Titrasi asam basa melibatkan reaksi netralisasi antara asam dan basa. Tujuannya adalah menentukan kadar asam asetat dengan menggunakan titrasi alkalimetri menggunakan larutan NaOH sebagai titran dan indikator sebagai penanda titik akhir reaksi.
1. I. TUJUAN
Menentukan kadar Asam Asetat (CH3COOH) secara Alkalimetri
II. DASAR TEORI
Metode titrimetri atau volumetri adalah metode analisis kuantitatif yang
didasarkan pada pengukuran volume reagen yang telah diketahui konsentrasinya yang
bereaksi sempurna dengan analit.
Asidi alkalimetri adalah pengukuran yang berkaitan dengan reaksi asam –
basa, yang umumnya dilakukan secara titrimetri, sehingga umum disebut titrasi
asidimetri atau titrasi alkalimetri. Titrasi asidimetri adalah titrasi terhadap larutan basa
bebas dengan larutan standar asam kuat, atau titrasi terhadap larutan garam yang
berasal dari asam lemah dengan larutan standar asam kuat. Titrasi alkalimetri adalah
titrasi terhadap larutan asam bebas dengan larutan standar basa kuat atau titrasi
terhadap larutan garam yang berasal dari basa lemah dengan larutan standar basa kuat.
( Elvi, 2000)
Netralisasi atau titrasi merupakan suatu metode yang bertujuan untuk
menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui agar
tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis atau ingin diketahui
kadarnya atau konsentrasinya, sedangkan apabila salah satu larutannya diketahui
konsentrasinya, larutan ini disebut larutan standar. Ada 4 macam reaksi yang
digunakan dalam titrasi yaitu reaksi asam-basa, reaksi redoks, reaksi pengendapan,
dan reaksi pembentukan kompleks.
Titrasi asam basa disebut reaksi penetralan atau juga titrasi netralisasi yaitu
titrasi yang didasarkan pada reaksi antara suatu asam dengan basa dan merupakan
teknik untuk menenutukan kosentrasi asam atau basa.
Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu secara cermat mengamati
perubahan warna, hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan dimana akan terjadi
perubahan warna dari indikator. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan
larutan basa atau sebaliknya. Dalam proses titrasi suatu larutan ditambahkan sedikit
demi sedikit pada larutan yang volumenya telah diketahui, sampai tercapai titik
ekuivalen (jumlah stoikhiometri perbandingan mol) dari kedua peraksi. yang biasanya
ditandai dengan berubahnya warna indikator disebut titik ekuivalen.
Dengan demikian melakukan suatu percobaan titrasi, praktikan harus mampu
mencampurkan 2 zat atau lebih yang berbeda serta mampu menentukan banyaknya
2. suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi
dengan sejumlah larutan yang dianalisis
2. 1 TEORI UMUM
Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan
baku basa. Titrasi asidimetri termasuk kedalam titrasi netralisasi. Titrasi adalah proses
mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam
larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan
perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik
ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-
pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya
meruapakan titik akhir teoritis atautitik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan
pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat
diketahui. Titik akhir titrasi meruapakanckeadaan di mana penambahan satu tetes zat
penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator (Anonim a, 2010).
Titrasi asidimetri maupun alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam kuat-
basa kuat, asam kuat-basa lemah, asam lemah-basa kuat, asam kuat-garam dari asam
lemah, basa kuat-garam dari basa lemah. Titrasi ini menggunakan indikator pH atau
indikator asam-basa sebagai penanda karena memiliki sifat dapat berubah warna
apabila pH lingkungannya berubah. Warna asam ialah sebutan warna indikator ketika
dalam keadaan asam dan warna basa ketika dalamkeadaan basa (Harjadi 1986).
Tujuan titrasi netralisasi adalah untuk menentukan banyaknya asam atau basa
yangterdapat dalam suatu larutan. Pada titik ekivalen, tidak ada lagi kelebihan asam
atau basa danterbentuklah larutan garam.
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar
ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak
dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara
pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar
primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar
yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan
kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volum larutan). Larutan standar
sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan
3. melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi
diketahui dari hasil standardisasi (Underwood Day,1996:79).
Asam kuat dan basa kuat, dalam air akan terurai dengan sempurna. Oleh
karena itu, ion hidrogen dan ion hidroksida selama titrasi dapat langsung dihitung dari
jumlah asam atau basa yang ditambahkan. Pada titik ekivalen dari titrasi asam kuat
dan basa kuat, pH larutan pada temperatur 25°C sama dengan pH air yaitu sama
dengan 7. Sebagai catatan perlu dikemukakan bahwa dasar kesetimbangan dan
stoikiometri reaksi. Titrasi asam-basa dapat dilakukan dengan menggunakan indikator
atau menggunakan pH meter (Irvan,2000:99).
Pada percobaan ini yang dilakukan adalah titrasi basa asam dengan
menggunakan indikator. Titrasi basa asam dengan menggunakan indikator didasarkan
pada reaksi netralisasi basa dengan asam. Pada titik ekivalen, jumlah basa yang
dititrasi ekivalen dengan jumlah asam yang dipakai. Untuk menentukan titik ekivalen
ini biasanya dipakai suatu indikator asam basa,yaitu suatu zat yang perubahan
warnanya tergantung pada pH larutan. Perubahan warna indikator tertentu tumbul
perubahan warna, maka titik akhir tidak selalu berimpit dengan titik ekivalen dan
selisihnya disebut kesalahan titrasi (Underwood Day,1996:102).
H3O++OH– ⇔2H2O
Dalam titrasi ini berlaku hubungan jumlah ekivalen asam (H3O+) sama dengan jumlah
ekivalen basa (OH–) pada hubungan titrasi terdapat titik ekivalen, di mana titik
ekuivalen yaitu tititk ketika asam dan basa tepat habis bereaksi (Chang
Raymond,2004:90).
Larutan baku atau larutan standar primer yaitu Larutan yang sudah di ketahui
kosentrasinya. Larutan baku yang digunakan pada titrasi netralisasi adalah asam kuat
atau basa sedang, karena zat-zat tersebut bereaksi lebih sempurna dengan analit
dibandingkan dengan jika dipakai asam atau basa yang lebih lemah. Larutan baku
asam dapat dibuat dari CH3COOH, HCl, H2SO4 atau HClO4 dll, sedangkan larutan
baku basa dibuat dari NaOH atau KOH. Jika larutan bakunya asam di sebut
asidimetri, sedangkan larutan bakunya basa disebut alkalimetri. Titrasi bertujuan
untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan kosentrasi yang telah di ketahui
agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang di analisis atau ingin di
ketahui kadar atau kosentrasinya. Larutan ini di sebut titran, biasanya di letakan di
4. dalam labu Erlenmeyer. Sedangkan zat yang telah di ketahui kosentrasinya di sebut
(Titrat/titer). Baik titrat atau titran biasanya berupa larutan. Titrasi asam basa
melibatkan asam ataupun basa sebadai titer maupun titran. Kadar larutan asam di
tentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya kadar larutan basa di
tentukan dengan menggunakan larutan asam(Underwood Day,1996:105).
Indikator biasanya ialah suatu asam atau basa organik lemah yang
menunjukkan warna yang sangat berbeda antara bentuk tidak terionisasi dan bentuk
terionisasinya. Kedua bentuk ini berikatan dengan pH larutan yang melarutkan
indikator tersebut (Chang, 2004:89).
Titik akhir titrasi terjadi bila indikator berubah warna. Namun, tidak semua
indikator berubah warna pada pH yang sama, jadi pilihan indikator untuk titrasi
tertentu bergantung pada sifat asam dan basa yang digunakan dalam titrasi (dengan
kata lain apakah mereka kuat atau lemah). Dengan demikian memilih indikator yang
tepat untuk titrasi, kita dapat menggunakan titik akhir untuk menentukan titik
ekuivalen (Chang, 2004:94).
Asidimetri adalah analisa volumetri dengan mempergunakan larutan baku
asam. Titik akhir titrasi dinyatakan dengan timbulnya perubahan warna indikator yang
ditambahkan. Sedangkan Alkalimetri adalah analisa volumetri dengan
mempergunakan larutan baku basa. Titik akhir titrasi dinyatakan dengan timbulnya
perubahan warna indikator yang dipakai ekuivalen (Chang Raymond, 2004:95).
Pada buret diberi larutan asam (acidimetri) sedangkan yang akan dicari
konsentrasinya (basa) diletakkan pada erlenmeyer. Sedangkan pada buret diberi
5. larutan basa (alkalimetri) sedangkan yang akan dicari konsentrasinya (asam)
diletakkan pada erlenmeyer.
Tidak semua rekasi dapat digunakan sebagai reaksi titrasi. Untuk itu reaksi
harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Berlansungnya sempurna, tunggal dan mesnurut persamaan yang jelas
2. Cepat dan revesible. Bila tidak cepat titrasi akan memakan waktu terlalu banyak
3. Ada petunjuk akhir titrasi (indikator).
4. Larutan baku yang dianalisis mudah didapat dan sederhana dalam
menggunakan, juga harus stabi; sehingga konsentrasinya tidak mudah berubah
saat disimpan.
Tabel 1. Indikator Asam Basa
No Nama Indikator Trayek pH
Warna
Asam basa
1 Asam pikrat 0,1-0,8 Tidak berwarna Kuning
2 Birytomol 1,2-2,8 Merah Kuning
3 2,6-dinitrofenol 2,0-4,0 Tidak berwarna Kuning
4 Kuning metil 2,9-4,0 merah Kuning
5 Jingga metil 3,1-4,4 merah Jingga
6 Hijau bromkresol 3,8-5,4 merah Biru
7 Merah metal 4,2-6,3 merah Kuning
8 Lakmus 4,5-8,4 merah Biru
9 Purpus bromkresol 5,2-6,8 kuning Purpus
10 Biru bromtimol 6,0-7,6 kuning Biru
11 Merah fenol 6,4-8,0 kuning Merah
12 p-a Naftalein 7,0-9,0 kuning Biru
13 Pupur kresol 7,4-9,6 kuning Biru
6. 14 Fenolftalein 8,0-9,6 Tidak berwarna Merah
15 Timolftalein 9,3-10,5 Tidak berwarna Biru
16 Kuning alizarin 10-,1-12,0 Kuning Violet
17 1,3,5 trinitrobenzone 12,0-14,0 Tidak berwarna Jingga
Pada saat perubahan warna indikator, titrasi dihentikan. Indikator berubah
warna saat titik ekuivalen. Pada asam basa dikenal istilah ekuivalen dan titik akhir
titrasi. Titik ekuivalen adalah titik pada proses titrasi ketika asam dan basa tepat habis
bereaksi. Untuk mengetahui titik ekkuivalen digunakan indikator. Saat perubahan
warna terjadim saat ituv disebut titik akhir titirasi (Sukmariah, 1990).
Dengan demikian melakukan suatu percobaan titrasi, praktikan harus mampu
mencampurkan 2 zat atau lebih yang berbeda serta mampu menentukan banyaknya suatu
larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan
sejumlah larutan yang dianalisis. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukanlah
percobaan ini. Sehingga dalam menganalisis suatu larutan kita harus menggunakan titrasi.
2.2 Uraian Bahan
1. Larutan NaOH ( Ditjen POM,1979:412)
Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama lain : Natrium hidroksida
Rumus molekul : NaOH
Berat molekul : 40,00
Rumus molekul :
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau
keping, keras, rapuh dan menunjukkan susunan
hablur, putih, mudah meleleh basah. Sangat
alkalis dan korosif. Segera menyerap
karbondioksida
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol
7. (95%) P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan
2. Asam asetat (Dirjen POM, 1979 : 793 )
Nama resmi : Acidum acetikum
Nama lain : Asam asetat
Berat molekul : 60,05
Rumus molekul : CH3COOH
Struktur molekul :
Pemerian : Cairan jernih ,tidak berwarna , bau khas, menusuk, rasa
asam yang tajam.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol dan gliserol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi
3. Fenolftalain (Ditjen POM, 1979 h.675)
Nama resmi : FENOLFTALAIN
Nama lain : Indikator PP
Berat molekul : 318,2
Rumus molekul : C20H14O4
Rumus struktur :
Kelarutan : Sukar larut dalam air,larut dalam etanol 95% dan
dalam eter p.
Pemerian : Serbuk atau hablur, putih atau kekuningan
Kegunaan : Sebagai indikator
8. 4. Aquadest (Ditjen POM, 1979-96)
Nama resmi : AQUADESTILLATA
Nama lain : Air suling
Berat molekul : 18,02
Rumus molekul : H2O
Rumus struktur :
Kegunaan : Sebagai zat tambahan.
Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa
III. ALAT DAN BAHAN
Alat :
a. Erlenmeyer
b. Pipet volume 10 ml
c. Pipet ukur 1 ml
d. Gelas Beaker
e. Buret
f. Labu ukur 100 ml
g. Timbangan analitik
h. Cawan porselen
i. Corong
Bahan :
a. 0,398 gram NaOH 0,1 N
b. CH3COOH
c. Aquadest
d. Indikator PP
IV. CARA KERJA
1. Siapkan alat dan bahan
2. Buat larutan standart 0,1 N dari NaOH (sudah dihitung bernilai 0,4 gr)
3. Ambil 0,398 gr NaOH yang ditimbang pada timbangan analitik
4. Masukkan ke dalam labu ukur 100 ml
9. 5. Beri labu ukur dengan aquadest hingga batas 100 ml labu ukur
6. Homogenkan, kemudian letakkan pada buret
7. Ambil 10 ml CH3COOH yang telah disiapkan menggunakan pipet ukur
8. Masukkan ke dalam erlenmeyer
9. Beri 1-2 tetes indikator PP
10. Mulai menitrasi dengan membuka keran pipa secara perlahan hingga ada
tetesan (jangan sampai mengalir dan jangan terlalu lama menetes)
11. Sambil digoyang-goyangkan erlenmeyer, perhatikan pula perubahan warna
pada larutan yang dicari konsentrasinya (yang ada pada erlenmeyer)
12. Bila warna sudah berubah dari kuning menjadi merah, seger hentikan titrasi
(tutup keran pipa)
13. Amati volume yang berkurang pada buret (Vbasa)
14. Hitung konsentrasinya
15. Ulangi sebanyak tiga kali untuk mendapatkan hasil yang valid
V. HASIL PENGAMATAN
Berdasarkan praktek acidimetri telah diketahui hasil sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil Pemurnian Na2CO3
NO
NaOH CH3COOH
Na ( 𝑒𝑘
𝑙⁄ ) Va (ml) Nb ( 𝑒𝑘
𝑙⁄ ) Vb (ml)
𝑔
𝑙⁄
1 0,1 9,5 0,095 10 5,7
2 0,1 9,5 0,095 10 5,7
3 0,1 9,7 0,097 10 5,82
Rata - rata 0,0956 - 5,74
PERHITUNGAN
1. Diket :
Mr = 40
𝑔𝑟
𝑚𝑜𝑙⁄
10. N = 0,1 N
Jawab :
gr = N x BE x L
= 0,1 𝑒𝑘
𝑙⁄ x
𝑀𝑅
𝐵𝑂
x L
= 0,1 𝑒𝑘
𝑙⁄ x
40
𝑔𝑟
𝑚𝑜𝑙⁄
1 𝑒𝑘
𝑚𝑜𝑙⁄
x 0,1 L
= 0,4 gr → terambil 0,398 gr
2. Diket :
Na = 0,1 N
Va = 9,5 ml
Vb = 10 ml
Jawab :
Na x Va = Nb x Vb
0,1 x 9,5 = Nb x 10
0,95 = 10Nb
0,95
10
= Nb
0,095 = Nb
𝑔𝑟
𝑙⁄ = NCH3COOH x
𝑀𝑟 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻
𝐵𝑂 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻
= 0,095 𝑒𝑘
𝑙⁄ x
60
𝑔𝑟
𝑚𝑜𝑙⁄
1 𝑒𝑘
𝑚𝑜𝑙⁄
= 5,7
𝑔𝑟
𝑙⁄
3. Diket :
Na = 0,1 N
Va = 9,5 ml
Vb = 10 ml
Jawab :
Na x Va = Nb x Vb
0,1 x 9,5 = Nb x 10
11. 0,95 = 10Nb
0,95
10
= Nb
0,095 = Nb
𝑔𝑟
𝑙⁄ = NCH3COOH x
𝑀𝑟 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻
𝐵𝑂 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻
= 0,095 𝑒𝑘
𝑙⁄ x
60
𝑔𝑟
𝑚𝑜𝑙⁄
1 𝑒𝑘
𝑚𝑜𝑙⁄
= 5,7
𝑔𝑟
𝑙⁄
4. Diket :
Na = 0,1 N
Va = 9,7 ml
Vb = 10 ml
Jawab :
Na x Va = Nb x Vb
0,1 x 9,7 = Nb x 10
0, 9,7 = 10Nb
0,97
10
= Nb
0,097 = Nb
𝑔𝑟
𝑙⁄ = NCH3COOH x
𝑀𝑟 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻
𝐵𝑂 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻
= 0,097 𝑒𝑘
𝑙⁄ x
60
𝑔𝑟
𝑚𝑜𝑙⁄
1 𝑒𝑘
𝑚𝑜𝑙⁄
= 5,82
𝑔𝑟
𝑙⁄
5. Rata-rata =
𝑔𝑟
𝑙⁄ 1+
𝑔𝑟
𝑙⁄ 2+
𝑔𝑟
𝑙⁄ 3
3
=
5,7 + 5,7 + 5,82
3
= 5,74
𝑔𝑟
𝑙⁄
12. VI. KESIMPULAN
Titrasi merupakan metode analisis kuantitatif yang bertujuan untuk
menentukan kadar suatu larutan. Penggunaan indikator pada proses titrasi digunakan
sebagai petunjuk tercapainya titik ekivalen yang ditunjukkan dengan perubahan
warna larutan. Asidimetri adalah penetapan kadar suatu zat jika titrannya adalah
larutan baku asam, sedangkan Alkalimetri adalah penetapan kadar suatu zat jika
titrannya adalah larutan baku basa.
Berdasarkan hasil 3 kali praktikum kadar Asam Asetat, dapat disimpulkan
bahwa kadar Asam Asetat (CH3COOH) adalah 5,74
𝑔𝑟
𝑙⁄ .
VII. DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM., 1995., Farmakope Indonesia, Edisi Keempat., Depkes RI: Jakarta
Ditjen POM., 1979., Farmakope Indodesia Edisi Ketiga., Depkes RI: Jakarta
Tim Penyusun., 2015., Penuntun Praktek Kimia Umum., Universitas Muslim
Indonesia : Makassar
Brady, James E., 1999., Kimia Universitas., Jilid I. Binarupa Aksara.,
Jakarta.
Oxtoby, D, 2001., Prinsip-prinsip Kimia Modern., Erlangga.,Jakarta.
Petrucci, Ralph H., 1992., Kimia Dasar., Jilid 2., Erlangga.,Jakarta.
Irfan, Anshory.2000. Ilmu Kimia. Erlangga : Jakarta.
Padmaningrum, Regina Tutik. 2006. Titrasi Asidimetri . Yogyakarta: Laboratorium
Kimia FMIPA UNY.
https://id.wikipedia.org/wiki/Natrium_hidroksida
VIII. LAMPIRAN
1. Dokumentasi
2. 1 lembar laporan sementara