1. BAB II
PEMBAHASAN
A. BOIGRAFI RINGKAS B.F. SKINNER
Burhuss Frederick Skinner lahir 20 Maret 1904, di kota kecil Pennsylvania Susquehanna.
Anak pertama pasangan William Skinner dan Grace Mange Burrhus Skinner. Ayahnya adalah
seorang pengacara, dan ibunya yang kuat dan cerdas sebagai ibu rumah tangga. Ia merefleksikan
tahun-tahun awal kehidupannya sebagai suatu masa dalam lingkungan yang stabil, di mana belajar
sangat dihargai dan disiplin sangat kuat. Skinner mendapat gelar BA-nya dalam sastra bahasa
inggris pada tahun 1926 dari Presbyterian-founded Humilton College. Setelah wisuda, ia menekuni
dunia tulis menulis sebagai profesinya selama dua tahun. Pada tahun 1928, ia melamar masuk
program pasca sarjana psikologi Universitas Harvard. Ia memperoleh MA pada tahun 1930 dan
Ph.D pada tahun 1931. Pada tahun 1945, dia menjadi kepala departemen psikologi Universitas
Indiana. Kemudian 3 tahun kemudian, tahun 1948, dia diundang untuk datang lagi ke Universitas
Harvard. Di Universitas tersebut dia menghabiskan sisa karirnya. Skinner adalah seseorang yang
aktif dalam berbagai kegiatan, seperti melakukan berbagai penelitian, membimbing ratusan calon
doktor, dan menulis berbagai buku. Meski tidak sukses sebagai penulis buku fiksi dan puisi, ia
menjadi salah satu penulis psikologi terbaik. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Walden II.
Pada tanggal 18 Agustus 1980, Skinner meninggal dunia karena penyakit Leukemia.
Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan pendekatan
behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Pada tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya
yang berjudul The Behavior of Organism. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia
mengemukakan teori operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi
tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The Experimental an Analysis of Behavior”.
Hasil konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang
disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika (Sahakian,1970).
Pokok Pemikiran :
• B.F. Skinner meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning.
• Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner bahwa unsur
2. terpenting dalam belajar adalah penguatan.
• Tiga asumsi yang dimiliki Skinner dalam membangun teorinya:
1. Behavior is lawful (perilaku memiliki hukum tertentu)
2. Behavior can be predicted (perilaku dapat diramalkan)
3. Behavior can be controlled (perilaku dapat dikontrol)
• Functional analysis of behavior: analisis perilaku dalam hal hubungan sebab akibat, dimana
penyebabnya itu sendiri (seperti stimuli, deprivation, dsb) merupakan sesuatu yang dapat dikontrol.
• Dua klasifikasi dasar dari perilaku menurut B.F Skinner: operants dan respondents.
Deskripsi singkat mengenai pemikiran:
• Dimana Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan positif atau
negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai
dengan keinginan.
• Pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi
penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif.
Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan
negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau
menunjukkan perilaku tidak senang. Dimana penguatan yang terbentuk melalui ikatan STIMULUS
RESPON kan semakin kuat bila diberi penguatan. penguatan ini yaitu penguatan POSITIF dan
NEGATIF.
• Skinner juga menekankan mengenai functional analysis of behavior yaitu analisis perilaku
dalam hal hubungan sebab akibat, dimana penyebabnya itu sendiri (seperti stimuli, deprivation, dsb)
merupakan sesuatu yang dapat dikontrol. Hal ini dapat mengungkapkan bahwa sebagian besar perilaku
dalam kejadian antesedennya berlangsung atau bertempat pada lingkungan. Kontrol atas events ini
membuat kita dapat mengontrol perilaku.
• Operant adalah sesuatu yang dihasilkan, dalam arti organisme melakukan sesuatu untuk
menghilangkan stimulus yang mendorong langsung. Contohnya, seek r tikus lari keluar dari labirin,
atau seseorang yang keluar dari pintu. Respondent adalah sesuatu yang dimunculkan, dimana
organisme menghasilkan sebuah respondent sebagai hasil langsung dari stimulus spesifik. Contohnya,
seekor anjing yang mengeluarkan air liur ketika melihat dan mencium bau makanan, atau seseorang
yang mengedip ketika udara ditiupkan ke matanya.
3. B. PERINTIS DARI BEHAVIORISME ILMIAH SKINNER
Selama berabad-abad, pengamat perilaku manusia telah mengetahui bahwa manusia pada
umumnya melakukan hal-hal yang mempunyai konsekuensi yang menyenangkan dan menghindari
hal-hal yang membawa konsekuensi yang bersifat menghukum. Akan tetapi psikolog yang pertama
kali mempelajari secara sistematis konsekuensi dari perilaku adalah Edward L. Thorndike, yang
pada awalnya bekerja dengan binatang ( Thorndike, 1898,1913) dan kemudiaan dengan manusia
(Thorndike, 1913). Thorndike mengobservasi bahwa pembelajaran pada umumnya terjadi karena
adanya suatu efek yang mengikuti suatu respons, dan ia menyebut hasil observasinya sebagai
hukum akibat (law of effect). Sebagaimana pertama kali dirumuskan oleh Thorndike, hukum dari
efek ini mempunyai dua bagian. Bagian pertama menyatakan bahwa respons terhadap suatu
stimulus yang diikuti langsung oleh pemuas cenderung akan “disimpan”;bagian kedua menyatakan
bahwa respons terhadap suatu stimulus yang diikuti langsung oleh penganggu akan “dibuang”.
Kemudian, Thorndike merevisi hukum ini dengan meminimalisasai signifikansi pengganggu.
Ketika penghargan (reward) atau pemuas menguatkan hubungan antara suatu stimulus dengan
suatu respon, hukuman (punishment) atau pengganggu biasanya tidak melemahkan hubungan
tersebut. Artinya, menghukum suatu perilaku hanya menghambat perilaku tersebut; tetapi tidak
“membuangnya”. Skinner (1954) menerima bahwa hukum akibat sangat krusial untuk mengontrol
perilaku dan melihat pekerjaannnya adalah untuki memastikan bahwa suatu efek benar-benar
terjadi dan efek tersebut terjadi dibawah suatu kondisi optimal untuk belajar. Ia juga setuju dengan
Thorndike bahwa efek dari penghargaan lebih dapat diprediksi dari pada efek dari hukuman dalam
membentuk suatu perilaku.
Pengaruh kedua dan yang lebih langsung pada Skinner adalah hasil kerja John B. Watson (J.
B. Watson, 1913, 1925; J. B. Watson & Rayner, 1920 ). Watson telah mempelajari binatang dan
manusia, serta yakin bahwa konsep dari kesadaran dan introspeksi tidak boleh mempunyai
peranan dalam kajian ilmiah mengenai perilaku manusia. Dalam Psychology as the Behavioris
Views It, Watson (1913) berargumen bahwa perilaku manusia, seperti perilaku binatang dan mesin,
dapat dipelajari secara objektif. Dia berargumen tidak hanya pada konsep kesadaran dan
introspeksi, tetapi juga pandangan mengenai insting, sensasi, persepsi, motivasi, kondisi mental,
pikiran dan imageri. Ia menekankan bahwa masing-masing dari konsep tersebut, berada diluar
ranah psikoogi ilmiah. Watson melanjutkan argumennya bahwa tujuan dari psikologi adalah untuk
memprediksi dan mengontrol perilaku, dan tujuan ini hanya bisa dicapai dengan membatasi
4. psikologi pada suatu kajian objektif mengenai kebiasan yang terbentuk melalui hubungan
stimulus-respons.
C. BEHAVIORISME ILMIAH
Seperti Thorndike dan Watson, Skinner bersikeras bahwa perilaku manusia harus di pelajari
secara ilmiah. Aliran behaviorisme ilmiahnya berpendapat bahwa perilaku dapat dipelajari dengan
baik tanpa referensi mengenai kebutuhan, insting, dan motif. Mengatribusikan motivasi pada
perilaku manusia sama saja dengan mengatribusikan kemauan bebas kepada fenomena alam.
Namun kebanyakan psikolog kepribadian berasumsi bahwa manusia termotivasi oleh dorongan
internal dan pemahaman dari dorongan tersebut menjadi penting.
Walaupun Skinner yakin bahwa kondisi internal berada di luar domain ilmu pengetahuan, ia tidak
menolak keberadaannya. Kondisi seperti rasa lapar, emosi, nilai-nilai, kepercayaan diri, kebutuhan
agresif, keyakinan religious, dan kebencian memang ada, namun tidak menjelaskan suatu perilaku.
Untuk menggunakan kondisi internal sebagai penjelasan, tidak hanya sia-sia, tetapi juga membatasi
kemajuan behaviorisme ilmiah. Ilmuawan lainnya telah membuat kemajuan yang lebih besar karena
telah lama meninggalkan praktik yang mengatribusikan motif, kebutuhan, atau kekuatan dari keinginan
pada pergerakan dari organisme hidup dan benda-benda mati.
Filsafat Ilmu Pengetahuan
Behaviorisme ilmiah memberi ruang untuk interpretasi perilaku, tetapi tidak pada penjelasan
mengenai penyebabnya. Interpretasi mengijinkan ilmuan untuk menggeneralisasi kondisi
pembelajaran yang sederhana kepada konsisi yang lebih kompleks.
Karakteristik Ilmu Pengetahuan
Menurut Skinner ( 1953 ), ilmu pengetahuan memiliki tiga karakteristik utama. Pertama, ilmu
pengetahuan bersifat kumulatif; kedua, merupakan suatu sikap yang menghargai observasi empiris;
ketiga, ilmu pengetahuan adalah suatu pencarian atas keteraturan dan hubungan yang berdasarkan
hukum-hukum. Secara khusus, ada tiga komponen sikap ilmiah. Pertama, ilmu pengetahuan
menolak adanya otoritas. Hanya karena seseorang yang sangat di hormati. Kedua, ilmu
pengetahuan menuntut suatu kejujuran intelektual, dan hal tersebut menuntut ilmuan untuk
5. menerima suatu fakta walaupun bertentangan dengan keinginan dan kemauan mereka. Sikap ini
tidak berarti bahwa secara otomatis ilmuwan menjadi sangat jujur daripada orang lain. Mereka
tidak. Ilmuwan dikenal sering memanipulasi data dan salah menginterpretasikan temuan mereka.
Akan tetapi, sebagai sebuah disiplin ilmu, ilmu pengetahuan menempatkan harga yang tinggi atas
kejujuranintelektual karena jawaban yang benar pada akhirnya akan ditemukan. Para ilmuwan
tidak mempunyai pilihan selain melaporkan hasil atau temuan yang bertentangan dengan harapan
ataupun hipotesis mereka, karena apabila tidak dilakukan, maka orang lain akan melakukannya,
dan hasil terbaru akan menunjukkan bahwa ilmuwan yang telah melakukan kesalahan dalam
menginterpretasikan data tersebut, salah.
Terakhir, ilmu pengetahuan menahan penilaian sampai suatu tren yang jelas menerbitkan
suatu temuan yang belum diverifikasi ataupun diuji dengan cukup. Apabila laporan dari hasil
temuan seorang ilmuwan tidak dapat direplikasi, maka ilmuwan tersebut akan terlihat bidih, di sisi
baiknya, dan tidak jujur di sisi buruknya. Oleh karena itu, sikap skeptis yang sehat dan kemauan
untuk menahan suatu penilaian menjadi esensial ketika menjadi seorang ilmuwan.
Skinner ( 1953 ) yakin bahwa prediksi, control, dan deskripsi memungkinkan untuk ada dalam
behaviorisme ilmiah, karena perilaku ditentukan dan berdasarkan hokum-hukum. Perilaku
manusia, yang berupa entitasbologis dan fisik, bukanlah suatu gagasan yang tidak jelas ataupun
hasil dari keinginan bebas ( free will ).
Perilaku manusia ditentukan oleh beberapa variable yang dapat diidentifikasi dan mengikuti
suatu prinsip hukum yang memiliki batasan jelas, yang berpotensi untuk dapat diketahui. Perilaku
yang terlihat tidak jelas atau tidak terduga, atau ditentukan secara individual, berada diluar
kapasitas ilmuwan untuk memprediksi ataupun mengontrol. Akan tetapi, secara hipotesis, kondisi
ketika hal tersebut terjadi dapat ditemukan, mengizinkan untuk prediksi dan control serta deskripsi.
Skinner memberikan banyak waktunya untuk menemukan kondisi-kondisi tersebut, menggunakan
suatu prosedur yang disebut pengondisian operan.
D. PENGONDISIAN
Skinner ( 1953 ) mengenali dua bentuk pengondisian, klasik dan operan. Melalui pengondisian
klasik ( yang disebut Skinner sebagai pengondisian responden ), suatu respons diperoleh dari
sebuah organism dengan suatu stimulus yang spesifik dan dapat diidentifikasi. Dengan
pengondisian operan ( yang disebut juga sebagai pengondisian Skinnerian ), sebuah perilaku dibuat
lebih mungkin untuk terjadi saat diberikan penguatan secara langsung.
Salah satu perbedaan antara pengondisian klasik dan operan adalah bahwa pada pengondisian
6. klasik, perilaku diperoleh dari organism, sementara dalam pengondisian operan, perilaku
terpancar. Respons yang diperoleh dikeluarkan dari organism, sementara respons yang terpancar
adalah yang muncul begitu saja. Oleh karena respons tidak terjadi di dalam suatu organism,
sehingga tidak dapat dikeluarkan,Skinner lebih memilih istilah ”terpancar”. Respons yang
terpancar tidak ada sebelumnya di dalam suatu organism, melainkan hanya muncul karena sejarah
individual dari organisme tersebut mengenai penguatan (reinforcement).
Pengondisian Klasik
Dalam pengondisian klasik, suatu stimulus netral (conditioned) dipasangkan beberapa kali
dengan suatu stimulus yang tidak dikondisikan (unconditioned) sampai mampu membawa sebuah
respons yang sebelumnya tidak dikondisikan menjadi respons yang terkondisi. Perilaku reflex
termasuk contoh palig sederhana. Sinar yang ditujukan ke mata menstimulasi pupil untuk
menutup,makanan yang diletakkan di lidah membuat air liur keluar, dan lada di lubang hidung
mengakibatkan reflex bersin. Dengan perilaku reflex, respons tidak dipelajari, tidak bersifat
sukarela, dan umum., tidak hanya dalam satu spesies, namun pada spesies-spesies lainnya.
Akan tetapi, pengondisian klasik tidak terbatas hanya pada reflex sederhana. Pengondisian ini
juga dapat bertanggungjawab atas pembelajaran manusia yang lebih kompleks, seperti
fobia,ketakutan, dan kecemasan.
Kunci penting dari eksperimen pengondisian klasik adalah dalam membuat pasangan dari
stimulus yang dikondisikan dengan stimulus yang tidak dikondisikan, sampai kehadiran dari
stimulus yang dikondisikan cukup untuk memperoleh stimulus yang tidak dikondisikan.
Pengondisian Operan
Kunci dari pengondisian operan adalah penguatan yang langsung dari sebuah respons.
Kemudian, penguatan akan meningkatkan kemungkinan dari perilaku yang sama untuk terjadi lagi.
Pengondisian ini di sebut dengan pengondisian operan karena organism beroperasi dalam suatu
lingkungan untuk menghasilkan suatu efek yang spesifik. Pengondisian operan dapat mengubah
frekuensi dari respons atau kemungkinan suatu respons akan terjadi. Penguatan tidak menyebabkan
suatu perilaku, namun meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku tersebut akan diulang lagi.
Ø Pembentukan
Pembentukan (shaping) adalah suatu prosedur ketika peneliti atau lingkungan
memberikan suatu penghargaan atas perkiraan kasar dari perilaku tersebut., lalu perkiraan
7. yang lebih dekat, dan terakhir, perilaku yang diinginkan tersebut. Melalui proses penguatan
perkiraan berkala, peneliti atau lingkungan secara bertahap membentuk suatu kumpulan
yang kompleks dan final dari perilaku (Skinner, 1953).
Suatu respons terhadap lingkungan yang mirip tanpa adanya penguatan sebelumnya
disebut generalisasi stimulus. Salah satu contoh generalisasi stimulus, yaitu pembelian tiket
oleh manusia tidak melakukan generalisasi dari satu situasi kepada situasi yang lain, namun
mereka bereaksi pada situasi baru dalam bentuk yang sama dengan cara mereka bereaksi
sebelumnya, karena kedua situasi memiliki elemen yang identik,yaitu membeli tiket untuk
salah satu konser rock mempunyai elemen-elemen yang identik dengan membeli tiket untuk
konser rock yang berbeda. Skinner (1953) menyebutkan, “Penguatan sebuah respons
meningkatkan kemungkinan dari setiap respons yang mempunyai elemen yang sama” (hlm.
94)
Ø Penguatan
Menurut Skinner (1978a),penguatan (reinforcement) memiliki dua efek: memperkuat
perilaku dan memberikan penghargaan pada orang tersebut. Oleh karena itu, penguatan dan
penghargaan tidak sama. Setiap perilaku diberi penguatan tidak selalu bersifat memberikan
penghargaan ata menyenangkan bagi orang tersebut.
Setiap perilaku yang meningkatkan kemungkinan bahwa suatu spesies atau seseorang
untuk bertahan hidup, cenderung akan menguat. Makanan, seks, dan perhatian orang tua
sangat penting untuk kemampuan bertahan hidup suatu spesies dan setiap perilaku yang
menghasilkan kondisi ini akan diberi penguatan. Cedera, penyakit, dan iklim yang ekstrem
bersifat merusak kemampuan bertahan hidup, dan setiap perilaku yang cenderung mereduksi
atau menghindari kondisi ini juga akan diberi penguatan. Oleh karena itu, penguatan dapat
dibagi menjadi yang menghasilkan kondisi lingkungan yang bermanfaat dan yang mereduksi
atau menghindari kondisi yang merusak. Penguatan pertama disebut penguatan positif
(positive reinforcement) dan yang kedua disebut penguatan negative (negative reinforcement).
Penguatan Positif
Setiap stimulus yang saat dimasukkan dalam suatu situasi, meningkatkan kemungkinan
bahwa suatu perilaku akan terjadi disebut penguat positif (positive reinforcement) (Skinner,
1953). Contoh umum dari penguat positif, yaitu makan, air, seks, uang, persetujuan social, dan
kenyamanan fisik.
8. Penguatan Negativ
Menghilangkan suatu stimulus yang tidak disukai dari suatu situasi dari situasi dapat
meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku sebelumnya akan terjadi. Menghilangkan hal
tersebut dapat berakibat pada penguatan negative (negative reinforcement) (Skinner, 1953).
Reduksi atau menghindari suara-suara keras, hal-hal yang mengagetkan, dan rasa lapar yang
menyakitkan akan menguatkan secara negative karena hal-hal tersebut menguatkan perilaku
yang ada sebelumnya. Penguatan negative berbeda dari penguatan positif karena menuntut
adanya suatu kondisi yang dihindari, sementara penguatan positif meliputi adanya stimulus
yang menguntungkan. Akan tetapi, efek penguatan negative identik dengan penguatan positif.
Beberapa orang makan karena mereka menyukai suatu makanan, yang lainnya makan untuk
menghilangkan rasa lapar yang menyakitkan.
Untuk kelompok orang pertama, makanan adalah penguatan positif, sementara untuk
kelompok orang yang kedua, menghilangkan rasa lapar adalah penguatan negative. Dalam dua
kondisi, perilaku makan diperkuat karena konsekuensinya bersifat menguntungkan.
Hukuman
Penguatan negative menghilangkan, mereduksi, dan menhindari stimulus yang tidak
menyenangkan, sementara hukuman (punishment) adalah pemberian stimulus yang tidak
menyenangkan, seperti setrumen, atau menghilangkan stimulus yang menyenangkan, seperti
memutuskan telepon seorang remaja. Penguaran negative menguatkan suatu respons,
sementara hukuman tidak. Walaupun hukuman tidak menguatkan suatu respons, tetapi tidak
secara langsung melemahkan respons tersebut. Skinner (1953) setuju dengan Thorndike bahwa
efek dari hukuman lebih tidak dapat diprediksi dibandingkan efek dari penghargaan.
1. Efek dari hukuman
Efek dari hukuman bukanlah kebalikan dari efek penguatan. Saat factor-faktor dalam
penguatan dapat dikontrol dengan ketat, perilaku dapat dengan akurat dibentuk dan
diprediksikan. Akan tetapi, dengan hukuman, akurasi seperti itu mungkin tidak terjadi. Alas
an dari perbedaan ini cukup sederhana. Hukuman biasanya diberikan untuk menahan
seseorang bertindak dengan cara tertentu. Saat hal tersebut berhasil, orang akan berhenti
bertindak dengan cara tersebut, namun mereka tetap harus melakukan sesuatu. Apa yang
akan mereka lakukan tidak dapat diprediksikan secara akurat karena hukuman tidak
memberitahu apa yang harus dilakukan, hukuman hanya menekan kecendurungan untuk
bertindak dalam suatu cara yang tidak diinginkan. Pada akhirnya, salah satu efek dari
9. hukuman adalah untuk menekan perilaku. Sebagai contoh, apabila seorang anak laki-laki
menjahili adik perempuannya, orangtuanya dapat membuatnya berhenti melakukan hal
tersebut dengan memukul pantatnya. Sayangnya, hukuman ini tidak akan meningkatkan
disposisinya tergadap adiknya. Hukuman hanya menekan kejahilannya untuk sementara atau
selama orang tuanya ada di sekitarnya.
Efek lainnya dari adalah pengondisian atas perasaan negative dengan mengasosiasikan
stimulus kuat yang tidak disenangi dengan perilaku yang diberi hukuman.
Dalam ilustrasi diatas, apabila rasa sakit karena dipukul cukup kuat, maka hal tersebut akan
memunculkan respons yang tidak sebanding dengan perilaku menjahili adiknya. Di masa
depan, apabila anak laki-laki tersebut berpikir untuk memperlakukan adiknya dengan tidak
baik, pikiran memunculkan respons pengondisian klasik, seperti rasa takut, kecemasan, rasa
bersalah. Emosi negative ini kemudian berfungsi untuk menahan perilaku yang tidak
diinginkan untuk kembali terjadi. Sayangnya, hal ini tidak memberikan instruksi positif
kepada anak tersebut.
Hasil ketiga dari hukukman adalah dalam penyebaran efeknya. Setiap stimulus yang
diasosiasikan dengan hukuman mungkin akan ditekan. Dalam contoh diatas, anak laki-laki
tersebut hanya dapat relajar untuk menghindari adik perempuannya, menjaga jarak dengan
orangtuanya, atau mengembangkan perasaan negative terhadap pemukul atau tempat
pemukulan terjadi. Sebagai hasilnya, perilaku anak laki-laki tersebut terhadap keluarganya
menjadi maladaptive. Sementara perilaku tidak tepat ini bertujuan untuk menghindari
hukuman di masa depan. Skinner mengakui mekanisme pertahanan diri klasik Freudian
sebagai cara yang efektif dalam menghindari rasa sakit dan kecemasan yang mengiringinya.
Orang yang dihukum mungkin akan berfantasi, memproyeksikan perasaan mereka kepada
orang lain, merasionalisasi perilaku agresif, atau melakukan displacement terhadap orang
lain.
2. Perbandingan antara Hukuman dan Penguatan
Hukuman mempunyai beberapa karakteristik yang sama dengan penguatan. Seperti adanya
dua macam penguatan ( positif dan negative ), terdapat dua macam hukuman. Hukuman
pertama membutuhkan pemberian stimulus yang tidak di sukai, sedangkan hukuman yang
kedua melibatkan penghilangan suatu penguatan positif. Contoh dari hukuman yang pertama
adalah rasa sakit yang dirasakan karena jatuh ditrotoar bersalju akibat berjalan terlalu cepat.
Contoh hukuman yang kedua adalah denda yang sangat tinggi yang dikenakan pada seorang
pengendara motor akibat mengendarai motor terlalu cepat. Contoh yang pertama merupakan
10. hasil dari kondisi alami, sementara yang kedua mengikuti suatu intervensi dari manusia.
Kedua tipe hukuman ini menguak karakteristik kedua yang sama antara hukuman dan
penguatan. Keduanya dapat diperoleh dari konsekuensi alami ataupun diberikan oleh orang
lain.
Karakteristik yang terakhir, hukuman dan penguatan sama-sama merupakan cara untuk
mengontrol perilaku, baik control yang sudah dirancang ataupun yang terjadi kebetulan.
Penguat yang dikondisikan dan digeneralisasi
Penguat yang dikondisikan adalah stimulus lingkungan yang secara alami memuaskan,
namun menjadi seperti itu karena diasosiasikan dengan penguat primer atau yang tidak
dipelajari, seperti makanan, air, seks.
Skinner (1953) mengenal lima penguat penting yang digeneralisasi dan
mempertahankan banyak perilaku manusia: perhatian, persetujuan, afeksi, dan lain-lain.
Masing-masing penguatan tersebut dapat digunakan dalam beragam situasi.
Jadwal penguatan
Penguatan dapat mengikuti suatu perilaku dalam jadwal yang berkelanjutan atau dalam
jadwal yang acak dan tidak teratur. Dengan jadwal yang berkelanjutan, organism diberikan
penguatan untuk setiap respons. Jadwal ini meningkatkan frekuensi munculnya respons namun
menrupakan penggunaan penguatan yang tidak efisien. Skinner lebih memilih jadwal yang
acak, tidak hanya karena cara ini lebih efisien dalam penggunaan penguatan, tetapi juga
karena menghasilkan respons yang lebih resisten terhadap kemusnahan (extinction). Ferster
dan Skinner (1957) menyadari adanya banyak jadwal penguatan, namun hanya empat jadwal
acak yang mendasar, yaitu rasio-tetap, rasio-bervariasi, interval-tetap, dan interval-
bervariasi.
∼ Rasio-Tetap
Dengan jadwal rasio-tetap (fixed-ratioschedule), organisme diberikan penguatan secara
acak, bergantung jumlah respons yang diberikan. Rasio merujuk pada rasio respons
terhadap penguatan.
Secara teknis, hampir tidak ada skala pembayaran untuk manusia yang mengikuti rasio-
tetap atau jadwal lainnya, karena pekerja biasanya tidak mulai dibayar dengan suatu jadwal
pemberian pengustan langsung yang kontinyu. Suatu perkiraan dari jadwal rasio-tetap
11. mungkin adalah gaji dari seorang pemasang batu bata yang menerima sejumlah uang tetap
untuk setiap batu bata yang dipasangnya.
∼ Rasio-Bervariasi
Dengan jadwal rasio-bervariasi (variable-ratio schedule), organism diberikan
penguatan setelah respons ke-n berdasarkan rata-rata. Sekali lagi, pelatihan harus dimulai
dengan pemberian penguatan yang kontinu, kemudian dilanjutkan dengan jumlah respons
yang sedikit, lalu dinaikkan untuk interval respons yang lebih tinggi.
Untuk manusia, memainkan mesin slot adalah contoh dari jadwal rasio-bervariasi.
Mesin tersebut diatur untuk memberikan hadiah dalam kecepatan tertentu, namun rasionya
harus tetap fleksibel, atau bervariasi, untuk menghindari pemain memprekdisikan keluarnya
hadiah.
∼ Interval-Tetap
Dengan jadwal interval-tetap (fixed-interval schedule), organisme diberikan penguatan
untuk respons pertama yang mengikuti suatu periode waktu yang sudah dirancang.
∼ Interval-Bervariasi
Jadwal interval-bervariasi (variable-interval schedule) adalah jadwal ketika organism
diberi penguatan setelah jangka waktu yang acak atau berbeda-beda.
Kepunahan
Respons dapat menghilang karena empat alas an. Pertama, respons terlupakan seiring
berjalannya waktu. Kedua, dan lebih mungkin terjadi, respons dapat menghilang karena
adanya gangguan dari pembelajaran sebelumnya atau sesudahnya.
Ketiga, respons dapat menghilang karena adanya hukuman. Penyebab keempat, adalah
kepunahan-kecenderungan dari respons ysng sebelumnya telah dipelajari untuk secara
bertahap mulai melemah setelah tidak adanya penguatan.
Kepunahan operan terjadi saat seorang peneliti secara sistematis menahan penguatan
untuk suatu respons yang telah dipelajari sebelumnya sampai kemungkinan respons terjadi
menurun sampai angka nol. Kecepatan dari kepunahan operan sangat bergantung dari jadwal
penguatan saat pembelajaran terjadi.
12. E. ORGANISME MANUSIA
Menurut Sinner (1987) perilaku manusia dan kepribadian manusia dibentuk oleh tiga kekuatan
: (1) seleksi alam, (2) praktik budaya, (3) sejarah seseorang atas penguatan yang diterimanya. Akan
tetapi, pada akhirnya seleksi alam, sejak pengondisian operan adalah suatu proses yang berevolusi
dan praktik budaya menjadi aplikasi spesialnya.
Seleksi Alam
Kepribadian manusia adalah hasil dari sejarah evolusi yang panjang. Sebagai individu,
perilaku kita ditentukan oleh komposisi genetis dan terutama oleh sejarah pribadi kita atas
penguatan yang diterima. Akan tetapi sebagai spesies kita dibentuk oleh faktor-faktor dari
kemampuan bertahan hidup, Seleksi alam mempunyai peranan penting dalam kepribadian
manusia.
Perilaku yang bersifat menguatkan cenderung akan diulangi yaitu yang tidak cenderung
mengutkan akan dibuang. Serupa dengan hal tersebut, perilaku yang sepanjang sejarah telah
bermanfaat untuk suatu spesies akan bertahan, sementara yang menguatkan hanya untuk orang-
orang tertentu cenderung akan dibuang. Sebagai contoh, seleksi alam lebih condong pada
seseorang yang pupil matanya akan berdilatasi dan berkontraks dengan perubahan percahayaan.
Kemampuan superior yang membuat mereka dapat melihat di siang dan malam hari, membantu
mereka menghindari bahaya yang mengancam hidup mereka dan untuk bertahan hidup sampai usia
reproduksi mereka. Serupa dengan hal tersebut, bayi yang ke arah dimana pipinya dielus dengan
lembut, dapat menghisap sehingga meningkatkan kemungkinannya untuk bertahan hidup dan
kemungkinan untuk karateristik rooting ini diturunkan pada anak-anaknya. Hal tersebut adalah
adalah dua contoh atau beberapa reflex yang menjadi karateristik bayi manusia saat ini. Beberapa
reflex seperti reflex pupil, terus mempunyai nilai kemampuan bertahan hidup, sementara yang
lainnya seperti reflex rooting mempunyai manfaat yang semakin berkurang.
Walaupun seleksi alam membantu beberapa perilaku manusia, namun seleksi alam
memungkinkan hanya bertanggung jawab atas sebagian kecil dari tindakan manusia. Skinner
(1989) menyatakan bahwa faktor-faktor dari penguatan, terutama yang telah membentuk budaya
manusia, menjelaskan kebanyakan dari perilaku manusia.
13. Evolusi Budaya
Skinner lebih suka mengelaborasikan secara penuh pada kepentingan budaya dalam
pembentukan perilaku manusia. Seleksi bertanggung jawab atas praktik budaya yang telah
bertahan sebagaimana seleksi memiliki peranan kunci dalam sejarah evolusi manusia dan juga
faktor-faktor dari penguat.
Sisa-sia budaya, seperti juga dari seleksi alam tidak semuannya bersifat adaptif. Sebagai
contoh, divisi pekerja yang muncul dari revolusi industry telah membantu masyarakat untuk
memproduksi lebih banyak barang, namun hal tersebut mengarah pada pekerjaan yang tidak lagi
menguatkan secara langsung. Contoh lain adalah peperangan, ketika dalam dunia pra-industrisasi
memberikan manfaat bagi beberapa masyarakat, namun saat ini telah berubah menjadi suatu
ancaman bagi keberadaan manusia.
Kondisi Internal
Walaupun menolak penjelasan dari perilaku yang ditemukan dalam konstruk hipotesis yan
bersifat tidak dapat diobservasi, Skinner tidak menyangkal adanya kondisi internal seperti perasaan
cinta, kecemasan atau ketakutan. Kondisi internal dapt dipelajari sama perilaku lainnya namun
tentu saja observasi mereka terbatas.
1. Kesadara Diri
Skinner (1974) yakin bahwa manusia tidak hanya mempunyai kesadaran, tetapi juga
mengetahui atau menyadari kesadaran mereka tersebut. Mereka tidak hanya mengobservasi stimulus
eksternal , tetapi juga sadar bahwa mereka sedang mengobservasi stimulus tersebut.
Perilaku adalahsuatu fungsi dari lingkungan dan bagian dari lngkunga yang berada di dalam
seseorang. Bagian kehidupan ini adalah khusus milik seseorang sehingga bersifat personal. Setiap
orang secara bersifat subyektif sadar akan pikiran, perasaan, ingatan dan intensinya.
2. Dorongan
Dari sudut pandang behaviorisme radikal, dorongan bukanlah penyebab dari perilaku namun
lebih merupakan suatu penjelasan fiktif. Bagi Skinner (1953), dorongan hanya merujuk pada dampak
kekurangan dari pemuasan atas sesuatu dan pada probobalitas yang berkaitan dengan sesuatu yang
akan direspon oleh organism. Untuk membuat seseorang kekurangan makanan akan
meningkatkankemungkinan untuk makan, untuk memuaskan seseorang akan menurunkan
kemungkinan tersebut.
Akan tetapi, kondisi kekurangan dan puas bukanlah satu-satunya yang berkorelasi dengan perilaku
makan. Faktor-faktor lain yang meningkatkan atau menurunkan kemungkinan seseorang untuk makan
adalah rasa lapar yang diobservasi secara internal, ketersediaan makanan dan pengalaman terdahulu
14. dengan penguatan perilaku berupa makanan.
3. Emosi
Skinner (1974) mengenali keberadaan subyektif dari emosi, namun ia bersikeras bahwa perilaku
tidak dapat diatribusikan pada emosi. Ia menjelaskan emosi melalui faktor-faktor dari kemampuan
bertahan hidup dan faktor-faktor penguatan. Sepanjang millennium, seseorang yang mempunyai
kecenderungan kuat terhadap rasa takut ataupun kemarahan adalah mereka yang berhasil selamat atau
meraih kemenangan atas suatu kondisi berbahaya, sehingga mampu menurunkan karateristik ini pada
keturunannya. Pada level perseorangan perilaku yang diikuti oleh rasa senang, kegembiraan,
kenikmatan dan emosi-emosi menyenangkan lainnya cenderung akan mendapat penguatan, sehingga
meningkatkan kemungkinan perilaku ini akan terulang dalam kehdupan orang tersebut.
4. Tujuan dan Intensi
Skinner (1974) juga mengenali konsep tujuan dan intense, namun sekali lagi, ia
memperingatkan untuk tidak mengatribusikan perilaku pada kedua konsep tersebut. Tujuan dan intense
ada dalam diri seseorang. Namun tidak dapat diteliti secara langsung dari luar. Tujuan yang terasa dan
sedang dilakukan dengan sendirinnya mungkin bersifat menguatkan. Sebagai contoh, seseorang dapat
memiliki intense untuk menonton film pada jumat sore karena menonton film yang serupa telah
memberikan efek yang menguatkan. Pada saat orang tersebut ingin pergi menonton film, ia merasakan
kondisi fisik dari dalam dirinnya dan memberikan label “intense”. Oleh karena itu, apa yang disebut
intesi atau tujuan adalah stimulus yang terasa secara fisik dari dalam orgamnisme dan bukan suatu
peristiwa mental yang bertanggung jawab atas suatu perilaku. Konsekuaensi dari perilaku operan
bukanlah untuk apa perilaku tersebut sekarang, konsekuensinnya keduannya hamper sama dengan
konsekuensi yang telah terbentuk dan mempertahankannya.
Perilaku Kompleks
Perilaku manusia dapat menjadi sangat kompleks, tetapi skinner yakin bahwa bahkan perilaku
yang paling abstrak dan kompleks terbentuk dari seleksi alam, evolusim budaya dan sejarah
seseorang atas penguatan yang diterimanya. Sekali lagi, Skinner tidak menyangkal adanya proses
mental tingkat tinggi seperti kognisi dan mengingat. Ia juga tidak melupakan usaha-usaha
kompleks manusia, seperti kreativitas, perilaku yang tidak disadari, mimpi dan perilaku social.
1. Proses Mental Tingkat Tinggi
Skinner (1974) mengakui bahwa pikiran manusia adalah hal yang paling sulit dinalisis
15. dari semua perilaku manusia, tetapi setidaknya berpotensi untuk dimengerti selama
seseorang tidak beralih pada hipnotis fiktif seperti “mind”. Berfikir, memecahkan masalah
dan mengingat kembali merupakan perilaku yang dapat terlihat, yang mengambil tempat
didalam diri seseorang, tetapi tidak didalam pikiran. Sebagai perilaku, contoh tersebut juga
dapat dijelaskan melalui faktor-faktor penguatan yang samadengan perilaku yang dapat
dilihat (overt behavior). Sebagai contoh, saat seseorang lupa dimana ia menaruh kunci
mobilnya, ia akan mencarinya karena perilaku mencari yang serupa telah diberikan
penguatan berdasarkan pengalaman sebelumnya.
2. Kreativitas
Mengenai kreativitas, Skinner (1974) membandingkan perilaku kreatif dengan seleksi
alam dalam teori evolusi. “Sebagai suatu sifat yang tidak disengaja, yang muncul dari
mutasi, diseleksi atau kontribusinnya pada kemampuan bertahan hidup, maka variasi yang
tidak disengaja dalam perilaku diseleksi berdasarkan faktor-faktor penguat mereka. Sama
seperti bagaimana seleksi alam menjelaskan perbedaan diantara spesies tanpa bergantung
pada suatu pikiran kreatif yang Maha Kuasa. Behaviorisme menjelaskan perilaku yang
inovatif dan baru tanpa menghiraukan pikiran kreatif yang personal.
Bagi Skinner kretifitas hanyalah suatu perilaku (overt maupun covert) yang random dan
tidak disengaja yang mendapatkan suatu penghargaan tertentu. Fakta bahwa beberapa orang
lebih kretif dari pada orang lain adalah karena adanya perbedaan genetis dan perbedaan
pengalaman yang membentuk perilaku kreatif mereka.
3. Perilaku yang Tidak Disadari
Sebagai penganut behaviorisme radikal, Skinner tidak dapat menerima gagasan bahwa
ada suatu gudang dari ide dan emosi yang tidak disadari. Akan tetapi, ia menerima perilaku
yang tidak disadari. Malah, karena manusia jarang mengobservasi hubungan antara variable
genetic, lingkungan dan perilaku mereka sendiri, hamper semua perilaku kita termotivasi
secara tidak sadar. Dalam pembahasan yang terbatas, perilaku disebut tidak sadar saat
seseorang tidak lagi memikirkan tentang hal tersebut, karena telah ditekan memalui hukum.
Perilaku yang mempunyai konsekuensi yang tidak menyenangkan mempunyai kecederungan
untuk dilupakan atau tidak lagi berada didalam pikiran. Seorang anak yang dihukum secara
berulang dan dengan keras karena permainan yang bersifat seksual, mungkinakan menekan
perilakunya sekaligus menahan pikiran atau ingatan mengenai aktivitas seksual tersebut telah
16. terjadi. Penyangkalan seperti itu menghindari aspek yang tidak diinginkan, yang berkaitan
dengan pkiran mengenai hukuman dan kemudian menjadi suatu penguat negative. Dengan
perkataan lain, anak tersebut akan terdorong untuk tida berfikir mengenai suatu perilaku
seksual.
4. Mimpi
Skinner (1953) melihat mimpi sebagi suatu bentuk perilaku yang tertutup dan simbolis,
yang dapat dijelaskan oleh faktor-faktor penguatan sebagaiman perilaku pada umumnya. Ia
setuju dengan Freud bahwa mimpi dapat berfungsi untuk tujuan pemenuhan keinginan.
Perilaku bersifat menguatkan saat stimulus seksual atau agresif akhirnya dapat diekspresikan.
Untuk mempraktika fantasi seksual dan untuk benar-benar menyakiti seorang musuh adalah
dua perilaku yang mungkin diasosiasikan dengan hukuman. Bahkan, untuk memikirkan
secara tertutup perilaku-perilaku tersebut akan mempunyai dampak yang menghukum,
namun didalam mimpi perilaku tersebut dapat diekspresikan secara simbolis tanpa hukuman
yang menyertainya.
5. Perilaku Sosial
Kelompok tidak berperilaku, hanya individulah yang berperilaku. Individu-individu
membentuk kelompok karena mendapatkan suatu manfaat dengan melakukan hal tersebut.
Keanggotaan dari kelompok sosial tidak selalu memberikan penguatan, namun setidaknya
tiga alasan, beberapa individu tetap menjadi anggota dari suatu kelompok. Pertama, individu
tetap berada pada suatu kelompok yang menyiksa mereka karena beberapa anggota anggota
kelompok menguatkan mereka. Kedua, beberapa individu terutama anak-anak mungkin tidk
memunyai cara keluar dari keompok. Ketiga, pengutan mungkin terjadi dalan suatu jadwal
yang tidak teratur.
Kontrol dari Perilaku Manusia
Perilaku seseorang dikontrol oleh faktor-faktor lingkungan. Faktor-faktor tersebut dapat
ditegakkan oleh masyarakat, orang lain, atau diri sendiri; namun lingkungan, dan bukan kemauan
bebas, yang bertanggung jawab atas semua perilaku.
17. • Kontrol Sosial
Seseorang bertindak untuk membentuk suatu kelmpok sosial karena perilaku semacam ini
cenderung menguatkan. Kemudian, kelompok akan memberikan suatu kontrol terhadap anggotanya
dengan merumuskan hukum, peraturan atau kebiasaan secara tertulis ataupuntidak, yang mempuyai
suatu kehadiran fisik diluar kehidupan tersebut. Hukum negara, peraturan organisasi, dan kebiasaan
budaya berada diatas cara-cara seseorang untuk melawan suatu kontrol dan berfungsi sebagai variabel
yang mengontrol dengan sangat kuat dalam hidup anggotannya.
Menurut Erich Fromm, setiap orang dikontrol oleh beragam tekanan dan teknik sosial, namun
semannya dapat dikelompokkan menjadi empat kategori: (1) pengondisian operan, (2) menjelaskan
faktor-faktor, (3) kekurangan dan kepuasan, (4) pengendalian fisik (Skinner, 1953).
Masyarakat memberikan suatu kontrol atas anggotanya melalui empat metode prinsip dari
pengondisian operan, yaitu pengutan positif, penguatan negatif, dan dua teknik hukuman (memberikan
stimulus yang tidak menyenagkan atau menghilangkan stimulus yang menyenangkan).
Teknik kedua dari kontrol sosial adalah untuk memprediksikan kepada seseorang mengenai
faktor-faktor dari penguatan. Menjelaskan faktor-faktor melibatkan bahasa-biasanya verbal, untuk
memberitahu orang-orang konsekuensi dari perilaku yang belum mereka kerjakan. Banyak contoh yang
tersedia dari menjelaskan faktor-faktor, antara lain melalui ancaman atau janji. Cara yang lebih halus
dalam kontrol sosial adalah dengan iklan, dirancang untuk memanipulasi manusia untuk membeli suatu
produk tertentu. Tidak ada satupun dari contoh-contoh ini yang mengusahakan suatu kontrol akan
berhasil dengan sempurna, tetapi masing-masing meningkatkan kemungkinan perilaku yang
diinginkan akan muncul.
Ketiga, perilaku dapat dikontrol dengan membuat sesorang kekurangan atau dengan
memuaskan mereka dengan suatu pendorong. Sekali lagi, walaupun dengan kekurangan dan kepuasan
adalah kondisi internal, tetapi kontrolnya tetap berasal dari lingkungan. Orang-orang yang kekurangan
makanan lebih mungkin untuk makan; mereka yang puas memiliki kemungkinan yang lebih rendah
walauoun tersedia makanan yang lezat.
Terakhir, manusia dapat dikontrol melalui pengendalian fisik, seperti menahan seorang anak
dari suatu jurang yang dalam atau dengan memasukkan pelanggar hukum kepenjara. Pengendalian fisik
berfungsi untuk melawan dampak pengondisian, dan pengendalian tersebut berakibat pada erilaku yang
berkebalikan darri apa yang akan dilakukan oleh seseorang apabila ia tidak dikendalikan.
Beberapa orang mungkin akan berkata bahwa pengendalian fisik adalah cara untuk menghalau
kebebsan seseorang. Akan tetapi, Skinner (1971) yakin bahwa perilaku tidak mempunyai hubungan apa
18. pu dengan kebebasab pribadi, tetapi dibentuk oleh faktor-faktor dari kemampuan bertahan hidup serta
dampak dari penguatan adalah faktor-faktor dari lingkungan sosial. Oleh karena itu, suatu tindakan
mengendalikan fisik eseorang tidak melakukan negasi yang berlebih pada kebebasan dibandingkan
teknik kontrol lainnya, termasuk kontrol diri.
• Kontrol Diri
Skinner mengatakan bahwa seperi seseorang dapat ,mengubah variabel yang ada dalam
lingkunganorang lain, mereka juga dapat memanipulasi variabel dalm lingkunganmereka sendiri, dan
melakukan beberapa bentuk kontrol diri.
Skinner dan Margaret Vaughan (skinner&vaughan, 1983) telah mendiskusikan beberapa teknik yang
dapat digunakan oleh manusia untuk melakukan kontrol diri tanpa bergantung pilihan bebas. Pertama,
mereka dapat menggunakan alat bantu seperti perkakas, mesin, dan sumber finansial merubah
lingkungan mereka. Kedua, manusia dapat merubash lingkungannya sehingga meningkatkan
kemungkinan munculnya perilaku yang diinginkan. Ketiga, manusia dapat mengatur lingkungannya
supaya dapat menghindari stimulus yang tidak menyenangkan, hanya dengan melakukan respon yang
tepat. Keempat, manusia dapat menggunakan obat-obatan, terutama alkohol sebagai suatu cara
melakukan kontrol diri. Kelima, manusia dapat melakukan hal lain untuk menghindari berperilaku
dengan cara yang tidak diinginkan.
F. KEPRIBADIAN YANG TIDAK SEHAT
Teknik kontrol sosial dan kontrol diri kadang-kadang memberikan dampak yang merusak,
yang dapat berakibat pada perilaku yang tidak pantas dan perkembangan kepribadian yang tidak
sehat.
Strategi Perlawanan
Saat kontrol sosial yang terasa berlebih, manusia dapat menggunakan tiga strategidasar untuk
melawan hal tersebut, mereka dapat menghindar, memberontak atau menggunakan resistensi pasif
(Skinner, 1953). Dengan strategi mertahan melalui menghindar, manusia menarik diri dari agen
yang melakukan kontrol secara fisik atau psikologis. Manusia yang melawan dengan menghidar
akan mengalami kesuliatan untuk terlibat dalam hubungan personal yang intim, cenderung menjadi
tidak percaya pada orang lain, dan memilih untuk hidup sendirian tanpa adanya keterlibatan.
19. Manusia yang memberontak atas kontrol sosial berperilaku lebih aktif, dengan kembali
menyerang agen yang melawan kontrol. Orang dapat memberontak dengan merusak fasilitas
umum, meniksa guru, melakukan penyerangan secara verbal pada orang lain, mencuri peralatan
dari pemilik usaha, memprovokasi polisi, atau menggulinhkan organisasi yang sudah terbentuk
seperti agama atau pemerintahan.
Manusia yang melawan kontrol melalui resistensi pasif lebih tenang darpada mereka yang
memberontak, dan lebih mengganggu para pelaku kontrol daripada mereka yang mencoba untuk
menghindar. Skinner (1953) yakni bahwa resistensi pasif paling sering digunakkan pada saat
menghindar danj memeberonntak gagal dilakukan. Salah satu karakteristik yang paling jelas adalah
sifat keras kepala.
Perilaku yang Tidak Pantas
Perilaku yang tidak pantas merupakan hasil dari teknik melawan kontrol sosial yang merugiukan diri
sendiri atau dari usaha yang gagal dalam melakukan kontrol diri, terutama saat salah satu dari
kegagalan ini diikuti oleh emosi yang kuat. Seperti kebnayakan perilaku, respon yang tidak pantas atau
tidak sehat dipelajari. Perilaku tersebut terbentuk dari penguatan negatif dan positif, khususnya oleh
dapmpak dari hukuman.
Perilaku yang tidak pantas meliputi perilaku yang sangat kuat dan berlebihan, yang tidak masuk akal
untuk sitiasi yang kontemporer, namun dapat masuk akal dalam konteks sejarah masa lalu; dan perilaku
snagat terbatas, yang digunakan manusia sebagai cara untuk menghindari stimulus yang tidak
menyenangkan yang diasosiasikan dengan hukuman. Bentuk lain dari perilaku tidak pantas adalah
menghindari kenyataan dengan tidak memberikan perhatian sama sekali terhadap stimulus yang tidak
menyenangkan.
20. BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Teori belajar menurut B.F Skinner yaitu Operant Conditioning merupakan suatu bentuk belajar yang
mana kehadiran respon berulang-ulang dikendalikan oleh konsekuensinya, dimana individu cenderung
mengulang-ulang respon yang diikuti oleh konsekuensi yang menyenangkan. Adanya hukuman dan
hadiah yang diberikan akan membuat individu lebih mudah untuk belajar.
Menurut Skinner unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan
hukuman (punishment).Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas
bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang
menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
DAFTAR PUSTAKA