1. PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
KINERJA PERUSAHAAN CONSUMER GOODS
YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA
Disusun Oleh :
Yeni Alfiana S.E., M.Sc
Tri Kumalawati
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TAMANSISWA
PALEMBANG
2015
2. 1
BAB I
1.1 Latar Belakang
Good Corporate Governance (GCG) merupakan sebuah konsep yang
menekankan hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar,
akurat, tepat waktu dan trasnparan. Oleh karena itu, baik perusahaan publik
maupun tertutup harus memandang GCG bukan sebagai aksesoris belaka, tetapi
sebagai upaya peningkatan kinerja dan nilai perusahaan (Tjager, 2003). Agency
Theory merupakan dasar yang digunakan untuk memahami GCG, Arifin (2010)
menyatakan inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahan status antara
pemilik dan pengelola perusahaan menimbulkan suatu masalah yang biasa disebut
agency problem, terjadi antara pemilik perusahaan atau shareholders di satu sisi
dengan manajemen selaku pengelola disisi lain.
Lebih jauh Ujiyanto (2005) mengemukakan hubungan antara pemegang
saham dan manajer memberikan gambaran yang utuh mengenai hubungan agensi.
Hubungan agensi ini berkaitan dengan pemisahan kepemilikan dan pengawasan
dalam sturktur perusahaan. Adanya perilaku dari manajer/agen untuk bertindak
hanya untuk menguntungkan dirinya sendiri dengan mengorbankan kepentingan
pihak lain/pemilik, dapat terjadi adanya asymetric informatin yaitu manajer
mempunyai informasi yang lengkap mengenai perusahaan, sedangkan informasi
tersebut tidak dimiliki oleh pemilik perusahaan.
Adanya asymetric information dan sikap mementingkan diri sendiri pada
manajer/agen memungkinkan mereka untuk mengambil keputusan dan kebijakan
3. 2
yang kurang bermanfaat bagi perusahaan. Adanya kondisi ini menimbulkan tata
kelola perusahaan yang kurang sehat karena tidak adanya keterbukaan dari
manajemen untuk mengungkapkan hasil kinerjanya kepada pemilik perusahaan.
Berdasarkan keadaan tersebut, dibutuhkan sistem tata kelola perusahaan
yang baik pada perusahaan (Good Corporate Governance) yang bertujuan untuk
mendorong pengelolaan korporat yang terbuka dan akuntabel sehingga pemegang
saham mempunyai kesempatan untuk mengkaji berbagai keputusan dan dasar
pengambilan keputusan tersebut, serta menilai keefektifan keputusan yang telah di
ambil oleh pihak manajemen.
Corporate governance telah menjadi topik yang menarik untuk di teliti
pada saat sekarang ini. Hal ini karena meningkatnya kebutuhan untuk menerapkan
GCG ang disuarakan secara global. Keadaan tersebut di dorong oleh terjadinya
skandal pelaporan akuntansi dalam dunia bisnis, antara lain Enron, Merck, World
Com dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat (Cornett, et.al, 2006).
Selain itu, di Indonesia juga terjadi hal serupa, seperti PT. Lippo Tbk, PT Kimia
Farma Tbk, Bank Century dan Citibank juga melibatkan pelaporan keuangan yang
berawal dari terdeteksi adanya manipulasi (Gideon, 2005).
Dari beberapa contoh kasus tersebut di atas, maka sangat relevan bila
ditarik suatu pertanyaan tentang bagaimana efektifitas penerapan corporate
governance. Corporate governance merupakan salah satu elemen kunci dalam
meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara
manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders
4. 3
lainnya. Corporate Governance juga memberikan suatu struktur yang
memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai
sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja.
Sedangkan hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan merupakan
dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. Pelaporan kinerja merupakan refleksi
kewajiban untuk mempresentasikan dan melaporkan kinerja semua aktivitas dan
sumber daya berbagai macam indikator atau variabel untuk mengukur
keberhasilan perusahaan, pada umumnya berfokus pada infomasi kinerja yang
berasal dari laporan keuangan.
Laporan keuangan tersebut bermanfaat untuk membantu investor, kreditor,
calon investor dan para pengguna lainnya dalam rangka membuat keputusan
investasi, keputusan kredit, analisis saham serta menentukan prospek suatu
perusahaan dimasa yang akan datang. Penilaian kinerja perusahaan dilakukan
untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam
mematuhi standar perilaku yang ditetapkan sebelumnya agar tercapai tujuan
perusahaan yang baik (Gideon, 2005).
Dalam penelitian ini, objek penelitian yang dipilih adalah industri sektor
consumer goods karena saat ini industri consumer goods merupakan salah satu
sektor yang masuk kategori berisiko kerugian paling kecil. Sektor consumer
goods merupakan barang-barang kebutuhan pokok yang selalu dikonsumsi
masyarakat dalam kesehariannya sehingga walaupun negara dalam keadaan krisis,
masyarakat harus tetap mengkonsumsi barang kebutuhan sehari-hari.
5. 4
Berdasarkan uraian diatas dan perbedaan-perbedaan hasil penelitian
tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :
“Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Consumer
Goods Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka
rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh Good Corporate
Governance terhadap kinerja perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh Good
Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan consumer goods yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapaun manfaat penelitian ini :
1. Bagi para pemakai laporan keuangan dan praktisi penyelenggara perusahaan
diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada para pemakai
laporan keuangan dan praktisi penyelenggara perusahaan dalam memahami
mekanisme corporate governance, sehingga dapat meningkatkan nilai dan
pertumbuhan perusahaan.
6. 5
2. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam pengembangan agency
theory dan good corporate governance, sehingga selanjutnya dapat digunakan
sebagai bahan masukan untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya yang
sejenis.
1.5 Metode Pemilihan Data dan Sampel
1.5.1 Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan
tahunan perusahaan untuk tahun buku 2012 sampai dengan 2014. Sementara
metode pengumpulan data dengan cara dokumentasi yang di download melalui
situs resmi Bursa Efek Indonesia di http://www.idx.co.id dan Indonesia Capital
Market Directory (ICMD).
1.5.2. Metode Sampling
Sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan metode purposive
sampling dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2012 sampai dengan 2014.
2. Perusahaan yang memiliki data kepemilikan manajerial, dewan komisaris
dan komite audit.
3. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki
sekurang-kurangnya 3 (tiga) anggota komite audit.
7. 6
1.5.3 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif
dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Analisis regresi linear
berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel yang diteliti.
Sebelumnya dilakukan analisis regresi, data yang akan diolah terlebih dahulu
harus bebas dari asumsi klasik (normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan
heteroskedastisitas).
8. 7
BAB II
Telaah Pustaka
2.1. Teori Keagenan
Perspektif keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk
memahami corporate governance. Inti dari hubungan keagenan adalah
adanya pemisahan status antara pemilik dan pengelola perusahaan
menimbulkan suatu masalah yang disebut agency problem, terjadi antara
pemilik perusahaan atau shareholders di satu sisi dengan manajemen
selaku penelola disisi lain (Arifin, 2010)
Dalam konsep agency theory, manajemen sebagai agen
semestinya menjunjung tinggi kepentingan shareholders, akan tetapi
tidak tertutup kemungkinan manajemen hanya mementingkan
kepentingannya sendiri untuk memaksimalkan utilitas. Siallagan, 2006,
menyatakan, manajemen bisa melakukan tindakan-tindakan yang tidak
menguntungkan perusahaan seperti penyalahgunaan kewenangan,
penggelapan sumber daya yang secara keseluruhan dalam jangka panjang
dapat merugikan kepentingan perusahaan. Perbedaan kepentingan antara
pemilik dan pengelola inilah yang disebut sebagai agency problem.
Konflik keagenan yang terjadi antara principal dan agent
menyebabkan adanya aagency cost yang terdiri dari biaya pengawasan
oleh principal, biaya perikatan oleh agent dan kerugian residual (residual
loss). Kerugian residual ini adalah pengurangan kekayaan yang dimiliki
7
9. 8
oleh principal sebagai akibat perbedaan keputusan-keputusan yang
diambil oleh agent dan keputusan-keputsan yang akan memaksimalkan
kekayaan oleh perusahaan principal.
Hubungan antara pemegang saham dan manajer memberikan
gambaran yang utuh mengenai hubungan agensi. Hubungan agensi ini
berkaitan dengan pemisahan kepemilikan dan pengawasan dalam struktur
perusahaan. Adanya perilaku dari manajer/agen untuk bertindak hanya
menguntungkan dirinya sendiri karena manajer mempunyai informasi
yang lengkap mengenai perusahaan, sedangkan informasi tersebut tidak
dimiliki oleh pemilik perusahaan/shareholders(asymetric information)
Adanya asymetric information dan sikap mementingkan diri
sendiri para manajer,memungkinkan mereka untuk mengambil keputusan
dan kebijakan yang kurang bermanfaat bagi perusahaan. Adanya kondisi
ini menimbulkan tata kelola yang kurang sehat karena tidak adanya
keterbukaan dari manajemen untuk mengungkapkan hasil kinerjanya
kepada pemilik perusahaan (ujiyanto, 2005).
2.2. Good Corporate Governance
Pengertian tentang Corporate Governance dapat dimasukkan dalam dua
kategori. Kategori pertama, lebih condong pada serangkaian pola perilaku
perusahaan yang diukur melalui kinerja, pertumbuhan, struktur pembiayaan,
perlakuan terhadap para pemegang saham, dan stakeholders. Kategori kedua lebih
melihat pada kerangka secara normatif, yaitu segala ketentuan hukum baik yang
10. 9
berasal dari sistem hukum, sistem peradilan, pasar keuangan, dan sebagainya yang
mempengaruhi perilaku perusahaan. (Calbury Committee, 2003).
Corporate governance merupakan kumpulan hukum, peraturan dan kaidah
yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja perusahaan bekerja secara
efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi
para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan. Secara
umum, penerapan prinsip GCG secara konkret memiliki tujuan terhadap
perusahaan sebagaimana ditawarkan oleh organization for economic cooperation
and development (OECD) adalah:
a. Fairness (Keadilan)
Prinsip keadilan merupakan prinsip perlakuan yang adil bagi
seluruh pemegang saham. Keadilan yang diartikan sebagai perlakuan yang
sama terhadap para pemegang saham, terutama pemegang saham
minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang
penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan
saham oleh orang dalam (insider trading). Dalam melaksanakan
kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas
kewajaran dan kesetaraan.
Prinsip ini diwujudkan dengan membuat peraturan korporasi.
Dengan konsep korporasi, maka terdapat pemisahan antara pemegang
saham atau pemilik dan manajemen yang bertindak sebagai pengelola
perusahaan (Purba, 2011).
11. 10
Lebih jauh (Purba, 2011) mengemukakan untuk dapat
terlaksananya prinsip ini diperlukan ketersediaan peraturan yang
melindungi kepentingan para pemegang saham minoritas dan asing,
membuat pedoman perilaku perusahaan (corporate conduct) atau kebijakan
yang melindungi korporasi dari perilaku buruk pihak dalam, menetapkan
peran dan tanggung jawab Dewan komisaris, direksi dan komite, termasuk
sistem remunerasi, menyajikan informasi secara wajar.
b. Disclosure/Transparency (keterbukaan/transparansi)
Prinsip ini diwujudkan dengan mengembangkan sistem akuntansi yang
berbasis standar akuntansi dan best practices yang menjamin
pengungkapan yang berkualitas, mengembangkan teknologi informasi dan
sistem informasi manajemen untuk menjamin pengukuran kinerja daan
memastikan bahwa risiko signifikan telah diidentifikasi, diukur dan
dikelola pada tingkat toleransi yang jelas.
c. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas menekankan pada pentingnya penciptaan sistem pengawasan
yang efektif berdasarkan pembagian kekuasaan antara komisaris, direksi, dan
pemegang saham yang meliputi monitoring, evaluasi, dan pengendalian terhadap
manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak sesuai dengan
kepentingan pemegang saham dan pihak yang berkepentingan.
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur
dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan
12. 11
kepentingan saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan
prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
d. Responsibility (Responsibilitas)
Responsibilitas adalah adanya tanggung jawab pengurus dalam manajemen,
pengawasan manajemen serta pertanggungjawaban kepada perusahaan dan para
pemegang saham. Prinsip tanggung jawab menekankan pada sistem yang jelas
untuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban perusahaan kepada shareholder
dan stakeholder, yang dimaksudkan agar tujuan yang hendak dicapai dalam GCG
dapat direalisasikan, yaitu mengakomodir kepentingan dari berbagai pihak yang
berkaitan dengan perusahaan.
Prinsip ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung jawab
merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang, menyadari akan
adanya tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan wewenang
kekuasaaan, menjadi profesional dan menjunjung etika dan memelihara
bisnis yang sehat.
e. Independency (Independen)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola
secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling
mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Independen
diperlukan untuk menghindari adanya potensi konflik kepentingan yang
mungkin timbul oleh para pemegang saham mayoritas. Mekanisme ini
menuntut adanya rentang kekuasaan antara komposisi komisaris, komite
13. 12
dalam komisaris, ddan pihak luat seperti auditor. Keputusan yang dibuat
dan proses yang terjadi harus obyektif tidak dipengaruhi oleh kekuatan
pihak-pihak tertentu (Sam’ani, 2008)
2.3. Kepemilikan Manajerial
Salah satu mekanisme yang diharapkan dapat mengontrol biaya keagenan
yaitu dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik. Kaen (2003)
menyatakan corporate governance pada dasarnya menyangkut masalah siapa
(who) yang seharusnya mengendalikan jalannya kegiatan korporasi dan
mengapa (why) harus dilakukan pengendalian terhadap jalannya kegiatan
korporasi. Yang dimaksud dengan siapa adalah para pemegang saham,
sedangkan “mengapa” adalah karena hubungan antara pemegang saham
dengan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan.
Kepemilikan manajerial merupakan isu penting dalam teori keagenan
karena semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam suatu
perusahaan maka manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi
kepentingan pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri. Untuk
meminimalkan konflik keagenan adalah dengan meningkatkan kepemilikan
manajerial di dalam perusahaan. Semakin besar kepemilikan manajemen
dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha
meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk
kepentingannya sendiri (Paradita, 2009).
14. 13
Kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki
insentif untuk memonitor. Secara teoritis ketika kepemilikan manajemen
rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik
manajer akan meningkat. Kepemilikan manajemen terhadap saham
perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan
antara pemegang saham luar dengan manajemen. Sehingga permasalahan
keagenan diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer adalah juga
sekaligus sebagai seorang pemilik.
2.4. Proporsi Dewan Komisaris
Proporsi dewan komisaris memegang peranan penting dalam implementasi
GCGkarena merupakan inti dari GCG yang bertugas untuk menjamin
pelaksanaan strategi perusahaan. Untuk menjamin pelaksanaan GCG
diperlukan anggota dewan komisaris yang memiliki integritas, kemampuan
tidak cacat hukum dan tidak memiliki hubungan bisnis ataupun hubungan
lainnya dengan pemegang saham pengendali (mayoritas) baik secara langsung
maupun tidak langsung (Wedari, 2004).
Surat Edaran Bapepam-LK No. SE-03/PM/2000 dan peraturan BEI nomor
IA, menetapkan bahwwa dalam suatu perusahaan publik setidaknya 30% dari
seluruh anggota Dewan Komisaris harus dapat di anggap independen
(merupakan komisaris independen). Komisaris independen memainkan
peranan penting dalam suatu perusahaan karena mewakili kepentingan publik
dengan cara mengawasi manajemen perusahaan.
15. 14
Komisaris independen dapat bertindak sebagai penengah dalam
perselisihan yang terjadi di anatara para manajer internal dan mengawasi
kebijakan direksi serta memberikan nasihat kepada direksi. Sedngkan
komisaris indepnden merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi
monitoring agar tercipta perusahaan yang tata kelolanya baik.
2.5. Komite Audit
Dalam keputusan Menteri BUMN No: Kep-103/MBU/2002, menyatakan
bahwa komite audit adalah suatu badan yang berada dibawah komisaris yang
sekurang-kurangnya minimal satu orang anggota komisaris, dan dua orang
ahli yang bukan merupakan pegawai BUMN yang bersangkutan yang bersifat
mandiri baik dalam pelaksanaan tugasnya maupun pelaporannya dan
bertanggungjawab langsung kepada komisaris atau Dewan Pengawas.
Selain itu, keputusan Ketua Bapepam-LK No: Kep-41/PM/2003
menyatakan bahwa komite audit memiliki wewenang mengakses secara
penuh, bebas dan tak terbatas terhadap catatan, karyawan, dana, aset serta
sumber daya perusahaan dalam rangka tugasnya serta berwenang untuk
bekerjasama dengan auditor internal. Dalam pelaksanaan tugasnya komite
audit mempunyai fungsi membantu dewan komisaris untuk:
a. Meningkatkan kualitas laporan keuangan.
b. Menciptakan kedisiplinan dan pengendalian yang dapat mengurangi
kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan.
c. Meningkatkan efektivitas fungsi internal audit maupun eksternal audit.
16. 15
d. Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris.
2.6. Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja
Tujuan pokok penilaian kinerja (Lumbanraja, 2010) adalah untuk memotivasi
karyawan dalam mencapai tujuan organisasi dan dalam memenuhi standar
perilaku yang telah ditetapkan sebelummnya agar membuahkan tindakan dan
hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen
atau rencana formal yang dituangkan dalam rencana strategi, program, dan
anggaran organisasi. Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang
tidak semestinya, untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang
semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya, serta
penghargaan.
Penilaian perusahaan khususnya kinerja sering dilakukan untuk tujuan:
a. Memperoleh pendapat wajar atas penyertaan dalam suatu perusahaan atau
menunjukkan bahwa perusahaan bernilai lebih dari apa yang ada dalam
neraca.
b. Untuk keperluan merger dan akuisisi, yaitu untuk mengetahui berapa nilai
perusahaan dan nilai ekuitas dari masing-masing perusahaan.
c. Untuk kepentingan usaha, yang bertujuan untuk mengetahui apakah nilai
usaha lebih besar daripada likuiditasnya.
17. 16
2.7. Pengembangan Hipotesis
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya, Isnanta (2007)
meneliti mengenai pengaruh GCG dan struktur kepemilikan terhadap
manajemen laba dan kinerja perusahaan manufakturdi BEI, hasil penelitian
menemukan bahwa kepemilkan manajerial, proporsi dewan komisaris dan
komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen labatetapi berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan (girsang,
2010) yang mengemukakan hanya variabel kepemilikan manajerial yang
berpengaruh terhadap manajemen laba. Disisi lain Lumbanraja (2004)
menunjukkan bahwa GCG tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan.
Good Corporate Governance yang diproksikan kedalam kepemilikan
manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit sebagai variabel
independen dan kinerja perusahaan sebagai variabel dependen. Tujuan dari
GCG adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang
berkepentingan. Apabila GCG dalam kepemilikan manajerial, dapat berjalan
dengan baik maka dapat meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas
perusahaan. Kinerja perusahaan akan meningkat sehingga dapat menarik
investor lainnya untuk menanamkan investasinya di perusahaan tersebut.
Dewan Komisaris dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja
perusahaan karena apabila dewan komisaris menjalankan tugasnya dengan
baik maka dapat meningkatkan kepercayaan investor bahwa mereka akan
18. 17
menerima return atas dana yang telah investasikan. Komite juga dapat
memberikan pengaruh terhadap kinerja perusahaan karena komite audit yang
berjalan dengan baik dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan membuat
citra perusahaan baik di mata para investor sehingga meningkatkan
kepercayaan investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang
telah mereka investasikan.
Berdasarkan uraian teoritis yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1 : GCG berpengaruh parsial terhadap kinerja perusahaan
H2 : GCG berpengaruh simultan terhadap kinerja perusahaan
19. 18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian adalah perusahaan-perusahaan di bidang consumer
goods yang terdaftar di BEI dari tahun 2011 sampai 2014. Sampel dipilih
berdasarkan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan Consumer Goods yang terdaftar di BEI pada tahnu 2011
sampai 2014.
2. Perusahaan yang memiliki data kepemilikan manajerial, dewan komisaris,
dan komite audit.
3. Perusahaan yang terdaftar di BEI yang memiliki sekurang-kurangnya 3
(tiga) anggota komite audit.
Tabel 3.1
Daftar Perusahaan Consumer Goods yang menjadi Sampel
No Kode Nama Perusahaan
1 ADES PT. Akasha Wira Internasional Tbk
2 CEKA PT. Cahaya Kalbar Tbk
3 DLTA PT. Cahaya Kalbar
4 DVLA PT. Darya Varia Laboratoria Tbk
5 GGRM PT. Gudang Garam Tbk
6 HMSP PT. HM Sampoerna
7 INAF PT Indofarma Tbk
8 INDF PT Indofood Sukses Makmur, Tbk
9 KAEF PT. Kimia Farma Tbk
10 KDSI PT. Kedawung Setia Industrial Tbk
11 KICI PT. Kedaung Indah Can Tbk
12 KLBF PT. Kalbe Farna Tbk
13 MERK PT. Merck Tbk
18
20. 19
14 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia
15 MRAT PT. Mustika Ratu Tbk
16 MYOR PT. Mayora Indah Tbk
17 PSDN PT. Prasdiha Aneka Niaga Tbk
18 PYFA PT. Pyridam Farma Tbk
19 RMBA PT Bentoel Internasional Investama Tbk
20 STTP PT. Siantar Top Tbk
21 TCID PT. Mandom Indonesia Tbk
22 TSPC PT. Tempo Scan Pasific Tbk
23 ULTJ PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company
Tbk
Sumber : Data Diolah (IDX Statistil, 2014)
3.2 Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
Berikut merupakan variabel independen yang digunakan dalam penelitian
ini.
a. Kepemilikan manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan isu penting dalam teori keagenan
karena semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam suatu
perusahaan maka manajemen akan berupaya lebih giat untuk
memenuhi kepentingan pemegang sham yang juga adalah dirinya
sendiri (Pradita, 2009).
Kepemilikan Manajerial : Saham yang dimiliki manajemen
Total saham yang beredar
b. Proporsi Dewan Komisaris
Proporsi dewan komisaris memegang peranan penting dalam
implementasi GCG karena merupakan inti dari GCG yang bertugas
untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan (Wedari, 2004)
21. 20
Proporsi Dewan Komisaris : Jumlah anggota komisaris independen
Jumlah seluruh anggota dewan komisaris
c. Komite Audit
Komite audit berfungsi membantu dewan komisaris untuk
meningkatkan kualitas laporan keuangan, meningkatkan efektivitas
fungsi internal audit dan mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan
perhatian dewan komisaris.
Komite Audit : Jumlah anggota komite audit independen
Jumlah seluruh anggota komite audit
2. Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja
perusahaan. Kinerja perusahaan merefleksikan kinerja fundamental
perusahaan. Variabel kinerja perusahaan diukur dengan data fundamental
perusahaan, yaitu data yang berasal dari laporan keuangan. Kinerja
perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan cash flow
return on asset (CFROA). CFROA dihitung dari laba sebelum bunga dan
pajak ditambah depresiasi dibagi total aktiva
CFROA = EBIT + Dep
Assets
Keterangan:
CFROA : Cash flow return on assets
EBIT : Laba sebelum bunga dan pajak
Dep : Depresiasi
Assets : Total aset
CFROA digunakan sebagai salah satu alat untuk melakukan pengukuran kinerja
perusahaan yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba
operasi. Dengan menggunakan CFROA maka akan dapat lebih memfokuskan pada
22. 21
pengukuran kinerja perusahaan karena CFROA tidak terikat dengan harga saham Cornet
et al (2006).
3.3 Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif
dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linear
berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel yang diteliti.
Sebelum dilakukan analisis regresi, data yang akan diolah terlebih dahulu harus
bebas dari asumsi klasik (normalitas, multikolinearitas, autokorelasi dan
heterokedastisitas).
3.3.1 Uji asumsi klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujian ini di perlukan
untuk melakukan uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti
distribusi normal. Uji normalitas data dapat dilakukan dengan analisis grafik dan
uji statistik
b. Uji Autokorelasi
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi linear ada korelasi
anatara kesalahan pengganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari
autokorelasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi menggunakan uji
durbin-watson (DW test).
23. 22
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
Untuk melihat ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan
mengamati grafik scatterplot antar nilai prediksi variabel terikat dengan
residualnya. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot.
d. Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah ada
korelasi yang serius diantara variabel independen, model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk
melihat ada tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dilihat dari
nilai tolerance dan lawannya vaiance inflation factor (VIF). Batasan umum
yang dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nila
tolerance < 0,01 atau sama dengan VIF>10 (ghozali, 2005)
3.3.2 Analisis Regresi Linear Berganda
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan
menggunakan analisis regresi linear berganda. Analisis linear berganda digunakan
24. 23
untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel yang diteliti. Model regresi yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Y = a +bX1+b2X2+b3X3 +e
Dimana:
Y : kinerja perusahaan
a : konstanta
b : koefisien regresi dari variabel independen
X1 :Kepemilikan manajerial
X2 :Dewan Komisaris
X3 : Komite Audit
E : Error
3.3.3 Uji signifikasi Individual (Uji t)
Uji-t dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang positif dan
signifikan secara parsial antara variabel independen dengan variabel dependen,
hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
H0 : Variabel independen tidak berepngaruh terhadap variabel dependen
H1 : Variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen
Uji ini dilakukan dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel, dengan
ketentuan sebagai berikut:
25. 24
Jika t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima dan H1 ditolah;
Jika t-hitung> t-tabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak;
3.3.4 Uji Signifikasi Simultam (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji signifikansi sejauh mana variabel-variabel
independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen. Tahap-tahap
pengujiannya adalah sebagai berikut:
a. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif
b. Menentukan taraf signifikan. Taraf signifikan adalah 0,05
c. Membandingkan nilai F hitung dan F tabel
d. Pengambilan keputusan
H0 diterima bila F-hitung < F-tabel
H1 diterima bila F-hitung> F-Tabel
26. 25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan di bidang consumber goods yang
terdaftar di BEI dari tahun 2011 sampai 2014. Berikut nama-nama
perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian ini :
Tabel 4.1
Daftar Perusahaan yang Menjadi Objek Penelitian
No Nama Perusahaan Kode Tanggal
Berdiri
Tanggal
I.isting
1. PT. Akasha Wira Internasional Tbk ADES 7-03-1985 13-6-1994
2. PT. Cahaya Kalbar Tbk CEKA 9-12-1980 09-07-1996
3. PT. Delta Djakarta Tbk DLTA 15-7-1970 27-2-1984
4. PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk DVLA 5-2-1979 11-11-1994
5. PT. Gudang Garam Tbk GGRM 26-06-1958 27-08-1990
6. PT. HM Sampoerna Tbk HMSP 27-03-1905 15-08-1990
7. PT. Indofarma (Persero) Tbk INAF 2-1-1996 17-4-2001
8. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 14-8-1990 14-8-1994
9. PT. Kimia Farma Tbk KAEF 23-1-1969 4-7-2001
10 PT. Kedawung Setia Industrial Tbk KDSI 09-01-1973 26-07-1996
11. PT. Kedaung Indah Can Tbk KICI 11-01-1974 28-10-1993
12. PT. Kalbe Farma KLBF 10-9-1998 30-7-1991
13. PT. Merck Tbk MERK 14-10-1970 23-07-1981
14. PT. Multi Bintang Indonesia MLBI 03-08-1929 15-12-1981
15. PT. Mustika Ratu Tbk MRAT 14-3-1978 27-7-1995
16. PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk PSDN 16-4-1974 18-10-1994
17. PT. Pyridam Farma Tbk PYFA 27-11-1976 16-10-2001
18. PT. Bentoel Internasional Investama
Tbk
RMBA 19-1-1979 5-3-1990
19. PT. Siantar Top Tbk STTP 12-5-1987 16-12-1996
20. PT. Mandom Indonesia Tbk TCID 5-11-1969 30-9-1993
21. PT. Tempo Scan Pasific Tbk TSPC 20-5-1970 17-6-1994
22. PT. Ultrajaya Milk Industry &
Trading Company Tbk
ULTJ 2-11-1971 2-7-1990
23. PT. Unilever Indonesia Tbk UNVR 5-12-1933 11-1-1982
Sumber : Data Diolah (IDX Statistik, 2014)
25
27. 26
Perusahaan- perusahaan tersebut merupakan perusahaan-perusahaan yang
telah memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian berdasarkan metode pemilihan
sampel yang digunakan yaitu metode purposive sampling. Berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan, terdapat sejumlah 23 perusahaan consumber goods yang
memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel dan diamati selamat periode 2011
sampai dengan 2014.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Analisis regresi
linear berganda digunakan untuk mengetaui pengaruh dari beberapa varibel
independen terhadap variabel dependen. Analisis data dimulai dengan mengolah
data menggunakan Microsoft Excel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi
klasik dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan regresi berganda.
pengujian asumsi klasik dan regresi bergandan dilakukan dengan menggunakan
software SPSS (Statistical Product and Service Solution 15.0 for Windows.
Prosedur dimulai dengan memasukkan semua variabel independen dan
variabel dependen ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output
sesuai dengan metode analisis data yang telah ditentukan.
4.2 Statistik Deksriptif
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah good corporate governance
yang dalam hal ini diproksikan kedalam kepemilikan manajerial, proporsi dewan
komisaris dan komite audit sebagai variabel independen dan kinerja perusahaan
sebagai variabel dependen.
Statistik deksriptif memberikan gambaran umum tentang objek penelitian yang
dijadikan sampel. Penjelasan data melalui statistik deksriptif diharapkan
memberikan gambaran awal tentang masalah yang diteliti. Statistik deksriptif
difokuskan pada nilai maksimum, minimum, rata-rata dan standar deviasi. Berikut
ini tabel statistik deksriptif variabel-variabel dari sampel perusahaan consumer
goods tahun 2011-2014 :
Tabel 4.2
Statistik Deksriptif Variabel Penelitian Perusahaan Sampel
N Minimum Maximum Mean Std
Deviation
Kepemilikan Manajerial 69 50 99 .7887 .14218
Proporsi Dewan Komisaris 69 33 80 .4267 .13370
Komite Audit 69 20 50 .3403 .04932
Kinerja Perusahaan 69 48 98 .7291 .15464
Valid N ( listwise ) 69
Sumber : Data yang diolah peneliti, 2013
28. 27
Dari hasil analisis statistik deksriptif dalam tabel 4.2 diketahui bahwa
jumlah observasi dalam penelitian (N) adalah 69. Variabel kepemilikan manajerial
memiliki nilai minimum sebesar 50% dan nilai maksimum sebesar 99% dengan
rata-rata sebesar 78,87%. Sementara standar deviasi sebesar 14,21% menunjukkan
simpangan data yang relatif kecil, karena nilainya yang lebih kecil daripada nilai
mean-nya.
Variabel proporsi dewan komisaris menunjukkan nilai minimum sebsar
33% dan nilai maksimum sebesar 80%. Jumlah komisaris independen yang besar
dalam perusahaan dapat menjadi kontrol terhadap kebijakan perusahaan.
Sedangkan nilai rata-rata keseluruhan proporsi dewan komisaris adalah 42,67%
dengan standar deviasi sebesar 13,37%. Simpangan data variabel ini relatif kecil,
karena nilainya yang lebih kecil daripada mean-nya.
Variabel komite audit mempunyai nilai minimum sebesar 20% dan nilai
maksimum sebesar 50% dengan nilai rata-rata sebesar 34,03%. Sementara standar
deviasi sebesar 4,93% menunjukkan simpangan data yang relatif kecil, karena
nilainya yang lebih kecil daripada nilai mean-nya.
Variabel kinerja perusahaan mempunyai nilai minimum sebesar 48% dan
nilai maksimum sebesar 98%. Sementara standar deviasi sebesar 15,46%
menunjukkan simpangan data yang relatif kecil, karena nilainya yang lebih kecil
daripada nilai mean-nya yaitu sebesar 72,91%. Dengan tidak besarnya simpangan
data, menunjukkan bahwa data variabel kinerja perusahaan dikatakan cukup baik.
4.3 Hasil Pengujian Asumsi Klasik
4.3.1 Uji Normalitas
Tujuan dilakukannya uji normalitas adalah untuk menguji apakah dalam
model regresi, residual memiliki distribusi normal. Cara yang dilakukan untuk
melihat normalitas adalah menggunakan analisa grafik (grafik histogram dan
normal probability plot) dan analisa statistik dengan menggunakan uji
kolmogorov-smornov (K-S). Grafik histrogram membandingkan antara data
observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Dalam normal
probability plot, jika distribusi data residual normal maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
Uji data statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov (K-S) memberikan
pedoman pengambilan keputusan rentang data mendekati atau merupakan
distribusi normal berdasarkan uji Kolmogrovo Smirnov yang dapat dilihat dari :
a. Nilai signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah
normal.
29. 28
b. Nilai signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak
normal.
Hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolomogorov Smirnov adalah
seperti yang ditampilkan berikut ini :
Tabel 4.3
One-Sample Kolmogorov Smirnov Test
Kinerja
Perusahaan
Kepemilikan
Manajerial
Proporsi
Dewan
Komisaris
Komite
Audit
N
Normal Parameters (a,b) Mean
Std.Deviation
Most Extreme Differences Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
69
.7291
.15464
.124
.124
-.096
1.027
.242
69
.7887
.14218
.115
.085
-.115
.957
.319
69
.4267
.13370
.258
.258
-.235
2.142
.672
69
.3403
.04932
.496
.496
-.388
4.117
.960
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data yang diolah peneliti, 2013
Berdasarkan Tabel 4.3 dalam hasil uji statistik dengan model Kolmogorov-
Smirnov dapat dilihat bahwa nilai asymptonic significance (2-tailed) Kolmogorov-
Smirnov dari variabel kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, komite
audit dan kinerja perusahaan perusahaan lebih besar dari 0,05 atau lebih
terdistribusi dengan normal. Dengna demikian, secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa nilai-nilai observasi data telah terdistribusi secara normal dan
dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelas, berikut ini
turut dilampirkan grafik histogram dan plot data yang terdistribusi normal.
30. 29
Gambar 4.1
Grafik Histogram
Dependent Variable : Kinerja Perusahaan
Regression Standardized Residual
Dengan cara membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang
mendekati distribusi normal, dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa
distribusi data normal karena grafik histrogram menunjukkan distribusi data
mengikuti garis diagonal yang tidak melenceng (skewness) ke kiri maupun kanan
atau normal.
31. 30
Gambar 4.2
Grafik Probability Plot
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable : Kinerja Perusahaan
Sumber : Data yang diolah peneliti, 2013
Demikian pula dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik
plot di atas. Pada grafik normal plot, terlihat titik-titik menyebar disekitar garis
diagonal serta penyebarannya agak mendekati dengan garis diagonal sehingga
dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal.
32. 31
4.3.2 Uji Autokolerasi
Dalam uji autokolerasi ini, kita dapat menguji apakah dalam model regresi
linier ada kolerasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan-
kesalahan penggangu pada periode sebelumnya.
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokolerasib
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of
the Estimate
Durbin-Watson
1 .643a
.320 .321 .15604 1.963
a. Predictors : (Constant), komite audit, proporsi dewan komisaris, kepemilikan
manajerial
b. Dependent Variable : kinerja perusahaan
Sumber : Data yang diolah peneliti, 2013
Tabel 4.4 memperlihatkan nilai statistik D-W sebesar 1,963. Sementara
dari tabel Durbin-Watson diketahui bahwa nilai dl = 1,5205 dan dU = 1,7015,
sehingga nilai 4-dU = 2,2985 dan 4-dl = 2,4795. Karena nilai d (Durbin-Watson)
terletak pada daerah dU < d < 4-dU, maka Ho diterima dan kesimpulannya yaitu
tidak terjadi autokolerasi pada model regresi.
33. 32
4.3.3 Uji Heterokedastisitas
Untuk melihat ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan
dengan mengamati grafik scatterplot antar nilai prediksi variabel terikat dengan
residualnya. Uji heterokedastisitas berdasarkan pada gambar 4.3 pola titik-titik
yang terdapat pada scatterplot dari model regresi menunjukkan bahwa titik-titik
menyebar dengan pola ynag tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu
Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heterokedastisitas
pada model regresi.
Gambar 4.4
Scatterplot
Dependent Variable : kinerja perusahaan
34. 33
4.3.4 Uji Multikolinearitas
Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolonieritas adalah dengan
melihat besaran kolerasi antar variabel independen dan besarnya tingkat
kolonieritas yang masih dapat ditolerir, yaitu : Tolerance > 0.10 dan VIF < 10.
Berdasarkan hasil yang ada pada tabel 4.5 dan tabel 4.6 menunjukkan
bahwa variabel independen yaitu : Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan
Komisaris dan Komite Audit Memiliki angkat Tolerance lebih dari hasil 0,10 dan
angka Variance Inflation Factor (VIF) di bawah 10. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam
model regresi. Berikut disajikan tabel hasil pengujian.
Tabel. 4.5
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Kepemilikan Manajerial
Proporsi Dewan Komisaris
Komite Audit
.824
.950
.861
1.213
1.053
1.161
a Dependent Variable : kinerja perusahaan
Sumber : Data yang diolah peneliti, 2013
35. 34
4.4 Sumber Good Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan
4.4.1 Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh variabel independen, peneliti
menggunakan analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil penolahan data dengan
program SPSS 15, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
36. 35
Berdasarkan tabel 4.7 pada kolom unstandardized coefficient (B) maka
persamaan regresi berganda ynag dapat dibentuk sebagai berikut :
KP = 0,555 – 0,007 KM + 0,152 PDK + 0,338 KA + €
Dimana : KP = Kinerja Perusahaan
KM = Kepemilikan Manajerial
PDK = Proporsi Dewan Komisaris
KA = Komite Audit
Hasil persamaan regresi berganda tersebut, nilai konstanta sebesar 0,555
menyatakan bahwa jika tidak ada perubahan pada variabel bebas (X1 = 0, X2 = 0,
dan X3 = 0) maka nilai kinerja perusahaan (KP) adalah sebesar 55,5%. Dari
persamaan regresi tersebut, pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap
kinerja perusahaan dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
a. Kepemilikan manajerial memiliki koefisien bertanda negatif sebesar
0,007, hal tersebut menyatakan bahwa setiap pengurangan satu skor atau
nilai variabel kepemilikan manajerial akan menurunkan nilai kinerja
perusahaan sebesar 0,007 atau 0,7%.
b. Proporsi dewan komisaris memiliki koefisien bertanda positif sebesar
0,152, hal tersebut menyatakan bahwa setiap penambahan satu skor atau
nilai variabel proporsi dewan komisaris akan menaikkan nilai kinerja
perusahaan sebesar 0,152 atau 15,2%
c. Komite audit memiliki koefisien bertanda positif sebesar 0,338, hal
tersebut menyatakan bahwa setiap penambahan satu skor atau nilai
variabel komite audit menaikkan nilai kinerja perusahaan sebesar 0,338
atau 33,8%.
4.4.2 Pengujian Hipotesis
4.4.2.1 Koefisien Kolerasi dan Koefisien Determinasi
Nilai koefisien kolerasi (R) menunjukkan seberapa besar kolerasi atau
hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen.
Koefisien kolerasi dikatakan kuat apabila nilai R berada di atas 0.5 dan
mendekati 1.
Koefisien determinasi (R Square) menunjukkan seberapa besar variabel
independen menjelaskan variabel dependennya. Nilai R Square adalah nol
sampai dengan satu. Apabila nilai R square semakin mendekati satu, maka
variabel-variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen.
37. 36
Sebaliknya, semakin kecil nilai R square, maka kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen semakin
terbatas.
Hasil analisis koefisien kolerasi dan koefisien determinasi mengenai
pengaruh good corporate governance (kepemilikan manajerial, proporsi
dewan komisaris dan komite audit) terhadap kinerja perusahaan, dijabarkan
sebagai berikut :
Tabel 4.8
Hasil Analisis Koefisien Kolerasi dan Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .643a
.320 .321 .15604
a. Predictors : (Constant), komite audit, proporsi dewan komisasris,
kepemilikan manajerial
b. Dependent Variable : kinerja perusahaan
Sumber : Data yang diolah peneliti, 2013
Pada model summary, nilai koefisien kolerasi (R) sebesar 0,643 yang
berarti bahwa kolerasi atau hubungan antara kinerja perusahaan dengan
variabel independennya good corporate governance yang diproksikan
kedalam kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit
cukup kuat karena bedara di atas 0,5. Angkat adjusted R square atau koefisien
determinasi adalah 0,321. Hal ini berarti 32,1% variasi atau perubahan dalam
kinerja perusahaan dapat dijelaskan oleh variasi dari good corporate
governance yang diproksikan kedalam kepemilikan manajerial, proporsi
dewan komisaris dan komite audit, sednagkan sisanya (67,9%) dijelaskan oleh
sebab-sebab lain.
4.4.2.2 Uji Secara Parsial ( Uji t )
Untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi
berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen, maka dilakukan
pengujian dengan menggunakan uji t ( t test ).
38. 37
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel
independennya. Berdasarkan hasil pengolahan SPSS, diperoleh hasil sebagai
berikut :
Dari tabel hasil uji secara parsial diatas dapat dijelaskan bahwa :
1. Pengujian Hipotesis pada Variabel independen Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial memiliki signifikansi t sebesar 0,960 yang
lebih besar dari 0,05 nilai t hitung diketahui bahwa t hidung (-0,050) lebih
kecil dari t tabel (1,99713), maka Ho diterima dan H1 ditolak, artinya
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja perusahaan
2. Pengujian Hipotesis pada Variabel independen Proporsi Dewan Komisaris
Proporsi dewan komisaris memiliki signifikansi t sebesar 0,028
yang lebih kecil dari 0,05. Nilai t hitung diketahui sebesar 2,049
sedangkan nilai t tabel sebesar 1,99713. Sehingga diketahui bahwa t hitung
(2,049) lebih besar dari t tabel (1,99713), maka H1 diterima dan Ho
ditolak, artinya proporsi dewan komisaris berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja perusahaan.
3. Pengujian Hipotesis pada Variabel independen Komite Audit
Komite audit memiliki signifikansi t sebesar 0,617 yang lebih besar
dari 0,05. Nilai t hidung diketahui sebesar 0,817 sedangkan nilai t tabel
sebesar 1,99713. Sehingga diketahui bahwa t hitung (0,817) lebih kecil
dari t tabel (1,99713), maka Ho diterima dan H1 ditolak, artinya komite
audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan.
39. 38
4.4.2.3 Uji Secara Simultan ( Uji F )
Uji statistis F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel dependen hasil uji F dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.9
UJI F
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig
1 Regression
Residual
Total
.043
1.583
1.626
3
65
68
.014
.024
3.595 .041a
a. Predictors : (Constant), komite audit, proporsi dewan komisasris, kepemilikan
manajerial
b. Dependent Variable : kinerja perusahaan
Sumber : Data yang diolah peneliti, 2013
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai F hitung sebesar 3,595 dengan
signifikansi 0,041. Sementara berdasarkan tabel statistik pada signifikansi 0,05,
maka diketahui bahwa F tabel adalah 2,7459. Sehingga diketahui bahwa F hitung
(3,959) lebih ebsar dari F tabel (2,7459). Maka H2 diterima dan dapat disimpulkan
bahwa variabel kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit
secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat
dijelaskan oleh variabel kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan
komite audit. Namun, dari ketiga variabel tersebut hanya proporsi dewan
komisaris yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Penjelasan dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut :
4.5.1 Kepemilikan Manajerial
Pengujian terhadap variabel kemeplikan manajerial menunjukkan bahwa
variabel ini tidak berpengaruh terhadap kinerja perusaaan. Hal ini sesuai dengan
signifikansi t sebesar 0,960 yang lebih besar dari 0,05. Dan juga dilihat dari nilai
t hitung (0,050) yang lebih kecil dari t tabel (1,99613). Hasil penelitian tidak
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Isnanta (2007) yang
menyatakan bahwa kemeplikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan kemepilikan saham yang
dimiliki manajemen perusahaan ynag diukur dengan persentase jumlah saham
yang dimiliki oleh manajemen. Besar kecilnya jumlah kemeplikan manajerial
dalam perusahaan akan mengindikasikan adanya kesamaan kepentingan antara
manajemen dengan pemegang saham atau pemilik. Namun sebagian perusahaan
40. 39
memiliki tingkat kepemilikan manajerial yang rendah sehingga kinerja manajer
dalam mengelola perusahaan kurang optimal dan manajer sebagai pemegang
saham minoritas dapat berpartisipasi aktif dalam membuat suatu keputusan
diperusahaan, sehingga tidak mempengaruhi kinerja perusahaan.
4.5.2 Proposal Dewan Komisaris
Pengujian terhadap variabel proporsi dewan komisaris menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel ini dengan variabel
dependennya yaitu kinerja perusahaan. Hal ini sesuai dengan signikansi t sebesar
0,02 yang lebih kecil dari 0,05. Dan juga dilihat dari nilai t hidung (2,049) yang
lebih besar dari t tabel (1,99713). Hal ini menunjukkan bahwa proporsi dewan
komisaris mampu menjadi mekanisme good coporate governance yang dapat
memberikan informasi yang pasti dan perkembangan penting perusahaan secara
cepat dan transparan yang pada akhirnya berdampak pada kinerja perusahaan
yang baik. Hasil ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Isnanta
(2007) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
proporsi dewan komisaris kinerja perusahaan. Proporsi dewan komisaris yang
berasal dari luar perusahaan atau komisaris independen mempengaruhi kinerja
perusahaan yang bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi
diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta
memberikan nasihat kepada manajemen. Adanya komisaris independen
diharapkan dapat memberikan fungsi pengawasan terhadap perusahaan secara
objektif dan independen, menjamin pengelolaan yang bersih dan sehatnya
operasi perusahaan sehingga dapat mendukung kinerja perusahaan.
4.5.3 Komite Audit
Pengujian terhadap variabel komite audit menunjukkan bahwa variabel ini
tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hal ini sesuai dengan
signifikansi t sebesar 0,617 yang lebih besar dari 0,05. Dan juga dilihat dari nilai
t hitung (0,817) yang lebih kecil dari t tabel (1,99713). Hasil penelitian ini tidak
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh isnanta (2007) yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara komite audit
dengan kinerja perusahaan. Komite audit adalah organ tambahan yang
diperlukan dalam pelaksanaan prinsip good corporate governance. Komite audit
dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan pemeriksaan atau penelitian
yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam melaksanakan
pengelolaan perusahaan serta melaksanakan tugas penting berkaitan dengan
sistem pelaporan perusahaan. Namun tidak sedikit perusahaan yang belum
melakukan proses penunjukkan anggota komite audit secara jelas dan terbuka,
sehingga keindependesiannya masih patut diragukan. Kurangnya independensi
atau lemahnya kontrol dari komite audit berdampak terhadap pengelolaan
perusahaan sehingga tidak mempengaruhi kinerja perusahaan.
Hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan uji F menunjukkan
bahwa nilai F hitung sebesar 3,595 lebih besar dari F tabel sebesar 2,7459
41. 40
sehingga dapat disimpulkan bahwa kemeplikian manajerial, proprosi dewan
komisaris, dan komite audit berpengaruh secara simultan terhadap kinerja
perusahaan.
Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Girsang (2010) yang menyatakan bahwa good corporate governance tidak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Penerapan GCG
dalam dunia usaha di Indonesia merupakan tuntutan zaman agar perusahaan-
perusahaan yang ada jangan sampai terlindas oleh persaingan global yang
semakin keras. GCG pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan
kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan.
42. 41
BAB V
Simpulan dan Saran
5.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab-bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Secara parsial variabel-variabel bebas menunjukkan hasil yang berbeda:
a. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja perusahaan dengan signifikansi t sebesar 0,960 yang lebih besar
0,05, artinya kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap
kinerja perusahaan
b. .Proporsi dewan komisaris berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
perusahaan dengan nilai signifikansi sebesar 0,028 yang lebih kecil dari
0,05, artinya semakin meningkatnya proporsi dewan komisaris maka
semakin meningkat pula kinerja perusahaan.
c. Komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
perusahaan dengan nilai signifikansi t sebesar 0,617 yang lebih besar dari
0,05. Artinya komite audit tidak memilki pengaruh terhaap kinerja
perusahaan.
2. Hasil uji f menunjukkan bahwa GCG, yang diproksikan dalam
kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, dan komite audit
berpengaruh secara simultan terhadap kinerja perusahaan degnan F hitung
(3,595) lebih besar dari F tabel (2,746). Artinya variabe kepemilikan
manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit secara bersama-
sama berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
5.2 Keterbatasan dan Saran Penelitian Selanjutnya
Penelitian yang telah dilakukan pada dasarnya mempunyai keterbatasan dan
kelemahan-kelemahan yang memerlukan penyempurnaan dimasa yang akan
datang, antara lain:
1. GCG yang digunakan dalam penelitian ini masih terbatas pada tiga
variabel yaitu kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, dan
komite audit. Penelitian selanjutnya perlu mengidentifikasi mekanisma
GCG lain untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap kinerja
perusahaan, seperti kepemilikan konstitusional, menyertakan keahlian
41
43. 42
komite audit dan komisaris independen, sistem insentif manajemen, dewan
direksi dan lain sebagainya.
2. Perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini hanya
perusahaan consumer goods saja. Penelitian selanjutnya, sebaiknya
menggunakan sampel kelompok perusahaan lain yang listed di BEI.
44. DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Helmi Ikhwanul. 2010. Hubungan Antara Mekanisme Good Corporate
Governance (Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Asing,
Hutang dan Kualitas Audit) dengan Kinerja Saham. Skripsi, Jurusan Akuntansi,
Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro Semarang.
Chtourou, Klapper, Leora. F dan I. Love. 2001. Corporate Governance, Investor Protection
and Performance in Emerging Market. Working Paper. http://www.ssrn.com
Cornett M. M, J. Marcuss, Saunders dan Tehranian H. (2006). Earnings Management,
Corporate Governance, and True Financial Performance.
Http://papers.ssrn.com/
Deni Darmawati, Khomsiyah dan Rika Gelar Rahayu, 2004. Hubungan Corporate
Governance dan Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII, IAI, 2004.
Effendi, M. Arief, 2005, “Peranan Komite Audit dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan.”
Jurnal Akuntansi Pemerintah, Volume 1, No. 1, Jakarta.
Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Ketiga,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Gideon SB Boediono. (2005). Kualitas Laba : Studi Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur.
Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, 2005
Girsang, Isian, 2010. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen
Laba Dan Kinerja Perusahaan Real Estate Dan Property Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia, Skripsi, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera
Utara.
Isnanta, Rudi, 2007. Pengaruh Good Corporate Governance Dan Struktur Kepemilikan
Terhadap Manajemen Laba Dan Kinerja Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Jakarta, Skripsi, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam
Yogyakarta.
Kaen, Drobetz.2003.Corporate Governance and Expected Stock Returns: Evidence From
Germany, ECGI Finance Working Paper.