahulu, dan nilai informasi yang ditemukan dalam bahan pustaka dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilaporkan. c. Sifat obyek penelitian Menjelaskan kekhususan berkenaan dengan persoalan yang dipilih dan dengan maksud dan tujuan penelitian; mengunjukkan faktor-faktor yang berkaitan dengan hakekat obyek penelitian yang mungkin berpengaruh atas hasil penelitian. d. Metodologi penelitian Bab ini dapat dipecah menjadi beberapa pasal, tergantung pada keragaman metodologi yang digunakan. 14 Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
  • 15. 1. Pasal pertama Menguraikan tatakerja lapangan, mencakup pemilihan daerah kerja, metode pengumpulan cuplikan (sample), macam cuplikan, sistem pengamatan, pemilihan parameter penciri, dan teknik pengamatan parameter. 2. Pasal kedua Menguraikan tatakerja laboratorium, studio dan/atau percobaan (rumahkaca dan/atau stasiun lapangan). 3. Pasal ketiga Mengutarakan pengolahan data, termasuk analisis matematika dan statistika; penjelasan tentang pengujian hipotesis. e. Hasil penelitian Memuat data mentah dan yang sudah diolah. Kalau data mentah terlalu banyak, dapat dipindahkan menjadi lampiran. Hasil olahan data dapat berupa tabel, diagram, kurva dan/atau persamaan atau fungsi matematik. Kalau dipikir perlu, dapat dilengkapi dengan foto-foto. f. Pembahasan Memuat penafsiran makna hasil penelitian berkenaan dengan menjawab hipotesis dan implikasinya atas teori atau kaedah yang berlaku sekarang. Selain itu juga dikemukakan, kalau ada, segi-segi persoalan yang belum dapat diselesaikan secara tuntas, sehingga memerlukan penelitian lebih lanjut. Kadang-kadang pembahasan disatukan dengan hasil penelitian, dengan maksud merangkaikannya sekaligus dengan pengolahan data. Akan tetapi kalau difikir bab hasil penelitian akan menjadi terlalu panjang, pembahasan dijadikan bab tersendiri. g. Kesimpulan Mengutarakan gagasan khusus berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan, a.l. memastikan atau meragukan teori atau kaedah yang berlaku sekarang, implementasinya dalam pemecahan persoalan sejenis, manfaat yang dapat dipetik dari hasil penelitian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung, dan arah pangembangan penelitian yang diperlukan. Kesimpulan bukan ringkasan. h. Ringkasan Dapat ditambahkan ringkasan karena ringkasan seringkali sangat berguna. Bagi pembaca yang berilmu sebidang atau berkaitan, ringkasan menjadi penentu 15 Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
  • 16. berminat tidaknya mereka membaca seluruh tulisan. Bagi pembaca dari disiplin lain yang memerlukan masukan interdisiplin, ringkasan menjadi sumber informasi sangat berguna. Ada orang yang suka meletakkan ringkasan pada akhir uraian, dan ada yang suka meletakkannya pada awal uraian. Ringkasan adalah perasan hal uraian, memuat hal-hal paling pokok tiap bagian. Ada ringkasan yang diperpanjang (extended summary) dan ada yang dibuat sangat pendek, hanya memuat garis besar kesimpulan dan usulan (recommendation). Ringkasan yang diperpanjang berguna untuk para pejabat (executive summary) atau untuk komunikasi internasional dengan menggunakan bahasa Inggris dalam hal induk karangannya berbahasa setempat. C. Ragam penulisan dan nada ungkapan Hal ini perlu diperhatikan agar tiap bagian dapat menjalankan fungsi masing-masing secara baik. a. Pendahuluan Ragam narasi dan nada informatif b. Tinjauan pustaka Ragam narasi dan nada infonnatif c. Sifat obyek penelitian Ragam deskripsi dan nada informatif d. Metodologi penelitian Ragam deskripsi dan nada informatif e. Hasil penelitian Ragam eksposisi dan nada informatif f. Pembahasan Ragam argumentasi dan nada ekspresif g. Kesimpulan Regam narasi, eksposisi dan argumentasi serta nada ekspresif dan direktif atau persuasif; nada direktif menggunakan kata-kata “harus”, “perlu” dsb., nada persuasif menggunakan kata-kata “hendaknya”, “sebaiknya” dsb. D. Pola uraian a. Kronologi Dapat digunakan mengisi nada informatif b. Perian (descriptive) 16 Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
  • 17. Dapat digunakan mengisi nada informatif c Penggambaran (illustrative) Seperti b, akan tetapi lebih tajam d. Analitik Digunakan mengisi nada ekspresif e. Takrif Digunakan mengisi nada ekspresif atau persuasif f. Penjabaran gagasan (topical) Digunakan mengisi nada ekspresif, persuasif atau direktif g. Deduktif Digunakan mengisi nada ekspresif, persuasif atau direktif h. Induktif Digunakan mengisi nada ekspresif, persuasif atau direktif i. Kausal Digunakan mengisi nada ekspresif, persuasif atau direktif j. Alternatif Digunakan mengisi nada ekspresif atau persuasif E. Penjatahan ruang tulis tiap bagian Penjatahan ruang tulis harus seimbang dengan fungsi atau kepentingan tiap bagian. Bagian yang memuat fakta yang terungkapkan dan penafsiran fakta mempunyai kepentingan tertinggi dan karena itu harus diberi ruang cukup. Bagian yang bersifat penjelasan atau berfungsi meletakkan dasar gagasan yang mendorong penelitian, termasuk tinjauan pustaka, diberi ruang yang lebih terbatas. Bagi pembaca yang ingin mendalami pustaka yang dirujuk, dapat membacanya sendiri pustaka aselinya. Barangkali imbangan berikut ini dapat dijadikan pedoman: pendahuluan sekitar 10%, tinjauan pustaka sekitar 10%, sifat obyek penelitian dan metodologi penelitian sekitar 5%, hasil penelitian dan pambahasan sekitar 70%, dan kesimpulan, termasuk pandapat dan saran, serta ringkasan sekitar 5%. Tiap peneliti tentu bebas menentukan imbangan yang dipandangnya baik. Imbangan yang baik juga bergantung pada sifat penelitian. Apabila metodologi penelitian diciptakan khusus untuk penelitian tersebut karena memang persoalannya bersifat khusus, berarti tidak ada rujukannya, ruang metodologi dan sifat obyek penelitian dapat dinaikkan sampai 10%. Akan tetapi dengan 17 Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
  • 18. pertimbangan apa pun, ruang untuk hasil penelitian dan pembahasan jangan kurang daripada 50%. F. Judul Judul harus memenuhi persyaratan: a. Ringkas. Ada yang mempersyaratkan maksimum 16 kata. b. Dapat memberikan gambaran jelas tentang pokok persoalan, ruang lingkup kajian dan sudut pandangan yang diambil. c. Mengunjukkan asas penghampiran (biologi, fisik, sosial, ekonomi, atau yang lain). «» 18 Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)