SlideShare a Scribd company logo
1 of 160
1
BAB 1
Metodologi Penelitian
A. Pendahuluan
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang sangat penting bagi
pengembangan ilmu dan bagi pemecahan suatu masalah. Beberapa ilmuan memulai
kegiatan ilmiahnya dengan melakukan penelitian. Penelitian menjadi salah satu alat
untuk mengungkap kebenaran sehingga menjadi sebuah pengetahuan yang baru.
Selain itu, Penelitian juga berguna untuk memecahkan suatu masalah dengan
mengambil hasil penelitian yangtelah dilakukan oleh orang Ilmuan sebelumnya.
Penelitian yang seksama dan sistematis membantu para Ilmuan untuk
menemukan suatu permasalahan yang terjadi dan mencari solusi yang terbaik dari
masalah yang dihadapi. Aktifitas penelitian merupakan salah satu tahapan yang
harus dilakukan oleh Ilmuan untuk mendapatkan hasil yang akurat dan dapat
diterima oleh publik. Dengan demikian penelitian adalah pengalaman yang berharga
dan menjadi guru yang terbaik yang memberikan banyak pelajaran bagi yang mau
memanfaatkannya.
Penelitian-penelitian yang telah ditemukan dapat mengungkap berbagai
gejala yang jika dikembangkan lebih lanjut dengan tepat, maka terdapat solusi yang
tepat bagi suatu masalah. Di sinilah para Ilmuan dapat menemukan konsep dan teori
baru. Dengan demikian, penelitian pada hakikatnya adalah suatu kegiatan untuk
memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah.
B. Penelitian sebagaiMetodologiIlmu
Penelitian merupakan suatu usaha menemukan pengetahuan ilmiah.
Pengetahuan (knowledge) adalah segala sesuatu yang kita ketahui yang berjumlah
banyak dan beragam. Sedangkan pengertian dari pengetahuan ilmiah (science)
adalah pengetahuan yang mengikuti aturan ilmiah. Walau semua pengetahuan tidak
2
melalui penelitian, akan tetapi posisi penelitian akan menempati peran yang
strategik dalam menghasilkan pengetahuan yang baru secara akurat.
Ada banyak cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan, tidak hanya dengan
melalui penelitian saja. Namun dapat melalui pengalaman langsung, bertanya
kepada yang lebih memahami, membaca buku pengetahuan, dan bahkan bisa
didapatkan hanya dari berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. Menurut
Kneller (1987:18-23) ada lima sumber pengetahuan, yaitu:
1. Revealed Knowledge, yaitu pengetahuan yang bersumber dari Tuhan melalui
wahyu yang diturunkan kepada Rosul pilihan yang dituangkan dalam kitab-kitab
suci yang kebenarannya sudah tidak diragukan lagi dan bersifat mutlak.
2. Iintuitif Knowledge, yaitu pengetahuan yang diperoleh individu secara pribadi
yang melibatkan intuisi dalam penghayatannya terhadap sesuatu secara
mendalam. Intuisi atau insign dapat muncul secara tiba-tiba tanpa disadari
dalam hal cipta, rasa dan karsa seseorang yang bersifat unik.
3. Rational knowledge, pengetahuan yang diperoleh semata-mata atas hasil
rekayasa akal bukan atas hasil observasi terhadap peristiwa-peristiwa faktual.
Yang dikedepankan adalah kekuatan logika, sehingga suatu pernyataan
dianggap benar karena silogismenya rasional atau dapat diterima secara nalar.
4. Empirikal knowledge, pengetahuan yang diperoleh dari hasil observasi dengan
menggunakan kekuatan pengelihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan
peradaban terhadap realitas yang ada, sehingga pengetahuan ini teruji
kebenarannya secara empiric dengan bukti yang dapat diamatai oleh pancaindra.
5. Authoritative Knowledge, pengetahuan yang dikokohkan oleh reputasi
pencetusnya/ahlinya atau diterima berdasarkan otoritas seseorang.
3
Berdasarkan jenis pengetahuan ini, dijelaskan bahwa seseorang dapat
memiliki pengetahuan karena ia terlibar secara mendalam dengan bidang yang
digelutinya secara piker dan empirical. Kegiatan ini dapat diwadahi dalam
kegiatan penelitian.
Cara lain yang dapat digunakan untuk endapatkan pengetahuan adalah
dengan bertanya kepada orang lain. Yang pasti orang yang memiliki pengetahuan
dan wewenang yang lebih di banding dengan kita. Biasanya orang hanya bertanya
mengenai hal luarnya saja tanpa menanyakan alasan-alasan dari apa yang sudah
dibicarakan sehingga hanya percaya dan mengikutinya saja. Hal itu tentu tidak
menjamin keakuratan informasi yang didaptakan. Pengetahuan seperti ini
termasuk dalam kategori authoritatif. Untuk memperoleh pengetahuan yang benar
orang harus menggunakan nalarnaya dengan dibangun suatu kerangka piker
dedukatif yang dimulai dari hal-hal yang bersifat umum menuju ke hal-hal yang
lebih khusus. Untuk memperoleh kesimpulan yang benar harus melalui premis-
premis yang benar pula. Oleh karena itu perlu adanaya cara untuk menguji
kebenaran dari premis-premis yang didapatkan. Cara mengujinya dengan
menggunakan penalaran induktif yang mengkaji fakta-fakta secara cermat untuk
mendapatkan kesimpulan.
Penelitian adalah aktifitas menggunakan kekuatan berpikir dan observasi
dengan menggunakan kaidah-kaidah tertentu untuk menghasilkan ilmu
pengetahuan guna menyelesaikan suatu persoalan. Aktifitas berpikir dalam
penelitian tidak hanya sekedar memindahkan atau mengambil teori-teori yang
sudah ada, akan tetapi ini merupakan aktifitas berpikir secara ilmiah. Dengan kata
lain Peneliti akan paham bagaimana melakukan penelitian untuk menguji teori-
teori atau menemukan yang masih menjadi rahasia dengan menggunakan kerangka
berpikir yang rasional dan dapat menganalisis data/fakta secara ilmiah sehingga
menjadi teori baru yang teruji kebenarannya dan berguna bagi pemecah masalah
yang mengemban ilmu.
Untuk memproleh pengetahuan yang benar penelitian dapat dilaksanakan
dengan menggunakan metode ilmiah oleh peneliti yang memiliki integritas ilmiah.
4
Artinya, penelitian dilaksanakan berdasarkan teori-teori, prinsip-prinsip, serta
asumsi-asumsi dasar pengetahuan, dengan menggunakan penalaran deduktif-
deduktif serta prosedur dan teknik yang sistematik. Peneliti selain memiliki
penguasaan di bidang yang diteliti dan metodologi penelitian, tetapi harus juga
memiliki integritas ilmiah, artinya dia harus bersikap objektif, terbuak, jujur, dan
berpegangan teguh kepada kebenaran ilmiah.
Hasil penelitian yang valid dan reliable dapat menghasilkan kesimpulan-
kesimpulan bagi ilmu pengetahuan dan bahkan menjadi ilmu pengetahuan itu
sendiri dan menjadi konsep atau teori yang dapat digunakan untuk memahami,
mendeskripsikan, menjelaskan, mengontrol dan memprediksikan suatu fanomena.
Aktifitas tersebut sangat berguna bagi upaya pemecahan masalah dan
memverifikasikannya dengan fanomena empiric untuk mendapatkan data dan fakta
yang sesungguhnya atau yang relevan dengan masalah yang dihadapi. Fakta dapat
di olah dengan tepat melalui metode yang relevandan dianalisis secara mendalam
yang melibatkan verification logical framework dalam menyajikan temuan-temuan
dan kesimpulan yang dapat dijadikan rujukan bagi pemecahan masalah dan bagi
pengembangan disiplin ilmu. Demikian seterusnya sebagai suatu aktifitas terus
menerus sebagaimana tertulis dalam gambar 1.1 berikut ini.
5
Penelitian sebagai Metodologi Ilmu
Gambar 1.1 : Penelitian Sebagai Metodologi ilmu
C. Paradigma Keilmuan
Nicolas Henry (1995:21-49) menyatakan bahwa, standart suatu disiplin ilmu
mencangkup focus dan locus. Focus mempersoalkan tentang “what of thr field” atau
metode dasar yang digunakan atau cara-cara ilmiah yang digunakan untuk
memecahkan suatu persoalan; sedangkan locus mencangkup “where of the field”
atau medan atau tempat dimana metode tersebut dapat digunakan atau dimanfaat
kan sebagaimana mestinya.
Suetu ilmu merupakan kumpulan dari pengetahuan yang tertata dan
kebenarannya sudah teruji serta sudah diakui oleh para ahli dan masyarakat serta
dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah lain. Pengetahuan yang
diperoleh dalam penelitian dapat berupa fakta, konsep, generalisasi atau teori.
Generalisasi
Konsep
teori
Data
Fakta
To understand
To describe
To explain
To control
To predict
To Solve Problem
Fanomena Empirik
Verification
Logical
Framework
6
Pengetahuan tersebut dapat membantu kita dalam memecahkan suatu persoalan
yang sedang dihadapi. Bahkan penelitian dapat menggugurkan asumsi pertama dari
pemikiran seseorang karena dapat menunjukkan konteks yang actual dan terbukti
kebenarannya.
Namun dengan demikian dalam praktik selanjutnya, melakukan penelitian
memerlukan kaidah sendiri dengan berpatokan kepada paradigm tertentu. Dengan
demikian peneliti memerlukan paradigm yang jelas unutk membuktikannya, seperti
yang dikatakan Huntington (1996) bahwa paradigma dalam penelitian menjadi
“peta” yaitu simplify-kasi yang perlu sehingga kita tahu dimana kita sedang berada,
dan kemana kita harus melangkah.
Paradigm menurut Mustopadidjaja (2000) adalah teori dasar atau cara
pandang yang fandumental, dilandasi nilai-nilai tertentu, dan berdasarkan teori
pokok, konsepsi, asumsi, metodologi atau cara pendekatan yang dapat digunakan
teoritis dan praktisi dalam menanggapi suatu masalah baik dalam kaitan
pengembangan ilmu maupun dalam upaya pemecahan masalah bagi kemajuan hidup
dan kehidupan manusia. Definisi hamper serupa dengan yang diangkat oleh Kuhn
(1970) bahwa paradigm merupakan suatu cara pandang, nilai-nilai, metode-metode,
prinsip dasar atau cara memecahkan suau masalah yang dianut oleh suatu
masyarakat ilmiah pada suatu masa tertentu (Kuhn, 1970).
Suatu paradigma dalam suatu penelitian adalah penggunaan paradigm yang
memiliki pandangan yang berbeda dan menggambarkan suatu pola, model, peta,
jalan atau langkah yang akan ditempuh. Langkah-langkah tersebut biasanya
dikembangkan dalam penelitian analisis dan pengembangan kebijakan. Walaupun
sudah ada beberapa instrument kuantitatif untuk mengukur efektifitas kbijakan,
namun untuk menganalisis dan mengembangkan suatu kebijakan yang bersifat
expost maupun secara mendalam atau untuk menemukan model yang sesuai serta
kebijakan yang tepat diperlukan explorasi data kualitatif. Ini menjadi suatu
paradigma baru peneliin kebijakan. Dengan demikian paradigm merupakan suatu
cara berpikir masyarakat ilmiah untuk memahami realitas objek yang diteliti.
7
Paradigma digunakan untuk menunjukkan konsepsi dasar seseorang mengenai suatu
aspek realitas tertentu.
D. Paradigma Penelitian
Ilmuan mencari dan menguji pengetahuat memalui penelitian. Melakukan
penelitian adalah menelusuri lapangan atau menelaah suatu gejala untuk
menemukan kebenaran. Cara atau langkah yang dilakukan untuk melakukan
penelitian dipengaruhi oleh pandangan terhadap objek atau fanomena/gejala sebagai
suatu realitas sosial. Cara pandangan untuk melihat atau memahami kenyataan
dipengaruhi oleh pemahaman akan filsafat tentang alam semesta. Dua pandangan
filsafat yang mndominasi pemahaman terhadap realitas adalah filsafat positivistic
dan postpositivistik.
Paradigma filsafat positivistik membahas tentang apa yang ada, terlihat,
teraba dan terasa. Sedangkan paradigma postpositivistik tidak hanya membahas
tentang apa yang terlihat, terasa dan teraba saja, akan tetapi mencoba memahami
makna di balik semua yang ada. Paradigma postpositiviatik ini merupakan aliran
yang memperbaiki kelemahan dari paradigm positivism yang hanya mengandalkan
kemapuan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti.
Paradigma positivistik melahirkan pendekatan penelitian kualitatif yang
cendenrung pada penggunaan angka-angka. Sedangkan paradigma postpositivistik
atau naturalistik melahirkan pendekatan penelitian kualitatif yang cenderung pada
penggunaan kata-kata untuk menarasikan suatu fanomena/gejala.
Pandangan dasar untuk menjelaskan paradigma penelitian yang
menggunakan positivistik dengan naturalistik adalah ada pada lima pandangan dasar
(aksioma), yaitu :
1. Kenyataan tentang Realitas
Aliran positivistik memandang realitas sebagai sesuatu yang bersifat
nyata (kongkrit) yang dapat diamati dengan panca indra. Kita dapat melihat
kebenaran konsep karena terjelas dalam suatu fanomena seperti konsep
8
manajemen yang dapat diamati dari adanya rencana kerja yang telah dibuat,
struktur organisasi yang sudah ada, jadwal kerja yang efektif, adanya
pengawasan dan dilakukannya feed back dari evaluasi terhadap rencana
pelaksanaannya. Dari elaborasi semua itu dapat diperoleh sebuah kebenaran
yang teramati. Oleh karena itu peneliti kualitaif harus mengetahui semua
penjabaran prosesnya.
Realitas juga dapat dipecah menjadi bagian-bagian yang dapat diukur
baerdasarkan jenis, bentuk, waktu, warna, perilaku dan lainny. Pecahan-
pecahan itu dapat dipelajari secara independen dan dapat dieliminasi dari objek
lain. Misalnya untuk meneliti tentang sekolahan, kita bisa memilih hanya salah
satu dari bagian sekolah tersebut. Misalnya kita memilih masalah tentang
administrasi perkantoran di sekolah tersebut tanpa memilih pembelajarannya.
Realitas pada aliran positiviatik dapat dikontrol atau dikendalikan oleh
objek lain. Misalnya suatu variable bebas akan mengontrol kehadiran variable
terikatnya. Oleh karena itu, peneliti harus menggunakan alat yang tepat untuk
mengukur setiap variable secara spesifik dan mampu menetapkan ukurannya
secara tepat.
Berbeda dengan aliran positiviatik, aliran postpositivistik memandang
bahwa realitas merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dipisahkan. Apabila
dipahami di setiap bagiannya akan ada keterkaitan anatar yang satu dengan
yang lainnya. Suatu objek akan selalu berpasangan dengan konteks nya masing-
masing.
2. Hubungan Peneliti dengan yang Diteliti
Aliran positivistic menjabarkan bahwa hubungan anatara peneliti
dengan yang diteliti bersifat independen. Peneliti harus bersikap seobjektif
mungkin sehingga unntuk melakukan sebuah kajian fanomena harus dipilih
secara nyata anatar subjek dan objek penelitian. Dalam pelaksanaan penelitian
digunakan instrument untuk mengungkap data yang ada tanpa melibatkan
langsung antara pencari data (peneliti) dan sumber data (teori peneliti).
9
Instrumen yang digunakan adalah kuisioner yang membutuhkan bantuan orang
lain untuk memberikan pendapatnya yang sesuai tanpa harus mengetahui siapa
yang berpendapat.
Pandangan aliran postpositivistik tentang dunia adalah suatu keutuhan
dan di balik semua kenyataan terkandung adanya unsure manusiawi yang
tersembunyi dan yang dapat dimengerti, dirasakan dan dipahami apabila
berbaur pada suasana yang sesungguhnya. Postpositivistik menuntut adanya
keterkaitan antara subjek yang diteliti dengan objek nya. Penelitian kualitatif
mengetengahkan peneliti sebagai human instrument yang mampu mengungkapa
data yang sesungguhnya di balik suatu fanomena yang tersembunyi.
Cara untuk memahami dan mengungkap makna dari sebuah kenyataan
dapat dilakukan dengan cara masuk kedalam sumber data melalui observasi,
partisipasi, atai interview langsung. Dengan hal ini penelitian tidak dapat
dipisahkan anatara pencari data (peneliti) dan sumber data.
3. Kemungkinan Generalisasi
Positivistik bekerja dengan pola piker deduktif, yaitu berangkat dari
generalisasi untuk ditemukan data empiriknya yang sesuai dan mendukung
teorinya. Suatu data menjadi terpercaya karena generalisasi yang diambil dalam
populasi luas dan dapat diuji ulang dengan hasil yang relative sama.
Postpositivistik bekerja kebalikannya, yaitu dengan cara induktif, yang
artinya penelitian yang berangkat dari harapan dan membenarkannya dengan
teori-teori yang berhubungan dengan fanomena yang terkait. Data/fakta yang
ada merupakan bahan untuk dikaji dan dianalisis dengan menggunakan analisis
pola pikir reflektif sehingga ditemukan makna yang berbeda di dalamnya. Data
yang dimaknai dengan menggunakan pola pikir reflektif akan memperoleh data
yang bermakna modifikasi bagi teori atau menjadi suatu pengembangan dari
suatu teori yang telah terungkap yang disebut sebagai grounded teory.
Generalisasi penelitian kualitatif dari aliran positivistik tidak berasal
dari populasi yang besar dan diambil secara acak, akan tetapi data diungkap
10
dari key person dengan sample porpusive dengan tujuan agar hasil penelitiannya
memiliki nilai komparabilitas dan transferabilitas sehingga dapat direkonstruksi
untuk kepentingan praktik terbaik di tempat lain yang memiliki konteks atau
karakteristik yang relative sama. Nilai transferability yaitu dapat di transfer atau
di aplikasikan di te,pat lain.
.
4. Kemungkinan Hubungan Sebab Akibat
Positivistik mengajarkan kuantitatif meneliti dengan dasar susunan teori
yang kokoh dari awal atau menggunakan teori yang disusun dari penelitian lain.
Pemahaman akan suatu teori dikaji bagian-bagiannya untuk dipecah dan
diambil sebagai bahan kajian dengan menghubung-hubungkansatu sama lain
variabel. Misalnya diketahui bahwa yang mempengaruhi sekolah efektif adalah
kepemipinan yang visioner, budaya kerja produktif, sarana prasarana yang
lengkap, kinerja guru yang professional, dan siswa yang responsive dan kreatif.
Maka dikethui bahwa yang menyebabkan terjadinya sekolah efektif adalah
variabel-variabel tersebut, artinya kepemimpinan menjadi sebab dari sekolah
yang efektif atau sebaliknya, sekolah efektif merukan akibat dari adanya
kepemimpinan yang visioner. Variabel akibat disebut juga variabel dependen
atau yang dipengaruhi, sedangkan variabel yang mempengaruhi atau menjadi
sebab disebut variabel independen.
Dalam penelitian kualitatif dikenal dengan focus studi yang merupakan
suatu kesatuan holistic yang dibantu dengan mengembangkan kategorisasi
untuk mempermudah penelusuran data/faktanya.
5. Peran Nilai
Positivistik menuntut penelitian kuantitatif mengejak objektifitas yang
tinggi dalam melakukan penelitian. Peneliti memiliki kebebasan untuk
mengeksplorasi fakta sesungguhnya berdasarkan batas-batas teori nilai yang
ada. Sebaliknya, pada pemahaman postpositivistik yang dianut peneliti naturalis
11
dalam mencari fakta meminta penyesuaian-penyesuaian dalam teknis
pencariannya yang mengadaptasi dengan kata nilai yang ada.
12
BAB 2
DASAR PENELITIAN KUALITATIF
A. Konsep DasarPenelitianKualitatif
Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (1986:9) pada mulanya
bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan
kuantitatif. Pengamatan kuantitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu cirri
tertentu. Untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan, pengamat harus
mengetahuai apa yang menjadi cirri sesuatu itu. Untuk itu pengamat mulai mencatat
atau menghitung dari satu, dua, tiga dan seterusnya. Baerdasarkan pertimbangan
dangkal yang demikiankemudian peneliti menyatakan bahwa penelitian kuantitatif
mencangkup setiap jenis penelitian yang didasarkan atas perhitungan persentase,
rata-rata, ci kuadrat, dan perhitungan statistic lainnya. Dengan kata lain, penelitian
kuantitatif melibatkan diri pada perhitungan atau angka.
Di pihak lain, kualitas menunjuk segi alamiah yang dipertentangkan dengan
kuantum atau jumlah tersebut. Atas dasar pertimbangan itulah maka kemudian
penelitian kualitatif tampaknya diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan
perhitungan.
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk penelitian kualitatif, yaitu
penelitian atau inkuiri naturalistic atau alamiah, entografi, interaksionis
simbolik,perspektif ke dalam, etnometodologi, the Chicago school, fanomenologis,
studi kasus, interpretative, ekologis, dan deskriptif (Bogdan dan Biklen, 1982:3).
Pemakai istilah inkuiri naturalistik atau alamiah pada dasarnya kurang menyetujui
penggunaan istilah penelitian kualitatif karena menganggap bahwa penelitian
kualitatif merupakan istilah yang terlalu disederhanakan, bahkan sering
dipertentangkan dengan penelitian kuantitatif.
Alasan yang dikemukakan oleh para pengarang buku inkuiri alamiah
tersebut hanyalah merupakan alasan pembenaran istilah inkuiri alamiah yang
13
digunakan oleh mereka. Dilihat dari sisi lain, pada dasarnya istilah inkuiri alamiah
menekankan pada kealamian sumber data. Dengan kata lain, alasan yang digunakan
mereka sama saja yang digunakan oleh peneliti yang masih tetap menggunakan
penelitian kualitatif. Dalam buku ini istilah penelitian kualitatif tetap akan
dipertahankan, dan dalam hal-hal tertentu istilah inkuiri atau penelitian alamiah atau
naturalistic akan dimanfaatkan juga, terutama pada waktu menjelaskan definisi dan
paradigm ilmiah.
Untuk mengadakan pengkajian selanjutnya terhadap istilah penelitian
kualitatif perlu kiranya dikemukakan beberapa definisi. Bogdan dan Taylor (1975:5)
mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada
latar dan individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh
mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis,tetapi
perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.
Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller (1988:9) mendefinisikan
bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial
secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam
kawasannya maupun dalam peristilahannya.
Menurut Dn (199:8) bahwa kata kualitaif menyatakan penekanan pada
proses dan makna yang tidak diuji , atau diukur dengan setepat-tepatnya, dalam
istilah-istilah kuantitas, jumlah, intensitas, atau fekuensi. Para peneliti kualitatif
menekankan sifat realitas yang dikonstruk secara sosial, hubungan yang intim antara
peneliti dan apa yang distudi, dan kendala-kendala situasional yang membentuk
inkuiri. Para peneliti yang demikian menekankan inkuiri yang bermuatan-nilai
(value-laden). Mereka mencari jawaban atas pertanyaan yang menekankan pada
bagaimana pengalaman sosial diciptakan dan diberimakna.
Bogdan dan Taylor (1975) menyatakan bahwa metode kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif: Ucapan atau tulisan dan
perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri. Pendekatan ini
14
langsung menunjukkan latar dan individu-individu dalam latar itu secara
keseluruhan; subjek penyelidikan, baik berupa organisasi ataupun individu, tidak
dipersempit menjadi variabel yang terpisah atau menjadi hipotesis, melainkan
dipandang sebagai bagian dari suatu keseluruhan.
Strauss (1990:17) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan istilah
penelitian kualitatif adalah suatu jenis penelitian yang menghasilkan temuan-temuan
yang tidak diperoleh oleh alat-alat prosedur statistik atau alat-alat kuantifikasi
lainnya. Hal ini dapat mengarah pada penelitian tentang kehidupan, sejarah, perilaku
seseorang atau hubungan-hubungan interaksional.
Konsep ini menekankan bahwa penelitian kualitatif ditandai oleh penekanan
pada penggunaan non statistik (matematika) khususnya dalam proses analisis data
hingga dihasilkan temuan penelitian secara alamiah. Ini merupakan salah satu unsur
yang membedakan penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif. Subjek
penelitian dalam penelitian kualitatif tidak harus banyak sebagaimana berlaku pada
penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif bisa dilakukan hanya dengan satu subjek
penelitian. Tetapi tentu bukan sembarang individu atau subjek yang dipilih sesuka
peneliti.
Latar atau individu yang hendak diteliti hendaknya memiliki keunikan
tersendiri sehingga hasilnya betul-betul bermanfaat baik secara teoritis maupun
praktis. Keunikan latar atau individu yang menjadi subjek penelitian itu menentukan
tingkat bobot ilmiah.
Menurut P (198:41) bahwa metode kualitatif adalah untuk memahami
fenomena yang sedang terjadi secara natural (alamiah) dalam keadaan-keadaan yang
sedang terjadi secara alamiah. Konsep ini lebih menekankan pentingnya sifat data
yang diperoleh oleh penelitian kualitatif, yakni data alamiah. Data alamiah ini
utamanya diperoleh dari hasil ungkapan langsung dari subjek peneliti.
Sebagaimana dikatakan oleh Patton (1980:30) bahwa data kualitatif adalah
apa yang dikatakan oleh orang-orang yang diajukan seperangkat pertanyaan oleh
peneliti. Apa yang orang-orang katakan itu menurutnya merupakan sumber utama
data kualitatif, apakah apa yang mereka katakan diperoleh secara verbal melalui
15
suatu wawancara atau dalam bentuk tertulis melalui analisis dokumen, atau respon
survey.
Selanjutnya, pengkajian definisis inkuiri alamiah telah diadakan terlebih
dahulu oleh Willem dan Rausch (1969), kemudian hasil mereka diulas lagi oleh
Guba (lihat terjemahan St. Zanti /arbi, 19987:11-17), dan akhirnya disimpulkan atas
dasar ulasan tersebut beberapa hal sebagai berikut :
1. Inkuiri natiralistik selalu adalah suatutaraf;
2. Taraf sejauh mana tingkatan pengkajian adalah naturalistic merupakan fungsi
sesuatu yang dilakukan oleh peneliti;
3. Yang dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan stimulus variabel bebas atau
kondisi antiseden yang merupakan dimensi penting sekali;
4. Dimensi penting lainnya ialah yang dilakukan oleh peneliti dalam membatasi
rentangan respons dari keluaran subjek;
5. Inkuiri naturalistic tidak mewajibkan peneliti agar terlebih dahulu membentuk
konsepsi-konsepsi atau teori-teori mengenai lapangan perhatiannya, sebaliknya
ia dapat mendekati lapangan perhatiannya dengan pikiran yang murni dan
mempertahankan interpretasi-interpretasinya muncul daridan dipengaruhi oleh
peristiwa-peristiwa nyata, dan bukan sebaliknya. Walaupun demikian, suatu
pendekatan yang secara konseptual kosong tidaklah tepat dan naïf; dan
6. Istilah naturalistic merupakan istilah yang memodifikasi penelitian atau metode,
tetapi tidak memodifikasi gejala-gejala.
Selain definisi-definisi tersebut di bawah ini dikemukakan pula beberapa
definisi lainnya sehingga pembaca dapat memperoleh gambaran yang luas dan
mendalam. David Williams (1995) menulis bahwa penelitian kualitatif adalah
pengumpulan data pada suatu latar alaiah, dan dilakukan olehorang atau peneliti
yang tertarik secara ilmiah. Jelas definisi ini member gambaran bahwa penelitian
16
kualitatif mengutamakan latar alamiah, dan dilakukan oleh orang yangmempunyai
perhatian alamiah.
Penulis buku penelitian kualitatif lainnya (Denzin dan Lincoln 1987)
menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian menggunakan latar
alamiah dengan maksud menafsirkan fanomena yang terjadi dan dilakukan dengan
jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dari segi pengertian ini, para penulis
masih tetap mempersoalkan latar alamiah dengan maksud agar hasilnya dapat
digunakan untuk menafsirkan fanomena yang dimanfaatkan untuk penelitian
kualitatif adalah berbagai macam metode penelitian. Dalam penelitian kualitatif
metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan
pemanfaatan dokumen.
Penelitian kualitaif dari sisi definisi lainnya dikemukakan bahwa hal itu
merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk memahami
dan menelaah sikap, pandangan, perasaan dan perilaku individu atau sekelompok
orang. Ternyata definisi ini hanya mempersoalkan satu metode yaitu wawncara
terbuka, sedang yang penting dari definisi ini mempersoalkan apa yang diteliti yaitu
upaya memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku baik individu maupun
sekelompok orang.
Penulis lainnya memaparkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian
yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan
pengertian atau pemahaman tentang fanomena dalam suatu latar yang berkonteks
khusus. Pengertianini hanya mempersoalkan dua aspek yaitu pendekatan penelitian
yang digunakan adalah naturalistik sedang upaya dan tujuannya adalah memehami
suatu dari fanomena dalam suatu konteks khusus. Hal ini berarti bahwa tidak
seluruh konteks dapat diteliti tetapi penelitian kualitatif itu harus dilakukan suau
konteks yang khusus.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis
yang tidak menggunakan prosedur analisis statistic atau cara kuantifikasi lainnya.
Jelas bahwa pengertian ini mempertentangkan penelitian kualitatif dengan
17
penelitian yang bernuansa kuantitatif yaitu dengan menonjolkan bahwa usaha
kuantifikasi ataupun tidak perlu digunakan pada penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya pembangunan pandangan mereka
yang diteliti yang dirinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistic dan rumit.
Definisi ini lebih melihat prespektif emik dalam penelitian yaitu memandang
sesuatu uapaya pembangunan pandangan subjek penelitian yang rinci, dibentuk
dengan kata-kata, gambaran holistic dan rumit.
Taerakhir, menurut Jane Riche, penelitian kualitaif adalah upaya untuk
menyajikan dunia sosial, dan prespektifnya di dalam dunia, dari segi konsep,
perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti
Dari kajian tentang definisi-definisi tersebut dapatlah disintesiskan bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fanomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitiannya misalnya perilaku, presepsi,
motivasi, tindakan, dll., secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Kesimpulan tersebut sebagian telah memberikan gambaran tentang adanya
kekhasan penelitian kualitatif.
B. Komponen Penelitian Kualitatif
Secara garis besar penelitian kualitatif itu memiliki tiga komponen utama
sebagaimana diuraikan berikut:
1. Ada data yang datang dari berbagai sumber. Wawancara dan observasi
merupakan sumber-sumber yang paling umum digunakan.
2. Dalam penelitian kualitatif terdiri dari prosedur-prosedur analisis atau
interpretasi yang berbeda yang digunakan untuk sampai pada temuan atau teori.
Prosedur-prosedur itu termasuk teknik-teknik untuk konseptualisasi data. Proses
ini disebut “pengodean” (coding), yang bermacam-macam karena pelatihan,
pengalaman dan tujuan peneliti. Prosedur-prosedur lain juga merupakan bagian
18
proses analisis. Hal ini mencakup sampling non statistik, penulisan memo, dan
pendiagraman hubungan-hubungan konseptual.
3. Laporan tertulis dan verbal. Hal ini bisa ditunjukkan dalam jurnal-jurnal atau
konferensi ilmiah serta mengambil bentuk-bentuk yang beragam tergantung
pada audiens dan aspek temuan teori yang ditunjukkan. Misalnya, seseorang
bisa memaparkan peninjauan luas (overview) seluruh temuan atau diskusi
mendalam tentang satu bagian dari kajian (Strauss, 1990:20).
C. Fungsi dan PemanfaatanPenelitianKkualitatif
Penelitian kualitatif dimanfaatkan untuk keperluan:
 Pada penelitian awal dimana subjek penelitian tidak didefinisikan secara baik
dan kurang dipahami.
 Pada upaya pemahaman penelitian perilaku dan penelitian motovasional.
 Untuk penelitian konsultatif.
 Memahami isu-isu rumit suatu proses.
 Memahami isu-isu rinci tentang situasi dan kenyataan yang dihadapi seseorang.
 Untuk memahami isu-isu yang sensitive.
 Untuk keperluan evaluasi.
 Untuk meneliti latar belakang fanomena yang tidak dapat diteliti melalui
penelitian kuantitatif.
 Digunakan untuk meneliti tentang hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang
subjek penelitian.
 Digunakan untuk lebih dapat memahami setiap fanomena yang sampai sekarang
belum banyak diketahui.
 Digunakan untuk menemukan perspektif baru tentang hal-hal yang sudah
banyak diketahui.
 Digunakan oleh peneliti bermaksud meneliti sesuatu secara mendalam.
 Dimanfaatkan oleh peneliti yang berminat untuk menelaah sesuatu latar
belakang misalnya tentang motivasi, peranan, nilai, sikap, dan perspektif.
19
 Digunakan oleh peneliti yang berkringinan untuk menggunakan hal-hal yang
belum banyak diketahui oleh ilmu pengetahuan.
 Dimanfaatkan oleh peneliti yang ingin meneliti sesuatu dari segi prosesnya.
 Sebagai pengembangan teori.
 Untuk penyempurnaan praktik
 Dimanfaatkan sebagai sumbangan dalam mendapatkan kebajikan.
 Mengklarifikasi isu-isu serta tindakan sosial.
 Sumbangan untuk studi kasus.
D. Karakteristik Penelitian Kualitatif
Pada uraian sebelumnya telah dijelaskan tentang definisi dan komponen-
komponen utama penelitian kualitatif. Bagian ini akan mengetengahkan secara
ringkas beberapa karakteristik penelitian kualitatif menurut beberapa ahli.
 Menurut Lincoln dan Guba, 198:39) karakteristik penelitian kualitatif meliputi:
1. Latar alamiah
2. Instrumen manusia
3. Penggunaan pengetahuan tak terucapkan
4. Metode kualitatif
5. Pembuatan sampel secara purposive (purposive sampling)
6. Analisis data induktif
7. Teori mendasar (grounded theory)
8. Rancangan darurat
9. Hasil yang dirundingkan
10. Model laporan studi kasus
11. Interpretasi idiografis
12. Aplikasi tentatif
13. Batas-batas penentuan fokus, dan
14. Kriteria khusus untuk kepercayaan.
20
 Menurut Maykut dan Morehouse (1994:43) bahwa penelitian kualitatif itu
mempunyai karakteristik yang meliputi:
1. Fokus eksploratori dan deskriptif
2. Rancangan darurat
3. Sampel purposif
4. Pengumpulan data dalam latar alamiah
5. Penekanan pada manusia sebagai instrument
6. Metode kualitatif dalam pengumpulan data
7. Analisis data induktif sejak awal dan terus-menerus
8. Pendekatan studi kasus untuk melaporkan hasil penelitian.
 Bogdan dan Biklen (1998:4) mengetengahkan karakteristik penelitian kualitatif
meliputi:
1. Naturalistik
2. Data deskriptif
3. Perhatian dengan proses
4. Analisis data secara induktif
5. Makna tentang kehidupan.
 Baru-baru ini, Bryman (1988: 61-69) telah mengusahakan untuk memberikan
karakteristik penelitian kualitatif menurut enam kriteria, yaitu:
1. Melihat melalui sudut pandang …atau mengambil perspektif subjek,
2. Mendeskripsikan detil latar sehari-hari yang biasa berlangsung
3. Memahami tindakan dan makna dalam konteks sosial mereka
4. Menekankan waktu dan proses
5. Menggunakan desain penelitian yang relatif tidak terstruktur
6. Menghindari konsep dan teori pada tahap awal.
21
Dari uraian tentang karakteristik-karakteristik penelitian kualitatif dari
beberapa pandangan di atas. Penelitian kualitatif memiliki sejumlah ciri yang
membedakan antara penelitian yang ini dengan penelitian yang lainnya. Dari hasil
penelaahan kepustakaan Bogdan dan Biklen (1982:27-30) mengajukan lima buah
cirri penelitian kualitatif, sedangkan Lincoln dan /guba (1985:30-44) mengulas
sepuluh point cirri penelitian kualitatif. Uraian di bawah ini merupakan hasil
pengkajian dan sintesis kedua versi tersebut.
1. Latar Alamiah
Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah ataupun
pada konteks dari suatu keutuhan (entity). Hal ini dilakukan, menurut Lincoln
dan Guba (1985:39), karena ontology alamiah menghendaki adanya kenyataan-
kenyataan sebagai keutuhan yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari
konteksnya. Menurut merekan hal tersebut didasarkan atas beberapa asumsi :
a. Tindakan pengamatan mempengaruhi yang dilihat, karena itu hubungan
penelitian harus mengambil tempat pada keutuhan dalam konteks untuk
keperluan pemahaman;
b. Konteks sangat menentukan dalam menetapkan apakah suatu penemu
mempunyai arti bagi konteks lainnya, yang berarti bahwa suatu fanomena
harus teliti dalam keseluruhan pengaruh lapangan; dan
c. Sebagai struktur nilai kontekstual bersifat determinative terhadap apa yang
akan dicari.
Uraian tersebut diatas membawa untuk memasuki dan melibatkan
sebagian waktunya apakah di sekolah, keluarga, tetangga, dan lokasi lainnya
untuk meneliti masalah pendidikan atau sosiologi. Peneliti yang mengadakan
penelitian terhadap mahasiswa kedokteran, misalnya, mengikuti mahasiswa
sebagai subjek penelitiannya ke dalam ruang kuliah, laborarorium, rumah sakit
dan tempat-tempat yang biasanya digunakan oleh mereka untuk berkumpul
22
seperti kafetaria, asrama, tempat-tempat pertemuan, dan ebagainya. Contoh
lainnya, suatu penelitian yang dilakukan Ogbu(dalam Bogdan dan Biklen,
1982:27) diselesaikan dalam dua puluh satu bulan dengan jalan mengadakan
pengamatan dan wawancara terhadap guru, siswa, kepala sekolah, keluarga, dan
anggota dewan sekolah.
2. Manusia sebagai Alat (Instrumen)
Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang
lain merupakan alat pengumpul data utama. Hal ini dilakukan karena, jika
memanfaatkan alat yang bukan manusia dan memprsiapkan dirianya terlebih
dahulu sebagai yang lazim digunakan dalam penelitian klasik, maka sangat
tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan
yang ada di lapangan. Selain itu hanya manusia sebagai alat sajalah yang dapar
berhubungan dengan responden atau objek lainnya, dan hanya manusia lah
yang mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan. Hanya
manusia sebagai instrumn pilalah yang dapat menilai apakah kehadirannya
menjadi factor pengganggu sehingga apabila terjadi hal yang demikian ia pasti
dapat menyadarinya serta dapat mengatasinya.
Oleh karena itu, pada waktu mengumpulkan data di lapangan, peneliti
berperan serta pada situs penelitian dan mengikuti secara aktif kegiatan
kemasyarakatan. Pelukis menanamkan cara pengumpulan data demikian
pengamatan berperan serta atau partisipan-observation. (catatan:
Kuncaraningrat dan Emmerson, ed., 1982, menggunakan istilah pengamatan
terlibat yang jika dilihat dari segi pengertiannya masih kurang dinamis).
3. Metode Kualitatif
Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan,
wawancara, atau penelaah dokumen. Metode kualitatif ini digunakan karena
beberapa pertimbangan.
23
a. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan jamak;
b. Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti
dan responden;
c. Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak
penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
4. Analisis Data Secara Induktif
Penelitian kualitatif menggunakan analisi data secara induktif. Analisis
data induktif ini digunakan karena beberapa alasan.
a. Proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan jamak sebagai yang
terdapat dalam kata;
b. Analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti-responden menjadi
eksplisit, dapat dikenal, dan akuntabel;
c. Analisis demikian lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat
membuat keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan pada suatu latar
lainnya.
d. Analisis induktif lebih menemukan pengaruh bersama yang mempertajam
hubungan.
e. Analisis demikian dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit
sebagai bagian dari struktur analitik.
5. Teori dari Dasar (grounded theory)
Dalam penelitian kualitatif teori yang digunakan disebut sebagai teori
mendasar (grounded theory). Ini merupakan salah satu karakteristik penelitian
kualitatif yang membedakannya dari penelitian kuantitatif. Teori dalam
penelitian kualitatif tidak diperoleh dari sumber literatur yang a priori, yang
biasa digunakan dalam penelitian kuantitatif, melainkan diangkat dari “bumi”
(dasar). Ini biasanya melalui serangkaian pengumpulan data lapangan.
24
Grounded theory ini dipresentasikan pertama kali oleh Glaser dan
Strauss dalam bukunya yang berjudul The Discovery of Grounded Theory
(1967). Walaupun banyak penelitian original yang menggunakan prosedur
grounded theory yang dilakukan oleh para ahli sosiologi, barangkali
penggunaan prosedur ini belum pernah mengikat pada seluruhnya pada
kelompok ini. Para peneliti dalam psikologi dan anthropologi semakin
menggunakan prosedur grounded theory. Para peneliti dalam lapangan-lapangan
praktisi seperti pendidikan, kerja sosial, dan perawatan telah semakin
menggunakan prosedur grounded theory ini sendiri atau dalam hubungannya
dengan metodologi-metodologi yang lain (Denzin & Lincoln, 1998:163).
Definisi
Grounded theory adalah teori yang diperoleh secara induktif dari studi
terhadap fenomena-fenomena yang terjadi. Yaitu, suatu teori yang ditemukan,
dikembangkan dan dibuktikan untuk sementara waktu melalui pengumpulan
data yang sistematis dan analisa data mengenai fenomena tersebut. Oleh karena
itu pengumpulan data, analisis dan teori mempunyai hubungan timbal balik satu
sama lain.
Seseorang tidak boleh memulai dengan teori, kemudian
membuktikannya. Sebaliknya, seseorang memulai dengan kawasan studi dan
apa yang relevan pada kawasan tersebut diperkenankan untuk muncul. Dalam
penelitian konvensional, adalah sebaliknya, peneliti berangkat dari teori yang
biasanya dirumuskan dalam hipotesis penelitian, yang kemudian terjun ke
lapangan untuk membuktikan hipotesis (teori) tersebut.
Kriteria
Sebuah grounded theory yang disusun dengan baik akan memenuhi
empat kriteria pokok untuk mempertimbangkan aplikabilitas dari teori pada
suatu fenomena: cocok, pemahaman, generalitas, dan kontrol. (Lihat Glaser &
Strauss, 1967:237-250, dan juga untuk karakteristik teori tersebut yang tidak
25
cukup mendasar). Jika teori dapat dipercaya pada realita sehari-hari tentang
bidang substantif dan membujuk secara halus dari data yang berbeda, maka itu
harus cocok dengan bidang substantif tersebut. Karena ini menggambarkan
realita tersebut, maka juga harus dapat dipahami dan masuk akal bagi orang-
orang yang dikaji dan bagi mereka yang berpartisiasi pada bidang tersebut.
Jika data di mana hal itu didasarkan adalah komprehensif dan
interpretasi bersifat konseptual dan luas, maka teori tersebut harus cukup abstrak
dan memasukkan keragaman yang cukup memadai untuk membuatnya dapat
diterapkan pada berbagai konteks yang berhubungan dengan fenomena tersebut.
Akhirnya, teori tersebut harus memberikan kontrol dengan memperhatikan pada
tindakan terhadap fenomena tersebut. Ini karena hipotesis yang mengajukan
hubungan-hubungan di antara konsep-konsep yang selanjutnya dapat digunakan
untuk mengarahkan tindakan secara sistematis berasal dari data aktual yang
berkaitan dengan (dan hanya dengan) fenomena tersebut.
Lebih lanjut, kondisi di mana ini diterapkan harus disebutkan secara
jelas. Oleh karena itu, kondisi-kondisi harus diterapkan secara khusus pada
suatu situasi tertentu (Strauss and Corbin, 1990:23).
Dengan kata lain bahwa grounded theory ini hanya lebih memungkinkan
diterapkan pada situasi atau kondisi khusus di mana penelitian itu dilakukan
(dalam lingkungan latar penelitian itu sendiri). Jika kita meneliti cara belajar
anak jalanan misalnya, maka teori yang ditemukannya lebih mungkin diterapkan
dalam situasi dan kondisi anak jalanan.
Pendekatan grounded theory adalah suatu metode penelitian kualitatif
yang menggunakan seperangkat prosedur sistematis untuk mengembangkan
grounded theory yang diperoleh secara induktif tentang suatu fenomena.
Temuan penelitian membentuk suatu formulasi teoritis tentang realita yang ada
dalam investigasi, bukan terdiri dari seperangkat bilangan, atau satu kelompok
tema yang berkaitan secara longgar. Melalui metodologi ini, konsep dan
hubungan antara temuan-temuan penelitian tersebut tidak hanya dihasilkan
26
tetapi ini juga diuji secara provisional. Prosedur dari pendekatan tersebut adalah
banyak dan agak khusus, seperti yang anda lihat.
Grounded theory merupakan suatu metode ilmiah. Prosedur didesain
sedemikian, jika dilaksanakan dengan secara hati-hati, metode tersebut
memenuhi kriteria untuk melakukan signifikansi sains yang “baik”,
kompatabilitas teori-observasi, generalisabilitas, reproduksivitas, ketepatan,
kaku/keras, dan verifikasi.
Masalahnya di sini bukan apakah norma-normanya terpenuhi, namun
bagaimana diinterpretasikan dan didefinisikan dalam pendekatan grounded
theory. Norma hanya menggambarkan paling umum dari pedoman khusus, dan
para peneliti kualitatif melakukan bahaya dalam mengintepretasinya secara
terlalu spesifik dalam hal interpretasi yang lebih positifistis yang dikembangkan
oleh para peneliti kuantitatif. Para proponen atau pendukung dari masing-
masing mode discovery, seharusnya mengembangkan lebih banyak standard
khusus, berdasarkan pada prosedur khusus yang menurut mereka bermanfaat
pada investigasi mereka.
Kreativitas juga merupakan suatu komponen dari metode grounded
theory yang vital. Prosedurnya memaksa peneliti untuk menerobos asumsi dan
menciptakan tatanan baru di luar yang telah kuno. Kreativitas
memanifestasikannya sendiri dalam kemampuan peneliti untuk menyebutkan
kategori-kategori tersebut secara tepat; dan juga membiarkan pikiran
mengembara dan membuat hubungan atau asosiasi yang perlu untuk
menghasilkan pertanyaan-pertanyaan yang memberikan stimulus, dan untuk
menghadapinya dengan perbandingan yang mengarahkan pada penemuan.
Perbandingan tersebut membuat peneliti sensitif, seperti yang kita lihat
nantinya, membuat dia dapat mengenal kategori yang potensial, dan
mengidentifikasi kondisi dan akibat-akibat yang relefan ketika kondisi dan
akibat tersebut muncul pada data. Sedangkan kreativitas diperlukan untuk
mengembangkan suatu teori yang efektif, sudah barang tentu, peneliti harus
selalu memvalidasikan semua kategori dan pernyataan tentang hubungan yang
27
datang secara kreatif selama proses penelitian secara keseluruhan (Strauss and
Corbin, 1990:27-28).
28
Tujuan
Tujuan dari metode grounded theory, sudah barang tentu, ialah
membentuk teori yang bagus dan mengembangkan bidang yang dikaji. Para
peneliti yang bekerja dengan tradisi juga mengharapkan bahwa teori mereka
akhirnya akan dihubungkan dengan yang lainnya di dalam disiplin masing-
masing dalam suatu gaya kumulatif, dan bahwa implikasi teori tersebut akan
mempunyai penerapan yang bermanfaat (Strauss and Corbin, 1990:24).
Tujuan grounded theory adalah untuk membangun suatu teori yang yang
cocok dengan bukti. Grounded theory merupakan metode untuk menemukan
teori baru. Di dalamnya, peneliti membandingkan fenomena yang tidak sama
dengan suatu pandangan ke arah belajar kesamaan. Dia melihat peristiwa-
peristiwa tingkat-mikro sebagai dasar untuk eksplanasi tingkat yang lebih
makro. Grounded theory menyajikan beberapa tujuan dengan teori yang lebih
berorientasi pada positivis.
Hal itu mencari teori yang dapat dibandingkan dengan bukti yang tepat,
mampu replikasi dan generalisasi. Suatu pendekatan grounded theory mengejar
generalisasi dengan membuat perbandingan-perbandingan melintasi situasi-
situasi sosial. Para peneliti kualitatif menggunakan alternatif-alternatif pada
grounded theory. Beberapa peneliti kualitatif menawarkan penggambaran yang
mendalam yang benar menurut pandangan dunia informan. Mereka menggali
situasi sosial tunggal untuk menjelaskan proses mikro yang mempertahankan
interaksi sosial stabil.
Tujuan peneliti yang lain adalah untuk memberikan penggambaran
yang sangat tepat tentang peristiwa atau latar untuk memperoleh pandangan ke
dalam dinamika suatu masyarakat yang lebih besar. Bahkan peneliti yang
lainnya menerapkan teori yang ada untuk menganalisa latar yang spesifik yang
telah mereka tempatkan di dalam konteks sejarah tingkat makro. Mereka
menunjukkan hubungan diantara peristiwa tingkat mikro dan antara situasi
tingkat mikro dan tekanan sosial yang lebih besat untuk tujuan merekonstruksi
teori dan menginformasikan tindakan sosial (Neuman, 2000:146).
29
Grounded theory adalah teori yang cocok (fit) dengan situasi yang
diteliti, dan berfungsi (work) jika digunakan. Yang dimaksud dengan cocok (fit)
adalah bahwa kategori-kategori itu harus siap diaplikasikan pada dan
ditunjukkan oleh data di bawah studi; sedangkan berfungsi (work) bahwa
kategori-kategori itu harus sesuai secara bermanfaat pada dan bisa menjelaskan
perilaku di bawah studi. Ahli lain, Lincoln dan Guba (1985:204)
mengetengahkan bahwa grounded theory adalah teori yang mengikuti data
bukan mendahuluinya (sebagaimana dalam inkuiri konvensional) merupakan
konsekuensi paradigma naturalistik yang memiliki realitas ganda dan
keteralihan pada faktor-faktor kontekstual lokal. Tidak ada teori a priori yang
dapat mengantisipasi banyak realitas yang peneliti pasti tidak akan jumpai di
lapangan, maupun mencakup banyak faktor yang membuat suatu pebedaan di
tingkat mikro (lokal).
Grounded theory oleh Elden (1981:261) diistilahkan dengan teori
“lokal.” Ia menegaskan bahwa: Proyek itu menunjukkan bahwa para karyawan
memiliki keahlian khusus mengenai stituasi kerja sendiri dan kemungkinan
perbaikannya. Penelitian partisipatori memfasilitasi pengumpulan bersama dan
mensistematiskan pemahaman yang teresolasi dan terindividualisasi ke dalam
apa yang saya telah sebut “teori lokal.”
Grounded teory itu bukan deduktif melainkan terpola; teori itu terbuka
dan dapat diperluas tiada batas; dan teori itu ditemukan secara empiris daripada
dijelaskan secara a priori. Bagaimanapun juga, teori pola mendeskripsikan dan
menjelaskan fenomena ke arah yang diarahkan (dituju). Seperti teori
konvensional, grounded teory dapat juga digunakan untuk memprediksi dan
menggerakkan hipotesis untuk tes. Grounded teory dapat memainkan peranan
teori konvensional untuk studi apapun berikutnya.
Persyaratan. Seperti halnya dengan semua ketrampilan, kecakapan dalam
mengerjakan grounded theory akan muncul dengan kajian dan latihan secara
kontinyu. Pada saatnya, hampir semua orang yang begitu berkeinginan harus
dapat mencapai tingkat ketrampilan yang cukup memadai dan mudah untuk
30
melaksanakan penelitian yang efektif dan bermanfaat memberikan kondisi-
kondisi sebagai berikut ini terpenuhi:
1. Kita harus mengkaji, bukan hanya membaca, melalui prosedur seperti yang
digambarkan di berbagai buku dan dipersiapkan untuk mengikutinya
(Glazer, 1978; Glazer & Strauss, 1989; Strauss, 1987). Prosedur-prosedur
tersebut didesain pada teori yang dibuat secara sistematis dan cermat.
Dengan mengambil jalan pintas pada karya tersebut akan menghasilkan
suatu teori yang disusun dengan tidak baik dan dianggap sempit yang bisa
berupa penggambaran realita yang tidak akurat.
2. Prosedur-prosedur yang harus diikuti dalam melakukan penelitian. Dengan
kata lain untuk mengambil sebuah kelas tentang grounded theory tidak akan
membuat seseorang menjadi seorang ahli grounded theory. Ini hanya dengan
berlatih dengan prosedur-prosedur melalui penelitian yang berkelanjutan
bahwa kita akan mempunyai pemahaman yang cukup tentang bagaimana hal
itu bisa bekerja, dan ketrampilan dan pengalaman yang membuat kita dapat
terus menggunakan teknik-teknik tersebut dengan sukses.
3. Sejumlah keterbukaan dan fleksibilitas diperlukan agar supaya dapat
mengadaptasikan prosedur tersebut pada fenomena yang berbeda dan situasi
penelitian yang berbeda (Strauss and Corbin, 1990:25-26).
Pengguna
Grounded theory dapat digunakan secara sukses oleh orang-orang dari
berbagai disiplin. Seseorang tidak perlu menjadi seorang sosiolog atau
membayar perspektif Interaksionis untuk menggunakannya. Jawabannya ialah
prosedur-prosedur ini tidak ada ikatan disiplin. Penting untuk diingat bahwa
para investigator dari disiplin yang berbeda akan merasa tertarik pada fenomena
yang berbeda – atau mungkin memandang fenomena yang sama secara berbeda
31
karena perspektif dan minat secara disipliner. Sebagai contoh, ambillah suatu
bidang studi seperti anak-anak dalam sebuah kelas tertentu. Seorang perawat
mungkin merasa tertarik pada masalah kesehatan mereka, namun seorang
psikolog terhadap penyesuaian, seorang sosiolog perilaku kelompok, seorang
pendidik dalam proses dan pola belajar para siswa, dan seorang fenomenologis
(dari semua disiplin) dalam pengalaman sekolah mereka.
Masing-masing perspektif mewarnai pendekatan yang diambil pada
kajian dari anak-anak ini. Namun, pendekatan grounded theory tersebut dapat
memberikan prosedur untuk menganalisis data kepada para investigator yang
akan mengarahkan pada pengembangan teori yang bermanfaat pada disiplin
tersebut. Suatu kajian multidisipliner juga dapat dilakukan dengan
menggunakan prosedur grounded, dengan masing-masing peneliti
membawakan pandangan khususnya dan memberikan kontribusi pada usaha
penelitian. Semua teori yang pada dasarnya mengembangkannya akan
menggambarkan perspektif mereka masing-masing (Strauss and Corbin,
1990:28-29).
Pemula
Grounded theory sebagai suatu metodologi pada mulanya
dikembangkan oleh dua orang sosiolog: Barney Glaser dan Anselm Strauss.
Sedangkan masing-masing berasal dari latar belakang filosofis dan penelitian
yang berbeda. Mereka bekerja dengan kolaborasi yang erat untuk
mengembangkan teknik-teknik untuk menganalisis data kualitatif yang
mencerminkan pendidikan dan latar belakang mereka.
Anselm Strauss berasal dari the University of Chicago, yang
mempunyai sejarah panjang dan tradisi yang kuat dalam penelitian kualitatif.
Sedangkan di sini, dia juga dipengaruhi oleh tulisan-tulisan Interaksionis dan
Pragmatis. Dengan demikian cara berpikirnya diilhami oleh orang-orang seperti
misalnya Robert E. Park, W.I. Thomas, John Dewey, G.H. Mead, Everett
32
Hughes, dan Herbert Blumer. Kontribusi latar belakang ini terhadap metode
tersebut, antara lain, adalah:
a. kebutuhan untuk keluar ke dalam bidang tersebut, jika kita ingin memahami
apa yang sedang terjadi;
b. pentingnya teori tersebut, grounded dalam realita, pada pengembangan suatu
disiplin;
c. hakekat dari pengalaman dan mengalami ketika berkembang secara
kontinyu;
d. peran aktif dari orang-orang dalam membentuk dunia di mana mereka hidup;
e. penekanan pada perubahan dan proses, dan variabilitas dan kompleksitas
kehidupan; dan
f. saling keterkaitan antara kondisi, makna, dan tindakan.
Strauss juga mempunyai pengalaman aktual sebelumnya dalam
penelitian lapangan dan telah banyak memikirkan tentang saling pengaruh
mempengaruhi secara halus pengumpulan data dan analisis serta beberapa
prosedur pengodean yang nantinya akan dikerjakan secara saksama (Strauss
et al., 1964).
Barney Glaser berasal dari suatu tradisi yang sangat berbeda tetapi
dengan beberapa gambaran penting yang bersamaan yang tidak diragukan
memungkinkan kolaborasi dari kedua orang tersebut. Dia mengikuti
pelatihannya di Columbia University dan dipengaruhi oleh Paul Lazarsfeld,
dikenal sebagai seorang innovator dari metode kuantitatif. Selanjutnya selama
melakukan analisis kualitatif, Glaser khususnya merasakan kebutuhan tentang
suatu pemikiran yang bagus, dirumuskan secara eksplisit, dan beberapa prosedur
yang sistematis baik untuk pengodean ataupun untuk menguji hipotesis yang
dihasilkan selama proses penelitian.
Tradisi Columbia juga menekankan penelitian empiris dalam
hubungannya dengan pengembangan teori. Bagi tradisi penelitian Chicago
ataupun Columbia diarahkan pada menghasilkan penelitian yang akan
33
digunakan untuk para orang profesional ataupun orang-orang awam. Untuk
alasan inilah banyak dari tulisan tentang grounded theory yang muncul dari
kolaborasi Glaser-Strauss, memasukkan monograf-monograf asli tentang sekarat
(1965, 1968), diarahkan kepada para hadirin (audiences) serta pada kolega
disipliner mereka.
6. Deskrptif
Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan
kumpulan angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.
Selain itu semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap
apa yang dudah diteliti.
Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data
yang member gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin
berasal dari data wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen
pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Pada penulisan
laporan demikian, peneliti menganalisis data yang sangat kaya tersebut dan
sejauh mungkin dalam aslinya. Hal itu hendak dilakukan seseorang dal;am
merajut sehingga setiap bagian ditelaah satu demi satu. Pertanyaan dengan kata
mengapa, alasan apa, dan bagaimana terjadinya akan selalu di manfaatkan oleh
peneliti.
7. Lebih Mementingkan Proses daripada Hasil
Penelitian kualitatif banyak mementingkan proses dari pada sebuah
hasil. Hal ini di sebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang di teliti
akan lebih jelasnya jika melalui proses. /bagdan dan Biklen (1982:29)
memberikan contoh seorang peneliti yang menelaah sikap guru terhadap jenis
siswa tertentu. Peneliti mengamati dalam kehidupan sehari-haru, kemudian
menjelaskan hasil yang diteliti. Pengan kata lain, peranan proses dalam
penelitian kualitatif besar sekali.
34
8. Adanya Batas yang Ditentukan oleh Fokus
Penelitian kualitatif menghendaki ditetapkan adanya batasan dalam
penelitian atas dasar focus yang timbul dalam penelitian. Hal tersebut di
sebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
a. Batas menentukan kenyataan jamak yang kemudian mempertajam focus
b. Penetapan focus dapat lebih dihubungkan oleh interaksi anatara peneliti dan
fokus.
Dengan kata lain, bagaimanapun penetapan focus sebagai pokok masalah
penelitian penting artinya dalam usaha menemukan batas penelitian. Dengan hal
itu dapatlah peneliti menemukan likasi penelitian.
9. Adanya Kriteria Khusus dalam Keabsahan
Penelitian kualitatif mendefinisikan validitas, reliabilitas, dan
objektivitas dalam versi lain dibandingkan dengan yang lazim digunakan dalam
penelitian lain. Menurut Lincoln dan Guba (1985:43) hal itu disebabkan
beberapa hal sebagai berikut :
a. Validitas internal cara lama telah gagal karena hal itu menggunakan
isomorfisme antara hasil dan kenyataan tunggal yang dikonvergensikan.
b. Validitas eksternal gagal karena tidak taat asas dan aksioma dasar dari
generilisasinya.
c. Criteria reabilitas gagal karena mempersyaratkan stabilitas dan
keterlaksanaan secara mutlak dan keduanya tidak mungkin digunakan dalam
paradigma yang didasarkan atas desain yang dapat diubah-ubah.
d. Criteria objektivitas gagal karena penelitian kuantitatif justru member
kesempatan interaksi antara peneliti-responden dan peranan nilai.
10. Desain yang Bersifat Sementara
Penelitian kualitatif menyususn desain secara terus-menerus disesuaikan
dengan kenyataan di lapangan. Jadi, tidak menggunakan desain yang di susun
35
secara ketat dan kaku sehingga tidak dapat diubah lagi. Hal itu disebabkan oleh
beberapa hal sebagai berikut :
a. Tidak dapat dibayangkan sebelumnya tentang kenyataan-kenyataan yang
ada di lapangan.
b. Tidak dapat diramalkan sebelumnya apa yang akan terjadi dalam interaksi
antara peneliti dengan kenyataan.
c. Tidak dapat memprediksi macam-macam sistem nilai yang terkait dan
berhubungan dengan cara.
Dengan demikian desain khususnya masalah yang telah ditetapkan
terlebih dahulu apabila peneliti ke lapangan dapat saja berubnah sesuai dengan
keadaan di lapangan.
11. Hasil Penelitian Dirundingkan dan Disepakati Bersama
penelitian kualitatif lebih menghendaki agar pengertian dan hasil
interpretasi yang di rundingkan disepakati oleh orang yang dijadikan sebagai
sumber data. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal berikut :
a. Susunan kenyataan dari merekalah yang akan di angkat oleh peneliti sebagai
sumber data.
b. Hasil penelitian bergantung pada hakikat dan kualitas hubungan antara yang
mencari dan yang dicari.
c. Konfirmasi hipotesis kerja akan lebih baik verifikasinya apabila diketahui
dan diinformasikan oleh orang-orang yang ada kaitannya dengan fanomena
yang diteliti.
12. Penggunaan Pengetahuan tak Terucapkan (Tacit-knowledge)
Suatu hal yang tidak mungkin untuk menggambarkan atau menjelaskan
segala sesuatu yang “diketahui” dalam bentuk bahasa; sesuatu harus dialami
untuk memahaminya (Lincoln dan Guba, 1985:195). Suatu informasi atau
pengetahuan yang diperoleh tidak jarang dalam bentuk isyarat atau lambang-
36
lambang tertentu. Makna yang terkandung dalam isyarat atau lambang-lambang
itu disebut sebagai pengetahuan tersembunyi, atau ada yang menyebut juga
sebagai pengetahuan tak terucapkan.
Peneliti kualitatif membantah bagi legitimasi tacit knowledge (intuitif,
merasakan) sebagai tambahan bagi pengetahuan proposisional (pengetaguan
yang dapat mengekspresikan dalam bentuk bahasa) karena seringkali nuansa
dari realita ganda hanya dapat dihargai dengan cara ini; karena banyak dari
interaksi antara peneliti dan responden atau objek terjadi pada tingkat ini; dan
karena tacit knowledge lebih mencerminkan secara terbuka dan secara akurat
pola-pola nilai dari peneliti.
13. Sampling Purposif (Purposive sampling)
Sekali unit atau unit-unit analisis telah diidentifikasi dan ditentukan,
keputusan tentang rancangan sampel dapat dibuat. Ada perbedaan mendasar
antara sampling acak (random sampling) dan sampling purposif (purposeful
sampling). Random sampling merupakan suatu strategi yang cocok ketika
seseorang ingin menggeneralisasi dari sampel yang diteliti pada populasi yang
lebih besar. Alasan penggunaan random sampling adalah untuk meningkatkan
kemungkinan bahwa data yang dikumpulkan itu representatif untuk seluruh
populasi yang diminati. Purposeful(purposive) sampling digunakan sebagai
suatu strategi ketika seseorang ingin mempelajari sesuatu dan datang untuk
memahami sesuatu tentang kasus-kasus pilihan tertentu tidak perlu
menggeneralisasikan pada semua kasus yang demikian (Patton, 1980:100).
Peneliti kualitatif cenderung menjauhi sampling acak atau repesentatif
dan lebih memilih sampling purposif karena dia dapat meningkatkan ruang
lingkup atau peringkat dari data yang diekspos (sampling random atau
representatif cenderung lebih menekan kasus-kasus yang menyimpang) serta
kecenderungan bahwa deretan realita tidak akan tercakup sepenuhnya; dan
karena sampling purposif dapat dihasilkan dengan cara-cara yang akan
memaksimalkan kemampuan peneliti untuk merencanakan teori mendasar yang
37
memperhitungkan kondisi lokal, pembentukan lokal secara ganda, dan nilai-nilai
lokal (untuk memungkinkan dapat ditransfer) (Lincoln dan Guba, 1985:40).
14. Rancangan Darurat (Emergent design)
Peneliti kualitatif memilih untuk membiarkan rancangan penelitian
muncul (mengalir, merembes, terbentang/terungkap) bukan membentuknya
terlebih dahulu (a priori) karena ini tidak dapat dipahami yang cukup dapat
diketahui sebelum waktunya tentang banyak realita ganda untuk merencanakan
rancangan tersebut secara memadai; karena apa yang muncul sebagai suatu
fungsi dari interaksi antara peneliti dan fenomena tersebut sebagian besar tidak
dapat diprediksi sebelumnya; karena peneliti tidak dapat cukup mengetahui
pola-pola pembentukan timbal balik yang cenderung eksis; dan karena berbagai
sistem nilai yang terkait (termasuk yang dimiliki peneliti) melibatkan interaksi
dengan cara-cara yang tidak dapat diprediksi untuk mempengaruhi hasil-
hasilnya (Lincoln dan Guba, 1985:41).
Petunjuk-petunjuk awal penting diidentifikasi dalam fase-fase awal
analisis data dan mengejar dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan baru,
mengobservasi situasi-situasi baru atau situasi-situasi sebelumnya dengan lensa
yang sedikit berbeda atau menguji dokumen-dokumen tidak penting
sebelumnya. Perluasan dan penyempitan apa yang penting dalam penelitian ini
(misalnya, fokus penelitian) dan sampling orang-orang dan latar-latar yang
konsekuen diantisipasi dan direncanakan untuk, sebaik mungkin seseorang
dapat lakukan, rancangan penelitian. Bagaimanapun juga, ini penting untuk
mempergunakan rancangan penelitian yang bukan darurat (nonemergent
research design) di mana fokus penelitian dikejar menggunakan metode
kualitatif dalam pengumpulan dan analisis data.
Dalam penelitian kualitatif, partisipan-partisipan (atau latar, seperti
sekolah dan organisasi) dipilih secara berhati-hati untuk pemasukan (inclusion),
berdasarkan pada kemungkinan yang setiap partisipan (atau latar) akan
kembangkan variabilitas sampel. Sampel purposif meningkatkan kemungkinan
38
bahwa variabilitas biasa dalam fenomena sosial apapun yang akan
dipresentasikan dalam data. Sebaliknya pada sampel random mencoba untuk
mencapai variasi melalui penggunaan seleksi random dan ukuran sampel yang
besar. Misalnya, jika kita tertarik untuk memahami bagaimana orang-orang di
daerah pedesaan mengembangkan jaringan dukungan sosial, kita hendaknya
mungkin ingin memasukkan orang-orang yang memiliki jaringan sosial yang
tersusun dari sebagian besar famili dan orang-orang yang memiliki jaringan-
jaringan yang tersusun dari sebagian besar teman, karena proses membangun
jaringan sosial mungkin berbeda untuk individu-individu itu (Maykut, 1994:44-
45).
15. Model Laporan Studi Kasus (Case study reporting mode)
Hasil penelitian kualitatif dipesentasikan secara paling efektif dalam
narasi yang kaya, kadang-kadang mengarah pada studi kasus. Jumlah kasus
berbeda-beda dalam masing-masing kajian, dari satu kasus ke kasus lainnya.
Dengan laporan yang panjang, peneliti mempunyai kesempatan untuk
memberikan kutipan yang banyak dari data aktual yang memungkinkan
partisipan untuk berbicara pada diri mereka sendiri – dalam kata dan tindakan –
dengan cara demikian memberikan pada pembaca informasi yang memadai
untuk memahami hasil penelitian.
Dalam laporan yang panjang, peneliti dengan keperluannya lebih
ringkas, menggunakan model laporan studi kasus yang dimodifikasi. Laporan
penelitian kualitatif yang ditandai oleh deskripsi yang kaya hendaknya
menyuguhkan pada pembaca dengan informasi yang memadai untuk
menentukan apakah temuan-temuan penelitian itu mungkin diaplikasikan pada
orang atau latar yang lain (Maykut, 1994:47).
Peneliti kualitatif cenderung memilih model laporan studi kasus
(dibandingkan laporan ilmiah atau teknis) karena ini lebih dapat disesuaikan
pada suatu deskripsi tentang realita ganda yang dihadapi pada situs tertentu;
karena ini dapat disesuaikan untuk mendemonstrasikan interaksi peneliti dengan
situs dan bias-bias konsekuensi yang mungkin dihasilkan (laporan reflektif);
39
karena ini memberikan dasar bagi “generalisasi-generalisasi naturalistik”
individual (Stake, 1980) dan transabilitas ke situs-situs lainnya (deskripsi-
deskripsi tipis); karena ini disesuaikan dalam menunjukkan keragaman dari
pengaruh-pengaruh pembentukan timbal balik sekarang ini; dan karena ini dapat
menggambarkan posisi nilai tentang posisi peneliti, teori substantif, paradigma
metodologis, dan nilai-nilai kontekstual lokal atau daerah.
16. Interpretasi Idiografis (Idiographic interpretation)
Peneliti kualitatif cenderung menginterpretasi data (termasuk menarik
kasimpulan) secara ideografis (dalam hal kekhususan dari kasus) bukan secara
nomoteris (dalam hal generalisasi seperti hukum) karena interpretasi yang
berbeda cenderung bermakna bagi realita yang berbeda; dan karena interpetasi
sangat tergantung pada validitasnya pada kekhasan-kekhasan daerah, termasuk
interaksi peneliti responden (atau objek), faktor-faktor kontekstual yang terkait,
pembentukan timbal balik lokal atau daerah yang saling mempengaruhi, dan
nilai-nilai daerah (serta peneliti).
17. Penerapan Tentatif (Tentative application)
Naturalis cenderung coba-coba (ragu-ragu) tentang pembuatan
penerapan luas mengenai temuan karena realita adalah ganda dan berbeda-beda;
karena temuan pada dasarnya tergantung pada interaksi khusus antara peneliti
dan para responden (atau objek-objek) yang tidak mungkin duplikasi di tempat
lain; karena temuan-temuan dapat diterapkan di mana-mana tergantung pada
kesamaan-kesamaan empiris tentang pengiriman dan penerimaan konteks,
karena “percampuran” khusus dari pengaruh-pengaruh pembentukan timbal
balik bisa sangat beragam dari latar ke latar; dan karena sistem-sistem nilai,
khususnya nilai-nilai kontekstual, mungkin sangat tajam pada varian dar situs ke
situs lain.
18. Batas-batas Penentuan-fokus (Fokused-determined boundaries).
Peneliti kualitatif cenderung menentukan batas-batas penelitian dengan
dasar fokus darurat atau darurat (masalah penelitian, orang-orang yang
mengevaluasi untuk evaluasi-evaluasi, dan pilihan-pilihan kebijakan untuk
40
analisis kebijakan) karena itu memungkinkan realita ganda untuk menentukan
fokus (bukan konsepsi awal penelitian); karena fokus-latar dapat lebih dekat
diantarai oleh interaksi peneliti-fokus; karena batas-batas tidak dapat ditentukan
secara memuaskan tanpa pengetahuan kontekstual yang dekat, termasuk
pengetahuan tentang faktor-faktor pembentukan timbal balik yang terkait; dan
karena fokus tidak mempunyai makna pada setiap peristiwa dalam abstraksi
dari sistem-sistem nilai investigator lokal (Lincoln dan Guba, 1985:42).
Penelitian kualitatif dirancang untuk menemukan apa yang dapat
dipelajari tentang fenomena yang diminati, khususnya fenomena sosial di mana
orang-orang adalah partisipan (atau secara tradisional mengarah pada – subjek).
Para peneliti kualitatif mengembangkan “fokus penelitian” umum yang
membantu untuk membimbing penemuan tentang beberapa fenomena sosial
yang ingin diketahui. Para peneliti tertarik untuk menyelidiki dan merespon
pertanyaan-pertanyaan eksploratori dan deskriptif misalnya Apa konsep anak-
anak muda tentang “pikiran”? Dalam cara-cara apakah orang-orang di daerah
pedesaan membangun jaringan-jaringan sosial informal? Bagaimana orang-
orang yang bekerja di tempat ini berpikir tentang lingkungan fisik yang
hendaknya diperbaiki? Apapun hasil penelitian ini, bukan generalisasi hasil,
tetapi pemahaman pengalaman yang lebih mendalam dari perspektif partisipan
yang diseleksi. Mary Belenky dan asosiasinya telah memilih istilah penelitian
deskriptif-interpretif (interpretive-descriptive research) untuk mengarah pada
kajian eksploratori yang mengandalkan kata-kata orang dan makna-makna
sebagai data untuk analisis Maykut (1994:44).
19. Kriteria Khusus untuk Keterpercayaan (Special criteria for trustworthiness)
Naturalis cenderung mendapatkan kriteria keterpercayaan konvensional
(validitas internal dan eksternal, reliabilitas, dan objektifitas) yang tidak
konsisten dengan aksioma dan prosedur tentang penelitian naturalistik. Oleh
karena itu dia cenderung menentukan kriteria baru (tetapi mempunyai
kesamaan) dan merencanakan prosedur-prosedur operasional untuk
menerapkannya. Perlu dicatat bahwa kriteria konvensional tentang validitas
41
internal gagal karena menunjukkan suatu isomorfomik antara hasil-hasil
penelitian dan suatu realita tunggal yang dapat dirasakan di mana penelitian
dapat memusatkan pada satu titik; bahwa kriteria tentang validitas eksternal
gagal karena tidak konsisten dengan aksioma dasar berkenaan dengan kebisaan
membuatgeneralisasi; bahwa kriteria tentang keterpercayaan gagal karena ini
memerlukan stabilitas dan replikabilitas mutlak, yang mana juga tidak
memungkinkan bagi suatu paradigma didasarkan pada rancangan; dan bahwa
kriteria tentang objektifitas gagal karena paradigma secara terbuka membiarkan
interaksi peneliti-responden dan peranan nilai-nilai. Kasus tersebut akan dibuat
kriteria pengganti (yang disebut kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas,
dan konfirmabilitas) bersama-sama dengan prosedur-prosedur empiris yang
sesuai yang secara memadai (jika tidak secara mutlak) memperkuat
keterpercayaan dari pendekatan-pendekatan naturalistik.
E. Landasan Teoritis Penelitian Kualitatif
Kajian penelitiankualitatif berawal dari kelompok ahli sosiologi dari
“Mazhab Chicago” pada tahun 1920-1930, yang memantapkan pentingnya
penelitian kualitatif untuk mengkaji kelompok kehidupan manusia. Pada waktu
yang sama, kelompok ahli antropologi menggambarkan outline dari metode karya
lapangan yang melakukan pengamatan langsung ke lapangan untuk mempelajari
adat dan budaya masyarakat setempat. Dari awal, tampak bahwa penelitian
kualitatif merupakan bidang penyelidikan tersendiri. Bidang ini bersilang dengan
disiplin dan pokok permasalahan lainnya. Suatu kumpulan istilah, konsep, asumsi
yang kompleks dan yang saling terkait meliputi istilah penelitian kualitatif.
Pada penelitian kualitatif, teori diartikan sebagai paradigma. Seorang
peneliti dalam kegiatan penelitiannya, baik dinyatakan secara eksplisit maupun
tidak, menerapkan paradigma tertentu sehingga penelitian menjadi terarah. Dasar
teoritis pendekatan kualitatif adalah :
1. Fenomenologi
42
Fenomenologi diartikan sebagai :
 Pengalaman subjektif atau pengalaman fanomenologikal
 Suatu studi tentang kesadaran dari prespektif pokok seseorang (Husserl).
Istilah ini sering digunakan sebagai anggapan umum untuk menunjuk
pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui.
Dalam arti yang lebih khusus, istilah ini mengacupada penelitian terdisiplin
tentang kesadaran dari prespektif pertama seseorang. Fanometologi kadang-
kadang digunakan sebagai prespektif filosofi dan juga digunakan sebagai
pendekatan dalam metodologi kualitatif.
Fanomenologi merupakan pandangan berpikir yang menekankan pada
pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasinya di dunia. Dalam
hal ini fanomenologi ingin memahami bagaimana dunia muncul kepada orang
lain.
Fanomenologi memiliki beberapa ciri yang dilakukan oleh peneliti
fanomenologis, yaitu :
a. Fanomenologis cenderung mempertanyakan yang naturalisme, yaitu yang
disebut dengan objektivisme dan positivisme yang telah berkembang sejak
zaman Renaisans dalam ilmu pengetahuan modern dan teknologi.
b. Secara pasti fanomenologis cenderung memastikan kognisi yang mengacu
pada apa yang dinamakan oleh Husserl, “Evidens” yang dalam hal ini
merupakan kesadaran tentang suatu benda itu sendiri secara jelas dan
berbeda denganyang lainnya. Tetapi dapat mencangkupi untuk sesuatu
dalam hal itu.
c. Fanomenologis cenderung percaya bahwa bukan hanya suatu benda yang
ada di dalam dunia alam dan budaya.
43
Fanomenologis berasumsi bahwa kesadaran bukanlah dibentuk karena
kebetulan tetapi di bentuk oleh factor lainnya yang ada pada dirinya. Demikian
dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tidak ada control diri terhadap
kesadaran terstruktur. Sebagai yang terstruktur,kesadaran menciptakan “dunia”
yang dialami oleh setiap orang. Analisis fanomenologis berusaha mencari untuk
menguraikan dunianya, seperti apa aturan-aturan yang terorganisasikan, dan apa
yang tidak, serta dengan aturan atau objek dan kejadian itu berkaitan.
Peneliti dalam pandangan fanomenologis berusaha memahami arti
peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada pada situasi
tertentu. Sosiologi fenomenologis pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh
filusuf Edmund Husserl dan Alfred Schultz. Pengaruh lainnya berasal dari
Webber yang member tekanan pada verseten, yaitu pengertian interpretative
terhadap pemahaman manusia.
Ada berbagai bcabang penelitian kualitatif, namun semua berpendapat
sama tentang tujuan pengertian subjek penelitian, yaitu melihatnya dari segi
pandangan mereka. Jika ditelaah secara teliti, frasa dari segi pandangan mereka
menjadi persoalan. Persoalan pokoknya ialah dari segi pandangan mereka
bukan merupakan ekspresi yang digunakan oleh subjek itu sendiri dan belum
tentu mewakili cara mereka berpikir. Dari segi pandang mereka adalah cara
peneliti menggunakannya sebagai pendekatan dalam pekerjaannya. Jadi dari
segi pandangan merupakan kontrak penelitian. Melihat subjek dari segi ide ini
hasilnya barangkali akan memaksa subjek tersebut mengalami dunia yang asing
baginya.
Sebenarnya upaya dunia subjek oleh peneliti bagaimanapun perlu dalam
penelitian. Jika tidak, peneliti akan membuat tafsiran yang harus mempunyai
kerangka konsep untuk menafsirkannya. Peneliti kualitatif percaya bahwa
mendekati orang dengan tujuan memahami pandangan mereka dapat
mengganggu pengalaman subjek. Bagi peneliti kualitatif terdapat perbedaan
dalam derajat mengatasi masalah metodologis/konseptual ini dan cara mereka
mengatasinya. Sebagian peneliti mencoba melakukan deskripsi fenomenologi
44
murni. Di pihak lain, peneliti lainnya kurang memperdulikandan berusaha
membentuk abstraksi dengan jalan menafsirkan data berdasarkan segi
pandangan mereka. Apapun posisi seorang peneliti yang jelas ia harus
menyadari persoalan teoritis dan isu metodologi ini.
Peneliti kualitatif cenderung berorientasi fenomenologis, namun
sebagian besar diantaranya tidak radikal, tetapi idealis pandangannya. Mereka
member tekanan pada segi subjektif, tetapi mereka tidak perlu mendesak atau
bertentangan dengan pandangan orang yang mampu menolak pandangan itu.
Sebagai gambaran diberikan contoh, misalnya guru mungkin percaya bahwa ia
dapat berjalan menembus dinding batu-bata, tetapi untuk mencapainya
memerlukan pemikiran. Hakikatnya, batu-bata itu keas untuk ditembus, namun
guru itu tidak perlu merasakan bahwa ia tidak mampu berjalan menembus
dinding itu. Penelitian kualitatif menekankan berpikir subjektif karena, sebagai
yang mereka lihat dunia di dominasi oleh objek yang kurang keras
dibandingkan dengan batu. Manusia kurang lebih sama dibandingkan mesin
kecil yang dapat melakukan sesuatu. Kita hidup dalam imajinasi kita, lebih
banyak berlatar-belakang simbolik daripada kongkret.
45
2. Interaksi Simbolik
Bersamaan dengan prespektif fenomenologis, pendekatan ini berasumsi
bahwa pengalaman manusia dipengaruhi oleh penfsiran. Objek, orang, situasi
dan peristiwa tidak memiliki pengertian senditi, sebaliknya pengertian itu
deberikan untuk mereka. Misalnya, seorang teknologi pendidikan mungkin
menentukan penyetor 16 mm sebagai alat yang akan digunakan oleh guru untuk
memperlihatkan film-film yang relevan dengan tujuan pendidikan; seorang
guru barangkalai menata penelitian kualitatif menggunakan proyektor terebut
sebagai alat pada siswa apabila ia kehabisan bahan pelajaran sewaktu mengajar
atau apabila ia sudah letih. Pengertian yang diberikan orang pada pengalaman
dan proses penafsiran adalah esensial serta menentukan an bukan bersifat
kebetulan atau bersifat kurang penting terhadap pengalaman itu.
Untuk memahami perilaku, kita harusmemahami definisi untuk proses
pendefinisiannya. Manusia terikat secara aktif dalam mencitpatak dunianya
sehingga dengan demikian ia akan mengerti tentang pemisahan antara riwayat
dengan masyarakat yang merupakan sesuatu yang esensial. Manusia tidak dapat
bertindak atas dasar respon yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk
mempradefinisikan objek, tetapi lebih sebagai penafsiran, pendefinisian, hewan
simbolik yang perilakunya hanya dapat dipahami dengan jalan peneliti
memasuki proses definisi melalui metode seperti pengamatan berperan-serta.
Penafsiran bukanlah tindakan bebas dan bukan pula ditentukan oleh
kekuatan manusia atau bukan. Orang-orang menafsirkan sesuatu dengan
bantuan orang lain, seperti orang-orang masa lalu, penulis, keluarga, pemeran di
televise, dan pribadi-pribadi yang ditemuinya dalam latar tempat mereka
bekerja atau bermain, namun orang lain tidak melakukannya untuk mereka.
Melalui interaksi seseorang membentu pengertian. Orang dalam situasi tertentu
(misalnya mahasiswa dalam ruang kuliah tertentu) sering mengembangkan
definisi bersama ( atau prespektif bersama dalam bahasa interaksi simbolik)
karena mereka secara teratur berhubungan dan mengalami pengalaman
46
bersama, masalah dan latar belakang, tetapi kesepakatan tidak merupakan
keharusan.
Dipihak lain sebagian pemegang definisi bersama untuk menunjukkan
kebenaran, suatu pengertian yang senantiasa untuk disepakati. Hal itu dapat
dipengaruhi oleh orang yang melihat sesuatu dari sisi lain. Bila bertindak atas
dasar definisi tertentu, sesuatu barangkali tidak akan baik bagi seseorang.
Biasanya pada orang seorang ada masalah, dan masalah itu dapat membentuk
definisi baru, dapat meniadakan yang lama, dengan kata lain dapat berubah.
Bagaimana definisi itu berubah atau berkembang merupakan pokok persoalan
yang akan diteliti.
Jadi, penafsiran itu menjadi esensial. Interaksi simbolik menajdi
paradigma konseptual melebihi dorongan dari dalam, sifat-sifat pribadi,
motivasi yang tidak disadari, kebetulan, tatus sosial ekonomi, kewajiban
peranan, resep budaya, mekanisme pengawasan masyarakat, atau lingkungan
fisik lainnya. Factor-faktor tersebut sebagian adalah kontraks yang digunakan
oleh para ilmuan sosial dalam usahanya untuk menjelaskan dan memahami
perilahu. Pere interksionis simbolik tidak menolak kenyataan bahwa konsep
teoritik tersebut mungkin bermanfaat. Namun hal itu hanya relevan untuk
memahami perilaku sepanjang hal untuk memasuki atau berpengaruh terhadap
proses bendefinisian. Pengajurteori ini tidak boleh menolak kenyataan bahwa
terdapat dorongan untuk makan dan bahwa definisi kultural tentang bagaimana,
apa dan bilamana seseorang harus makan. Bagaimanapun, mereka harus
menolak apabila dikatakan bahwa makan hanaya dapat dipahami dalam
kerangka definisi kebudayaan dan dorongan. Makan dapat dipahami dengan
melihat saling kaitan anatara bagaimana orang mendefinisikan makan dan
situasi khusus dimana mereka memperolehnya. Makan dapat didefinisikan
dengan berbagai cara yang berbeda. Guru di sekolah mendefinisikan kapan
waktu yang tepat untuk makan, apa yang mau dimakan, bagaimana cara makan
anatara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya pada tempat yang sama.
Makan siang berarti beristirahat karena bekerja, gangguan yang menjengkelkan,
47
kesempatan untuk melakukan pekerjaan pokok, waktu untuk diet, atau
keempatan mendapatkan jawaban dari pertanyaan ujian. Makan bagi orang lain
misalnya dapat merupakan tonggak dalam perkembangan hidupnya. Makan
disini dinyatakan signifikan dengan jalan menyediakan peristiwa bagi
seseorang untuk dapat mengukur apa yang sudah atau belum tercapai. Beberapa
hari ia masih dapat bertahan, atau secepatnya seseorang akan terpaksa
mengahiri harinya yang menyenangkan.
Dari gambaran di atas dapat dilihat bahwa makan siang mempunyai
makna simbolik, dan konsep seperti dorongan dan ritual tidak berpengaruh.
Teori ini tidak menolak bahwa ada aturan dan keteraturan, nilai, dan sistem
nilai dalam masyarakat. Hal itu menjadi penting dalam memahami perilaku
hanya orang mempertimbangkannya. Selanjutnya, disarankan bahwa bukan
aturan, keteraturan, norma atau apa saja yang penting untuk memahami
perilaku, melainkan bagaimana hal-hal itu didefinisikan dan digunakan dalam
situasi-situasi khusus.
3. Kebudayaan
Banyak antropolog menggunakan pendekatan fenomenologi dalam studi
mereka dalam pendidikan. Kerangka studi antropologisnya adalah konsep
kebudayaan. Usaha untuk menguraikan kebudayaan atau aspek-aspek
kebudayaan dinamakan etnografi. Walaupun ada diantaranya kurang
sependapat tentang definisi kebudayaan, mereka mmandang kebudayaan
sebagai kerangka teroritis dalam menjelaskan pekerjaan mereka.
Etnografi dikenal dengan uraian rinci (thick description). Yang ditemui
etnograf jika menguji kebudayaan menurut prepektif ini ialah suatu seri
penafsiran terhadap kehidupan, pengertian akal sehat yang rumit dan sukar
dipisahkan satu dengan yang lainnya. Tujuan etnografi adalah mengalami
bersama pengertian bahwa pemeranserta kebudayaan memperhitungkan dan
menggambarkan pengertian baru untuk pembaca dan orang luar.
48
Dalam kerangka kebudayaan, apapun definisi khususnya, kebudayaan
merupakanalat organisatoris atau konseptual untuk menafsirkan data yang
berarti dan yang member cirri pada etnoografi.
4. Etnometologi
Etnometodologi bukanlah metode yang digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data, melainkan menunjukkan pada mata pelajaran yang akan
diteliti. Etnometodologi adalah studi tentang bagaimana individu menciptakan
dan memahami kehidupan sehari-hari. Metodenya untuk mencapai kehidupan
sehari-hari. Subjek etnometodologi bukanlah anggota suku-suku terasing,
melankan orang-orang dalam pelbagai macam situasi pada masyarakat kita.
Etnometodologi berusaha memahami bagaimana orang-orang melihat,
menerangkan, dan menguraikan keteraturan dunia tempat mereka.
Sejumlah orang berpendidikan telah dipengaruhi oleh pendekatan ini.
Pekerjaan mereka kadang-kadang sukar dipisahkan dari pekerjaan peneliti
kualitatif lainnya. Mereka cenderung melakukan pekerjaan–pekerjan tentang isu
yang bersifat mikro, dengan pengungkapan dan kosa kata khusus, dan dengan
tindakan yang rinci dan dengan pengertian. Peneliti demikian menggunakan
istilah-istilah pengertian secara common sense, kehidupan sehari-hari, dan
memperhitungkan. Menurut para etnometodolog, penelitian bukan merupakan
usaha ilmiah yang unik, melainkan lebih merupakan penyelesaian praktis.
Mereka menyarankan agar kita melihat secara hati-hati pada pengertian akal
sehat tempat pengumpulan data itu dilakukan. Mereka mendorong peneliti unuk
bekerja dengan cara kualitatif untuk lebih peka terhadap kebutuhan tertentu
menurut mereka atau menangguhkan asumsi mereka tentang akal sehat,
pandangan mereka sendiri, daripada mempertimbangkannya.
Selain landasan teoritis tersebut di atas dalam penelitian kualitatif
dimanfaatkan juga apa yang dinamakan pendekatan (approach). Pendekatan
penelitian kualitatif merupakan cara berpikir umum tentang cara melaksanakan
penelitian kualitatif. Pendekatan itu menguraikan, baik secara eksplisit ataupun
49
secara implisit, maksud penelitian kualitatif, peran peneliti, langkah-langkah
penelitian, dan metode analisis data, dalam hal ini ada empat pendekatan
kualitatif yang dikemukakan.
5. Etnografi
Pendekatan etnografi dalam penelitian kualitatif terbanyak berasal dari
bidang antropologi. Penekanan pada etnografi adalah pada keseluruhan studi
budaya. Semula gagasan budaya terikat dengan persoalan etnis dan lokasi
geografis, tetapi sekarang hali itu telah diperluas dengan memasukkan setiap
kelompok dalam suatu organisasi. Dalam hal ini kita dapat meneliti budaya dari
bisnis atau kelompok tertentu.
Etnografi pada dasarnya merupakan bidang yang sangat luas sengan
variasi yang sangat besar dari praktisi dan metode. Bagaimanapun, pendekatan
etnografis secara umum adalah pengamatan berperan serta sebagai bagian dari
penelitian lapangan. Etnografer menjadi tertarik secara mendalam dalam suatu
budaya sebagai bagian dari pemeransertanya dan mencatat secara serius data
yang diperolehnya dengan memanfaatkan cacatan lapangan. Sebagai yang ada
dala “grounded throry”, tidak ada pembatasan terlebih dahulu apa yang akan
diamati dan tidak ada titik akhir dalam studinya.
6. Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan (field research) dapat juga dianggap sebagai
pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk
mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya bahwa peneliti berangkat ke
lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatufenomenon dalam
suatu keadaan ilmiah atau in situ. Dalam hal demikian maka pendekatan ini
terkait erat dengan pengamatan berperanserta. Peneliti lapangan biasanya
membuat catatan lapangan secara ekstensif yang kemudian dibuatkan kodenya
dan dianalisis dalam berbagai macam cara.
50
7. Grounded Theory
Pendekatan grounded theory mempunyai beberapa aspek, yaitu :
a. Tujuan penelitian adalah untuk menghasilkan sebuah teori dengan
menggunakan pendekatan “prientasi pendekatan” / construt oriented (atau
kategori).
b. Prosedur yang digunakan benar-benar didiskusikan dan sistematik.
c. Peneliti menyajikan model visual, diagram berkode dan teori.
d. Bahasa dan kesannya ilmiah dan objektif tetapi berhubungan dengan topic
yang sensitive secara mencolok.
Gunakan pendekatan ini untuk menghasilkan dan mengembangkan
teori. Kumpulkan informasi terutama dari interview, dan gunakan prosedur
pengumpulan data yang sistematis dan analitis dikembangkan dari prosedur
seperti aksial, open dan coding tertentu. Walaupun laporan penelitian akhir
akan lebih ilmiah tetapi dapat mempengaruhi isu-isu sensitive dan emosional.
F. Perbedaan Penelitian Kualitatif dengan Penelitian Kuantitatif
Untuk menalaah dan mempelajari perbedaan anatar penelitian kuantitatif dan
penelitian kualitatif dapatlah hal itu ditinjau dari segala aspek yang memungkinkan
adanya perbedaan yang di gambarkan seperti pada berikut :
51
Perbedaan Penelitian Kualitatif dengan Penelitian Kuantitatif Ditinjau dari
Beberapa aspek
No Aspek Kuantutatif Kualitatif
1. Maksud Membuat deskripsi objektif
tentang fanomena terbatas
dan menentukan apakah
fanomena dapat dikontrol
melalui beberapa
intervensi.
Mengembangkan
pengertian tentang individu
dan kejadian dengan
memperhitungkan konteks
yang relevan
2. Tujuan Menjelaskan, meramalkan,
dan/atau mengontrol
fenomena melalui
pengumpulan data terfokus
dari data numeric.
Memahami fenomena sosial
melalui gambaran holistik
dan memperbanyak
pemahaman mendalam.
3. Pendekatan Menjelaskan penyebab
fenomena sosial melalui
pengukuran objektif dan
analisis numerikal.
Berasumsi bahwa subject
matter suatu ilmu sosial
adalahamat berbeda dengan
subject matter dari ilmu
fisik/alamiah dan
mempersyaratkan tujuan
yang berbeda untuk inkuiri
dan seperangkat metode
penyelidikan yang berbeda.
Induktif berisi nilai
(subjektif), holistik, dan
berorientasi proses.
4. Asumsi Beasumsi bahwa tujuan dan Perilaku terikat konteks
52
metode ilmu sosial adalah
sama dengan ilmu
fisik/alamiah dengan jalan
mencari teori yang dites
atau dikonfirmasikan yang
menjelaskan fenomena.
Deduktif, bebas nilai
(objektif), terfokus, dan
berorientasi tujuan.
dimana hal itu terjadi dan
kenyataan sosial tidak bisa
direduksi menjadi variabel-
variabel sama dengan
kenyataan fisik. Berupaya
mencari pemahaman
tentang kenyataan dari segi
prespektif orang dalam;
menerima subjektiviotas
dari peneliti dan pemeran
serta.
5. Model
penjelasan
Penemuan fakta sosial tidak
berasal dari persepsi
subjektif dan terpisah dari
konteks.
Upaya generalisasi tidak
dikenal karena perilaku
manusian sealalu terikat
konteks dan selalu
diinterpretasikan kasus per
kasus.
6. Nilai Bergantung pada model
penjelasan hipotetiko-
deduktif dengan memulai
dari teori dari mana
hipotesis ditarik dan di tes
dengan menggunakan
prosedur yang ditentukan
terlebih dahulu.
Beragumentasi bahwa
peneliti senantiasa terikat
nilai dan peneliti harus
eksplisit tentang peranan
bahwa nilai memegang
peranan dalam sesuatu
studi. Beranggapan bahwa
nilai merupakan sesuatu
piihan yang inhern dalam
masalah yang harus
diselidiki, metode yang
harus diteliti, cara untuk
53
mengintepretasi, dan
konteks dimana studi itu
berada.
7. Alasan Menerima nilai peneliti
dapat berperan dalam
permasalahan yang sedang
diteliti, tetapi penelitian itu
sendiri harus bebas nilai
dengan prosedur khusus
yang dirancang untuk
mengisolasikan dan
mengeluarkan unsure-unsur
subjektif dan mencari
kenyataan objektif.
Induktif melakukan
pengamatan dan menarik
kesimpulan.
8. Generalisasi Deduktif – deduksi dari
teori tentang apa yang akan
diamati.
Berasumsi bahwa setiap
individu, budaya, latar
adalah unik dan penting
untuk mengapresiasi
keunikan, generalisasi
bergantung pada konteks.
9. Hubungan
peneliti
dengan
subjek
Berasumsi bahwa cara ini
dapat menemukan hokum
yang menambah pada
prediksi yang dapat
dipercaya dan pada control
tentang kenyataan/
fenomena. Mencari
keteraturan dalam simple
individu, analisis statistic
Peneliti secara aktif
berinteraksi secara pribadi.
Proses pengumpulan data
dapat diubah dalam hal itu
bergantung pada situasi.
Peneliti bebas
menggunakan intuisi dan
dapat memutuskan
bagaimana merumuskan
54
menyatakan kecenderungan
tentang perilaku dan
kecenderungan sudah
cukup kuat untuk
memperoleh nilai praktis.
pertanyaan dan bagaimana
melakukan pengamatan.
Individu yang diteliti dapat
diberi kesempatan agar
secara sukarela mengajukan
gagasan dan persepsinya
dan malah berpartisipasi
dalam analisis data.
10. Nilai
orientasi
Tujuan penelitian adalah
objektivitas, berusaha
memelihara pandangan
pribadi, kepercayaan
“biases” dan pengaruh
pengumpulan data dan
analisis proses. Melibatkan
interaksi minimal dan jika
interaksi diperlukan
(wawancara) lalu berusaha
membakukan proses.
Peranan sampel dalam studi
adalah pasif.
Mempercayai bahwa
seluruh kegiatan penelitian
terikat nilai. Tidak
menghindari isu nilai, nilai
pribadi dinyatakan secara
terbuka, dan mencoba
memperagakan nilai yang
terikat pada konteks.
11. Studi tentang
konteks
Berupaya agar nilai pribadi
bebas dari pengaruh desain
penelitian dan menghindari
usaha membuat keputusan
nilai tentang hal-hal yang
diteliti.
Berupaya memahami
fenomena yang kompleks
dengan jalan mengujinya
dalam keseluruhannya
dalam konteks. Belum
diketahui apa yang difokus
sampai studi itu sudah
berlangsung;
55
mengdentifikasikan tema
yang relevan dan pola-pola
(yang muncul) yang
kemudian menjadi focus
studi.pengumpulan data
sedikit banyak adalah
kontinu dan intensif lebih
dari penelitian kuantitatif.
12. Desain Berupaya memahami
fenomena yang kompleks
dengan jalan menganalisis
bagian bagian komponen
(disebut variabel). Setiap
upaya penelitian menguji
hanya beberapa
kemungkinan dari variabel
yang dapat diteliti; konteks
situasi diabaikan atau
dikontrol. Data
dikumpulkan dalam
beberapa interval dan
memfokus pada
pengukuran yang tepat.
Fleksibel/luwes,
dikembangkan, umum,
dinegosisasi, sebagai acuan
untuk diikuti, dikhususkan
hanya dalam istilah umum
sebelum studi dilakukan.
Tidak mebikutkan intervasi
dan berupaya agar
gangguan sesedikit
mungkin.
13. Metode Terstruktur, formal,
ditentukan terlebih dahulu,
tidak luwes, dijabarkan
secara rinci terlebih dahulu
sebelum penelitian
dilakukan. Dapat diteliti;
Historikal, etnografis, dan
studi kasus. Intervensi dan
berupaya agar gangguan
sesedikit mungkin.
56
konteks situasi diabaikan
atau dikontrol. Data
dikumpulkan dalam
beberapa interval dan
memfokus pada
pengukuran yang tepat.
14. Hipotesis Deskriptif, korelasional,
perbandingan-kasual, dan
eksperimen.
Cenderung untuk mencari,
menemukan dan
menyimpulkan hipotesis.
Hipotesis dilihat sebagai
sesuatu yang tentative,
berkembang, dan
didasarkan pada seuatu
studi tertentu.
15. Pengukuran Hamper selalu mengetes
hipotesis. Hipotesis dilihat
ssebagai seseuatu yang
khusus, dapat dites, dan
dinyatakan sebelum
suatustudi dilakukan.
Prosedurnya sedikit
subjektif, peneliti memiliki
kemampuan untuk
mengamati dan berinteraksi
dengan manusia lainnya
dan dengan lingkungan;
percaya bahwa kemampuan
manusia diperlukan untuk
melaksanakan tugas yang
rumit dan terhadap dunia
yang sangat bervariasi dan
yang selalu berubah.
16. Review
keputusan
Tujuan pengukuran adalah
objektivitas, member
makna pada scoring dan
Terbatas, sebagai acuan
teori, dan tidak
mempengaruhi studi. Tidak
57
pengumpulan data tidak
dipengaruhi oleh nilai-nilai
peneliti, “bias” dan
persepsi; banyak tergantung
pada tes, skala dan
kuisioner terstruktur yang
dapat diadministrasikan
pada kondisi baku terhadap
seluruh individu dalam
sampel dan prosedur untuk
scoring data dirinci secara
tepat untuk meningkatkan
kemungkinan terjadinya
bahwa setiapdua skor
memperoleh hasil yang
sama. Akhirnya buku dan
numerikal.
dilakukan untuk mengkaji
teori karena dengan cara ini
bukan mengkaji teori tetapi
menemukan teori dari data.
17. Latar
penelitian
Ekstensif, yang dengan hal
itu mempengaruhi studi.
Pengkajian teori diperlukan
untuk menemukan konsep,
variabel, dan menata
penelitian hipotesis.
Naturalistik (sebagaimana
adanya) sejauh mungkin.
18. sampling Sejauh mungkin dikontrol
sampling teoritis dan
sampling sebanyak
mungkin digunakan sebagai
mempertimbangkan.
Bertujuan: dinaksudkan
untuk memilih sejumlah
‘kecil’ dan tidak harus
representative; sampel
dimaksudkan untuk
mengarah kepada
58
pemahaman secara
mendalam.
19. Data Random/acar: dimaksudkan
untuk memilih dari
sejumlah besar individu
dalam populasi dimasukkan
dalam sampel yang
dianggap mewakili. Hal itu
digunakan untuk
menggeneralisasi hasilnya
kepada populasi. Strtifikasi,
kelompok control,
mengontrol variabel
ekstraneus.
Naratif, deskriptif, dalam
kata-kata mereka yang
diteliti, dokumen pribadi,
catatan lapangan, artifak,
dokumen resmi dan video
tapes, transkrip.
20. Strategi
pengumpulan
data
Numeric, variabel
dioperasionalkan, kode
dikuantifikasikan,
statistical, dihitung dan
diadakan pengukuran.
Pengumpulan dokumen,
pengmatan berperan serta
(participant observatiom),
wawancara tidak terstruktur
dan informal, mencatat data
dalam catatan lapangan
secara intensif, menilai
artifak.
21. subjek Pengamatan terstruktur
yang non partisipan,
wawancara semi-terstruktur
dan formal, adminstrasi tes
dan kuisioner, eksperimen,
penelitian survey,
eksperimen kuasi.
Jumlah subjek penelitian
kecil; teknik sampling
bertujuan.
59
Subjek penelitian berjumlah
besar, pemilihan secara
acat.
22. Analisis data Deduktif, secara statistik.
Terutama menghasilkan
data numeric yang biasanya
dianalisi secara statistik.
Data kasar terdiri dari
bilangan dan analisi
dilakukan pada akhir
penelitian.
Induktif, model-model,
teori-teori, konsep,metode
perbandingan tetap.
Biasanya data dianalisis
secara deskriptif yanf
sebagian besar berasal dari
wawancara dan cacatatan
pengamatan; catatan
dianalisis untuk
memperoleh tema dan pola-
pola yang dideskripsikan
dan diilustrasikan dengan
contoh-contoh, termasuk
kutipan-kutipan dan
rangkuman dari dokumen;
koding data dan analisi
verbal.
23. Intepretasi
data
Kesimpulan dan
generalisasi diformulasikan
pada akhir penelitian,
dinyatakan dengan derajat
kepercyaan tertentu yang
ditentukan terlebih dahulu.
Kesimpulan adalah tentatif,
direview atas dasar sesuatu
yang masih berlangsung,
sedang generalisasi
diabaikan.
24. Kriteria Validitas internal–
bagaimana kebenaran
dikemukakan. Validitas
Kredibilitas- penelitian
dilakukan sedemikian rupa
untuk memastikanbahwa
60
eksternal- bagaimana
penerapan temuan-temuan
pada latar lainnya.
Objektivitas- bagaimana
seharusnya kita dapat
diyakinkan bahwa temuan-
temuan adalah reflektif dari
subjek daripada hasil dari
‘biases’ para peneliti.
subjek itu secara secukunya
diperoleh dan diuraikan.
Keterelihan- beban untuk
memaparkan penerapan
temuan-temuan pada latar
lainnya tergantung pada
peneliti yang haru
mengadakan uraian rinci
tentang keadaan latar untuk
keperluan penerapan.
25. Frasa kunci Eksperimental, data
numeric, empiric, dan
statistikal.
Deskriptif, naturalistik, dan
berorientasi kata.
26. Konsep
kunci
Reliabilitas, variabel,
operasionalisasi, hipotesis,
validitas, statistikal,
signifkan, replikasi.
Bermakna, pemahaman
awam, proses, dibangun
secara sosial, tema,
keabsahan data.
27. Instrument
penelitian
Inventori, kuisioner,
skala,skor tes, indikator.
“tape recorder”, catatan
lapangan, peneliti adalah
instrument iu sendiri.
28. Masalah Mengontrol variabel,
validitas.
Memakan waktu, prosedur
tidak baku, reliabilitas
keabsahan data.
G. Beberapa pertanyaanumum tentang penelitian kualitatif
Jika seseorang baru pertama kali mendengar atau mempelajari penelitian
kualitatif, biasanya timbul pertanyaan pertanyaan yang memerlukan penjelasan.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut sebagian meragukan keabsahan penelitian kualitatif.
61
Bogdan dan Taylor (1982:39-48) mengajukan delapan pertanyaan dan menjelaskan
jawabannya.
1. Dapatkah pendekatan kualitatif dan kuantitatif digunakan bersama?
Peneliti kualitatif biasanya tidak puas dengan hasil analisis statistik.
Misalnya, dengan data yang dikumpulkan dengan kuisioner, analisis statistic
dilakukan untuk menemukan hubungan karena antara dua atau lebih variabel.
Ternyata hasilnya tidak memuaskan karena tidak ada hubungan. Peneliti
meragukan hasilnya karena hipotesis tidak teruji. Untuk itu ia selalu
mengadakan wawancara mendalam untuk melengkapi penelitiannya. Dengan
kata lain penelitian kuantitatif tersebut menggunakan secara bersama-sama
penelitian tersebut, namun dengan pendekatan kuantitatif sebagai pegangan
utama.
Di pihak lain, peneliti kualitatif sering menggunakan data kuantitatif,
namun yang sering terjadi pada umumnya tidak menggunakan analisis
kuantitatif secara bersama-sama. Jadi, dapat dikatakan bahwa pendekatan kedua
penelitian tersebut dapat digunakan apabila desainnya adalah memanfaatkan
satu paradigma sedangkan paradigma lainnya hanya sebagai pelengkap saja.
2. Apakah penelitian kualitatif benar-benar ilmiah?
Pnelitian itu pada dasarnya merupakan upaya untuk menemukan teori,
dan hal itu dilakukan secara baik justru dengan pendekatan induktif. Data
dikumpulkan, dianalisis, diabstrakkan, dan akan muncul teori-teori sebagai
penemuan penelitian kualitatif. Selain itu penelitian kualitatif juga mengelan
adanya hipotesis kerja dan pada dasarnya hal itu telah menjadi substantif.
Hanya bedanya hipotesis kerja dirumuskan sementara data dikumpulkan, jadi
tidak disusun sebelumnya. Hipotesis kerja demikian dapat disempurnakan
sementara pengumpulan data berlangsung. Hal demikian tidak mungkin
dilakukan dalam penelitian kuantitatif. Pengujian hipotesis kerja juga dilakukan
dalam rangka reduksi data.
62
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian

More Related Content

What's hot

Metode penelitian
Metode penelitianMetode penelitian
Metode penelitianHendra SAP
 
Metode kualitatif re vi si.ppt
Metode kualitatif re vi si.pptMetode kualitatif re vi si.ppt
Metode kualitatif re vi si.pptmunir_ahmad
 
Metode Penelitian Kualitatif untuk Riset Berkualitas
Metode Penelitian Kualitatif untuk Riset BerkualitasMetode Penelitian Kualitatif untuk Riset Berkualitas
Metode Penelitian Kualitatif untuk Riset BerkualitasAun Falestien Faletehan
 
Metode penelitian kualitatif 2
Metode penelitian kualitatif 2Metode penelitian kualitatif 2
Metode penelitian kualitatif 2Pustaka Literasi
 
Metodologi Penelitian Bisnis
Metodologi Penelitian BisnisMetodologi Penelitian Bisnis
Metodologi Penelitian BisnisZaldeeho Nei
 
Konsep metodologi penelitian
Konsep metodologi penelitianKonsep metodologi penelitian
Konsep metodologi penelitianAldry Azharry
 
Metode Penelitian Kualitatif 1
Metode Penelitian Kualitatif 1Metode Penelitian Kualitatif 1
Metode Penelitian Kualitatif 1Murni ati
 
METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIFMETODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIFSanjaya Koembara
 
METODE PENELITIAN KUALITATIF
METODE PENELITIAN KUALITATIFMETODE PENELITIAN KUALITATIF
METODE PENELITIAN KUALITATIFMegawati Eka
 
Makalah penelitian kualitatif gt
Makalah penelitian kualitatif gtMakalah penelitian kualitatif gt
Makalah penelitian kualitatif gtanmeyshie
 
Penelitian kualitatif bidang kesehatan masyarakat
Penelitian kualitatif bidang kesehatan masyarakatPenelitian kualitatif bidang kesehatan masyarakat
Penelitian kualitatif bidang kesehatan masyarakatasih gahayu
 
makalah metode penelitian ilmiah
makalah metode penelitian ilmiahmakalah metode penelitian ilmiah
makalah metode penelitian ilmiahMuhammad Idris
 
Pertemuan ke 4 bab ii teoretisasi penelitian kualitatif
Pertemuan ke 4 bab ii teoretisasi penelitian kualitatifPertemuan ke 4 bab ii teoretisasi penelitian kualitatif
Pertemuan ke 4 bab ii teoretisasi penelitian kualitatifAl Azhar Indonesia University
 

What's hot (20)

KONSEP DASAR PENELITIAN PENDIDIKAN
KONSEP DASAR PENELITIAN PENDIDIKANKONSEP DASAR PENELITIAN PENDIDIKAN
KONSEP DASAR PENELITIAN PENDIDIKAN
 
Metode penelitian
Metode penelitianMetode penelitian
Metode penelitian
 
Metode penelitian
Metode penelitianMetode penelitian
Metode penelitian
 
Metode kualitatif re vi si.ppt
Metode kualitatif re vi si.pptMetode kualitatif re vi si.ppt
Metode kualitatif re vi si.ppt
 
Metode Penelitian Kualitatif untuk Riset Berkualitas
Metode Penelitian Kualitatif untuk Riset BerkualitasMetode Penelitian Kualitatif untuk Riset Berkualitas
Metode Penelitian Kualitatif untuk Riset Berkualitas
 
Metode penelitian kualitatif 2
Metode penelitian kualitatif 2Metode penelitian kualitatif 2
Metode penelitian kualitatif 2
 
Metodologi Penelitian Bisnis
Metodologi Penelitian BisnisMetodologi Penelitian Bisnis
Metodologi Penelitian Bisnis
 
P3 metode penelitian
P3 metode penelitianP3 metode penelitian
P3 metode penelitian
 
Dasar dasar penelitian
Dasar dasar penelitianDasar dasar penelitian
Dasar dasar penelitian
 
Konsep metodologi penelitian
Konsep metodologi penelitianKonsep metodologi penelitian
Konsep metodologi penelitian
 
hakikat penelitian pendidikan
hakikat penelitian pendidikanhakikat penelitian pendidikan
hakikat penelitian pendidikan
 
Metode Penelitian Kualitatif 1
Metode Penelitian Kualitatif 1Metode Penelitian Kualitatif 1
Metode Penelitian Kualitatif 1
 
Makalah penelitian kualitatif
Makalah penelitian kualitatifMakalah penelitian kualitatif
Makalah penelitian kualitatif
 
P2 konsep dasar penelitian
P2 konsep dasar penelitianP2 konsep dasar penelitian
P2 konsep dasar penelitian
 
METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIFMETODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
 
METODE PENELITIAN KUALITATIF
METODE PENELITIAN KUALITATIFMETODE PENELITIAN KUALITATIF
METODE PENELITIAN KUALITATIF
 
Makalah penelitian kualitatif gt
Makalah penelitian kualitatif gtMakalah penelitian kualitatif gt
Makalah penelitian kualitatif gt
 
Penelitian kualitatif bidang kesehatan masyarakat
Penelitian kualitatif bidang kesehatan masyarakatPenelitian kualitatif bidang kesehatan masyarakat
Penelitian kualitatif bidang kesehatan masyarakat
 
makalah metode penelitian ilmiah
makalah metode penelitian ilmiahmakalah metode penelitian ilmiah
makalah metode penelitian ilmiah
 
Pertemuan ke 4 bab ii teoretisasi penelitian kualitatif
Pertemuan ke 4 bab ii teoretisasi penelitian kualitatifPertemuan ke 4 bab ii teoretisasi penelitian kualitatif
Pertemuan ke 4 bab ii teoretisasi penelitian kualitatif
 

Viewers also liked

Konsep pembelajaran scientific baru
Konsep pembelajaran scientific baruKonsep pembelajaran scientific baru
Konsep pembelajaran scientific baruPuryanto SS
 
Psikologi sosial
Psikologi sosialPsikologi sosial
Psikologi sosialPuryanto SS
 
7. kesadaran berbangsa dan bernegara
7. kesadaran berbangsa dan bernegara7. kesadaran berbangsa dan bernegara
7. kesadaran berbangsa dan bernegaraPuryanto SS
 
Proposal Pendahuluan PENGARUH KEPUASAN PEGAWAI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PE...
Proposal Pendahuluan PENGARUH KEPUASAN PEGAWAI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PE...Proposal Pendahuluan PENGARUH KEPUASAN PEGAWAI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PE...
Proposal Pendahuluan PENGARUH KEPUASAN PEGAWAI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PE...Excruciate Limited
 
Star a group 1 tugas ke 1
Star a group 1 tugas ke 1Star a group 1 tugas ke 1
Star a group 1 tugas ke 1Sri Haryati
 
Bab i,iv, daftar pustaka
Bab i,iv, daftar pustakaBab i,iv, daftar pustaka
Bab i,iv, daftar pustakadesti najla
 
Lks KURIKULUM 2013 parabola puncak a,b
Lks KURIKULUM 2013 parabola puncak a,bLks KURIKULUM 2013 parabola puncak a,b
Lks KURIKULUM 2013 parabola puncak a,bRizki Safari Rakhmat
 
Pengmb. sdm dan organisasi puryanto
Pengmb. sdm dan organisasi puryantoPengmb. sdm dan organisasi puryanto
Pengmb. sdm dan organisasi puryantoPuryanto SS
 
4. disiplin pelaksanaan program
4. disiplin pelaksanaan program4. disiplin pelaksanaan program
4. disiplin pelaksanaan programPuryanto SS
 
Tugas proposal penelitian
Tugas proposal penelitianTugas proposal penelitian
Tugas proposal penelitianMuhammad Hendra
 
5. membangun pribadi teladan
5. membangun pribadi teladan5. membangun pribadi teladan
5. membangun pribadi teladanPuryanto SS
 
Psikologi sosial
Psikologi sosialPsikologi sosial
Psikologi sosialPuryanto SS
 
Tesis hubungan kemampuan, kepuasan dan disiplin kerja dengan kinerja pegawai
Tesis hubungan kemampuan, kepuasan dan disiplin kerja dengan kinerja pegawaiTesis hubungan kemampuan, kepuasan dan disiplin kerja dengan kinerja pegawai
Tesis hubungan kemampuan, kepuasan dan disiplin kerja dengan kinerja pegawaisuryaloe
 
Daftar isi proposal PENGARUH KEPUASAN PEGAWAI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PEM...
Daftar isi proposal PENGARUH KEPUASAN PEGAWAI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PEM...Daftar isi proposal PENGARUH KEPUASAN PEGAWAI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PEM...
Daftar isi proposal PENGARUH KEPUASAN PEGAWAI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PEM...Excruciate Limited
 
6. budaya organisasi
6. budaya organisasi6. budaya organisasi
6. budaya organisasiPuryanto SS
 

Viewers also liked (20)

Tamil translate
Tamil translateTamil translate
Tamil translate
 
Konsep pembelajaran scientific baru
Konsep pembelajaran scientific baruKonsep pembelajaran scientific baru
Konsep pembelajaran scientific baru
 
Psikologi sosial
Psikologi sosialPsikologi sosial
Psikologi sosial
 
Ueeee
UeeeeUeeee
Ueeee
 
7. kesadaran berbangsa dan bernegara
7. kesadaran berbangsa dan bernegara7. kesadaran berbangsa dan bernegara
7. kesadaran berbangsa dan bernegara
 
Proposal Pendahuluan PENGARUH KEPUASAN PEGAWAI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PE...
Proposal Pendahuluan PENGARUH KEPUASAN PEGAWAI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PE...Proposal Pendahuluan PENGARUH KEPUASAN PEGAWAI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PE...
Proposal Pendahuluan PENGARUH KEPUASAN PEGAWAI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PE...
 
Star a group 1 tugas ke 1
Star a group 1 tugas ke 1Star a group 1 tugas ke 1
Star a group 1 tugas ke 1
 
Proposal ema
Proposal emaProposal ema
Proposal ema
 
Budaya organisasi
Budaya organisasiBudaya organisasi
Budaya organisasi
 
Bab i,iv, daftar pustaka
Bab i,iv, daftar pustakaBab i,iv, daftar pustaka
Bab i,iv, daftar pustaka
 
Lks KURIKULUM 2013 parabola puncak a,b
Lks KURIKULUM 2013 parabola puncak a,bLks KURIKULUM 2013 parabola puncak a,b
Lks KURIKULUM 2013 parabola puncak a,b
 
Pengmb. sdm dan organisasi puryanto
Pengmb. sdm dan organisasi puryantoPengmb. sdm dan organisasi puryanto
Pengmb. sdm dan organisasi puryanto
 
Study kasus
Study kasusStudy kasus
Study kasus
 
4. disiplin pelaksanaan program
4. disiplin pelaksanaan program4. disiplin pelaksanaan program
4. disiplin pelaksanaan program
 
Tugas proposal penelitian
Tugas proposal penelitianTugas proposal penelitian
Tugas proposal penelitian
 
5. membangun pribadi teladan
5. membangun pribadi teladan5. membangun pribadi teladan
5. membangun pribadi teladan
 
Psikologi sosial
Psikologi sosialPsikologi sosial
Psikologi sosial
 
Tesis hubungan kemampuan, kepuasan dan disiplin kerja dengan kinerja pegawai
Tesis hubungan kemampuan, kepuasan dan disiplin kerja dengan kinerja pegawaiTesis hubungan kemampuan, kepuasan dan disiplin kerja dengan kinerja pegawai
Tesis hubungan kemampuan, kepuasan dan disiplin kerja dengan kinerja pegawai
 
Daftar isi proposal PENGARUH KEPUASAN PEGAWAI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PEM...
Daftar isi proposal PENGARUH KEPUASAN PEGAWAI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PEM...Daftar isi proposal PENGARUH KEPUASAN PEGAWAI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PEM...
Daftar isi proposal PENGARUH KEPUASAN PEGAWAI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PEM...
 
6. budaya organisasi
6. budaya organisasi6. budaya organisasi
6. budaya organisasi
 

Similar to Metodologi Penelitian

FilSAFAT ILMU tugas akhir
FilSAFAT ILMU tugas akhir FilSAFAT ILMU tugas akhir
FilSAFAT ILMU tugas akhir Lika Saras
 
Ujian 1 met lit
Ujian 1 met litUjian 1 met lit
Ujian 1 met litutarigitam
 
Materi Kuliah Dasar-dasar Penelitian .pptx
Materi Kuliah Dasar-dasar Penelitian .pptxMateri Kuliah Dasar-dasar Penelitian .pptx
Materi Kuliah Dasar-dasar Penelitian .pptxEkoWahyudi851376
 
Metodologi Penelitian Kesehatan Dasar Untuk Pertemuan 1
Metodologi Penelitian Kesehatan Dasar Untuk Pertemuan 1Metodologi Penelitian Kesehatan Dasar Untuk Pertemuan 1
Metodologi Penelitian Kesehatan Dasar Untuk Pertemuan 1edwinarudyarti1
 
Tugas Poer Point
Tugas Poer PointTugas Poer Point
Tugas Poer PointTrisna2013
 
metodologipenelitian-.pdf
metodologipenelitian-.pdfmetodologipenelitian-.pdf
metodologipenelitian-.pdfssuser7c01e3
 
metodologipenelitian-.pdf
metodologipenelitian-.pdfmetodologipenelitian-.pdf
metodologipenelitian-.pdfssuser7c01e3
 
Metodologi penelitian.ppt (2)
Metodologi penelitian.ppt (2)Metodologi penelitian.ppt (2)
Metodologi penelitian.ppt (2)Budionno Abdulloh
 
Pengertian riset
Pengertian risetPengertian riset
Pengertian risetstiemb
 
Metpen 1 Penelitian Ilmiah
Metpen 1   Penelitian IlmiahMetpen 1   Penelitian Ilmiah
Metpen 1 Penelitian IlmiahAndi Iswoyo
 
Ppt kelompok 8 all filsafat ilmu
Ppt kelompok 8 all filsafat ilmuPpt kelompok 8 all filsafat ilmu
Ppt kelompok 8 all filsafat ilmuAnandaBudii
 
KONSEP DASAR PENELITIAN.pptx
KONSEP DASAR PENELITIAN.pptxKONSEP DASAR PENELITIAN.pptx
KONSEP DASAR PENELITIAN.pptxFitriNurHidayah9
 
METLIT 1.pptx
METLIT 1.pptxMETLIT 1.pptx
METLIT 1.pptxdemas12
 

Similar to Metodologi Penelitian (20)

Rti
RtiRti
Rti
 
FilSAFAT ILMU tugas akhir
FilSAFAT ILMU tugas akhir FilSAFAT ILMU tugas akhir
FilSAFAT ILMU tugas akhir
 
MP02-1.pptx
MP02-1.pptxMP02-1.pptx
MP02-1.pptx
 
Ilmu
IlmuIlmu
Ilmu
 
Ujian 1 met lit
Ujian 1 met litUjian 1 met lit
Ujian 1 met lit
 
Materi Kuliah Dasar-dasar Penelitian .pptx
Materi Kuliah Dasar-dasar Penelitian .pptxMateri Kuliah Dasar-dasar Penelitian .pptx
Materi Kuliah Dasar-dasar Penelitian .pptx
 
Metodologi Penelitian Kesehatan Dasar Untuk Pertemuan 1
Metodologi Penelitian Kesehatan Dasar Untuk Pertemuan 1Metodologi Penelitian Kesehatan Dasar Untuk Pertemuan 1
Metodologi Penelitian Kesehatan Dasar Untuk Pertemuan 1
 
Tugas Poer Point
Tugas Poer PointTugas Poer Point
Tugas Poer Point
 
metodologipenelitian-.pdf
metodologipenelitian-.pdfmetodologipenelitian-.pdf
metodologipenelitian-.pdf
 
metodologipenelitian-.pdf
metodologipenelitian-.pdfmetodologipenelitian-.pdf
metodologipenelitian-.pdf
 
Metodologi penelitian.ppt (2)
Metodologi penelitian.ppt (2)Metodologi penelitian.ppt (2)
Metodologi penelitian.ppt (2)
 
Hakikat penelitian
Hakikat penelitianHakikat penelitian
Hakikat penelitian
 
Pengertian riset
Pengertian risetPengertian riset
Pengertian riset
 
Metpen 1 Penelitian Ilmiah
Metpen 1   Penelitian IlmiahMetpen 1   Penelitian Ilmiah
Metpen 1 Penelitian Ilmiah
 
Ppt kelompok 8 all filsafat ilmu
Ppt kelompok 8 all filsafat ilmuPpt kelompok 8 all filsafat ilmu
Ppt kelompok 8 all filsafat ilmu
 
KONSEP DASAR PENELITIAN.pptx
KONSEP DASAR PENELITIAN.pptxKONSEP DASAR PENELITIAN.pptx
KONSEP DASAR PENELITIAN.pptx
 
METLIT P II 2023.pdf
METLIT P II 2023.pdfMETLIT P II 2023.pdf
METLIT P II 2023.pdf
 
TUGAS FILSAFAT
TUGAS FILSAFATTUGAS FILSAFAT
TUGAS FILSAFAT
 
APA ITU ILMU
APA ITU ILMUAPA ITU ILMU
APA ITU ILMU
 
METLIT 1.pptx
METLIT 1.pptxMETLIT 1.pptx
METLIT 1.pptx
 

Recently uploaded

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 

Metodologi Penelitian

  • 1. 1 BAB 1 Metodologi Penelitian A. Pendahuluan Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang sangat penting bagi pengembangan ilmu dan bagi pemecahan suatu masalah. Beberapa ilmuan memulai kegiatan ilmiahnya dengan melakukan penelitian. Penelitian menjadi salah satu alat untuk mengungkap kebenaran sehingga menjadi sebuah pengetahuan yang baru. Selain itu, Penelitian juga berguna untuk memecahkan suatu masalah dengan mengambil hasil penelitian yangtelah dilakukan oleh orang Ilmuan sebelumnya. Penelitian yang seksama dan sistematis membantu para Ilmuan untuk menemukan suatu permasalahan yang terjadi dan mencari solusi yang terbaik dari masalah yang dihadapi. Aktifitas penelitian merupakan salah satu tahapan yang harus dilakukan oleh Ilmuan untuk mendapatkan hasil yang akurat dan dapat diterima oleh publik. Dengan demikian penelitian adalah pengalaman yang berharga dan menjadi guru yang terbaik yang memberikan banyak pelajaran bagi yang mau memanfaatkannya. Penelitian-penelitian yang telah ditemukan dapat mengungkap berbagai gejala yang jika dikembangkan lebih lanjut dengan tepat, maka terdapat solusi yang tepat bagi suatu masalah. Di sinilah para Ilmuan dapat menemukan konsep dan teori baru. Dengan demikian, penelitian pada hakikatnya adalah suatu kegiatan untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. B. Penelitian sebagaiMetodologiIlmu Penelitian merupakan suatu usaha menemukan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan (knowledge) adalah segala sesuatu yang kita ketahui yang berjumlah banyak dan beragam. Sedangkan pengertian dari pengetahuan ilmiah (science) adalah pengetahuan yang mengikuti aturan ilmiah. Walau semua pengetahuan tidak
  • 2. 2 melalui penelitian, akan tetapi posisi penelitian akan menempati peran yang strategik dalam menghasilkan pengetahuan yang baru secara akurat. Ada banyak cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan, tidak hanya dengan melalui penelitian saja. Namun dapat melalui pengalaman langsung, bertanya kepada yang lebih memahami, membaca buku pengetahuan, dan bahkan bisa didapatkan hanya dari berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. Menurut Kneller (1987:18-23) ada lima sumber pengetahuan, yaitu: 1. Revealed Knowledge, yaitu pengetahuan yang bersumber dari Tuhan melalui wahyu yang diturunkan kepada Rosul pilihan yang dituangkan dalam kitab-kitab suci yang kebenarannya sudah tidak diragukan lagi dan bersifat mutlak. 2. Iintuitif Knowledge, yaitu pengetahuan yang diperoleh individu secara pribadi yang melibatkan intuisi dalam penghayatannya terhadap sesuatu secara mendalam. Intuisi atau insign dapat muncul secara tiba-tiba tanpa disadari dalam hal cipta, rasa dan karsa seseorang yang bersifat unik. 3. Rational knowledge, pengetahuan yang diperoleh semata-mata atas hasil rekayasa akal bukan atas hasil observasi terhadap peristiwa-peristiwa faktual. Yang dikedepankan adalah kekuatan logika, sehingga suatu pernyataan dianggap benar karena silogismenya rasional atau dapat diterima secara nalar. 4. Empirikal knowledge, pengetahuan yang diperoleh dari hasil observasi dengan menggunakan kekuatan pengelihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan peradaban terhadap realitas yang ada, sehingga pengetahuan ini teruji kebenarannya secara empiric dengan bukti yang dapat diamatai oleh pancaindra. 5. Authoritative Knowledge, pengetahuan yang dikokohkan oleh reputasi pencetusnya/ahlinya atau diterima berdasarkan otoritas seseorang.
  • 3. 3 Berdasarkan jenis pengetahuan ini, dijelaskan bahwa seseorang dapat memiliki pengetahuan karena ia terlibar secara mendalam dengan bidang yang digelutinya secara piker dan empirical. Kegiatan ini dapat diwadahi dalam kegiatan penelitian. Cara lain yang dapat digunakan untuk endapatkan pengetahuan adalah dengan bertanya kepada orang lain. Yang pasti orang yang memiliki pengetahuan dan wewenang yang lebih di banding dengan kita. Biasanya orang hanya bertanya mengenai hal luarnya saja tanpa menanyakan alasan-alasan dari apa yang sudah dibicarakan sehingga hanya percaya dan mengikutinya saja. Hal itu tentu tidak menjamin keakuratan informasi yang didaptakan. Pengetahuan seperti ini termasuk dalam kategori authoritatif. Untuk memperoleh pengetahuan yang benar orang harus menggunakan nalarnaya dengan dibangun suatu kerangka piker dedukatif yang dimulai dari hal-hal yang bersifat umum menuju ke hal-hal yang lebih khusus. Untuk memperoleh kesimpulan yang benar harus melalui premis- premis yang benar pula. Oleh karena itu perlu adanaya cara untuk menguji kebenaran dari premis-premis yang didapatkan. Cara mengujinya dengan menggunakan penalaran induktif yang mengkaji fakta-fakta secara cermat untuk mendapatkan kesimpulan. Penelitian adalah aktifitas menggunakan kekuatan berpikir dan observasi dengan menggunakan kaidah-kaidah tertentu untuk menghasilkan ilmu pengetahuan guna menyelesaikan suatu persoalan. Aktifitas berpikir dalam penelitian tidak hanya sekedar memindahkan atau mengambil teori-teori yang sudah ada, akan tetapi ini merupakan aktifitas berpikir secara ilmiah. Dengan kata lain Peneliti akan paham bagaimana melakukan penelitian untuk menguji teori- teori atau menemukan yang masih menjadi rahasia dengan menggunakan kerangka berpikir yang rasional dan dapat menganalisis data/fakta secara ilmiah sehingga menjadi teori baru yang teruji kebenarannya dan berguna bagi pemecah masalah yang mengemban ilmu. Untuk memproleh pengetahuan yang benar penelitian dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode ilmiah oleh peneliti yang memiliki integritas ilmiah.
  • 4. 4 Artinya, penelitian dilaksanakan berdasarkan teori-teori, prinsip-prinsip, serta asumsi-asumsi dasar pengetahuan, dengan menggunakan penalaran deduktif- deduktif serta prosedur dan teknik yang sistematik. Peneliti selain memiliki penguasaan di bidang yang diteliti dan metodologi penelitian, tetapi harus juga memiliki integritas ilmiah, artinya dia harus bersikap objektif, terbuak, jujur, dan berpegangan teguh kepada kebenaran ilmiah. Hasil penelitian yang valid dan reliable dapat menghasilkan kesimpulan- kesimpulan bagi ilmu pengetahuan dan bahkan menjadi ilmu pengetahuan itu sendiri dan menjadi konsep atau teori yang dapat digunakan untuk memahami, mendeskripsikan, menjelaskan, mengontrol dan memprediksikan suatu fanomena. Aktifitas tersebut sangat berguna bagi upaya pemecahan masalah dan memverifikasikannya dengan fanomena empiric untuk mendapatkan data dan fakta yang sesungguhnya atau yang relevan dengan masalah yang dihadapi. Fakta dapat di olah dengan tepat melalui metode yang relevandan dianalisis secara mendalam yang melibatkan verification logical framework dalam menyajikan temuan-temuan dan kesimpulan yang dapat dijadikan rujukan bagi pemecahan masalah dan bagi pengembangan disiplin ilmu. Demikian seterusnya sebagai suatu aktifitas terus menerus sebagaimana tertulis dalam gambar 1.1 berikut ini.
  • 5. 5 Penelitian sebagai Metodologi Ilmu Gambar 1.1 : Penelitian Sebagai Metodologi ilmu C. Paradigma Keilmuan Nicolas Henry (1995:21-49) menyatakan bahwa, standart suatu disiplin ilmu mencangkup focus dan locus. Focus mempersoalkan tentang “what of thr field” atau metode dasar yang digunakan atau cara-cara ilmiah yang digunakan untuk memecahkan suatu persoalan; sedangkan locus mencangkup “where of the field” atau medan atau tempat dimana metode tersebut dapat digunakan atau dimanfaat kan sebagaimana mestinya. Suetu ilmu merupakan kumpulan dari pengetahuan yang tertata dan kebenarannya sudah teruji serta sudah diakui oleh para ahli dan masyarakat serta dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah lain. Pengetahuan yang diperoleh dalam penelitian dapat berupa fakta, konsep, generalisasi atau teori. Generalisasi Konsep teori Data Fakta To understand To describe To explain To control To predict To Solve Problem Fanomena Empirik Verification Logical Framework
  • 6. 6 Pengetahuan tersebut dapat membantu kita dalam memecahkan suatu persoalan yang sedang dihadapi. Bahkan penelitian dapat menggugurkan asumsi pertama dari pemikiran seseorang karena dapat menunjukkan konteks yang actual dan terbukti kebenarannya. Namun dengan demikian dalam praktik selanjutnya, melakukan penelitian memerlukan kaidah sendiri dengan berpatokan kepada paradigm tertentu. Dengan demikian peneliti memerlukan paradigm yang jelas unutk membuktikannya, seperti yang dikatakan Huntington (1996) bahwa paradigma dalam penelitian menjadi “peta” yaitu simplify-kasi yang perlu sehingga kita tahu dimana kita sedang berada, dan kemana kita harus melangkah. Paradigm menurut Mustopadidjaja (2000) adalah teori dasar atau cara pandang yang fandumental, dilandasi nilai-nilai tertentu, dan berdasarkan teori pokok, konsepsi, asumsi, metodologi atau cara pendekatan yang dapat digunakan teoritis dan praktisi dalam menanggapi suatu masalah baik dalam kaitan pengembangan ilmu maupun dalam upaya pemecahan masalah bagi kemajuan hidup dan kehidupan manusia. Definisi hamper serupa dengan yang diangkat oleh Kuhn (1970) bahwa paradigm merupakan suatu cara pandang, nilai-nilai, metode-metode, prinsip dasar atau cara memecahkan suau masalah yang dianut oleh suatu masyarakat ilmiah pada suatu masa tertentu (Kuhn, 1970). Suatu paradigma dalam suatu penelitian adalah penggunaan paradigm yang memiliki pandangan yang berbeda dan menggambarkan suatu pola, model, peta, jalan atau langkah yang akan ditempuh. Langkah-langkah tersebut biasanya dikembangkan dalam penelitian analisis dan pengembangan kebijakan. Walaupun sudah ada beberapa instrument kuantitatif untuk mengukur efektifitas kbijakan, namun untuk menganalisis dan mengembangkan suatu kebijakan yang bersifat expost maupun secara mendalam atau untuk menemukan model yang sesuai serta kebijakan yang tepat diperlukan explorasi data kualitatif. Ini menjadi suatu paradigma baru peneliin kebijakan. Dengan demikian paradigm merupakan suatu cara berpikir masyarakat ilmiah untuk memahami realitas objek yang diteliti.
  • 7. 7 Paradigma digunakan untuk menunjukkan konsepsi dasar seseorang mengenai suatu aspek realitas tertentu. D. Paradigma Penelitian Ilmuan mencari dan menguji pengetahuat memalui penelitian. Melakukan penelitian adalah menelusuri lapangan atau menelaah suatu gejala untuk menemukan kebenaran. Cara atau langkah yang dilakukan untuk melakukan penelitian dipengaruhi oleh pandangan terhadap objek atau fanomena/gejala sebagai suatu realitas sosial. Cara pandangan untuk melihat atau memahami kenyataan dipengaruhi oleh pemahaman akan filsafat tentang alam semesta. Dua pandangan filsafat yang mndominasi pemahaman terhadap realitas adalah filsafat positivistic dan postpositivistik. Paradigma filsafat positivistik membahas tentang apa yang ada, terlihat, teraba dan terasa. Sedangkan paradigma postpositivistik tidak hanya membahas tentang apa yang terlihat, terasa dan teraba saja, akan tetapi mencoba memahami makna di balik semua yang ada. Paradigma postpositiviatik ini merupakan aliran yang memperbaiki kelemahan dari paradigm positivism yang hanya mengandalkan kemapuan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Paradigma positivistik melahirkan pendekatan penelitian kualitatif yang cendenrung pada penggunaan angka-angka. Sedangkan paradigma postpositivistik atau naturalistik melahirkan pendekatan penelitian kualitatif yang cenderung pada penggunaan kata-kata untuk menarasikan suatu fanomena/gejala. Pandangan dasar untuk menjelaskan paradigma penelitian yang menggunakan positivistik dengan naturalistik adalah ada pada lima pandangan dasar (aksioma), yaitu : 1. Kenyataan tentang Realitas Aliran positivistik memandang realitas sebagai sesuatu yang bersifat nyata (kongkrit) yang dapat diamati dengan panca indra. Kita dapat melihat kebenaran konsep karena terjelas dalam suatu fanomena seperti konsep
  • 8. 8 manajemen yang dapat diamati dari adanya rencana kerja yang telah dibuat, struktur organisasi yang sudah ada, jadwal kerja yang efektif, adanya pengawasan dan dilakukannya feed back dari evaluasi terhadap rencana pelaksanaannya. Dari elaborasi semua itu dapat diperoleh sebuah kebenaran yang teramati. Oleh karena itu peneliti kualitaif harus mengetahui semua penjabaran prosesnya. Realitas juga dapat dipecah menjadi bagian-bagian yang dapat diukur baerdasarkan jenis, bentuk, waktu, warna, perilaku dan lainny. Pecahan- pecahan itu dapat dipelajari secara independen dan dapat dieliminasi dari objek lain. Misalnya untuk meneliti tentang sekolahan, kita bisa memilih hanya salah satu dari bagian sekolah tersebut. Misalnya kita memilih masalah tentang administrasi perkantoran di sekolah tersebut tanpa memilih pembelajarannya. Realitas pada aliran positiviatik dapat dikontrol atau dikendalikan oleh objek lain. Misalnya suatu variable bebas akan mengontrol kehadiran variable terikatnya. Oleh karena itu, peneliti harus menggunakan alat yang tepat untuk mengukur setiap variable secara spesifik dan mampu menetapkan ukurannya secara tepat. Berbeda dengan aliran positiviatik, aliran postpositivistik memandang bahwa realitas merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dipisahkan. Apabila dipahami di setiap bagiannya akan ada keterkaitan anatar yang satu dengan yang lainnya. Suatu objek akan selalu berpasangan dengan konteks nya masing- masing. 2. Hubungan Peneliti dengan yang Diteliti Aliran positivistic menjabarkan bahwa hubungan anatara peneliti dengan yang diteliti bersifat independen. Peneliti harus bersikap seobjektif mungkin sehingga unntuk melakukan sebuah kajian fanomena harus dipilih secara nyata anatar subjek dan objek penelitian. Dalam pelaksanaan penelitian digunakan instrument untuk mengungkap data yang ada tanpa melibatkan langsung antara pencari data (peneliti) dan sumber data (teori peneliti).
  • 9. 9 Instrumen yang digunakan adalah kuisioner yang membutuhkan bantuan orang lain untuk memberikan pendapatnya yang sesuai tanpa harus mengetahui siapa yang berpendapat. Pandangan aliran postpositivistik tentang dunia adalah suatu keutuhan dan di balik semua kenyataan terkandung adanya unsure manusiawi yang tersembunyi dan yang dapat dimengerti, dirasakan dan dipahami apabila berbaur pada suasana yang sesungguhnya. Postpositivistik menuntut adanya keterkaitan antara subjek yang diteliti dengan objek nya. Penelitian kualitatif mengetengahkan peneliti sebagai human instrument yang mampu mengungkapa data yang sesungguhnya di balik suatu fanomena yang tersembunyi. Cara untuk memahami dan mengungkap makna dari sebuah kenyataan dapat dilakukan dengan cara masuk kedalam sumber data melalui observasi, partisipasi, atai interview langsung. Dengan hal ini penelitian tidak dapat dipisahkan anatara pencari data (peneliti) dan sumber data. 3. Kemungkinan Generalisasi Positivistik bekerja dengan pola piker deduktif, yaitu berangkat dari generalisasi untuk ditemukan data empiriknya yang sesuai dan mendukung teorinya. Suatu data menjadi terpercaya karena generalisasi yang diambil dalam populasi luas dan dapat diuji ulang dengan hasil yang relative sama. Postpositivistik bekerja kebalikannya, yaitu dengan cara induktif, yang artinya penelitian yang berangkat dari harapan dan membenarkannya dengan teori-teori yang berhubungan dengan fanomena yang terkait. Data/fakta yang ada merupakan bahan untuk dikaji dan dianalisis dengan menggunakan analisis pola pikir reflektif sehingga ditemukan makna yang berbeda di dalamnya. Data yang dimaknai dengan menggunakan pola pikir reflektif akan memperoleh data yang bermakna modifikasi bagi teori atau menjadi suatu pengembangan dari suatu teori yang telah terungkap yang disebut sebagai grounded teory. Generalisasi penelitian kualitatif dari aliran positivistik tidak berasal dari populasi yang besar dan diambil secara acak, akan tetapi data diungkap
  • 10. 10 dari key person dengan sample porpusive dengan tujuan agar hasil penelitiannya memiliki nilai komparabilitas dan transferabilitas sehingga dapat direkonstruksi untuk kepentingan praktik terbaik di tempat lain yang memiliki konteks atau karakteristik yang relative sama. Nilai transferability yaitu dapat di transfer atau di aplikasikan di te,pat lain. . 4. Kemungkinan Hubungan Sebab Akibat Positivistik mengajarkan kuantitatif meneliti dengan dasar susunan teori yang kokoh dari awal atau menggunakan teori yang disusun dari penelitian lain. Pemahaman akan suatu teori dikaji bagian-bagiannya untuk dipecah dan diambil sebagai bahan kajian dengan menghubung-hubungkansatu sama lain variabel. Misalnya diketahui bahwa yang mempengaruhi sekolah efektif adalah kepemipinan yang visioner, budaya kerja produktif, sarana prasarana yang lengkap, kinerja guru yang professional, dan siswa yang responsive dan kreatif. Maka dikethui bahwa yang menyebabkan terjadinya sekolah efektif adalah variabel-variabel tersebut, artinya kepemimpinan menjadi sebab dari sekolah yang efektif atau sebaliknya, sekolah efektif merukan akibat dari adanya kepemimpinan yang visioner. Variabel akibat disebut juga variabel dependen atau yang dipengaruhi, sedangkan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab disebut variabel independen. Dalam penelitian kualitatif dikenal dengan focus studi yang merupakan suatu kesatuan holistic yang dibantu dengan mengembangkan kategorisasi untuk mempermudah penelusuran data/faktanya. 5. Peran Nilai Positivistik menuntut penelitian kuantitatif mengejak objektifitas yang tinggi dalam melakukan penelitian. Peneliti memiliki kebebasan untuk mengeksplorasi fakta sesungguhnya berdasarkan batas-batas teori nilai yang ada. Sebaliknya, pada pemahaman postpositivistik yang dianut peneliti naturalis
  • 11. 11 dalam mencari fakta meminta penyesuaian-penyesuaian dalam teknis pencariannya yang mengadaptasi dengan kata nilai yang ada.
  • 12. 12 BAB 2 DASAR PENELITIAN KUALITATIF A. Konsep DasarPenelitianKualitatif Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (1986:9) pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif. Pengamatan kuantitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu cirri tertentu. Untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan, pengamat harus mengetahuai apa yang menjadi cirri sesuatu itu. Untuk itu pengamat mulai mencatat atau menghitung dari satu, dua, tiga dan seterusnya. Baerdasarkan pertimbangan dangkal yang demikiankemudian peneliti menyatakan bahwa penelitian kuantitatif mencangkup setiap jenis penelitian yang didasarkan atas perhitungan persentase, rata-rata, ci kuadrat, dan perhitungan statistic lainnya. Dengan kata lain, penelitian kuantitatif melibatkan diri pada perhitungan atau angka. Di pihak lain, kualitas menunjuk segi alamiah yang dipertentangkan dengan kuantum atau jumlah tersebut. Atas dasar pertimbangan itulah maka kemudian penelitian kualitatif tampaknya diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Ada beberapa istilah yang digunakan untuk penelitian kualitatif, yaitu penelitian atau inkuiri naturalistic atau alamiah, entografi, interaksionis simbolik,perspektif ke dalam, etnometodologi, the Chicago school, fanomenologis, studi kasus, interpretative, ekologis, dan deskriptif (Bogdan dan Biklen, 1982:3). Pemakai istilah inkuiri naturalistik atau alamiah pada dasarnya kurang menyetujui penggunaan istilah penelitian kualitatif karena menganggap bahwa penelitian kualitatif merupakan istilah yang terlalu disederhanakan, bahkan sering dipertentangkan dengan penelitian kuantitatif. Alasan yang dikemukakan oleh para pengarang buku inkuiri alamiah tersebut hanyalah merupakan alasan pembenaran istilah inkuiri alamiah yang
  • 13. 13 digunakan oleh mereka. Dilihat dari sisi lain, pada dasarnya istilah inkuiri alamiah menekankan pada kealamian sumber data. Dengan kata lain, alasan yang digunakan mereka sama saja yang digunakan oleh peneliti yang masih tetap menggunakan penelitian kualitatif. Dalam buku ini istilah penelitian kualitatif tetap akan dipertahankan, dan dalam hal-hal tertentu istilah inkuiri atau penelitian alamiah atau naturalistic akan dimanfaatkan juga, terutama pada waktu menjelaskan definisi dan paradigm ilmiah. Untuk mengadakan pengkajian selanjutnya terhadap istilah penelitian kualitatif perlu kiranya dikemukakan beberapa definisi. Bogdan dan Taylor (1975:5) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis,tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller (1988:9) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Menurut Dn (199:8) bahwa kata kualitaif menyatakan penekanan pada proses dan makna yang tidak diuji , atau diukur dengan setepat-tepatnya, dalam istilah-istilah kuantitas, jumlah, intensitas, atau fekuensi. Para peneliti kualitatif menekankan sifat realitas yang dikonstruk secara sosial, hubungan yang intim antara peneliti dan apa yang distudi, dan kendala-kendala situasional yang membentuk inkuiri. Para peneliti yang demikian menekankan inkuiri yang bermuatan-nilai (value-laden). Mereka mencari jawaban atas pertanyaan yang menekankan pada bagaimana pengalaman sosial diciptakan dan diberimakna. Bogdan dan Taylor (1975) menyatakan bahwa metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif: Ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri. Pendekatan ini
  • 14. 14 langsung menunjukkan latar dan individu-individu dalam latar itu secara keseluruhan; subjek penyelidikan, baik berupa organisasi ataupun individu, tidak dipersempit menjadi variabel yang terpisah atau menjadi hipotesis, melainkan dipandang sebagai bagian dari suatu keseluruhan. Strauss (1990:17) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan istilah penelitian kualitatif adalah suatu jenis penelitian yang menghasilkan temuan-temuan yang tidak diperoleh oleh alat-alat prosedur statistik atau alat-alat kuantifikasi lainnya. Hal ini dapat mengarah pada penelitian tentang kehidupan, sejarah, perilaku seseorang atau hubungan-hubungan interaksional. Konsep ini menekankan bahwa penelitian kualitatif ditandai oleh penekanan pada penggunaan non statistik (matematika) khususnya dalam proses analisis data hingga dihasilkan temuan penelitian secara alamiah. Ini merupakan salah satu unsur yang membedakan penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif. Subjek penelitian dalam penelitian kualitatif tidak harus banyak sebagaimana berlaku pada penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif bisa dilakukan hanya dengan satu subjek penelitian. Tetapi tentu bukan sembarang individu atau subjek yang dipilih sesuka peneliti. Latar atau individu yang hendak diteliti hendaknya memiliki keunikan tersendiri sehingga hasilnya betul-betul bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Keunikan latar atau individu yang menjadi subjek penelitian itu menentukan tingkat bobot ilmiah. Menurut P (198:41) bahwa metode kualitatif adalah untuk memahami fenomena yang sedang terjadi secara natural (alamiah) dalam keadaan-keadaan yang sedang terjadi secara alamiah. Konsep ini lebih menekankan pentingnya sifat data yang diperoleh oleh penelitian kualitatif, yakni data alamiah. Data alamiah ini utamanya diperoleh dari hasil ungkapan langsung dari subjek peneliti. Sebagaimana dikatakan oleh Patton (1980:30) bahwa data kualitatif adalah apa yang dikatakan oleh orang-orang yang diajukan seperangkat pertanyaan oleh peneliti. Apa yang orang-orang katakan itu menurutnya merupakan sumber utama data kualitatif, apakah apa yang mereka katakan diperoleh secara verbal melalui
  • 15. 15 suatu wawancara atau dalam bentuk tertulis melalui analisis dokumen, atau respon survey. Selanjutnya, pengkajian definisis inkuiri alamiah telah diadakan terlebih dahulu oleh Willem dan Rausch (1969), kemudian hasil mereka diulas lagi oleh Guba (lihat terjemahan St. Zanti /arbi, 19987:11-17), dan akhirnya disimpulkan atas dasar ulasan tersebut beberapa hal sebagai berikut : 1. Inkuiri natiralistik selalu adalah suatutaraf; 2. Taraf sejauh mana tingkatan pengkajian adalah naturalistic merupakan fungsi sesuatu yang dilakukan oleh peneliti; 3. Yang dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan stimulus variabel bebas atau kondisi antiseden yang merupakan dimensi penting sekali; 4. Dimensi penting lainnya ialah yang dilakukan oleh peneliti dalam membatasi rentangan respons dari keluaran subjek; 5. Inkuiri naturalistic tidak mewajibkan peneliti agar terlebih dahulu membentuk konsepsi-konsepsi atau teori-teori mengenai lapangan perhatiannya, sebaliknya ia dapat mendekati lapangan perhatiannya dengan pikiran yang murni dan mempertahankan interpretasi-interpretasinya muncul daridan dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa nyata, dan bukan sebaliknya. Walaupun demikian, suatu pendekatan yang secara konseptual kosong tidaklah tepat dan naïf; dan 6. Istilah naturalistic merupakan istilah yang memodifikasi penelitian atau metode, tetapi tidak memodifikasi gejala-gejala. Selain definisi-definisi tersebut di bawah ini dikemukakan pula beberapa definisi lainnya sehingga pembaca dapat memperoleh gambaran yang luas dan mendalam. David Williams (1995) menulis bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alaiah, dan dilakukan olehorang atau peneliti yang tertarik secara ilmiah. Jelas definisi ini member gambaran bahwa penelitian
  • 16. 16 kualitatif mengutamakan latar alamiah, dan dilakukan oleh orang yangmempunyai perhatian alamiah. Penulis buku penelitian kualitatif lainnya (Denzin dan Lincoln 1987) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsirkan fanomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dari segi pengertian ini, para penulis masih tetap mempersoalkan latar alamiah dengan maksud agar hasilnya dapat digunakan untuk menafsirkan fanomena yang dimanfaatkan untuk penelitian kualitatif adalah berbagai macam metode penelitian. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. Penelitian kualitaif dari sisi definisi lainnya dikemukakan bahwa hal itu merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk memahami dan menelaah sikap, pandangan, perasaan dan perilaku individu atau sekelompok orang. Ternyata definisi ini hanya mempersoalkan satu metode yaitu wawncara terbuka, sedang yang penting dari definisi ini mempersoalkan apa yang diteliti yaitu upaya memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku baik individu maupun sekelompok orang. Penulis lainnya memaparkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang fanomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus. Pengertianini hanya mempersoalkan dua aspek yaitu pendekatan penelitian yang digunakan adalah naturalistik sedang upaya dan tujuannya adalah memehami suatu dari fanomena dalam suatu konteks khusus. Hal ini berarti bahwa tidak seluruh konteks dapat diteliti tetapi penelitian kualitatif itu harus dilakukan suau konteks yang khusus. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistic atau cara kuantifikasi lainnya. Jelas bahwa pengertian ini mempertentangkan penelitian kualitatif dengan
  • 17. 17 penelitian yang bernuansa kuantitatif yaitu dengan menonjolkan bahwa usaha kuantifikasi ataupun tidak perlu digunakan pada penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya pembangunan pandangan mereka yang diteliti yang dirinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistic dan rumit. Definisi ini lebih melihat prespektif emik dalam penelitian yaitu memandang sesuatu uapaya pembangunan pandangan subjek penelitian yang rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistic dan rumit. Taerakhir, menurut Jane Riche, penelitian kualitaif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan prespektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti Dari kajian tentang definisi-definisi tersebut dapatlah disintesiskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fanomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitiannya misalnya perilaku, presepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Kesimpulan tersebut sebagian telah memberikan gambaran tentang adanya kekhasan penelitian kualitatif. B. Komponen Penelitian Kualitatif Secara garis besar penelitian kualitatif itu memiliki tiga komponen utama sebagaimana diuraikan berikut: 1. Ada data yang datang dari berbagai sumber. Wawancara dan observasi merupakan sumber-sumber yang paling umum digunakan. 2. Dalam penelitian kualitatif terdiri dari prosedur-prosedur analisis atau interpretasi yang berbeda yang digunakan untuk sampai pada temuan atau teori. Prosedur-prosedur itu termasuk teknik-teknik untuk konseptualisasi data. Proses ini disebut “pengodean” (coding), yang bermacam-macam karena pelatihan, pengalaman dan tujuan peneliti. Prosedur-prosedur lain juga merupakan bagian
  • 18. 18 proses analisis. Hal ini mencakup sampling non statistik, penulisan memo, dan pendiagraman hubungan-hubungan konseptual. 3. Laporan tertulis dan verbal. Hal ini bisa ditunjukkan dalam jurnal-jurnal atau konferensi ilmiah serta mengambil bentuk-bentuk yang beragam tergantung pada audiens dan aspek temuan teori yang ditunjukkan. Misalnya, seseorang bisa memaparkan peninjauan luas (overview) seluruh temuan atau diskusi mendalam tentang satu bagian dari kajian (Strauss, 1990:20). C. Fungsi dan PemanfaatanPenelitianKkualitatif Penelitian kualitatif dimanfaatkan untuk keperluan:  Pada penelitian awal dimana subjek penelitian tidak didefinisikan secara baik dan kurang dipahami.  Pada upaya pemahaman penelitian perilaku dan penelitian motovasional.  Untuk penelitian konsultatif.  Memahami isu-isu rumit suatu proses.  Memahami isu-isu rinci tentang situasi dan kenyataan yang dihadapi seseorang.  Untuk memahami isu-isu yang sensitive.  Untuk keperluan evaluasi.  Untuk meneliti latar belakang fanomena yang tidak dapat diteliti melalui penelitian kuantitatif.  Digunakan untuk meneliti tentang hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang subjek penelitian.  Digunakan untuk lebih dapat memahami setiap fanomena yang sampai sekarang belum banyak diketahui.  Digunakan untuk menemukan perspektif baru tentang hal-hal yang sudah banyak diketahui.  Digunakan oleh peneliti bermaksud meneliti sesuatu secara mendalam.  Dimanfaatkan oleh peneliti yang berminat untuk menelaah sesuatu latar belakang misalnya tentang motivasi, peranan, nilai, sikap, dan perspektif.
  • 19. 19  Digunakan oleh peneliti yang berkringinan untuk menggunakan hal-hal yang belum banyak diketahui oleh ilmu pengetahuan.  Dimanfaatkan oleh peneliti yang ingin meneliti sesuatu dari segi prosesnya.  Sebagai pengembangan teori.  Untuk penyempurnaan praktik  Dimanfaatkan sebagai sumbangan dalam mendapatkan kebajikan.  Mengklarifikasi isu-isu serta tindakan sosial.  Sumbangan untuk studi kasus. D. Karakteristik Penelitian Kualitatif Pada uraian sebelumnya telah dijelaskan tentang definisi dan komponen- komponen utama penelitian kualitatif. Bagian ini akan mengetengahkan secara ringkas beberapa karakteristik penelitian kualitatif menurut beberapa ahli.  Menurut Lincoln dan Guba, 198:39) karakteristik penelitian kualitatif meliputi: 1. Latar alamiah 2. Instrumen manusia 3. Penggunaan pengetahuan tak terucapkan 4. Metode kualitatif 5. Pembuatan sampel secara purposive (purposive sampling) 6. Analisis data induktif 7. Teori mendasar (grounded theory) 8. Rancangan darurat 9. Hasil yang dirundingkan 10. Model laporan studi kasus 11. Interpretasi idiografis 12. Aplikasi tentatif 13. Batas-batas penentuan fokus, dan 14. Kriteria khusus untuk kepercayaan.
  • 20. 20  Menurut Maykut dan Morehouse (1994:43) bahwa penelitian kualitatif itu mempunyai karakteristik yang meliputi: 1. Fokus eksploratori dan deskriptif 2. Rancangan darurat 3. Sampel purposif 4. Pengumpulan data dalam latar alamiah 5. Penekanan pada manusia sebagai instrument 6. Metode kualitatif dalam pengumpulan data 7. Analisis data induktif sejak awal dan terus-menerus 8. Pendekatan studi kasus untuk melaporkan hasil penelitian.  Bogdan dan Biklen (1998:4) mengetengahkan karakteristik penelitian kualitatif meliputi: 1. Naturalistik 2. Data deskriptif 3. Perhatian dengan proses 4. Analisis data secara induktif 5. Makna tentang kehidupan.  Baru-baru ini, Bryman (1988: 61-69) telah mengusahakan untuk memberikan karakteristik penelitian kualitatif menurut enam kriteria, yaitu: 1. Melihat melalui sudut pandang …atau mengambil perspektif subjek, 2. Mendeskripsikan detil latar sehari-hari yang biasa berlangsung 3. Memahami tindakan dan makna dalam konteks sosial mereka 4. Menekankan waktu dan proses 5. Menggunakan desain penelitian yang relatif tidak terstruktur 6. Menghindari konsep dan teori pada tahap awal.
  • 21. 21 Dari uraian tentang karakteristik-karakteristik penelitian kualitatif dari beberapa pandangan di atas. Penelitian kualitatif memiliki sejumlah ciri yang membedakan antara penelitian yang ini dengan penelitian yang lainnya. Dari hasil penelaahan kepustakaan Bogdan dan Biklen (1982:27-30) mengajukan lima buah cirri penelitian kualitatif, sedangkan Lincoln dan /guba (1985:30-44) mengulas sepuluh point cirri penelitian kualitatif. Uraian di bawah ini merupakan hasil pengkajian dan sintesis kedua versi tersebut. 1. Latar Alamiah Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah ataupun pada konteks dari suatu keutuhan (entity). Hal ini dilakukan, menurut Lincoln dan Guba (1985:39), karena ontology alamiah menghendaki adanya kenyataan- kenyataan sebagai keutuhan yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya. Menurut merekan hal tersebut didasarkan atas beberapa asumsi : a. Tindakan pengamatan mempengaruhi yang dilihat, karena itu hubungan penelitian harus mengambil tempat pada keutuhan dalam konteks untuk keperluan pemahaman; b. Konteks sangat menentukan dalam menetapkan apakah suatu penemu mempunyai arti bagi konteks lainnya, yang berarti bahwa suatu fanomena harus teliti dalam keseluruhan pengaruh lapangan; dan c. Sebagai struktur nilai kontekstual bersifat determinative terhadap apa yang akan dicari. Uraian tersebut diatas membawa untuk memasuki dan melibatkan sebagian waktunya apakah di sekolah, keluarga, tetangga, dan lokasi lainnya untuk meneliti masalah pendidikan atau sosiologi. Peneliti yang mengadakan penelitian terhadap mahasiswa kedokteran, misalnya, mengikuti mahasiswa sebagai subjek penelitiannya ke dalam ruang kuliah, laborarorium, rumah sakit dan tempat-tempat yang biasanya digunakan oleh mereka untuk berkumpul
  • 22. 22 seperti kafetaria, asrama, tempat-tempat pertemuan, dan ebagainya. Contoh lainnya, suatu penelitian yang dilakukan Ogbu(dalam Bogdan dan Biklen, 1982:27) diselesaikan dalam dua puluh satu bulan dengan jalan mengadakan pengamatan dan wawancara terhadap guru, siswa, kepala sekolah, keluarga, dan anggota dewan sekolah. 2. Manusia sebagai Alat (Instrumen) Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Hal ini dilakukan karena, jika memanfaatkan alat yang bukan manusia dan memprsiapkan dirianya terlebih dahulu sebagai yang lazim digunakan dalam penelitian klasik, maka sangat tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan. Selain itu hanya manusia sebagai alat sajalah yang dapar berhubungan dengan responden atau objek lainnya, dan hanya manusia lah yang mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan. Hanya manusia sebagai instrumn pilalah yang dapat menilai apakah kehadirannya menjadi factor pengganggu sehingga apabila terjadi hal yang demikian ia pasti dapat menyadarinya serta dapat mengatasinya. Oleh karena itu, pada waktu mengumpulkan data di lapangan, peneliti berperan serta pada situs penelitian dan mengikuti secara aktif kegiatan kemasyarakatan. Pelukis menanamkan cara pengumpulan data demikian pengamatan berperan serta atau partisipan-observation. (catatan: Kuncaraningrat dan Emmerson, ed., 1982, menggunakan istilah pengamatan terlibat yang jika dilihat dari segi pengertiannya masih kurang dinamis). 3. Metode Kualitatif Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaah dokumen. Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan.
  • 23. 23 a. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak; b. Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden; c. Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. 4. Analisis Data Secara Induktif Penelitian kualitatif menggunakan analisi data secara induktif. Analisis data induktif ini digunakan karena beberapa alasan. a. Proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan jamak sebagai yang terdapat dalam kata; b. Analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti-responden menjadi eksplisit, dapat dikenal, dan akuntabel; c. Analisis demikian lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan pada suatu latar lainnya. d. Analisis induktif lebih menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan. e. Analisis demikian dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik. 5. Teori dari Dasar (grounded theory) Dalam penelitian kualitatif teori yang digunakan disebut sebagai teori mendasar (grounded theory). Ini merupakan salah satu karakteristik penelitian kualitatif yang membedakannya dari penelitian kuantitatif. Teori dalam penelitian kualitatif tidak diperoleh dari sumber literatur yang a priori, yang biasa digunakan dalam penelitian kuantitatif, melainkan diangkat dari “bumi” (dasar). Ini biasanya melalui serangkaian pengumpulan data lapangan.
  • 24. 24 Grounded theory ini dipresentasikan pertama kali oleh Glaser dan Strauss dalam bukunya yang berjudul The Discovery of Grounded Theory (1967). Walaupun banyak penelitian original yang menggunakan prosedur grounded theory yang dilakukan oleh para ahli sosiologi, barangkali penggunaan prosedur ini belum pernah mengikat pada seluruhnya pada kelompok ini. Para peneliti dalam psikologi dan anthropologi semakin menggunakan prosedur grounded theory. Para peneliti dalam lapangan-lapangan praktisi seperti pendidikan, kerja sosial, dan perawatan telah semakin menggunakan prosedur grounded theory ini sendiri atau dalam hubungannya dengan metodologi-metodologi yang lain (Denzin & Lincoln, 1998:163). Definisi Grounded theory adalah teori yang diperoleh secara induktif dari studi terhadap fenomena-fenomena yang terjadi. Yaitu, suatu teori yang ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan untuk sementara waktu melalui pengumpulan data yang sistematis dan analisa data mengenai fenomena tersebut. Oleh karena itu pengumpulan data, analisis dan teori mempunyai hubungan timbal balik satu sama lain. Seseorang tidak boleh memulai dengan teori, kemudian membuktikannya. Sebaliknya, seseorang memulai dengan kawasan studi dan apa yang relevan pada kawasan tersebut diperkenankan untuk muncul. Dalam penelitian konvensional, adalah sebaliknya, peneliti berangkat dari teori yang biasanya dirumuskan dalam hipotesis penelitian, yang kemudian terjun ke lapangan untuk membuktikan hipotesis (teori) tersebut. Kriteria Sebuah grounded theory yang disusun dengan baik akan memenuhi empat kriteria pokok untuk mempertimbangkan aplikabilitas dari teori pada suatu fenomena: cocok, pemahaman, generalitas, dan kontrol. (Lihat Glaser & Strauss, 1967:237-250, dan juga untuk karakteristik teori tersebut yang tidak
  • 25. 25 cukup mendasar). Jika teori dapat dipercaya pada realita sehari-hari tentang bidang substantif dan membujuk secara halus dari data yang berbeda, maka itu harus cocok dengan bidang substantif tersebut. Karena ini menggambarkan realita tersebut, maka juga harus dapat dipahami dan masuk akal bagi orang- orang yang dikaji dan bagi mereka yang berpartisiasi pada bidang tersebut. Jika data di mana hal itu didasarkan adalah komprehensif dan interpretasi bersifat konseptual dan luas, maka teori tersebut harus cukup abstrak dan memasukkan keragaman yang cukup memadai untuk membuatnya dapat diterapkan pada berbagai konteks yang berhubungan dengan fenomena tersebut. Akhirnya, teori tersebut harus memberikan kontrol dengan memperhatikan pada tindakan terhadap fenomena tersebut. Ini karena hipotesis yang mengajukan hubungan-hubungan di antara konsep-konsep yang selanjutnya dapat digunakan untuk mengarahkan tindakan secara sistematis berasal dari data aktual yang berkaitan dengan (dan hanya dengan) fenomena tersebut. Lebih lanjut, kondisi di mana ini diterapkan harus disebutkan secara jelas. Oleh karena itu, kondisi-kondisi harus diterapkan secara khusus pada suatu situasi tertentu (Strauss and Corbin, 1990:23). Dengan kata lain bahwa grounded theory ini hanya lebih memungkinkan diterapkan pada situasi atau kondisi khusus di mana penelitian itu dilakukan (dalam lingkungan latar penelitian itu sendiri). Jika kita meneliti cara belajar anak jalanan misalnya, maka teori yang ditemukannya lebih mungkin diterapkan dalam situasi dan kondisi anak jalanan. Pendekatan grounded theory adalah suatu metode penelitian kualitatif yang menggunakan seperangkat prosedur sistematis untuk mengembangkan grounded theory yang diperoleh secara induktif tentang suatu fenomena. Temuan penelitian membentuk suatu formulasi teoritis tentang realita yang ada dalam investigasi, bukan terdiri dari seperangkat bilangan, atau satu kelompok tema yang berkaitan secara longgar. Melalui metodologi ini, konsep dan hubungan antara temuan-temuan penelitian tersebut tidak hanya dihasilkan
  • 26. 26 tetapi ini juga diuji secara provisional. Prosedur dari pendekatan tersebut adalah banyak dan agak khusus, seperti yang anda lihat. Grounded theory merupakan suatu metode ilmiah. Prosedur didesain sedemikian, jika dilaksanakan dengan secara hati-hati, metode tersebut memenuhi kriteria untuk melakukan signifikansi sains yang “baik”, kompatabilitas teori-observasi, generalisabilitas, reproduksivitas, ketepatan, kaku/keras, dan verifikasi. Masalahnya di sini bukan apakah norma-normanya terpenuhi, namun bagaimana diinterpretasikan dan didefinisikan dalam pendekatan grounded theory. Norma hanya menggambarkan paling umum dari pedoman khusus, dan para peneliti kualitatif melakukan bahaya dalam mengintepretasinya secara terlalu spesifik dalam hal interpretasi yang lebih positifistis yang dikembangkan oleh para peneliti kuantitatif. Para proponen atau pendukung dari masing- masing mode discovery, seharusnya mengembangkan lebih banyak standard khusus, berdasarkan pada prosedur khusus yang menurut mereka bermanfaat pada investigasi mereka. Kreativitas juga merupakan suatu komponen dari metode grounded theory yang vital. Prosedurnya memaksa peneliti untuk menerobos asumsi dan menciptakan tatanan baru di luar yang telah kuno. Kreativitas memanifestasikannya sendiri dalam kemampuan peneliti untuk menyebutkan kategori-kategori tersebut secara tepat; dan juga membiarkan pikiran mengembara dan membuat hubungan atau asosiasi yang perlu untuk menghasilkan pertanyaan-pertanyaan yang memberikan stimulus, dan untuk menghadapinya dengan perbandingan yang mengarahkan pada penemuan. Perbandingan tersebut membuat peneliti sensitif, seperti yang kita lihat nantinya, membuat dia dapat mengenal kategori yang potensial, dan mengidentifikasi kondisi dan akibat-akibat yang relefan ketika kondisi dan akibat tersebut muncul pada data. Sedangkan kreativitas diperlukan untuk mengembangkan suatu teori yang efektif, sudah barang tentu, peneliti harus selalu memvalidasikan semua kategori dan pernyataan tentang hubungan yang
  • 27. 27 datang secara kreatif selama proses penelitian secara keseluruhan (Strauss and Corbin, 1990:27-28).
  • 28. 28 Tujuan Tujuan dari metode grounded theory, sudah barang tentu, ialah membentuk teori yang bagus dan mengembangkan bidang yang dikaji. Para peneliti yang bekerja dengan tradisi juga mengharapkan bahwa teori mereka akhirnya akan dihubungkan dengan yang lainnya di dalam disiplin masing- masing dalam suatu gaya kumulatif, dan bahwa implikasi teori tersebut akan mempunyai penerapan yang bermanfaat (Strauss and Corbin, 1990:24). Tujuan grounded theory adalah untuk membangun suatu teori yang yang cocok dengan bukti. Grounded theory merupakan metode untuk menemukan teori baru. Di dalamnya, peneliti membandingkan fenomena yang tidak sama dengan suatu pandangan ke arah belajar kesamaan. Dia melihat peristiwa- peristiwa tingkat-mikro sebagai dasar untuk eksplanasi tingkat yang lebih makro. Grounded theory menyajikan beberapa tujuan dengan teori yang lebih berorientasi pada positivis. Hal itu mencari teori yang dapat dibandingkan dengan bukti yang tepat, mampu replikasi dan generalisasi. Suatu pendekatan grounded theory mengejar generalisasi dengan membuat perbandingan-perbandingan melintasi situasi- situasi sosial. Para peneliti kualitatif menggunakan alternatif-alternatif pada grounded theory. Beberapa peneliti kualitatif menawarkan penggambaran yang mendalam yang benar menurut pandangan dunia informan. Mereka menggali situasi sosial tunggal untuk menjelaskan proses mikro yang mempertahankan interaksi sosial stabil. Tujuan peneliti yang lain adalah untuk memberikan penggambaran yang sangat tepat tentang peristiwa atau latar untuk memperoleh pandangan ke dalam dinamika suatu masyarakat yang lebih besar. Bahkan peneliti yang lainnya menerapkan teori yang ada untuk menganalisa latar yang spesifik yang telah mereka tempatkan di dalam konteks sejarah tingkat makro. Mereka menunjukkan hubungan diantara peristiwa tingkat mikro dan antara situasi tingkat mikro dan tekanan sosial yang lebih besat untuk tujuan merekonstruksi teori dan menginformasikan tindakan sosial (Neuman, 2000:146).
  • 29. 29 Grounded theory adalah teori yang cocok (fit) dengan situasi yang diteliti, dan berfungsi (work) jika digunakan. Yang dimaksud dengan cocok (fit) adalah bahwa kategori-kategori itu harus siap diaplikasikan pada dan ditunjukkan oleh data di bawah studi; sedangkan berfungsi (work) bahwa kategori-kategori itu harus sesuai secara bermanfaat pada dan bisa menjelaskan perilaku di bawah studi. Ahli lain, Lincoln dan Guba (1985:204) mengetengahkan bahwa grounded theory adalah teori yang mengikuti data bukan mendahuluinya (sebagaimana dalam inkuiri konvensional) merupakan konsekuensi paradigma naturalistik yang memiliki realitas ganda dan keteralihan pada faktor-faktor kontekstual lokal. Tidak ada teori a priori yang dapat mengantisipasi banyak realitas yang peneliti pasti tidak akan jumpai di lapangan, maupun mencakup banyak faktor yang membuat suatu pebedaan di tingkat mikro (lokal). Grounded theory oleh Elden (1981:261) diistilahkan dengan teori “lokal.” Ia menegaskan bahwa: Proyek itu menunjukkan bahwa para karyawan memiliki keahlian khusus mengenai stituasi kerja sendiri dan kemungkinan perbaikannya. Penelitian partisipatori memfasilitasi pengumpulan bersama dan mensistematiskan pemahaman yang teresolasi dan terindividualisasi ke dalam apa yang saya telah sebut “teori lokal.” Grounded teory itu bukan deduktif melainkan terpola; teori itu terbuka dan dapat diperluas tiada batas; dan teori itu ditemukan secara empiris daripada dijelaskan secara a priori. Bagaimanapun juga, teori pola mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena ke arah yang diarahkan (dituju). Seperti teori konvensional, grounded teory dapat juga digunakan untuk memprediksi dan menggerakkan hipotesis untuk tes. Grounded teory dapat memainkan peranan teori konvensional untuk studi apapun berikutnya. Persyaratan. Seperti halnya dengan semua ketrampilan, kecakapan dalam mengerjakan grounded theory akan muncul dengan kajian dan latihan secara kontinyu. Pada saatnya, hampir semua orang yang begitu berkeinginan harus dapat mencapai tingkat ketrampilan yang cukup memadai dan mudah untuk
  • 30. 30 melaksanakan penelitian yang efektif dan bermanfaat memberikan kondisi- kondisi sebagai berikut ini terpenuhi: 1. Kita harus mengkaji, bukan hanya membaca, melalui prosedur seperti yang digambarkan di berbagai buku dan dipersiapkan untuk mengikutinya (Glazer, 1978; Glazer & Strauss, 1989; Strauss, 1987). Prosedur-prosedur tersebut didesain pada teori yang dibuat secara sistematis dan cermat. Dengan mengambil jalan pintas pada karya tersebut akan menghasilkan suatu teori yang disusun dengan tidak baik dan dianggap sempit yang bisa berupa penggambaran realita yang tidak akurat. 2. Prosedur-prosedur yang harus diikuti dalam melakukan penelitian. Dengan kata lain untuk mengambil sebuah kelas tentang grounded theory tidak akan membuat seseorang menjadi seorang ahli grounded theory. Ini hanya dengan berlatih dengan prosedur-prosedur melalui penelitian yang berkelanjutan bahwa kita akan mempunyai pemahaman yang cukup tentang bagaimana hal itu bisa bekerja, dan ketrampilan dan pengalaman yang membuat kita dapat terus menggunakan teknik-teknik tersebut dengan sukses. 3. Sejumlah keterbukaan dan fleksibilitas diperlukan agar supaya dapat mengadaptasikan prosedur tersebut pada fenomena yang berbeda dan situasi penelitian yang berbeda (Strauss and Corbin, 1990:25-26). Pengguna Grounded theory dapat digunakan secara sukses oleh orang-orang dari berbagai disiplin. Seseorang tidak perlu menjadi seorang sosiolog atau membayar perspektif Interaksionis untuk menggunakannya. Jawabannya ialah prosedur-prosedur ini tidak ada ikatan disiplin. Penting untuk diingat bahwa para investigator dari disiplin yang berbeda akan merasa tertarik pada fenomena yang berbeda – atau mungkin memandang fenomena yang sama secara berbeda
  • 31. 31 karena perspektif dan minat secara disipliner. Sebagai contoh, ambillah suatu bidang studi seperti anak-anak dalam sebuah kelas tertentu. Seorang perawat mungkin merasa tertarik pada masalah kesehatan mereka, namun seorang psikolog terhadap penyesuaian, seorang sosiolog perilaku kelompok, seorang pendidik dalam proses dan pola belajar para siswa, dan seorang fenomenologis (dari semua disiplin) dalam pengalaman sekolah mereka. Masing-masing perspektif mewarnai pendekatan yang diambil pada kajian dari anak-anak ini. Namun, pendekatan grounded theory tersebut dapat memberikan prosedur untuk menganalisis data kepada para investigator yang akan mengarahkan pada pengembangan teori yang bermanfaat pada disiplin tersebut. Suatu kajian multidisipliner juga dapat dilakukan dengan menggunakan prosedur grounded, dengan masing-masing peneliti membawakan pandangan khususnya dan memberikan kontribusi pada usaha penelitian. Semua teori yang pada dasarnya mengembangkannya akan menggambarkan perspektif mereka masing-masing (Strauss and Corbin, 1990:28-29). Pemula Grounded theory sebagai suatu metodologi pada mulanya dikembangkan oleh dua orang sosiolog: Barney Glaser dan Anselm Strauss. Sedangkan masing-masing berasal dari latar belakang filosofis dan penelitian yang berbeda. Mereka bekerja dengan kolaborasi yang erat untuk mengembangkan teknik-teknik untuk menganalisis data kualitatif yang mencerminkan pendidikan dan latar belakang mereka. Anselm Strauss berasal dari the University of Chicago, yang mempunyai sejarah panjang dan tradisi yang kuat dalam penelitian kualitatif. Sedangkan di sini, dia juga dipengaruhi oleh tulisan-tulisan Interaksionis dan Pragmatis. Dengan demikian cara berpikirnya diilhami oleh orang-orang seperti misalnya Robert E. Park, W.I. Thomas, John Dewey, G.H. Mead, Everett
  • 32. 32 Hughes, dan Herbert Blumer. Kontribusi latar belakang ini terhadap metode tersebut, antara lain, adalah: a. kebutuhan untuk keluar ke dalam bidang tersebut, jika kita ingin memahami apa yang sedang terjadi; b. pentingnya teori tersebut, grounded dalam realita, pada pengembangan suatu disiplin; c. hakekat dari pengalaman dan mengalami ketika berkembang secara kontinyu; d. peran aktif dari orang-orang dalam membentuk dunia di mana mereka hidup; e. penekanan pada perubahan dan proses, dan variabilitas dan kompleksitas kehidupan; dan f. saling keterkaitan antara kondisi, makna, dan tindakan. Strauss juga mempunyai pengalaman aktual sebelumnya dalam penelitian lapangan dan telah banyak memikirkan tentang saling pengaruh mempengaruhi secara halus pengumpulan data dan analisis serta beberapa prosedur pengodean yang nantinya akan dikerjakan secara saksama (Strauss et al., 1964). Barney Glaser berasal dari suatu tradisi yang sangat berbeda tetapi dengan beberapa gambaran penting yang bersamaan yang tidak diragukan memungkinkan kolaborasi dari kedua orang tersebut. Dia mengikuti pelatihannya di Columbia University dan dipengaruhi oleh Paul Lazarsfeld, dikenal sebagai seorang innovator dari metode kuantitatif. Selanjutnya selama melakukan analisis kualitatif, Glaser khususnya merasakan kebutuhan tentang suatu pemikiran yang bagus, dirumuskan secara eksplisit, dan beberapa prosedur yang sistematis baik untuk pengodean ataupun untuk menguji hipotesis yang dihasilkan selama proses penelitian. Tradisi Columbia juga menekankan penelitian empiris dalam hubungannya dengan pengembangan teori. Bagi tradisi penelitian Chicago ataupun Columbia diarahkan pada menghasilkan penelitian yang akan
  • 33. 33 digunakan untuk para orang profesional ataupun orang-orang awam. Untuk alasan inilah banyak dari tulisan tentang grounded theory yang muncul dari kolaborasi Glaser-Strauss, memasukkan monograf-monograf asli tentang sekarat (1965, 1968), diarahkan kepada para hadirin (audiences) serta pada kolega disipliner mereka. 6. Deskrptif Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan kumpulan angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang dudah diteliti. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data yang member gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari data wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Pada penulisan laporan demikian, peneliti menganalisis data yang sangat kaya tersebut dan sejauh mungkin dalam aslinya. Hal itu hendak dilakukan seseorang dal;am merajut sehingga setiap bagian ditelaah satu demi satu. Pertanyaan dengan kata mengapa, alasan apa, dan bagaimana terjadinya akan selalu di manfaatkan oleh peneliti. 7. Lebih Mementingkan Proses daripada Hasil Penelitian kualitatif banyak mementingkan proses dari pada sebuah hasil. Hal ini di sebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang di teliti akan lebih jelasnya jika melalui proses. /bagdan dan Biklen (1982:29) memberikan contoh seorang peneliti yang menelaah sikap guru terhadap jenis siswa tertentu. Peneliti mengamati dalam kehidupan sehari-haru, kemudian menjelaskan hasil yang diteliti. Pengan kata lain, peranan proses dalam penelitian kualitatif besar sekali.
  • 34. 34 8. Adanya Batas yang Ditentukan oleh Fokus Penelitian kualitatif menghendaki ditetapkan adanya batasan dalam penelitian atas dasar focus yang timbul dalam penelitian. Hal tersebut di sebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut: a. Batas menentukan kenyataan jamak yang kemudian mempertajam focus b. Penetapan focus dapat lebih dihubungkan oleh interaksi anatara peneliti dan fokus. Dengan kata lain, bagaimanapun penetapan focus sebagai pokok masalah penelitian penting artinya dalam usaha menemukan batas penelitian. Dengan hal itu dapatlah peneliti menemukan likasi penelitian. 9. Adanya Kriteria Khusus dalam Keabsahan Penelitian kualitatif mendefinisikan validitas, reliabilitas, dan objektivitas dalam versi lain dibandingkan dengan yang lazim digunakan dalam penelitian lain. Menurut Lincoln dan Guba (1985:43) hal itu disebabkan beberapa hal sebagai berikut : a. Validitas internal cara lama telah gagal karena hal itu menggunakan isomorfisme antara hasil dan kenyataan tunggal yang dikonvergensikan. b. Validitas eksternal gagal karena tidak taat asas dan aksioma dasar dari generilisasinya. c. Criteria reabilitas gagal karena mempersyaratkan stabilitas dan keterlaksanaan secara mutlak dan keduanya tidak mungkin digunakan dalam paradigma yang didasarkan atas desain yang dapat diubah-ubah. d. Criteria objektivitas gagal karena penelitian kuantitatif justru member kesempatan interaksi antara peneliti-responden dan peranan nilai. 10. Desain yang Bersifat Sementara Penelitian kualitatif menyususn desain secara terus-menerus disesuaikan dengan kenyataan di lapangan. Jadi, tidak menggunakan desain yang di susun
  • 35. 35 secara ketat dan kaku sehingga tidak dapat diubah lagi. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut : a. Tidak dapat dibayangkan sebelumnya tentang kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan. b. Tidak dapat diramalkan sebelumnya apa yang akan terjadi dalam interaksi antara peneliti dengan kenyataan. c. Tidak dapat memprediksi macam-macam sistem nilai yang terkait dan berhubungan dengan cara. Dengan demikian desain khususnya masalah yang telah ditetapkan terlebih dahulu apabila peneliti ke lapangan dapat saja berubnah sesuai dengan keadaan di lapangan. 11. Hasil Penelitian Dirundingkan dan Disepakati Bersama penelitian kualitatif lebih menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi yang di rundingkan disepakati oleh orang yang dijadikan sebagai sumber data. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal berikut : a. Susunan kenyataan dari merekalah yang akan di angkat oleh peneliti sebagai sumber data. b. Hasil penelitian bergantung pada hakikat dan kualitas hubungan antara yang mencari dan yang dicari. c. Konfirmasi hipotesis kerja akan lebih baik verifikasinya apabila diketahui dan diinformasikan oleh orang-orang yang ada kaitannya dengan fanomena yang diteliti. 12. Penggunaan Pengetahuan tak Terucapkan (Tacit-knowledge) Suatu hal yang tidak mungkin untuk menggambarkan atau menjelaskan segala sesuatu yang “diketahui” dalam bentuk bahasa; sesuatu harus dialami untuk memahaminya (Lincoln dan Guba, 1985:195). Suatu informasi atau pengetahuan yang diperoleh tidak jarang dalam bentuk isyarat atau lambang-
  • 36. 36 lambang tertentu. Makna yang terkandung dalam isyarat atau lambang-lambang itu disebut sebagai pengetahuan tersembunyi, atau ada yang menyebut juga sebagai pengetahuan tak terucapkan. Peneliti kualitatif membantah bagi legitimasi tacit knowledge (intuitif, merasakan) sebagai tambahan bagi pengetahuan proposisional (pengetaguan yang dapat mengekspresikan dalam bentuk bahasa) karena seringkali nuansa dari realita ganda hanya dapat dihargai dengan cara ini; karena banyak dari interaksi antara peneliti dan responden atau objek terjadi pada tingkat ini; dan karena tacit knowledge lebih mencerminkan secara terbuka dan secara akurat pola-pola nilai dari peneliti. 13. Sampling Purposif (Purposive sampling) Sekali unit atau unit-unit analisis telah diidentifikasi dan ditentukan, keputusan tentang rancangan sampel dapat dibuat. Ada perbedaan mendasar antara sampling acak (random sampling) dan sampling purposif (purposeful sampling). Random sampling merupakan suatu strategi yang cocok ketika seseorang ingin menggeneralisasi dari sampel yang diteliti pada populasi yang lebih besar. Alasan penggunaan random sampling adalah untuk meningkatkan kemungkinan bahwa data yang dikumpulkan itu representatif untuk seluruh populasi yang diminati. Purposeful(purposive) sampling digunakan sebagai suatu strategi ketika seseorang ingin mempelajari sesuatu dan datang untuk memahami sesuatu tentang kasus-kasus pilihan tertentu tidak perlu menggeneralisasikan pada semua kasus yang demikian (Patton, 1980:100). Peneliti kualitatif cenderung menjauhi sampling acak atau repesentatif dan lebih memilih sampling purposif karena dia dapat meningkatkan ruang lingkup atau peringkat dari data yang diekspos (sampling random atau representatif cenderung lebih menekan kasus-kasus yang menyimpang) serta kecenderungan bahwa deretan realita tidak akan tercakup sepenuhnya; dan karena sampling purposif dapat dihasilkan dengan cara-cara yang akan memaksimalkan kemampuan peneliti untuk merencanakan teori mendasar yang
  • 37. 37 memperhitungkan kondisi lokal, pembentukan lokal secara ganda, dan nilai-nilai lokal (untuk memungkinkan dapat ditransfer) (Lincoln dan Guba, 1985:40). 14. Rancangan Darurat (Emergent design) Peneliti kualitatif memilih untuk membiarkan rancangan penelitian muncul (mengalir, merembes, terbentang/terungkap) bukan membentuknya terlebih dahulu (a priori) karena ini tidak dapat dipahami yang cukup dapat diketahui sebelum waktunya tentang banyak realita ganda untuk merencanakan rancangan tersebut secara memadai; karena apa yang muncul sebagai suatu fungsi dari interaksi antara peneliti dan fenomena tersebut sebagian besar tidak dapat diprediksi sebelumnya; karena peneliti tidak dapat cukup mengetahui pola-pola pembentukan timbal balik yang cenderung eksis; dan karena berbagai sistem nilai yang terkait (termasuk yang dimiliki peneliti) melibatkan interaksi dengan cara-cara yang tidak dapat diprediksi untuk mempengaruhi hasil- hasilnya (Lincoln dan Guba, 1985:41). Petunjuk-petunjuk awal penting diidentifikasi dalam fase-fase awal analisis data dan mengejar dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan baru, mengobservasi situasi-situasi baru atau situasi-situasi sebelumnya dengan lensa yang sedikit berbeda atau menguji dokumen-dokumen tidak penting sebelumnya. Perluasan dan penyempitan apa yang penting dalam penelitian ini (misalnya, fokus penelitian) dan sampling orang-orang dan latar-latar yang konsekuen diantisipasi dan direncanakan untuk, sebaik mungkin seseorang dapat lakukan, rancangan penelitian. Bagaimanapun juga, ini penting untuk mempergunakan rancangan penelitian yang bukan darurat (nonemergent research design) di mana fokus penelitian dikejar menggunakan metode kualitatif dalam pengumpulan dan analisis data. Dalam penelitian kualitatif, partisipan-partisipan (atau latar, seperti sekolah dan organisasi) dipilih secara berhati-hati untuk pemasukan (inclusion), berdasarkan pada kemungkinan yang setiap partisipan (atau latar) akan kembangkan variabilitas sampel. Sampel purposif meningkatkan kemungkinan
  • 38. 38 bahwa variabilitas biasa dalam fenomena sosial apapun yang akan dipresentasikan dalam data. Sebaliknya pada sampel random mencoba untuk mencapai variasi melalui penggunaan seleksi random dan ukuran sampel yang besar. Misalnya, jika kita tertarik untuk memahami bagaimana orang-orang di daerah pedesaan mengembangkan jaringan dukungan sosial, kita hendaknya mungkin ingin memasukkan orang-orang yang memiliki jaringan sosial yang tersusun dari sebagian besar famili dan orang-orang yang memiliki jaringan- jaringan yang tersusun dari sebagian besar teman, karena proses membangun jaringan sosial mungkin berbeda untuk individu-individu itu (Maykut, 1994:44- 45). 15. Model Laporan Studi Kasus (Case study reporting mode) Hasil penelitian kualitatif dipesentasikan secara paling efektif dalam narasi yang kaya, kadang-kadang mengarah pada studi kasus. Jumlah kasus berbeda-beda dalam masing-masing kajian, dari satu kasus ke kasus lainnya. Dengan laporan yang panjang, peneliti mempunyai kesempatan untuk memberikan kutipan yang banyak dari data aktual yang memungkinkan partisipan untuk berbicara pada diri mereka sendiri – dalam kata dan tindakan – dengan cara demikian memberikan pada pembaca informasi yang memadai untuk memahami hasil penelitian. Dalam laporan yang panjang, peneliti dengan keperluannya lebih ringkas, menggunakan model laporan studi kasus yang dimodifikasi. Laporan penelitian kualitatif yang ditandai oleh deskripsi yang kaya hendaknya menyuguhkan pada pembaca dengan informasi yang memadai untuk menentukan apakah temuan-temuan penelitian itu mungkin diaplikasikan pada orang atau latar yang lain (Maykut, 1994:47). Peneliti kualitatif cenderung memilih model laporan studi kasus (dibandingkan laporan ilmiah atau teknis) karena ini lebih dapat disesuaikan pada suatu deskripsi tentang realita ganda yang dihadapi pada situs tertentu; karena ini dapat disesuaikan untuk mendemonstrasikan interaksi peneliti dengan situs dan bias-bias konsekuensi yang mungkin dihasilkan (laporan reflektif);
  • 39. 39 karena ini memberikan dasar bagi “generalisasi-generalisasi naturalistik” individual (Stake, 1980) dan transabilitas ke situs-situs lainnya (deskripsi- deskripsi tipis); karena ini disesuaikan dalam menunjukkan keragaman dari pengaruh-pengaruh pembentukan timbal balik sekarang ini; dan karena ini dapat menggambarkan posisi nilai tentang posisi peneliti, teori substantif, paradigma metodologis, dan nilai-nilai kontekstual lokal atau daerah. 16. Interpretasi Idiografis (Idiographic interpretation) Peneliti kualitatif cenderung menginterpretasi data (termasuk menarik kasimpulan) secara ideografis (dalam hal kekhususan dari kasus) bukan secara nomoteris (dalam hal generalisasi seperti hukum) karena interpretasi yang berbeda cenderung bermakna bagi realita yang berbeda; dan karena interpetasi sangat tergantung pada validitasnya pada kekhasan-kekhasan daerah, termasuk interaksi peneliti responden (atau objek), faktor-faktor kontekstual yang terkait, pembentukan timbal balik lokal atau daerah yang saling mempengaruhi, dan nilai-nilai daerah (serta peneliti). 17. Penerapan Tentatif (Tentative application) Naturalis cenderung coba-coba (ragu-ragu) tentang pembuatan penerapan luas mengenai temuan karena realita adalah ganda dan berbeda-beda; karena temuan pada dasarnya tergantung pada interaksi khusus antara peneliti dan para responden (atau objek-objek) yang tidak mungkin duplikasi di tempat lain; karena temuan-temuan dapat diterapkan di mana-mana tergantung pada kesamaan-kesamaan empiris tentang pengiriman dan penerimaan konteks, karena “percampuran” khusus dari pengaruh-pengaruh pembentukan timbal balik bisa sangat beragam dari latar ke latar; dan karena sistem-sistem nilai, khususnya nilai-nilai kontekstual, mungkin sangat tajam pada varian dar situs ke situs lain. 18. Batas-batas Penentuan-fokus (Fokused-determined boundaries). Peneliti kualitatif cenderung menentukan batas-batas penelitian dengan dasar fokus darurat atau darurat (masalah penelitian, orang-orang yang mengevaluasi untuk evaluasi-evaluasi, dan pilihan-pilihan kebijakan untuk
  • 40. 40 analisis kebijakan) karena itu memungkinkan realita ganda untuk menentukan fokus (bukan konsepsi awal penelitian); karena fokus-latar dapat lebih dekat diantarai oleh interaksi peneliti-fokus; karena batas-batas tidak dapat ditentukan secara memuaskan tanpa pengetahuan kontekstual yang dekat, termasuk pengetahuan tentang faktor-faktor pembentukan timbal balik yang terkait; dan karena fokus tidak mempunyai makna pada setiap peristiwa dalam abstraksi dari sistem-sistem nilai investigator lokal (Lincoln dan Guba, 1985:42). Penelitian kualitatif dirancang untuk menemukan apa yang dapat dipelajari tentang fenomena yang diminati, khususnya fenomena sosial di mana orang-orang adalah partisipan (atau secara tradisional mengarah pada – subjek). Para peneliti kualitatif mengembangkan “fokus penelitian” umum yang membantu untuk membimbing penemuan tentang beberapa fenomena sosial yang ingin diketahui. Para peneliti tertarik untuk menyelidiki dan merespon pertanyaan-pertanyaan eksploratori dan deskriptif misalnya Apa konsep anak- anak muda tentang “pikiran”? Dalam cara-cara apakah orang-orang di daerah pedesaan membangun jaringan-jaringan sosial informal? Bagaimana orang- orang yang bekerja di tempat ini berpikir tentang lingkungan fisik yang hendaknya diperbaiki? Apapun hasil penelitian ini, bukan generalisasi hasil, tetapi pemahaman pengalaman yang lebih mendalam dari perspektif partisipan yang diseleksi. Mary Belenky dan asosiasinya telah memilih istilah penelitian deskriptif-interpretif (interpretive-descriptive research) untuk mengarah pada kajian eksploratori yang mengandalkan kata-kata orang dan makna-makna sebagai data untuk analisis Maykut (1994:44). 19. Kriteria Khusus untuk Keterpercayaan (Special criteria for trustworthiness) Naturalis cenderung mendapatkan kriteria keterpercayaan konvensional (validitas internal dan eksternal, reliabilitas, dan objektifitas) yang tidak konsisten dengan aksioma dan prosedur tentang penelitian naturalistik. Oleh karena itu dia cenderung menentukan kriteria baru (tetapi mempunyai kesamaan) dan merencanakan prosedur-prosedur operasional untuk menerapkannya. Perlu dicatat bahwa kriteria konvensional tentang validitas
  • 41. 41 internal gagal karena menunjukkan suatu isomorfomik antara hasil-hasil penelitian dan suatu realita tunggal yang dapat dirasakan di mana penelitian dapat memusatkan pada satu titik; bahwa kriteria tentang validitas eksternal gagal karena tidak konsisten dengan aksioma dasar berkenaan dengan kebisaan membuatgeneralisasi; bahwa kriteria tentang keterpercayaan gagal karena ini memerlukan stabilitas dan replikabilitas mutlak, yang mana juga tidak memungkinkan bagi suatu paradigma didasarkan pada rancangan; dan bahwa kriteria tentang objektifitas gagal karena paradigma secara terbuka membiarkan interaksi peneliti-responden dan peranan nilai-nilai. Kasus tersebut akan dibuat kriteria pengganti (yang disebut kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas) bersama-sama dengan prosedur-prosedur empiris yang sesuai yang secara memadai (jika tidak secara mutlak) memperkuat keterpercayaan dari pendekatan-pendekatan naturalistik. E. Landasan Teoritis Penelitian Kualitatif Kajian penelitiankualitatif berawal dari kelompok ahli sosiologi dari “Mazhab Chicago” pada tahun 1920-1930, yang memantapkan pentingnya penelitian kualitatif untuk mengkaji kelompok kehidupan manusia. Pada waktu yang sama, kelompok ahli antropologi menggambarkan outline dari metode karya lapangan yang melakukan pengamatan langsung ke lapangan untuk mempelajari adat dan budaya masyarakat setempat. Dari awal, tampak bahwa penelitian kualitatif merupakan bidang penyelidikan tersendiri. Bidang ini bersilang dengan disiplin dan pokok permasalahan lainnya. Suatu kumpulan istilah, konsep, asumsi yang kompleks dan yang saling terkait meliputi istilah penelitian kualitatif. Pada penelitian kualitatif, teori diartikan sebagai paradigma. Seorang peneliti dalam kegiatan penelitiannya, baik dinyatakan secara eksplisit maupun tidak, menerapkan paradigma tertentu sehingga penelitian menjadi terarah. Dasar teoritis pendekatan kualitatif adalah : 1. Fenomenologi
  • 42. 42 Fenomenologi diartikan sebagai :  Pengalaman subjektif atau pengalaman fanomenologikal  Suatu studi tentang kesadaran dari prespektif pokok seseorang (Husserl). Istilah ini sering digunakan sebagai anggapan umum untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Dalam arti yang lebih khusus, istilah ini mengacupada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari prespektif pertama seseorang. Fanometologi kadang- kadang digunakan sebagai prespektif filosofi dan juga digunakan sebagai pendekatan dalam metodologi kualitatif. Fanomenologi merupakan pandangan berpikir yang menekankan pada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasinya di dunia. Dalam hal ini fanomenologi ingin memahami bagaimana dunia muncul kepada orang lain. Fanomenologi memiliki beberapa ciri yang dilakukan oleh peneliti fanomenologis, yaitu : a. Fanomenologis cenderung mempertanyakan yang naturalisme, yaitu yang disebut dengan objektivisme dan positivisme yang telah berkembang sejak zaman Renaisans dalam ilmu pengetahuan modern dan teknologi. b. Secara pasti fanomenologis cenderung memastikan kognisi yang mengacu pada apa yang dinamakan oleh Husserl, “Evidens” yang dalam hal ini merupakan kesadaran tentang suatu benda itu sendiri secara jelas dan berbeda denganyang lainnya. Tetapi dapat mencangkupi untuk sesuatu dalam hal itu. c. Fanomenologis cenderung percaya bahwa bukan hanya suatu benda yang ada di dalam dunia alam dan budaya.
  • 43. 43 Fanomenologis berasumsi bahwa kesadaran bukanlah dibentuk karena kebetulan tetapi di bentuk oleh factor lainnya yang ada pada dirinya. Demikian dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tidak ada control diri terhadap kesadaran terstruktur. Sebagai yang terstruktur,kesadaran menciptakan “dunia” yang dialami oleh setiap orang. Analisis fanomenologis berusaha mencari untuk menguraikan dunianya, seperti apa aturan-aturan yang terorganisasikan, dan apa yang tidak, serta dengan aturan atau objek dan kejadian itu berkaitan. Peneliti dalam pandangan fanomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada pada situasi tertentu. Sosiologi fenomenologis pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh filusuf Edmund Husserl dan Alfred Schultz. Pengaruh lainnya berasal dari Webber yang member tekanan pada verseten, yaitu pengertian interpretative terhadap pemahaman manusia. Ada berbagai bcabang penelitian kualitatif, namun semua berpendapat sama tentang tujuan pengertian subjek penelitian, yaitu melihatnya dari segi pandangan mereka. Jika ditelaah secara teliti, frasa dari segi pandangan mereka menjadi persoalan. Persoalan pokoknya ialah dari segi pandangan mereka bukan merupakan ekspresi yang digunakan oleh subjek itu sendiri dan belum tentu mewakili cara mereka berpikir. Dari segi pandang mereka adalah cara peneliti menggunakannya sebagai pendekatan dalam pekerjaannya. Jadi dari segi pandangan merupakan kontrak penelitian. Melihat subjek dari segi ide ini hasilnya barangkali akan memaksa subjek tersebut mengalami dunia yang asing baginya. Sebenarnya upaya dunia subjek oleh peneliti bagaimanapun perlu dalam penelitian. Jika tidak, peneliti akan membuat tafsiran yang harus mempunyai kerangka konsep untuk menafsirkannya. Peneliti kualitatif percaya bahwa mendekati orang dengan tujuan memahami pandangan mereka dapat mengganggu pengalaman subjek. Bagi peneliti kualitatif terdapat perbedaan dalam derajat mengatasi masalah metodologis/konseptual ini dan cara mereka mengatasinya. Sebagian peneliti mencoba melakukan deskripsi fenomenologi
  • 44. 44 murni. Di pihak lain, peneliti lainnya kurang memperdulikandan berusaha membentuk abstraksi dengan jalan menafsirkan data berdasarkan segi pandangan mereka. Apapun posisi seorang peneliti yang jelas ia harus menyadari persoalan teoritis dan isu metodologi ini. Peneliti kualitatif cenderung berorientasi fenomenologis, namun sebagian besar diantaranya tidak radikal, tetapi idealis pandangannya. Mereka member tekanan pada segi subjektif, tetapi mereka tidak perlu mendesak atau bertentangan dengan pandangan orang yang mampu menolak pandangan itu. Sebagai gambaran diberikan contoh, misalnya guru mungkin percaya bahwa ia dapat berjalan menembus dinding batu-bata, tetapi untuk mencapainya memerlukan pemikiran. Hakikatnya, batu-bata itu keas untuk ditembus, namun guru itu tidak perlu merasakan bahwa ia tidak mampu berjalan menembus dinding itu. Penelitian kualitatif menekankan berpikir subjektif karena, sebagai yang mereka lihat dunia di dominasi oleh objek yang kurang keras dibandingkan dengan batu. Manusia kurang lebih sama dibandingkan mesin kecil yang dapat melakukan sesuatu. Kita hidup dalam imajinasi kita, lebih banyak berlatar-belakang simbolik daripada kongkret.
  • 45. 45 2. Interaksi Simbolik Bersamaan dengan prespektif fenomenologis, pendekatan ini berasumsi bahwa pengalaman manusia dipengaruhi oleh penfsiran. Objek, orang, situasi dan peristiwa tidak memiliki pengertian senditi, sebaliknya pengertian itu deberikan untuk mereka. Misalnya, seorang teknologi pendidikan mungkin menentukan penyetor 16 mm sebagai alat yang akan digunakan oleh guru untuk memperlihatkan film-film yang relevan dengan tujuan pendidikan; seorang guru barangkalai menata penelitian kualitatif menggunakan proyektor terebut sebagai alat pada siswa apabila ia kehabisan bahan pelajaran sewaktu mengajar atau apabila ia sudah letih. Pengertian yang diberikan orang pada pengalaman dan proses penafsiran adalah esensial serta menentukan an bukan bersifat kebetulan atau bersifat kurang penting terhadap pengalaman itu. Untuk memahami perilaku, kita harusmemahami definisi untuk proses pendefinisiannya. Manusia terikat secara aktif dalam mencitpatak dunianya sehingga dengan demikian ia akan mengerti tentang pemisahan antara riwayat dengan masyarakat yang merupakan sesuatu yang esensial. Manusia tidak dapat bertindak atas dasar respon yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk mempradefinisikan objek, tetapi lebih sebagai penafsiran, pendefinisian, hewan simbolik yang perilakunya hanya dapat dipahami dengan jalan peneliti memasuki proses definisi melalui metode seperti pengamatan berperan-serta. Penafsiran bukanlah tindakan bebas dan bukan pula ditentukan oleh kekuatan manusia atau bukan. Orang-orang menafsirkan sesuatu dengan bantuan orang lain, seperti orang-orang masa lalu, penulis, keluarga, pemeran di televise, dan pribadi-pribadi yang ditemuinya dalam latar tempat mereka bekerja atau bermain, namun orang lain tidak melakukannya untuk mereka. Melalui interaksi seseorang membentu pengertian. Orang dalam situasi tertentu (misalnya mahasiswa dalam ruang kuliah tertentu) sering mengembangkan definisi bersama ( atau prespektif bersama dalam bahasa interaksi simbolik) karena mereka secara teratur berhubungan dan mengalami pengalaman
  • 46. 46 bersama, masalah dan latar belakang, tetapi kesepakatan tidak merupakan keharusan. Dipihak lain sebagian pemegang definisi bersama untuk menunjukkan kebenaran, suatu pengertian yang senantiasa untuk disepakati. Hal itu dapat dipengaruhi oleh orang yang melihat sesuatu dari sisi lain. Bila bertindak atas dasar definisi tertentu, sesuatu barangkali tidak akan baik bagi seseorang. Biasanya pada orang seorang ada masalah, dan masalah itu dapat membentuk definisi baru, dapat meniadakan yang lama, dengan kata lain dapat berubah. Bagaimana definisi itu berubah atau berkembang merupakan pokok persoalan yang akan diteliti. Jadi, penafsiran itu menjadi esensial. Interaksi simbolik menajdi paradigma konseptual melebihi dorongan dari dalam, sifat-sifat pribadi, motivasi yang tidak disadari, kebetulan, tatus sosial ekonomi, kewajiban peranan, resep budaya, mekanisme pengawasan masyarakat, atau lingkungan fisik lainnya. Factor-faktor tersebut sebagian adalah kontraks yang digunakan oleh para ilmuan sosial dalam usahanya untuk menjelaskan dan memahami perilahu. Pere interksionis simbolik tidak menolak kenyataan bahwa konsep teoritik tersebut mungkin bermanfaat. Namun hal itu hanya relevan untuk memahami perilaku sepanjang hal untuk memasuki atau berpengaruh terhadap proses bendefinisian. Pengajurteori ini tidak boleh menolak kenyataan bahwa terdapat dorongan untuk makan dan bahwa definisi kultural tentang bagaimana, apa dan bilamana seseorang harus makan. Bagaimanapun, mereka harus menolak apabila dikatakan bahwa makan hanaya dapat dipahami dalam kerangka definisi kebudayaan dan dorongan. Makan dapat dipahami dengan melihat saling kaitan anatara bagaimana orang mendefinisikan makan dan situasi khusus dimana mereka memperolehnya. Makan dapat didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda. Guru di sekolah mendefinisikan kapan waktu yang tepat untuk makan, apa yang mau dimakan, bagaimana cara makan anatara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya pada tempat yang sama. Makan siang berarti beristirahat karena bekerja, gangguan yang menjengkelkan,
  • 47. 47 kesempatan untuk melakukan pekerjaan pokok, waktu untuk diet, atau keempatan mendapatkan jawaban dari pertanyaan ujian. Makan bagi orang lain misalnya dapat merupakan tonggak dalam perkembangan hidupnya. Makan disini dinyatakan signifikan dengan jalan menyediakan peristiwa bagi seseorang untuk dapat mengukur apa yang sudah atau belum tercapai. Beberapa hari ia masih dapat bertahan, atau secepatnya seseorang akan terpaksa mengahiri harinya yang menyenangkan. Dari gambaran di atas dapat dilihat bahwa makan siang mempunyai makna simbolik, dan konsep seperti dorongan dan ritual tidak berpengaruh. Teori ini tidak menolak bahwa ada aturan dan keteraturan, nilai, dan sistem nilai dalam masyarakat. Hal itu menjadi penting dalam memahami perilaku hanya orang mempertimbangkannya. Selanjutnya, disarankan bahwa bukan aturan, keteraturan, norma atau apa saja yang penting untuk memahami perilaku, melainkan bagaimana hal-hal itu didefinisikan dan digunakan dalam situasi-situasi khusus. 3. Kebudayaan Banyak antropolog menggunakan pendekatan fenomenologi dalam studi mereka dalam pendidikan. Kerangka studi antropologisnya adalah konsep kebudayaan. Usaha untuk menguraikan kebudayaan atau aspek-aspek kebudayaan dinamakan etnografi. Walaupun ada diantaranya kurang sependapat tentang definisi kebudayaan, mereka mmandang kebudayaan sebagai kerangka teroritis dalam menjelaskan pekerjaan mereka. Etnografi dikenal dengan uraian rinci (thick description). Yang ditemui etnograf jika menguji kebudayaan menurut prepektif ini ialah suatu seri penafsiran terhadap kehidupan, pengertian akal sehat yang rumit dan sukar dipisahkan satu dengan yang lainnya. Tujuan etnografi adalah mengalami bersama pengertian bahwa pemeranserta kebudayaan memperhitungkan dan menggambarkan pengertian baru untuk pembaca dan orang luar.
  • 48. 48 Dalam kerangka kebudayaan, apapun definisi khususnya, kebudayaan merupakanalat organisatoris atau konseptual untuk menafsirkan data yang berarti dan yang member cirri pada etnoografi. 4. Etnometologi Etnometodologi bukanlah metode yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data, melainkan menunjukkan pada mata pelajaran yang akan diteliti. Etnometodologi adalah studi tentang bagaimana individu menciptakan dan memahami kehidupan sehari-hari. Metodenya untuk mencapai kehidupan sehari-hari. Subjek etnometodologi bukanlah anggota suku-suku terasing, melankan orang-orang dalam pelbagai macam situasi pada masyarakat kita. Etnometodologi berusaha memahami bagaimana orang-orang melihat, menerangkan, dan menguraikan keteraturan dunia tempat mereka. Sejumlah orang berpendidikan telah dipengaruhi oleh pendekatan ini. Pekerjaan mereka kadang-kadang sukar dipisahkan dari pekerjaan peneliti kualitatif lainnya. Mereka cenderung melakukan pekerjaan–pekerjan tentang isu yang bersifat mikro, dengan pengungkapan dan kosa kata khusus, dan dengan tindakan yang rinci dan dengan pengertian. Peneliti demikian menggunakan istilah-istilah pengertian secara common sense, kehidupan sehari-hari, dan memperhitungkan. Menurut para etnometodolog, penelitian bukan merupakan usaha ilmiah yang unik, melainkan lebih merupakan penyelesaian praktis. Mereka menyarankan agar kita melihat secara hati-hati pada pengertian akal sehat tempat pengumpulan data itu dilakukan. Mereka mendorong peneliti unuk bekerja dengan cara kualitatif untuk lebih peka terhadap kebutuhan tertentu menurut mereka atau menangguhkan asumsi mereka tentang akal sehat, pandangan mereka sendiri, daripada mempertimbangkannya. Selain landasan teoritis tersebut di atas dalam penelitian kualitatif dimanfaatkan juga apa yang dinamakan pendekatan (approach). Pendekatan penelitian kualitatif merupakan cara berpikir umum tentang cara melaksanakan penelitian kualitatif. Pendekatan itu menguraikan, baik secara eksplisit ataupun
  • 49. 49 secara implisit, maksud penelitian kualitatif, peran peneliti, langkah-langkah penelitian, dan metode analisis data, dalam hal ini ada empat pendekatan kualitatif yang dikemukakan. 5. Etnografi Pendekatan etnografi dalam penelitian kualitatif terbanyak berasal dari bidang antropologi. Penekanan pada etnografi adalah pada keseluruhan studi budaya. Semula gagasan budaya terikat dengan persoalan etnis dan lokasi geografis, tetapi sekarang hali itu telah diperluas dengan memasukkan setiap kelompok dalam suatu organisasi. Dalam hal ini kita dapat meneliti budaya dari bisnis atau kelompok tertentu. Etnografi pada dasarnya merupakan bidang yang sangat luas sengan variasi yang sangat besar dari praktisi dan metode. Bagaimanapun, pendekatan etnografis secara umum adalah pengamatan berperan serta sebagai bagian dari penelitian lapangan. Etnografer menjadi tertarik secara mendalam dalam suatu budaya sebagai bagian dari pemeransertanya dan mencatat secara serius data yang diperolehnya dengan memanfaatkan cacatan lapangan. Sebagai yang ada dala “grounded throry”, tidak ada pembatasan terlebih dahulu apa yang akan diamati dan tidak ada titik akhir dalam studinya. 6. Penelitian Lapangan Penelitian lapangan (field research) dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya bahwa peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatufenomenon dalam suatu keadaan ilmiah atau in situ. Dalam hal demikian maka pendekatan ini terkait erat dengan pengamatan berperanserta. Peneliti lapangan biasanya membuat catatan lapangan secara ekstensif yang kemudian dibuatkan kodenya dan dianalisis dalam berbagai macam cara.
  • 50. 50 7. Grounded Theory Pendekatan grounded theory mempunyai beberapa aspek, yaitu : a. Tujuan penelitian adalah untuk menghasilkan sebuah teori dengan menggunakan pendekatan “prientasi pendekatan” / construt oriented (atau kategori). b. Prosedur yang digunakan benar-benar didiskusikan dan sistematik. c. Peneliti menyajikan model visual, diagram berkode dan teori. d. Bahasa dan kesannya ilmiah dan objektif tetapi berhubungan dengan topic yang sensitive secara mencolok. Gunakan pendekatan ini untuk menghasilkan dan mengembangkan teori. Kumpulkan informasi terutama dari interview, dan gunakan prosedur pengumpulan data yang sistematis dan analitis dikembangkan dari prosedur seperti aksial, open dan coding tertentu. Walaupun laporan penelitian akhir akan lebih ilmiah tetapi dapat mempengaruhi isu-isu sensitive dan emosional. F. Perbedaan Penelitian Kualitatif dengan Penelitian Kuantitatif Untuk menalaah dan mempelajari perbedaan anatar penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif dapatlah hal itu ditinjau dari segala aspek yang memungkinkan adanya perbedaan yang di gambarkan seperti pada berikut :
  • 51. 51 Perbedaan Penelitian Kualitatif dengan Penelitian Kuantitatif Ditinjau dari Beberapa aspek No Aspek Kuantutatif Kualitatif 1. Maksud Membuat deskripsi objektif tentang fanomena terbatas dan menentukan apakah fanomena dapat dikontrol melalui beberapa intervensi. Mengembangkan pengertian tentang individu dan kejadian dengan memperhitungkan konteks yang relevan 2. Tujuan Menjelaskan, meramalkan, dan/atau mengontrol fenomena melalui pengumpulan data terfokus dari data numeric. Memahami fenomena sosial melalui gambaran holistik dan memperbanyak pemahaman mendalam. 3. Pendekatan Menjelaskan penyebab fenomena sosial melalui pengukuran objektif dan analisis numerikal. Berasumsi bahwa subject matter suatu ilmu sosial adalahamat berbeda dengan subject matter dari ilmu fisik/alamiah dan mempersyaratkan tujuan yang berbeda untuk inkuiri dan seperangkat metode penyelidikan yang berbeda. Induktif berisi nilai (subjektif), holistik, dan berorientasi proses. 4. Asumsi Beasumsi bahwa tujuan dan Perilaku terikat konteks
  • 52. 52 metode ilmu sosial adalah sama dengan ilmu fisik/alamiah dengan jalan mencari teori yang dites atau dikonfirmasikan yang menjelaskan fenomena. Deduktif, bebas nilai (objektif), terfokus, dan berorientasi tujuan. dimana hal itu terjadi dan kenyataan sosial tidak bisa direduksi menjadi variabel- variabel sama dengan kenyataan fisik. Berupaya mencari pemahaman tentang kenyataan dari segi prespektif orang dalam; menerima subjektiviotas dari peneliti dan pemeran serta. 5. Model penjelasan Penemuan fakta sosial tidak berasal dari persepsi subjektif dan terpisah dari konteks. Upaya generalisasi tidak dikenal karena perilaku manusian sealalu terikat konteks dan selalu diinterpretasikan kasus per kasus. 6. Nilai Bergantung pada model penjelasan hipotetiko- deduktif dengan memulai dari teori dari mana hipotesis ditarik dan di tes dengan menggunakan prosedur yang ditentukan terlebih dahulu. Beragumentasi bahwa peneliti senantiasa terikat nilai dan peneliti harus eksplisit tentang peranan bahwa nilai memegang peranan dalam sesuatu studi. Beranggapan bahwa nilai merupakan sesuatu piihan yang inhern dalam masalah yang harus diselidiki, metode yang harus diteliti, cara untuk
  • 53. 53 mengintepretasi, dan konteks dimana studi itu berada. 7. Alasan Menerima nilai peneliti dapat berperan dalam permasalahan yang sedang diteliti, tetapi penelitian itu sendiri harus bebas nilai dengan prosedur khusus yang dirancang untuk mengisolasikan dan mengeluarkan unsure-unsur subjektif dan mencari kenyataan objektif. Induktif melakukan pengamatan dan menarik kesimpulan. 8. Generalisasi Deduktif – deduksi dari teori tentang apa yang akan diamati. Berasumsi bahwa setiap individu, budaya, latar adalah unik dan penting untuk mengapresiasi keunikan, generalisasi bergantung pada konteks. 9. Hubungan peneliti dengan subjek Berasumsi bahwa cara ini dapat menemukan hokum yang menambah pada prediksi yang dapat dipercaya dan pada control tentang kenyataan/ fenomena. Mencari keteraturan dalam simple individu, analisis statistic Peneliti secara aktif berinteraksi secara pribadi. Proses pengumpulan data dapat diubah dalam hal itu bergantung pada situasi. Peneliti bebas menggunakan intuisi dan dapat memutuskan bagaimana merumuskan
  • 54. 54 menyatakan kecenderungan tentang perilaku dan kecenderungan sudah cukup kuat untuk memperoleh nilai praktis. pertanyaan dan bagaimana melakukan pengamatan. Individu yang diteliti dapat diberi kesempatan agar secara sukarela mengajukan gagasan dan persepsinya dan malah berpartisipasi dalam analisis data. 10. Nilai orientasi Tujuan penelitian adalah objektivitas, berusaha memelihara pandangan pribadi, kepercayaan “biases” dan pengaruh pengumpulan data dan analisis proses. Melibatkan interaksi minimal dan jika interaksi diperlukan (wawancara) lalu berusaha membakukan proses. Peranan sampel dalam studi adalah pasif. Mempercayai bahwa seluruh kegiatan penelitian terikat nilai. Tidak menghindari isu nilai, nilai pribadi dinyatakan secara terbuka, dan mencoba memperagakan nilai yang terikat pada konteks. 11. Studi tentang konteks Berupaya agar nilai pribadi bebas dari pengaruh desain penelitian dan menghindari usaha membuat keputusan nilai tentang hal-hal yang diteliti. Berupaya memahami fenomena yang kompleks dengan jalan mengujinya dalam keseluruhannya dalam konteks. Belum diketahui apa yang difokus sampai studi itu sudah berlangsung;
  • 55. 55 mengdentifikasikan tema yang relevan dan pola-pola (yang muncul) yang kemudian menjadi focus studi.pengumpulan data sedikit banyak adalah kontinu dan intensif lebih dari penelitian kuantitatif. 12. Desain Berupaya memahami fenomena yang kompleks dengan jalan menganalisis bagian bagian komponen (disebut variabel). Setiap upaya penelitian menguji hanya beberapa kemungkinan dari variabel yang dapat diteliti; konteks situasi diabaikan atau dikontrol. Data dikumpulkan dalam beberapa interval dan memfokus pada pengukuran yang tepat. Fleksibel/luwes, dikembangkan, umum, dinegosisasi, sebagai acuan untuk diikuti, dikhususkan hanya dalam istilah umum sebelum studi dilakukan. Tidak mebikutkan intervasi dan berupaya agar gangguan sesedikit mungkin. 13. Metode Terstruktur, formal, ditentukan terlebih dahulu, tidak luwes, dijabarkan secara rinci terlebih dahulu sebelum penelitian dilakukan. Dapat diteliti; Historikal, etnografis, dan studi kasus. Intervensi dan berupaya agar gangguan sesedikit mungkin.
  • 56. 56 konteks situasi diabaikan atau dikontrol. Data dikumpulkan dalam beberapa interval dan memfokus pada pengukuran yang tepat. 14. Hipotesis Deskriptif, korelasional, perbandingan-kasual, dan eksperimen. Cenderung untuk mencari, menemukan dan menyimpulkan hipotesis. Hipotesis dilihat sebagai sesuatu yang tentative, berkembang, dan didasarkan pada seuatu studi tertentu. 15. Pengukuran Hamper selalu mengetes hipotesis. Hipotesis dilihat ssebagai seseuatu yang khusus, dapat dites, dan dinyatakan sebelum suatustudi dilakukan. Prosedurnya sedikit subjektif, peneliti memiliki kemampuan untuk mengamati dan berinteraksi dengan manusia lainnya dan dengan lingkungan; percaya bahwa kemampuan manusia diperlukan untuk melaksanakan tugas yang rumit dan terhadap dunia yang sangat bervariasi dan yang selalu berubah. 16. Review keputusan Tujuan pengukuran adalah objektivitas, member makna pada scoring dan Terbatas, sebagai acuan teori, dan tidak mempengaruhi studi. Tidak
  • 57. 57 pengumpulan data tidak dipengaruhi oleh nilai-nilai peneliti, “bias” dan persepsi; banyak tergantung pada tes, skala dan kuisioner terstruktur yang dapat diadministrasikan pada kondisi baku terhadap seluruh individu dalam sampel dan prosedur untuk scoring data dirinci secara tepat untuk meningkatkan kemungkinan terjadinya bahwa setiapdua skor memperoleh hasil yang sama. Akhirnya buku dan numerikal. dilakukan untuk mengkaji teori karena dengan cara ini bukan mengkaji teori tetapi menemukan teori dari data. 17. Latar penelitian Ekstensif, yang dengan hal itu mempengaruhi studi. Pengkajian teori diperlukan untuk menemukan konsep, variabel, dan menata penelitian hipotesis. Naturalistik (sebagaimana adanya) sejauh mungkin. 18. sampling Sejauh mungkin dikontrol sampling teoritis dan sampling sebanyak mungkin digunakan sebagai mempertimbangkan. Bertujuan: dinaksudkan untuk memilih sejumlah ‘kecil’ dan tidak harus representative; sampel dimaksudkan untuk mengarah kepada
  • 58. 58 pemahaman secara mendalam. 19. Data Random/acar: dimaksudkan untuk memilih dari sejumlah besar individu dalam populasi dimasukkan dalam sampel yang dianggap mewakili. Hal itu digunakan untuk menggeneralisasi hasilnya kepada populasi. Strtifikasi, kelompok control, mengontrol variabel ekstraneus. Naratif, deskriptif, dalam kata-kata mereka yang diteliti, dokumen pribadi, catatan lapangan, artifak, dokumen resmi dan video tapes, transkrip. 20. Strategi pengumpulan data Numeric, variabel dioperasionalkan, kode dikuantifikasikan, statistical, dihitung dan diadakan pengukuran. Pengumpulan dokumen, pengmatan berperan serta (participant observatiom), wawancara tidak terstruktur dan informal, mencatat data dalam catatan lapangan secara intensif, menilai artifak. 21. subjek Pengamatan terstruktur yang non partisipan, wawancara semi-terstruktur dan formal, adminstrasi tes dan kuisioner, eksperimen, penelitian survey, eksperimen kuasi. Jumlah subjek penelitian kecil; teknik sampling bertujuan.
  • 59. 59 Subjek penelitian berjumlah besar, pemilihan secara acat. 22. Analisis data Deduktif, secara statistik. Terutama menghasilkan data numeric yang biasanya dianalisi secara statistik. Data kasar terdiri dari bilangan dan analisi dilakukan pada akhir penelitian. Induktif, model-model, teori-teori, konsep,metode perbandingan tetap. Biasanya data dianalisis secara deskriptif yanf sebagian besar berasal dari wawancara dan cacatatan pengamatan; catatan dianalisis untuk memperoleh tema dan pola- pola yang dideskripsikan dan diilustrasikan dengan contoh-contoh, termasuk kutipan-kutipan dan rangkuman dari dokumen; koding data dan analisi verbal. 23. Intepretasi data Kesimpulan dan generalisasi diformulasikan pada akhir penelitian, dinyatakan dengan derajat kepercyaan tertentu yang ditentukan terlebih dahulu. Kesimpulan adalah tentatif, direview atas dasar sesuatu yang masih berlangsung, sedang generalisasi diabaikan. 24. Kriteria Validitas internal– bagaimana kebenaran dikemukakan. Validitas Kredibilitas- penelitian dilakukan sedemikian rupa untuk memastikanbahwa
  • 60. 60 eksternal- bagaimana penerapan temuan-temuan pada latar lainnya. Objektivitas- bagaimana seharusnya kita dapat diyakinkan bahwa temuan- temuan adalah reflektif dari subjek daripada hasil dari ‘biases’ para peneliti. subjek itu secara secukunya diperoleh dan diuraikan. Keterelihan- beban untuk memaparkan penerapan temuan-temuan pada latar lainnya tergantung pada peneliti yang haru mengadakan uraian rinci tentang keadaan latar untuk keperluan penerapan. 25. Frasa kunci Eksperimental, data numeric, empiric, dan statistikal. Deskriptif, naturalistik, dan berorientasi kata. 26. Konsep kunci Reliabilitas, variabel, operasionalisasi, hipotesis, validitas, statistikal, signifkan, replikasi. Bermakna, pemahaman awam, proses, dibangun secara sosial, tema, keabsahan data. 27. Instrument penelitian Inventori, kuisioner, skala,skor tes, indikator. “tape recorder”, catatan lapangan, peneliti adalah instrument iu sendiri. 28. Masalah Mengontrol variabel, validitas. Memakan waktu, prosedur tidak baku, reliabilitas keabsahan data. G. Beberapa pertanyaanumum tentang penelitian kualitatif Jika seseorang baru pertama kali mendengar atau mempelajari penelitian kualitatif, biasanya timbul pertanyaan pertanyaan yang memerlukan penjelasan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sebagian meragukan keabsahan penelitian kualitatif.
  • 61. 61 Bogdan dan Taylor (1982:39-48) mengajukan delapan pertanyaan dan menjelaskan jawabannya. 1. Dapatkah pendekatan kualitatif dan kuantitatif digunakan bersama? Peneliti kualitatif biasanya tidak puas dengan hasil analisis statistik. Misalnya, dengan data yang dikumpulkan dengan kuisioner, analisis statistic dilakukan untuk menemukan hubungan karena antara dua atau lebih variabel. Ternyata hasilnya tidak memuaskan karena tidak ada hubungan. Peneliti meragukan hasilnya karena hipotesis tidak teruji. Untuk itu ia selalu mengadakan wawancara mendalam untuk melengkapi penelitiannya. Dengan kata lain penelitian kuantitatif tersebut menggunakan secara bersama-sama penelitian tersebut, namun dengan pendekatan kuantitatif sebagai pegangan utama. Di pihak lain, peneliti kualitatif sering menggunakan data kuantitatif, namun yang sering terjadi pada umumnya tidak menggunakan analisis kuantitatif secara bersama-sama. Jadi, dapat dikatakan bahwa pendekatan kedua penelitian tersebut dapat digunakan apabila desainnya adalah memanfaatkan satu paradigma sedangkan paradigma lainnya hanya sebagai pelengkap saja. 2. Apakah penelitian kualitatif benar-benar ilmiah? Pnelitian itu pada dasarnya merupakan upaya untuk menemukan teori, dan hal itu dilakukan secara baik justru dengan pendekatan induktif. Data dikumpulkan, dianalisis, diabstrakkan, dan akan muncul teori-teori sebagai penemuan penelitian kualitatif. Selain itu penelitian kualitatif juga mengelan adanya hipotesis kerja dan pada dasarnya hal itu telah menjadi substantif. Hanya bedanya hipotesis kerja dirumuskan sementara data dikumpulkan, jadi tidak disusun sebelumnya. Hipotesis kerja demikian dapat disempurnakan sementara pengumpulan data berlangsung. Hal demikian tidak mungkin dilakukan dalam penelitian kuantitatif. Pengujian hipotesis kerja juga dilakukan dalam rangka reduksi data.
  • 62. 62