1. Critical
Appraisal
Prevalence, Social Determinant,
Risk Factors and Predictors of
Stunting and Wasting in
Children
Ni Nyoman Widya Kusuma Wardani
42200455
Dosen Pembimbing Klinik:
Dr. RMS. Haripurnomo Kushadiwijaya, MPH, Dr.PH.
2. A Judul Artikel Prevalensi Dan Faktor
Risiko Stunting Pada
Balita 24-59 Bulan di
Indonesia: Analisis Data
Riset Kesehatan Dasar
2018
Determinants of
stunting and wasting in
street children in
Northwest Ethiopia: A
community-based study
Predictors of stunting
with particular focus on
complementary feeding
practices: A cross-
sectional study in the
northern province of
Rwanda
Penulis Aditianti, Sudikno, Irlina
Raswanti, Doddy Izwardy,
Sugeng Eko Irianto
Nega Mulu, Bekrie
Mohammed, Haile Woldie,
Kegnie Shitu
Vestine Uwiringiyimana
M.Sc., Marga C. Ocke
Ph.D., Sherif Amer Ph.D.,
Antonie Veldkamp Ph.D
Sumber Jurnal Penelitian Gizi dan
Makanan, Desember 2020
Vol. 43 (2): 51-64
Nutrition 94 (2022)
111532
Nutrition 60 (2019) 11-18
Tahun Penerbitan 25 Desember 2020 2022 2019
3. B Kompetensi
yang ingin
dibangn
melalui
pelaporan
apraisal
Melalui Critical Appraisal ini pelapor ingin mempelajari cara melakukan telaah kritis dan membangun
kompetensi mengenai tahapan telaah kritis artikel ilmiah sehingga pelapor dapat melakukan review
terhadap berbagai literatur guna pengembangan ilmu dan mampu mengimplementasikan ilmu dalam
praktik klinik. Pemilihan topik artikel ilmiah ini, berdasarkan pada masalah sedang terjadi pada anak-
anak saat ini yaitu gizi buruk. Pada tahun 2019, persentasi stunting secara global adalah 21,3 persen atau
diperkirakan 144 juta anak usia di bawah 5 tahun mengalami stunting. Prevalensi kejadian gizi kurang
pada balita 0-59 bulan di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2016-2018 adalah 15,9%, 12,6% dan 15,5%.
Terjadi penurunan prevalensi gizi kurang balita pada tahun 2018-2020 yaitu 7,94%, 8,35% dan 8,30%.
Prevalensi gizi kurang balita di Bantul 2018-2020 adalah 8,46%, 8,62% dan 7,90%. Prevalensi balita Bawah
Garis Merah (BGM) di DIY tahun 2018-2020 adalah 0,72%, 0,72%. 0,8%. Prevalensi balita Bawah Garis
Merah (BGM) di Bantul tahun 2018-2020 adalah 0,69%, 0,56%. 0,6%. Hal ini menggambarkan bahwa ada
penurunan kejadian gizi kurang namun terdapat peningkatan kejadian balita dengan BGM di Bantul.
4. Masalah stunting pada anak balita masih menjadi
masalah kesehatan terutama di negara
berkembang. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2018 menunjukkan penurunan prevalensi
stunting di tingkat nasional sebesar 6,4 persen
selama periode lima tahun, yaitu dari 37,2 persen
(2013) menjadi 30,8 persen (2018). Sementara
prevalensi stunting pada tahun 2007 adalah 36,8
persen. Sedangkan untuk balita berstatus normal
terjadi peningkatan dari 48,6 persen (2013) menjadi
57,8 persen (2018). Kegagalan pertumbuhan linier
adalah bentuk paling umum dari kekurangan gizi
secara global. Anak yang tergolong stunting apabila
panjang atau tinggi badannya berada di bawah
minus dua standar deviasi panjang badan atau
tinggi badan anak seumurnya. WHO (2017)
menjelaskan terjadinya stunting disebabkan oleh
faktor rumah tangga (keadaan rumah, rendahnya
kualitas pangan, keamanan pangan dan air, kondisi
ibu, pengasuhan yang tidak cukup, ketidakcukupan
ASI, ketidakcukupan makanan pendamping) dan
keadaan masyarakat atau negara (keadaan politik
dan ekonomi, air, sanitasi dan lingkungan,
pertanian, pendidikan, sosial dan budaya). Analisis
lanjut ini akan difokuskan pada determinan
stunting pada balita 24-59 bulan.
Anak jalanan merupakan segmen penduduk yang paling
dirugikan dalam hal hak-hak dasar untuk bertahan
hidup, pendidikan, kesehatan dan gizi yang memadai,
serta perlindungan. Mereka sangat rentan terhadap gizi
buruk, penyalahgunaan zat, kebersihan dan sanitasi yang
buruk, penyakit menular, dan pekerjaan berbahaya. Di
Etiopia, ada peningkatan yang mengkhawatirkan dalam
jumlah anak jalanan di kota-kota besar, dan total
600.000 anak jalanan ditemukan. Kemiskinan,
kehancuran keluarga dan pelecehan anak, dan
penelantaran adalah penyebab utama kehidupan jalanan
bagi anak-anak. Secara global, sekitar 53 dan 27 juta
anak jalanan masing-masing menderita stunting dan
wasting; 60% hingga 84% di antaranya mengalami
gangguan intelektual akibat kurang gizi. Penyebab
stunting dan wasting bersifat multidimensi, dan sebagian
besar berkorelasi dengan faktor sosial ekonomi dan
demografi; komorbiditas dan layanan perawatan
kesehatan; faktor-faktor yang berhubungan dengan
lingkungan, kebersihan, dan sanitasi; dan karakteristik
yang terkait dengan praktik makan dan diet. Pemerintah
Ethiopia telah meluncurkan banyak tindakan korektif
untuk mengurangi beban kekurangan gizi di antara
berbagai segmen populasi. Namun, belum berdampak jelas
terhadap masalah kesehatan dan gizi anak jalanan.
Kelompok ini tetap sangat rentan terhadap kesehatan
yang buruk dan hasil gizi yang buruk di negara ini.
Stunting, disebut juga retardasi
pertumbuhan linier, terjadi ketika seorang
anak tidak tumbuh panjang atau tinggi
sesuai dengan potensinya. Secara global,
22,9% anak <5 tahun mengalami stunting.
Afrika dan Asia memiliki jumlah anak
stunting tertinggi yang diperkirakan
masing-masing 59 juta dan 87 juta. Secara
nasional, 38% anak <5 tahun di Rwanda
mengalami stunting. WHO menganggap
stunting sebagai masalah kesehatan
masyarakat ketika prevalensi stunting pada
anak <5 tahun adalah >20%. Kerangka kerja
WHO memberikan gambaran tentang
penyebab stunting dan
mengklasifikasikannya menjadi empat
faktor proksimal utama: faktor rumah
tangga dan keluarga, praktik pemberian
makanan pendamping ASI yang tidak
memadai, praktik menyusui yang tidak
memadai, dan infeksi. Dalam praktiknya,
multikausalitas biasanya hadir, yang
menjadikan pengerdilan sebagai salah satu
tantangan kesehatan yang paling sulit
untuk diatasi.
Latar Belakang Riset
5. Tujuan dan
Manfaat
Riset
Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui faktor risiko
yang memengaruhi status gizi
anak usia 24–59 bulan
berdasarkan data Riskesdas 2018.
Manfaat dari penelitian ini
adalah sebagai acuan dalam
melaksanakan promosi di
posyandu dan fasilitas kesehatan
atau melalui media social lainnya
tentang perlunya pencegahan
stunting.
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengungkap faktor-
faktor penentu stunting dan
wasting pada anak jalanan usia
5 sampai 18 tahun di kota
Gondar dan Bahir Dar di
Northwest Ethiopia.
Manfaat dari penelitian ini
adalah menawarkan informasi
penting bagi pembuat kebijakan
dan pemangku kepentingan
lainnya untuk merancang dan
menerapkan intervensi yang
tepat untuk mengatasi beban
dan konsekuensi stunting dan
wasting pada anak jalanan di
Ethiopia.
Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menilai prediktor
stunting dengan fokus khusus
pada praktik pemberian
makanan pendamping ASI yang
relevan secara local di Rwanda
dan Distrik Musanze khususnya.
Manfaat dari penelitian ini
adalah sebagai langkah awal
yang diperlukan dalam proses
meningkatkan penelitian
tentang stunting di tingkat
nasional di Rwanda. Penelitian
ini adalah studi pertama yang
menggabungkan praktik
pemberian makanan
pendamping ASI dan asupan
nutrisi yang dinilai melalui recall
24 jam,
Tema Faktor-faktor yang berperan
sebagai pemicu kejadian stunting
pada balita 24-59 bulan di
Indonesia
Determinan penentu stunting
dan wasting pada anak jalanan
usia 5-18 tahun
Faktor prediktor stunting pada
anak dengan pemberian MPASI
6. Pernyataan
/ Masalah
Riset
Berapa prevalensi dan apa saja
faktor risiko stunting pada balita
24-59 bulan di Indonesia?
Apa saja faktor-faktor
(determinan) penentu stunting
dan wasting pada anak jalanan
usia 5-18 tahun di kota Gondar
dan Bahir Dar di Northwest
Ethiopia?
Apa saja faktor prediktor
stunting dengan fokus khusus
pada praktik pemberian
makanan pendamping ASI yang
relevan di Rwanda dan Distrik
Musanze?
Konsep
Kunci
Stunting, balita, faktor risiko Anak jalanan, Stunting, Wasting
community-based study, Gizi
buruk
Asupan makanan, Praktik
pemberian makanan pendamping
ASI, ASI Eksklusif, Tablet obat
cacing, Anak-anak, Rwanda
Kerangka
Konsep
Hubungan pendidikan ayah & ibu,
tinggi badan ibu, IMT ayah, serta
tempat persalinan sebagai faktor
risiko stunting pada balita usia
24-59 bulan.
Hubungan usia anak, riwayat
penggunaan narkoba, dan
kehilangan nafsu makan, praktik
buang air besar sembarangan,
dan riwayat penyakit dalam 3
bulan terakhir dengan kejadian
stunting dan wasting.
Dampak usia, pemberian ASI
eksklusif, dan penggunaan tablet
obat cacing dalam 6 bulan
sebelumnya sebagai prediktor
stunting pada anak usia >12
bulan.
Kerangka Teori
Prevalensi &
faktor risiko
Kejadian
stunting balita
24-59 bulan
Social
Determinan &
Health
Stunting &
Wasting
Faktor prediktor
Kejadian
stunting balita
MPASI
Kerangka Teori
Prevalensi &
faktor risiko
Kejadian
stunting balita
24-59 bulan
Social
Determinan &
Health
Stunting &
Wasting
Faktor prediktor
Kejadian
stunting balita
MPASI
Kerangka Teori
Prevalensi &
faktor risiko
Kejadian
stunting balita
24-59 bulan
Social
Determinan &
Health
Stunting &
Wasting
Faktor prediktor
Kejadian
stunting balita
MPASI
7. Metodologi
o Desain
Studi
Cross-sectional A community-based cross-sectional
study
Cross-sectional study
o Sampling Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh anak balita umur 24-59
bulan. Sedangkan sampel adalah
anak balita yang berusia 24-59
bulan, dan mempunyai kelengkapan
data. Jumlah sampel balita 24-59
bulan yang dianalisis sebanyak
10.128. Kriteria inkusi dalam
penelitian ini adalah usia anak 24-
59 bulan dan mempunyai data
lengkap. Sementara kriteria eksklusi
penelitian adalah anak balita 24-59
yang memiliki cacat fisik, dan
memiliki nilai Z-score < -6 SD dan
nilai Z-score > +6 SD.
Ukuran sampel minimum untuk
penelitian ditentukan dengan
menggunakan rumus proporsi
populasi tunggal. Dengan demikian,
ukuran sampel akhir dihitung
menjadi 422 (137 anak jalanan
Gondar dan 285 dari Bahir Dar).
Teknik convenience sampling
digunakan untuk merekrut subjek
penelitian. Jumlah anak jalanan
yang memenuhi syarat yang tinggal
di kedua kota tersebut diperoleh
dari Dinas Tenaga Kerja dan Sosial
(Dinas) masing-masing kota.
Populasi penelitian terdiri dari
anak-anak usia 5 sampai 30 bulan
dan pengasuh mereka. Ukuran
sampel yang diperlukan 145 anak.
Cluster-random sampling
diterapkan dengan menggunakan
desa-desa di Distrik Musanze
sebagai kerangka sampling dan
rumah tangga sebagai unit
sampling dasar. Lima dari 38 desa
dipilih secara acak, dan metode
random walk digunakan untuk
mengunjungi rumah tangga di
setiap sektor. Semua rumah tangga
dengan anak berusia 5-30 bulan
memiliki kesempatan yang sama
untuk diminta berpartisipasi dalam
survei.
8. o Instrumen Pengukuran berat badan anak usia
24-59 bulan dilakukan oleh
enumerator dengan pendidikan
minimal DIII kesehatan. Selanjutnya
untuk pengukuran tinggi badan balita
24-59 bulan diukur dengan alat ukur
tinggi badan “Multifungsi” dengan
kapasitas ukur dua meter dan
ketelitian 0,1 cm. Untuk menilai status
gizi TB/U anak usia 24-59 bulan, angka
tinggi badan setiap anak balita
dikonversikan dalam nilai terstandar
(Z-score) berdasarkan indikator tinggi
badan menurut umur menggunakan
baku antropometri anak balita WHO
2005. Pengukuran berat badan orang
tua (ayah dan Ibu) balita 24-59 bulan
menggunakan dua jenis timbangan
berat badan digital yaitu merek AND
dan merek FamilyDr.
Pengumpulan data dilakukan
melalui wawancara tatap muka
dengan menggunakan kuesioner
yang telah diuji sebelumnya dan
terstruktur. Kuesioner disusun
menjadi karakteristik
sosiodemografi dan ekonomi; makan
dan faktor terkait perilaku;
komorbiditas dan perawatan
kesehatan; dan karakteristik peserta
terkait praktik higiene dan sanitasi.
Tinggi badan anak diukur dengan
skala tinggi vertikal Seca
(studiometer) dengan anak berdiri
tegak di tengah papan. Berat badan
anak diukur dengan timbangan
digital portabel PH-2015A dengan
graduation 0,1 kg dan jangkauan
pengukuran maksimum 180 kg.
Kuesioner rumah tangga diadaptasi
dari kuesioner rumah tangga Survei
Demografi dan Kesehatan Rwanda
yang telah divalidasi. Ini terdiri
pertanyaan tentang karakteristik
sosiodemografi ibu dan anak,
karakteristik rumah tangga, menyusui
dan praktik pemberian makanan
pendamping, dan penyakit anak saat
ini dan masa lalu.
Berat lahir dan usia anak diperoleh
dari parental recall atau akta
kelahiran anak. Tinggi badan anak
diukur dalam posisi telentang
menggunakan papan ketinggian yang
dirancang oleh UNICEF dan dicatat
hingga 0,1 cm terdekat. Tinggi pengasuh
diukur dalam posisi berdiri tanpa
sepatu hingga 0,1 cm terdekat
menggunakan stadiometer portabel.
Berat kedua pengasuh dan anak diukur
dalam rangkap ke 0,1 kg terdekat
menggunakan skala elektronik (SECA
Model 803, Hanover, MD, USA).
9. o Analisis
dan Uji
Statitik
Analisis data dilakukan secara
bertahap, yaitu analisis univariat,
bivariat, dan multivariat. Analisis
univariat untuk mengetahui sebaran
nilai masing-masing variabel.
Analisis bivariat bertujuan untuk
mengetahui hubungan variabel
dependen, yaitu variabel status gizi
stunting balita 24-59 bulan dengan
variabel independent menggunakan
uji Chi-square dan regresi logistik.
Selanjutnya analisis multivariat
dilakukan untuk mengetahui
hubungan variabel independen
secara bersama-sama dengan
stunting balita 24-59 bulan
menggunakan regresi logistik model
faktor risiko. Variabel dengan nilai
p<0,25 pada analisis bivariat
diikutsertakan dalam analisis
multivariat.
Statistik deskriptif frekuensi dan
proporsi digunakan untuk
meringkas variabel penelitian.
Analisis regresi logistik biner
digunakan untuk menentukan
variabel-variabel yang signifikan
secara statistik dengan stunting
dan wasting. Semua variabel
dengan nilai P < 0,2 dalam
analisis bivariabel dimasukkan ke
dalam analisis regresi
multivariabel. Rasio odds yang
disesuaikan (AOR) dengan
interval kepercayaan 95% (CI)
digunakan untuk
mengidentifikasi kekuatan
signifikansi dengan variabel
hasil, dan nilai P 0,05 digunakan
untuk menegaskan hubungan
statistik dalam analisis regresi
multivariabel.
Korelasi rank-order Spearman
digunakan untuk mempelajari
hubungan bivariat antar variabel.
Untuk rata-rata kelompok atau
perbandingan persentase antara anak
stunting dan non-stunting, digunakan
independent sample t test atau χ2 test.
Regresi linier berganda digunakan
untuk mempelajari hubungan antara
HAZ dan variabel penjelas. Model
regresi logistik dipasang pada data
dengan indikator biner stunting
sebagai variabel dependen untuk
mendapatkan OR dan interval
kepercayaan 95% (CI). Model
Nagelkerke R2 dilaporkan.
Multikolinearitas diperiksa
menggunakan koefisien korelasi
berpasangan Pearson dan statistik
faktor inflasi varians, dengan r > 0,7
dan faktor inflasi varians > 0,5 sebagai
nilai cutoff untuk indikasi
multikolinearitas dalam model regresi.
10. Dari analisis yang dilakukan dengan uji
bivariat (p<0,05), diketahui variabel yang
berhubungan dengan kejadian stunting pada
anak 24–59 bulan adalah wilayah tempat
tinggal, pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan
ayah dan ibu, akses ke tempat sarana
pelayanan kesehatan, kepemilikan buku KIA,
kebiasaan merokok ayah, TB ibu, IMT ayah dan
ibu, tempat persalinan dan berat lahir bayi.
Variabel dengan nilai p<0,25 adalah jenis
kelamin, wilayah, pendidikan ayah dan ibu,
pekerjaan ayah dan ibu, jumlah anggota
keluarga, jumlah balita, akses ke puskesmas,
akses ke rumah sakit, akses ke praktek tenaga
kesehatan, diare, ISPA, kepemilikan buku KIA,
kebiasaan merokok ayah, tinggi badan ibu, IMT
ayah dan ibu, tempat sampah tertutup, tempat
persalinan, CTPS ibu dan berat lahir bayi. Hasil
analisis multivariat menunjukkan balita dari
orangtua yang berpendidikan tidak tamat SD
lebih berisiko menjadi stunting dimana
pendidikan ayah yang tidak tamat SD (AOR
1,56; 95%CI 1,22-1,99), pendidikan ibu yang tidak
tamat SD (AOR 1,44; 95%CI 0,89-1,23); balita
dengan ibu yang memiliki TB <145 cm
Berdasarkan hasil penelitian, sekitar 44,4%
dari komunitas penelitian memiliki riwayat
kehilangan nafsu makan dalam 3 bulan
sebelumnya. Sekitar 37,2% anak jalanan
adalah pengguna narkoba. 58,9% peserta
penelitian memiliki riwayat penyakit dalam 3
bulan sebelumnya. Selain itu, sekitar 68,1%
anak jalanan memiliki praktik buang air
besar sembarangan, dan 73% komunitas
penelitian mandi 1 kali setiap minggu.
Prevalensi keseluruhan dari wasting dan
stunting masing-masing adalah 15,3% (95%
CI: 11,7-19,0%) dan 46,4% (95% CI: 41,6-51,5%).
Dalam analisis regresi bivariat, faktor yang
berhubungan dengan stunting meliputi usia
anak, kehilangan nafsu makan, sumber
makanan, dan riwayat penggunaan narkoba
pada anak. Namun, usia anak, kehilangan
nafsu makan, dan penggunaan zat
merupakan faktor independen yang terkait
dengan pengerdilan dalam analisis
multivariabel.
Dalam analisis multivariabel, faktor
determinan yang secara signifikan terkait
dengan wasting antara lain usia anak,
penyakit dalam 3 bulan terakhir wawancara,
dan praktik buang air besar sembarangan.
Penelitian ini melibatkan 145 bayi dan
pengasuhnya. Dari 145 bayi, 67 (46%) adalah
laki-laki dan 78 (54%) adalah perempuan.
Secara keseluruhan, 44% anak mengalami
stunting, di antaranya 62% stunting sedang
dan 38% stunting parah. Juga, di antara
anak-anak yang terhambat, 54% adalah
laki-laki dan 46% adalah perempuan.
Prevalensi kekurangan gizi adalah 16%,
dimana 22% di antaranya sangat
kekurangan gizi. Prevalensi wasting adalah
7%, dimana 39% di antaranya sangat
wasting. Sebagian besar anak masih
menyusui (92%) dan sebagian besar (65%)
anak yang mendapat makanan prasapih
berada pada rentang usia 4 sampai 5 bulan.
Alasan memberi makan anak sebelum
mereka berusia 6 bulan terutama karena
anak ingin makan (34%), sakit (26%), atau
menderita penyakit kolik (18%). Mayoritas
anak-anak diperkenalkan pada makanan
pendamping sekitar usia 6 sampai 9 bulan
(72%). Penggunaan suplemen vitamin A
dalam 6 bulan sebelumnya adalah 93%;
sedangkan penggunaan bubuk mikronutrien
dalam makanan anak-anak dalam 4
minggu
Pelaksanaan, Hasil & Diskus[
11. memiliki risiko 2,32 kali lebih tinggi untuk menjadi
stunting (AOR 2,32; 95%CI 1,94-2,77); risiko
terjadinya stunting 1,15 kali lebih tinggi pada
balita yang memiliki ayah dengan IMT termasuk
kategori underweight (AOR 1,15; 95%CI 0,98-1,36).
Risiko stunting sebesar 1,63 kali lebih tinggi
terjadi pada balita yang dilahirkan di rumah
(tempat persalinan bukan di fasilitas kesehatan)
dibandingkan dengan tempat persalinan di
rumah sakit swasta (AOR 1,63; 95%CI 1,35-1,96).
Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor
yang memengaruhi terjadinya stunting. Hampir
40% ibu yang tidak tamat SD memiliki anak
stunting. Sementara ibu dengan pendidikan
terakhir tamat perguruan tinggi sekitar 20% yang
memiliki anak dengan kondisi stunting. Ibu yang
tidak tamat SD memiliki risiko 1,44 kali lebih
besar memiliki anak stunting pada usia 24-59
bulan. Ibu yang berpendidikan akan tahu
bagaimana mengolah makanan, mengatur menu
makanan, serta menjaga mutu dan kebershihan
makanan dengan baik.
Hampir 50% ibu dengan tinggi badan <145 cm
memiliki anak stunting. Ibu dengan tinggi badan
<145 cm berisiko 2,32 kali lebih besar mempunyai
anak stunting pada usia 24-59 bulan. Orang tua
yang pendek karena gen
Dengan demikian, kemungkinan wasting adalah
2,38 kali lebih mungkin di antara peserta dengan
riwayat penyakit dalam 3 bulan terakhir survei
(AOR = 2,38, 95% CI: 1,27–4,48) Demikian juga,
praktik buang air besar sembarangan pada anak
adalah 2,27 kali. lebih mungkin untuk
meningkatkan risiko wasting daripada rekan-
rekan mereka (pengguna toilet) (AOR = 2,27, 95%
CI: 1,14-4,51). Selanjutnya, risiko wasting adalah
51% kali lebih kecil kemungkinannya di antara
anak-anak usia 11 hingga 15 tahun (AOR = 0,49,
95% CI: 0,27-0,89).
Dalam penelitian ini, pengerdilan secara statistik
berkorelasi dengan faktor sosiodemografi dan
karakteristik yang berhubungan dengan makan
dan perilaku peserta. Dengan demikian, usia anak
secara independen dikaitkan dengan stunting.
Kemungkinan stunting lebih kecil di antara
anak-anak yang lebih muda (usia 5-10 tahun)
dibandingkan peserta yang lebih tua (usia 16-18
tahun). Hal ini menunjukkan bahwa risiko
stunting meningkat seiring dengan
bertambahnya usia anak. Hal ini dapat
meningkatkan risiko stunting 2 kali lipat pada
usia yang lebih tua (usia 16–18 tahun)
dibandingkan dengan anak yang lebih muda.
Anak yang lebih tua mungkin lebih rentan
terhadap kondisi yang lebih keras, termasuk
sebelumnya adalah 38%. Dilihat dari rata-rata
asupan ASI per kelompok umur, rata-rata asupan
energi lebih rendah dibandingkan dengan energi
yang dibutuhkan dari makanan pendamping. Hal
yang sama diamati untuk makronutrien seperti
protein, lemak, dan karbohidrat. Asupan seng, zat
besi, vitamin A, dan vitamin C termasuk asupan
dari bubuk mikronutrien, tetapi hanya satu
pengasuh yang memasukkannya ke dalam
makanan anaknya sehari sebelum wawancara.
Dari analisis regresi linier berganda, kelompok
umur, pemberian ASI eksklusif, penggunaan tablet
obat cacing, IMT pengasuh, dan asupan seng
merupakan prediktor HAZ. Untuk estimasi risiko
stunting pada anak menggunakan analisis regresi
logistik, dengan bertambahnya usia anak 1 bulan,
kemungkinan stunting meningkat sebesar 20%
(OR, 1,18; 95% CI, 1,08-1,29). Di sisi lain,
kemungkinan stunting secara signifikan lebih
rendah jika seorang anak telah disusui secara
eksklusif (OR, 0,22; 95% CI, 0,10-0,48) dan telah
menerima tablet obat cacing dalam 6 bulan
sebelumnya (OR, 0,25; 95% CI, 0,07-0,80). Model
Nagelkerke R 2 adalah 0,29.
Anak-anak berusia 12 hingga 17 bulan, 18 hingga
24 bulan, dan 24 hingga 30 bulan lebih mungkin
terkena stunting daripada
Pelaksanaan, Hasil & Diskus[
12. dalam kromosom yang membawa sifat pendek
kemungkinan besar akan menurunkan sifat
pendek tersebut kepada anaknya. Ibu dengan
perawakan pendek mungkin memiliki sistem
anatomi dan metabolisme yang tidak memadai
yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan
janin, seperti kadar glukosa yang lebih rendah,
atau penurunan protein dan energi.
Ayah yang tidak tamat SD berisiko mempunyai
stunting pada balita usia 24-59 bulan sebesar
1,56 kali. Keluarga dengan ayah berpendidikan
rendah dengan pendapatan yang rendah
biasanya memiliki rumah yang tidak layak,
kurang dalam memanfaatkan fasilitas
kesehatan dan kebersihan lingkungan kurang
terjaga, selain itu konsumsi makanan tidak
seimbang, keadaan ini yang dapat menghambat
pertumbuhan anak. Berdasarkan hasil analisis,
pendidikan ayah juga mempunyai hubungan
dengan pendidikan ibu. Ayah dengan
pendidikan rendah cenderung memiliki istri
dengan pendidikan rendah pula (p<0,05).
Ketersediaan pangan keluarga yang rendah
mampu meningkatkan risiko 3,64 kali lebih besar
untuk menghasilkan anak yang stunting.
Ibu yang bersalin di rumah 1,63 kali memiliki
balita yang mengalami stunting dibandingkan
ibu yang bersalin di RS swasta. Terdapat
pekerja anak dan pelecehan, daripada anak yang
lebih muda; ini dapat menyebabkan mereka
menjadi kerdil sebagai hasilnya.
Pengerdilan 2 kali lebih mungkin terjadi pada
anak-anak pengguna narkoba dibandingkan
pada anak-anak yang bukan pengguna. Ini
mungkin karena efek negatif dari penggunaan
zat pada tingkat nafsu makan. Hal ini dapat
menyebabkan konsumsi kalori yang tidak tepat
dan gangguan pengolahan nutrisi tubuh, dan
akibatnya meningkatkan risiko mengalami
stunting. Penggunaan zat menekan tingkat nafsu
makan seseorang dan mengganggu regulasi
metabolisme dan neuron-endokrin tubuh.
Selanjutnya karena anak jalanan memperoleh
sedikit uang, mereka sering terpaksa membeli zat
daripada makanan karena zat lebih murah
daripada harga makanan.
Stunting 2 kali lebih mungkin terjadi pada
peserta yang kehilangan nafsu makan. Alasan
yang mungkin adalah status gizi mikro yang
buruk. Defisiensi mikronutrien (zinc dan zat besi)
berperan penting dalam menekan nafsu makan
dan mengakibatkan anak stunting.
Wasting lebih dari 2 kali lebih mungkin terjadi
pada anak-anak yang memiliki praktik buang air
besar sembarangan. Ini mungkin karena praktik
buang air besar sembarangan dapat
menyebabkan transmisi silang
mereka yang berusia 5 hingga 11 bulan. Ini
menegaskan peningkatan pengerdilan yang
diamati selama periode pemberian makanan
pendamping. Seperti yang diamati oleh Dewey
dan Huffman, kombinasi faktor-faktor seperti
panjang lahir rendah, kurangnya ASI eksklusif
pada 6 bulan pertama kehidupan, pemberian
makanan pendamping ASI yang kurang
optimal, dan adanya infeksi membuat anak
yang lebih besar mengalami stunting. Dalam
penelitian ini, rendahnya tingkat pemberian
ASI eksklusif dan rendahnya kualitas makanan
pendamping ASI dapat berperan. Pemberian
ASI eksklusif dan penggunaan tablet obat
cacing dalam 6 bulan sebelumnya secara
independen terkait dengan risiko stunting
yang lebih kecil pada anak. Di Rwanda selatan,
Heimer et al. menemukan bahwa infeksi Giardia
duodenalis adalah kemungkinan penyebab
stunting pada anak-anak. Penggunaan tablet
obat cacing pada anak-anak adalah praktik
yang harus didorong, terutama di daerah
pedesaan di mana anak-anak mungkin lebih
rentan terhadap infeksi karena lingkungan
yang kurang higienis dan tingkat pendidikan
pengasuh yang rendah. BMI pengasuh adalah
prediktor HAZ pada populasi penelitian ini, dan
ini terkait dengan pengamatan sebelumnya
bahwa ibu dengan
Pelaksanaan, Hasil & Diskus[
13. hubungan yang bermakna antara
kepatuhan antenatal care dengan
pemilihan penolong persalinan. Ibu
yang tidak patuh melakukan
pemeriksaan antenatal care berpeluang
2 kali lebih tinggi memilih dukun
(tenaga non kesehatan) sebagai
penolong utama persalinan dari pada
ibu yang patuh melaksanakan
antenatal care. Kunjungan ANC yang
dilakukan secara teratur dapat
mendeteksi dini risiko kehamilan yang
ada pada seorang ibu dan janinnya,
terutama yang berkaitan dengan
masalah gizi. Wilayah tempat tinggal
merupakan faktor risiko penting untuk
terhambatnya pertumbuhan dengan
tingkat secara konsisten lebih tinggi di
perdesaan daripada di daerah
perkotaan.
mikroorganisme menular ke tubuh
dan menyebabkan episode diare pada
anak. Episode berulang dari diare dan
infestasi usus menghambat
penyerapan nutrisi, mengurangi nafsu
makan anak, dan mengakibatkan
kondisi kurus.
Risiko wasting adalah 2,38 kali lebih
mungkin di antara anak-anak yang
memiliki penyakit dalam 3 bulan
terakhir. Penyakit memainkan peran
utama dalam etiologi wasting karena
menyebabkan peningkatan
kebutuhan dan pengeluaran energi
yang tinggi, nafsu makan yang lebih
rendah untuk makanan, kehilangan
nutrisi karena malabsorpsi, dan
gangguan keseimbangan metabolisme.
BMI rendah cenderung memiliki bayi
yang lebih kecil.
Kebanyakan anak sedang disusui; hanya
setengahnya yang disusui secara
eksklusif selama 6 bulan pertama
kehidupan. al ini menunjukkan bahwa
perlu upaya berkelanjutan dalam
mendidik pengasuh tentang pentingnya
dan manfaat ASI eksklusif selama 6
bulan pertama kehidupan.
Secara keseluruhan, asupan gizi anak
berada di bawah tingkat yang
direkomendasikan. Mengingat seng yang
dapat diserap, asupan seng dalam
makanan kurang di semua kelompok
umur karena pola makan anak-anak
sebagian besar berbasis tanaman. Tidak
hanya diet yang miskin seng tetapi kami
juga mengamati ketersediaan yang
buruk karena kandungan fitat yang
tinggi dari makanan. Makanan daging
yang dikonsumsi kebanyakan berupa
ikan kecil kering yang disebut indagara.
Pelaksanaan, Hasil & Diskusi
14. Kesimpulan
Analisis data Riskesdas 2018 dengan
sampel anak balita usia 24-59 bulan
menunjukkan prevalensi stunting
pada anak 24-59 bulan adalah 29,1
persen. Jumlah sampel yang dianalisis
adalah 10.128 balita. Faktor risiko
yang berhubungan dengan stunting
pada balita 24-59 bulan adalah
pendidikan ayah (AOR 1,56; 95%CI
1,22-1,99), pendidikan ibu (AOR 1,44;
95%CI 0,89-1,23) tinggi badan ibu
(AOR 2,32; 95%CI 1,94-2,77), IMT ayah
(AOR 1,15; 95%CI 0,98-1,36), dan
tempat persalinan (AOR 1,63; 95%CI
1,35-1,96).
Prevalensi stunting dan wasting
secara keseluruhan merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang
penting di wilayah studi. Stunting
secara signifikan terkait dengan usia
anak, riwayat penggunaan narkoba,
dan kehilangan nafsu makan.
Wasting dikaitkan dengan faktor
risiko usia anak, praktik buang air
besar sembarangan, dan riwayat
penyakit dalam 3 bulan terakhir.
Lebih lanjut, temuan ini memerlukan
rancangan dan implementasi
intervensi yang tepat yang
ditargetkan untuk meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan gizi
anak jalanan di barat laut
(Northwest) Ethiopia.
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan sifat multifaktorial
dari masalah pengerdilan di provinsi
utara Rwanda. Usia, pemberian ASI
eksklusif, dan penggunaan tablet
obat cacing dalam 6 bulan
sebelumnya merupakan prediktor
stunting pada anak dengan usia >12
bulan yang mengekspos mereka pada
stunting; sedangkan pemberian ASI
eksklusif dan penggunaan tablet
obat cacing bersifat protektif.
Meskipun tidak kuat, efek prediktif
dari BMI pengasuh, asupan seng diet,
dan istilah interaksi antara
kelompok usia dan asupan energi
pada HAZ diamati. Meskipun
sebagian besar anak masih disusui,
makanan pendamping ASI mereka
seringkali rendah nutrisi penting
untuk pertumbuhan dan
perkembangan karena pola makan
nabati yang dominan.
15. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah tidak semua
variable terkait dengan anak usia 24-59 bulan
dianalisis seperti kelengkapan imunisasi dasar dan
lanjutan, pemantauan pertumbuhan anak dalam
setahun terakhir dan kapsul vitamin A yang
diterima dan dikonsumsi. Selain itu variable
konsumsi makanan anak (konsumsi makanan manis,
asin, berlemak/ berkolestrol/gorengan, makanan
dibakar, daging/ayam/ikan olahan dengan
pengawet, bumbu penyedap, soft drink atau
minuman berkarbonasi, konsumsi minuman
berenergi, mi Instan/makanan instan tidak dibahas
dalam penulisan ini dikarenakan data yang
tersedia diperuntukan untuk individu mulai usia 3
tahun (36 bulan) sementara penulisan ini
menggunakan sample usia 24-59 bulan.
Keterbatasan lainnya adalah variabel terkait
kesehatan lingkungan yang dijadikan variable
hanya jenis tempat penampungan sampah (tertutup
atau tidak). Variabel tentang penanganan tinja,
pemakaian air, pembuangan air limbah dari kamar
mandi/tempat cuci dan dari dapur, perilaku
menguras bak mandi/ember besar/drum tidak
menjadi variable penelitian.
Keterbatasan penelitian ini adalah
diantaranya, pertama, data terkait
komorbiditas dan perilaku hanya
disampaikan dalam informasi yang
diberikan oleh peserta penelitian.
Ini mungkin bias, karena
tergantung pada tingkat
pengetahuan anak tentang
penyakit dan praktik perilaku.
Kedua, pengukuran praktik
pemberian makan anak kembali
mengandalkan ingatan, sehingga
ada kemungkinan bias ingatan
sekali lagi.
Keterbatsan dalam penelitian ini adalah
diantaranya, pertama, ukuran
sampelnya kecil dan mungkin tidak
memungkinkan kami untuk menangkap
secara ekstensif prediktor pengerdilan di
Distrik Musanze. Kedua, karena
penelitian ini bersifat cross-sectional,
kami tidak dapat membangun hubungan
sebab akibat. Ketiga, karena penarikan
24 jam tunggal digunakan, asupan biasa
pada tingkat individu tidak dapat
diperkirakan. Namun, untuk
membandingkan asupan makanan
tingkat kelompok rata-rata, penarikan
tunggal dapat diterima. Terakhir,
perhitungan kandungan nutrisi
makanan terutama bergantung pada
penggunaan faktor hasil, kepadatan,
dan retensi nutrisi dari sumber yang
dipublikasikan.
16. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, masih
diperlukan adanya promosi di
posyandu dan fasilitas kesehatan atau
melalui media social lainnya tentang
perlunya pencegahan stunting. Upaya
penyuluhan tentang kesehatan dan
gizi bagi calon pengantin (Catin) perlu
digalakkan bersama dengan dinas
terkait. Di samping itu upaya promosi
melalui berbagai media atau tokoh
masyarakat, lintas program, dan lintas
sektor agar ibu hamil melakukan
pelayanan persalinan di fasilitas
kesehatan.
Penelitian ini mencoba untuk
mengungkapkan pengetahuan penting
tentang segmen populasi yang
sebelumnya diabaikan di negara ini,
yang dapat digunakan dalam
perumusan penelitian lain dan untuk
merancang dan mengimplementasikan
intervensi penting untuk
meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan gizi anak jalanan di
Northwest Ethiopia.
Pesan kesehatan masyarakat yang
berfokus pada pentingnya status gizi
optimal wanita selama masa
prakonsepsi dan pemberian ASI
eksklusif dalam 6 bulan pertama
kehidupan perlu diperkuat dan
dipertahankan. Selain itu, penggunaan
tablet obat cacing perlu didorong
karena dapat membantu mengurangi
beban infeksi pada pertumbuhan
anak. Direkomendasikan strategi
diversifikasi makanan yang mencakup
makanan sumber hewani yang tersedia
secara lokal dan terjangkau dalam
makanan anak-anak.
Refleksi Melalui penelitian ini, pelapor dapat
menambah wawasan mengenai
prevalensi stunting pada bayi 24-59
bulan, serta mengetahui faktor risiko
kejadian stunting pada bayi
diantaranya pendidikan ayah & ibu,
tinggi badan ibu, IMT ayah, serta
tempat persalinan. Program promosi di
posyandu dan faskes atau media sosial
memegang peranan penting dalam
pencegahan stunting di Indonesia.
Melalui penelitian ini, pelapor dapat
menambah wawasan mengenai
pengaruh usia anak, riwayat
penggunaan narkoba, kehilangan
nafsu makan, praktik buang air besar
sembarangan, dan riwayat penyakit
dalam 3 bulan terakhir terhadap
kejadian stunting dan wasting pada
anak jalanan di Ethiopia. Diperlukan
intervensi dan implementasi untuk
meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan gizi anak jalanan.
Melalui penelitian ini, pelapor dapat
menambah wawasan mengenai
pengaruh usia, pemberian ASI eksklusif,
dan penggunaan tablet obat cacing
dalam 6 bulan sebelumnya sebagai
prediktor stunting pada anak usia >12
bulan di Rwanda. Bidang kesehatan
masyarakat perlu berfokus pada
pentingnya status gizi optimal wanita
selama masa prakonsepsi dan
pemberian ASI eksklusif dalam 6 bulan
pertama kehidupan.
18. Appraisal questions Jurnal 1 Jurnal
2
Jurnal
3
1. Did the study address a clearly focused question /
issue? Yes Yes Yes
1. Is the research method (study design) appropriate
for answering the research question?
Yes Yes Yes
1. Is the method of selection of the subjects (employees,
teams, divisions, organizations) clearly described?
Yes Yes Yes
1. Could the way the sample was obtained introduce
(selection)bias?
No Yes Yes
1. Was the sample of subjects representative with
regard to the population to which the findings will
be referred?
Yes Yes Yes
1. Was the sample size based on pre-study
considerations of statistical power?
Yes Yes Yes
1. Was a satisfactory response rate achieved? Yes Yes Yes
1. Are the measurements (questionnaires) likely to be
valid and reliable?
No Yes Yes
1. Was the statistical significance assessed? Yes Yes Yes
1. Are confidence intervals given for the main results? Yes Yes Yes
1. Could there be confounding factors that haven’t
been accounted for?
Yes Yes No
1. Can the results be applied to your organization? Yes Yes Yes
19. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon and infographics & images by Freepik
Thanks!
Do you have any questions?
kusummawidya@gmail.com
Please keep this slide for attribution
20. Here’s what you’ll find in this Slidesgo template:
1. A slide structure based on a medical center presentation, which you can easily adapt to your needs.
For more info on how to edit the template, please visit Slidesgo School or read our FAQs.
2. An assortment of graphic resources that are suitable for use in the presentation can be found in the
alternative resources slide.
3. A thanks slide, which you must keep so that proper credits for our design are given.
4. A resources slide, where you’ll find links to all the elements used in the template.
5. Instructions for use.
6. Final slides with:
● The fonts and colors used in the template.
● A selection of illustrations. You can also customize and animate them as you wish with the
online editor. Visit Storyset to find more.
● More infographic resources, whose size and color can be edited.
● Sets of customizable icons of the following themes: general, business, avatar, creative process,
education, help & support, medical, nature, performing arts, SEO & marketing, and teamwork.
You can delete this slide when you’re done editing the presentation.
Contents of this template
21. Our
center
You can describe the topic of the
section here
Key
numbers
You can describe the topic of the
section here
Patient
caring
You can describe the topic of the
section here
Key
accomplishments
You can describe the topic of the
section here
01
03
02
04
Table of contents
23. Mission
Vision
Venus has a beautiful name
and is the second planet from
the Sun. It’s hot and has a
poisonous atmosphere
Mercury is the closest planet
to the Sun and the smallest
one in the Solar System—it’s
only a bit larger than the Moon
24. —Someone Famous
“This is a quote, words full of wisdom
that someone important said and can
make the reader get inspired.”
25. 50,000
This is the number of total
visitors we had last month
20,000
This is the number of patients
we had last month
5,000
This is the number of nutrition
plans designed so far
26. Our progress through the years
2018 2019 2020 2021
Evolution
Mercury is the closest planet
to the Sun and the smallest
one in the Solar System—it’s
only a bit larger than the Moon
Follow the link in the graph to modify its data and then paste the new one here. For more info, click here
28. Our prices
Basic Premium Pro
90€ 150€ 200€
● Venus is the second
planet from the Sun
● Mercury is the smallest
planet of them all
● Mars is actually a very
cold place
● Earth is the beautiful
planet we live on
● Jupiter is the biggest
planet of them all
● Saturn is the only planet
with rings
● Neptune is the farthest
planet from the Sun
● Pluto is now considered
a dwarf planet
● The Sun is the star at the
center of the System
29. A brief story
Mercury is the closest planet to the
Sun and the smallest one in the Solar
System—it’s only a bit larger than
the Moon
30. Milestones reached
2013-2015
Venus
Venus is the second
planet from the Sun
2015-2017
Jupiter
It’s the biggest planet
in the Solar System
2017-2019
Mars
Despite being red,
Mars is a cold place
2019-2021
Saturn
Saturn is a gas giant
and has several rings
31. Our process
Mercury
It’s the closest planet
to the Sun
Venus
Venus is the second
planet from the Sun
Mars
Mars is actually a
very cold place
Jupiter
Jupiter is the biggest
planet of them all
Saturn
It’s composed of
hydrogen and helium
Neptune
It’s the farthest
planet from the Sun
32. Patient care
Venus has a beautiful name and is the
second planet from the Sun. It’s hot
and has a poisonous atmosphere
34. Venus
Venus is the second
planet from the Sun
Jupiter
It’s the biggest planet
in the Solar System
Mars
Despite being red,
Mars is a cold place
Saturn
Saturn is a gas giant
and has several rings
Areas we cover
35. Mercury
It’s the closest planet to
the Sun and the smallest
in the Solar System
Venus
Venus has a beautiful
name and is the second
planet from the Sun
Mars
Despite being red, Mars
is actually a cold place.
It’s full of iron oxide dust
Services
36. Mercury Venus
Venus has a beautiful name and
is the second planet from the
Sun. It’s hot and has a poisonous
atmosphere
Mercury is the closest planet to
the Sun and the smallest one in
the Solar System—it’s only a bit
larger than the Moon
Key accomplishments
39. Mercury
It’s the closest planet to
the Sun and the smallest
in the Solar System
Innovations
Venus
Venus has a beautiful
name and is the second
planet from the Sun
Mars
Despite being red, Mars
is actually a cold place.
It’s full of iron oxide dust
01 02 03
40. Mercury
It’s the closest planet
to the Sun
Venus
Venus is the second
planet from the Sun
Jupiter
Jupiter is the biggest
planet of them all
Saturn
It’s composed of
hydrogen and helium
Mars
Mars is actually a very
cold place
Neptune
It’s the farthest planet
from the Sun
Quality improvement measures
41. Testimonials
Jenna Doe, 25
“Mercury is the closest planet to
the Sun and the smallest in the
Solar System”
John James, 32
“Saturn is a gas giant and has
several rings. It's composed
mostly of hydrogen and helium”
Susan Bones, 38
“Despite being red, Mars is
actually a cold place. It’s full of
iron oxide dust”
Fred Bloggs, 52
“Earth is the third planet from
the Sun and the only one that
harbors life in the Solar System”
42. Awards
Venus
Venus is the
second planet
from the Sun
Jupiter
It’s the biggest
planet in the
Solar System
Mars
Despite being
red, Mars is a
cold place
Saturn
Saturn is a gas
giant and has
several rings
Most
important
awards
44. Mockup
You can replace the image on
the screen with your own
work. Just right-click on it and
select “Replace image”
45. Alternative resources
Did you like the resources on this template?
Get them for free at our other websites:
Photos:
● Adorable baby playing with food
● Adorable young girl eating cereals
● Adorable baby playing with food I
● Adorable baby playing with food II
● Cute baby girl eating banana
● High angle cute baby in highchair
choosing what fruit to eat
● Adorable baby playing with food
● Portrait of a boy eating food at home
46. Resources
Did you like the resources on this template?
Get them for free at our other websites:
Photos:
● Side view cute baby in highchair
choosing what fruit to eat
● Baby boy in highchair eating
vegetables
● High angle baby in highchair choosing
what fruit to eat
● Side view cute baby eating alone
● Baby boy eating pasta in his highchair
and making a mess
● Father feeding his little baby girl in
the kitchen I
● Father feeding his little baby girl in
the kitchen II
● Front view of beautiful baby eating
watermelon
● Front view of beautiful smiling baby
girl
● Close-up young boy eating sweets
● Adorable baby playing with food I
● Adorable baby playing with food II
● Portrait of female nurse holding
digital tablet standing in front of
senior patient on wheelchair
● Close up on health worker
47. Resources
Did you like the resources on this template?
Get them for free at our other websites:
Vectors:
● Flat design food template of facebook
post
● Flat design food template of landing
page
Icon:
● Icon Pack: Healthy food
Apakah penelitian membahas pertanyaan atau masalah yang difokuskan dengan jelas?
Apakah metode penelitian (desain penelitian) sesuai untuk menjawab pertanyaan penelitian?
Apakah metode pemilihan subjek penelitian dideskripsikan dengan jelas?
Apakah cara pengumpulan sampel dapat menimbulkan bias seleksi?
Apakah subjek yang diambil sebagai sampel penelitian representative terhadap populasi yang akan diteliti?
Apakah ukuran sampel penelitian didasarkan pada pertimbangan statistic pra-analitik?
Apakah tercapai tingkat respon penelitian yang memuaskan?
Apakah pengukuran menggunakan kuesioner cenderung valid dan dapat diandalkan?
Apakah signifikansi statistik penelitian dinilai?
Apakah interval konfidensi diberikan untuk hasil utama penelitian?
Apakah terdapat faktor perancu yang belum diperhitungkan dalam penelitian?
Apakah hasil penelitian dapat diaplikasikan?