Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam muatan lokal.
2. Pengembangan kurikulum PAI muatan lokal bertujuan untuk meningkatkan relevansi pendidikan dan melestarikan nilai-nilai budaya lokal.
3. Terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan kurikulum PAI muatan lokal.
1. Ram@
PENGEMBANGAN KURIKULUM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MUATAN LOKAL
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur
dalam Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu : Bustian Ardinata, S.Pd, M.Pd.
Disusun oleh :
RAMA PURNAMA SARI
NIM: 03.2125.12
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM (BKI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KERINCI
TA. 2015
2. Ram@
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak pemikir dan praktisi pendidikan mengungkapkan bahwa
pendidikan telah turut memberi pengaruh terhadap terjadinya alienasi peserta
didik dari konteks sosial-budayanya. Politik pendidikan Orde Baru yang
menganut pespektif homogenisasi yang tercermin pada pendekatan sentralisasi
pengelolaan pendidikan dalam berbagai aspeknya, telah berdampak pada reduksi
keragaman masyarakat Indonesia. Akibatnya, ketika peserta didik
menyelesaikan pendidikan formalnya, baik pada jenjang pendidikan dasar,
menengah bahkan pendidikan tinggi, mereka merasa asing dan pada gilirannya
mereka tidak mampu memberi kontribusi nyata terhadap masyarakat yang
mengitarinya. Sehingga, tidaklah terlalu berlebihan, bila dalam kenyataanya,
kemudian sering terdengar ungkapan yang menyatakan bahwa semakin tinggi
pendidikan semakin lebar gave antara dirinya dengan lingkungan sosial yang
mengitarinya.
Berbagai upaya untuk menjembatani pendidikan formal peserta didik
dengan lingkungan sosio-kulturalnya telah diupayakan. Sejak tahun 1980-an
akhir, dalam upaya peningkatan relevansi pendidikan, pemerintah telah
melakukan serangkaian terobosan, di antaranya melalui penerapan kurikulum
muatan lokal. Melalui penerapan kurikulum ini, maka tuntutan untuk
mewujudkan diversifikasi kurikulum untuk melayani peserta didik dan potensi
daerah yang beragam, sesuai dengan diversifikasi jenis pendidikan dan
menyesuaikan dengan kondisi setempat menjadi sangat urgen dikembangkan.
Namun, dalam implementasi kurikulum muatan lokal, sampai saat ini masih
dihadapkan pada beberapa persoalan. Di antara persoalan mendasar berkenaan
dengan, bagaimana perumusan kurikulum ini dilaksanakan, sehingga benar-
benar mampu memberi kontribusi nyata terhadap peserta didik.
Salah satu unsur yang harus dilestarikan dan dijaga melalui kegiatan
pendidikan adalah nilai, tradisi, budaya, keterampilan dan konsep yang berlaku
pada masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah menggulirkan
perubahan kurikulum dengan menambahkan mata pelajaran muatan lokal.
Melalui pembelajaran muatan lokal diharapkan peserta didik, tidak saja memiliki
pengetahuan akademis berupa pengetahuan yang bersifat global sebagaimana
diharapkan, tetapi juga mempunyai kepedulian terhadap nilai-nilai sosio-kultural
yang melingkupi peserta didik.
Dalam konteks pendidikan yang lebih luas dikenal dengan adanya materi
khusus atau yang sering dikenal dengan istilah kurikulum muatan lokal yang
merupakan upaya atau terobosan program pendidikan yang secara khusus
disusun untuk peserta didik agar memiliki kompetensi yang dibutuhkan
masyarakat dewasa ini. Hal ini menuntut madrasah sebagai lembaga pendidikan
3. Ram@
berbasis Islam dituntut mampu mengembangkan kurikulum pendidikan
Islamnya baik melalui celah muatan lokal maupun dengan menambah waktu
belajar yang dikhususkan untuk materi-materi keislaman sesuai visi dan misi
lembaga pendidikan masing-masing.
Dilihat dari fenomena yang ada, nilai-nilai religius pada masyarakat pada
umumnya merosot, seperti menganggap kurang pentingnya pendidikan agama
pada anak, dan menomor duakan pendidikan agama Islam dari pendidikan pada
umumnya. Hal ini disebabkan karena perasaan emosional yang timbul dari
ketidaktahuan masyarakat terhadap pendidikan agama Islam. Dari sini maka
akan timbul ketidak pedulian orang tua murid terhadap pendidikan agama pada
anaknya. Kondisi tersebut menuntut sekolah dapat mengembangkan kurikulum
pendidikan agama Islamnya dan mengimplementasikannya dengan baik dan
tertata.
Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis merasa tertarik menulis dan
membahas tentang pengembangan kurikulum PAI muatan lokal di
Sekolah/Madrasyah
B. Tujuan dan Manfaat
Adapun yang menjadi tujuan penulis makalah ini adalah sebagai berikut;
1. Agar mahasiswa mengetahui dan paham apa itu kurikulum PAI muatan lokal
2. Agar mahasiswa mengetahui pengembangan kurikulum PAI muatan lokal di
Madrasah/Sekolah.
3. Agar mahasiswa mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam
pengembangan kurikulum PAI muatan lokal.
4. Agar mahasiswa mengetahui peranan kurikulum PAI muatan lokal dalam
upaya peningkatan mutu pendidikan agama Islam
Sedangkan manfaatnya yaitu secara teoritis makalah ini untuk
mengembangkan ilmu pendidikan dalam bidang kependidikan Islam dan juga
memberikan masukan pada mahasiswa STAIN Kerinci untuk menambah bahan
pustaka. Sedangkan secara praktis manfaat makalah ini dapat menjadi
sumbangan pemikiran dan masukan untuk meningkatkan kualitas program
pendidikan.
4. Ram@
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pengembangan Kurikulum PAI Muatan Lokal
A. Pengembangan Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum semula berasal dari istilah yang dipergunakan
dalam dunia olah raga pada zaman Yunani Kuno. Secara bahasa, kurikulum
berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “curir” artinya pelari, dan “curere”
yang artinya tempat berpacu. Sehingga kurikulum diartikan sebagai jarak
yang ditempuh oleh pelari.1
Sedangkan menurut istilah pengertian kurikulum dapat di definisikan
sebagai berikut :
a. J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam bukunya Curriculum
Planning for Better Teaching and Learning sebagaimana dikutip oleh
Nasution menjelaskan bahwa The curriculum is the sum total of school’s
efforts to influence learning, whether in the class room, or the
playground, or out of school.2 Yaitu kurikulum diartikan segala usaha
sekolah untuk mempengaruhi pembelajaran, apakah di dalam kelas, atau
di halaman ataupun di luar sekolah.
b. David Pratt mendefinisikan : “A curriculum is an organized set of formal
educational and or training intentions”.3 Yaitu kurikulum diartikan
sebagai seperangkat organisasi pendidikan formal atau pusat-pusat
latihan.
c. Peter F. Oliva mendefinisikan : “ Curriculum is everything that goes on
within the school, including extraclass activites, guidance, and
interpesonal relationship”.4 Yaitu kurikulum adalah sesuatu yang terjadi
di sekolah termasuk kegiatan ektra kelas, bimbingan dan hubungan antar
perseorangan.
d. Kurikulum dalam pendidikan Islam dikenal dengan istilah manhaj yang
berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak
didiknya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
mereka.5
1 Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung:: Sinar Baru
Algensindo, 1991), h. 4.
2 S. Nasution, Asas-asas Kurikulum,(Jakarta: Bumi Aksara, 2001), Cet. 4, h. 4-5.
3 David Pratt, Curriculum: Design and Development, (San Diego: Harcourt Brace Jovanovich,
1980), h. 4.
4
Peter F. Oliva, Developing the Curriculum, (Boston: Little, Brown and Company,1982), h. 6.
5
Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, Filsafat Pendidikan Islam (terj. Hassan
Langgulung), (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 478.
5. Ram@
e. Selain manhaj kurikulum bisa diartikan dengan istilah muqarrar yang
berarti ketetapan yang diwajibkan pada pengajaran siswa dalam madrasah
atau di kelas.6
2. Pengertian Pengembangan Kurikulum
Banyak dari para ahli pendidikan yang memberikan formulasi
berbeda dalam mengartikan kurikulum. Akan tetapi secara substansial adalah
sama yaitu mengarah pada mata pelajaran. Yurmaini Mainuddin memberikan
definisi tentang pengembangan kurikulum bahwa pengembangan kurikulum
merupakan suatu upaya yang diberikan / disponsori oleh sekolah untuk
memberikan pengalaman edukatif dalam menumbuh kembangkan seluruh
potensi psikologi dan fisik siswa untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.7
P. J. Hills menyatakan: “curriculum development could be
summarised as the planning, implimentation and evaluation of the
educational”.8 Pengembangan kurikulum disini menunjuk pada kegiatan
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian program pendidikan.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan
kurikulum adalah upaya kegiatan edukatif yang dilakukan oleh sekolah
untuk menumbuh kembangkan seluruh potensi siswa dengan merencanakan,
melaksanakan dan menilai apa yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan
yang diharapkan.
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agam Islam
Di dalam GBPP PAI dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam
adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami,
menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran dan atau latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk
menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama
dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.9
Menurut A. Tafsir pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang
diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal
sesuai dengan ajaran Islam.10
Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka
mempersiapkan peserta didik agar meyakini, memahami dan mengamalkan
6
M. Muzammil Basir dan M. Malik Said, Madkhola ila al Manahij wa Turuqu al Tadris, (Daru
al Liwa’ Linnasyri wa al Tauzik: Mamlakah Arabiyah Su’udiyah, 1995), h.16.
7
Yurmaini Mainuddin, Pengembangan dan Pelaksanaan Kurikulum yang Menjiwai
Tercapainya Lulusan yang Kreatif dalam Konveksi Nasional Pendidikan II, Kurikulum untuk Abad 21 ,
(Jakarta : Grasindo, 1994), h. 48.
8 P. J. Hills, Adictionary of education, (London : Routledge A Kegan Paul, 1982), h. 22.
9
Muhaimin, et. al., Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam di Sekolah, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001), h. 7.
10
Abdul Majid, dkk., Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi
Kurikulum 2004, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2004), h. 130.
6. Ram@
ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan pelatihan yang
telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Dasar Pendidikan Agama Islam
a. Dasar Yuridis / Hukum
1). Dasar falsafah negara Pancasila, sila pertama : Ketuhanan Yang Maha
Esa.
2). UU No. 20 Th. 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 30
ayat (1) sampai (5)
b. Dasar Religius
Yaitu dasar-dasar yang bersumber dari ajaran Islam yang tertera dalam
ayat al-Qur’an maupun alHadits. Dalam al-Qur’an surat An-Nahl ayat
125, yang berbunyi :
“Serulah manusia kepada jalan Tuhan mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat di jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk”.11
Selain ayat di atas juga disebutkan dalam hadits yang artinya;
“Dari Abi Hurairoh R.A. berkata : Rasul SAW bersabda, setiap anak
yang dilahirkan itu telah membawa fitroh beragama (perasaan percaya
kepada Allah) Maka kedua orang tuanya lah yang menjadikan anak
tersebut beragama Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi (HR. Muslim).12
C. Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal
Pentingnya mengembangkan kurikulum muatan lokal didasarkan pada
PP RI No. 19 th. 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 14 ayat 1,
bahwa kurikulum untuk SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat dan
kurikulum untuk SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat dapat
memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal.13 Sehingga dalam hal ini
kurikulum muatan lokal sebagai bagian dari kurikulum nasional hanyalah
sebagai pengaya kurikulum nasional. Hal ini menujukkan bahwa masuknya
muatan local tidak berarti merubah kurikulum yang sudah ada. Artinya, ditinjau
dari bidang studi yang telah ada dalam kurikulum nasional tetap digunakan dan
dijadikan rujukan dalam menyusun pengajaran muatan lokal.
1. Pengertian kurikulum muatan lokal
Kurikulum muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan
media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan
11
DEPAG RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Kumudasmoro Grafindo, 1994), h, 421.
12
A.Razak dan Rais Latif, Terjemahan Hadits Shohih Muslim Jilid III, (Jakarta : Pustaka al
Husna, 1980), h. 236.
13
PP RI No. 19 th. 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005),
Pasal 14 ayat (1), h. 11.
7. Ram@
sosial, dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari
oleh murid di daerah itu.14
Kurikulum muatan lokal juga disebut dengan istilah kurikulum
institusional yaitu kurikulum yang dikembangkan oleh masing-masing
sekolah sesuai dengan visi, misi dan kebutuhan pemakai jasa pendidikan.15
Dari definisi di atas dapat dijelaskan bahwa kurikulum muatan local
adalah suatu program pendidikan yang dikembangkan atau disusun sendiri
oleh daerah ataupun suatu lembaga pendidikan yang sesuai dengan visi, misi
dan kebutuhan pemakai jasa sebagai program unggulan atau ciri khas suatu
lembaga pendidikan / madrasah.
2. Tujuan kurikulum muatan lokal
Muatan lokal diberikan dalam rangka usaha pengenalan, pemahaman
dan pewarisan nilai karakteristik daerah kepada peserta didik di sekolah.16
Hal ini semata-mata untuk menyelaraskan apa yang diberikan kepada siswa
dengan kebutuhan dan kondisi yang ada di daerahnya,mengoptimalkan
potensi dan sumber belajar yang ada di sekitar bagi kepentingan anak didik,
menumbuhkan dan mengembangkan minat perhatian anak didik sesuai
dengan kebutuhan yang ada di daerahnya, memperkenalkan dan
menanamkan kehidupan sosial budaya, serta nilai-nilai yang tumbuh dan
berkembang di masyarakat kepada anak didik.17
Secara ringkas tujuan pengajaran muatal lokal adalah agar siswa :
a. Memiliki bakat kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan
mengenai daerahnya atau agamanya.
b. Mengenal lebih dekat dengan lingkungan alam sosial dan budaya.
c. Memiliki sikap dan prilaku yang selaras dengan nilai-nilai atau aturan
yang berlaku di daerahnya serta dapat melestarikan dan
mengembangkannya.
Karena itu program muatan lokal yang dikembangkan tidak hanya
berbasis kompetensi melainkan juga dikembangkan dengan berbasis life
skill, yaitu kurikulum yang dikembangkan bertolak dari kebutuhan,
kemampuan, minat dan bakat dari peserta didik itu sendiri.18
14
Subandijah, Pengembangan dan inovasi kurikulum, (jakarta: Raja Grafindo persada, 1992), h.
148.
15
Arief Furchan, dkk, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi
Agama Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), h. 72.
16
Subandijah, Pengembangan dan inovasi kurikulum, (jakarta: Raja Grafindo persada, 1992), h.
148.
17
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung:: Sinar Baru
Algensindo, 1991), h. 173.
18
Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam,(Jakarta: Nuansa,2003), Cet. I, h.
155.
8. Ram@
BAB III
PEMBAHASAN
A. PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI MUATAN LOKAL
DI MADRASAH/SEKOLAH
Tahap yang dilakukan dalam mengembangkan kurikulum PAI muatan
lokal di Madrasah/Sekolah meliputi hal sebagai berikut :
a. Perencanaan
Kegiatan awal yang harus dilakukan dalam pengembangan kurikulum
adalah melakukan perencanaan atau penyususunan kurikulum. Dalam
penyusunan kurikulum PAI muatan lokal madrasah diberi kewenangan untuk
mengembangkan sendiri oleh yayasan, pihak yayasan hanya menentukan bahan-
bahan yang harus disusun yakni yang sesuai dengan visi dan misi lembaga
kemudian madarasah sendiri yang mengembangkan bentuk materi apa yang
sesuai. Dalam hal ini perencanaan kurikulum dimulai dengan merumuskan
tujuan, menentukan bahan pengajaran, merumuskan bentuk / strategi belajar
mengajar dan penilaian.
b. Pelaksanaan
Dengan telah selesainya segala perencanaan maka guru telah siap untuk
melaksanakan kurikulum yang telah direncanakan. Pelaksanaan kurikulum pada
hakikatnya mewujudkan program pendidikan agar berfungsi mempengaruhi
anak didik / siswa menuju tercapainya tujuan pendidikan.19 Pelaksanaan
kurikulum PAI muatan lokal di Madrasah/sekolah berupa kegiatan
pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut meliputi bahan pengajaran,
pendekatan, metode mengajar , media / alat bantu pengajaran dan penilaian.
c. Penilaian
Kegiatan penilaian sangat menunjang keberhasilan pengembangan
kurikulum. Dalam penilaian kurikulum PAI muatan lokalnya diperoleh dari hasil
penilaian terhadap hasil belajar siswa, lulusan, serta supervisi yang dilakukan
oleh kepala madrasah setiap tiga bulan sekali. Dari supervisi tersebut kepala
madrasah dapat mengetahui sejauh mana cara kerja guru, minat siswa dalam
pembelajaran sehingga dapat diperoleh informasi apakah kurikulum PAI muatan
lokal di Madrasah/Sekolah perlu diganti ataukah tidak.
Dalam mengembangkan kurikulum PAI muatan lokal madrasah/sekolah
dituntut mampu merencanakan dan melaksanakannya dengan baik dan dapat
menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif, karena pada hakekatnya
kegiatan belajar mengajar adalah upaya yang dilakukan untuk dapat mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, sehingga dalam hal ini kepala madrasah/sekolah
dan guru bertanggung jawab atas kegiatan belajar mengajar dalam interaksi edukatif.
Dalam pengembangan kurikulum PAI muatan lokal, kegiatan perencanaan dan
pelaksanaan harus dilaksanakan secara maksimal yang menuntut kerja sama semua
pihak baik kepala sekolah, guru, siswa maupun orang tua atau masyarakat.
19
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar Baru,
1991), Cet. II, h. 41.
9. Ram@
B. Faktor Pendukung dan penghambat dalam Pengembangan Kurikulum PAI
Muatan Lokal
terdapat beberapa factor yang menjadi penunjang dan penghambat dalam dalam
pengembangan kurikulum PAI muatan lokal. Beberapa faktor tersebut antara
lain:
1. Faktor Pendukung
Faktor ini merupakan faktor yang membantu kelancaran dalam
pengembangan kurikulum PAI muatan lokal, antara lain:
- Adanya Kesiapan madrasah / sekolah untuk mengembangkan kurikulum
PAI nya.
- Perencanaan yang yang baik dalam mengembangkan kurikulum.
- Ketepatan dalam memilih bahan pengajaran, strategi pelaksanaan serta
penilaiannya.
- SDM para pengajar yang berkualitas profesional pada guru sehingga
mendukung dalam pengembangan kurikulum, karena guru merupakan
pelaksana dari apa yang sudah direncanakan.
- Adanya dukungan baik dari siswa, orang tua, masyarakat, dan pihak
lainnya yang terkait dalam dunia pendidikan.
- Adanya kemauan atau kesadaran siswa untuk belajar. Siswa sangat
termaotivasi terhadap pengembangan serta peningkata kualitas
keagamaan sehingga mempermudah kerja guru.
- Adanya sarana dan prasarana yang mencukupi dalam pekasanaan
pembelajaran, sehingga apa yang sudah dikembangkan akan dapat
berjalan lancar.
2. Faktor penghambat
Faktor ini merupakan faktor yang menjadi kendala dalam pengembangan
kurikulum PAI muatan lokla, antara lain:
- Terkadang masih kurang kesiapan madrasah / dalam mengembangkan
kurikulum PAI muatan lokal.
- Masih terdapat perencanaan yang belum maksimal dalam merencanakan
kurikulum baik bahan pengajarannya atau strategi pelaksanaan.
- Terdapat SDM para pengajar yang kurang profesional sehingga
memnghambat dalam pengembangan kurikulum yang dilaksanakan.
- Kurangnya pengetahuan guru dan pengembang kurikulum terhadap
kemampuan siswa seperti tingkat kecerdasan siswa, bakat dan minat.
- Terbatasnya bahan atau sumber pengajaran yang dapat dikembangkan.
- Terbatasnya dana dalam mencukupi sarana dan prasana yang memadai
sebagai pendukung terlaksananya pengembangan kurikulum PAI muatan
lokal.
C. Peranan kurikulum PAI muatan lokal dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan agama Islam di madrasah/sekolah.
Kurikulum PAI muatan lokal sangat berperan sekali dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan agama Islam di madrasah/sekolah.
Madrasah/sekolah sebagai lembaga pendidikan Islam terutama madrasah tujuan
kurikulumnya memiliki penekanan selain transfer ilmu dan watak, tetapi juga
harus menekankan pada pembentukan dan pembinaan ketrampilan bagi peserta
didik yang kini populer sebagai life skill (kecakapan hidup), sehingga madrasah
10. Ram@
dituntut mampu menghasilkan peserta didik yang bukan hanya berpengetahuan
tetapi juga siswa yang mampu mengamalkan nilai-nilai pendidikan agama Islam.
Oleh karenanya peningkatan mutu pendidikan agama Islam dalam madrasah
tidak cukup hanya dengan mengandalkan kurikulum yang sudah ada dalam
kurikulum nasional tetapi dapat ditunjang dengan adanya muatan lokal yang
dikhususkan untuk materi-materi keislaman yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dewasa ini seperti tahfidz, muhadasah, qira’ah, praktek ibadah,
pesantren kilat dan materi-materi atau kegiatan keagamaan lainnya yang dapat
menambah pengetahuan agama siswa dan menanamkannya dalam jiwa mereka
sehingga menjadi manusia yang beriman, berilmu dan beramal shalih dalam
kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian pengembangan kurikulum PAI melalui celah muatan
lokal sangat membantu siswa dalam mempelajari, memahami dan menghayati
pendidikan agama Islam sehingga dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari
baik dalam keluarga maupun masyarakat luas.
11. Ram@
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis pada bab IV dapat disimpulkan tentang
pengembangan kurikulum PAI muatan lokal Madrasah/Sekolah sebagai berikut:
1. Pengembangan kurikulum PAI muatan lokal yaitu proses kegiatan untuk
menghasilkan dan melaksanakan program pendidikan agama Islam yang
disusun sendiri oleh madrasah/sekolah untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam melalui celah muatan
lokal merupakan salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan Islam.
Dalam pengembangannya harus direncanakan dan dilaksanakan dengan baik
untuk mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan.
3. Dalam pengembangan kurikulum PAI muatan lokal terdapat beberapa faktor
pendukung dan penghambat dalam pelaksanaannya seperti ada kesiapan dan
perencanaan yang matang dalam pengembangannya. Kurangnya dana dapat
menghambat dalam pengembangan kurikulum PAI muatan lokal.
4. Kurikulum PAI muatan lokal sangat berperan sekali dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan agama Islam. Dengan adanya kurikulum PAI
muatan lokal siswa dapat menambah, memperluas pengetahuan dan keahlian
tentang pendidikan agama Islam lebih mendalam bukan hanya sebatas dari
bidang studi yang ada dalam kurikulum nasional, sehingga peserta didik
dapat mengerti, menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-
hari. Dari hal tersebut maka madrasah mampu menghasilkan lulusan yang
bukan hanya berpengetahuan tetapi juga berakhlakul karimah.
B. Saran
Kepada pihak sekolah dan lembaga pendidikan/dinas pendidikan
1. Hendaknya diupayakan untuk melengkapi fasilitas belajar yang kurang
memadai seperti buku-buku keagamaan dan sarana fisik lainnya. Hal ini
dimaksudkan untuk menumbuhkan semangat dalam proses belajar mengajar
dan proses pembelajaran sebagai wujud dari pengembangan kurikulum PAI
muatan lokal
2. Hendaknya diadakan penataran dan bimbingan bagi guru-guru khususnya
guru Agama agar lebih profesional dan terampil dalam melaksanakan
kegiatan mengajarnya.
3. Dalam menyajikan bidang studi Pendidikan Agama Islam muatan lokal,
selain ditekankan pada teori hendaklah juga ditekankan pada prakteknya.
12. Ram@
DAFTAR PUSTAKA
A.Razak dan Rais Latif, (1994), Terjemahan Hadits Shohih Muslim Jilid III, (Jakarta :
Pustaka al Husna)
Abdul Majid, dkk., (2004), Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan
Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung : Remaja Rosda Karya)
Arief Furchan, (2005), dkk, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi di
Perguruan Tinggi Agama Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar)
David Pratt, (1980), Curriculum: Design and Development, (San Diego: Harcourt Brace
Jovanovich)
DEPAG RI, (1994), Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Kumudasmoro Grafindo)
M. Muzammil Basir dan M. Malik Said, (1995), Madkhola ila al Manahij wa Turuqu al
Tadris, (Daru al Liwa’ Linnasyri wa al Tauzik: Mamlakah Arabiyah Su’udiyah)
Muhaimin, (2003), Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta: Nuansa)
Muhaimin, et. al., (2001), Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung : Remaja Rosda Karya)
Nana Sudjana, (1991), Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah,
(Bandung:: Sinar Baru Algensindo)
Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, (1984), Filsafat Pendidikan Islam (terj.
Hassan Langgulung), (Jakarta: Bulan Bintang)
P. J. Hills, (1982), Adictionary of education, (London : Routledge A Kegan Paul)
Peter F. Oliva, (1982), Developing the Curriculum, (Boston: Little, Brown and
Company)
PP RI No. 19 th. 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Sinar Grafika,
2005), Pasal 14 ayat (1)
S. Nasution, (2001), Asas-asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara)
Subandijah, (1992), Pengembangan dan inovasi kurikulum, (jakarta: Raja Grafindo
persada)
Yurmaini Mainuddin, (1994), Pengembangan dan Pelaksanaan Kurikulum yang
Menjiwai Tercapainya Lulusan yang Kreatif dalam Konveksi Nasional
Pendidikan II, Kurikulum untuk Abad 21, (Jakarta : Grasindo)