1. TANTANGAN GLOBAL PENDIDIKAN
Prof. Suyanto, Ph.D
Setiap tangal 2 Mei bangsa Indonesia memperingatanya sebagai Hari
Pendidikan Nasional. Dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional kali ini
menjadi sangat penting untuk melakukan refleksi bersama secara personal
maupun secara kolektif terhadap cita-cita besar dan luhur dalam bidang
pendidikan: mencerdaskan kehidupan bangsa. Cita-cita luhur itu kemudian
dibingkai menjadi lebih fokus dan spesisik, diberi dasar ideologi bangsa
sehingga menjadi rumusan yang lebih ideologis dan filosofis sebagaimana
didokumentasikan di dalam UU Sistem Pendidikan Nasional kita, berbunyi:
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut sangat visioner, dan
bahkan seakan tak lekang di makan zaman. Meski demikian, praksis
pendidikan tidaklah selalu sama dan seiring dengan tujuan dan fungsi yang
telah terumuskan secara visioner tersebut. Hal ini terjadi karena dunia global
dengan berbagai inovasi dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi
bergerak dan tumbuh secara amat dinamaik. Pertumbuhan dan pergerakan
itu suka tidak suka akan berpengaruh dalam semua aspek kehidupan kita.
Sementara praksis pendidikan kita berjalan belum lebih cepat dari
pertumbuhan dan perkembangan dunia global. Oleh karena itu proses dan
praksis pendidikan kita akan selalu diuji oleh kekuatan-kekuatan global
sehingga pada akhirnya akan menghadapi tantangan yang nyata terutama
dalam aspek kualitas dan relevansinya. Coba saja misalnya kita melongok
2. pada gerakan global yang lebih dekat dengan Indonesia, Masyarakat
Ekonomi Asean. Gerakan global ini akan dimulai dan dipraktikkan pada
bulan Desember 2015. Sudahkan pendidikan kita mengantisipasi bagaimana
membuat program-program belajar yang relevan dengan tuntutan kualitas
dan relevansi terhdap berlakunya praktek global meskipun hanya berskala
ASEAN? Sungguh hal ini akan menjadi tentangan bagi dunia pendidikan kita
agar fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagaimana dimandatkan oleh
UU Sisdiknas tersebut di atas dapat terwujud. Jika sektor pendidikan kita
mampu mengembangkan dan mencapai fungsi dan tujuan tersebut, tentu
kita tidak akan panik menghadapi gerakan global Masyarakat Ekonomi
Asean. Ketika Masyarakat Ekonomi Asean nanti diberlakukan, kita harus
menerima konsep yang telah disepakati bersama bahwa akan diterapkan
basis kerja dan paradigma ekonomi satu produk satu pasar untuk bangsa
Asean. Dampaknya produk kita akan bersaing secara bebas. Thiwul
Gunungkidul bisa jadi nanti akan harus bersaing dengan thiwul dari
Thailand, Malaysia, Vietnam. Begitu pula dalam bidang jasa, pendidikan,
kesehatan, dan ekonomi kreatif kita juga harus bersaing head to head
dengan bangsa lain di Asean ketika Masyarakat Ekonomi Asean telah
menjadi kenyataan pada bulan Desember nanti.
Lalu apa yang dapat dilakukan oleh dunia pendidikan di republik ini
agar kita bisa berjaya dalam menghadapi tantangan global seperti itu? Mau
tidak mau dunia pendidikan harus mengusung kebijakan kualitas dan
relevansi tanpa kompromi. Untuk bisa demikian pendidikan perlu
membelajarkan peserta didik di semua jenjang pendidikan akan pentingnya
penguasaan keterampilan abad 21 di mana gerakan global pengetahuan,
teknologi dan kehidupan selalu terjadi. Pearson, dalam Learning Curve
Report 2014, telah berhasil memetakan delapan keterampilan abad 21
yang perlu dikuasai oleh peserta didik agar mereka bisa hidup dalam era
global abad 21. Delapan keterampilan itu meliputi: (1) Leadership; (2)
Digital literacy; (3) Communication; (4) Emotional intelligence; (5)
Entrepreneurship; (6) Global citizenship; (7) Problem Solving; dan (8)
Team-working. Itulah tantangan pendidikan kita di era global abad 21.
3. Semoga kesadaran kolektif kita bisa membuat kualitas dan relevansi
pendidikan nasional selalu terjaga dengan baik, sehingga keterampilan hidup
abad 21 bisa kita miliki bersama sebagai sebuah bangsa yang mandiri,
bermartabat, dan berdaulat.
Penulis adalah Guru Besar FE Universitas Negeri Yogyakarta.