1. Oase Rohani Katolik
Senin 23 Januari 2023
Albertus Purnomo, OFM
Mendekatkan diri pada Allah, Sang Pencipta dapat menjauhkan diri dari
gangguan roh-roh jahat
3. • Bacaan Pertama diambil dari surat kepada orang/Jemaat Ibrani.
• Surat ini unik lantaran penulisnya anonym. Bukan Paulus. Kepada
jemaat yang tampaknya orang Kristiani yang masih keturunan Yahudi.
• Isi suratnya lebih banyak berbicara tentang adat istiadat dan
pemikiran Yahudi dalam Perjanjian Lama.
• Meskipun demikian, surat ini penting lantaran menjadi satu landasan
biblis tentang gambaran Yesus sebagai imam agung. Injil dan kitab-
kitab lainnya, praktis tidak berbicara tentang Yesus sebagai imam.
Para imam justru diceritakan sebagai “musuh Yesus”. Tetapi dalam
surat ini, justru Yesus digambarkan sebagai imam
4. • Bacaan pertama yang kita dengar berbicara dalam peran Yesus
sebagai imam agung. Dalam perikop sebelumnya dinyatakan hal ini,
Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang
akan datang (Heb. 9:11 ITB)
• Dalam bacaan ini, kita mendengar peran Yesus sebagai imam, yang
adalah perantara Allah dan manusia. “Karena itu Ia adalah Pengantara
dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil
dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati
untuk menebus pelanggaran-pelanggara yang telah dilakukan selama
perjanjian yang pertama (Heb. 9:15 ITB).
5. • Pertanyaannya adalah Yesus pengantara untuk apa? Untuk penebusan
dosa.
• Gambaran penebusan dosa di sini sebenarnya mengacu pada ritual
penebusan bangsa Israel kuno, yaitu Yom Kippur, Hari raya
pendamaian.
• Pada hari raya Yom Kippur, terjadi pencurahan darah hewan,
umumnya domba, oleh imam besar di Tempat yang Maha Kudus.
(lebih rinci, lihat imamat 16).
• Bayaran untuk menebus dosa-dosa yang diperbuat manusia supaya
Allah tidak marah, yaitu dengan membayar dengan darah. Darah
adalah sesuatu yang amat berharga daripada harta lainnya. Tidak ada
darah, manusia mati. Darah diyakini sebagai symbol kehidupan dan
agen kemurnian.
6. • Menariknya, di dalam surat Ibrani, Yesus digambarkan sebagai imam
besar tetapi sekaligus kurbannya. Jadi, darah untuk membayar dosa-
dosa manusia itu, bukan dari darah kurban hewan, tetapi dari Yesus
sendiri.
• Di sini kita melihat bahwa dalam refleksi penulis surat Ibrani ini,
pengorbanan Yesus begitu besar, sebagai imam besar, ia sendiri harus
mengorbankan diri. Sesuatu yang tidak pernah terbayangkan.
7. poin yang dapat kita petik dari sini.
• Mengapa Yesus mengorbankan diri. Ini poinnya: “demikian pula
Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk
menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan
diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan
keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia. (Heb. 9:28 ITB).
• Pesannya: mengorbankan diri untuk orang lain.
• Tentu saja, kita tidak harus mengikuti Yesus secara harafiah. Mati
secara fisik untuk orang lain. Dunia dan zaman sudah beda, dan apa
yang diteladankan Yesus harus dipraktekkan sesuai dengan zaman.
8. • Pengorbanan itu jelas menyelamatkan banyak orang.
• Jika tidak ada yang mau berkorban, program atau rencana tidak akan
selesai.
• Ambil contoh, seorang pemimpin, katakanlah presiden, jika tidak mau
berkorban dengan cara mengunjungi rakyat, memeriksa proyek
strategis di berbagai pelosok, berdiskusi yang menyita banyak waktu
pribadi, kiranya semua hal yang direncanakan tidak pernah selesai
dan hanya tinggal rencana.
• Jadi, pengorbanan itu tetap menjadi dasar terciptanya kesejahteraan,
keharmonisan, kebaikan dan keselamatan Bersama.
10. • Perikop Injil Markus bicara tentang pengusiran roh jahat (eksorsime)
yang dilakukan oleh Yesus.
• Berawal dari tuduhan para ahli Taurat. Dan ahli-ahli Taurat yang
datang dari Yerusalem berkata: "Ia kerasukan Beelzebul," dan:
"Dengan penghulu setan Ia mengusir setan." (Mk. 3:22 ITB)
• Ada pandangan kuno bahwa orang yang dikuasai oleh entitas atau
kuasa yang lebih tinggi mampu mengusir kuasa yang lebih rendah.
Yesus dianggap dikuasai oleh Iblis sehingga mampu mengusir mereka.
• Konsep eksorsisme sebenarnya perlu ditempatkan dalam konteks ini.
Eksorsisme pertama-tama berarti “meminta kepada otoritas atau
kuasa yang lebih tinggi atau berkuasa untuk mendesak roh jahat
untuk bertindak sesuatu yang berlawanan dengan keinginannya.
11. • Allah adalah kuasa yang tertinggi, karena dia pencipta, termasuk yang
menciptakan Iblis juga, Yesus dengan kuasa Allah meminta roh jahat
pergi dari orang yang kerasukan. Tetapi, para ahli Taurat berpikir
bahwa kuasa yang lebih tinggi dari roh jahat adalah penghulu setan
atau Beelzebul.
• Beelzebul sering dikatikan dengan Baal Zebub (Ibrani: Dewa Lalat-
Lalat) dalam perjanjian Lama dihubungkan dengan nama salah satu
dewa bangsa Fenisia. Dalam Bahasa Aram, Beelzebul ditafsirkan
sebagai dewa kotoran. Pada zaman Yesus, Beelzebul dipercaya
sebagai pemimpin atau penghulu para roh jahat.
12. • Yesus menolak pandangan ahli Taurat dengan mengajukan pertanyaan yang
terkesan omong kosong: Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis? (Mk. 3:23
ITB). Tidak mungkin Iblis mengusir Iblis karena itu justru akan
memperlemah kekuatan Iblis sendiri.
• Yesus mengatakan: “Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu
tidak dapat bertahan, 25 dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah,
rumah tangga itu tidak dapat bertahan. 26 Demikianlah juga kalau Iblis
berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat
bertahan, melainkan sudahlah tiba kesudahannya. (Mk. 3:24-26 ITB)
• Intinya Yesus mau menegaskan bahwa ia mengusir Iblis bukan dengan
kuasa Iblis sendiri, tetapi dari kuasa lain yang lebih tinggi, yaitu kuasa Allah,
sang Pencipta.
13. • Poin penting lain yang dapat diangkat dari perikop ini adalah
pernyataan Yesus ini: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua
dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat
yang mereka ucapkan. 29 Tetapi apabila seorang menghujat Roh
Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan
bersalah karena berbuat dosa kekal." (Mk. 3:28-29 ITB)
• Apa yang dimaksudkan Yesus dengan “dosa menghujat atau melawan
Roh Kudus” menjadi teka-teki selama berabad-abad. Tidak jarang
menimbulkan banyak penafsiran dan pemahaman yang berbeda-
beda.
14. • Di sini, penginjil Markus tidak pernah berpikir dalam konteks Trinitas.
Ia menggunakan “roh kudus” hanya dalam arti roh Allah, roh yang
berasal dari Allah.
• Mazmur 51:13 mengatakan demikian: Janganlah membuang aku dari
hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari
padaku! (Ps. 51:11 ITB)
15. • Sesuai dengan keyakinan orang Yahudi, “setiap orang menurut
kodratnya memiliki roh kudus dari Allah”
• Maka menghujat roh Kudus adalah penyangkalan atas fakta bahwa
setiap orang memiliki roh kudus dari Allah.
• Kunci lain untuk memahami perkataan Yesus tentang menghujat Roh
Kudus, terdapat dalam kata-kata Yesus selanjutnya: Ia berkata
demikian karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh jahat. (Mk.
3:30 ITB)
• Apa maksudnya?
16. • Secara sederhana dapat dikatakan demikian: Yesus telah berbuat baik dan
memberikan keselamatan yaitu mengusir roh jahat dari orang yang
kerasukan roh jahat tersebut. Tetapi orang melihat hal itu bukan sebagai
perbuatan karena kuasa Allah, tetapi dari kuasa Iblis.
• Orang yang melakukan pengusiran malahan dipandang sebagai kaki tangan
Iblis, orang yang kerasukan Iblis.
• Ini kan menyangkal fakta bahwa dalam diri orang juga ada kuasa roh kudus
dari Allah.
• Jika ingin dikontekstualisasikan dengan zaman sekarang, “menghujat roh
kudus” berarti mengatakan perbuatan baik sebagai perbuatan Iblis. Atau
bereaksi negative terhadap perbuatan baik seseorang.
• Ini banyak contoh ya: orang yang tulus membantu orang yang
berkekurangan, malah dipandang sebagai tindakan mencari sensasi atau
pujian. Dalam hal ini, kita juga perlu hati-hati dalam menilai Tindakan
seseorang. jangan sampai seperti ahli Taurat yang salah menilai Tindakan
Yesus.
17. Pesan dari Injil
• Ini berkaitan dengan kuasa-kuasa dari roh jahat, yang mungkin sering
mengganggu dalam hidup sehari-hari.
• Supaya tidak takut dan tidak terganggu, kita perlu mengikatkan diri
kita dengan kuasa yang paling tinggi, yaitu Allah sendiri. Dengan doa
dan menjalin relasi yang dekat dengan Sang Pencipta, kiranya kita
tidak akan pernah dikuasai oleh roh-roh jahat semacam itu.
• Manusia, malaikat, roh-roh jahat, dan Iblis, semuanya ini adalah
ciptaan Allah. Maka dari itu, dengan tetap setia kepada Allah, maka
niscaya kita akan aman dari gangguan roh-roh semacam itu. sebab,
mereka tidak lebih tinggi dari Allah, Sang Pencipta sendiri.