Praktikum ini melakukan analisis volumetri untuk menentukan kadar asam asetat, karbonat, dan bikarbonat melalui titrasi dengan larutan standar NaOH dan HCl. Dilakukan pula standarisasi larutan NaOH dan HCl."
Spektroskopi NMR (Nuclear Magnetic Resonance) merupakan salah satu jenis spektroskopi frekuensi radio yang didasarkan pada medan magnet yang berasal dari spin inti atom yang bermuatan listrik. Spektroskopi nmr didasarkan pada penyerapan gelombang radio oleh inti – inti atom tertentu dalam molekul organik, apabila molekul ini berada dalam medan magnet yang kuat.
Spektrometri Resonansi Magnetik Inti pada umumnya digunakan untuk :
1. Menentukan jumlah proton yang dimiliki lingkungan kimia yang sama pada suatu senyawa organik.
2. Mengetahui informasi mengenai struktur suatu senyawa organik.
3. Spektoskopi NMR dapat digunakan sebagai alat sidik jari.
4. Spektrofotometri Resonansi Magnetik Inti Proton berguna untuk penentuan struktur molekul organik.
Spektroskopi NMR (Nuclear Magnetic Resonance) merupakan salah satu jenis spektroskopi frekuensi radio yang didasarkan pada medan magnet yang berasal dari spin inti atom yang bermuatan listrik. Spektroskopi nmr didasarkan pada penyerapan gelombang radio oleh inti – inti atom tertentu dalam molekul organik, apabila molekul ini berada dalam medan magnet yang kuat.
Spektrometri Resonansi Magnetik Inti pada umumnya digunakan untuk :
1. Menentukan jumlah proton yang dimiliki lingkungan kimia yang sama pada suatu senyawa organik.
2. Mengetahui informasi mengenai struktur suatu senyawa organik.
3. Spektoskopi NMR dapat digunakan sebagai alat sidik jari.
4. Spektrofotometri Resonansi Magnetik Inti Proton berguna untuk penentuan struktur molekul organik.
Semoga salah satu contoh laporan titrasi berikut ini dapat membantu anda dalam melakukan percobaan titrasi. Dalam hal ini, kami melakukan titrasi pada cuka makan untuk menentukan kadar cuka makan yang sedang kami uji.
semoga dokumen ini berguna bagi anda. :)
please leave your thumb ^^
Semoga salah satu contoh laporan titrasi berikut ini dapat membantu anda dalam melakukan percobaan titrasi. Dalam hal ini, kami melakukan titrasi pada cuka makan untuk menentukan kadar cuka makan yang sedang kami uji.
semoga dokumen ini berguna bagi anda. :)
please leave your thumb ^^
1. LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR – DASAR KIMIA ANALITIK
PERCOBAAAN IV
ANALISIS VOLUMETRI
(TITRASI ASAM BASA)
OLEH :
NAMA : NURFIAH
STAMBUK : A1C4 12 044
KELOMPOK : VI (ENAM)
ASISTEN PEMBIMBING : KAHARUDDIN
LABORATORIUM PENGEMBANGAN UNIT KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013
2. ABSTRAK
Dalam proses pengerjaan titrasi dimana titran baku secara perlahan dan teratur
ditambahkan melalui buret kedalam larutan titran analit untuk mencapai titik
ekivalen. Titik ekivalen titrasi tercapai pada saat jumlah titran yang ditambahkan
ekivalen dengan jumlah analit dalam larutan. Selain itu dikenal juga titik akhir
titrasi yang merupakan saat dimana terjadi perubahan warna indikator. Selisih
antara titik ekivalen dengan titik akhir titrasi adalah kesalahan titrasi. Praktikum
ini bertujuan untuk melakukan analisis kimia secara volumetri. Praktikum ini
dilakukan dengan melakukan titrasi dan menentukan titik akhir titrasinya serta
melakukan standarisasi terhadap larutan baku. Berdasarkan serangkaian
praktikum diperoleh hasil analisis secara volumetri atau titrimetri dapat dilakukan
dengan mentitrasi suatu larutan yang akan ditentukan kadarnya dengan titrat yang
di letakkan didalam buret dengan terlebihb dahulu menambahkan indikator pada
titran. Titik akhir titrasi asam asetat yang diperoleh adalah saat volume NaOH
sebanyak 1 ml dan kadar asam asetat adalah sebesar 0,24%. Titik akhir titrasi dari
titrasi larutan bikarbonat dengan HCl adalah saat volume HCl sebesar 0,3 ml dan
2,2 ml. serta konsentrasi NaOH yang diperoleh setelah dilakukan standarisasi
adalah sebesar 0,106 N dan konsentrasi HCl adalah 0,155 N.
Kata kunci : analisis, volumetri, titrasi asam – basa
3. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Analisis volumetri atau titrimetri merupakan suatu analisis dengan
pengukuran volume larutan dengan konsentrasi yang diketahui, yang
diperlukan untuk bereaksi dengan analit (zat yang akan ditentukan). Cara ini
sangat menguntungkan karena pelaksanaannya yang mudah dan cepat,
ketelitian dan kecepatan cukup tinggi, juga dapat digunakan untuk menetukan
kadar berbagai zat yang mempunyai sifat berbeda-beda.
Titrasi asam-basa sering disebut juga dengan titrasi netralisasi. Dalam
titrasi ini, kita dapat menggunakan larutan standar asam dan larutan standar
basa. Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen sebagai asam dengan ion
hidroksida sebagai basa dan membentuk air yang bersifat netral. Berdasarkan
konsep lain reaksi netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor
proton (asam) dengan penerima proton (basa). Dalam menganalisis sampel
yang bersiafat basa, maka kita dapat menggunakan larutan standar asam,
metode ini dikenal dengan istilah asidimetri. Sebaliknya jika kita menentukan
sampel yang bersifat asam, kita akan menggunkan lartan standar basa dan
dikenal dengan istilah alkalimetri.
Dalam proses pengerjaan titrasi dimana titran baku secara perlahan dan
teratur ditambahkan melalui buret kedalam larutan titran analit untuk
mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen titrasi tercapai pada saat jumlah titran
yang ditambahkan ekivalen dengan jumlah analit dalam larutan. Selain itu
4. dikenal juga titik akhir titrasi yang merupakan saat dimana terjadi perubahan
warna indikator. Selisih antara titik ekivalen dengan titik akhir titrasi adalah
kesalahan titrasi.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum analisis volumetri asam basa adalah untuk
1. Dapat melakukan analisis kimia secara volumetri
2. Dapat menentukan titik akhir titrasi
3. Dapat melakukan standarisasi terhadap larutan standar
C. Prinsip Praktikum
Prinsip percobaan praktikum analisis volumetri asam basa adalah
berdasarkan penentuan titik akhir titrasi dan standarisasi larutan standar.
5. BAB II
TEORI PENDUKUNG
Walaupun reaksi asam basa disebut reaksi penetralan, tetapi hasil reaksi
(garam) tidak selalu bersifat netral. Sifat asam basa dari larutan garam tergantung
pada kekuatan relatif asam basa penyusunnya. Garam dari asam kuat dan basa
kuat bersifat netral. Garam dari asam kuat dan basa lemah bersifat asam
sedangkan garam dari asam lemah dan basa kuat bersifat basa. Contoh: NaCl
bersifat netral, NH4Cl bersifat asam, dan CH3COONa bersifat basa. Untuk
mengetahui seberapa banyak asam atau basa yang diperlukan dalam reaksi
penggaraman, digunakan titrasi. Titrasi adalah cara analisis tentang pengukuran
jumlah larutan yang diperlukan untuk bereaksi secara tepat dengan zat yang
terdapat dalam larutan lain (Azizah, 2004).
Dalam metode titrasi asam-basa, larutan uji (larutan standar)
ditambahkan sedikit demi sedikit (secara eksternal), biasanya dari dalam buret,
dalam bentuk larutan yang konsentrasinya diketahui. Penambahan larutan standar
ini diteruskan sampai telah dicapai kesetaraan secara kimia dengan larutan yang
diuji. Untuk mengetahui kapan penambahan larutan standar itu harus dihentikan,
digunakan suatu zat yang biasanya berupa larutan, yang disebut larutan indikator
yang ditambahkan dalam larutan yang diuji sebelum penetesan larutan uji
dilakukan. Larutan indikator ini menanggapi munculnya kelebihan larutan uji
dengan perubahan warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat tepat pada
titik kesetaraan ( ekuivalensi ). Titik dalam titrasi asam-basa pada saat indikator
berubah warna disebut titik akhir. Tentu saja diinginkan agar titik akhir ini sedekat
6. mungkin ke titik kesetaraan. Dengan memilih indikator untuk menghimpitkan
kedua titik itu (atau mengkoreksi selisih diantara keduanya) merupakan salah satu
aspek penting dari analisis titrasi asam basa. Umumnya larutan uji adalah larutan
standar elektrolit kuat, seperti natrium hidroksida dan asam klorida. Jadi apabila
larutan yang diuji bersifat basa maka digunakan larutan uji (larutan standar) asam,
dalam hal ini asam klorida, begitu pula sebaliknya (Sujono, 2003).
Titrasi asam basa akan menjadi setimbang (pH 7) apabila jumlah asam
setara dengan jumlah basa. Kesetimbangan asam basa adalah salah satu dari
ketentuan yang terjadi pada hukum alam yang mendasari penciptaan dan
keteraturan makromos. Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai
titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam
ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titran ditambahkan
titer sedikit demi sedikit sampai tercapai keadaan ekivalen (artinya secara
stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut titik
ekivalen. Saat titik ekivalen maka proses titrasi dihentikan kemudian kita
mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dari
data tersebut kita bisa menghitung kadar titran
(Ika, 2009).
Dalam titrasi harus dilakukan pemilihan indikator yang tepat dimana
saat terjadi titik ekivalen akan terjadi perubahan warna. Selain indikator tunggal
dalam asidi-alkalimetri juga digunakan ndikator campuran dengan tujuan untuk
memberikan perubahan warna yang tajam pada titik akhir titrasi. Beberapa
indikator yang dapat digunakan yaitu kuning metil, biru bromfenol, jingga metil,
7. hijau bromkresol, merah metil, ungu bromkresol, biru bromtimol, merah fenol,
merah kresol, biru timol, fenoftalein dan timolftalein (Gandjar, 2007).
Analisis penentuan konsentrasi asam bebas di dalam larutan uranil nitrat
secara potensiometrik didasarkan atas reaksi asambasa (asidimetri). Mula-mula
larutan uranil nitrat yang mengandung asam bebas diencerkan keasamannya
hingga sekitar 0,1- 0,6 N kemudian ditambahkan 1 ml ammonium oksalat jenuh'
sebagai larutan penyangga dan dititrasi dengan sodium hidroksida 0,1 N.
Persyaratan yang ditetapkan selama titrasi berlangsung adalah: Perbadingan
molekul antara asam bebas dengan uranium adalah 5: 1 (Yudhi, 2000).
8. BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum analisis volumetri asam basa adalah
sebagai berikut :
1. Gelas piala 800 ml 1 buah
2. Gelas ukur 50 ml 1 buah
3. Pipet ukur 25 ml 1 buah
4. Buret 50 ml 1 buah
5. Pipet volume 25 ml 1 buah
6. Erlenmeyer 250 ml 1 buah
7. Botol semprot 1 buah
8. Statif dan klem 1 buah
9. Timbangan analitik 1 buah
Bahan yang digunakan dalam praktikum analisis volumetri asam basa
adalah sebagai berikut :
1. Kalium biftalat
2. NaOH 0,1 N
3. Indikator pp
4. HCl 0,1 N
5. Na2CO3
6. Indikator MO (Methyl Orange)
7. Alkohol 0,1
9. 8. Asam asetat
B. Prosedur Kerja
a. Titrasi asam asetat dengan larutan NaOH standar
Asam asetat (10 ml)
Asam asetat encer
(100 mL)
% CH3COOH = 0,24%
(b/v)
- dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml
- diencerkan dengan akuades sebanyak 100 ml sampai tanda tera
- dipipet sebanyak 25 ml
- dimasukan dalam erlenmeyer 250 ml
- ditambahkan 1-2 tetes indikator PP
- dititrasi dengan larutan standar NaOH 0,1 N sampai warna merah
muda
- dilakukan triplo
- dihitung kadar asam asetat dalam sampel
- dicatat volume NaOH yang digunakan
10. b.Standarisasi larutan NaOH dengan kalium biftalat
C. Standarisasi HCl 0,1 N dengan Na2CO3
0,5 gram Kalium Biftalat kering
N NaOH = 0,106 N
- dilarutkan dalam erlenmeyer 250 ml
- ditambahkan indicator PP 1-2 tetes
- dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai terbentuk
warna merah muda
- - dicatat volume NaOH yang digunakan
100 mg Na2CO3
N HCl = 0,155 N
- ditimbang dengan timbangan analitik
- dilarutkan dengan 100 ml akuades
- - ditambahkan 2-3 tetes indicator metal jingga
- - dititrasi dengan HCl sampai berubah warna menjadi merah muda
11. d. Penentuan kadar karbonat dan bikarbonat dalam campuran
0.1 g natrium bikarbonat
Larutan analit yang tak berwarna
% bikarbonat = 0,1596%
- dilarutkan dengan 100 ml akuades dalam erlenmeyer
- ditetesi indikator fenolftalein 36 tetes
- dititrasi dengan larutan standar HCl 0,1 N sampai berubah
menjadi tak berwarna
- ditetesi larutan MO sampai terbentuk warna
jingga merah jambu
- dititrasi dengan HCl 0,1 N
- ditentukan kadar bikarbonatnya
12. BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Data Pengamatan
a. Titrasi asam asetat dengan natrium hidroksida
No Perlakuan Hasil pengamatan
1 Larutan asam asetat + 2 – 3 tetes
indikator PP
Larutan berwarna bening
2. Dititrasi dengan NaOH 0,1 N Terbentuk warna merah nuda
3. Volume titran 1 ml
b. Standarisasi larutan NaOH dengan kalium biftalat
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. 0.5 gram kalium biftalat +
aquades
Larutan kalium biftalat
2. Ditambahkan indikator PP 1 – 2
tetes
Larutan tetap bening
3. Dititrasi dengan NaOH Larutan berwarna merah
muda
4. Volume titran 23 ml
c. Standarisasi larutan NaOH dengan kalium biftalat
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Larutan Na2CO3 + 2 tetes
indikator MO
Larutan berwarna orange
2. Dititrasi dengan HCl Larutan berwarna merah
muda
13. 3. Volume titran yang digunakan 12,1 ml
d. Penentuan kadar karbonat dan bikarbonat dalam campuran
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. 0.1 gram natrium bikarbonat +
100 ml aquades
Larutan natrium bikarbonat
2. Ditambahkan indikator PP 36
tetes
Larutan berwarna
3. Dititrasi dengan HCl 0.1 N Larutan berwarna bening
4. Volume titran yang digunakan 0.3 ml
5. Indikator MO 2 tetes Berwarna jingga
6. Dititrasi dengan HCl 0.1 N Berwarna jingga merah
muda
7. Volume titran yang digunakan 2.2 ml
B. Reaksi Lengkap
1. OHCOONaCHNaOHCOOHCH 23
PP
3
2. NaClNaHCOHClCONa 3
PP
32
3. 22
MO
3 COOHNaClHClNaHCO
C. Perhitungan
1. Standarisasi larutan NaOH dengan Kalium Biftalat
Kalium biftalat = 500 mg dengan Mr = 204,2
Volume NaOH 0,1 N = 23 ml
14. 500
204,2 𝑚𝑒𝑘
= (22 x N2) mek
2,44 = 23 x N2
N2=
22,4
23
= 0,106 N
2. Kadar asam asetat dengan NaOH
Volume NaOH 0,1 N = 1 ml
Dalam 10 ml sampel asam asetat:
B mg = 100
25⁄ x 1 x 0,1 x 60
= 24 mg
Dalam 100 ml asam asetat:
Asam asetat =
100
10
x
24
1000 mg
= 0,24 gram dalam 100 ml
% asam asetat = 0,24%
3. Standarisasi larutan HCl 0,1 N dengan Na2CO3
Volume HCl yang digunakan = 12,1 ml
Berat Na2CO3 yang dihitung = 100 mg
Mek HCL = Mek Na2CO3
Mek HCL = P x N HCl, maka
Mek Na2CO3 = (P x N HCl) Mek
Berat zat (mg) Na2CO3 = Mek Na2CO3 x BE Na2CO3
Mek Na2CO3 = mg Na2CO3 (Q ml)/ BE Na2CO3 (Q)
Be Na2CO3 = ½ x 106
15. = 53
N HCl =
100 𝑚𝑔
12,1 𝑚𝑙 𝑥 53
= 0,155 N
4. Penentuan Kadar Karbonat dan Bikarbonat dalam campuran
22
PP
3 HlNaHClNaHCO COOC (0,3 ml HCl 0,1 N (x) )
)(y)N0,1HClml(2,2COOHNaClHClNaHCO 22
MO
3
Bikarbonat dalam sampel = (y-x) mL HCl 0,1 N
= (2,2 – 0,3) x 0,1
=1,9
% bikarbonat =
1,9 x o,1 x 84
100
= 0,1596%
D. Pembahasan
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat
dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi
biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses
titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai
titrasi asam basa, Titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi
oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan
reaksi kompleks dan lain sebagainya. Titrasi asam basa sering juga disebut
dengan reaksi penetralan. Dalam menganalisis sampel yang bersifat basa,
maka kita dapat menggunakan larutan standar asam, metode ini dikenal
dengan istilah asidimetri. Sebaliknya jika kita menentukan sampel yang
16. bersifat asam, kita akan menggunakan larutan standar basa dan dikenal dengan
istilah alkalimetri. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titran
dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah
diketahui konsentrasinya disebut sebagai titrat dan biasanya diletakkan di
dalam buret. Baik titrat maupun titran biasanya berupa larutan.
Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu secara cermat mengamati
perubahan pH, khususnya pada saat akan mencapai titik akhir titrasi, hal ini
dilakukan untuk mengurangi kesalahan dimana akan terjadi perubahan warna
dari indikator. Analit bersifat asam pH mula-mula rendah, penambahan basa
menyebabkan pH naik secara perlahan dan bertambah cepat ketika akan
mencapai titik ekuivalen (pH=7). Penambahan selanjutnya menyebakan
larutan kelebihan basa sehingga pH terus meningkat.
Pada praktikum ini kita akan menentukan kadar asam asetat dalam
suatu sampel melalui cara titrasi asam basa. Dimana dalam percobaan ini yang
bertindak sebagai titran adalah asam asetat sedangkan yang menjadi titrat
adalah natrium hidroksida. Zat yang akan ditentukan kadarnya adalah
CH3COOH yang bersifat asam atau yang biasa dikenal dengan alkalimetri.
Namun sebelum dilakukan titrasi terlebih dahulu dilakukan standarisasi
terhadap larutan baku yang akan digunakan dengan cara menstandarisasi
NaOH dengan kalium biftalat. Hal ini dikarenakan karena larutan NaOH
bersifat hidroskopis yang dapat menyerap air dari lingkungannya sehingga
lama kelamaan akan terjadi perubahan konsentrasi NaOH tersebut.
17. Berdasarkan standarisai yang telah dilakukan diperoleh hasil konsentrasi
NaOH adalah sebesar 0,106 N.
Setelah melakukan standarisasi terhadap NaOH kemudian dilakukan
titrasi terhadap asam asetat. Dalam titrasi ini melibatkan asam lemah
(CH3COOH) dan basa kuat (NaOH). Namun terlebih dahulu dilakukan
pengenceran terhadap asam asetet karena asam asetat tersebut sangat pekat.
Dalam titrasi ini ditambahkan 2 tetes indikator phenoftalein. Penambahan
indikator ini bertujuan agar dapat terjadi perubahan warna pada larutan saat
dititrasi. Titik akhir titrasi diperoleh saat volume NaOH yang digunakan
sebesar 1 ml. Ketika titik akhir titrasi terjadi perubahan warna dari bening
menjadi merah muda. Kemudian dilakukan penentuan kadar asam asetat dan
diperoleh kadar asam asetat sebesar 0,24%.
Selanjutnya menentukan kadar karbonat dan bikarbonat dalam sampel.
Dalam hal ini yang bertindak sebagai titran adalah larutan bikarbinat dan yang
bertindak sebagai titrat adalah HCl. Namun terlebih dahulu dilakukan
standarisasi terhadap larutan HCl yang akan bertindak sebagai titran. HCl
distandarisasi dengan menggunakan Na2CO3. Indikator yang digunakan dalam
standarisasi ini adalah indikator metil orange. Setelah dititrasi dengan larutan
standar Na2CO3 pada volume Na2CO3 12,1 ml terjadi perubahan warna
larutan. Hal ini berarti telah berada pada titik akhir titrasi. Konsentrasi HCl
yang diperoleh adalah sebesar 0,155 N.
Setelah dilakukan standarisasi terhadap HCl kemudian dilakukan titrasi
larutan bikarbonat dengan HCl tersebut. Pada titrasi ini akan ditambahkan
18. indikator sebanyak dua kali. Indikator yang digunakan yatu phenoftalein dan
metil orange. Pada saat ditambahkan phenoftalein larutan menjadi berwarna
namun setelah dilakukan titrasi dengan HCl 0,1 N warna akan menghilang dan
larutan menjadi bening. Titik akhir titrasi diperoleh saat volume NaOH
sebesar 0,3 ml. Selanjutnya titrasi dihentikan dan ditambahkan lagi dengan 2
tetes metil orange. Setelah dititrasi warna larutan berubah menjadi merah
muda titik akhir titrasi diperoleh saat volume HCl sebanyak 2,2 ml. Kemudian
ditentukan kadar bikarbonat yang terkandung didalamnya diperoleh hasil
persen bikarbonat adalah sebesar 0,1596%. Dalam percobaan ini terjadi
kesalahan dimana praktikan tidak mencampurkan karbonat dan bikarbonat
melainkan praktikan hanya menggunakan bikarbonat saja sehingga kadar
karbonat dalam sampel tidak dapat ditentukan.
19. BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan serangkaian praktikum yang telah dilakukan dapan
disimpulkan bahwa:
1. Analisis secara volumetri atau titrimetri dapat dilakukan dengan mentitrasi
suatu larutan yang akan ditentukan kadarnya dengan titrat yang di letakkan
didalam buret dengan terlebihb dahulu menambahkan indikator pada titran.
2. Titik akhir titrasi asam asetat yang diperoleh adalah saat volume NaOH
sebanyak 1 ml dan kadar asam asetat adalah sebesar 0,24%. Titik akhir
titrasi dari titrasi larutan bikarbonat dengan HCl adalah saat volume HCl
sebesar 0,3 ml dan 2,2 ml.
3. Konsentrasi NaOH yang diperoleh setelah dilakukan standarisasi adalah
sebesar 0,106 N dan konsentrasi HCl adalah 0,155 N
B. Saran
Saran yang dapat saya berikan pada praktikum kali ini yaitu agar
kedepannya praktikan lebih memperhatikan lagi prosedur kerja yang akan
dilakukan agar tidak terjadi kesalahan utamanya pada penentuan kadar
karbonat dan bikarbonat.
20. DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Utiyah. 2004. Modul Asam Basa. Departemen Pendidikan Nasional.
Surabaya
Gandjar, I.G. dan Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisi. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta
Ika, Dani. 2009. Alat Otomatisasi Pengukur Kadar Vitamin C Dengan Metode
Titrasi Asam Basa. Jurnal Neutrino. Vol.1. No.2 [22 November 2013]
Sujono. 2003. Sistem Pengukur Molaritas Larutan dengan Metode Titrasi Asam
Basa Berbasis Komputer. Jurnal bl [20 November 2013]
Yudhi, D. dan Pranjono. 2000. Analisis Asam Bebas Secara Potensiometrik Di
Dalam Larutan Uranil Nitrat Murni. Jurnal Urania. No. 21-22/Thn. VI.