Makalah ini membahas tentang hakikat berfikir ilmiah dan langkah-langkahnya. Berfikir ilmiah adalah berfikir secara sistematis dan empiris berdasarkan data untuk menghasilkan pengetahuan. Langkah-langkahnya meliputi perumusan masalah, perumusan hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan.
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Makalah berfikir ilmiah
1. 1
MAKALAH
HAKIKAT BERFIKIR ILMIAH
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5
ANGGOTA : 1. Karmila (20196013783)
2. Devi Marlina (20196013758)
3. Misdarini (20196013757)
Mata kuliah : Filsafat Ilmu
Dosen Pengampuh : Dr. Hj. Yenny Puspita, M.Pd
PROGRAM PASCASARJANA
MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
2019
2. 2
KATA PENGANTAR
Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan segala
kemudahan sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah filsafat tentang
hakikat berfikir ilmiah dengan mudah dan lancar. Makalah ini disusun untuk
menjelaskan tentang berpikir ilmiah dan peranannya di filsafat.
Makalah ini disusun secara sistematis dengan tujuan melengkapi tugas mata
kuliah filsafat. Dan makalah ini diharapkan dapat menjadi media informasi dan
edukasi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai berpikir
ilmiah bagi mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Kelompok kami telah berusaha menyajikan materi pada makalah ini dengan
sebaik-baiknya, tetapi kekurangan dan kesalahan pasti ada. Seperti kata pepatah “
tak ada padi bernas setangkai”. Semua yang ada dibumi ini tidak ada yang
sempurna. Yang sempurna itu adalah kesempurnaan itu sendiri. Atas dasar
kenyataan tersebut, saran dan kritik yang bersifat membangun agar makalah ini
menjadi lebih baik, sangat diharapkan dan diterima tim penyusun dengan tangan
terbuka. Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah
wawasan dan pengetahuan. Amin
Palembang, Desember 2019
Penulis
3. 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... 1
DAFTAR ISI ............................................................................................ 2
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 3
A. LATAR BELAKANG ........................................................................... 3
B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................... 4
C. TUJUAN ............................................................................................... 4
BAB II. PEMBAHASAN .......................................................................... 5
A. PENGERTIAN BERPIKIR ILMIAH ................................................... 5
B. LANGKAH-LANGKAH BERPIKIR ILMIAH ................................... 6
BAB III. PENUTUP ................................................................................ 10
A. KESIMPULAN ................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 11
4. 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dilengkapi dengan akal dan
pikiran. Tanpa akal manusia tidak akan bisa membuat waduk/bendungan, jalan dan
jembatan, rumah-rumah bertingkat dan sebagainya. Hanya dengan akal dan pikiran,
manusia dapat berubah taraf kehidupannya dari tradisional, berkembang dan
mengikuti perkembangan sampai dengan modern.
Akal digunakan manusia untuk berpikir, berpikir merupakan sebuah
kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Jadi apabila manusia benar-benar
memaksimalkan fungsi otaknya untuk berpikir dalam menemukan pengetahuan
atau menghasilkan pengetahuan termasuk kategori berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah
sebuah kegiatan yang seringkali dilakukan oleh para ilmuwan. Ilmuwan dalam
mengkaji dan meneliti hubungan kausalitas (sebab akibat) antara berbagai macam
peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia di alam semesta ini menggunakan
daya pikir yang logis analitis serta kritis. Maka dengan kemampuan berpikirnya
manusia bisa mengembangkan pengetahuan, baik ilmu pengetahuan yang bersifat
penyempurna dari ilmu pengetahuan sebelumnya ataupun ilmu pengetahuan yang
bersifat baru.
Ilmu pengetahuan dikatakan ilmiah jika memiliki metode dan cara yang benar dan
bisa dipertanggungjawabkan paling tidak ditunjang oleh tiga komponen utama :
pertama adanya objek, kedua adanya metode yang digunakan dan ketiga adanya
sistematika tertentu.2
Jadi berpikir ilmiah merupakan cara berpikir yang memiliki
tata cara dan aturan main yang berlandaskan sistematika tertentu dan benar
berdasarkan atas data empiris. Selanjutnya agar berpikir ilmiah bisa terlaksana dan
dilakukan dengan baik dan benar tentunya harus menggunakan langkah-langkah
dalam kerangka berpikir ilmiah. Kerangka berpikir ilmiah inilah yang penulis
jadikan tema pokok dalam penjelasan isi makalah ini.
5. 5
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian berpikir ilmiah?
2. Apa saja langkah-langkah dalam berpikir ilmiah?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas yang menjadi tujuan penulisan yaitu:
1. Menganalisis pengertian berpikir ilmiah
2. Menganalisis langkah-langkah berpikir ilmiah
6. 6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Berpikir Ilmiah
Sebelum lebih jauh menjelaskan apa yang dimaksud berpikir ilmiah, ada
baiknya lebih dahulu kita ketahui arti per kata dari kelompok kata tersebut. Pertama
kata berpikir. Berpikir adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan
dan memutuskan sesuatu. Sedangkan menurut Poespoprodjo berpikir adalah suatu
aktifitas yang banyak seluk-beluknya, berlibat-libat, mencakup berbagai unsur dan
langkah-langkah. Menurut Anita Taylor et. Al. berpikir adalah proses penarikan
kesimpulan. Jadi berpikir merupakan sebuah proses tertentu yang dilakukan akal
budi dalam memahami, mempertimbangkan, menganalisa, meneliti, menerangkan
dan memikirkan sesuatu dengan jalan tertentu atau langkah-langkah tertentu
sehingga sampai pada sebuah kesimpulan yang benar.
Sedangkan Ilmiah yakni “bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan, memenuhi
syarat kaidah ilmu pengetahuan. Berpikir ilmiah adalah berpikir rasional dan
berpikir empiris. Bersifat ilmiah apabila ia mengandung kebenaran secara objektif,
karena didukung oleh informasi yang telah teruji kebenarannya dan disajikan secara
mendalam, berkat penalaran dan analisa yang tajam.10
Berpikir rasional adalah
berpikir menggunakan dan mengandalkan otak atau rasio atau akal budi manusia
sedangkan berpikir empiris berpikir dengan melihat realitas empiris, bukti nyata
atau fakta nyata yang terjadi di lingkungan yang ada melalui panca indera manusia.
Jadi memang tidak semua berpikir akan mengahasilkan pengetahuan dan
ilmu dan juga tidak semua berpikir disebut berpikir ilmiah. Karena berpikir ilmiah
memiliki aturan dan kaidah tersendiri yang harus diikuti oleh para pemikir dan
ilmuwan sehingga proses berpikir mereka bisa dikatakan sebagai produk ilmu
pengetahuan dan bermanfaat bagi khalayak ramai dan manusia pada umumnya.
7. 7
B. Langkah-langkah Berpikir Ilmiah
Bagaimanapun juga berpikir ilmiah tetap menggunakan atau memakai
proses berpikir ilmiah sebagai salah satu syarat untuk dikatakan bahwa apa yang
dipikirkan termasuk dalam kerangka berpikir ilmiah. Adapun proses berpikir ilmiah
menurut Sudjana menempuh langkah-langkah tertentu yang disanggah oleh tiga
unsur pokok, yakni pengajuan masalah, perumusan hipotesis, dan verifikasi data.
Menurut Jujun ada lima langkah dalam kerangka berpikir ilmiah. Pertama
merumuskan masalah, kedua menyusun kerangka berpikir dalam pengajuan
hipotesis, ketiga merumuskan hipotesis, keempat menguji hipotesis dan langkah
terakhir adalah menarik suatu kesimpulan. Demikian pula menurut Nazir penelitian
menggunakan metode ilmiah sekurang-kurangnya dilakukan dengan langkah-
langkah berikut : (1) merumuskan serta mendefinisikan masalah, (2) mengadakan
studi kepustakaan, (3) memformulasikan hipotesa, (4) menentukan model untuk
menguji hipotesa, (5) mengumpulkan data, (6) menyusun, menganalisa dan
memberikan interpretasi, (7) membuat generalisasi kesimpulan. Jadi dari pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya langkahlangkah atau taraf berpikir
ilmiah dimulai dengan munculnya sebuah masalah yang kemudian disusun dalam
suatu bentuk rumusan masalah, selanjutnya memberikan suatu solusi
pemecahannya dalam bentuk jawaban atau kesimpulan yang bersifat sementara
terhadap pertanyaan atau permasalahan yang diajukan, setelah itu menentukan cara
yang benar untuk menguji hipotesis dengan mengumpulkan data-data dan fakta-
fakta empiris yang relevan dengan hipotesis yang diajukan sehingga akan
menampakkan apakah benar terdapat fakta dan data nyata tersebut atau tidak.
Terakhir dapat ditarik sebuah kesimpulan apakah betul sebuah hipotesis yang telah
diajukan itu ditolak atau bahkan diterima, berdasarkan data dan fakta yang ada,
bukan berlandaskan terhadap opini atau asumsi.
Berikut penjelasan langkah-langkah berpikir ilmiah dari dengan didukung
pendapat para ahli.
Langkah pertama dalam kerangka berpikir ilmiah adalah perumusan masalah.
Perumusan masalah merupakan hulu dari penelitian, dan merupakan langkah yang
penting dan pekerjaan yang sulit dalam penelitian ilmiah. Penting karena rumusan
8. 8
masalah adalah ibarat pondasi rumah atau bangunan, tempat berpijak awal, apabila
salah menentukan dan tidak jelas batasan dalam melakukan akan menyulitkan
proses selanjutnya. Diantaranya akan menyulitkan seseorang atau pembaca dalam
memahami kejelasan judul, sehingga membuat pembaca memahaminya dengan
multi tafsir, oleh karena itu kejelasan judul perlu dituangkan dalam perumusan
masalah. Perumusan masalah merupakan pedoman dasar yang kuat bagi
pelaksanaan penelitian. Khususnya untuk menyusun butirbutir pertanyaan dalam
alat (instrumen), angket, pedoman wawancara, pedoman menelusur dokumen dan
sebagainya dan membatasi permasalahan yang akan diteliti.
Dalam perumusan masalah seorang peneliti dituntut untuk teliti dan cermat
menentukan batasan-batasan sebuah masalah yang akan diteliti sehingga tidak
membuat kabur permasalahan yang diteliti. Perumusan masalah umumnya dan
biasanya disusun dalam bentuk kalimat tanya, rumusan harus jelas dan berisi
implikasi adanya data untuk memecahkan atau menyelesaikan masalah, rumusan
masalah juga harus merupakan dasar dalam membuat hipotesa dan menjadi dasar
bagi judul suatu kegiatan penelitian.
Langkah berikutnya perumusan hipotesis. “Hypo” artinya dibawah dan
“thesa” artinya kebenaran. Dalam bahasa Indonesia dituliskan hipotesa, dan
berkembang menjadi hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara atau
dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan
dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
Pendapat lain mengatakan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara atas
pertanyaan penelitian yang diajukan terhadap masalah yang telah dirumuskan.21
Oleh karena itulah, suatu hipotesis mesti dikembang dari suatu teori terpercaya. Jika
hipotesis itu telah teruji oleh data empirik dan ternyata benar, maka jadilah hipotesa
itu menjadi teori atau tesis. Karena berdasarkan isi dan rumusannya hipotesis dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu jenis hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol
(Ho).
Hipotesis alternatif atau hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan
antara dua variabel atau lebih, atau menyatakan adanya perbedaan dalam hal
tertentu pada kelompok yang berbeda. Sedangkan hipotesis nol (Ho) adalah
9. 9
kebalikan dari hipotesis alternatif, yaitu menyatakan tidak adanya hubungan atau
tidak adanya perbedaan antara dua variabel atau lebih.
Namun biasanya dalam penelitian deskriptif biasanya hipotesis bertujuan untuk
membuat deskripsi mengenai hal yang diteliti, bukan bertujuan untuk menguji
hipotesis.
Setelah perumusan hipotesis langkah selanjutnya adalah pengujian
hipotesis. Pengujian hipotesis merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan
dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta
yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.23
Setiap hipotesis dapat diuji
kebenarannya tentu saja dengan menggunakan bukti-bukti empiris serta teknik
analisis yang secermat mungkin, karena dengan demikian halnya, maka suatu
hipotesis akan menentukan arah dan fokus upaya pengumpulan dan penganalisaan
data.
Jadi hipotesis adalah usaha untuk mengumpulkan bukti-bukti yang relevan
dan berhubungan serta mendukung terhadap hipotesis yang telah diajukan sehingga
bisa teruji kebenaran hipotesis tersebut atau tidak dan hal ini sangat penting untuk
dilakukan karena tanpa ada proses pengujian hipotesis dalam sebuah penelitian
akan sulit penelitian tersebut dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.
Langkah terakhir dalam kerangka berpikir ilmiah adalah penarikan
kesimpulan. Kesimpulan merupakan salah satu faktor yang penting dalam sebuah
proses penelitian, kenapa demikian, karena dengan kesimpulan yang ada dalam
suatu penelitian akan menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian.
Kesimpulan itu berupa natijah hasil dari penafsiran dan pembahasan data yang
diperoleh dalam penelitian, sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan dalam
perumusan masalah.
Sedangkan menurut Suharsimi bahwa suatu kesimpulan bukan suatu karangan dari
pembicaraan-pembicaraan lain, melainkan hasil proses tertentu “menarik”, dalam
arti “memindahkan” sesuatu dari suatu tempat ke tempat lain.
Menarik sebuah kesimpulan dalam suatu kegiatan penelitian tidak boleh
sembarangan tanpa ada suatu data atau fakta yang ada dan diperoleh dalam kegiatan
penelitian. Jadi sebuah kesalahan yang fatal apabila penarikan kesimpulan tanpa
10. 10
dilandasi dan berdasarkan data atau fakta yang telah diperoleh, apalagi hanya
berdasarkan interpretasi dan opini seorang peneliti.
Seharusnya kesimpulan itu menjawab permasalahan yang ada dalam
kegiatan penelitian, sehingga antara hipotesis, permasalahan sangat berhubungan
erat dengan kesimpulan. Maksudnya adalah penarikan kesimpulan tidak akan jelas,
jika tidak ada data dan fakta yang menjawab sementara dari persoalan atau
permasalahan yang telah ditentukan, yang sering disebut dalam istilah penelitian
dengan hipotesis. Sehingga terlihat dengan jelas hubungan antara permasalahan,
hipotesis dan kesimpulan.
11. 11
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berpikir ilmiah merupakan cara berpikir yang memiliki dan menggunakan
cara dan aturan tertentu dimulai dari adanya sebuah masalah sampai pada langkah
terakhir dengan sebuah penarikan kesimpulan
Tidak semua berpikir bisa dikatakan berpikir ilmiah, karena bagaimanapun
juga berpikir ilmiah harus menggunakan metode atau cara serta aturan tertentu
yang telah ditetapkan. Setiap manusia berhak untuk berpikir namun hanya manusia
yang memiliki ilmu pengetahuanlah yang bisa berpikir baik rasional dan kritis
dalam memahami dan memecahkan permasalahan
Proses berpikir ilmiah itu melalui beberapa tahapan atau rangkaian
kerangka berpikir ilmiah, dengan menggunakan pedoman atau kerangka berpikir
ilmiah tentunya akan menghasilkan suatu pengetahuan yang berguna bagi manusia
lainnya atau masyarakat pada umumnya, bukankah orang yang paling bermanfaat
di muka bumi adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.
Dengan fungsinya manusia sebagai khalifah fil ardi maka untuk mengawal
alam jagad raya ini manusia harus memaksimalkan otak dan pikirannya didalam
memikirkan dan manalar sesuatu dengan pedoman, acuan atau kerangka berpikir
ilmiah. Sehingga bisa menjaga alam jagad raya ini dengan baik dan benar.
12. 12
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Yogyakarta : Rineka Cipta, 1992.
Arifin, Tatang. M. Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo Persada,
1995
Bisri, Cik Hasan, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan
Skripsi, Jakarta : Logos 1998.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, 1991.
Faisal, Sanafiah, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya : Usaha Nasional,
1982.
Hasan, Chalijah, Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan, Jakarta : Al Ikhlas, 1994.
Narbuko, Cholid, Metode Penelitian, Jakarta : Bumi Aksara, 1997.
Nazir, Moh, Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983.
Poespoprodjo, W., Logika Scientifika Pengantar Dialektika dan Ilmu, Bandung :
Pustaka Grafika, 1999.
Sudjana, Nana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Bandung : Sinar Baru, 1991.
Suseno, Slameto, Teknik Penulisan Ilmiah Populer, Jakarta : Gramedia, 1986.
Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan, 1996.