Titrasi adalah metode analisis kuantitatif untuk menentukan kadar suatu larutan dengan menitrasi larutan yang diuji dengan larutan baku secara bertahap hingga titik akhir. Terdapat beberapa teori asam-basa seperti teori Arrhenius, Brønsted-Löwry, dan Lewis beserta prosedur titrasi dan perhitungannya pada titik ekuivalen.
5. Larutan baku (standar) adalah larutan yang
telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya
biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M
(molaritas).
6. Larutan baku primer
adalah suatu
larutan yang telah di ketahui secara tepat konsentrasinya
melalui metode gravimetri, nilai konsentrasi di hitung
melalui perumusan sederhana, setelah di lakukan
penimbangan teliti zat pereaksi tersebut dan di larutkan
dalam volume tertentu.
7. Larutan baku sekunder
adalah suatu larutan dimana kosentrasinya
ditentukan dengan jalan pembakuan
gunakan baku primer, biasanya melalui
metode titrimetri
8. Larutan Titran
adalah larutan baku sekunder,
yaitu larutan yang berada didalam buret, dan larutan
yang harus dibakukan dahulu dengan larutan pembaku
karena larutan baku sekunder umumnya tidak stabil
strukturnya dan bisa berubah oleh pengaruh udara dan
cahaya sehingga harus dibakukan terlebih dahulu.
9. Larutan Titrat
adalah larutan baku primer,
yaitu larutan yang biasanya berada didalam erlemeyer yang
digunakan untuk membakukan larutan baku sekunder,
larutan baku primer sangat stabil dan tidak mengalami
perubahan struktur karena pengaruh udara ataupun
cahaya, karena itu digunakan sebagai larutan pembaku.
10. Indikator adalah zat yang
ditambahkan untuk menunjukkan
tanda perubahan pada saat titrasi
berakhir yang dikenal dengan
istilah titik akhir titrasi
11. Titik Ekuivalen adalah
titik dimana terjadi kesetaraan
reaksi secara stokiometri antara
zat yang dianalisis dan larutan
standar
13. Teori
Arrhenius
Dalam teori tentang penguraian (disosiasi ) elektrolit,
mengajukan bahwa elektrolit yang dilarutkan di dalam
air terurai menjadi ion ion elektrolit yang kuat terurai
sempurna. Asam Arrhenius ialah zat yang melarut
kedalam air untuk memberikan ion-ion H+. Basa
Arrhenius ialah zat yang melarut kedalam air untuk
memberikan ion-ion OH-.
Asam
: HCL, HNO3, H2SO4
Basa
: NaOH, KOH, Ca(OH)2, NH3
HCl + NaOH
NaCl + H2O
Asam Basa
Garam Air
14. Teori Brønsted and Löwry
Menurut teori ini : proton ( H+ ) ke zat yang lain. Basa
adalah zat yang dapat menerima proton ( H+) dari
asam.
Contoh :
HCl (g)
+ H2O (l) H3O+ (aq) + Cl- (aq)
Asam 1
Basa 1 Asam 2
Basa 2
Asam adalah zat yang dapat menyumbangkan
15. Teori
Lewis
memungkinkan penggolongan asam basa digunakan
dalam reaksi dimana baik H+ maupun OH- tidak ada.
Dalam teori Lewis, asam adalah penerima pasangan
elektron dan basa adlah penerima pasang elektron.
Asam adalah zat yang mempunyai orbital yang belum
penuh dan kekurangan elektron. Basa adalah zat yang
memiliki pasangan elektron yang dapat di gunakan
bersamaan.
17. Prosedur Titrasi
Pertama zat penitrasi (titran) yang merupakan larutan baku
dimasukkan ke dalam buret.
Kemudian zat yang dititrasi (titrat) ditempatkan pada wadah
(gelas kimia atau erlenmeyer) lalu ditempatkan tepat
dibawah buret berisi titran.
Setelah itu tambahkan indikator yang sesuai pada titrat,
misalnya, indikator fenoftalien.
Kemudian rangkai alat titrasi dengan baik, yaitu dengan
menempatkan buret tepat berdiri tegak dan wadah titrat
tepat dibawah ujung buret.
Terakhir atur titran yang keluar dari buret (titran dikeluarkan
sedikit demi sedikit) sampai larutan di dalam gelas kimia
menunjukkan perubahan warna dan diperoleh titik akhir
titrasi. Kemudian hentikan titrasi.
25. adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan
sempurna yang biasanya ditandai dengan pengamatan
visual melalui perubahan warna indikator
26. Cara perhitungan : Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama
dengan mol-ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka
rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa
27. Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara
molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam atau
jumlah ion OH- pada basa, sehingga rumus diatas
menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa
keterangan :
N= Normalitas
V= Volume
M= Molaritas