KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI ORANG TUA
ANAK BALITA GIZI BURUK
DI KABUPATEN KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU
Harmiati 1)
Dosen Fisipol Universitas Prof. DR. Hazairin, SH Bengkulu
Beberapa faktor yang menyebabkan gizi buruk pada anak balita, yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung berkaitan dengan pemberian makanan dan penyakit infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsung berasal kondisi sosial ekonomi dan lingkungan.
Karakteristik sosial ekonomi orang tua yang memiliki anak balita gizi buruk di Kabupaten Kepahiang yang diteliti adalah; usia orang tua (ibu), jumlah anak, jumlah tanggungan dalam keluarga, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, kondisi rumah, dan sanitasi lingkungan sangat memprihatinkan, karena tingkat fertilitas tinggi, jumlah tanggungan keluarga relatif banyak, pendidikan rendah bahkan angka buta hurup relatif tinggi, pekerjaan sebagai petani dengan lahan sempit serta tidak punya akses modal, penghasilan kurang dari Rp.1.000.000,- kondisi rumah sebagian lantai tanah, dinding bambu, sarana untuk MCK menggunakan air sungai yang tidak dilindungi dengan bahaya pengotoran.
Karakteristik Sosial Ekonomi Orang Tua Anak Balita Gizi Buruk di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu
1. Majalah Triwulan UNIHAZ ISSN:0854-3623
KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI ORANG TUA
ANAK BALITA GIZI BURUK
DI KABUPATEN KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU
Harmiati 1)
1
Dosen Fisipol Universitas Prof. DR. Hazairin, SH Bengkulu
Beberapa faktor yang menyebabkan gizi buruk pada anak balita, yaitu
penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung berkaitan dengan
pemberian makanan dan penyakit infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsung
berasal kondisi sosial ekonomi dan lingkungan.
Karakteristik sosial ekonomi orang tua yang memiliki anak balita gizi buruk
di Kabupaten Kepahiang yang diteliti adalah; usia orang tua (ibu), jumlah anak,
jumlah tanggungan dalam keluarga, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, kondisi
rumah, dan sanitasi lingkungan sangat memprihatinkan, karena tingkat fertilitas
tinggi, jumlah tanggungan keluarga relatif banyak, pendidikan rendah bahkan
angka buta hurup relatif tinggi, pekerjaan sebagai petani dengan lahan sempit serta
tidak punya akses modal, penghasilan kurang dari Rp.1.000.000,- kondisi rumah
sebagian lantai tanah, dinding bambu, sarana untuk MCK menggunakan air sungai
yang tidak dilindungi dengan bahaya pengotoran.
PENDAHULUAN
Kabupaten Kepahiang
merupakan salah satu Kabupaten di
Provinsi Bengkulu menghadapi
masalah gizi buruk. Kasus anak balita
gizi buruk merupakan sebuah
fenomena yang ironis di daerah ini,
mengingat keadaan alam yang subur
dengan mata pencaharian utama
masyarakat dari sektor pertanian dan
perkebunan.
Namun Di Kabupaten
Kepahiang terdapat 20 kasus (2,50%)
anak balita gizi buruk dan anak balita
yang berstatus gizi kurang sebanyak
12% atau 96 orang (Laporan
Tahunan Subdin Bina Kesga dan
Yankes Dinkes Prop Bengkulu tahun
2005). Bahkan sampai bulan Maret
2006 Kabupaten Kepahiang
merupakan salah satu kabupaten yang
memiliki kasus anak balita gizi
buruk tertinggi di Provinsi Bengkulu
(Laporan Bulanan Dinkes Provinsi
Bengkulu 8 Maret 2006).
Tingginya jumlah anak balita
penderita gizi buruk di Kabupaten
Kepahiang diduga berkaitan erat
dengan tingginya persentase anak
balita yang keluar (DO) dari program
imunisasi.
Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Provinsi Bengkulu tahun
2005 menunjukkan jumlah anak balita
yang keluar (DO) dari imunisasi di
kabupaten Kepahiang mencapai
72,95%. Angka tersebut merupakan
angka yang tertinggi dibandingkan
dengan daerah lainnya di Provinsi
Bengkulu. Angka ini sekaligus
menunjukkan pula tentang rendahnya
tingkat partisipasi masyarakat untuk
membawa anaknya ke Posyandu atau
unit pelayanan kesehatan anak
lainnya. Fenomena ini juga
mendeskripsikan tingkat partisipasi
penimbangan anak balita yang rendah,
sehingga status dan perkembangan
keadaan gizi anak balita tidak
terpantau dan tidak dapat diketahui
secara dini.
Vol.68 Th.XIII/Januari 2010
5
2. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kasus balita gizi
buruk di Kabupaten Kepahiang erat
kaitannya dengan Karakteristik Sosial
Ekonomi usia orang tua (ayah dan
ibu), jumlah anak, jumlah tanggungan
dalam keluarga, pendidikan,
pekerjaan, penghasilan, kondisi
rumah, dan sanitasi lingkungan yang
dikaji dalam tulisan ini.
RAMUSAN MASALAH
Kasus anak balita gizi buruk
merupakan sebuah fenomena yang
ironis di Kabupaten Kepahiang,
karena daerah yang subur dan sumber
daya alam melimpah. Namun
berdasarkan Pantauan Status Gizi
(PSG) angka balita gizi buruk di
Kabupaten Kepahiang tetap tinggi.
Apakah karakteristik Sosial Ekonomi
dalam hal ini usia orang tua (ayah dan
ibu), jumlah anak, jumlah tanggungan
dalam keluarga, pendidikan,
pekerjaan, penghasilan, kondisi
rumah, sanitasi lingkungan
berpengaruh terhadap tingginya kasus
anak balita gizi buruk di Kabuapen
Kepahiang ?
TUJUAN DAN MANFAAT
PENELITIAN
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik sosial
ekonomi orang tua yang memiliki
anak balita gizi buruk di Kabupaten
Kepahiang, yang mencakup; usia,
jumlah anak, pekerjaan, pendidikan,
pendapatan, kondisi rumah dan
sanitasi lingkungan
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat mengetahui keadaan sosial
ekonomi orang tua yang mencakup;
usia, jumlah anak, pekerjaan,
pendidikan, pendapatan, kondisi
rumah dan sanitasi lingkungan
DESAIN DAN METODE
PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah
Studi Kasus dan rekonstruksi riwayat
hidup keluarga sebagaimana
dikemukakan oleh Wahyuni (2000).
Pemilihan desain penelitian ini
dianggap tepat karena dalam
karakteristik sosial ekonomi
dipandang sebagai bagian utama
dalam kehidupan (personal, social,
dan cultural).
Tahap kunjungan awal
pengurusan surat izin, dan
pengakraban diri dengan masyarakat
setempat, pencarian data skunder yang
berkaitan dengan lokasi desa-desa
tempat tinggal orang tua yang
memiliki anak balita gizi buruk. Tahap
selanjudnya dilakukan pengamatan,
wawancara dengan orang tua yang
memiliki anak balita gizi yang
berkaitan dengan keadaan sosial
ekonomi orang tua yang mencakup;
usia, jumlah anak, pekerjaan,
pendidikan, pendapatan, kondisi
rumah dan sanitasi lingkungan. Makna
dan konsep yang digunakan dalam
kajian ini terungkap dengan
menggunakan metode kualitatif
(Bogdan dan Taylor, 1975). Penelitian
ini merupakan studi kasus yang
bertujuan untuk mengembangkan
pengetahuan mendalam mengenai
objek yang bersangkutan
(Vredenbregt, 1978).
METODE PENELITIAN
Sifat Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan
untuk mendeskripsikan, menganalisis,
dan menjelaskan (explanation)
karakteristik sosial ekonomi orang tua
yang menyebabkan tingginya anak
balita gizi buruk di Kabupaten
Kepahiang. Untuk mencapai maksud
tersebut, penelitian dilaksanakan
Vol.68 Th.XIII/Januari 2010
6
3. Majalah Triwulan UNIHAZ ISSN:0854-3623
dengan pendekatan kualitatif Moleong
(2000).
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di Kabupaten
Kepahiang dengan wilayah Puskesmas
Durian Depun dengan desa Durian
Depun, Batu Ampar dan Simpang
Kota Beringin, Wilayah Puskesmas
Tebat Karai dengan desa Karang
Tengah dan Talang Karet, Wilayah
Puskesmas Pasar Kepahiang dengan
desa Permu, Kampung Bogor,
Pensiunan, Weskus, Wilayah
Puskesmas Kelobak adalah desa Kuto
Rejo, Kelobak, Wilayah Puskesmas
Kabawetan adalah desa Pematang
Donok, Babakan Bogor, Tangsi Baru,
Wilayah Puskesmas Bukit Sari adalah
desa Sukasari, Tugu Rejo.
Penentuan Informan
Subyek penelitian (responden)
ditentukan secara purposive dengan
memperhatikan prinsip-prinsip
penetapan responden yang
dikembangkan Bogdan dan Taylor
(1992) yang terbagi menjadi dua
keompok informan, yaitu; pertama,
Orang tua dalam hal ini ibu anak balita
yang berstatus gizi buruk di
Kabupaten Kepahiang. Kedua,
kelompok informan yang berkaitan
dengan penanggulangan anak balita
gizi buruk di desa atau puskesmas
seperti; para kader Posyandu, tenaga
medis, dll. Penentuan kelompok ini
dilandasi oleh suatu pertimbangan
bahwa mereka memiliki pengalaman
dan pengetahuan yang cukup memadai
berakaitan dengan kesehatan penganan
anak balita gizi buruk.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan
dengan metode pengamatan, dengan
mengikuti prinsip-prinsip yang
dikembangkan Moleong (2000) dalam
bukunya Metode Penelitian Kualitatif
dan Layder dalam bukunya
Sisiological Practice (1998). Teknik
pengumpulan data, untuk data premer
menggunakan teknik pengamatan
lapangan dan indept interview. Untuk
melakukan pengambilan data,
instrumen yang digunakan alat
perekam (audio dan audio visual),
lembar pengamatan dan panduan
wawancara terstruktur. Sedangkan
untuk pengumpulan data skunder
dilakukan dengan melihat
dokumentasi, melalui catatan statistik,
surat kabar, majalah, laporan.
Dalam melakukan uji silang
dipakai dua teknik pengumpulan data
yang berbeda, yakni informasi yang
diperoleh dari wawancara diuji silang
dengan teknik observasi terlibat,
begitu pula sebaliknya, cara kerja
seperti ini disebut triangulasi
(Naution, 1988).
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang
berakaitan dengan karakteristik sosial
ekonomi orang tua dengan
menggunakan diskriptif kualitatif.
Teknik ini memberi kesempatan
seluas-luasnya kepada peneliti untuk
melakukan interpretasi terhadap data
lapangan yang diperoleh
(Moleong,2000).
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Karakteristik Sosial Ekonomi
Karakteristik sosial ekonomi
merupakan faktor penyebab tidak
langsung menculnya anak balita gizi
buruk (Soekirman ; 1988). Penyebab
tidak langsung, adalah; usia orang tua,
besar keluarga, jumlah anak,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
dan pengetahuan tentang gizi dan
kesehatan.
Vol.68 Th.XIII/Januari 2010
7
4. Usia Orang Tua
Orang tua dalam penelitian ini
adalah ibu yang memiliki anak balita
gizi buruk, dasar pertimbangan
mengambil informan dalam penelitian
ini adalah karena ibu sebagai orang
yang paling dekat dengan anak
balitanya mempunyai tanggung jawab
yang besar dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak balitanya.
Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa 77,50 persen ibu
yang memiliki kasus anak balita gizi
berada pada usia 30 – 49 tahun. Dari
data tersebut menunjukkan usia
berpengaruh terhadap pola perilaku
ibu dalam mengasuh anaknya. Karena
pada usia 30 – 49 tahun merupakan
usia produktif yang dituntut untuk
membantu mencari nafkah untuk
mencukupi kebutuhan keluarga.
Sehingga perawatan dan pengasuhan
anak balita hanya dipercayakan pada
pengasuhnya saja dengan mengikuti
kebiasaan secara turun-temurun.
Jumlah Anak
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa 75,00 persen orang tua balita
gizi buruk memiliki anak 4 – 7 orang.
Hal ini menunjukkan bahwa orang tua
balita gizi buruk memiliki tingkat
fertilitas tinggi (banyak anak).
Sehingga dengan pertambahan jumlah
anggota keluarga dengan kelahiran
anak, maka jumlah asupan gizi untuk
setiap anak akan berkurang. Berbagai
pendapat mengatakan bahwa terdapat
hubungan antara jumlah anak dan
kekurangan gizi. Anak yang tumbuh
dalam keluarga miskin paling rawan
terhadap kekurangan gizi sesuai
dengan hasil penelitian Nasution dan
Thomson (1995).
Hasil survey pangan di
Indonesia menunjukkan bahwa tingkat
kecukupan protein pada keluarga yang
memiliki anak 1 (satu) sampai 2 (dua)
orang adalah 22 gr lebih tinggi
dibandingkan dengan keluarga yang
mempunyai anak 4 (empat) atau 5
(lima) orang (Breg dan Muscat ;
1995). Disamping itu juga Sukarni
(1994) menunjukkan bahwa jumlah
anak dalam keluarga dengan keadaan
sosial ekonomi kurang mengakibatkan
berkurangnya kasih sayang yang
diterima anak, lebih-lebih jika jarak
anak terlalu dekat, hal ini ditemukan
juga pada orang tua balita gizi buruk
di Kabupaten Kepahiang.
Jumlah Tanggungan Keluarga
Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa 70,00 persen
orang tua balita gizi buruk mempunyai
jumlah tanggungan keluarga 6 - 9
orang. Data tersebut menunjukkan
bahwa jumlah tanggungan dalam
keluarga dengan keadaan sosial
ekonomi yang kurang beruntung
(miskin) mengakibatkan kebutuhan
pokok tidak terpenuhi, karena
berpengaruh terhadap pembagian
makanan. Dengan bertambah anggota
keluarga maka pengaturan pangan
sehari-hari semakin sulit, hal ini
mengakibatkan kualitas dan kuantitas
pangan yang diperoleh tidak
mencukupi untuk kebutuhan keluarga
termasuk anak balita.
Pendidikan
Pendidikan merupakan salah
satu indikator yang dapat
meningkatkan kualitas sumber daya
manusia, beberapa faktor penting yang
diuraikan berkaitan dengan pendidikan
merupakan penyebab tidak langsung
munculnya anak balita gizi buruk.
adalah; angka buta hurup, dan tingkat
pendidikan.
Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat 30,00
persen orang tua (ibu) balita gizi buruk
tidak dapat membaca dan menulis, dan
Vol.68 Th.XIII/Januari 2010
8
5. Majalah Triwulan UNIHAZ ISSN:0854-3623
65,00 persen hanya berpendidikan
Sekolah Dasar (SD). Dari data tersebut
dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan
orang tua (ibu) balita gizi buruk sangat
rendah dan bahkan angka buta hurup
masih sangat tinggi sekali dikalangan
orang tua (ibu) balita gizi buruk.
Rendahnya tingkat pendidikan
sangat berpengaruh terhadap
pengetahuan dan kemampuan orang
tua dalam memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangan anak
balita, karena tingkat pendidikan
mempengaruhi pola pikir yang
berkaitan dengan pola makan dan pola
asuh yang belum sepenuhnya
dipahami dengan baik oleh orang tua
balita gizi buruk. Timbulnya anak
balita gizi buruk "Bukan karena
makanan yang tidak ada, tapi budaya
untuk memberikan makanan bergizi
bagi anaknya masih sangat kurang.
Para orang tua yang tidak dapat
membaca dan menulis serta yang
hanya Sekolah Dasar (SD) akan
kekurangan informasi tentang cara
pengasuhan anak yang baik, cara
pengolahan bahan makanan,
pemberian asupan gizi dan norma-
norma yang mesti diikuti dalam
pengasuhan anak dan akan sulit
menerima pembaharuan.
Pekerjaan
Masyarakat miskin di pedesaan
kurang memiliki akses terhadap faktor
produksi, seperti; tanah, modal dan
keterampilan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 85,00 persen
orang tua balita gizi buruk bekerja
disektor pertanian dan 15,00 persen
bekerja sebagai buruh. Sebagian besar
mereka yang berkerja disektor
pertanian memiliki lahan yang sempit,
tidak punya modal, dan keterampilan,
sehingga produksi pertanian juga
rendah dan tidak mencukupi
kebutuhan pokok anggota keluarga.
Untuk mencukupi kebutuhan pokok
keluarga mereka mencari kerja
sampingan sebagai buruh tani atau
buruh harian.
Pendapatan Keluarga
Pendapatan orang tua sangat
tergantung dengan jenis pekerjaan
yang dikerjakannya. Orang tua yang
berpendapatan tinggi akan turut
menentukan kualitas dan kuantitas
bahan makanan yang dibeli dan
dikonsumsi, pendapatan rendah akan
menyebabkan daya beli yang rendah.
Data hasil penelitian
menunjukkan sebagian besar (75%)
anak yang mengalami gizi buruk dan
menderita sakit-sakitan terdapat pada
keluarga yang pendapatannya kurang
dari Rp. 1.000.000,- tiap bulan Oleh
sebab itu kalau dibandingkan jumlah
pendapatan keluarga gizi buruk di
Kabupaten Kepahiang dengan jumlah
tanggungan keluarga yang tiap-tiap
keluarga, maka dinyatakan pendapatan
keluarga tersebut tergolong sangat
rendah.
Disisi lain bila dibandingkan
dengan kebutuhan pembelian bahan
makanan pokok, pendapatan tersebut
sangat tidak mencukupi dikarenakan
semakin hari harga semakin
meningkat dan tidak terjangkau oleh
masyarakat miskin. Kondisi demikian
menyebabkan orang tua balita gizi
buruk tidak mampu membeli bahan
makanan pokok yang sesuai standar
kecukupan gizi, akibatnya semakin
rendah pendapatan seseorang maka
konsumsi energi dan proteinya akan
semakin berkurang sehingga muncul
kasusu gizi buruk pada anak balita.
Ketercukupan protein ini berkaitan
erat dengan pendapatan keluarga,
masyarakat yang berpendapatan
rendah biasanya daya belinya kurang.
Keluarga gizi buruk di
Kabupaten mempunyai pendapatan
jauh di bawa standar pemenuhan
Vol.68 Th.XIII/Januari 2010
9
6. kebutuhan hidup minim, mereka
membelajakan uangnya sesuai dengan
kemampuan mereka, hasil studi Breg
dan Muscat (1995) juga menunjukkan
bahwa tingkat pendapatan ikut
menentukan jenis pangan. Dengan
penambahan pendapatan, maka
anggota keluarga akan berpikir
kembali apa yang akan dibeli dengan
tambahan pendapatan tersebut. Orang
tua anak balita gizi buruk
membelanjakan sebagian uangnya
untuk kebutuhan pokok, seperti; beras,
sayur-mayur dan pangan lainnya.
Namun kadang kala peningkatan
pendapatan tidak selalu memberikan
perbaikan pada makanan, karena
pengeluaran keluarga meliputi
pengeluaran pangan dan pengeluaran
non-pangan.
Sanitasi Lingkungan
Data hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar
95,00 persen (19 keluarga) orang tua
balita gizi buruk menggunakan air
sumur untuk masak dan mencuci,
sementara untuk buang air hanya
sebagian (50,00 persen) keluarga yang
menggunakan WC, berdasarkan
pengamatan WC yang mereka miliki
sangat kotor.
Orang tua balita gizi buruk dan
keluarganya belum dapat menjaga
kesehatan lingkungan. Padahal sanitasi
lingkungan pada hakekatnya
berpengaruh positif terhadap
terwujudnya status kesehatan.
Lingkungan, perumahan
mempunyai hubungan yang erat
dengan status kesehatan penghuninya.
Sebagian besar kondisi rumah orang
tua anak balita gizi buruk sangat
kotor, dan berdebu, ada yang berlantai
tanah. Demikian juga air untuk
memasak dan minim, mandi dan cuci,
sebagian besar mengambil dari air
sungai yang belum terlindungi secara
baik. Pada hal air bersih sangat
berperan penting dalam menjaga
kesehatan karena beberapa bibit
penyakit tertentu dapat ditularkan oleh
air yang terkontaminasi (Sukarni ;
1994). Air yang memenuhi syarat
kesehatan sebagai sumber kebutuhan
utama rumah tangga, adalah air
dilindungi dari bahaya pengotoran.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil kajian dan
pembahasan terhadap data skunder
dan data primer tentang Karakteristik
Sosial Ekonomi Orang tua Balita Gizi
Buruk di Kabupaten Kepahiang
Provinsi Bengkulu dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut.
Bahwa keadaan sosial ekonomi
yang berkaitan dengan usia, jumlah
anggota keluarga, pekerjaan,
pendapatan, pendidikan, dan sanitasi
lingkungan yang diuraikan berikut ini;
1. Usia orang tua (Ibu) balita gizi
buruk merupakan usia produktif
yang memiliki anak lebih dari 4
orang, bekerja membantu suami
mencari nafkah untuk mencukupi
kebutuhan hidup keluarga.
Sehingga tidak sempat mengurus
anak balitanya dengan baik.
2. Sebagian besar (75,00 persen)
orang tua anak balita gizi buruk
memeliki anak 4 – 7 orang, dan
70,00 persen orang tua balita gizi
buruk mempunyai jumlah
tanggungan keluarga berkisar
antara 6 - 9 orang.
3. Tingkat pendidikan orang tua (ibu)
anak balita gizi buruk sangat
rendah dan bahkan angka buta
hurup masih sangat tinggi, terdapat
30,00 persen orang tua (ibu) anak
balita gizi buruk tidak dapat
membaca dan menulis, dan 65,00
persen hanya berpendidikan
Sekolah Dasar (SD).
Vol.68 Th.XIII/Januari 2010
10
7. Majalah Triwulan UNIHAZ ISSN:0854-3623
4. Hasil penelitian menunjukkan
sebagian besar orang tua balita gizi
buruk bekerja disektor pertanian
dan ada yang bekerja sebagai
buruh. Mereka yang berkerja
disektor pertanian memiliki lahan
yang sempit, tidak punya modal,
dan keterampilan, sehingga
produksi pertanian rendah dan
tidak mencukupi kebutuhan pokok
anggota keluarga.
5. Sebagian besar (75%) anak yang
mengalami gizi buruk dan
menderita sakit-sakitan terdapat
pada keluarga yang pendapatannya
kurang dari Rp. 1.000.000,- dan
tidak mampu membeli bahan
makanan pokok yang sesuai
standar kecukupan gizi.
6. Sebagian besar orang tua balita
gizi buruk menggunakan air sumur
untuk memasak dan mencuci,
sedangkan untuk buang air hanya
sebagian keluarga yang
menggunakan WC darurat.
DAFTAR PUSTAKA
Bogdan, Robert dan Steven J. Taylor
1992, Introduction To
Qualitative Research Method,
New York: John Willey Sons.
Breg,A. & RJ. Muscat. 1995. Faktor
Gizi (A.D. Sediaoetomo,
Penerjemah) Bharata Karya
Aksara, Jakarta.
Layder, Derek. 1998, Sociological
Praktice : Lingking Theory
and Sacial Research, Sage
Publication, London. Thousand
Oaks. New Delhi.
Moleong, Lexy, 2000, Metode
Penelitian Kualitatif, Penerbit,
PT Remaja Rodakarya Bndung
Nasution, S.1988, Metode Penelitian
Naturalistik Kualitatif.
Bandung: Tarsito.
Soekirman. 1988. Kebijaksanaan
Pangan dan Gizi dalam Upaya
Peningkatan Kualitas Hidup.
Majalah Gizi Indonesia, 13
(1) : 16 – 30 Jakarta.
Sukarni, M. 1994. Kesehatan
Keluarga dan Lingkungan.
Kanisius, Yogyakarta
Wahyuni, Ekawati. 2000, Migran
Wanita dan Persoalan
perawatan Anak : Sebuah
Analisis Migran Internal,
Jurnal Sosiologi Indonesia,
No. 04 tahun 2000 Jakarta
Wayong, P. Subagyo. W. 1987. Aspek
Geografi Budaya dalam
Wilayah Pembangunan
Pembangunan Daerah
Bengkulu, Kanwil Depdikbud
Provinsi Bengkulu
Vredenbreght, J., 1978 Metode Dan
Teknik Penelitian Masyarakat.
Jakarta: PT. Gramedia.
Depkes RI.1991. Informasi Ringkas
Kesehatan. Pusat data
Kesehatan, Jakarta.
2005) Laporan tahunan
Subdin Bina Kesga dan
Yankes, Diterbitkan Oleh
Dinkes Provinsi Bengkulu.
2006) Laporan Bulanan
Subdin Bina Kesga dan
Yankes, Diterbitkan Oleh
Dinkes Provinsi Bengkulu.
Vol.68 Th.XIII/Januari 2010
11