Teks tersebut membahas tentang arti menjadi orang Kristen sejati menurut Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Galatia dan pesan Yesus tentang tanda-tanda. Inti pesannya adalah bahwa menjadi orang Kristen yang sejati berarti merdeka dari hukum-hukum Yahudi dan memiliki iman yang kuat tanpa terus meminta tanda-tanda, karena kehidupan dan ajaran Yesus sudah cukup menjadi tanda.
2. Galatia 4:22-24.26-27.31-5:1
• Bacaan pertama dikutip dari surat Paulus kepada Jemaat di Galatia (Turki
sekarang ini)
• Mengapa Paul menulis surat ini? Ada persoalan di dalam jemaat
• Jemaat / Gereja yang didirikan Paulus ini rupanya terpengaruh oleh
pewarta Kristen lainnya yang masih membawa ajaran dan ada istiadat
orang Yahudi, seperti mempraktekkan sunat dan menjalani Sabat (hukum
untuk tidak bekerja pada hari Sabtu).
• Para pewarta ini mengatakan, jika ingin menjadi Kristen yang lengkap,
maka orang harus menjalankan sunat dan Sabat dan hukum Yahudi lainnya.
• Jemaat menjadi bingung atas ajaran yang berbeda dengan ajaran Paulus
sebelumnya.
3. • Lalu Paul menulis surat kepada jemaat Galatia ini yang intinya menjadi
pengikut Kristus, orang Kristen tidak harus mengikuti adat istiadat orang
Yahudi. Menjadi Kristen adalah menjadi orang yang merdeka di dalam Allah
dalam Yesus Kristus.
• Lantas, untuk menjelaskan gagasan ini, Paulus kemudian membuat sebuah
Kiasan dua perempuan dalam Perjanjian Lama: perempuan yang merdeka
(Sara) dan perempuan yang menjadi hamba (Hagar).
• Menurut Paulus, Orang-orang Kristen di Galatia yang terpaksa mengikuti
adat istiadat orang Yahudi digambarkan sebagai anak-anak hamba
perempuan. Mereka tidak bebas dan tertekan oleh adat kebiasaan yang
sebenarnya bukan milik mereka. Orang Galatia adalah orang bukan Yahudi.
tetapi dipaksa untuk mengikuti adat istiadat Yahudi, jika ingin menjadi
orang Kristiani
4. • Sementara itu, menurut Paulus, orang-orang Kristen yang sejati
digambarkan sebagai anak-anak perempuan merdeka. Pusat hidup
mereka adalah Kristus dan cara hidup mereka adalah mengikuti
Kristus, tanpa harus hidup di kultur yang bukan milik mereka.
• Di akhir perikop dikatakan, “supaya kita sungguh-sungguh merdeka,
Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh, dan
jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.
• Paulus menginginkan agar orang-orang yang menjadi pengikut Kristus,
sungguh-sungguh merdeka secara spiritual. Merdeka secara rohani
akan membawa kedamaian dan ketentraman batin.
5. Pesan dari Perikop ini untuk kita.
• Inti ajaran Paulus dalam perikop tadi adalah karena Kristus telah
memerdekakan kita, kita juga perlu menjadi manusia yang merdeka, tidak
berada di dalam kuk perhambaan
• Pertanyaan, apa itu merdeka?
• Merdeka bukan dalam arti ‘berbuat sesuka hati saya’ tanpa mengindahkan
orang lain.
• Kemerdekaan atau kebebasan tetap memiliki batas-batas tertentu lantaran
kita hidup Bersama dengan orang lain.
• Allah sendiri juga menciptakan hukum. Hukum alam misalnya, apa jadinya
jika di alam ini tidak ada hukum, seperti pergerakan matahari, bulan
bintang, musim. Terjadi kekacauaan dan alam bukan menjadi tempat
tinggal yang baik untuk manusia.
6. • Demikian pula masyarakat dan gereja. Jika tidak hukum, maka yang
terjadi kekacauan. Tidak ada aturan. Orang berbuat sesukanya sendiri.
Hukum diperlukan untuk menciptakan keharmonisan, yang
sebenarnya sangat membantu orang hidup dalam suasana damai
tenang dan harmonis serta mengalami kemerdekaan.
• Hanya saja, jika hukum dimutlakkan, tanpa menimbang kemerdekaan
masing-masing orang, maka terjadi juga kekacauan. Orang-orang
menjadi tertekan, frustasi, depresi, dsb. Jika sudah sampai pada
puncaknya, maka orang akan memberontak.
• Jadi intinya, hukum dan kebebasan itu harus berjalan beriringan
dalam porsi yang tepat dan dalam keseimbangan yang harmonis.
7. • Bagaimana dengan umat Kristiani, khususnsya kita anggota gereja
Katolik.?
• Sama. Kita harus berusaha untuk menyeimbangkan antara aturan dan
kebebasan pribadi. Kita menjadi orang Kristiani tujuannya kan bukan
untuk menjadi tertekan, frustasi dengan aturan yang ada. Tetapi
supaya kita menjadi manusia yang memiliki ketenangan batin, selalu
bergembira dalam Tuhan, dan merasakan kasih satu sama lain.
• Aturan penting, sejauh dapat mendukung tujuan utama itu. Jika tidak,
maka mentalitas orang beragama adalah legalis. Ya dan tidak. Orang
hanya sampai pada aturan, tetapi tidak sampai kepada TUHAN.
8. • Salus Populi Suprema Lex Esto” bahwa keselamatan masyarakat
sebagai hukum tertinggi.
• Keselamatan jiwa kita, kebahagian hidup kita, ketenangan batin kita,
dalam mengikuti Kristus, itulah yang menjadi patokan bagi kita dalam
mempraktikan segala macam aturan atau hukum dalam gereja kita.
• Tetapi hukum dalam gereja, tenang saja, mengarahkan pada
semuanya itu. Mungkin hanya aturan-aturan turunannya yang
terkadang tidak relevan, itulah yang justru membuat ketegangan di
sana sini.
9. Bacaan kedua. Tanda Nabi Yunus. Lukas
11:29-32.
• Dalam bacaan Injil, kita mendengar Yesus mengkritik sejumlah orang-
orang Yahudi yang menginginkan tanda.
• Tanda itu mengacu pada mukjizat yang datang dari Allah.
• Beberapa orang Yahudi, sering kali, untuk membuktikan bahwa orang
itu adalah utusan dari Allah jika ia bisa membuat mukjizat atau tanda.
Musa, misalnya, bisa menurunkan mukjizat dari Allah.
• Tanda nabi Yunus, pewartaan Yunus atau kehadiran Yunus sendiri
sebagai tanda, untuk pertobatan. Yunus adalah tanda penghukuman
Allah terhadap niniwe, meskipun itu tidak pernah terjadi karena
orang-orang Niniwe bertobat.
10. • Yesus mengatakan bahwa dirinya adalah tanda, mukjizat yang hidup
dari Allah. Maka tidak perlu lagi meminta tanda-tanda lain.
• Yesus, Anak Manusia, itu sudah cukup menjadi tanda, sebab dengan
Yesus, orang akan mengalami keselamatan, dengan meneladani hidup
dan mengikuti ajarannya.
• Terlalu banyak meminta tanda dan mukjizat justru menunjukkan
orang tersebut masih harus menumbuhkan iman dan kepercayaan.
11. Pesan Injil
• Pertanyaan kita, masihkan kita memerlukan tanda dan mukjizat untuk
percaya kepada Allah?
• Tanda atau mukjizat itu hak prerogative Allah. Allah yang berhak
menentukan, seseorang atau sebuah bangsa layak untuk diberi tanda
atau mukjizat.
• Manusia bisa memohon, tetapi Allah-lah yang menentukan tanda
atau mukjizat.
• Mengapa orang memerlukan tanda atau mukjizat? Ada yang ingin
memperoleh keselamatan atau kesembuhan diri.
12. • Tapi juga ada yang sebenarnya ingin mencobai TUHAN Allah, apakah Tuhan itu
ada atau tidak?
• Jika Tuhan mahakuasa, pasti dia akan membuat hal-hal di luar nalar manusia.
• Mencobai TUHAN itu dosa.
• Sebenarnya kalau kita mau sedikit menenangkan diri dan menyadari kehadiran
TUHAN dalam hidup kita, kita sudah dapat menemukan tanda atau mukjizat di
mana mana.
• Bahwa kita hidup, itu sudah tanda dan mukjizat.
• Dari sel telur dan sperma yang Bersatu kemudian menjadi bayi dan lahir- itu
mukjizat.
• Bahwa makanan yang kita makan berubah menjadi energi, itu tanda dan
mukjizat.
13. • Kita bernafas
• Pohon menghasilkan buah untuk kita makan.
• Alam itu sudah merupakan tanda dan mukjizat dari Allah. (terkadang kita
merusaknya, dan tibalah saat menerima hukuman dari Allah. Iklim tidak
jelas, dan banyak penyakit)
• Daripada memaksa TUHAN untuk mengadakan mukjizat supaya kita lebih
percaya, lebih baik kita menyadari tanda dan mukjizat yang sudah ada.
• Tujuan hidup kita adalah bersyukur, berterima kasih dan menyembah sang
Pencipta, Allah, atas kehidupan. Bukan memaksa-maksa Allah untuk
membuat mukjizat atas hidup kita.
• Jika kita bisa bersyukur, tanpa diminta, Allah akan memberikan mukjizat
kepada kita, entah apa itu bentuknya.