Dokumen tersebut membahas tentang Kitab Suci dan tokoh Yosua dalam Kitab Yosua. Kitab Suci berisi tentang penyampaian Allah kepada manusia, dan Yosua diperankan sebagai murid, rabi, dan pemimpin militer yang membawa bangsa Israel menaklukkan Tanah Perjanjian.
2. KITAB SUCI
Kenyataan Ilahi (Allah) terungkap dan dihadirkan
dalam teks-teks suci, yang ditulis di bawah inspirasi
Roh Kudus.
Kitab Suci = Kitab yang berisi tentang bagaimana
Allah yang menjalin komunikasi dan relasi dengan
manusia, dan sebaliknya.
Kitab suci = Kitab iman membuat manusia semakin
mengenal Allah dan hidup di bawah bimbingan-Nya
sehingga manusia mencapai keselamatan
3. KITAB SUCI DAN PENAFSIRAN
Kitab suci semakin bermanfaat jika ditafsirkan secara
benar dan sesuai dengan perkembangan zaman.
DV 109 Dalam Kitab Suci, Allah berbicara kepada
manusia dalam cara manusia. Untuk menafsirkan
Kitab Suci secara benar, pembaca harus
memperhatikan apa yang penulis kitab suci sungguh-
sungguh ingin sampaikan, dan apa yang diinginkan
Allah ketika mewahyukan kepada kita melalui firman-
Nya.
4. MAKNA KITAB SUCI
Makna Literal (Harfiah): makna sesungguhnya yang
disampaikan oleh Kitab Suci (ini adalah dasar makna-
makna yang lain.
Makna Rohani (The spiritual sense): makna yang digali
berkaitan dengan segala kenyataan atau peristiwa yang
menyingkap rencana Allah.
1. Makna alegoris (kiasan: allegorical sense). Memahami
secara mendalam sebuah teks untuk menemukan
pentingnya teks itu dalam hubungannya dengan Kristus.
(menyeberangi Laut Merah = tipe kemenangan Kristus atas
maut)
5. 2. Makna moral (The moral sense). Peristiwa yang
dicatat dalam Kitab Suci hendaknya menuntun hidup
kita untuk berbuat yang benar dan adil
3. Makna yang menuntun (The anagogical
sense) (Yunani: anagoge, "leading"). Memahami Kitab
Suci untuk menuntun kita kepada kehidupan abadi.
6. Ungkapan Abad Pertengahan
The Letter speaks of deeds;
Allegory to faith;
The Moral how to act;
Anagogy our destiny.
Huruf berbicara tentang perbuatan
Alegori tentang iman
Moral tentang bagaimana harus bertindak
Anagogi tentang nasib kita
7. KITAB YOSUA
Kitab Sejarah (kitab pertama setelah Taurat)
Berisi tentang 1) Penaklukan Tanah Terjanji dan 2)
Pembagian Tanah itu kepada suku-suku Israel
Menceritakan tentang Tokoh Yosua
8. Yosua
Makna Alegoris = Yosua dan Yesus
Nama = Yahweh Menyelamatkan
Peran = Membawa umat ke Tanah Perjanjian
Yosua = Murid, Rabi, Panglima
9. YOSUA SEBAGAI MURID
“Sesudah Musa hamba TUHAN itu mati, berfirmanlah
TUHAN kepada Yosua bin Nun, abdi Musa itu” (Yos
1:1).
Dalam tradisi Yahudi, untuk menimba ilmu dari
gurunya, seorang murid harus hidup bersama dengan
gurunya. Dia harus mengikuti kemana gurunya pergi.
Yosua selalu mengikuti kemanapun Musa pergi
(bandingkan dengan para murid Yesus)
10. Yosua sebagai Murid
Makna Moral: bagaimana harus bertindak sebagai
seorang murid
Mana Anagogis: Sebagaimana Musa mempersiapkan
Yosua sebagai pemimpin, seorang pemimpin pun
harus disiapkan.
11. Yosua sebagai Rabi (Guru)
Dari Murid menjadi Rabi
Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-
sungguh,bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh
hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-
Ku Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri,
supaya engkau beruntung, ke manapun engkau pergi.
Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini,
tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau
bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di
dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan
berhasil dan engkau akan beruntung (Yos 1:7-8).
12. Yosua sebagai Rabi (Guru)
Yosua adalah seorang Israel yang sejati. Sebab, dia
setia untuk mempelajari dan menaati secara sungguh-
sungguh hukum Taurat (bdk. dengan Natanael: Israel
sejati).
Yosua adalah antisipasi tokoh Natanael. (makna
alegoris)
Dalam tradisi Yahudi, ada keyakinan bahwa ketika
sedang belajar dan merenungkan Taurat, orang Israel
meyakini dirinya sedang mengalami perjumpaan dan
persatuan dengan Allah.
13. Menekankan Pentingnya Taurat
Wejangan menjelan kematian-Nya: Kuatkanlah benar-
benar hatimu dalam memelihara dan melakukan
segala yang tertulis dalam kitab hukum Musa, supaya
kamu jangan menyimpang ke kanan atau ke kiri (Yos
23:6).
Pada hari itu juga Yosua mengikat perjanjian dengan
bangsa itu dan membuat ketetapan dan peraturan
bagi mereka di Sikhem. Yosua menuliskan semuanya
itu dalam kitab hukum Allah, lalu ia mengambil batu
yang besar dan mendirikannya di sana, di bawah
pohon besar, di tempat kudus TUHAN (Yos 24:25-26).
14. Yosua tidak mempersiapkan penggantinya
Ia melatih dan membentuk bangsa Israel untuk setia
dan taat kepada hukum dan aturan dari Allah,
sehingga tidak tergantung pada seorang pemimpin.
Makna anagogis: membentuk sistem yang kuat lebih
penting daripada menciptakan pemimpin yang
berkharisma.
15. PANGLIMA MILITER
Setelah raja-raja itu dikeluarkan dan dibawa kepada
Yosua, maka Yosuapun memanggil semua orang Israel
berkumpul dan berkata kepada para panglima tentara,
yang ikut berperang bersama-sama dengan dia:
“Marilah dekat, taruhlah kakimu ke atas tengkuk raja-
raja ini.” Maka datanglah mereka dekat dan menaruh
kakinya ke atas tengkuk raja-raja itu. Lalu berkatalah
Yosua kepada mereka: “Janganlah takut dan janganlah
tawar hati, kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab
secara itulah akan dilakukan TUHAN kepada semua
musuhmu, yang kamu perangi.”
16. Sesudah itu Yosua membunuh raja-raja itu, dan
menggantung mereka pada lima tiang, dan mereka
tinggal tergantung pada tiang-tiang itu sampai
matahari terbenam. Tetapi menjelang matahari
terbenam, atas perintah Yosua mayat mereka
diturunkan dari tiang-tiang itu, dan dilemparkan ke
dalam gua, tempat mereka bersembunyi. Lalu mulut
gua itu ditutupi orang dengan batu-batu besar, yang
masih ada sampai sekarang. (Yos 10:24-27)
17. Pertanyaan: “Mengapa cerita peperangan dan
pembunuhan seperti ini harus ditulis dalam Kitab
Suci?” Yang lebih kritis lagi pasti akan bertanya
“Untuk apa diceritakan TUHAN yang membiarkan
bangsanya membunuh musuh-musuhnya tanpa
ampun dan belas kasihan?”
Membaca kitab suci perlu melihat konteks
dituliskannya Kitab Suci supaya tidak salah
menafsirkan dan mengaplikasikan.
18. Konteks penulisan Kitab Yosua: Reformasi religius
pada zaman raja Yosia (beberapa abad setelah Yosua)
Raja Yosia masih trauma dengan kehancuran Israel
utara (722 SM) oleh Asyur.
Ia berpikir bahwa kehancuran itu disebabkan oleh
praktek menyembah berhala kerajaan Israel utara.
Kisah tentang penaklukan kejam kepada segala
sesuatu yang berbau Kanaan adalah propaganda
politik Yosia.
19. SENJA KALA HIDUP YOSUA
Alkitab tidak menceritakan secara detail akhir hidup
Yosua. Setelah dikisahkan tentang Yosua yang
memberikan wejangan perpisahan kepada bangsa
Israel (Yos 23) dan memimpin upacara pembaruan
perjanjian untuk setia kepada TUHAN di Sikhem (Yos
24).
“Dan sesudah peristiwa-peristiwa ini, maka matilah
Yosua bin Nun, hamba TUHAN itu, ketika berumur
seratus sepuluh tahun. Lalu ia dikuburkan di daerah
milik pusakanya, di Timnat-Serah yang di pegunungan
Efraim, di sebelah utara gunung Gaas.” (Yos 24:29-30)
20. Legenda Yahudi: Yosua memiliki istri dan anak, tetapi
akhir hidupnya agak menyedihkan. Dia meninggal
dalam kesendirian dan dimakamkan di tempat yang
disebut Har Gaash.
Talmud (ajaran-ajaran dalam tradisi Yahudi) menilai
buruk sikap bangsa Israel ini. Sebab, mereka tidak
menghargai seorang pemimpin yang telah berjuang
bagi mereka
Bahkan dikatakan: Allah marah, mengapa?
21. Dalam masa perang, Yosua adalah pemimpin besar
mereka, panglima yang memberi komando dan
semangat untuk bertempur. Yosua adalah inspirasi
kemenangan. Tetapi, ketika masa perang sudah
berakhir, bangsa Israel tidak membutuhkan Yosua.
Entah lupa atau sengaja melupakan, tidak ada yang
tahu persis. Bangsa Israel seperti anak durhaka.
Bahkan untuk memberi penghormatan terakhir pada
saat kematiannya pun, tidak ada yang datang. Apalagi
untuk meratapi kematiannya.
Bandingkan dengan Yesus dari Nazareth!
22. “Hormatilah ayahmu dan ibumu supaya lanjut
umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu,
kepadamu” (Kel 20:12 atau Ul 5:16).
Bagaimana dengan kita, jika ditinggalkan sendirian?
Seorang pahlawan, seperti Yosua, Musa, Harun, dsb
dikenang turun-temurun bukan tentang kematiannya,
tetapi tentang kehidupannya. Tentang hal ini, penulis
kitab Amsal menulis “Nama baik lebih berharga dari
pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari
pada perak dan emas” (Ams 22:1).