2. PENDAHULUAN
• Asites adalah akumulasi cairan di dalam rongga peritoneum.
• Secara klinis ascites adalah komplikasi dari beberapa penyakit seperti hepar,
jantung, ginjal, infeksi, dan keganasan.
• 85% kasus ascites disebabkan oleh sirosis hepatis
• Asites biasanya dapat dikontrol dengan baik dengan tingkat kepatuhan tinggi
pada diet rendah natrium dan terapi diuretik.
• Prognosis tergantung dari penyebab dari ascites tersebut.
6. Status Generalis
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
- Riwayat keluhan serupa (+)
- Riwayat hipertensi (-)
- Riwayat DM (-)
Keadaan umum: Tampak sakitsedang
Kesadaran : Compos Mentis
- Riwayat hiperkolesterol (+)
- Riwayat konsumsi obat jangka
Vital Sign
o Nadi
o Tekanan Darah
o Suhu
o RR
o SpO2
panjang (-) : 80x/ menit
: 110/70 mmHg
: 36.3 °C
: 24x/menit
: 97%
- Riwayat hepatitis (-)
- Riwayat stroke (+)
- Riwayat histerektomi (+)
d. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat dengan keluhan serupa (-)
• Mata: konjungtiva anemis
• Hidung: epistaksis (+), edema (+) deformitas pada
nasal (+)
• Telinga, Mulut, Leher: DBN
• Jantung : Dalam Batas Normal
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga.
Os dirawat di RS Abdul Manap dengan
BPJS kesehatan kelas III.
• Paru : Dalam Batas Normal
• Abdomen : Dalam Batas Normal
• Ektremitas superior dan inferior: Dalam Batas
Normal
7. Status Lokalis Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Darah Rutin (29/04/2023)
Regio Facialis
Inspeksi:
• Frontalis: edema (+)
• Orbita: edema palpebra (+),
hematoma (+)
• Nasal: epistaksis (+), edema (+),
deformitas pada hidung (+)
• Bucal: edema(+)
Palpasi: Nyeri tekan (+), Krepitasi (+)
Move: Gerakan membuka mulut
terbatas.
Kesan : Anemia ringan dan Leukositosis
b. Pemeriksaan Gula Darah (29/04/2023)
c. Pemeriksaan Faal Hati (29/04/2023)
d. Pemeriksaan Faal Ginjal (29/04/2023)
Kesan : Normal
Pemeriksaan Faal Hemostasis (29/04/2023)
Kesan : Bleeding time meningkat
8. 3. CT scan Kepala
Kesan:
•
•
•
Tampak fraktur dinding anterior dan posterior sinus
frontalis kanan, dinding anterior sinus frontalis kiri.
Tampak fraktur dinding lateral dan inferior orbita kanan,
dinding inferior orbita kiri.
Tampak fraktur kominutif os nasal dan septum nasi.
Diagnosis Kerja
Fraktur NOE II + Fraktur Le Fort II+Fraktur Sinus Frontalis
Tatalaksana awal
1. IVFD Nacl 0,9% 20tpm.
2. Inj ketorolac 1x15mg/ml
3. Inj asam tranexamat 1 x 500mg/ml
4. Inj omeprazole 1x20mg
5. Inj ceftriaxone 1x2gr
Tatalaksana bedah: ORIF
9. Follow up
Tanggal Pre Op Gambar Tanggal Post Op Gambar
02/05/2023
03/05/2023
S: Nyeri kepala dan
nasal
O:
04/05/2023 S: Nyeri daerah orbital
O: edem (+)
TTV: Dbn
TTV: Dbn Post ORIF POD 1
Pemeriksaan fisik:
R/Facialis
Inspeksi:
• Frontalis: edema (+)
• Orbita: edema
palpebra (+),
hematoma (+)
• Nasal: edema (+),
deformitas pada
hidung (+)
05/05/2023
06/05/2023
08/05/2023
O: edema (+)
TTV: Dbn
Post ORIF POD 2
O:
TTV: Dbn
Post ORIF POD 3
O:
• Bucal: edema(+)
Palpasi: Nyeri tekan
(+), Krepitasi (+)
Move: Gerakan
membuka mulut
terbatas.
TTV: Dbn
Post ORIF POD 5
tampon hidung dilepas
09/05/2023 TTV: Dbn
Post ORIF POD 6
Pasien boleh pulang.
10. BAB II Tinjauan Pustaka
Trauma maksilofasial diklasifikasikan menjadi cedera yang melibatkan wajah bagian atas, tengah dan
bawah. Trauma wajah termasuk luka pada kulit, tulang kepala, hidung dan sinus, rongga mata, atau gigi
dan bagian lain dari mulut.
11. Anatomi Regio Facialis
Tulang-tulang viscerocranium meliputi:
1. Dua os nasal
2. Dua os maksila
3. Dua konka nasal inferior
4. Dua os palatina
5. Dua os zigomatik
6. Dua os lakrimal
Vaskularisasi oleh pleksus
subdermal
1. Arteri fasialis
2. Arteri temporal superfisial
3. Vena wajah mengalir dari
pleksus subdermal vena
komunikans vena jugular
interna.
7. Os mandibula
8. Vomer
Kelompok otot penyusun wajah
1. Kelompok buccolabial (oral)
2. Kelompok hidung
3. Kelompok orbital
4. Kelompok epicranial
5. Kelompok auricular
Innervasi oleh: (CN V)
1. Saraf oftalmik (CN V1)
2. Saraf rahang atas (CN V2)
3. Saraf mandibula (CN V3)
12. Klasifikasi Fraktur Kraniomaksilofasial
2. Wajah tengah 3. Trauma
dentoalveolar
1.Basis kranii & Cranial
Vault
a. Palato alveolar.
b. Maksila (Le-Fort I, II, III).
c. Nasal.
d. Naso Orbito Ethmoid (NOE).
e. Orbita.
a. Sinus frontal.
b. Basis kranii.
c. Cranial Vault.
a. Fraktur gigi.
b. Luksasi gigi.
c. Fraktur alveolar.
f. Zygomaticomaxillary Compl
4. Mandibula
a. Parasimfisis & simfisis.
b. Corpus.
c. Angulus & ramus.
d. Prosesus kondilus, koronoid dan kepala kondilus.
e. Fraktur pada area kekhususan.
13. Fraktur Sinus Frontalis
Gejala Edema pada area frontal, post nasal drip, rasa kebas,
deformitas, ekimosis pada area kulit frontal.
Pemeriksaan Palpasi pada lengkung supraorbital, glabella dan
Fisik jaringan lunak di bawah dahi. Adanya depresi pada
area supraorbital, hipoestesi atau anestesi pada area
persarafan supraorbital.
Pemeriksaan 1. Nasoendoskopi
Penunjang 2. Pemeriksaan fungsi penghidu
3. Radiologi: Pemeriksaan Rontgen kranial,
pemeriksaan CT-scan aksial, koronal, sagital
dan 3D.
Tatalaksana 1. Observasi
2. Rekonstruksi: ORIF
indikasi: fraktur dengan displaced >2 mm dan fraktur
yang menyebabkan deformasi kosmetik.
14. FrakturꢀNOE Fraktur pada daerah ini dapat mempengaruhi prosesus frontalis os maksilari, glabella,
tulang lakrimal, dan lamina papiracea tulang ethmoid.
Gejala Nyeri, mimisan, keluar darah dari rongga mulut serta sumbatan hidung, pandangan ganda, mata
tampak keluar atau tidak simetris, gangguan pergerakan bola mata, dan penurunan tajam
penglihatan.
Pemeriksaan
Fisik
Inspeksi dan palpasi, dapat ditemukan deformasi Saddle, cedera kulit, jaringan lunak, edema, dan
krepitasi.
Pemeriksaan
Penunjang
1. Rontgen wajah dan kranial.
2. Ct scan
Tipe 1. Tipe I: fragmen fraktur NOE besar yang menghubungkan tendon kantus medial.
2. Tipe II: terdapat area NOE yang kominusi namun tendon kantus masih melekat pada fragmen
tulang.
3. Tipe III: fraktur tendon kantus medial sudah terpisah dari tulang lakrimal.
Tatalaksana 1. Tipe I, fiksasi transnasal dapat menggunakan plate junctional dan fiksasi sekrup.
2. Tipe II, fragmen tulang dinding orbital medial direposisi menggunakan microplate atau
titanium mesh.
3. Tipe III, merekonstruksi dinding orbital dan membuat kembali tempat penempelan tendon
kantus medial/Media Chantal Tendon (MCT) ke posisi optimal.
15.
16. Fraktur Le Fort
Pemeriksaan
Fisik
1. Inspeksi: epistaksis, ekimosis (pada area periorbital, konjungtiva, dan sklera), edema,
hematoma subkutan, dan gejala okular (visus, diplopia, dan hambatan gerak bola mata).
2. Pada palpasi: krepitasi
3. Pemeriksaan sensorik wajah pada regio infraorbital.
Pemeriksaan
Penunjang
1. Rontgen wajah dan kranial.
2. Ct scan
Tipe 1. Le Fort I (Guerin): Fraktur transverse yang memisahkan maksila dan palatum/arkus alveolar
kompleks.
2. Le Fort II (fraktur piramida): Terpisahnya fragmen piramida nasomaksilaris dari tengkorak
kraniofasial.
3. Le Fort III (pemisahan kraniofasial): sutura nasofrontal sepanjang taut etmoid fisura
orbitalis superior lateral ke orbita, sutura zigomatikofrontal dan sutura tempo-zigomatik.
Tatalaksana 1. Terapi konservatif: fiksasi interdental dan MMF selama 4-6 minggu.
2. Terapi operatif: ORIF dengan implan osteosintesis dapat dikombinasikan dengan MMF.
17.
18. Fraktur Mandibula
●
●
Sekitar 40% dari fraktur CMF (Craniomaxilofacial) pediatrik
berhubungan dengan mandibula
Daerah bengkak, kekakuan, parestesia sepanjang distribusi
saraf trigeminal V3 dan gigi tidak sejajar berkorelasi dengan
situs fraktur.
● Tatalaksana secara konservatif dengan mengistirahatkan
rahang bawah menggunakan pembungkus melingkar (ACE
bandage) atau dikenal sebagai jaw bra atau dengan cervical
collar.
● Indikasi untuk penatalaksanaan operatif pada fraktur kondilus
meliputi:
1. Maloklusi yang tidak membaik dengan reduksi tertutup.
2. Displacement kondilus ke dalam fossa cranialis media.
3. Terdapat benda asing di dalam sendi,
4. Fraktur leher bilateral.
● Fraktur mandibula dapat diobati dengan maxillomandibular
fixation (MMF) dan/atau rigid fiksasi.
19. Fase Penyembuhan Tulang
Fase Hematom dan Inflamasi
Kalus Lunak
Hematomꢀ yangꢀ berasalꢀ dariꢀ pembuluhꢀ darahꢀ
yangꢀ rupture.ꢀ Kerusakanꢀ jaringanꢀ danꢀ plateletꢀ
degranulasiꢀ akanꢀ melepasꢀ beberapaꢀ signalingꢀ
molecule,ꢀfaktorꢀpertumbuhan,ꢀdanꢀsitokin.ꢀ
Fase Kalus Keras Fase Remodelling
Kalusꢀ lunakꢀ kondroidꢀ kalsifikasiꢀ menjadiꢀ kalusꢀ
osteoidꢀ kerasꢀ termineralisasi.ꢀ Begitu fraktur
menyatu (union), kalus keras akan mengalami
remodelling dari tulang woven menjadi tulang
keras.
20. Analisis Kasus
Anamnesis Berdasarkan Teori
- Nyeri hebat pada wajah.
- Tampak bengkak dan lebam pada sekitar dahi, mata,
hidung dan pipi.
- Tampak bagian tulang hidung agak melesak kedalam.
1. Fraktur Le Fort dan NOE: nyeri di daerah wajah, sumbatan jalan
nafas, mimisan, keluar darah dari rongga mulut, ekimosis (pada
area periorbital, konjungtiva, dan sklera), edema, hematoma
subkutan.
- Muntah bercampur lendir darah dan perdarahan dari 2. Fraktur frontalis: bengkak pada area frontal, post nasal drip, rasa
hidung (+) kebas, deformitas, laserasi, ekimosis pada area kulit frontal.
- Hidung tersumbat (+),
Pemeriksaan Fisik Berdasarkan Teori
Pada regio facialis
Inspeksi:
1. Inspeksi dan palpasi, dapat ditemukan deformitas saddle,
krepitasi, dan mobilitas maksila.
• Frontalis: edema (+) 2. Pemeriksaan sensorik pada regio infraorbital, bocoran CSF
pada telinga atau rongga hidung dan maloklusi gigi.
3. Pada fraktur sinus frontalis, palpasi pada lengkung supraorbital,
glabella dan sekitar dahi. Adanya depresi pada area
supraorbital, hipoestesi atau anestesi pada area persarafan
supraorbital.
• Orbita: edema palpebra (+), hematoma (+)
• Nasal: epistaksis (+), edema (+), deformitas pada
hidung (+)
• Bucal: edema(+)
Palpasi: Nyeri tekan (+), Krepitasi (+)
Move: Gerakan membuka mulut terbatas.
21. Pemeriksaan Penunjang Berdasarkan Teori
1. Laboratorium: anemia ringan dan leukositosis
2. Radiologi (CT scan) :
- fraktur sinus frontalis kanan dan kiri
- fraktur orbita kanan dan kiri
Untuk diagnosis fraktur Le fort II ditemukan adanya garis
fraktur pada kompleks nasomaksilaris, meluas sampai ke
tulang nasal, lakrimal, nasofrontal, infraorbital, dan
pterigoid. Untuk ditegakkan fraktur NOE II terdapat fraktur
yang kominutif pada are NOE namun tendon kantus masih
melekat pada fragmen tulang.
- fraktur kominutif os nasal dan septum nasi
Tatalaksana Berdasarkan Teori
1. Primary survey: komponen airway, breathing, circulation, Operasi dengan teknik reduksi terbuka dan fiksasi internal
dan disability dalam keaadaan clear menggunakan plat banyak digunakan dalam beberapa
2. Secondary survey dengan memberikan tatalaksana awal kasus fraktur dengan multiple displace dan fraktur
berupa pemasangan IVFD Nacl 0,9% 20tpm, Injeksi complex.
ketorolac 15mg/ml, injeksi asam tranexamat 1x500mg,
injeksi omeprazole 2x10mg, dan injeksi ceftriaxone
2x1gr.
3. Tatalaksana bedah berupa ORIF.
22. Kesimpulan
Meskipun jarang terjadi pada anak-anak, fraktur facialis pada anak-anak mungkin
memiliki dampak negative pada perkembangan anak-anak.
Pada anak-anak dianjurkan untuk mengutamakan perawatan konservatif bahkan
ketika perawatan bedah dianjurkan sebisa mungkin manipulasi dan invasif
seminimal mungkin
● Komplikasi mencakup malreduksi dan malposisi, ekstrusi, dan infeksi.
● Faktur facialis pada anak umumnya memiliki prognosis yang cukup baik apabila
penanganan dilakukan dengan cepat dan tepat.