1. MATERI KULIAH MPS I
OLEH: TAUFIQ HIDAYAT,S.Sos.,M.Si
KONTRAK PEMBELAJARAN:
1. AWAL TATAP MUKA, MEMBANGUN KOMETMEN ANTARA DOSEN
DAN MAHASISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN.
2.SETIAP PEMBELAJARAN, DOSEN MENYIAPKAN HAND OUT BERTOPIK
UNTUK KONSUMSI MAHASISWA DENGAN STANDARISASI SAP.
3.DALAM PROSES PEMBELAJARAN, HAK DAN KEWAJIBAN DOSEN DAN
MAHASISWA DIPOSISIKAN DAN DIKONDISIKAN: Waktu jam masuk,
pakaian (etika dalam proses belajar)
4.METODIKA
PEMBELAJARAN
MELALUI
TATAP
MUKA/
INSTRUKSIONAL,
DIALOG
INTERAKTIF AKOMODATIF,
CASE
CONFRENCE, SEMINAR KLELAS DAN PENILAIAN (ASSESSMENT).
5.MELAKSANAKAN TUGAS, UTS, UAS DAN ABSENSI SAMPAI AKHIR
PROSES PEMBELAJARAN.
6. TIDAK ADA DUSTA DIANTARA KITA .

3. INDIKATOR KEBERHASILAN ( TPK)
MAMPU :
1.MENJELASKAN PENGERTIAN STUDI PENELITIAN KUANTITATIF/KUALITATIF
DAN PENCARIAN KEBENARAN.
2.MENGURAIKAN BEBERAPA JENIS DAN FORMAT PENELITIAN SERTA RUANG
LINGKUP PENELTIAN SOSIAL.
3.MENJELASKAN DAN MEMAHAMI LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN SOSIAL.
4.MENJELASKAN DAN MEMAHAMI PARADIGMA PENELITIAN KUANTITITATIF
DAN KUALITATIF.
5.MENGURAIKAN, MEMAHAMI DAN MEMPERAKTEKKAN MEMILIH MASALAH
DAN TOPIK PENELITIAN.
6.MENJELASKAN, MEMAHAMI METODE PENELITIAN KUANTITATIF DAN
KUALITATIF BERDASARKAN KARATERISTIKNYA.
7.MENJELASKAN,MEMAHAMI DAN MEMPERAKTEKKAN ANALISA KUANTITATIF
DAN KUALITATIF BERDASARKAN KARATERISTIKNYA.
8.MEMBUAT POKOK-POKOK PENTING LAPORAN PENELITIAN.
9.MEMAHAMI DAN MEMPERAKTEKAN HAL-HAL YANG PENTING DIPERHATIKAN
DALAMPEMBUATAN LAPORAN.
3

4. EKSISTENSI DAN DEFINISI PENELITIAN
• EKSISTENSI PENELITIAN HANYALAH ALAT YAKNI PERANGKAT
METODOLOGI YANG DIGUNAKAN UNTUK PEMBUKTIAN SEGALA MACAM
DORONGAN INGIN TAHU. KARENA ITU, DAPAT DIPASTIKAN SEMUA
ORANG PERNAH MELAKUKAN PENELITIAN.
• PENELITIAN ADALAH SUATU USAHA YANG SISTEMATIS UNTUK
MENJAWAB SUATU PERTANYAAN ATAU MASALAH YANG DIPERLUKAN
JAWABANNYA. JADI DALAM DEFINISI TERSEBUT TERDAPAT TIGA KUNCI
YAKNI PERTANYAAN ATAU MASALAH, PENDEKATAN SISTEMATIS, DAN
JAWABAN.
Penelitian juga dapat diartikan sebagai usaha manusia yang
dilakukan secara sadar dan terencana dengan pentahapan
secara sistematik untuk : memecahkan masalah dan menjawab
pertanyaan praktis di lapangan, atau menambah khasanah ilmu
pengetahuan, baik berupa penemuan teori-teori baru atau
penyempurnaan teori-teori yang sudah ada.

5. ILMIAH DALAM PENELITIAN DAN TUGAS ILMU
• ILMIAH
1. ILMIAH: upaya untuk memperoleh kebenaran lewat
pendekatan/penelitian.
2. PENELITIAN ILMIAH: penelitian yang sistematik dan terkontrol
berdasar atas data emperik, obyektif dan tidak bias.
• NON ILMIAH:
1. AKAL SEHAT (COMMON SENSE) yaitu menyusun dan membuat
generalisasi atas fenomena dengan menggunakan akal sehat.
2. PRASANGKA (PRESUMPTION) yaitu memperoleh pengetahuan
dengan membuat generalisasi yang sangat luas sehingga timbul
sangkaan/dugaan kebenaran atas suatu fenomena.
• TUGAS ILMU: 1. untuk mencandra/membuat deskripsi; 2. untuk
menerangkan/eksplanasi; 3. untuk menyusun teori; 4. untuk
membuat prediksi,estimasi, dan proyeksi; 5. untuk melakukan
pengendalian.

6. KRITERIA KEBENARAN
KOHERENSI
PRAGMATIS
Logika Deduktif
*Plato
* Aristoteles
Suatu pernyataan dianggap benar apabila
Pernyataan itu koheren/konsisten dengan
Pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
Misalnya: “Semua manusia pasti akan mati.
Si Fulan adalah manusia dan pasti akan mati.”
KORESPONDENSI
Logika Induktif
*Bertrand Russel
Logika Pragmatis
* Charles Pierse
Suatu pernyataan adalah benar bila
pernyataan itu berkorespondensi dengan
Obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut
Misalnya: “Ibu kota RI adalah Jakarta.”
Ini adalah suatu pembuktian secara emperik
dalam bentuk pengumpulan fakta-fakta yang
mendukung pernyataan tertentu.
Suatu pernyataan
adalah benar bila
pernyataan atau
konsekuensi dari
pernyataan itu
mempunyai kegu
naan praktis da
lam
kehidupan
manusia. Misalnya
“Dengan
diberi
ganjaran/hadiah
si murid akan
termotivasi
belajar
dengan
baik”

7. SIFAT PENELITIAN
1. CERMAT. PARAPENGAMAT ILMIAH BERUSAHA MENYAKINKAN BAHWA KESIMPULAN DARI HASIL
OBSERVASI DI LAPANGAN TIDAK TERGESA-GESA DITARIK.
2. TEPAT. APABILA KECERMATAN MENGACU KEPADA KEBENARAN SUATU PERNYATAAN, MAKA
KETEPATAN MENGACU PADA DERAJAT ATAU PENGUKURAN. “SAYA TELAH MEWAWANCARAI
BANYAK ORANG DAN KEBANYAKAN DARI MEREKA MERASAKAN BAHWA KEADAAN SANGAT
BURUK”. PERNYATAAN INI BELUM DAPAT DIKATAKAN SEBAGAI HASIL PENELITIAN ILMIAH, KARENA
PENELITIAN ILMIAH HARUSLAH TEPAT, DAN MENGHINDARKAN GAYA PENULISAN SEPERTI KARYA
SASTRA YANG INDAH DAN BERLEBIH-LEBIHAN.
3. SISTEMATIS. KESIMPULAN YANG DIDASARKAN KEPADA PENGINGATAN SEPINTAS TIDAKLAH DAPAT
DIANDALKAN. PENELITIAN TIDAK AKAN TERATUR DAN LENGKAP APABILA TIDAKDILAKSANAKAN
DALAM SUATU PROGRAM YANG TERORGANISASI DAN SISTEMATIS.
4. DICATAT. SULIT UNTUK MEMPERCAYAI SUATU KESIMPULAN YANG DIDASARKAN KEPADA
SUATUDATA YANG TIDAK TERCATAT, KECUALI APABLILA IA MENGATAKAN BAHWA BERDASARKAN
PERHITUNGAN SKOR.
5. BERSIFAT OBJEKTIF. PENELITIAN TIDAK BOLEH DIPENGARUHI OLEH KEPERCAYAAN/ KEYAKINAN
PILIHAN, HARAPAN SERTA NILAI-NILAI DARI PENGAMAT SENDIRI.ARTINYA KESANGGUPAN
MELIHAT DAN MENERIMA FAKTA SEBAGAIMANA ADANYA, BUKAN SEBAGAIMANA DIHARAPKAN
TERJADI.
6. DILAKUKAN OLEH ORANG TERLATIH (MEMILIKI KOMPETENSI) ATAU BERKEMANPUAN. ARTINYA,
MAMPU MENGGUNAKAN METODE DAN TEKNIK PENELITIAN TERTENTU. SEPERTI MEMILIH
METODE YANG TEPAT SESUAI TOPIK ATAU MASALAH YANG MENJADI ACUAN PENELITIAN.
CONTOH, PENELTIAN KENAKALAN REMAJA (METODE PENGUMPULAN DATA DILAKUKAN DENGAN
WAWANCARA DAN OBSERVASI.

8. JENIS PENELITIAN
PENELITIAN DIPANDANG DARI CARA PEMBAHASANNYA
• PENELITIAN DESKRIPSI. PENELITIAN INI HANYA MELUKISKAN, MEMAPARKAN,
MELUKISKANDAN MELAPORKAN SUATU KEADAAN,SUATU OBJEK ATAU SUATU
PERISTIWA FAKTA APA ADANYA, DAN BERUPA PENGUNGKAPAN FAKTA.
• PENELITIAN INFRERENSIAL. PENELITI TIDAK HANYA MELUKISKAN PERISTIWA
SAJA TETAPIJUGA MENARIK KESIMPULAN UMUM DARI MASALAH YANG
SEDANG DITELITI/DIBAHAS. KESIMPULAN, DAPAT DIJADIKAN DASAR DEDUKTIF
DAN DASAR PREDIKTIF UNTUK MEMPERKIRAKAN PERISTIWA-PERISTIWA YANG
AKAN DATANG, SERTA MEMIKIRKAN BERBAGAI TINDAKAN PRAKTIS PADA
WAKTU YANG AKAN DATANG.
PENELITIAN DITINJAU DARI SEGI TUJUAN UTAMANYA
• PENELITIAN DASAR ATAU PENELITIAN MURNI. INI BERTUJUAN UNTUK
MENEMUKAN GENERALISASI ATAU BERUSAHA MENEMUKAN TEORI/DALILDALIL YANG BERLAKU UMUM. CONTOH EINSTEIN, YANG MENEMUKAN TEORI
RELATIVITAS.
• PENELITIAN TERAPAN. INI DIARAHKAN UNTUK KEPENTINGAN PRAKTIS
DIBIDANG
KEHIDUPAN
SEHARI
HARI.
TUJUANNYA
UNTUK
MENGATAS/MEMECAHKAN MASALAH YANG SEDANG DIHADAPI MANUSIA.

9. PARADIGMA
George Ritzer mengartikan paradigma sebagai apa yang harus
dipelajari, persoalan-persoalan apa yang mesti dipelajari,
bagaimana seharusnya menjawabnya, serta seperangkat aturan
tafsir sosial dalam menjawab persoalan-persoalan tersebut.
Secara sederhana paradigma diartikan sebagai “How to see the
Word” yakni semacam kaca mata untuk melihat, memaknai,
menafsirkan masyarakat atau realitas sosial.
Paradigma penelitian diartikan sebagai pandangan atau model,atau
pola pikir yang dapat menjabarkan berbagai variable yang akan
diteliti kemudian membuat hubungan antara suatu variable
dengan variable yang lain, sehingga akan mudah dirumuskan
masalah masalah penelitiannya, pemilihan teori yang relevan,
rumusan hipotesis yang diajukan,metode/strategi penelitian,
instrument penelitian, teknik analisa yang akan digunakan serta
kesimpulan yang diharapkan. (Dalam Sugiyono, 2001)

10. IDE DASAR TEORI DALAM PARADIGMA
RITZER (1992), IDE DASAR SEMUA TEORI DALAM PARADIGMA
DEFINISI SOSIAL SEBENARNYA BERPANDANGAN BAHWA MANUSIA
ADALAH AKTOR YANG KREATIF DARI REALITAS SOSIALNYA.
ARTINYA, TINDAKAN MANUSIA TIDAK SEPENUHNYA DITENTUKAN
OLEH NORMA-NORMA, KEBIASAAN-KEBIASAAN, NILAI-NILAI.
KESEMUANYA ITU TERCAKUP DALAM FAKTA SOSIAL YAKNI
TINDAKAN YANG MENGGAMBARKAN STRUKTUR DAN PRANATA
SOSIAL.
PENJELASAN ONTOLOGI (CABANG ILMU FILSAFAT YANG
MEMPELAJARI KEHIDUPAN) PARADIGMA KONSTRUKTIVIS,
REALITAS MERUPAKAN KONSTRUKSI SOSIAL YANG DICIPTAKAN
OLEH INDIVIDU.
KEBENARAN SUATU REALITAS SOSIAL BERSIFAT NISBI YANG
BERLAKU SESUAI KONTEKS SPESIFIK YANG DINILAI RELEVAN OLEH
PELAKU SOSIAL (HIDAYAT, 1999).

11. TUJUAN IDE DASAR TEORI DALAM PARADIGMA DAN MEMAHAMI GEJALA SOSIAL
Tujuan:
(1) Menerangkan perbedaan antara teori ilmiah dengan penalaran sehari-hari.
(2) Menerangkan bagaimana riset ilmiah berkaitan dengan teori.
(3) Menerangkan apa yang bisa dan apa yang tidak bisa dilakukan oleh ilmu sosial.
GEJALA SOSIAL
• Manusia adalah makhluk multi dimensional meliputi dimensi individual, sosial, dan
makhluk moral. Ketiga dimensi tersebut bisa dibedakan, namun dalam membentuk
eksistensi manusia tidak terpisah satu dengan lainnya. Dimensi individual menunjukkan
bahwa manusia adalah makhluk yang mampu menyadari keberadaan dirinya sendiri dan
bertanggung jawab secara pribadi terhadap dirinya itu. Dimensi sosial manusia berupa
kesadaran bahwa eksistensi seorang individu tidak akan ada artinya tanpa eksistensi
individu lainnya dalam bentuk kelompok manusia. Dimensi moral menunjukkan
kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya, yakni manusia
menyadari bahwa eksistensi kehidupannya tidak hanya berada dalam dimensi
kesendirian ataupun kekelompokannya (hewanpun seperti itu), namun juga memiliki
seperangkat tata-nilai (values) yang turut menentukan kualitas hidupnya. Tata-nilai itu
menurut ilmu filsafat meliputi logika (tata-nilai “benar” atau “salah”), etika (tata-nilai
“pantas” atau “tidak pantas”), dan estetika (tata-nilai “indah” atau “tidak indah”).
Adapun hewan dan makhluk hidup lainnya tidak memiliki perangkat tata-nilai tersebut,
atau dengan kata lain tidak mempunyai “daya pilih” atau daya seleksi dalam
menentukan kualitas kehidupannya.

12. LANJUTAN
• Salah satu dimensi yang harus difahami oleh manusia adalah
dimensi sosial, tanpa melepaskan hubungan imanen (melekat)–
nya dengan dimensi-dimensi lainnya.
• Mempelajari dimensi sosial manusia berarti menekankan
perhatian
pada
aspek
manusia
dalam
kerangka
kekelompokannya dengan manusia lain, tanpa mengabaikan
hubungan dan saling pengaruh dan mempengaruhinya dengan
dimensi lainnya tersebut.
• Untuk memahami “gejala sosial” kita akan melihat contoh
berikut:
Contoh-contoh “gejala sosial” yang lain: keluarga, kerabat, suku,
marga, koperasi, klub sepakbola, ensemble(n: 1. sekumpulan
teman musik yang bermain bersama-sama (lebih kecil dari
orkestra); 2. stel pakaian) musik atau orkes, peperangan, partai
politik, parlemen, migrasi .

13. ILMU-ILMUSOSIAL
ILMU-ILMU SOSIAL
Menurut Ensiklopedia Encarta, pengertian “ilmu-ilmu sosial” adalah sebagai berikut:
Social Sciences are academic disciplines concerned with the origin and development
of human society, and the institutions, relationships, and ideas involved in social life.
Included in the social sciences are anthropology, archaeology, sociology, political
science, economics, history and histography, law, psychology, criminology, and social
psychology. (Artinya, ilmu-ilmu sosial adalah sejumlah disiplin akademis yang
menekankan perhatian utama pada asal-usul dan perkembangan masyarakat manusia,
dan lembaga-lembaga, hubungan-hubungan, serta gagasan-gagasan yang terdapat
dalam kehidupan sosial. Yang termasuk ke dalam disiplin ilmu-ilmu sosial yakni
Antropologi Sosial, Arkeologi, Sosiologi, Ilmu Politik, Ekonomi, Sejarah dan
Histografi, Hukum, Psikologi, Kriminologi, dan Psikologi Sosial).
JAGAD ILMU SOSIAL
Antropologi Sosial, Arkeologi, Sosiologi, Ilmu Politik, Ilmu-ilmu Sosial, Ekonomi,
Sejarah dan Historiografi, Hukum, Psikologi, Kriminologi, Psikologi Sosial.
Dunia Ilmu Sosial mengalami perdebatan mengenai apakah ilmu sosial itu
bisa dipelajari secara ilmiah sebagaimana ilmu alam. Bahkan beberapa
ilmuwan masih meragukan apakah studi sosial itu sebuah ilmu?

14. TUJUAN PENELITIAN ADALAH;
• UNTUK MEMPEROLEH SUATU JAWABAN DARI SUATU MASALAH
SECARA OBJEKTIF.
• MEMECAHKAN MASALAH, MENGUJI KEBENARAN SUATU TEORI,
DAN BERUSAHA UNTUK MENEMUKAN PENGATAHUAN BARU.
• MEMBERIKAN TAMBAHAN PENGETAHUAN BAIK KEPADA
PENELITI ITU SENDIRI MAUPUN KEPADA PEMBACA LAPORAN
PENELITIAN.
• MENERIMA ATAU MENOLAK SUATU PENDAPAT, MENJELASKAN
SIFAT-SIFAT SUATU GEJALA YANG ADA DI ALAM SEMESTA ATAU
MASARAKAT UNTUK MENCAPAI TUJUAN PRIBADI MAUPUN
UNTUK MASARAKAT DAN UNTUK MENSEJAHTERAKAN
MASARAKAT.
• MENJELASKAN SESUATU YANG TIDAK JELAS, MENEMUKAN
SEBAB SUATU MASALAH DAN MENCARI PENYELESAIAN
TERHADAP SUATU MASALAH.

15. LANJUTAN
• MENYUSUN INSTRUMEN PENELITIAN. KEGIATAN INI
MERUPAKAN SEPERANGKAT ALAT PEREKAM DATA
PENELITIAN.
• PENGUMPULAN DATA. KEGIATAN INI UNTUKMENEMUKAN
ATAU MEREKAM INFORMASI,BAIK PRIMER MAUPUN
SEKUNDER DARI SUATU OBJEK.
• PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA. KEGIATAN MENGOLAH
INFORMASI (DATA) YANG BARU DIREKAM,LALU DIANALISIS.
• MELAPORKAN HASIL PENELITIAN.

16. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam melakukan penelitian adalah ;
1. Memilih masalah. Penelitian selalu dimulai dengan suatu pertanyaan yang menyangkut persoalan
yang cukup penting untuk dijadikan masalah penelitian. Masalah penelitian harus merupakan suatu
persoalan yang dapat dijawab melalui penyelidikan ilmiah. Selain itu, masalah harus juga
merupakan persoalan yang belum ada jawabannya atau yang belum pernah diteliti oleh orang lain.
Disamping itu masalah tersebut harus dapat dijawab dalam arti ada data yang diamati dan
dikumpulkan dan data tersebut harus dapat dianalisis. Pada dasarnya masalah adalah suatu
kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan kenyataan yang ada dilapangan.
2. Studi pendahuluan. Setelah suatu masalah dipilih untuk diteliti, sebelumnya perlu diadakan suatu
studi pendahuluan dengan mempelajari kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah yang
akan diteliti. Studi pendahuluan juga dimaksudkan untuk mencari informasi yang diperlukan oleh
peneliti agar masalahnya menjadi lebih jelas kedudukannya.
3. Merumuskan masalah. Apabila telah diperoleh informasi yang cukup, maka masasalah yang akan
diteliti tersebut dirumuskan dengan kalimat yang jelas sehingga arah dari penelitian tersebut jelas.
Biasanya masalah penelitian dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
4. Merumuskan anggapan dasar atau asumsi. Asumsi adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh
peneliti yang akan dijadikan sebagai tempat berpijak bagi peneliti didalam melaksanakan penelitian.
4a. hipotesis. Jika asumsi merupakan dasar pemikiran yang memungkinkan kita mengadakan penelitian
tentang masalah, maka hipotesis merupakan jawaban sementara masalah yang telah dirumuskan
oleh peneliti, tetapi masih harus dibuktikan kebenaranya. Hipotesis merupakan suatu arah yang
memandu peneliti untuk menentukan arah selanjutnya. Tidak semua penelitian memerlukan
hipotesis. Hanya penelitian yang meneliti adanya hubungan antar variabel yang memerlukan
hipotesis.

17. PENGERTIAN TEORI, PROPOSISI,KONSEP, KONSTRUK,ASUMSI, VARIABEL, HPOTESIS
•
•
•
•
•
•
•
TEORI; (1) serangkaian asumsi,konsep, konstruk, definisi dan proposisi untuk
menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antar konsep (Kerlinger,1973:9). (2) Seperangkat proposisi yang berhubungan
secara logis dan dinyatakan secara sistematis, yang menggambarkan dan menjelaskan
seperangkat gejala emperis (Johnson,1986).
PROPOSISI: Hubungan yang logis antara dua konsep atau lebih (Singarimbun dan
Efendi,Eds. ;1989:39).
KONSEP: Kata (atau pernyataan simbol lainnya) yang menunjuk pada gejala atau
sekelompok gejala (Johnson,1986:35; Kerlinger,1990: 48; Singarimbun dan Effendi,
Eds.,1989:33).
KONSTRUK: Konsep yang memiliki tingkat abstraksi yang lebih tinggi (Kerlinger,1990).
ASUMSI: Seperangkat pernyataan yang menggambarkan keadaan yang valid dimana
suatu teori bisa diterapkan. Pernyataan tersebut tidak untuk di uji karena diakui bahwa
pernyataan itu dapat benar pada situasi tertentu, tetapi tidak benar pada situasi yang
lain (Nan Lin, 1976:17).
VARIABEL: (1) sesuatu yang mempunyai variasi nilai (Singarimbun dan Effendi, Eds.,
1989: 42); (2) Simbol atau lambang yang padanya kita letaktkan bilangan atau nilai
(Kerlinger,1990: 49).
HIPOTESIS : Pernyataan dugaan (conjectural) tentang hubungan antara dua variabel
atau lebih (Kirlinger, 1990: 30).

18. CONTOH PERUMUSAN MASALAH DAN HIPOTESIS
MASALAH:
Mengapa perilaku agresif lebih menonjol pada suatu lingkungan
masarakat tertentu dibandingkan lingkungan masarakat lainnya?
TEORI: Agresi
PROPOSISI:
Frustasi menyebabkan tindakan anggresif.
1. HIPOTESIS (RELASIONAL EKSPLISIT): Tindakan agresif lebih tinggi
pada kelompok masarakat yang memiliki tingkat kepadatan
penduduk yang tinggi dari pada yang memiliki tingkat kepadatan
rendah.
2. HIPOTESIS (RELASIONAL IMPLISIT): Tindakan agresif lebih tinggi
pada masarakat yang memiliki tingkat kepadatan tinggi.

19. LANJUTAN CONTOH PERUMUSAN HIPOTESIS
•
(1)
(2)
•
(1)
(2)
HIPOTESIS NOL:
Tidak terdapat perbedaan tindakan agresif antara masarakat yang memiliki tingkat
kepadatan penduduk yang tinggi dengan masarakat yang memiliki tingkat
kepadatan penduduk yang rendah.
(2) Bila persepsi tentang sikap kelompok panutan dikontrol, tidak ada perbedaan
yang signifikan antara pasangan yang memiliki pekerjaan berpenghasilan tetap
dengan berpenghasilan tidak tetap dalam persepsi tentang nilai ekonomis
anak,norma keluarga kecil, persepsi tentang manfaat kontrasepsi modern, dan
dalam niat menggunakan serta perilaku kontrasepsi modern.
HIPOTESA KERJA:
Terdapat perbedaan tindakan agresif antara masarakat yang memiliki tingkat
kepadatan penduduk yang tinggi dengan masarakat yang memiliki tingkat
kepadatan penduduk yang rendah.
Bila persepsi tentang sikap kelompok panutan dikontrol, maka ada perbedaan
yang signifikan anatara pasangan yang memiliki pekerjaan berpenghasilan tetap
dengan berpenghasilan tidak tetap dalam persepsi tentang nilai ekonomis anak,
norma keluarga kecil.

20. LANJUTAN PERUMUSAN HIPOTESIS
•
•
•
HIPOTESIS DESKRIPTIF:
50 persen akseptorkontrasepsi modern menggunakan IUD dan 36 persen
suami akseptor kontrasepsi moderen adalah pegawai negeri.
HIPOTESIS MULTIVARIAT:
Bila persepsi tentang sikap kelompok panutan dikontrol, suami istri yang
memiliki pekerjaan berpenghasilan tetap mempunyaipersepsi yang
rendah terhadap nilai ekonomis anak,dan karena itu cendrung untuk lebih
menerima norma keluarga kecil. Hal ini menyebabkan persepsi mereka
yang tinggi tentang manfaat penggunaan kontrasepsi modern, sehingga
niat serta penggunaan kontrasepsi modern mereka relatif lebih tinggi bila
dibandingkan dengan suami istri yang memiliki pekerjaan berpenghasilan
tidak tetap.
HIPOTESIS KERJA DAN HIPOTESIS NOL:
Agar dapat diuji secara statistik diperlukansuatu hipotesis
untukmembandingkan hipotesis kerja. Bentuknya hipotesis nol, yang
merupakan formulasi terbalik dari hipotesis kerja.

21. Perbedaan diantara Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Kuantitatif
1. Uji hipotesis dimana peneliti
memulai.
2. Konsep dalam bentuk variabel
berbeda.
3. Pengukuran
secara
sistematis
dibuat sebelum pengumpulan data
dan distandardisasikan.
4. Data dalam bentuk angka dari
pengukuran yang tepat.
5. Teorinya adalah sebab‐akibat dan
deduktif.
6. Prosedur adalah standar, dan
pengulangan diperhatikan.
7. Analisa dilakukan dengan memakai
statistik, tabel, atau bagan serta
membahas
bagaimana
memperlihatkan hubungan dengan
hipotesis.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kualitatif
Menangkap dan menemukan arti ketika peneliti
menjadi terbenam dalam data.
Konsep dalam bentuk tema, motif, generalisasi,
dan taksonomi (artinya Klasifikasi atau
penggolongan yang teratur dan bernorma
mengenai organisme‐organisme ke dalam
katagori‐katagori yang tepat (Yunani: Taxa),
dengan penerapan nama‐nama yang sesuai dan
benar disebut taksonomi .
Pengukuran dibuat dalam cara adhoc (Latin:
khusus untuk suatu tujuan) dan seringkali khusus
terhadap pengaturan individu atau peneliti.
Data dalam bentuk kata dan gambar dari
dokumen, pengamatan, dan transkrip.
Teori dapat berupa sebab‐akibat atau bukan
sebab‐akibat dan sering berupa induktif.
Prosedur penelitian adalah khusus, dan
pengulangan sangat jarang.
Analisa dilakukan dengan mengekstraksi tema
atau generalisasi dari bukti dan pengaturan data
untuk memaparkan gambar yang koheren,
konsisten.

22. PENGAJARAN DALAM PENELITIAN
INGAT, TAK ADA PENGAJARAN TANPA PENELITIAN DAN PENELITIAN TANPA PENGAJARAN; YANG
SATU MENEMPATI TUBUH YANG LAIN. SAYA HARUS MENCARI (SEARCH) DAN MENCARI ULANG
(RE‐SERCH). KARENA SAYA MENCARI, KARENA SAYA BERTANYA, DAN KARENA SAYA
MENYERAHKAN DIRI KEPADA KESANGSIAN. SAYA MENELITI, KARENA SAYA MEMPERHATIKAN
BANYAK HAL, MENYADARI AKAN KEBERADAAN MEREKA.
BERPIKIR DENGAN TEPAT, DALAM PENGERTIAN KRITIS, MERUPAKAN SARAT YANG DITENTUKAN OLEH
IRAMA LINGKARAN KESANGSIAN YANG BERKEMBANG MENJADI APA YANG SAYA SEBUT
‘KEINGINTAHUAN EPISTEMOLOGIS’. KEINGINTAHUAN YANG SEDERHANA, YANG TAK DIRAGUKAN
LAGI MENGHASILKAN PENGETAHUAN (MESKI TIDAK TEPAT SECARA METODOLOGIS) YANG
DIGOLONGKAN SEBAGAI PENGETAHUAN ‘AKAL SEHAT’ .
SELARAS BERPIKIR BENAR ADALAH KEMAUAN UNTUK MENANGGUNG RESIKO, UNTUK MENYAMBUT
YANG BARU, YANG TAK DAPAT DITOLAK DENGAN MUDAH KARENA KEBARUANNYA, TAK ADA YANG
LAIN SELAIN YANGLAMA PERLU DIBUANG KARENA SECARA KRONOLOGIS HAL ITU TIDAKLAGI BARU.
SETARA BERPIKIR BENAR ADALAH TIDAK RAGU‐RAGU MENOLAK SETIAP BENTUK DISKRIMINASI YANG
MANAPUN.
BERPIKIR DENGAN CEPAT ADALAH DENGAN KATA‐KATA LAIN, BUKAN TINDAKAN TERISOLASI ATAU
SESUATU YANG MENDEKATI ISOLASI, MELAINKAN TINDAKAN KOMUNIKASI.
TAK ADA BERPIKIR BENAR TANPA PEMAHAMAN, DAN PEMAHAMAN INI, DARI SUDUT PANDANG CARA
BERPIKIR YANG TEPAT, BUKAN SESUATU YANG DIALIHKAN MELAINKAN SESUATU YANG SECARA
MENDASAR MERUPAKAN PROSES KO‐PARTISIPASIPAN.
TINDAKAN CARA BERPIKIR YANG TEPAT TIDAK ‘MENTRANFER ‘,’MENYIMPAN’,’MENAWARKAN’, ATAU
’MENYUMBANGKAN’KEPADA YANG LAIN.

23. PENDEKATAN NATURALISTIK, FENOMENOLOGIS,
PASCAPOSITIVISTIK
1. NATURALISTIK. SUATU PENDEKATAN YANG MEMPUNYAI HARAPAN BESAR UNTUK
PENYELIDIKAN SOSIAL DAN PERILAKU PADA UMUMNYA DAN UNTUK EVALUASI KHUSUSNYA,
SERTA TIDAK MEMERLUKAN KERJASAMA DARI SUBJEK, TIDAK MEMBENARKAN KESADARAN
SUBJEK BAHWA IA SEDANG DIUKUR ATAU DIPERLAKUKAN DENGAN SESUATU CARA
KHUSUS,DAN TIDAKMERUBAH GEJALA YANG SEDANG DIUKUR.
2. FENOMENOLOGIS. MERUPAKAN AJARAN “TENTANG METODE FILSAFAT, DARI EDMUND
HUSSERT(1959‐1928), DAN TONGGAK ALIRAN TEORI INI DILETAKKAN OLEH MAX WEBER
(1864‐1920) YANG SANGAT MENEKANKAN PADA METODE VERSTEHEN (PENGHAYATAN,
PEMAHAMAN INTERPRETATIF) DALAM UPAYA MEMAHAMI TINGKAH LAKU MANUSIA.
DALAM PANDANGAN WEBER,TINGKAH LAKU MANUSIA YANG TAMPAK MERUPAKAN
KONSEKUENSI‐KONSEKUENSI DARI SEJUMLAH PANDANGAN ATAUDOKTRIN YANG “HIDUP
DIKEPALA” MANUSIA PELAKUNYA. (DIKUTIF DALAM SANAPIAH FAISAL).
3. PASCAPOSITIVISTIK. SALAH SATU PANDANGAN FILSAFAT YANG BERKEMBANG DARI
EMPERISME YANG MENGAGUNGKAN “SEMANGAT” PENELITIAN EKSPERIMENTAL‐
LABORATORIS DALAM MEMPELAJARI MASARAKAT. SEBAB MASARAKAT MANUSIA JUGA
DIANGGAP MEMPUNYAI SIFAT UNIVERSALITAS DAN MEKANISTIKSEBAGAIMANAHALNYA
OBJEK ILMU‐ILMU KEALAMAN, SEHINGGA DAPAT DIPECAHKAN KE DALAM VARIABEL‐
VARIABEL BISA DIUKUR DAN DIKUANTIFIKASIKAN, SERTA DAPAT SECARA ‘OBJEKTIF DAN
TERKENDALI” DIPERIKSA
HUBUNGAN SEBAB AKIBAT ANTARA VARIABEL, AGUSTE
COME(1998 – 1857). (DIKUTIF DALAM SANAFAH FAISAL).

24. ORIENTASI KULITATIF DAN KUANTITATIF TERHADAP PENELITIAN
Salah satu perbedaan di antara kedua gaya tersebut berasal dari sifat data yang ada. Soft data (data
lunak), dalam bentuk impresi, kata, kalimat, foto, simbol, dan sebagainya, mendiktekan strategi
penelitian dan teknik‐teknik pengumpulan data yang berbeda dibanding hard data (data keras),
dalam bentuk angka‐angka.
Perbedaan lainnya ialah bahwa para peneliti kualitatif dan kuantitatif seringkali memiliki asumsi yang
bervariasi tentang kehidupan sosial dan tujuan yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat
membuat alat yang digunakan oleh gaya yang lain menjadi tak sesuai atau tak relevan lainnya.
Hampir seluruh peneliti kuantitatif percaya pada metode positifis untuk ilmu sosial. Mereka mungkin
memanfaatkan perspektif teknokratik, menerapkan “reconstructed logic”, serta mengikuti alur
penelitian linear.
Mereka membicarakan bahasa “variabel dan hipotesis.” Para peneliti kuantitatif menekankan ke
tepatan pengukuran variabel serta menguji hipotesis yang terkait dengan penjelasan umum
sebab‐akibat. Sebaliknya para peneliti kualitatif sering percaya pada interpretif atau kritikal ilmu
sosial. Mereka lebih banyak menggunakan perspektif transenden, menerapkan “logic in
practice”, serta mengikuti alur penelitian nonlinear. Para peneliti kualitatif membicarakan
bahasa “kasus dan konteks.” Mereka menekankan pengaturan penelitian terhadap kasus secara
rinci yang muncul di dalam aliran alamiah kehidupan sosial. Biasanya mereka berusaha
memaparkan interpre tasi otentik yang peka dengan konteks historikal‐sosial te rtentu.
Menariknya, lebih banyak peneliti sosial wanita dibanding pria yang mengadopsi metode
kualitatif.
Para peneliti yang hanya memakai satu gaya saja selalu mengkomunikasikan dengan baik kepada
peneliti yang memakai gaya lain, namun bahasa serta orientasi gaya adalah saling menguntungkan.
Agar dapat memahami kedua gaya itu dibutuhkan waktu dan usaha lebih banyak sambil pula
melihat bagaimana keduanya dapat saling melengkapi .

25. DISAIN PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF
Para peneliti kuantitatif lebih menaruh perhatian pada
persoalan disain, pengukuran, serta pembuatan sampel
karena metode deduktif mereka menekankan pada
perencanaan terperinci sebelum pengumpulan data dan analisa.
DEDUKSI ADALAH SUATU KESIMPULAN YANG DITARIK DARI DATA ATAU
KESIMPULAN LAINNYA MELALUI PROSES PENALARAN
Para peneliti kualitatif lebih menaruh perhatian pada persoalan
pengayaan, tekstur, dan perasaan terhadap data kasar/mentah
oleh karena metode induktif mereka menekankan pada
pengembangan pengertian serta generalisasi diluar data yang telah
dikumpulkan.
INDUKSI ADALAH SUATU METODE YANG DIGUNAKAN DALAM
MEMBUKTIKANBAHWA SUATU PROPOSISI P(n) BENAR UNTUK SELURUH NILAI
n
PROPOSITION (DALIL). ISTILAH MODERN UNTUK TEOREMA. ISTILAH YANG
DIGUNAKAN DALAM LOGIKA SEPERTI DALAM ALJABAR PROPOSISI.

26. METODOLOGI
Dilihat dari segi metodologi, seluruh ilmu pengetahuan didasarkan
pada :
1. Pengamatan dan pengalaman manusia yang terus menerus; dan
pengumpulan data yang sistematis.
2. Analisis yang digunakan dalam bentuk berbagai cara ,antara lain;
a. analisa lasung [diretect analysis].
b. analisa perbandingan [comparative analysis].
c. analisa matematis dengan menggunakan model matematis .
3. Penyusunan model‐model atau teori ,serta pemuatan peramalan
– peramalan dengan menggunakan model itu .
4. Percobaan–percobaan untuk menguji ramalan – ramalan
tersebut,hasilnya mungkin salah.

27. METODE, LOGIKA DAN ANALISA
•
METODE ( ASAL KATA EROPA): CARA YANG TELAH TERATUR DAN TERPIKIR BAIK‐BAIK
UNTUK MENCAPAI SESUATU MAKSUD ATAU CARA MENYELIDIKI
• LOGIKA : CARA BERPIKIR MENURUT ATURAN TERTENTU.
• IDEALISME DARI LOGIKA : KEBENARAN DICARAI MELALUI INKUIRI RASIONAL
BERDASARKAN PENGALAMAN YANG MENDALAM.
• BERPIKIR RASIONAL : PROSES UNTUK MENDAPATKAN PEMAHAMAN DAN
PENGETAHUAN DENGAN MENGGUNAKAN AKAL BUDI
• RELISME DARI LOGIKA : MENCARI KEMAJUAN ILMIAH DAN TEKNOLOGI MELALUI
PENELITIAN ILMIAH.
• PRAGMATISME DARI LOGIKA : MENELITI KONSEKUENSI KELAKUAN DEMI
KEUNTUNGAN UMAT MANUSIA MELALUI PROSES ANALITIK DAN PENALARAN EMPERIK
(AFEKTIF)
• EKSISTENSIALISME DARI LOGIKA : BERUSAHA MEMAHAMI DORONGAN DAN MOTIVASI
INTERNAL MELALUI ANALISIS DIRI DAN INTROSPEKSI.
• ANALISA:
1. Dalam ilmu pasti adalah suatu kajian yang terorganisasi atau rangka prinsip‐prinsip yang
bersangkutan di dalam pemecahan atau metode matematis.
2. Pemisahan dari suatu keseluruhan ke dalam bagian‐bagian komponennya.
3. Pemeriksaan terhadap suatu keseluruhan untukmenyimak unsur dan hubungannya.

28. KEKETATAN METODOLOGIS
SALAH SATU TUGAS ESENSIAL PROSES MENGAJAR ADALAHMEMPERKENALKAN PELAJAR/
MAHASISWA PADA APA YANG DISEBUT “KEKETATAN METODOLOGIS”.
INGAT: APA YANG DISEBUT KEKETATAN METODOLOGIS BUKAN MILIK “SISTEM BANK”, YANG HANYA
MENYENTUH PERMUKAAN OBYEK ATAU MUATANNYA”.
KEINGIN TAHUAN METODOLOGIS, PENUH DENGAN KEHAUSAN UNTUK MENJELAJAHI BATAS-BATAS
KREATIVITAS, YANG GIGIH DALAM PENCARIAN, DAN BERANI SERTA
RENDAH HATI DALAM PETUALANGANNYA.
INGAT; TIDAK MUNGKIN MEMBACA SECARA KRITIS JIKA SESEORANG MEMPERLAKUKAN
KEINGINAN MEMBACA SEBAGAI HAL YANG SEOLAH MIRIP DENGAN KEGIATAN
MEMBELI BARANG SECARA BORONGAN. ARTINYA, MENYOMBONGKAN
TELAH MEMBACA DUA PULUH BUKU – DUA PULUH BUKU!
MEMBACA YANG SUNGGUH-SUNGGUH MENGISYARATKAN SUATU HUBUNGAN
DENGAN TEKS, YANG MENAWARKAN DIRINYA KEPADA SAYA DAN
KEPADA NYA -LAH SAYA MEMBERIKAN DIRI SAYA, DAN
MELALUI HUBUNGAN DASAR ITULAH SAYA
MENJALANI PROSES MENJADI SUBYEK.
SEWAKTU MEMBACA, SAYA TAK HANYA DITAWAN OLEH TEKS ITU SEOLAH TEKS ITU
SEMATA SEBUAH DOGMA DARI PENGARANGNYA.
SESUNGGUHNYA, ORANG YANG BERPIKIR ‘DENGAN TEPAT’, BAHKAN KETIKA IA BERPIKIR
DENGAN KELIRU, MERUPAKAN SYARAT MENGAJARKAN CARA BERPIKIR YANG ‘TEPAT’.

29. UJI INSTRUMEN PENELITIAN
INSTRUMEN PENELITIAN HARUS DIUJI AKURASINYA TERHADAP RESPONDEN.
UJI INI MERUPAKAN KEHARUSAN JIKA KITA INGIN MENGHINDARI
KEGAGALAN TOTAL DALAM PENGUMPULAN DATA. SEBUAH INSTRUMEN
PENELITIAN YANG TELAH DINYATAKAN SIAP PAKAI TETAPI BELUM DIUJI
COBA, MENGANDUNG BEBERAPA KELEMAHAN TERUTAMA PADA
PENGGUNAAN BAHASA, INDIKATOR,MAUPUN PENGUKURANNYA.
KADANG PENGGUNAAN BAHASA PENELITI DALAM INSTRUMEN DIANGGAP
KOMUNIKATIF, TETAPI JUSTRU MEMBINGUNGKAN RESPONDEN.
PERBEDAAN MENDASAR PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF
TERLETAK PADA FORMAT YAKNI UNTUK FORMAT PENELITIAN
KUANTITIF 80 % KEGIATANNYA DI RUMAH/KANTOR. SEDANGKAN
UNTUK FORMAT PENELITIAN KUALITATIF SEBALIKNYA.

30. TAHAP PENGUMPULAN DATA DALAM PENELITIAN KUALITATIF
•
•
•
•
TAHAP EKSPLORASI ATAU OBSERVASI UMUM. TAHAP INI DILAKUKAN UNTUK
MEMPEROLEH TRASPARANSI TENTANG APA SEBENARNYA YANG HARUS DILAKUKAN
APABILA OBJEK TERSEBUT BENAR-BENAR DIJADIKAN SASARAN PENELITIAN. TAHAP INI
AMAT BERMANFAAT UNTUK SEBUAH KEPUTUSAN, JADI ATAUTIDAKNYA PENELITIAN
DILAKUKAN UNTUKMEMPEROLEH
TAHAP EKSPLORASI TERFOKUS. UNTUK MEMENTUKAN FOKUS EKSPLORASI YAKNI
HAL-HAL KHUSUS YANG MENJADISASARAN UTAMA PENELITIAN. PADA AWAL
TAHAPEKPLORASI TERFOKUS, PENELITI SUDAH HARUS MEMILIKIPILIHAN TERHADAP
POLA DAN PRILAKU. ARTINYA PENELITI HARUS MEMILIH SATU ATAU DUA DARISEKIAN
BANYAK POLA DAN PERILAKU.
TAHAP PENGUMPULAN DATA. PADA TAHAP INI YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN
ADALAH HAL-HAL SEPERTI PENCIPTAAN RAPOR, PEMILIHAN SAMPEL, PENGUMPULAN
DATA DENGAN WAWANCARA, PENGUMPULAN DATA DENGAN OBSERVASI,
PENGUMPULAN DATA DARI SUMBER-SUMBER NON MANUSIA, DAN PENCATATAN
DATA ATAU INFORMASI HASIL PENGUMPULAN DATA. PENGUMPULAN DATA YANG
BAIK UNTUK PENELITI KUALITATIF HARUS MENCIPTAKAN DUA KONDISI YAKNI PRA
PENGUMPULAN DATA (MISALNYA, PENCIPTAAN RAPOR DAN PEMILIHAN SAMPEL)
DAN KONDISI SAAT PENGUMPULAN DATA (MISALNYA , PERSOALAN2 TEKNIK
PENGUMPULAN DATA.
TAHAP KONFIRMASI DATA.

31. PEMILIHAN SAMPEL DALAM PENELITIAN KUALITATIF
PENGGUNAAN SAMPEL UNTUK PENELITIAN KUALITATIF ADALAH SAMPEL DIAMBIL DENGAN
MAKSUD TIDAK MESTI MENJADI WAKIL DARI SELURUH POPULASI, TETAPI SAMPEL
MEMILIKI PENGETAHUAN YANG CUKUP SERTA MAMPU MENJELASKAN KEADAAN
SEBENARNYA TENTANG OBJEK PENELITIAN.
JADI SAMPEL UNTUK PENELTIAN KUALITATIF BERSIFAT KASUISTIK, TIDAK DAPAT
MENGGAMBARKAN KESELURUHAN, SUBJEKTIF, DAN BERLAKU SESAAT.
UNTUK MEMPERBESAR SAMPEL, PENELITI DAPATMENGGUNAKAN TEKNIK SAMPLING BOLA
SALJU (SNOWBALL). TEKNIK INI DIDEFINISIKAN SEBAGAI TEKNIK UNTUK MEMPEROLEH
BEBERAPA INDIVIDU DALAM ORGANISASI ATAU KELOMPOK YANG TERBATAS DAN YANG
DIKENAL SEBAGAI TEMAN DEKAT ATAU KERABAT, KEMUDIAN TEMAN TERSEBUT
MENUNJUK TEMAN-TEMAN ATAU KERABAT LAINNYA, SAMPAI PENELITI MENEMUKAN
KONSTELASI PERSAHABATAN YANG BERUBAH MENJADI
SUATU POLA-POLA SOSIAL YANG LENGKAP.
SAMPEL DALAM PENELITIAN KUALITATIF DAPAT MENJADI INFORMAN (KALAU KITA
MENGGUNAKAN INTERVIU), DAPAT BERUPA KEJADIAN (KALAU KITA MENGGUNAKAN
OBSERVASI). KALAU KITA MENGGUNAKAN TEKNIK DOKUMENTASI,MAKA SAMPELNYA
DAPAT BERUPA BAHAN-BAHAN DOKUMENTER,PRASASTI, LEGENDA,
CERITA RAKYAT DAN SEBAGAINYA.

32. TEKNIKPENGUMPULAN DATA DALAM PENELITIAN KUALITATIF
1. OBSERVASI PARTISIPASI.
2. WAWANCARA MENDALAM.
3. LIFE HISTORY.
4. ANALISIS DOKUMEN.
5. CATATAN
HARIAN
PENELITI
(REKAMAN
PENGALAMAN DAN KESAN PENELITI PADA SAAT
PENGUMPULAN DATA).
6. ANALISIS ISI MEDIA.

33. ANALISIS KUALITATIF
SEBAGAI PEGANGAN ”BAGAIMAN MENGANALISIS HASIL PENELITIAN DENGAN
MENGGUNAKAN TEKNIK ANALISIS KUALITATIF?”
JAWABNYA “SEHARUSNYA SEBUAH PENELITIAN SEJAK AWAL TELAH
DIPERSIAPKAN UNTK BENTUK ANALISIS INI, ARTINYA BAHWA ACUAN
PENELITIANNYA ADALAH PENELITIAN KUALITATIF”
ANALISIS KUALITATIF DALAM SUATU PENELITIAN DIGUNAKAN APABILA DATA
PENELTIAN YANG DIANGKAT DARI LAPANGAN ADALAH JUGA MEMILIKI
SIFAT-SIFAT KUALITATIF.
DALAM PENELITIAN KUALITATIF ,KITA MENGENAL DUA BENTUK DATA, BENTUK
DATA SATU DENGAN YANG LAIN KADANG KALA TERJADI TUMPANG TINDIH.
DATA YANG SEPERTI ITU , AKAN MEMPERMUDAH KITA DALAM
MENENTUKAN SIKAP YANG HARUS DITEMPUH, APABILA
KALAU PENELITI JUSTRU BERADA DI LANPAGAN.
BENTUK DATA KUALITATIF:(1) DATA KASUS. KEKHUSUSAN DATA KUALITATIF
ADALAH MENJELASKAN KASUS-KASUS TERTENTU. (2)DATA PENGALAMAN
PRIBADI. DATA YANG DIMAKSUD DALAM HAL INI ADALAH SEBAGAI BAHAN
KETERANGAN MENGENAI APA YANG DIALAMI OLEH INDIVIDU SEBAGAI
WARGA MASARAKAT TERTENTU YANG MENJADI OBJEK PENELITIAN

34. LANJUTAN ANALIS KUALITATIF
ANALISIS DATA KUALITATIF SEBENARNYA BERTUMPU PADA STRATEGI
DISKRIPTIF KUALITATIF MAUPUNVERIVIKATIF, STRATEGI DESKRIPTIF
KUALITATIF BERINTIKAN CARA BERPIKIR INDUKTIF DAN DEDUKTIF
PADA STRATEGI VERIFIKASI KUALITATIF.
STRATEGI DESKRIPTIF KUALITATIF DIMULAI DARI ANALISISBERBAGAI DATA
YANG TERHIMPUNDARI SUATU PENELITIAN, KEMUDIAN BERGERAK
KEARAH PEMBENTUKAN KESIMPULAN KATAGORIS ATAU CIRI-CIRI
UMUM TERTENTU. KARENANYA STRATEGI INI DIMULAI
DARI PEKERJAAN KLASIFIKASI DATA.
STRATEGI VERIFIKASI KUALITATIF BERLAWANAN ARUS DENGAN STRATEGI DI
ATAS. KALAU STRATEGI DESKRIPTIF KUALITATIF BERGERAK DARI DATA
DAN BERMUARA DI KESIMPULAN UMUM, MAKA STRATEGI VERIVIKASI
KUALITATIF JUSTRU BERTOLAK DARI KESIMPULAN ATAU CIRI
UMUM DAN KEMUDIAN KEMBALI PADAFAKTA ATAU DATA,
SEHINGGA STRATEGIINIMENGGUNAKAN
PROSES BERPIKIR DEDUKTIF.

35. LANGKAH GROUNDED RESEARCH
GROUNDED RESEARCH DILAKSANKAN DENGAN TIDAK BERDESAIN. GROUNDED RESEARCH BERTOLAK
DARI CARA BERPIKIR INDUKTIF,KEMUDIAN BERPIKIR SECARA DEDUKTIF. PENELITIAN INI
MENGANGGAP DATA ADALAH INSPIRASI TEORI, KEMUDIAN BERGERAK MEMBENTUK
TEORI YANG MENERANGKAN DATA.
DIAGRAM GROUNDED RESEARCH
DATA ------- URAIAN BERDASARKAN DATA
------ TEORI YANG MENERANGKAN DATA
ANALISIS MENJADI KONSEP DAN
HIPOTESIS BERDASARKAN DATA
TAHAP PENCIUMAN LAPANGAN ADALAH TAHAP AWAL DARI PROSES GROUNDED RESEARCH. PADA
TAHAP INI ADA DUA PRIODE KEGIATAN YANG SALING BERGANTUNGAN:
1. MENINJAU KE DALAM TEORI-TEORI AGUNG, TEORI YANG SUDAH MAPAN TENTANG APA YANG
HENDAK DITELITI, KEMUDIAN MENGHILANGKAN DAYA TARIK TEORI-TEORI ITU DANMENJAUHKAN
DIRI DARI SIKAP KE “TAGLID”-AN TERHADAP TEORI-TEORI DIMAKSUD.
2. PEMAHAMAN REALITAS SOSIAL, DUNIA EMPERIK MASARAKAT YANG HENDAK DITELITI ADALAH
PEKERJAAN SELANJUTNYA YANG HARUSDIKERJAKAN OLEH PENELITI GROUNDED. KARENANYA
PENELITI HARUS MELAKUKAN OBSERVASI I SECRA INTENSIF TERHADAP GEJALA SOSIAL PADA
SASARAN PENELITIAN, MENCARI DATA PENDUKUNG(SEKUNDER) MENGENAI APAYANG
HENDAKDITELITI. KEMUDIAN PENELITI HARUS “MEMBUKA “ TELINGA,MATA BAHKAN INTUISI
TERHADAP KEMUNGKINAN APA SAJA AGAR DIPEROLEH DATA SEKUNDER YANG DIBUTUHKAN.
KEMUDIAN DALAM OBESEVASI IJUGA PENELITI MULAIMENGIDENTIFIKASI MASALAH DAN
MERUMUSKAN MASALAH PENELITIAN, DAN PENELITI MEMBUAT KATEGORI-KATEGORI
PERMULAAN.

36. OBSERVASI II DARI PENELITIAN GROUNDED
• BERUSAHA MEMPEROLEH PENGERTIAN LEBIH DALAM
TENTANG DUNIA EMPERIS YANG DITELITI, DAN
MENENTUKAN JENIS-JENIS DATA APA
YANG HARUS
DIKUMPULKAN.
• MENENTUKAN METODE DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA,
BAIK WAWANCARA MENDALAM MAUPUN OBSERVASI
PARTISIPASI.
• MENGKALSIFIKASI DATA SESUAI KATAGORI-KATAGORI
PERMULAAN ADALAH PEKERJAAN SELANJUTNA DARI
GROUNDED RESEARCH.
• PENELITI MENGHUBUNG-HUBUNGKAN KATAGORI-KATAGORI
UTAMA (MERUPAKAN HIPOTESIS-HIPOTESIS) DAN JUGA
MENCARI HUBUNGAN ANTAR HIPOTESIS (MERUPAKAN
KONSEP-KONSEP).