SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
MODEL PENCEGAHAN DAN PENANGANAN BALITA GIZI BURUK
MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI KABUPATEN KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU
Oleh: Harmiati *)
Abstrak
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam pencegahan dan penanganan
balita gizi buruk antara lain; perawatan gratis di Puskesmas dan Rumah Sakit, serta
Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Balita gizi buruk yang mendapat bantuan
sebagian besar dapat disembuhkan, tetapi kasus-kasus baru muncul kadang kala lebih
banyak, sehingga seolah-oleh pencegahan dan penanganan tidak berhasil karena jumlah
kasus anak balita gizi buruk belum dapat ditekan secara berarti.
Oleh sebab itu, diperlukan pemberdayaan orang tua balita gizi buruk yang setara
antar pemerintah, masyarakat dan pihak lain sebagai fasilitator, karena setiap orang
mempunyai kearifan yang perlu dibangkitkan dan dihargai dalam proses pencegahan dan
penanganan kasus anak balita gizi buruk, melalui kegiatan pemberian pengetahuan,
wawasan, harga diri, kemampuan, kompetensi, motivasi, dan kreasi orang tua balita gizi
buruk tentang pengasuhan anak balita, pengolahan pangan lokal bergizi dan pemberian
asupan gizi secara Beragam, Bergizi dan Berimbang (3B) sesuai dengan kebutuhan
tumbuh kembang anak balita, maka pencegahan dan penanganan kasus anak balita gizi
buruk dapat berarti.
Pendahuluan
Latar Belakang
Masalah gizi merupakan persoalan yang klasik disebabkan oleh ketidakcukupan
asupan makanan dan penyakit infeksi yang merupakan penyebab langsung. Sedangkan
faktor yang mempengaruhi secara tidak langsung adalah ketersediaan pangan pada tingkat
rumah tangga, ketersediaan pelayanan kesehatan, pola asuh yang tidak memadai. Keadaan
gizi masyarakat khususnya gizi anak balita mempengaruhi tingkat kesehatan dan usia
harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan keberhasilan
Pembangunan manusia yang dikenal dengan istilah Human Development Index (HDI).
Sejak tahun 1998 pemerintah berupaya melaksanakan program penanggulangan
anak balita gizi buruk melalui kegiatan penjaringan kasus, rujukan, perawatan gratis di
Puskesmas maupun Rumah Sakit, Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Namun sebagian
besar upaya tersebut nampaknya belum dapat mengatasi masalah dan meningkatkan kembali
status gizi anak balita. Anak balita gizi buruk yang mendapat bantuan sebagian besar dapat
disembuhkan, tetapi kasus-kasus baru muncul yang terkadang malah lebih banyak, sehingga
terkesan penanggulangan anak balita gizi buruk belum dapat ditekan secara berarti.
Berdasarkan Riset Kesehatan Daerah Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Kesehatan tahun 2010, tingkat prevalensi gizi buruk nasional menurun dari 5,4
persen tahun 2007 menjadi 4,9 persen tahun 2010. Walaupun demikian, masih ada
kesenjangan antar provinsi Kompas 12 Mei 2010. Di Kabupaten Kepahiang pada tahun
2007 sampai tahun 2008 terdapat 20 kasus anak balita gizi buruk, dan pada tahun 2009
kasus balita gizi buruk meningkat dengan tajam menjadi 31 kasus balita gizi buruk dan 29
kasus anak balita gizi kurang (Harmiati, dkk., 2008, 2010). Berbagai program yang telah
dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Kepahiang antara lain; pemberian makanan
tambahan, penyuluhan dan pengobatan gratis, serta pemberian bantuan lainnya.
*) Dosen FISIPOL Universitas Prof. DR. Hazairin, SH Bengkulu
199
Model Pencegahan dan Penanganan Balita Gizi Buruk Melalui Harmiati
Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu
Kasus anak balita gizi buruk tidak secara serta-merta terjadi karena berdasarkan
hasil pemantauan di lapangan, seorang bayi yang dilahirkan dalam keadaan normal baik
berat badannya maupun panjang badan. Namun setelah beberapa bulan dalam pengasuhan
ibu dan keluarga, bayi menderita gizi buruk. Oleh sebab itu, kajian tentang Pencegahan dan
Penanganan Anak Balita Gizi Buruk melalui Pemberdayaan Masyarakat merupakan
permasalahan yang menarik untuk dikaji.
Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya menunjukkan bahwa
berbagai masalah yang dihadapi dalam pencegahan dan penanggulangan balita gizi buruk
antara lain; pemberdayaan orang tua balita gizi buruk belum optimal, pemberian rujukan
dan perawatan gratis kepada anak balita gizi buruk baik di Puskesmas maupun Rumah Sakit
juga belum berjalan dengan baik, demikian juga dengan Pemberian Makanan Tambahan
(PMT), sehingga kasus anak balita gizi buruk belum dapat teratasi. Berkaitan dengan hal
tersebut di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang bagaimana model Pencegahan
dan Penanganan Anak Balita Gizi Buruk melalui Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten
Kepahiang berkaitan dengan aspek; pola pengasuhan anak, pengolahan pangan lokal, dan
penganekaragaman pangan lokal beragam, bergizi dan berimbang.
Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Model Pencegahan dan Penanganan
Balita Gizi Buruk melalui Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Kepahiang berkaitan
dengan pengasuhan anak balita, pengolahan pangan lokal bergizi, serta penganekaragaman
pangan lokal beragam bergizi dan berimbang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna
bagi pembuat kebijakan, pembangunan ilmu pengetahuan terutama bidang kesehatan dan
peningkatan status gizi anak balita khususnya.
Metode Penelitian
Sifat Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu langsung mengarahkan
pada keadaan dan pelaku-pelaku tanpa mengurangi unsur-unsur yang ada di dalamnya,
dengan menggunakan pendekatan kualitatif dapat dipahami Model Pencegahan dan
Penanganan Anak Balita Gizi Buruk berbasis pemberdayaan masyarakat (community
empowering). Metode ini tertangkap dengan menggunakan metode kualitatif (Bogdan dan
Taylor, 1975). Penelitian ini merupakan studi kasus yang bertujuan untuk mengembangkan
pengetahuan yang mendalam mengenai obyek yang bersangkutan (Vredenbregt, 1978).
Penentuan Informan
Mengingat data yang diperlukan adalah data tentang Pencegahan dan Penanganan
Anak Balita Gizi Buruk, maka penentuan informan untuk penelitian ini secara
purposive. Informan terbagi menjadi dua kelompok, yaitu: a. Kelompok informan yang
berkenaan dengan pimimpinan formal seperti, Kepala Desa, Tim Penggerak PKK, Bidan
Desa dan Kader Posyandu, b. Kelompok informan yang kedua adalah orang tua balita gizi
buruk. Penentuan kelompok informan ini dilandasi oleh suatu pertimbangan bahwa mereka
memiliki pengalaman hidup dan pengetahuan yang cukup memadai berkaitan dengan
pencegahan dan penanganan anak balita gizi buruk.
200
Inspirasi Inspirasi, Vol.20. No.2, Juni 2011: 199-
204
Jurnal Ilmiah Multi Science Universitas Muhammadiyah Bengkulu
Teknik Analisis Data
Analisa data dalam penelitian ini adalah kualitatif yang pada hakekatnya dilakukan
secara terus-menerus sejak awal sampai akhir penelitian. Dalam analisis ini data disusun,
digolongkan dalam pola, tema atau kategori tertentu (Robert dan Taylor, 1992, Moleong,
2000)
Pembahasan
Pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan, memperkuat posisi
tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap permasalahan yang dihadapi dalam menjalani
kehidupan. Pemberdayaan juga dipahami sebagai proses memfasilitasi warga masyarakat secara
bersama-sama pada sebuah kepentingan bersama atau urusan yang secara kolektif dapat
mengidentifikasi sasaran, mengumpulkan sumber daya, mengerahkan suatu kampanye aksi dan
oleh karena itu membantu menyusun kembali kekuatan dalam komunitas (Suroto Eko, 2002;1).
Jadi pemberdayaan masyarakat merupakan proses memampukan masyarakat untuk dapat berbuat
secara mandiri.
Menurut A. Shepherd, Sustainable Rural Development (1998; 17) terdapat paradigma
baru dalam pemberdayaan masyarakat desa yaitu; a) pertumbuhan yang berkualitas dan
berkelanjutan, b) proses keterlibatan warga yang marginal dalam pengambilan keputusan, c)
menonjolkan nilai-nilai kebebasan, otonomi, harga diri, d) negara membuat lingkungan yang
memungkinkan, e) pengembangan institusi lokal untuk ketahanan sosial, f) penghargaan terhadap
kearifan dan teknologi lokal pengembangan teknologi secara partisipatoris, g) penguatan institusi
untuk melindungi aset komunitas miskin, h) pembangunan adalah proses multidimensi dan sering
tidak nyata yang dirumuskan oleh rakyat, i) menyeluruh, j) organisasi belajar non-hierarkis, k)
peran negara menciptakan kerangka legal yang kondusif, l) membagikan kekuasaan, mendorong
tumbuhnya institusi-institusi masyarakat.
Dari hasil penelitian tentang pemberdayaan orang tua balita gizi buruk dalam
pencegahan dan penanganan anak balita gizi buruk terungkap bahwa pola asuh orang tua
balita gizi buruk berdasarkan nilai-nilai budaya secara turun temurun. Aktivitas pengasuhan
anak balita dilakukan ibu dan keluarga berdasarkan kebiasaan dan adat-istiadat, hal ini
karena rendahnya tingkat pendidikan orang tua balita gizi buruk. Hampir 90,00 persen orang
tua balita gizi buruk tidak tamat SD bahkan terdapat beberapa orang yang buta huruf.
Demikian juga dengan usia kawin rata-rata rendah kurang dari 16 tahun, dan memiliki anak
lebih dari 3 orang bahkan terdapat beberapa keluarga yang memiliki anak lebih dari 6 orang.
Di samping itu, pengolahan bahan makanan secara tradisional dan pemberian asupan gizi
kepada anak balita kurang berimbang beragam dan bergizi. Orang tua balita gizi buruk juga
jarang membawa bayi (anak) ke Posyandu karena takut anaknya sakit panas dan lain
sebagainya.
Dalam konteks pemberdayaan masyarakat terkait dengan pencegahan dan
penanganan anak balita gizi buruk, secara principle terkait dengan upaya memenuhi
kebutuhan (needs) orang tua balita gizi buruk. Namun persoalannya kualitas sumber daya
untuk pencegahan dan penanganan anak balita gizi buruk itu sangat terbatas (constrain).
Untuk meyakinkan dan memampukan orang tua balita gizi buruk dalam merubah pola pikir
dan kebiasaan mengalami banyak kendala karena kualitas sumber daya orang balita gizi
buruk sangat rendah dan terbelenggu dengan adat istiadat.
201
Model Pencegahan dan Penanganan Balita Gizi Buruk Melalui Harmiati
Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu
Dalam konteks pencegahan dan penanganan anak balita gizi buruk sumber daya
bukan hanya terbatas dan langka, melainkan ada problem struktural, kondisi struktural yang
timpang pada keluarga balita gizi buruk merupakan kendala dalam membangun kekuatan
dari dalam lingkungan keluarga, sehingga membutuhkan “intervensi” dari luar. Hadirnya
pihak luar (pemerintah, LSM, organisasi masyarakat sipil, organisasi agama, perguruan
tinggi, dan lain-lain) ditengah-tengah keluarga balita gizi buruk bertindak sebagai fasilitator
(katalisator) yang memudahkan, menggerakkan, mengorganisir, menghubungkan, memberi
ruang, mendorong, membangkitkan orang tua balita gizi buruk dan keluarganya dalam
pencegahan dan penanganan anak balita gizi buruk. Hadirnya pihak luar sebagai fasilitator
belum membuat keluarga balita gizi buruk berdaya, dan mampu memahami diri sendiri,
mereka masih merasa “minder” rendah diri, masih takut. Sementara pihak luar sebagai
fasilitator juga belum melakukan pendekatan dari hati-kehati, belum memberikan
pemahaman dan bimbingan secara kekeluargaan, hal ini karena terbatasnya waktu untuk
melakukan bimbingan dan penyuluhan. Akhirnya hubungan dengan fasilitator belum bersifat
setara, saling percaya, saling menghormati, terbuka, serta saling belajar untuk tumbuh
berkembang secara bersama-sama.
Dalam konteks pemberdayaan orang tua balita gizi buruk mengikuti Suroto Eko,
(2002;2) pemberdayaan secara psikologis-personal, fasilitator seperti tim penggerak PKK,
kader posyandu bertugas mengembangkan pengetahuan, wawasan, harga diri, kemampuan,
kompetensi, motivasi, dan kreasi orang tua balita gizi buruk dalam pencegahan dan
penanganan anak balita gizi buruk, secara personal fasilitator benar-benar memberi
penyadaran orang tua balita gizi buruk untuk merubah pola pikir dan perilaku pengasuhan,
perawatan dan pemberian asupan gizi kepada anak balita. Di samping itu, diperlukan juga
pemberdayaan struktural-personal untuk membangkitkan kesadaran kritis orang tua balita
gizi buruk dalam menganalisis lingkungan kehidupan yang mempengaruhi yang menjadi
penyebab munculnya kasus anak balita gizi buruk. Namun pemberdayaan orang tua balita
gizi buruk tidak bisa hanya diletakkan pada kemampuan dan mental diri individu, tetapi
harus diletakkan pada konteks relasi kekuasaan yang lebih besar, dimana setiap individu
berada di dalamnya.
Pemberdayaan orang tua balita gizi buruk dalam pengasuhan anak balita gizi buruk
secara psikologis-personal, fasilitator seperti tim penggerak PKK, kader posyandu bertugas
mengembangkan pengetahuan, wawasan, harga diri, kemampuan, kompetensi, motivasi, dan
kreasi kepada orang tua balita gizi buruk sejak bayi dilahirkan mulai mengajari bayinya
menghisap air susu, dan melatih fungsi fisik dan psikisnya agar anak siap menghadapi
tuntutan-tuntutan hidup atau kebutuhan hidupnya, membawa anak balita ke Posyandu, dan
memanfaatkan fasilitas pengobatan gratis. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan
hidupnya dengan kesanggupannya sendiri.
Fasilitator juga diharapkan memberikan pengetahuan, wawasan, harga diri,
kemampuan, kompetensi, motivasi, dan kreasi kepada orang tua balita gizi buruk tentang
pola pengasuhan anak balita dari tahap pertama ketika anak berusia 0-1 tahun, tahap kedua
ketika anak berusia 1-3 tahun dan tahap ketiga pada saat anak berusia 3-5 tahun. Pada anak
usia 0-1 anak dilatih menyusu dan diperkenalkan dengan kebiasaan makan, anak diberi
waktu yang cukup untuk tidur, dijaga kebersihan pakaian dan lingkungan sekitar tempat
tidur. Pada usia 1 sampai 3 tahun anak merupakan usia pembentukan dan pertumbuhan
202
individu baik kesanggupan untuk tumbuh dan berkembang secara fisik dan psikis. Pada usia
3-5 tahun berkembang penalaran seorang anak.
Inspirasi Inspirasi, Vol.20. No.2, Juni 2011: 199-
204
Jurnal Ilmiah Multi Science Universitas Muhammadiyah Bengkulu
Demikian juga dengan pengolahan pangan lokal bergizi merupakan aspek yang
menentukan dalam pencegahan dan penanganan kasus anak balita gizi buruk. Fasilitator
memegang peranan yang penting dalam pemberian pengetahuan, wawasan, motivasi, dan
kreasi kepada orang tua balita gizi buruk dalam pengolahan sumber pangan lokal yang kaya
dengan protein hewani dan nabati serta muda didapat dengan memanfaatkan potensi sumber
daya lingkungan. Pengembangan pangan lokal dengan pemanfaatan potensi sumber daya
lingkungan semestinya akan dapat meningkatkan gizi keluarga dan khususnya gizi anak
balita, sehingga kasus balita gizi buruk dapat dicegah dan ditangani secara seksama, karena
Kabupaten Kepahiang merupakan daerah yang subur banyak tersedia pangan lokal bergizi.
Di samping itu, pemberian asupan gizi secara beragam, bergizi dan berimbang akan
dapat melakukan pencegahan dan penanganan anak balita gizi buruk, fasilitator juga
diharapkan memberi penyuluhan bimbingan kepada orang tua balita gizi buruk untuk
merubah pola pikir dan perilaku dalam pemberian asupan gizi kepada anak balita. Anak
balita dalam proses pertumbuhannya memerlukan asupan gizi secara berimbang agar dapat
hidup sehat, dan aktif. Untuk itu diperlukan komposisi makanan yang sesuai dengan
komposisi Beragam, Bergizi, Berimbang, dan Aman (3B-A) yang terdiri dari; karbohidrat,
protein maupun vitamin dan mineral yang bila dikonsumsi dalam jumlah berimbang dapat
memenuhi kecukupan gizi yang dianjurkan dan bebas dari pencemaran (Badan Ketahanan
Pangan dan Pelaksanaan Penyuluhan Kab. Malang, 2011).
Berdasarkan hasil wawancara terungkap bahwa keluarga balita gizi buruk hanya
dapat mencukupi kebutuhan pangan minimal anak balita gizi buruk dan anggota keluarga
lainnya, orang tuanya hanya dapat mencukupi kebutuhan hidup berupa nasi dan sayur yang
secara rutin dikonsumsi, sementara untuk konsumsi protein hewani berupa telor, daging,
ayam, dan ikan jarang terpenuhi. Sehingga makanan Beragam, Bergizi dan Berimbang (3B)
ini sangat tidak terpenuhi. Oleh sebab itu untuk pencegahan dan penanganan balita gizi buruk
di Kabupaten Kepahiang, orang tua balita gizi buruk memanfaatkan pangan lokal, karena
tidak ada satu jenis pangan yang gizinya lengkap untuk mencukupi kebutuhan gizi, makin
beragam pangan yang dikonsumsi, makin tinggi kualitas zat gizi yang diperoleh sebagaimana
(Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksanaan Penyuluhan Kab. Malang, 2011). Namun dalam
pemberian asupan gizi kepada balita keseimbangan antara asupan gizi dengan kebutuhan,
keseimbangan antara jenis makanan dan waktu mengkonsumsi juga harus seimbang.
Keanekaragaman asupan gizi yang dikenal dengan Beragam, Bergizi dan
Berimbang (3B), dapat mencegah dan menangani balita gizi buruk di Kabupaten Kepahiang.
Hal ini dapat dilaksanakan oleh orang tua balita gizi buruk dan umumnya penduduk
Kabupaten Kepahiang, karena kondisi daerah yang subur sangat mendukung untuk
pengembangan pangan lokal, sehingga kebutuhan akan gizi keluarga khususnya balita gizi
buruk dapat dipenuhi.
203
Model Pencegahan dan Penanganan Balita Gizi Buruk Melalui Harmiati
Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu
Kesimpulan
1. Pencegahan dan penanganan balita gizi buruk melalui pemberdayaan orang tua balita gizi
buruk mengalami kendala karena pola asuh berdasarkan nilai-nilai budaya secara turun
temurun. Rendahnya tingkat pendidikan, usia kawin rendah, jumlah anak lebih dari 3
orang, pengolahan bahan makanan dan asupan gizi belum sesuai standar hidup sehat, dan
rendahnya frekuensi kunjungan ke Posyandu untuk menimbang bayi.
2. Hadirnya pihak luar sebagai fasilitator belum membuat keluarga balita gizi buruk
berdaya, dan mampu memahami diri sendiri, mereka masih merasa “minder” rendah diri,
masih takut. Sementara pihak luar sebagai fasilitator juga belum melakukan pendekatan
dari hati-kehati, belum memberikan pemahaman dan bimbingan secara kekeluargaan, hal
ini karena terbatasnya waktu untuk melakukan bimbingan dan penyuluhan. Akhirnya
hubungan dengan fasilitator belum bersifat setara, saling percaya, saling menghormati,
terbuka, serta saling belajar untuk tumbuh berkembang secara bersama-sama.
Daftar Pustaka
Bogdan, Robert dan Steven J. Taylor 1992, Introduction To Qualitative Research
Method, New York: John Willey Sons.
Harmiati, dkk, 2008 Kajian Pola Asuh dan Karakteristik Sosial Ekonomi Orang Tua
Balita Gizi Buruk di Kabupaten Kepahiang. Laopran Penelitian
Fundamental, LPPM UNIHAZ
Khumaidi, M 1989. Gizi Masyarakat ( E. Sambas, Penelaah). Dirjen Pendidikan
Tinggi, Pusat antar Universitas IPB, Bogor.
Moleong, Lexy J., (2000), Motodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Karya.
Suroto Eko, 2002, Materi Diklat Pemberdayaan Masyarakat Desa, yang diselenggarakan
Badan Diklat Provinsi Kaltim, Samarinda, hal. 1
A. Shepherd, (1998) Sustainable Rural Development Rural Development (London:
Macmillan Press), hal. 17
Vredenbreght, J., 1978 Metode Dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT.
Gramedia.
----------, 2011, Pola Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi, Berimbang, dan Aman, :
Diampaikan pada Sosialisasi P2KP Kabupaten Malang, Badan Ketahanan
Pangan dan Pelaksanaan Penyuluhan Kab. Malang.
204
205

More Related Content

What's hot

Analisis situasi daerah tinggi stunting
Analisis situasi daerah tinggi stuntingAnalisis situasi daerah tinggi stunting
Analisis situasi daerah tinggi stuntingSitiNgaisahSPdMPd
 
Jurnal pantangan perilaku pada ibu post partum
Jurnal pantangan perilaku pada ibu post partumJurnal pantangan perilaku pada ibu post partum
Jurnal pantangan perilaku pada ibu post partumnrukmana rukmana
 
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamil
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamilJurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamil
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamilnrukmana rukmana
 
Usaha Kesehatan Sekolah untuk kesehatan anak
Usaha Kesehatan Sekolah untuk kesehatan anakUsaha Kesehatan Sekolah untuk kesehatan anak
Usaha Kesehatan Sekolah untuk kesehatan anakSitiNgaisahSPdMPd
 
Bab 1 dan 2 distoro
Bab 1 dan 2 distoroBab 1 dan 2 distoro
Bab 1 dan 2 distoroyogi859225
 
Konsep dasar + asesmen + diagnosis
Konsep dasar + asesmen + diagnosisKonsep dasar + asesmen + diagnosis
Konsep dasar + asesmen + diagnosisKelinciTosca
 
Faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan
Faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusanFaktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan
Faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusanikawulandariseftiani
 
Revitalisasi Keluarga Berencana Sebagai Solusi Permasalahan Kemiskinan di Ind...
Revitalisasi Keluarga Berencana Sebagai Solusi Permasalahan Kemiskinan di Ind...Revitalisasi Keluarga Berencana Sebagai Solusi Permasalahan Kemiskinan di Ind...
Revitalisasi Keluarga Berencana Sebagai Solusi Permasalahan Kemiskinan di Ind...Candra Wiguna
 
Surveilans gizi
Surveilans giziSurveilans gizi
Surveilans giziPepi Umar
 
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...Sii AQyuu
 
Modul anticipatory guidance terhadap perubahan pola asuh orang tua yang
Modul anticipatory guidance terhadap perubahan pola asuh orang tua yangModul anticipatory guidance terhadap perubahan pola asuh orang tua yang
Modul anticipatory guidance terhadap perubahan pola asuh orang tua yangyaya' Suryaningsih
 

What's hot (17)

300-1134-1-PB.pdf
300-1134-1-PB.pdf300-1134-1-PB.pdf
300-1134-1-PB.pdf
 
Analisis situasi daerah tinggi stunting
Analisis situasi daerah tinggi stuntingAnalisis situasi daerah tinggi stunting
Analisis situasi daerah tinggi stunting
 
Jurnal pantangan perilaku pada ibu post partum
Jurnal pantangan perilaku pada ibu post partumJurnal pantangan perilaku pada ibu post partum
Jurnal pantangan perilaku pada ibu post partum
 
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamil
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamilJurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamil
Jurnal pantangan prilaku makan pada ibu hamil
 
Usaha Kesehatan Sekolah untuk kesehatan anak
Usaha Kesehatan Sekolah untuk kesehatan anakUsaha Kesehatan Sekolah untuk kesehatan anak
Usaha Kesehatan Sekolah untuk kesehatan anak
 
Bab 1 dan 2 distoro
Bab 1 dan 2 distoroBab 1 dan 2 distoro
Bab 1 dan 2 distoro
 
Program gizi buruk
Program gizi burukProgram gizi buruk
Program gizi buruk
 
Paper pak patra
Paper pak patraPaper pak patra
Paper pak patra
 
Konsep dasar + asesmen + diagnosis
Konsep dasar + asesmen + diagnosisKonsep dasar + asesmen + diagnosis
Konsep dasar + asesmen + diagnosis
 
Stunting
StuntingStunting
Stunting
 
Ppt proposal
Ppt proposalPpt proposal
Ppt proposal
 
Faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan
Faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusanFaktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan
Faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan
 
Revitalisasi Keluarga Berencana Sebagai Solusi Permasalahan Kemiskinan di Ind...
Revitalisasi Keluarga Berencana Sebagai Solusi Permasalahan Kemiskinan di Ind...Revitalisasi Keluarga Berencana Sebagai Solusi Permasalahan Kemiskinan di Ind...
Revitalisasi Keluarga Berencana Sebagai Solusi Permasalahan Kemiskinan di Ind...
 
Surveilans gizi
Surveilans giziSurveilans gizi
Surveilans gizi
 
Kejadian stunting
Kejadian stuntingKejadian stunting
Kejadian stunting
 
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
 
Modul anticipatory guidance terhadap perubahan pola asuh orang tua yang
Modul anticipatory guidance terhadap perubahan pola asuh orang tua yangModul anticipatory guidance terhadap perubahan pola asuh orang tua yang
Modul anticipatory guidance terhadap perubahan pola asuh orang tua yang
 

Similar to Model Pencegahan dan Penanganan Balita Gizi Buruk Melalui Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu

Faktor-Faktor Penyebab Tingginya Kasus Anak Balita Gizi Buruk di Kabupaten Ke...
Faktor-Faktor Penyebab Tingginya Kasus Anak Balita Gizi Buruk di Kabupaten Ke...Faktor-Faktor Penyebab Tingginya Kasus Anak Balita Gizi Buruk di Kabupaten Ke...
Faktor-Faktor Penyebab Tingginya Kasus Anak Balita Gizi Buruk di Kabupaten Ke...Triando Triando
 
Artikelilmiah 121024200214-phpapp02
Artikelilmiah 121024200214-phpapp02Artikelilmiah 121024200214-phpapp02
Artikelilmiah 121024200214-phpapp02melisa rahmiyanti
 
Triple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdfTriple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdfMursidTriSusilo2
 
PPT MI 1.pptx
PPT MI 1.pptxPPT MI 1.pptx
PPT MI 1.pptxrery3
 
Salinan PPT MI 1.pptx
Salinan PPT MI 1.pptxSalinan PPT MI 1.pptx
Salinan PPT MI 1.pptxSriMartini25
 
refleksi materi 1 upaya penanggulangan gizi buruk.ppt
refleksi materi 1 upaya penanggulangan gizi buruk.pptrefleksi materi 1 upaya penanggulangan gizi buruk.ppt
refleksi materi 1 upaya penanggulangan gizi buruk.pptAnisEkaSukmadadari1
 
MATERI DASHAT.pptx
MATERI DASHAT.pptxMATERI DASHAT.pptx
MATERI DASHAT.pptxAchmadAS
 
PENYEGARAN KADER POSYANDU-1.pptx
PENYEGARAN KADER POSYANDU-1.pptxPENYEGARAN KADER POSYANDU-1.pptx
PENYEGARAN KADER POSYANDU-1.pptxPuskesmasLelea
 
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdfellyaniabadi1
 
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING..pptx
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING..pptxPENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING..pptx
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING..pptxRidaNengsih
 
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hiPusdiklatKKB
 
Karakteristik Sosial Ekonomi Orang Tua Anak Balita Gizi Buruk di Kabupaten ...
Karakteristik Sosial Ekonomi Orang Tua  Anak Balita Gizi  Buruk di Kabupaten ...Karakteristik Sosial Ekonomi Orang Tua  Anak Balita Gizi  Buruk di Kabupaten ...
Karakteristik Sosial Ekonomi Orang Tua Anak Balita Gizi Buruk di Kabupaten ...Triando Triando
 
Makalah ph sebagian
Makalah ph sebagianMakalah ph sebagian
Makalah ph sebagianfajri ijrian
 
Critical Appraisal_Ni Nyoman Widya Kusuma W_42200455.pptx
Critical Appraisal_Ni Nyoman Widya Kusuma W_42200455.pptxCritical Appraisal_Ni Nyoman Widya Kusuma W_42200455.pptx
Critical Appraisal_Ni Nyoman Widya Kusuma W_42200455.pptxAnonymouscdLyeXKB
 

Similar to Model Pencegahan dan Penanganan Balita Gizi Buruk Melalui Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu (20)

Faktor-Faktor Penyebab Tingginya Kasus Anak Balita Gizi Buruk di Kabupaten Ke...
Faktor-Faktor Penyebab Tingginya Kasus Anak Balita Gizi Buruk di Kabupaten Ke...Faktor-Faktor Penyebab Tingginya Kasus Anak Balita Gizi Buruk di Kabupaten Ke...
Faktor-Faktor Penyebab Tingginya Kasus Anak Balita Gizi Buruk di Kabupaten Ke...
 
Artikelilmiah 121024200214-phpapp02
Artikelilmiah 121024200214-phpapp02Artikelilmiah 121024200214-phpapp02
Artikelilmiah 121024200214-phpapp02
 
Triple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdfTriple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdf
 
PPT MI 1.pptx
PPT MI 1.pptxPPT MI 1.pptx
PPT MI 1.pptx
 
Salinan PPT MI 1.pptx
Salinan PPT MI 1.pptxSalinan PPT MI 1.pptx
Salinan PPT MI 1.pptx
 
BAB I gizi
BAB I giziBAB I gizi
BAB I gizi
 
Sumberdaya dalam Intervensi
Sumberdaya dalam IntervensiSumberdaya dalam Intervensi
Sumberdaya dalam Intervensi
 
refleksi materi 1 upaya penanggulangan gizi buruk.ppt
refleksi materi 1 upaya penanggulangan gizi buruk.pptrefleksi materi 1 upaya penanggulangan gizi buruk.ppt
refleksi materi 1 upaya penanggulangan gizi buruk.ppt
 
Fioni Mk Kkp Gizi.docx
Fioni Mk Kkp Gizi.docxFioni Mk Kkp Gizi.docx
Fioni Mk Kkp Gizi.docx
 
faktor stunting
faktor stuntingfaktor stunting
faktor stunting
 
MATERI DASHAT.pptx
MATERI DASHAT.pptxMATERI DASHAT.pptx
MATERI DASHAT.pptx
 
PENYEGARAN KADER POSYANDU-1.pptx
PENYEGARAN KADER POSYANDU-1.pptxPENYEGARAN KADER POSYANDU-1.pptx
PENYEGARAN KADER POSYANDU-1.pptx
 
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
 
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING..pptx
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING..pptxPENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING..pptx
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING..pptx
 
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
 
Karakteristik Sosial Ekonomi Orang Tua Anak Balita Gizi Buruk di Kabupaten ...
Karakteristik Sosial Ekonomi Orang Tua  Anak Balita Gizi  Buruk di Kabupaten ...Karakteristik Sosial Ekonomi Orang Tua  Anak Balita Gizi  Buruk di Kabupaten ...
Karakteristik Sosial Ekonomi Orang Tua Anak Balita Gizi Buruk di Kabupaten ...
 
Makalah ph sebagian
Makalah ph sebagianMakalah ph sebagian
Makalah ph sebagian
 
Makalah keperawatan anak
Makalah keperawatan anakMakalah keperawatan anak
Makalah keperawatan anak
 
Posyandu Keluarga.pptx
Posyandu Keluarga.pptxPosyandu Keluarga.pptx
Posyandu Keluarga.pptx
 
Critical Appraisal_Ni Nyoman Widya Kusuma W_42200455.pptx
Critical Appraisal_Ni Nyoman Widya Kusuma W_42200455.pptxCritical Appraisal_Ni Nyoman Widya Kusuma W_42200455.pptx
Critical Appraisal_Ni Nyoman Widya Kusuma W_42200455.pptx
 

Recently uploaded

TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxMOHDAZLANBINALIMoe
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAAmmar Ahmad
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxsalmnor
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...MuhammadSyamsuryadiS
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 

Recently uploaded (20)

TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 

Model Pencegahan dan Penanganan Balita Gizi Buruk Melalui Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu

  • 1. MODEL PENCEGAHAN DAN PENANGANAN BALITA GIZI BURUK MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU Oleh: Harmiati *) Abstrak Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam pencegahan dan penanganan balita gizi buruk antara lain; perawatan gratis di Puskesmas dan Rumah Sakit, serta Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Balita gizi buruk yang mendapat bantuan sebagian besar dapat disembuhkan, tetapi kasus-kasus baru muncul kadang kala lebih banyak, sehingga seolah-oleh pencegahan dan penanganan tidak berhasil karena jumlah kasus anak balita gizi buruk belum dapat ditekan secara berarti. Oleh sebab itu, diperlukan pemberdayaan orang tua balita gizi buruk yang setara antar pemerintah, masyarakat dan pihak lain sebagai fasilitator, karena setiap orang mempunyai kearifan yang perlu dibangkitkan dan dihargai dalam proses pencegahan dan penanganan kasus anak balita gizi buruk, melalui kegiatan pemberian pengetahuan, wawasan, harga diri, kemampuan, kompetensi, motivasi, dan kreasi orang tua balita gizi buruk tentang pengasuhan anak balita, pengolahan pangan lokal bergizi dan pemberian asupan gizi secara Beragam, Bergizi dan Berimbang (3B) sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang anak balita, maka pencegahan dan penanganan kasus anak balita gizi buruk dapat berarti. Pendahuluan Latar Belakang Masalah gizi merupakan persoalan yang klasik disebabkan oleh ketidakcukupan asupan makanan dan penyakit infeksi yang merupakan penyebab langsung. Sedangkan faktor yang mempengaruhi secara tidak langsung adalah ketersediaan pangan pada tingkat rumah tangga, ketersediaan pelayanan kesehatan, pola asuh yang tidak memadai. Keadaan gizi masyarakat khususnya gizi anak balita mempengaruhi tingkat kesehatan dan usia harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan keberhasilan Pembangunan manusia yang dikenal dengan istilah Human Development Index (HDI). Sejak tahun 1998 pemerintah berupaya melaksanakan program penanggulangan anak balita gizi buruk melalui kegiatan penjaringan kasus, rujukan, perawatan gratis di Puskesmas maupun Rumah Sakit, Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Namun sebagian besar upaya tersebut nampaknya belum dapat mengatasi masalah dan meningkatkan kembali status gizi anak balita. Anak balita gizi buruk yang mendapat bantuan sebagian besar dapat disembuhkan, tetapi kasus-kasus baru muncul yang terkadang malah lebih banyak, sehingga terkesan penanggulangan anak balita gizi buruk belum dapat ditekan secara berarti. Berdasarkan Riset Kesehatan Daerah Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan tahun 2010, tingkat prevalensi gizi buruk nasional menurun dari 5,4 persen tahun 2007 menjadi 4,9 persen tahun 2010. Walaupun demikian, masih ada kesenjangan antar provinsi Kompas 12 Mei 2010. Di Kabupaten Kepahiang pada tahun 2007 sampai tahun 2008 terdapat 20 kasus anak balita gizi buruk, dan pada tahun 2009 kasus balita gizi buruk meningkat dengan tajam menjadi 31 kasus balita gizi buruk dan 29 kasus anak balita gizi kurang (Harmiati, dkk., 2008, 2010). Berbagai program yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Kepahiang antara lain; pemberian makanan tambahan, penyuluhan dan pengobatan gratis, serta pemberian bantuan lainnya. *) Dosen FISIPOL Universitas Prof. DR. Hazairin, SH Bengkulu 199
  • 2. Model Pencegahan dan Penanganan Balita Gizi Buruk Melalui Harmiati Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu Kasus anak balita gizi buruk tidak secara serta-merta terjadi karena berdasarkan hasil pemantauan di lapangan, seorang bayi yang dilahirkan dalam keadaan normal baik berat badannya maupun panjang badan. Namun setelah beberapa bulan dalam pengasuhan ibu dan keluarga, bayi menderita gizi buruk. Oleh sebab itu, kajian tentang Pencegahan dan Penanganan Anak Balita Gizi Buruk melalui Pemberdayaan Masyarakat merupakan permasalahan yang menarik untuk dikaji. Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya menunjukkan bahwa berbagai masalah yang dihadapi dalam pencegahan dan penanggulangan balita gizi buruk antara lain; pemberdayaan orang tua balita gizi buruk belum optimal, pemberian rujukan dan perawatan gratis kepada anak balita gizi buruk baik di Puskesmas maupun Rumah Sakit juga belum berjalan dengan baik, demikian juga dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT), sehingga kasus anak balita gizi buruk belum dapat teratasi. Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang bagaimana model Pencegahan dan Penanganan Anak Balita Gizi Buruk melalui Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Kepahiang berkaitan dengan aspek; pola pengasuhan anak, pengolahan pangan lokal, dan penganekaragaman pangan lokal beragam, bergizi dan berimbang. Tujuan dan Manfaat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Model Pencegahan dan Penanganan Balita Gizi Buruk melalui Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Kepahiang berkaitan dengan pengasuhan anak balita, pengolahan pangan lokal bergizi, serta penganekaragaman pangan lokal beragam bergizi dan berimbang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pembuat kebijakan, pembangunan ilmu pengetahuan terutama bidang kesehatan dan peningkatan status gizi anak balita khususnya. Metode Penelitian Sifat Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu langsung mengarahkan pada keadaan dan pelaku-pelaku tanpa mengurangi unsur-unsur yang ada di dalamnya, dengan menggunakan pendekatan kualitatif dapat dipahami Model Pencegahan dan Penanganan Anak Balita Gizi Buruk berbasis pemberdayaan masyarakat (community empowering). Metode ini tertangkap dengan menggunakan metode kualitatif (Bogdan dan Taylor, 1975). Penelitian ini merupakan studi kasus yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai obyek yang bersangkutan (Vredenbregt, 1978). Penentuan Informan Mengingat data yang diperlukan adalah data tentang Pencegahan dan Penanganan Anak Balita Gizi Buruk, maka penentuan informan untuk penelitian ini secara purposive. Informan terbagi menjadi dua kelompok, yaitu: a. Kelompok informan yang berkenaan dengan pimimpinan formal seperti, Kepala Desa, Tim Penggerak PKK, Bidan Desa dan Kader Posyandu, b. Kelompok informan yang kedua adalah orang tua balita gizi buruk. Penentuan kelompok informan ini dilandasi oleh suatu pertimbangan bahwa mereka memiliki pengalaman hidup dan pengetahuan yang cukup memadai berkaitan dengan pencegahan dan penanganan anak balita gizi buruk. 200
  • 3. Inspirasi Inspirasi, Vol.20. No.2, Juni 2011: 199- 204 Jurnal Ilmiah Multi Science Universitas Muhammadiyah Bengkulu Teknik Analisis Data Analisa data dalam penelitian ini adalah kualitatif yang pada hakekatnya dilakukan secara terus-menerus sejak awal sampai akhir penelitian. Dalam analisis ini data disusun, digolongkan dalam pola, tema atau kategori tertentu (Robert dan Taylor, 1992, Moleong, 2000) Pembahasan Pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan, memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap permasalahan yang dihadapi dalam menjalani kehidupan. Pemberdayaan juga dipahami sebagai proses memfasilitasi warga masyarakat secara bersama-sama pada sebuah kepentingan bersama atau urusan yang secara kolektif dapat mengidentifikasi sasaran, mengumpulkan sumber daya, mengerahkan suatu kampanye aksi dan oleh karena itu membantu menyusun kembali kekuatan dalam komunitas (Suroto Eko, 2002;1). Jadi pemberdayaan masyarakat merupakan proses memampukan masyarakat untuk dapat berbuat secara mandiri. Menurut A. Shepherd, Sustainable Rural Development (1998; 17) terdapat paradigma baru dalam pemberdayaan masyarakat desa yaitu; a) pertumbuhan yang berkualitas dan berkelanjutan, b) proses keterlibatan warga yang marginal dalam pengambilan keputusan, c) menonjolkan nilai-nilai kebebasan, otonomi, harga diri, d) negara membuat lingkungan yang memungkinkan, e) pengembangan institusi lokal untuk ketahanan sosial, f) penghargaan terhadap kearifan dan teknologi lokal pengembangan teknologi secara partisipatoris, g) penguatan institusi untuk melindungi aset komunitas miskin, h) pembangunan adalah proses multidimensi dan sering tidak nyata yang dirumuskan oleh rakyat, i) menyeluruh, j) organisasi belajar non-hierarkis, k) peran negara menciptakan kerangka legal yang kondusif, l) membagikan kekuasaan, mendorong tumbuhnya institusi-institusi masyarakat. Dari hasil penelitian tentang pemberdayaan orang tua balita gizi buruk dalam pencegahan dan penanganan anak balita gizi buruk terungkap bahwa pola asuh orang tua balita gizi buruk berdasarkan nilai-nilai budaya secara turun temurun. Aktivitas pengasuhan anak balita dilakukan ibu dan keluarga berdasarkan kebiasaan dan adat-istiadat, hal ini karena rendahnya tingkat pendidikan orang tua balita gizi buruk. Hampir 90,00 persen orang tua balita gizi buruk tidak tamat SD bahkan terdapat beberapa orang yang buta huruf. Demikian juga dengan usia kawin rata-rata rendah kurang dari 16 tahun, dan memiliki anak lebih dari 3 orang bahkan terdapat beberapa keluarga yang memiliki anak lebih dari 6 orang. Di samping itu, pengolahan bahan makanan secara tradisional dan pemberian asupan gizi kepada anak balita kurang berimbang beragam dan bergizi. Orang tua balita gizi buruk juga jarang membawa bayi (anak) ke Posyandu karena takut anaknya sakit panas dan lain sebagainya. Dalam konteks pemberdayaan masyarakat terkait dengan pencegahan dan penanganan anak balita gizi buruk, secara principle terkait dengan upaya memenuhi kebutuhan (needs) orang tua balita gizi buruk. Namun persoalannya kualitas sumber daya untuk pencegahan dan penanganan anak balita gizi buruk itu sangat terbatas (constrain). Untuk meyakinkan dan memampukan orang tua balita gizi buruk dalam merubah pola pikir dan kebiasaan mengalami banyak kendala karena kualitas sumber daya orang balita gizi buruk sangat rendah dan terbelenggu dengan adat istiadat. 201
  • 4. Model Pencegahan dan Penanganan Balita Gizi Buruk Melalui Harmiati Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu Dalam konteks pencegahan dan penanganan anak balita gizi buruk sumber daya bukan hanya terbatas dan langka, melainkan ada problem struktural, kondisi struktural yang timpang pada keluarga balita gizi buruk merupakan kendala dalam membangun kekuatan dari dalam lingkungan keluarga, sehingga membutuhkan “intervensi” dari luar. Hadirnya pihak luar (pemerintah, LSM, organisasi masyarakat sipil, organisasi agama, perguruan tinggi, dan lain-lain) ditengah-tengah keluarga balita gizi buruk bertindak sebagai fasilitator (katalisator) yang memudahkan, menggerakkan, mengorganisir, menghubungkan, memberi ruang, mendorong, membangkitkan orang tua balita gizi buruk dan keluarganya dalam pencegahan dan penanganan anak balita gizi buruk. Hadirnya pihak luar sebagai fasilitator belum membuat keluarga balita gizi buruk berdaya, dan mampu memahami diri sendiri, mereka masih merasa “minder” rendah diri, masih takut. Sementara pihak luar sebagai fasilitator juga belum melakukan pendekatan dari hati-kehati, belum memberikan pemahaman dan bimbingan secara kekeluargaan, hal ini karena terbatasnya waktu untuk melakukan bimbingan dan penyuluhan. Akhirnya hubungan dengan fasilitator belum bersifat setara, saling percaya, saling menghormati, terbuka, serta saling belajar untuk tumbuh berkembang secara bersama-sama. Dalam konteks pemberdayaan orang tua balita gizi buruk mengikuti Suroto Eko, (2002;2) pemberdayaan secara psikologis-personal, fasilitator seperti tim penggerak PKK, kader posyandu bertugas mengembangkan pengetahuan, wawasan, harga diri, kemampuan, kompetensi, motivasi, dan kreasi orang tua balita gizi buruk dalam pencegahan dan penanganan anak balita gizi buruk, secara personal fasilitator benar-benar memberi penyadaran orang tua balita gizi buruk untuk merubah pola pikir dan perilaku pengasuhan, perawatan dan pemberian asupan gizi kepada anak balita. Di samping itu, diperlukan juga pemberdayaan struktural-personal untuk membangkitkan kesadaran kritis orang tua balita gizi buruk dalam menganalisis lingkungan kehidupan yang mempengaruhi yang menjadi penyebab munculnya kasus anak balita gizi buruk. Namun pemberdayaan orang tua balita gizi buruk tidak bisa hanya diletakkan pada kemampuan dan mental diri individu, tetapi harus diletakkan pada konteks relasi kekuasaan yang lebih besar, dimana setiap individu berada di dalamnya. Pemberdayaan orang tua balita gizi buruk dalam pengasuhan anak balita gizi buruk secara psikologis-personal, fasilitator seperti tim penggerak PKK, kader posyandu bertugas mengembangkan pengetahuan, wawasan, harga diri, kemampuan, kompetensi, motivasi, dan kreasi kepada orang tua balita gizi buruk sejak bayi dilahirkan mulai mengajari bayinya menghisap air susu, dan melatih fungsi fisik dan psikisnya agar anak siap menghadapi tuntutan-tuntutan hidup atau kebutuhan hidupnya, membawa anak balita ke Posyandu, dan memanfaatkan fasilitas pengobatan gratis. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan hidupnya dengan kesanggupannya sendiri. Fasilitator juga diharapkan memberikan pengetahuan, wawasan, harga diri, kemampuan, kompetensi, motivasi, dan kreasi kepada orang tua balita gizi buruk tentang pola pengasuhan anak balita dari tahap pertama ketika anak berusia 0-1 tahun, tahap kedua ketika anak berusia 1-3 tahun dan tahap ketiga pada saat anak berusia 3-5 tahun. Pada anak usia 0-1 anak dilatih menyusu dan diperkenalkan dengan kebiasaan makan, anak diberi waktu yang cukup untuk tidur, dijaga kebersihan pakaian dan lingkungan sekitar tempat tidur. Pada usia 1 sampai 3 tahun anak merupakan usia pembentukan dan pertumbuhan 202
  • 5. individu baik kesanggupan untuk tumbuh dan berkembang secara fisik dan psikis. Pada usia 3-5 tahun berkembang penalaran seorang anak. Inspirasi Inspirasi, Vol.20. No.2, Juni 2011: 199- 204 Jurnal Ilmiah Multi Science Universitas Muhammadiyah Bengkulu Demikian juga dengan pengolahan pangan lokal bergizi merupakan aspek yang menentukan dalam pencegahan dan penanganan kasus anak balita gizi buruk. Fasilitator memegang peranan yang penting dalam pemberian pengetahuan, wawasan, motivasi, dan kreasi kepada orang tua balita gizi buruk dalam pengolahan sumber pangan lokal yang kaya dengan protein hewani dan nabati serta muda didapat dengan memanfaatkan potensi sumber daya lingkungan. Pengembangan pangan lokal dengan pemanfaatan potensi sumber daya lingkungan semestinya akan dapat meningkatkan gizi keluarga dan khususnya gizi anak balita, sehingga kasus balita gizi buruk dapat dicegah dan ditangani secara seksama, karena Kabupaten Kepahiang merupakan daerah yang subur banyak tersedia pangan lokal bergizi. Di samping itu, pemberian asupan gizi secara beragam, bergizi dan berimbang akan dapat melakukan pencegahan dan penanganan anak balita gizi buruk, fasilitator juga diharapkan memberi penyuluhan bimbingan kepada orang tua balita gizi buruk untuk merubah pola pikir dan perilaku dalam pemberian asupan gizi kepada anak balita. Anak balita dalam proses pertumbuhannya memerlukan asupan gizi secara berimbang agar dapat hidup sehat, dan aktif. Untuk itu diperlukan komposisi makanan yang sesuai dengan komposisi Beragam, Bergizi, Berimbang, dan Aman (3B-A) yang terdiri dari; karbohidrat, protein maupun vitamin dan mineral yang bila dikonsumsi dalam jumlah berimbang dapat memenuhi kecukupan gizi yang dianjurkan dan bebas dari pencemaran (Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksanaan Penyuluhan Kab. Malang, 2011). Berdasarkan hasil wawancara terungkap bahwa keluarga balita gizi buruk hanya dapat mencukupi kebutuhan pangan minimal anak balita gizi buruk dan anggota keluarga lainnya, orang tuanya hanya dapat mencukupi kebutuhan hidup berupa nasi dan sayur yang secara rutin dikonsumsi, sementara untuk konsumsi protein hewani berupa telor, daging, ayam, dan ikan jarang terpenuhi. Sehingga makanan Beragam, Bergizi dan Berimbang (3B) ini sangat tidak terpenuhi. Oleh sebab itu untuk pencegahan dan penanganan balita gizi buruk di Kabupaten Kepahiang, orang tua balita gizi buruk memanfaatkan pangan lokal, karena tidak ada satu jenis pangan yang gizinya lengkap untuk mencukupi kebutuhan gizi, makin beragam pangan yang dikonsumsi, makin tinggi kualitas zat gizi yang diperoleh sebagaimana (Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksanaan Penyuluhan Kab. Malang, 2011). Namun dalam pemberian asupan gizi kepada balita keseimbangan antara asupan gizi dengan kebutuhan, keseimbangan antara jenis makanan dan waktu mengkonsumsi juga harus seimbang. Keanekaragaman asupan gizi yang dikenal dengan Beragam, Bergizi dan Berimbang (3B), dapat mencegah dan menangani balita gizi buruk di Kabupaten Kepahiang. Hal ini dapat dilaksanakan oleh orang tua balita gizi buruk dan umumnya penduduk Kabupaten Kepahiang, karena kondisi daerah yang subur sangat mendukung untuk pengembangan pangan lokal, sehingga kebutuhan akan gizi keluarga khususnya balita gizi buruk dapat dipenuhi. 203
  • 6. Model Pencegahan dan Penanganan Balita Gizi Buruk Melalui Harmiati Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu Kesimpulan 1. Pencegahan dan penanganan balita gizi buruk melalui pemberdayaan orang tua balita gizi buruk mengalami kendala karena pola asuh berdasarkan nilai-nilai budaya secara turun temurun. Rendahnya tingkat pendidikan, usia kawin rendah, jumlah anak lebih dari 3 orang, pengolahan bahan makanan dan asupan gizi belum sesuai standar hidup sehat, dan rendahnya frekuensi kunjungan ke Posyandu untuk menimbang bayi. 2. Hadirnya pihak luar sebagai fasilitator belum membuat keluarga balita gizi buruk berdaya, dan mampu memahami diri sendiri, mereka masih merasa “minder” rendah diri, masih takut. Sementara pihak luar sebagai fasilitator juga belum melakukan pendekatan dari hati-kehati, belum memberikan pemahaman dan bimbingan secara kekeluargaan, hal ini karena terbatasnya waktu untuk melakukan bimbingan dan penyuluhan. Akhirnya hubungan dengan fasilitator belum bersifat setara, saling percaya, saling menghormati, terbuka, serta saling belajar untuk tumbuh berkembang secara bersama-sama. Daftar Pustaka Bogdan, Robert dan Steven J. Taylor 1992, Introduction To Qualitative Research Method, New York: John Willey Sons. Harmiati, dkk, 2008 Kajian Pola Asuh dan Karakteristik Sosial Ekonomi Orang Tua Balita Gizi Buruk di Kabupaten Kepahiang. Laopran Penelitian Fundamental, LPPM UNIHAZ Khumaidi, M 1989. Gizi Masyarakat ( E. Sambas, Penelaah). Dirjen Pendidikan Tinggi, Pusat antar Universitas IPB, Bogor. Moleong, Lexy J., (2000), Motodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Karya. Suroto Eko, 2002, Materi Diklat Pemberdayaan Masyarakat Desa, yang diselenggarakan Badan Diklat Provinsi Kaltim, Samarinda, hal. 1 A. Shepherd, (1998) Sustainable Rural Development Rural Development (London: Macmillan Press), hal. 17 Vredenbreght, J., 1978 Metode Dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia. ----------, 2011, Pola Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi, Berimbang, dan Aman, : Diampaikan pada Sosialisasi P2KP Kabupaten Malang, Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksanaan Penyuluhan Kab. Malang. 204
  • 7. 205