1. 1STIKes Dharma Husada Bandung
PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMIL
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GRIYA ANTAPANI BANDUNG
TAHUN 2017
Ermiati, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat1
Ira Kartika, S.ST., M.Keb2
,
Nurjana Lamangga S.Kep3 123
Program studi S1 Ilmu Keperawatan
STIKes Dharma Husada Bandung Jl. Terusan Jakarta 75 Bandung
ABSTRAK
Budaya dapat menyediakan suatu kerangka yang koheren dalam praktik budaya yang berpengaruh
secara negatif terhadap perilaku kesehatan ibu hamil, sehingga berisiko lebih besar untuk mengalami
anemia, infeksi pada saat persalinan dan BBLR. Angka kejadian BBLR di Jawa Barat sebanyak 58
kasus. Hal tersebut terjadi karena kekurangan gizi yang didasari oleh perilaku makan pada ibu hamil.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah perilaku makan berdasarkan praktik budaya
sunda pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung. Jenis penelitian deskriptif
dengan pendekatan survey deskriptif. Populasi penelitian sebanyak 32, dengan teknik purposive
sampling sehingga diperoleh 32 responden. Instrumen pada penelitian ini menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukan rata-rata ibu hamil usia 26-35 tahun sebanyak 18 orang (56,3%), status
pekerjaan tidak bekerja yaitu 26 orang (81,3%), dan pendidikan ibu menengah sebanyak 18 orang
(56,3%). Pantangan Makan Dalam Praktik Budaya Sunda yaitu ada pantangan makan pada ibu hamil
yaitu pisang dempet sebanyak 27 orang (84,4%), pantangan makanan lainnya yaitu tape dan keong
mas masing-masing sebanyak 16 orang (50,0%). sebanyak 18 orang (56,3%) yang dilihat dari 5 kategori
nilai terbesar yaitu pantang makan nanas, durian, pisang dempet, daging kambing, dan pantangan lain
makan menggunakan piring besar, serta makan tape dan keong. Kesimpulan ada pantang makan pada
ibu hamil yaitu nanas, durian, pisang dempet, daging kambing, dan makan menggunakan piring besar.
Oleh karena itu pihak puskesmas dapat melakukan penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil untuk
memberikan pengetahuan mengenai kesehatan kehamilannya dalam konteks budaya sunda terutama
pada pantangan makan.
Culture can provide a coherent framework or harmony and cohesion between communities.
Culture can provide a coherent framework within cultural practices that adversely affect the health
behavior of pregnant women, thus at greater risk for experiencing anemia, infection during delivery
and low birth weight. The incidence of LBW in West Java were 58 cases. This happens due to
malnutrition based on the eating behavior in pregnant women. This study aims to determine how the
feeding behavior by Sundanese culture practices in among pregnant women in Puskesmas Antapani
Griya Bandung. Descriptive research with a descriptive survey approach. The study population were
32, with a purposive sampling techniques in order to obtain 32 respondents. Instruments in this study
using a questionnaire. The results showed the average maternal age of 26-35 years as many as 18
people (56.3%), employment status does not work with 26 votes (81.3%), and secondary maternal
education as many as 18 people (56.3%) , Abstinence Spot in Practice Sundanese culture that is no
prohibition on pregnant women eat bananas attached that as many as 27 people (84.4%), other food
taboos that tape and snails each as many as 16 people (50.0%). as many as 18 people (56.3%) were
seen from 5 categories of greatest value is to abstain from eating pineapple, durian, bananas attached,
mutton, and other taboo to eat using a large plate, and eat tape and conch. Conclusion No abstinence
eat in pregnant women are pineapple, durian, bananas attached, goat meat, and eat using a large plate.
Therefore, the clinic can perform health education for pregnant women to provide knowledge about the
health of her pregnancy in the context of Sundanese culture, especially on restrictions to eat.
Kata Kunci : Budaya Sunda, Ibu Hamil, Perilaku Makan
2. 2STIKes Dharma Husada Bandung
PENDAHULUAN
Kematian ibu masih merupakan masalah besar
yang dihadapi berbagai negara di dunia
terutama negara berkembang. Menurut Badan
Kesehatan Dunia (WHO), angka kematian ibu
di seluruh dunia diperkirakan 400/100.000
kelahiran hidup. Berdasarkan wilayah, di
negara berkembang 440/100.000 kelahiran
hidup, di Afrika 830/100.000 kelahiran hidup,
di Asia, 330/100.000 kelahiran hidup dan Asia
Tenggara 210/100.000 kelahiran hidup.
Indonesia termasuk dalam 13 negara
penyumbang angka kematian ibu terbesar di
dunia (WHO, 2012).
Berdasarkan hasil Survey Demografi
Kesehatan Indonesia tahun 2013-2015 angka
kematian ibu di Indonesia adalah 307/100.000
kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan
target yang ingin dicapai oleh pemerintah pada
tahun 2010 sebesar 125/100.000 kelahiran
hidup angka tersebut masih tergolong tinggi
(SDKI, 2015).
Data di Jawa Barat angka kematian ibu
menurun dari 1054 kematian Ibu di 2012
menjadi 776 kematian Ibu di 2014, Sedangkan
di Kota Bandung 2010-2015, kematian ibu
terdapat sebanyak 21 kasus, kematian bayi
terdapat 43 kasus. Pada tahun 2013-2009
kematian ibu sebanyak 24 kasus, dan angka
kejadian bayi lahir rendah sebanyak 58 kasus.
(Dinas Kesehatan Kota Bandung, 2015).
Kematian ibu masih merupakan masalah besar
yang dihadapi di dunia yang dipandang
Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku
dengan latar belakang budaya berbeda yang
salah satunya adalah budaya sunda sebagai
faktor pengaruh terhadap tingkah laku
kehidupan masyarakat, termasuk perilaku
kesehatan terutama kesehatan ibu dan anak.
Banyak praktik budaya yang berpengaruh
secara negatif terhadap perilaku kesehatan
masyarakat, sehingga berisiko lebih besar
untuk mengalami infeksi pada saat persalinan.
Pada beberapa budaya, pantang makan pada ibu
hamil dapat berpengaruh terhadap asupan gizi
(Rina, 2013).
Tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah
sangat mempengaruhi kesehatan ibu. Di
Nigeria, masyarakat yang berpengetahuan
rendah akan pasrah pada sayatan gishiri yang
merupakan tindakan pembedahan pada vagina
yang dilakukan oleh dukun beranak pada kasus
persalinan macet. Persepsi masyarakat terhadap
kematian ibu sebagian besar diwarnai oleh
penyebab seperti: agama, kepercayaan dan
faktor supranatural. Persepsi tersebut
menyebabkan perhatian terhadap kesehatan ibu
menjadi lebih rendah. Masyarakat akan
bersikap pasrah jika dihadapkan pada ibu yang
mengalami gawat pada saat hamil saat
melahirkan. Berdasarkan pada aspek budaya
pola penyesuaian pada kehamilan (Marta,
2014).
Ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan
sengaja harus mengurangi makannya agar bayi
yang dikandungnya kecil dan mudah
dilahirkan. Di daerah Subang, ibu hamil
pantang makan dengan menggunakan piring
yang besar Karena khawatir bayinya akan besar
sehingga akan mempersulit persalinan. Selain
itu, larangan untuk memakan buah-buahan
seperti pisang, nenas, ketimun dan lain-lain
bagi wanita hamil juga masih dianut oleh
beberapa kalangan masyarakat terutama
masyarakat di daerah pedesaan (Wibowo,
2013).
Pengetahuan ibu dapat mempengaruhi gizi ibu
hamil, diantaranya adalah berat badan, budaya
pantang makan, status ekonomi, pengetahuan
zat gizi dalam makanan, umur, suhu
lingkungan, serta status kesehatan. Gizi kurang
pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan
komplikasi pada ibu antara lain : anemia,
pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah
secara normal, dan terkena penyakit infeksi.
Pengaruh gizi kurang terhadap proses
persalinan dapat mengakibatkan persalinan
sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya
(premature), pendarahan setelah persalinan,
serta persalinan dengan operasi cenderung
meningkat. Kekurangan gizi pada ibu hamil
juga dapat mempengaruhi proses pertumbuhan
janin dan dapat menimbulkan keguguran,
abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal,
cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra
partum (mati dalam kandungan), lahir dengan
berat badan lahir rendah (BBLR) (Kristianasari,
2013).
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh.
budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-
budaya ini tersebar dan meliputi banyak
kegiatan sosial manusia. Citra budaya yang
bersifat memaksa tersebut membekali anggota-
anggotanya dengan pedoman mengenai
perilaku yang layak dan menetapkan dunia
makna dan nilai logis yang dapat dipinjam
anggota-anggotanya yang paling bersahaja
3. 3STIKes Dharma Husada Bandung
untuk memperoleh rasa bermartabat dan
pertalian dengan hidup berbudaya (Munandar,
2013).
Dengan demikian, budayalah yang
menyediakan suatu kerangka yang koheren
(keserasian atau ke kompakan) untuk
mengorganisasikan pantangan seseorang dan
memungkinkannya meramalkan perilaku orang
lain. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan
memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi
sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam
pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak
(Ahmadi, 2012).
Membicarakan mengenai mitos dan fakta
seputar kehamilan maupun kelahiran memang
tidak akan pernah ada habisnya. Mitos telah
menjadi adat istiadat yang bersifat turun
temurun dari orang tua kita terdahulu, menjadi
suatu hal yang biasa dan sangat mereka yakini,
sehingga sosial budaya yang diduga ikut
mempengaruhi status kesehatan masyarakat
termasuk didalamnya Kesehatan Ibu Anak
(KIA). Perkataan lain, bahwa tinggi rendahnya
status kesehatan suatu masyarakat bukanlah
hasil dari upaya seperti perbaikan ekonomi dan
faktor medis saja, tetapi tinggi rendahnya status
kesehatan masyarakat adalah hasil dari
berbagai faktor termasuk faktor budaya seperti
pantangan atau larangan-larang yang harus
diikut sertakan dengan pandangan ibu hamil
terhadap budaya. Untuk itu pemahaman tentang
faktor non medis yang merupakan kearifan
budaya masyarakat setempat terkait dengan
masalah kesehatan ibu terutama saat masa
kehamilan perlu diperhatikan.
Demikian setiap orang dari masing-masing
pandangan dilihat dari segi budaya mengetahui
dan dapat mendefinisikan cara-cara sesuai
pengalaman dan persepsi mereka terhadap
dunia keperawatan dan dapat menghubungkan
pengalaman dan persepsi mereka terhadap
keyakinan sehat secara umum dan praktiknya.
Maka, teori ini dikembangkan dari konteks
budaya. Kultur yang dimaksud adalah
pembelajaran, pertukaran dan transmisi nilai-
nilai, keyakinan-keyakinan, norma-norma dan
praktik hidup dari suatu kelompok khusus yang
menjadi petunjuk berpikir, mengambil
keputusan, dan tindakan-tindakan dalam pola-
pola tertentu (Nursalam, 2013)
Menurut Leininger dan Marilyn R. Mc.Farland,
(2006), dalam tulisan memberi nama model
dari teori Culture Care/ Budaya Lokal
“Sunrise model”. Model ini mempunyai 7
pandangan dunia dan level sistem sosial,
mengenai dunia diluar budaya, suatu
suprasistem, dalam sistem umum. menyediakan
pengetahuan tentang individu, keluarga,
kelompok dan institusi pada sistem pelayanan
kesehatan yaitu untuk menyediakan langkah-
langkah perawatan yang selaras dengan
individu atau kelompok budaya kepercayaan,
praktik, dan nilai-nilai. Menciptakan budaya
kongruen perawatan jangka panjang, yang
merupakan tujuan utama transkultural
keperawatan praktik budaya perawatan
sebangun adalah mungkin bila tindakan terjadi
dalam hubungan perawat-klien. Pada level ini
unsur budaya mulai tampak jelas, khususnya
budaya tertentu, ekspresi dan hubungannya
dengan pelayanan kesehatan yang sudah ada.
Level tiga, fokus pada sistem budaya lokal,
tradisi, yang ada dimasyarakat, sistem
pelayanan professional, medis dan
keperawatan. Informasi pada level ini
menunjukkan karakteristik tiap sistem
termasuk kekhususan masing-masing,
kesamaan dan perbedaan pelayanan
berdasarkan budaya profesi yang bervariasi dan
pelayanan universal. Ada pengambilan
keputusan keperawatan dan tindakan-tindakan,
melibatkan kultur penyediaan atau
mempertahankan pelayanan, kultur pelayanan
akomodasi/ negosiasi & kultur pelayanan
dipola kembali atau restrukturisasi (Nursalam,
2013).
Menurut hasil penelitian Suryawati (2007)
Faktor Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan
Kehamilan, Persalinan, dan Pasca Persalinan
(Studi di Kecamatan Bangsri Kabupaten
Jepara) menemukan hasil hampir 65% Perilaku
positif yang masih dijalankan oleh sebagian
besar responden seperti halnya kebiasaan para
ibu dari suku tersebut setelah melahirkan yaitu
kebiasaan minum jamu dengan tujuan agar ASI
mereka lancar serta untuk menjaga kesehatan
dan kebugaran ibu. Jamu wejah diminum agar
ASI lancar dan jamu beras kencur agar badan
tidak terasa capek dan jamu pilis yang
ditempelkan di dahi agar kepala terasa ringan
dan tidak pusing. Selama masa nifas ada
pantangan berhubungan seksual. Hal positif ini
sejalan dengan kesehatan dan larangan dalam
agama Islam yang mayoritas mereka anut.
Hasil penelitian Sukandi (1993) tentang
pandangan dan perilaku ibu selama kehamilan
dan pengarunya pada kematian bayi di desa
Jalancagak Subang, Jawa Barat. Hasil
penelitianya menunjukan bahwa sebagian ibu
4. 4STIKes Dharma Husada Bandung
hamil pantangan menggunakan piring besar
oleh ibu hamil untuk makan. Hal tersebut
merupakan bersifat simbolik yang muncul dari
anggapan penduduk sekitar, pada masa
kehamilanya harus sesering mungkin makan
dengan menggunakan piring kecil demi
kesehatanya, menurut anggapanya agar bayi
yang lahir sehat, badanya tidak melebar,
ramping dan berbibir mungil. Jika sang calon
ibu sering makan menggunakan piring besar,
mereka beranggapan sang bayi akan tumbuh
menjadi orang yang berbadan besar dan
mulutnya lebar. Kelahiran anak berwajah buruk
tidak diharapkan.
Hasil studi pendahuluan di Puskesmas Griya
Antapani pada bulan Februari-Juli tahun 2016
terdapat 156 orang ibu hamil dengan usia 15-40
tahun. Wawancara yang didapat pada 10 orang
ibu hamil, 8 orang ibu hamil melakukan praktik
budaya sunda terhadap kesehatan masyarakat
diantaranya 2 orang ibu hamil dilarang
mengkonsumsi telur ayam dan telur bebek
selama kehamilannya karena dapat
mempersulit pada saat proses persalinan, hal
tersebut didapatkan informasi dari orang tua, 1
orang ibu hamil dilarang mengkonsumsi daging
selama kehamilannya karena dapat
menyebabkan pendarahan pada saat proses
persalinan dan hal tersebut juga didapatkan dari
kakek dan nenek ibu hamil, 1 orang ibu hamil
dilarang untuk memakan buah buahan seperti
pisang, nanas, ketimun karena akan
mengeluarkan ketuban yang banyak.
Informasi tersebut didapat dari orang tua, 2
orang ibu hamil dilarang makan ikan asin, ikan
laut, udang dan kepiting karena dapat
menyebabkan ASI menjadi asin, berdasarkan
kepercayan nenek moyang informasi didapat
dari orang tua, Sedangkan 2 orang ibu hamil
dilarang makan menggunakan piring yang
besar dikhawatir bayinya menjadi besar
sehingga mempersulit persalinan, hal tersebut
didapat kepercayaan nenek moyang mereka
informasi didapat dari orang tua.
Wawancara terhadap paraji yang berada tempat
tinggal mereka. Menurutnya makanan yang
dipantangkan pada ibu hamil antara lain,
sayur atau buah yang bentuknya tidak wajar
seperti pisang dempet, rambutan berbiji dua.
dilakukan agar anak yang dikandung tidak
kembar siam. Jangankan memakannya,
melihat buah atau sayur yang tak wajar
sebaiknya ibu hamil segera mengatakan, “Utun
inji ulah saturut-turutna, amit-amit jabang
bayi”. Selain itu menurut mitos kepercayaan
paraji bahwa ibu hamil tidak boleh makan tutut
(keong mas), tidak boleh makan tape, karena
menyebabkan panas dan bayi sulit dilahirkan.
Pada beberapa budaya, pantang makan pada ibu
hamil dapat berpengaruh terhadap asupan gizi,
sehingga berat badan bayi yang dilahirkan juga
rendah, selain asupan gizi juga dapat
menyebabkan gangangguan tumbuh kembang
pada janin, risiko terjadi perdarahan pada saat
persalinan dan peryakit-penyakit yang diderita
oleh ibu hamil seperti anemia, hipertensi,
hepatitis dan dapat membawa resiko kematian
ketika akan, sedang atau setelah persalinan.
Kesakitan pada ibu hamil sesungguhnya tidak
terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan
lingkungan di dalam masyarakat dimana
mereka berada. Disadari atau tidak, faktor
kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti
konsepsi-konsepsi mengenai berbagai
pantangan, hubungan sebab- akibat antara
makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan
ketidaktahuan, seringkali membawa dampak
baik positif maupun negatif terhadap kesehatan
ibu dan anak. Pola makan, misalnya, fakta
dasarnya adalah merupakan salah satu selera
manusia dimana peran kebudayaan cukup
besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah
mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola
makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan
kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran
terhadap beberapa makanan tertentu (Wibowo,
2013).
Bisa jadi budaya masyarakat di Wilayah Kerja
Antapani yang bertumpu pada sistem nilai
budaya merupakan salah satu faktor yang ikut
menunjang kesehatan masyarakat terutama
kesehatan ibu hamil seperti pendarahan
sehingga dapat menekan angka kesakitan dan
kematian ibu melahirkan dan tumbuh kembang
bayi yang dilahirkan akan terhambat, karena
nutrisi asupannya kurang. Faktor non medis
dalam kaitan ini menyangkut berbagai
pantangan dan anjuran yang harus dilakukan
oleh seorang ibu saat mengandung
berlandaskan pada sistem nilai budaya yang
masih dipegang kuat dan dianut oleh
masyarakat. Sistem nilai budaya terdiri dari
konsepsi-konsepsi, yang hidup dalam alam
pikiran sebagian besar warga masyarakat,
mengenai hal-hal yang harus mereka anggap
amat bernilai dalam hidup
Begitupun dengan latar belakang kakek nenek
mereka yang percaya akan adat istiadat budaya
mereka yang seringkali mengatur pantangan
untuk menyambutnya kehamilan anak mereka.
5. 5STIKes Dharma Husada Bandung
Faktor kekerabatan (orang tua, nenek) masih
memberikan peran yang penting dalam
tindakan-tindakan ibu berkaitan dengan
kehamilan, persalinan dan pasca persalinan,
baik dalam memberikan nasehat (karena
mereka sudah berpengalaman menjalani
peristiwa tersebut) maupun pengambilan
keputusan siapa penolong persalinan dan sarana
pelayanan apakah yang akan dipergunakan.
Peran perawat yang terkait dalam transkultural
menghubugkan antara sistem perawat yang
dilakukan oleh masyarakat dengan perawatan
profesional melalui asuhan keperawatan.
Keperawatan lintas budaya merupakan bidang
studi dan praktik formal yang berfokus pada
analisis komparatif budaya dan sub budaya di
dunia dalam kaitanya dengan keperawatan
kultural, kepercayaan tentang kesehatan dan
penyakit, nilai-nilai dan praktik yang bertujuan
untuk menggunakan pengetahuan ini dalam
memberikan perawatan sesuai budaya tertentu
atau sesuai budaya universal kepada ibu hamil
yang berkaitan dengan perilaku makan yang
bertentangan berdasarkan praktik budaya
sunda. Keperawatan lintas budaya memberikan
kerangka budaya kerja untuk memenuhi
kebutuhan keperawatan kesehatan dari
kelompok dengan latar budaya beraneka ragam.
Berdasarkan dari persamaan dan perbedaan
tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul praktik budaya sunda
pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Griya Antapani Bandung. Rumusan masalah
pada penelitian ini yaitu bagaimanakah praktik
budaya sunda pada ibu hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Griya Antapani Bandung.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah
deskriptif suatu metode penelitian untuk
mendeskriptifkan atau menguraikan suatu
keadaan di dalam suatu komunitas atau
Masyarakat (Notoatmodjo, 2010). Pada
penelitian ini praktik budaya sunda pada ibu
hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Griya
Antapani Bandung.
Pendekatan waktu dalam pengumpulan data
menggunakan pendekatan survey deskriptif
adalah suatu desain penelitian yang digunakan
untuk menyediakan informasi yang
menggambarkan tentang prevalensi yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu untuk
mengetahui praktik budaya sunda pada ibu
hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Griya
Antapani Bandung.
Variabel yang digunakan pada penelitian ini
yaitu mengandung pengertian ukuran atau ciri
yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu
kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki
oleh kelompok lain. Definisi lain mengatakan
bahwa variabel adalah sesuatu yang digunakan
sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki
atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang
sesuatu konsep pengertian tertentu
(Notoatmodjo, 2012). Variabel adalah objek
penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian. Variabel pada penelitian ini
yaitu Variabel Tunggal yaitu pantangan
makanan pada ibu hamil.
Populasi dan sampel
Populasi yang menjadi sasaran dalam penelitian
ini adalah seluruh ibu hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Griya Antapani Bandung dengan
jumlah kunjungan 156 orang pada bulan
Februari 30, Maret 20, April 27, Mei 32, Juni
24, Juli 23 sehingga rata-rata kunjungan dalam
1 bulan sebanyak 32 orang.
Pengambialan sampel pada penelitian ini yang
digunakan yaitu dengan Purposive Sampling,
yaitu di dasarkan pada suatu pertimbangan
tertentu yang di buat oleh peneliti sendiri,
berdasarkan ciri atau sifat-sifat dan kriteria
populasi yang sudah diketahui sebelumnya
yaitu sebanyak 32 ibu hamil berdasarkan
kriteria Inklusi : Ibu hamil dengan suku Sunda
dan pasangan suku Sunda
Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian
ini dengan menggunakan lembar kuesioner
dengan jumlah pernyataan sebanyak 13 soal
dengan butir soal meliputi (tebu, gula merah,
cumi-cumi, ikan asin, mangga kweni, telur,
piring besar, nanas, durian, jantung pisang,
pisang dempet, ikan lele, daging kambing). Ada
1 soal yang menyatakan alasan atau pantangan
makanan lain yang dilarang dimakan oleh ibu
hamil, 1 soal untuk soal kategori pendidikan,
usia, pekerjaan. Kuesioner yang berhubungan
dengan adat budaya sunda pada ibu hamil
pantangan makan pada ibu hamil jumlah
pertanyaan sebanyak 14 soal. Masing-masing
pertanyaan yang peneliti dilihat berdasarkan
materi yang diambil dari tinjauan pustaka,
kemudian masing-masing soal diketahui
6. 6STIKes Dharma Husada Bandung
berdasarkan skor jawaban ya = 0 tidak = 1 dan
tidak tahu = 2
Teknik pengolahan dan analisa data
Dalam statistik, informasi yang diperoleh
dipergunakan untuk proses pengambilan
keputusan, terutama dalam proses pengolahan
data terdapat langkah-langkah yang harus
ditempuh, diantaranya : Editing data, Coding
(Pengkodean), Data Entry (Pemasukan Data),
Cleaning Data (Pembersihan Data)
Analisis Data
Analisa data yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah Univariat yaitu untuk menjelaskan
atau mendeskripsikan karakteristik setiap
variabel diantaranya perilaku makan, usia,
pendidikan, pekerjaan dilakukan menggunakan
rumus persentase frekuensi sebagai berikut:
𝑷 =
𝒇
𝑵
𝟏𝟎𝟎%
Dalam membedakan kategori perilaku makan
diketahui dari hasil uji normalitas dengan skor
terendah-tertinggi yang kemudian diketahui
jika jawaban responden ya=tidak berpantangan,
jika jawaban responden tidak=memiliki
pantangan dan jika jawaban responden tidak
tahu=ibu hamil tidak keduanya.
Setelah terlihat dari suatu kategori kemudian
dilakukan analsis berdasarkan distribusi
frekuensi tersebut dan menghasilkan data hasil
output data dan hasilnya ditentukan
berdasarkan nilai persentase pada setiap
kategori.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1 Gambaran Karakteristik Ibu
Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Griya
Antapani Bandung (n=32)
Karakteristik f %
Usia
Remaja akhir 17-25 tahun 2 6,3
Dewasa awal 26-35 tahun 18 56,3
Dewasa Akhir 36-45 tahun 12 37,5
Pekerjaan
Bekerja 6 18,8
IRT 26 81,3
Pendidikan
Pendidikan Dasar (SD, SMP) 9 28,1
Pendidikan Menengah (SMA) 18 56,3
Pendidikan Tinggi (DIII, SI,
SII)
5 15,6
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui karakteristik
Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Griya
Antapani Bandung didapatkan sebagian besar
rata-rata usia ibu hamil berada pada kategori
dewasa awal yaitu usia 26-35 tahun sebanyak
18 orang (56,3%), status pekerjaan pada ibu
hamil didapatkan hampir seluruhnya ibu rumah
tangga yaitu 26 orang (81,3%), Sedangkan
untuk tingkat pendidikan pada ibu hamil
sebagian besar tingkat pendidikan menengah
yaitu sebanyak 18 orang (56,3%).
Tabel 4.2 Pantang Makan Dalam Praktik
Budaya Sunda Pada Ibu Hamil Di Wilayah
Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung
(n=32)
Berdasarkan bagan 4.2 diketahui pantangan
makan dalam praktik budaya sunda pada ibu
hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Griya
Antapani Bandung didapatkan pantang makan
tebu dan ikan lele sebanyak 15 orang (46,9%),
pantang makan gula merah sebanyak 9 orang
(28,1%), pantang makan cumi-cumi, ikan asin,
dan makan telur ayam dan telur bebek sebanyak
11 orang, pantang makan mangga kweni
sebanyak 7 orang (21,9%), pantang makan
piring besar dan jantung pisang sebanyak 21
orang (65,6%), pantang makan nanas sebanyak
24 orang (75,0%), pantang makan durian
sebanyak 20 orang (62,5%), pantang makan
pisang dempet yaitu sebanyak 27 orang
(84,4%), dan pantang makan daging kambing
sebanyak 22 orang (68,8%). Sedangkan untuk
pantangan makanan lain yang dipantang pada
ibu hamil yaitu tape dan keong mas masing-
masing sebanyak 16 orang (50,0%).
Pantang
Makan
Ya Tidak
Tidak
Tahu
Total
f % f % f % f %
Tebu 15 46,9 15 46,9 2 6,3 32 100
Gula merah 23 71,9 9 28,1 - - 32 100
Cumi-cumi 17 53,1 11 34,4 4 12,5 32 100
Ikan asin 16 50,0 11 34,4 5 15,6 32 100
Mangga kweni 23 71,9 7 21,9 2 6,3 32 100
Telur
ayam,bebek
20 62,5 11 34,4 1 3,1
32 100
Nanas 7 21,9 24 75,0 1 3,1 32 100
Durian 7 21,9 20 62,5 5 15,6 32 100
Jantung pisang 1 3,1 21 65,6 10 31,3 32 100
Pisang dempet 3 9,4 27 84,4 2 6,3 32 100
Ikan lele 16 50,0 15 46,9 1 3,1 32 100
Daging
kambing
8 25,0 22 68,8 2 6,3
32 100
Tape 11 34,4 16 50,0 5 15,6 32 100
Keong 7 21,9 16 50,0 9 28,1 32 100
Piring besar 9 28,1 21 65,6 2 6,3 32 100
7. 7STIKes Dharma Husada Bandung
Karakteritik Berdasarkan Pantangan
Makan Dalam Praktik Budaya Sunda Pada
Ibu Hamil
Berikut jenis pantangan makanan dalam praktik
budaya sunda yang paling banyak dipantang
oleh ibu berdasarkan 3 hasil jawaban teratas
yang dilihat dari karakteristik ibu hamil serta
pantangan makan lain yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.3 Perilaku Makan Dalam Praktik
Budaya Sunda Dilihat Berdasarkan Usia Ibu
Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Griya
Antapani Bandung (n=32)
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui perilaku makan
berdasarkan praktik budaya sunda pada ibu
hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Griya
Antapani Bandung menunjukan pantang makan
berdasarkan karakteritik ibu hamil paling
banyak didapatkan pada usia 26-36 tahun yaitu
pantang makan pisang dempet 16 orang
(59,3%), pantang makan nanas 13 orang
(54,2%) dan pantang makan jantung pisang
57,1%, Sedangkan pantangan makan lainya
yaitu tape dan keong masing-masing sebanyak
9 orang (56,3%) dan pantang makan
menggunakan piring besar 10 orang (47,6%).
Tabel 4.4 Perilaku Makan Dalam Praktik
Budaya Sunda Dilihat Berdasarkan
Pekerjaan Ibu Hamil Di Wilayah Kerja
Puskesmas Griya Antapani Bandung (n=32)
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui pantangan
makan berdasarkan karakteritik pekerjaan ibu
hamil didapatkan IRT dengan jumlah
pantangan terbanyak yaitu pisang dempet
sebanyak 22 orang (81,5%), nanas sebanyak 21
orang (87,5%) dan durian sebanyak 18 orang
(90,0%). Sedangkan pantangan makanan lain
yaitu tape dan keong mas masing-masing
sebanyak 13 orang (81,3%) dan piring besar
sebanyak 19 orang (90,0%).
Tabel 4.5 Perilaku Makan Dalam Praktik
Budaya Sunda Dilihat Berdasarkan
Pendidikan Ibu Hamil Di Wilayah Kerja
Puskesmas Griya Antapani Bandung (n=32)
Berdasarkan 4.5 diketahui bahwa pantangan
makan dilihat dari karakteristik pendidikan ibu
hamil yaitu menengah (SMA) dengan
pantangan makan paling banyak pisang dempet
sebanyak 16 orang (59,3%), nanas sebanyak 15
orang (62,5%) dan durian sebanyak 13 orang
Perilaku Makan
Usia Ibu Hamil
17-25 th 26-35 th 36-45 th Total
f % f % f % f %
Tebu 1 6,7 8 53,3 6 40,0 15 100
Gula merah 2 22,2 4 44,4 3 33,3 9 100
Cumi-cumi 1 9,1 5 45,5 5 45,5 11 100
Ikan asin 2 18,2 5 45,5 4 36,4 11 100
Mangga kweni 2 28,6 2 28,6 3 42,9 7 100
Telur ayam & bebek 2 18,2 6 54,5 3 27,3 11 100
Nanas 2 8,3 13 54,2 9 37,5 24 100
Durian 2 10,0 10 50,0 8 40,0 20 100
Jantung pisang 2 9,5 12 57,1 7 33,3 21 100
Pisang dempet 2 7,4 16 59,3 9 33,3 27 100
Ikan lele 2 13,3 8 53,3 5 33,3 15 100
Daging kambing 1 4,5 12 54,5 9 40,9 22 100
Tape 1 6,3 9 56,3 6 37,5 16 100
Keong mas - - 9 56,3 7 43,8 16 100
Piring besar 2 9,5 10 47,6 9 42,9 21 100
Pantangan makan
Pekerjaan Ibu Hamil
Bekerja IRT Total
f % f % f %
Tebu 3 20,0 12 80,0 15 100
Gula merah 1 11,1 8 88,9 9 100
Cumi-cumi 1 9,1 10 90,9 11 100
Ikan asin 1 9,1 10 90,9 11 100
Mangga kweni - - 7 100 7 100
Telur ayam, bebek 1 9,1 10 90,9 11 100
Nanas 3 12,5 21 87,5 24 100
Durian 2 10,0 18 90,0 20 100
Jantung pisang 4 19,0 17 81,0 21 100
Pisang dempet 5 18,5 22 81,5 27 100
Ikan lele 1 6,7 14 93,3 15 100
Daging kambing 4 18,2 18 81,8 22 100
Tape 3 18,8 13 81,3 16 100
Keong Mas 3 18,8 13 81,3 16 100
Piring Besar 2 9,5 19 90,5 21 100
Pantangan makan
Pendidikan Ibu Hamil
TotalDasar
(SD,SMP)
Menengah
(SMA)
Lanjutan
(DIII-SII)
f % f % f % f %
Tebu 4 26,7 8 53,3 3 20,0 15 100
Gula merah 1 11,1 7 77,8 1 11,1 9 100
Cumi-cumi 3 27,3 7 63,6 1 9,1 11 100
Ikan asin 4 36,4 7 63,6 - - 11 100
Mangga kweni 1 14,3 6 85,7 - - 7 100
Telur ayam, bebek 3 27,3 7 63,6 1 9,1 11 100
Nanas 7 29,2 15 62,5 2 8,3 24 100
Durian 4 20,0 13 65,0 3 15,0 20 100
Jantung pisang 5 23,8 13 61,9 3 41,3 21 100
Pisang dempet 7 25,9 16 59,3 4 14,8 27 100
Ikan lele 6 40,0 7 46,7 2 13,3 15 100
Daging kambing 6 27,3 13 59,1 3 13,6 22 100
Tape 5 31,3 11 68,8 - - 16 100
Keong Mas 8 50,0 5 31,3 3 18,8 16 100
Piring Besar 8 38,1 11 52,4 2 9,5 21 100
8. 8STIKes Dharma Husada Bandung
(65,0%). Sedangkan pantangan lain paling
banyak tape 11 orang (68,8%) dan keong mas
dengan pendidikan ibu dasar (SD, SMP)
sebanyak 8 orang (50,0%) dan piring besar
dengan pendidikan yang sama yaitu orang 11
orang (52,4%).
Pembahasan
Gambaran Karakteristik Pada Ibu Hamil Di
Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani
Bandung
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
karakteristik Ibu Hamil Di Wilayah Kerja
Puskesmas Griya Antapani Bandung
didapatkan sebagian besar rata-rata usia ibu
hamil 26-35 tahun yaitu sebanyak 16 orang
(50,5%), status pekerjaan pada ibu hamil
didapatkan hampir seluruhnya ibu rumah
tangga yaitu 26 orang (81,3%), Sedangkan
untuk tingkat pendidikan pada ibu hamil
sebagian besar tingkat pendidikan menengah
yaitu sebanyak 18 orang (56,3%).
Karakterstik dilihat berdasarkan umur ibu di
Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani
Bandung yaitu untuk mengalami suatu
kehamilan dan persalinan yang baik adalah 26-
35 tahun. Wanita yang berumur kurang dari 20
tahun atau terlalu muda, perkembangan organ-
organ reproduksi belum maksimal, kematangan
emosi dan kejiwaan yang kurang serta fungsi
fisiologis organ reproduksi yang belum optimal
sehingga lebih sering terjadi komplikasi yang
tidak diinginkan selama kehamilan. Sebaliknya
pada umur ibu yang terlalu tua telah terjadi
kemunduran fungsi fisiologis organ reproduksi
secara umum sehingga lebih sering terjadi
akibat yang merugikan bagi bayi dan ibu hamil.
Menurut Kemenkes RI (2009) menyatakan
bahwa umur adalah usia individu yang
terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
beberapa tahun. Usia dengan bertambahnya
usia seseorang akan terjadi perubahan pada
aspek fisik dan psikologis (mental).
Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada
empat kategori perubahan, pertama perubahan
ukuran, kedua perubahan proporsi, ketiga
hilangnya ciri-ciri lama, keempat timbul ciri-
ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi
organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf
berpikir seseorang semakin matang dan dewasa
tingkatan umur diketahui bahwa Masa remaja
Akhir =17 - 25 tahun, Masa dewasa Awal =26-
35 tahun, Masa dewasa Akhir =36- 45 tahun,
dan pada usia 26-35 tahun wanita masih dalam
masa kesuburan tinggi dan masih bisa hamil.
Wintrobe (2012) menyatakan bahwa kebiasaan
makan sebagai suatu kompleks kegiatan masak
memasak, masalah kesukaan dan
ketidaksukaan, kearifan rakyat, kepercayaan-
kepercayaan, pantangan pantangan serta tahyul
yang berkaitan dengan persiapan dan komsumsi
makanan (Herimanto, 2011). Indonesia yang
terdiri dari bermacam-macam suku bangsa
mempunyai perbedaan dalam hal tersebut.
Kebiasaan dalam persiapan dan komsumsi
makanan ini dapat mempengaruhi terjadinya
anemia pada ibu hamil. Kaitan pantangan
makan yang menyebabkan anemia yaitu cumi-
cumi, ikan asin dan ikan lele, karena asupan
makanan tersebut sangat baik dan banyak kalori
yang dibutuhkan oleh ibu hami. Usia ibu dapat
mempengaruhi pantang makan sehingga
timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia
ibu hamil maka semakin rendah kadar
hemoglobinnya. Hal tersebut karena kurangnya
asupan nutrisi pada ibu hamil pada saat
kehamilan.
Karakteristik dilihat berdasarkan status
pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Griya
Antapani Bandung yaitu didapatkan hasil
penelitian pada ibu hamil menunjukan hampir
seluruhnya ibu rumah tangga yaitu 26 orang
(81,3%). Status pekerjaan sangat erat kaitanya
dengan Status ekonomi dimana merupakan
suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan
menempatkan seseorang pada posisi tertentu.
tingkat sosial ekonomi hubungan erat dengan
status pekerjaan. Status pekerjaan terhadap
ekonomi dan pendapatan seseorang
mempengaruhi dalam pemilihan makanan yang
akan dikonsumsi sehari-hari. Maka seseorang
dengan ekonomi yang tinggi kemungkinan
besar gizi yang dibutuhkan akan tercukupi serta
adanya pemeriksaan kehamilan membuat gizi
ibu semakin terpantau
Karakteristik dilihat berdasarkan tingkat
pendidikan pada ibu hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Griya Antapani Bandung sebagian
besar menunjukan ibu hamil dengan tingkat
pendidikan menengah yaitu sebanyak 18 orang
(56,3%). Pada dasarnya pendidikan sangat
berhubungan dengan pengetahuan yaitu
semakin rendah tingkat pendidikan ibu hamil
maka semakin kurang pengetahuan tentang
perilaku makan yang banyak di pantang oleh
sebagian ibu hamil. Pendidikan merupakan
perilaku yang berasal dari pengalaman sendiri
atau pengalaman orang lain setelah mengikuti
pendidikanya pada saat ibu hamil sekolah
diantaranya tentang perilaku makan yang baik
9. 9STIKes Dharma Husada Bandung
bagi kesehatan bayi dan kehamilanya. Sebagai
contoh ibu hamil yang telah memiliki ijazah
terakhir setelah tamat pendidikannya dan
memiliki pengetahuan yang diketahuinya.
Artinya pendidikan sangat berhubungan erat
dengan pengetahuan seseorang, dimana
pengetahuan yang dimiliki oleh ibu hamil
sangat ditentukan oleh pendidikan yang
dimiliki. Karena dengan pendidikan yang baik,
maka ibu hamil dapat menerima segala
informasi dari luar terutama tentang pentingnya
keteraturan perilaku kepercayaan pada ibu
hamil. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang. Pendidikannya yang
rendah maka pengetahuannya tentang kaidah-
kaidah atau pantangan sebagai akibatnya sikap
dan perilaku yang ditunjukkannya juga tidak
sesuai dengan nilai-nilai yang diharapkan (Sri,
2006).
Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Retnaningsih (2010).
mengungkapkan bahwa banyak pantangan
makan selama kehamilan, makan senakin
memiliki kurang pengetahuan tentang gizi, dan
tidak berarti seseorang mau mengubah
kebiasaan makanannya karena adanya suatu
larangan dan seseorang mungkin paham
tentang protein, karbohidrat, vitamin dan zat
gizi lainnya yang diperlukan untuk
keseimbangan tetapi tidak pernah
mengaplikasikan pengetahuan gizi ini kedalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2014
bahwa pendidikan yang rendah ini maka
pengetahuannya tentang pantangan
perilaku makan pada ibu hamil yang
ditunjukan oleh sikap dan perilaku yang
dilakukan oleh ibu hamil terhadap pantangan
makanan yang sangat merugikan bagi janin dan
kehamilanya. Jenjang pendidikan adalah
tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta
didik, tujuan yang akan dicapai, dan
kemampuan yang dikembangkan.
Gambaran Pantangan Makan Dalam
Praktik Budaya Sunda Pada Ibu Hamil Di
Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani
Bandung
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan
dari 32 responden tentang Pantangan Makan
Dalam Praktik Budaya Sunda Pada Ibu Hamil
di Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani
Bandung yaitu menunjukan sebagian besar
menyatakan ada pantangan makan saat
kehamilanya yaitu sebanyak 16 orang (50,0%).
Dalam istilah lokal di daerah penelitian,
pantangan makanan dikenal dengan sebutan
tarak atau sirik. Seiring perkembangan zaman,
adat memantang makanan kian lama semakin
memudar. Hal ini terjadi karena pengetahuan
masyarakat akan kesehatan yang semakin luas.
Sehingga mereka bisa membedakan mana yang
baik dan mana yang buruk untuk dikonsumsi
dari segi medis. Namun tidak menutup
kemungkinan bahwa masih ada beberapa
yang masih mempercayai dan
mempraktekkan pantangan makan ketika masa
kehamilan. Orang yang melakukan pantang
makanan sudah tidak seketat dahulu. Upaya-
upaya untuk memperbaiki gizi telah dilakukan
oleh tenaga medis dalam bentuk pengarahan
kepada masyarakat, khususnya ibu hamil.
Masyarakat pun banyak yang menerima
pengetahuan baru tentang makanan untuk ibu
hamil dari segi medis, pantang makanan
sangat tidak dianjurkan karena semua makanan
itu pada dasarnya baik untuk tubuh asalkan
tidak berlebihan dalam mengonsumsinya.
Sejalan dengan hasil penelitian (Foster &
Anderson, 2006 Pantangan makanan
merupakan suatu perilaku individu dalam
masyarakat untuk tidak mengonsumsi atau
menghindari bahan makanan tertentu karena
terdapat larangan yang bersifat budaya dan
diperoleh secara turun-temurun pada kondisi
tertentu.
Diketahui berdasarkan hasil penelitian yang
didapatkan yaitu menunjukan dari 32 ibu hamil
pada jenis pantangan makan dalam praktik
budaya sunda pada ibu hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Griya Antapani Bandung
didapatkan pantang makan tebu dan ikan lele
sebanyak 15 orang (46,9%). Hal tersebut
diketahui menurut pernyataan responden
bahwa makan tebu perut menjadi sakit dan ikan
lele akan membuat kepala bayi besar, selain
itu menurut kepercayaan salah satu paraji
disekitar wilayah tersebut kepercayaan orang
tua terdahulu yaitu pada tebu dapat membuat
pertumbuhan janin mengalami masalah seperti
cacat, bibirnya sumbing, Sedangkan ikan lele
membuat anaknya lahir kelak menjadi galak
atau pemarah, akan tetatapi menurut
pandangan kesehatan ikan lele boleh
dikonsumsi untuk ibu hamil, karena ikan lele
mengandung protein yang baik dan dapat
membuat bayi menjadi pintar dan kreatif pada
saat kelak dewasa.
10. 10STIKes Dharma Husada Bandung
Ikan lele untuk ibu hamil merupakan makanan
yang disarankan dan pada prinsipnya, ibu hamil
dianjurkan untuk rajin mengonsumsi ikan lele,
yang memiliki kandungan asam lemak omega 3
yang amat baik untuk otak bayi. peran omega
tiga untuk otak bayi yaitu membantu untuk
membentuk cereberal cortase otak. Ikan lele
adalah tipe ikan yang mempunyai kandungan
asam lemak omega 3 amat tinggi.
keunggulannya, lele besar atau lele kecil, telah
mempunyai citarasa sedikit gurih pada
dagingnya lele dikenal rendah lemak serta
kolesterol. manfaat ikan lele bagi ibu hamil dan
bayinya cukup baik untuk menolong ibu
melakukan aktivitas, dikarenakan dengan cepat
dirubah jadi daya. Manfaat ikan lele tidak cuma
baik untuk janin yang dikandung, namun juga
amat baik untuk ibu yang memiliki
kandungan. Manfaat ikan lele yaitu kaya
protein serta mineral yang tinggi dan
dibutuhkan untuk perkembangan janin didalam
kandungan (Kristianasari, 2013).
Sedangkan tebu memiliki kandungan gula
alami membantu dalam proses metabolisme
memberi nutrisi dan menjaga jaringan otot ibu
dan janin tetap sehat. Air tebu merupakan
suatu jenis minuman pelepas dahaga yang
efektif untuk memberi efek kesegaran pada
tubuh. Kandungan gula alaminya yang terbukti
aman serta ampuh untuk menambah asupan
bahan energi tubuh, sehingga memberi
kekuatan tubuh untuk mengerjakan bermacam
aktvfitas dengan lebih semangat setelah
meminumnya. Keterkaitan antara kandungan
dari air tebu yang segar dan baik bagi
kehamilan. Semua ibu hamil dan janin
membutuhkan asupan ekstra sehat, untuk
menjaga kesehatan dan perkembangan janin
yang optimal. Manfaat kandungan nutrisi air
tebu bagi kehamilan yaitu takaran tebu
sebanyak 100 gram, dengan jumlah air tebu
layak konsumsi sebanyak 20% yang
mengandung kalori total sebanyak 25 kkal.
Manfaat ibu hamil dari satu sumber kalori
tubuh yang utama dan hal ini sangat baik jika
dikonsumsi ibu hamil. diketahui bahwa
kebutuhan kalori ibu hamil akan terus semakin
meningkat sesuai pertambahan usia kandungan
(Kristianasari, 2013).
Pantang makan gula merah sebanyak 9 orang
(28,1%). Hal tersebut menurut pernyataan
responden bahwa pada saat ibu hamil sering
mengkonsumsi gula merah mitos dan
kepercayaan masyarakat disekitar bahwa gula
merah dapat membuat kencing manis pada
balita kelak. Sedangkan menurut paraji bahwa
ibu hamil boleh memakan gula merah, karena
gula merah baik dikonsumsi untuk menambah
energi pada ibu hamil dengan ramuan tajen,
selain itu gula merah dapat membuat kelak bayi
menjadi kuat. Manfaat dari gula meredakan
sakit perut, mencegah anemia, merawat
kesehatan kulit, menambah energi pada ibu
hamil dan janin.
Menurut Achmadi (2014) gula merah adalah
salah satu makanan yang wajib disertakan
dalam diet saat kehamilan. Ini memiliki
berbagai manfaat kesehatan yang berhubungan
dengan kesehatan ibu hamil. Gula merah benar-
benar aman untuk dikonsumsi selama
kehamilan. karena mencegah risiko kekurangan
zat besi dan anemia, Membantu untuk menjaga
berat badan bayi yang sehat. Menggabungkan
dalam makanan sehari-hari membantu untuk
menghilangkan kotoran dari ASI. Namun
disarankan untuk mengatur asupan gula merah
setelah 7 bulan kehamilan. Selain itu, gula
merah juga bermanfaat sebagai antioksidan,
melawan berbagai penyakit, seperti kanker,
penyakit jantung, katarak, melawan radikal
bebas dalam tubuh, mencegah tanda-tanda
penuaan serta memyehatkan kulit pada ibu
hamil.
Pantang makan cumi-cumi, ikan asin, dan
makan telur ayam dan telur bebek sebanyak 11
orang. Hal tersebut pada ibu hamil percaya
bahwa pantang makan cumi-cumi, ikan asin
dan makan telur ayam dan telur bebek saat
hamil dapat mempersulit pada saat proses
persalinan. Menurut paraji bahwa cumi-cumi
boleh dan baik untuk dimakan oleh ibu hamil,
karena sebagai tambahan untuk kecerdasan
otak untuk bayi kelak setelah dilahirkan pintar
dan kreatif. Sedangkan pantang makan ikan
asin paraji menyatakan bahwa ikan asin
tergantung pada ibu hamil itu sendiri yang
mengkonsumsi apakah ibu hamilnya sehat atau
tidak, Ibu hamil hipertensi atau tidak, apakah
ibu hamil alergi atau tidak terhadap ikan asin itu
sendiri dan tidak ada batasan atau pantangan
makan pada ikan asin, selain itu telur ayam dan
telur bebek juga boleh dimakan pada ibu hamil
karena telur ayam dan telur bebek sebagai
penambahan energi atau kekuatan pada ibu
hamil dan janin.
Sedangkan ditinjau dari segi kesehatan cumi-
cumi bermanfaat sebagai pembentukan sel
darah merah dan mengoptimalkan sel darah
putih, ikan asin sebagai pertumbuhan tulang
dan gigi, telur ayam dan telur bebek membantu
11. 11STIKes Dharma Husada Bandung
perkembangan syaraf otak serta mengurangi
resiko cacat pada janin.
Menurut Retno (2015) cumi-cumi ikan asin dan
telur ayam dan telur bebek mempunyai upaya
memiliki keistimewaan pada kadar dan nilai
gizi yang terkandung pada ikan asin dan ikan
cumi-cumi dibandingkan jenis ikan lainnya.
Ikan ikan asin dan ikan cumi-cumi sangat kaya
kalsium, zat yang penting untuk menunjang
pertumbuhan tulang dan gigi janin. Selain itu,
ikan asin dan ikan cumi-cumi juga kaya akan
protein, fosfor, zat besi, beberapa vitamin, serta
mineral lainnya sehingga aman dikonsumsi
selama kehamilan.
Pantang makan mangga kweni sebanyak 7
orang (21,9%) dan pantang makan durian
sebanyak 20 orang (62,5%). Hal tersebut
berdasarkan responden karena buah mangga
kweni dan durian mengandung senyawa
alkohol yang dapat membuat ibu hamil
keguguran. Menurut paraji didaerah tempat
tinggal mereka, bahwa ibu hamil boleh
mengkonsumsi dan makan mangga kweni,
karena mangga kweni baik dan untuk
menyegarkan ibu hamil dan menambah energi
pada bayinya, akan tetapi buah durian tidak
boleh dimakan pada saat hamil, karena akan
menyebabkan panas dan dapat membuat janin
dalam rahim ibu tidak berkembang. memang
secara medis juga dilarang bagi ibu hamil, Buah
durian misalnya ia mengandung senyawa
alkohol yang dapat membuat ibu hamil
mengalami kontraksi dan berpotensi
menyebabkan kandungannya keguguran akan
tetapi gizi yang terdapat dalam durian yaitu
meningkatkan kecerdasan otak, melancarkan
BAB, meredahkan nyeri lambung, Sedangkan
kweni mengandung serat, vitamin A, C, dan B6.
Pantang makan di piring besar dan jantung
pisang sebanyak 21 orang (65,6%). Menurut
kepercayaan masyarakat sekitar berdasarkan
nenek moyang ibu hamil jika ibu makan dengan
piring yang besar maka janin akan menjadi
besar dan susah dilahirkan lebih dari 12 bulan,
jantung pisang menyebabkan anak kelak
dewasa suka melamun/diam, menurut paraji
makan menggunakan piring besar
menyebabkan ari-ari menjadi besar, Sedangkan
jantung pisang membuat anak jantungan
(melamun/diam). Manfaat jantung pisang dapat
mengurangi perdarahan, mengobati luka
persalinan, meningkatkan produksi Asi, jika
ibu hamil makan dengan piring yang lebih besar
maka porsi makan ibu hamil akan berlebih,
yang berujung pada janin nantinya akan besar
juga. Ibu hamil disarankan mengkonsumsi
makanan dengan porsi sedikit tapi sering
dengan menu makanan bergizi seimbang
Hasil penelitian sejalan dengan Sukandi (1993)
tentang pandangan dan perilaku ibu selama
kehamilan dan pengarunya pada kematian bayi
di desa Jalancagak Subang, Jawa Barat.
menunjukan bahwa sebagian ibu hamil
pantangan menggunakan piring besar oleh ibu
hamil untuk makan. Hal tersebut merupakan
bersifat simbolik yang muncul dari anggapan
penduduk sekitar, pada masa kehamilanya
harus sesering mungkin makan dengan
menggunakan piring kecil demi kesehatanya,
menurut anggapanya agar bayi yang lahir sehat,
badanya tidak melebar, ramping. Jika sang
calon ibu sering makan menggunakan piring
besar, mereka beranggapan sang bayi akan
tumbuh menjadi orang yang berbadan besar.
Pantang makan nanas sebanyak 24 orang
(75,0%). Hal tersebut menurut kepercayaan
masyarakat dapat menyebabkan keguguran,
menurut paraji menyebabkan keguguran pada
usia kehamilan trimester awal Sedangkan
pada usia kehamilan di atas trimester 2 boleh
mengkonsumsi nanas tapi bisa menyebabkan
bayi bopeng. Nanas mengandung vitamin C,
B6, B1 menjaga sistem saraf dan jantung
Menurut Sinsin, (2008) nanas sangat baik untuk
ibu hamil, karena pada buah nanas kaya akan
vitamin C dan serat yang penting untuk
menjaga kesehatan tubuh dan melancarkan
proses pembuangan sisa-sisa pencernaan.
Adapun keputihan tidak selalu membahayakan.
Saat hamil maupun melahirkan adalah normal
jika ibu mengalami keputihan. Kecuali jika
keputihan tersebut terinfeksi oleh bakteri,
jamur, dan virus yang biasanya ditandai dengan
keluhan gatal, bau tidak sedap dan warnanya
kekuningan, kehijauan, atau kecoklatan.
Pantang makan pisang dempet yaitu sebanyak
27 orang (84,4%). Hal tersebut bahwa ibu
hamil tidak boleh makan pisang yang
dempet, nanti anaknya jadi kembar. Lahirnya
anak kembar dempet/kembar siam tidak
dipengaruhi oleh makanan pisang dempet yang
dimakan oleh ibu hamil. Kembar siam
disebabkan oleh pembelahan sel telur pada saat
setelah dibuahi yang tidak sempurna.
Sejalan dengan penelitian Ilmi (2016) tentang
Kajian Budaya Dan Makna Simbolis Perilaku
Ibu Hamil Dan Ibu Nifas. Hasil penelitianya
menjabarkan pantangan dalam hal makan pada
ibu hamil yaitu Pantangan makanan yang
dipantang oleh ibu hamil yaitu ibu hamil tidak
12. 12STIKes Dharma Husada Bandung
boleh makan pisang dempet, karena
dikhawatirkan anak akan lahir kembar siam
atau dempet (indepth interview). Secara medis-
biologis lahirnya anak kembar dampet atau
kembar siam tidak dipengaruhi oleh makanan
dempet yang dimakan oleh ibu hamil. Kasus
kembar siam menurut Madjid menyatakan
bahwa kasus kembar siam ini adalah kembar
monozigot, dimana yang terjadi adalah
kelainan perkembangan dari embrio itu sendiri,
yang gagal berpisah diatas 12 hari setelah
pembuahan dan sifat anak pemarah.
Pantang makan daging kambing sebanyak 22
orang (68,8%). Hal tersebut sebagian besar ibu
hamil tidak boleh makan daging kambing
karena akan memyebabkan rasa panas . Pada
dasarnya pantangan ini ada benarnya bagi Ibu
hamil yang memiliki kelebihan kolesterol dan
sakit jantung, karena daging kambing memiliki
kadar lemak jenuh tinggi yang akan
memengaruhi metabolisme asam urat. Namun
apabila tidak memiliki masalah kolesterol dan
jantung, Ibu hamil diperbolehkan menyantap
daging kambing asalkan dengan porsi yang
wajar.
Menurut Ahmadi (2014) bahwa ibu hamil tidak
boleh atau jangan makan daging kambing
karena dapat menyebabkan perdarahan saat
persalinan, karena pada dasarnya wanita suku
sunda dalam menjalani kehamilannya harus
melakukan dan mematuhi berbagai pantangan
yang ada
Selain yang telah dipaparkan diatas ada
makanan lain yang dipantang untuk ibu hamil
yaitu berdasarkan hasil penelitian menunjukan
bahwa ada 18 orang (56,3%). Hal tersebut besar
kemungkinan pada ibu kurang memahami
terhadap makanan yang dikonsumsi.
Pernyataan tersebut sesuai dengan paraji sekitar
Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapni yaitu
ibu hamil dilarang makan “tutut (keoang mas)
dengan alasan ibu hamil ketika melahirkan
akan susah, selain itu “salak” (salak) dengan
alasan karena pada ibu hamil akan
menyebabkan “borok”, “buduk” kata lain gatal-
gatal dan alergi. Kemudian selain dari tutut
(keong mas) dan salak. Ibu hamil dilarang
makan tape dengan alasan karena tape
mengandung ragi yang dipermaentasikan
sehingga mengandung zat yang keras dan hal
ini dapat menyebabkan bayi susah keluar,
selain itu nanas merah akan menyebabkan bayi
merah dan bayi kuning.
Budaya suku sunda secara turun temurun
salah satunya adalah adat-istiadat, pantang
makanan ibu hamil di tatar Sunda sangat
banyak sekali, salah satu contohnya mulai dari
buah sampai daging, misalnya buah nanas.
Mulai dari sayuran tertentu, daging dan masih
banyak lagi lainnya. Saat hamil, tidak boleh
sembarangan dalam mengkonsumsi makanan.
Hal ini dikarenakan apa yang dimakan oleh ibu
hamil juga akan dimakan oleh janin yang ada di
dalam perut ibu hamil. Banyak mitos kehamilan
yang beredar luas di masyarakat bahwa ibu
hamil tidak boleh memakan makanan tersebut.
Budaya berfungsi sebagai “alat” yang paling
efektif dan efisien dalam menghadapi
lingkungan kebudayaan bukan sesuatu yang
dibawa bersama kelahiran, melainkan
diperoleh dari proses belajar dari lingkungan,
baik lingkungan alam maupun lingkungan
sosial. Hubungan antara manusia dengan
lingkungannya dijembatani oleh kebudayaan
yang dimilikinya. Dilihat dari segi kebudayaan
dapat dikatakan bersifat adaptif karena
melengkapi manusia dengan cara-cara
menyesuaikan diri pada kebutuhan fisiologis
dari diri mereka sendiri, penyesuaian pada
lingkungan yang bersifat fisik geografis
maupun lingkungan sosialnya (Mulyana,
2012).
Menurut pandangan peneliti walaupun ada
beberapa responden yang menyadari
bahwa kebutuhan akan makanan yang
sangat diperlukan oleh ibu hamil tetapi
karena adanya ikatan budaya yang
memaksa mereka untuk melakukan
patangan-pantangan padahal mereka
mengetahui makanan tersebut sangat
berguna untuk dirinya dan bayi yang
akan dilahirkannya nanti. Jadi dalam hal
ini perlu penyuluhan kesehatan untuk ibu
hamil, karena penyuluhan tersebut dapat
memberikan pengetahuan mengenai risiko
kehamilannya.
Hasil penelitian Nurpuji Utami (2003)
menemukan ada kepercayaan itu diyakini
tentang makanan yang berlebih dapat
menyebabkan anak menjadi lebih besar dapat
membawa konsekuensi pada persalinan bias
menjadi lebih lama atau persalinan obstruksi,
sehingga membuat ibu membatasi makanannya
selama hamil untuk menghindari
kesulitan proses persalinan.
Faktor sosial budaya merupakan salah satu
faktor dalam kaitannya dengan angka kematian
ibu (AKI). Karena faktor ini berpengaruh
terhadap prilaku ibu hamil dan perlakuan
lingkungan terhadap perempuan. Sehingga
13. 13STIKes Dharma Husada Bandung
kepercayaan terhadap aspek tradisional
(sosialbudaya) bila tidak disaring dan diikuti
dengan penuh kesadaran akan berdampak pada
kesehatan perempuan. Sehingga dikhawatirkan
tidak lagi berorientasi pada upaya perlindungan
kesehatan jiwa ibu hamil (Saifuddin, 2012).
Pantangan perilaku makan yang dilihat
berdasarkan karakteritik ibu hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani
Bandung
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan
bahwa perilaku makan berdasarkan praktik
budaya sunda pada ibu hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Griya Antapani Bandung
karakteritik ibu hamil paling banyak didapatkan
pada usia 26-36 tahun yaitu pantang makan
pisang dempet 16 orang (59,3%), pantang
makan nanas 13 orang (54,2%) dan pantang
makan jantung pisang 57,1%, Sedangkan
pantangan makan lainya yaitu tape dan keong
masing-masing sebanyak 9 orang (56,3%) dan
pantang makan menggunakan piring besar 10
orang (47,6%).
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berfikir dan bekerja (Kristiyanasari, 2010). Dari
segi kepercayaan masyarakat pada ibu hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Griya Antapani
Bandung menyatakan bahwa seseorang yang
lebih dewasa lebih dipercaya dari orang yang
belum tinggi kedewasaannya. Hal ini dilihat
dari pengalaman dan kematangan jiwanya pada
ibu hamil dalam berpantangan makan pisang
dempet 16 orang (59,3%), pantang makan
nanas 13 orang (54,2%) dan pantang makan
jantung pisang 57,1% serta pantangan makanan
lain yaitu tape dan keong masing-masing
sebanyak 9 orang (56,3%) dan pantang makan
menggunakan piring besar 10 orang (47,6%).
Umur merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang.
Menurut Kwick (2014) ibu hamil yang
menjalani hidup secara normal dapat
diasumsikan bahwa semakin lama hidup yaitu
usia 26-35 tahun maka pengalaman semakin
banyak, pengetahuan semakin luas,
keahliannya semakin mendalam dan
kearifannya semakin baik dalam pengambilan
keputusan tindakannya. Demikian juga ibu,
semakin lama hidup usia 26-35 tahun, maka
akan semakin terpengaruh oleh budaya, dalam
melakukan tindakannya yaitu kepercayaan ibu
hamil tentang pantangan makan, sehingga
dapat merugikan kesehatan pada ibu dan bayi
seperti Anemia dan BBLR pada bayi.
Pantangan makan berdasarkan karakteritik
pekerjaan ibu hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Griya Antapani Bandung
didapatkan IRT dengan jumlah pantangan
terbanyak yaitu pisang dempet sebanyak 22
orang (81,5%), nanas sebanyak 21 orang
(87,5%) dan durian sebanyak 18 orang (90,0%).
Sedangkan pantangan makanan lain yaitu tape
dan keong mas masing-masing sebanyak 13
orang (81,3%) dan piring besar sebanyak 19
orang (90,0%).
Pantangan makan pada ibu hamil dilihat dari
pekerjaan paling banyak yaitu ibu rumah
tangga, dengan pekerjaan IRT besar
kemungkinan mereka sering komunikasi antar
tetangga yang paling erat berhubungan
dengan perilaku makan paling banyak yang
mengatakan dan menyarankan untuk makan
pada ibu hamil yang berpantangan. Pada
dasarnya pada ibu hamil sebaiknya makan
dengan seuai porsinya yaitu tidak ada
pantangan dalam hal makanan, dan makanan
akan memberikan nutrisi yang cukup untuk
mampu memenuhi kebutuhan ibu dan janin
justru lebih baik. Termasuk bagi ibu hamil yang
masih melakukan aktivitas bekerja. Makan
sesuai dengan waktunya diimbangi dengan
makanan yang bernutrisi cukup, itu akan
membuat kondisi dan ketahanan tubuh bagi ibu
hamil dan si janin tidak mudah terserang virus
penyakit.
Berdasarkan penelitian yang didapatkan bahwa
pantangan makan dilihat dari karakteristik
pendidikan ibu hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Griya Antapani Bandung yaitu
menengah (SMA) dengan pantangan makan
paling banyak pisang dempet sebanyak 16
orang (59,3%), nanas sebanyak 15 orang
(62,5%) dan durian sebanyak 13 orang (65,0%).
Sedangkan pantangan lain paling banyak tape
11 orang (68,8%) dan keong mas dengan
pendidikan ibu dasar (SD, SMP) sebanyak 8
orang (50,0%) dan piring besar dengan
pendidikan yang sama yaitu orang 11 orang
(52,4%).
Banyak masyarakat Sunda yang tidak bisa
melanjutkan sekolah hingga perguruan tinggi.
Berdasarkan status pendidikan, kebanyakan
wanita sunda hanya sampai Sekolah Dasar
sampai menenagh yaitu SMA. Rendahnya
pendidikan ibu akan berdampak pada
rendahnya pengetahuan ibu yang berpengaruh
pada kesadaran ibu dalam perilaku makan yaitu
14. 14STIKes Dharma Husada Bandung
pantangan makanan selama kehamilan. Makin
rendah pengetahuan ibu, makin banyak
keinginannya untuk melakukan pantangan yang
dipercayai oleh ibu hamil dan merugikan pada
kehamilanya termasuk anemia dan status gizi
yang banyak dialami oleh sebagian ibu hamil
karena pola prilaku terhadap pantangan
makanan yang salah. Oleh sebab itu pendidikan
ibu adalah faktor yang cukup berpengaruh
terhadap terjadinya perilaku makan (Marta,
2014).Mengacu pada teori Leininger dan
Marilyn R. Mc.Farland, (2006), dalam tulisan
memberi nama model dari teori Culture Care/
Mengenai suatu pemikiran atau suatu
kepercayaan tradisional ada sisi baik dan
tidaknya (pengaruh kepercayaan tradisional),
namun permasalahan yang cukup besar
pengaruhnya pada seorang Ibu pada masa
kehamilan adalah masalah gizi. Kegiatan ibu
hamil sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi
dengan pantangan-pantangan terhadap
beberapa makanan yang sebenarnya sangat
dibutuhkan oleh wanita hamil. Apabila
kurangnya asupan energy dari makanan,
tentunya akan berdampak negative terhadap
kesehatan ibu dan janin. Karena adanya
kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-
pantangan terhadap beberapa makanan.
Demikian setiap orang dari masing-masing
pandangan dilihat dari segi budaya mengetahui
dan dapat mendefinisikan cara-cara sesuai
pengalaman dan persepsi mereka terhadap
dunia keperawatan dan dapat menghubungkan
pengalaman dan persepsi mereka terhadap
keyakinan sehat secara umum dan praktiknya.
Maka, teori ini dikembangkan dari konteks
budaya. Kultur yang dimaksud adalah
pembelajaran, pertukaran dan transmisi nilai-
nilai, keyakinan-keyakinan, norma-norma dan
praktik hidup dari suatu kelompok khusus yang
menjadi petunjuk berpikir, mengambil
keputusan, dan tindakan-tindakan dalam pola-
pola tertentu seperti pola dan perilaku makan
yang memaksakan budaya untuk melakukan
pantangan (Nursalam, 2013).
Masalah nilai budaya dan kaitannya dalam
pembangunan wilayah berkaitan dengan
hampir seluruh aspek kehidupan manusia dan
masyarakat. Sedangkan menurut Marpaung
(2013) mengatakan bahwa pada
perkembangan, pengembangan, penerapan
budaya dalam kehidupan, berkembang pula
nilai – nilai yang melekat di masyarakat yang
mengatur keserasian, keselarasan, serta
keseimbangan. Nilai tersebut dikonsepsikan
sebagai nilai budaya. Selanjutnya, bertitik tolak
dari pendapat diatas, maka dapat dikatakan
bahwa setiap individu dalam melaksanakan
perilaku makan dalam pantangan-pantangan
makan yang memaksa ibu untuk menuntut
didalam sosial masyarakatnya selalu
berdasarkan serta berpedoman kepada nilai –
nilai atau system nilai yang ada dan hidup
dalam masyarakat itu sendiri. Artinya nilai –
nilai itu sangat banyak mempengaruhi tindakan
dan perilaku manusia, baik secara individual,
kelompok atau masyarakat secara keseluruhan
tentang baik buruk, benar salah, patut atau tidak
patut serta berpantangan dan tidak
berpantangan dalam perilku makan yang
dipaksakan oleh ibu hamil.
Aspek implikasi bagi ilmu pengetahuan yang
didasarkan atas fakta-fakta di mana pengujian
kebenarannya diatur menurut suatu tingkah
laku sistem yang diatur oleh budaya dan nenek
moyang tentang pantangan dan larangan-
larangan yang ada di masyarakat. Kamus Besar
Bahasa Indonesia menyatakan bahwa ilmu
pengetahuan adalah pengetahuan tentang suatu
bidang yang disusun secara bersistem menurut
metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu.
Pengetahuan ibu tentang pantangan makan
yang dilarang didalam sistem budaya Sunda
dapat mempengaruhi kesehatan dan
Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa
yang diketahui oleh seseorang terhadap
cara-cara memelihara kesehatan, seperti
pengetahuan tentang penyakit kehamilan yaitu
Anemia, BBLR, hipertensi pada ibu hamil.
Penyakit tersebut merupakan faktor-faktor
risiko yang akan mengancam ibu hamil
terhadap diri dan kesehatannya (Mulyana,
2012).
Aspek implikasi pelayanan kesehatan pada
ibu hamil adalah mengacu pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan. Pada
satu sisi dapat menimbulkan dan
mempengaruhi kode etik standar profesi yang
ditetapkan. Kesehatan dan pengetahuan untuk
menghindari faktor risiko kehamilan yang
dialami oleh ibu hamil. Perilaku seseorang
dikelompokkan ke dalam perilaku wajar,
perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan
perilaku menyimpang. Dalam sosiologi,
perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak
ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya
merupakan suatu tindakan sosial manusia yang
sangat mendasar. Perilaku tidak boleh
disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang
15. 15STIKes Dharma Husada Bandung
merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih
tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku
yang secara khusus ditujukan kepada orang
lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang
diukur relatif terhadap norma sosial (Mulyana,
2012).
Bila ditinjau dari perspektif kesehatan maka
pantangan perilakupun ada yang dapat
berdampak positif dan negatif. Adanya
pantangan perilaku bagi ibu hamil
menunjukkan keinginan tradisi agar ibu
peduli dengan perawatan kehamilan. Hal ini
merupakan potensi untuk dimanfaatkan oleh
para petugas kesehatan untuk melibatkan ibu
dalam perawatan kehamilan. Pantangan
ibu hamil dalam makan-makanan tertentu yang
ditakutkan risiko kehamilanya atas kelahiran
bayinya nanti, dan membuat ibu hamil yang
tidak sempat memeriksakan diri ke tempat
pelayanan kesehatan. Mengubah kepercayaan
terkait pantangan makan dan perilaku pada
ibu hamil bukanlah hal yang mudah tetapi
bukan tidak mungkin untuk dilakukan. Para
penyedia layanan kesehatan dan para petugas
kesehatan perlu memahami makna simbolik
yang terkandung dalam setiap pantangan
sehingga dapat melakukan perubahan melalui
cara yang tepat dan tidak menyinggung nilai
baik yang ada dalam setiap pantangan
Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan pada penelitian ini, penulis masih
terbatas dalam hal pengumpulan data, sehingga
jumlah sampel yang diteliti data yang dilakukan
hanya 32 orang ibu hamil yang ada di wilayah
kerja Puskesmas Griya Antapani, dan tidak
secara keseluruhan jumlah ibu hamil yang ada
di kecamatan Antapani Bandung, jika
dilakukan keseluruhan peneliti memiliki
ketrebatasan waktu yang cukup lama dan
memerlukan biaya yang mahal. Selain itu
peneliti mengalami kesulitan dalam mencari
jurnal atau teori, karena untuk sumber dan
literatur yang peneliti cari masih kurang. Salah
satu penyebab keterbatasan jurnal atau teori
yang diperoleh terutama praktik budaya Sunda,
selain jumlah jurnal yang diperoleh sulit
diakses, tinjauan mengenai teori dan bahan
yang digunakan masih jarang ditemui dan
bahan atau materi masih terbatas.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Didapatkan gambaran Karakteristik Pada
Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas
Griya Antapani Bandung menunjukan rata-
rata ibu hamil usia 26-35 tahun yaitu
sebanyak 18 orang (56,3%), hampir
seluruhnya memiliki status pekerjaan ibu
rumah tangga yaitu 26 orang (81,3%) dan
tingkat pendidikan yaitu menengah
sebanyak 18 orang (56,3%).
2. Gambaran Pantangan Makan Dalam Praktik
Budaya Sunda Pada Ibu Hamil Di Wilayah
Kerja Puskesmas Griya Antapani Bandung
yaitu ada pantangan makan pada ibu hamil
diantaranya ibu hamil pantang makan
pisang dempet yaitu sebanyak 27 orang
(84,4%) dan pantangan makanan lainnya
yaitu tape dan keong mas masing-masing
sebanyak 16 orang (50,0%).
Berdasarkan Pantangan Makan Dalam
Praktik Budaya Sunda Pada Ibu Hamil yang
dilihat dari karakteritik usia yaitu
didapatkan usia 26-36 tahun yaitu pantang
makan pisang dempet 16 orang (59,3%),
pantang makan nanas 13 orang (54,2%) dan
pantang makan jantung pisang 57,1%,
Sedangkan pantangan makan lainya yaitu
tape dan keong masing-masing sebanyak 9
orang (56,3%) dan pantang makan
menggunakan piring besar 10 orang
(47,6%).
Berdasarkan Pantangan Makan Dalam
Praktik Budaya Sunda Pada Ibu Hamil yang
dilihat dari karakteritik pekerjaan
didapatkan IRT dengan jumlah pantangan
terbanyak yaitu pisang dempet sebanyak 22
orang (81,5%), nanas sebanyak 21 orang
(87,5%) dan durian sebanyak 18 orang
(90,0%). Sedangkan pantangan makanan
lain yaitu tape dan keong mas masing-
masing sebanyak 13 orang (81,3%) dan
piring besar sebanyak 19 orang (90,0%).
Berdasarkan Pantangan Makan Dalam
Praktik Budaya Sunda Pada Ibu Hamil yang
dilihat dari karakteritik pendidikan
menengah (SMA) dengan pantangan makan
paling banyak pisang dempet sebanyak 16
orang (59,3%), nanas sebanyak 15 orang
(62,5%) dan durian sebanyak 13 orang
(65,0%). Sedangkan pantangan lain paling
banyak tape 11 orang (68,8%) dan keong
mas dengan pendidikan ibu dasar (SD,
SMP) sebanyak 8 orang (50,0%) dan piring
16. 16STIKes Dharma Husada Bandung
besar dengan pendidikan yang sama yaitu
orang 11 orang (52,4%
Saran
1. Bagi Puskesmas
Diharapkan pada pihak puskesmas dapat
melakukan penyuluhan kesehatan
tentang pantangan makan yang baik
terhadap status gizi bagi ibu hamil,
sehingga ibu hamil dapat merubah
perilaku pantangan tersebut yang berguna
untuk dirinya dan bayi yang akan
dilahirkannya nanti.
2. Bagi Ibu Hamil
Diharapkan dari hasil penelitian ini bagi
ibu hamil yang berpantangan terhadap
makanan tertentu (ikan asin, cumi-cumi,
ikan lele) ibu dapat menambah
pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan
gizi yang sangat berguna pada
kehamilanya, sehingga ibu tidak memiliki
gizi kurang dan tidak menyebabkan
anemia.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan peneliti lebih lanjut agar dapat
meneliti tentang pengaruh penyuluhan
kesehatan terhadap pantangan makan yang
dilihat dari konteks budaya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, 2014. Ilmu sosial dasar. Jakarta:
Penerbit PT Rineka Cipta.
Ahmadi, 2012. Psikologi umum. Jakarta:
Rineka Cipta.
Allport (1954) dalam Notoatmodjo, 2012.
Pendidikan Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Azwar, 2009. Sikap Dan Pengukuran Perilaku.
Jakarta : EGC
Badrujaman, 2008. Antropologi Budaya: Suatu
Perspektif Kontemporer. Jakarta:
Erlangga.
Bagus Ida, 2013. Sinopsis Obstetry Jilid I.
EGC. Jakarta. Neil-Wendy Rose.
Perawatan Kehamilan. Dian Rakyat.
Jakarta
Bloom, 2001. Hereafter, this is referred to as
the revised Taxonomy
Dinkes Kota Bandung, 2015 Tentang Data
Cakupan Ibu Hamil Tahun 2015.
Dumatubun, 2012. Kebudayaan dan Kesehatan
Dalam Perspektif Antropologi
Kesehatan. Jakarta. EGC
Foster & Anderson, 2006. Pantangan pada
perilaku. Jakarta : EGC
Green (1980) dalam Notoatmodjo, 2010.
Perilaku dan pendidikan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Herimanto, 2011. Kepercayaan dan Persiapan
Konsumsi makan pada ibu hamil. Jakarta
Rineka Cipta.
Ilmi, 2016. Kajian Budaya Dan Makna
Simbolis Perilaku Ibu Hamil Dan Ibu
Nifas. Diakses dari
http://ppjp.unlam.ac.id. Diunduh pada
tanggl 21 Januari 2017
Kemenkes RI, 2009. Tahapan Pengembangan
Usia. Kementrian Kesehatan Tahun
2008-2009
Koentjaraningrat, 2013. Pengantar Ilmu
Antropologi dan kebudayaan. Jakarta.
Rineka Cipta
Kotler, 2000. Tindakan dan perilaku ibu hamil
yang berbudaya. Jakarta : EGC
Kristiyanasari, 2010. Gizi Ibu Hamil.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Kusmiyati et all, 2008. Perawatan ibu hamil
(Asuhan ibu hamil).Yogyakarta: Fitra
Maya
Kwick, 2014. Perilaku Dan Tindakan Pada Ibu
Hamil. Jakarta : EGC
Marta, 2014. Pengaruh Penggunaan Jenis Gula
dan Konsentrasi Saribuah Terhadap
Beberapa Karakteristik pada ibu hamil
Lembaga Penelitian Universitas
Padjadjaran, Universitas Padjadjaran.
Mulyana 2012. Komunikasi Lintas Budaya.
Bandung.
Munandar, 2013. Peran Budaya Organisasi
Dalam Peningkatan Peran serta dan
tokoh masyarakat, Bagian Psikologi
Universitas Indonesia, Jakarta.
Najoan, Et Al, 2010. Tingkat Sosial Ekonomi
Hubungan Erat Dengan Status Pekerjaan
Ngatimin, 2013. Kepercayaan dan Nilai-nilai
sosial budaya. Yayasan PK3. Makasar.
Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, 2012 dalam Khomsan Et Al
(2009. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, 2013. Promosi Kesehatan dan
Perilaku Kesehatan. Penerbit Rineka
Cipta. Jakarta.
Nurpuji Utami, 2003. Hubungan antara
Pengetahuan dengan Perilaku Praktek
BAB di Wilayah Kerja Puskesmas
Karang Rayung Kabupaten Grobogan.
17. 17STIKes Dharma Husada Bandung
Diakses dari from
http://situs.pendkeseh.info. Diunduh
pada tanggal 21 Januari 2017
Nursalam 2013. Konsep Dan Penerapan
Metodologi Penelitian Keperawatan.
Pendekatan Praktis Edisi 3. Jakarta.
Salemba Medika.
Prawirohardjo, 2009. Buku Acuan Nasional
Maternal dan. Neonatal. Jakarta:
JPNKR-POGI.
Proverawati, 2009. Buku Ajar Gizi untuk
Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika
Retnaningsih, Budiani, 2010. Hubungan
pengetahuan ibu hamil tentang gizi
Dengan status gizi ibu hamil trimester III
di Puskesmas Colomadu II,
Karanganyar. Program D IV Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret: Universitas
Retno, 2015. Pantangan dan larangan pada ibu
hamil jakarta : EGC.
Rina, 2013. Pantangan dalam Kehamilan,
Kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi
dalam Konteks. Budaya. Universitas
Gajah Mada.
Saifuddin, 2012. Faktor Sosial Budaya. Jakarta
: EGC
Saptandari P, 2012. Budaya Sebagai Warisan
Turun Temurun. Jakarta, Salemba
Medika.
Sarwono, 2008. Pengaruh Nilai Budaya
Masyarakat Terhadap Ibu Hamil,
Bersalin, Dan Nifas. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka
SDKI, 2015. Survey Demografi Kesehatan
Indonesia tahun 2013-2015 angka
kematian ibu di Indonesia
Simamora et al, 2010. Falsafah Budaya dan
Teori Penerapannya. Yogyakarta.
Nugrha
Sinsin, 2008. Manfaat Buah Nanas Pada Ibu
Hamil. Jakarta : EGC
Soekanto, 2012. Pola Hidup dalam
Kebudayaan. Jakarta.
Sri, 2006. Nilai-Nilai Dan Kepercayaan Pada
Budaya. Jakarta : EGC
Sukandi, 1993. Pandangan dan Perilaku Ibu
Selama Kehamilan dan Pengaruhnya
pada Kematian Bayi di Desa jalancagak,
Subang, Jawa Barat. In M. F. Swasono,
Kehamilan, 16 Kelahiran, Perawatan Ibu
dan Bayi dalam Konteks Budaya (pp.
133-157). Jakarta: UI-Press.
Suryawati, 2007. Faktor Sosial Budaya dalam
Praktik Perawatan Kehamilan,
Persalinan, dan Pasca Persalinan.
Diunduh dari
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jpk
i/article/viewFile/2800/2488. Diakses
pada tanggal 12 September 2016
Sutrisno 2014. Budaya Organisasi. Kencana
Prenada Media Group. Jakarta.
Swasno, 2012. Aspek Sosial Budaya Dan
Jamu-Jamuan Pantangan Makan-
Makanan. Jakarta. EGC.
UU SISDIKNAS No. 20, 2014. Tingkat
Pendidikan.
WHO, 2012. Data angka kematian ibu di
seluruh dunia. Diakses dari
http://www.who.int/. diunduh pada
tanggal 12 September 2016.
Wibowo, 2013. Arsitektur Tradisional Sunda
dan Proyek Pengkajian dan Pembinaan
Nilai-nilai Budaya, Pusat Direktorat
Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat
Jenderal Kebudayaan, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta:
EGC
Winarno, 2012. Pewarisan Kebudayaan Yang
Bersifat Vertikal. Jakarta. EGC
Wintrobe, 2012. Perubahan perilaku pada ibu
hamil Jakarta : EGC