2. Progresivisme adalah suatu gerakan dan
perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini
berpendapat bahwa pengetahuan yang benar dimasa
kini mungkin tidak benar dimasa yang akan mendatang
pendidikan harus terpusat pada anak bukan memfokuskan
pada guru atau bidang muatan.
Progresivisme merupakan pendidikan yang
berpusat pada siswa dan memberi penekanan lebih besar
pada kreativitas, aktivitas, belajar “naturalistic”, hasil
belajar “dunia nyata” dan juga pengalaman teman
sebaya.
3. Kurikulum sebagai jantung pendidikan tidak saja dimaknai
sebagai perangkat rangkaian mata pelajaran yang
ditawarkan sebagai gaet dalam sebuah program
pendidikan disekolah tetapi sesungguhnya kurikulum
mengandung arti luas oleh karenanya banyak pakar
memaknai kurikulum dengan titik tekan yang berbeda.
kurikulum berfungsi sebagai rambu-rambu dalam proses
pembelajaran, kurikulum harus bersifat luwes sesuai
dengan situasi dan kondisi. Untuk itu kurikulum harus
disusun berdasarkan realitas kehidupan dan pengalaman
sehari-hari peserta didik, bukan atas dasar selera guru.
4. Menurut William H. Kilpatrick, kurikulum yang baik didasarkan tiga
prinsip :
pertama, peningkatan kualitas hidup anak sebaik-baiknya menurut
tingkat perkembangan.
Kedua, menjadikan kehidupan actual kearah perkembangan dalam
suatu kehidupan yang bulat dan menyeluruh.
Ketiga, mengembangkan aspek kreatifitas kehidupan yang
merupakan tolok ukur utama bagi keberhasilan sekolah, sehingga anak
didik berkembang dalam kemampuannya yang actual, secara aktif
memikirkan hal-hal yang baru untuk dipaktikkan dalam bertindak
secara bijaksana melalui pertimbangan yang matang.
5. Dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya kurikulum
pendidikan progrisivisme menekankan pada how to think
(bagaimana berpikir), how to do (bagaimana bekerja), bukan
what to think dan what to do artinya lebih menekankan dan
mengutamakan metode dari pada materi.
Dengan menekankan pada aspek metodologi kurikulum
yang disusun berdasar landasan filosofi progresivisme akan
dapat menyesuaikan situasi dan kondisi, luwes atau fleksibel
dalam menghadapi perubahan, serta familier terhadap masa
kini.
6. Guru menurut pandangan filsafat progresivisme adalah
sebagai penasihat, pembimbing, pengarah dan bukan sebagai
orang pemegang otoritas penuh yang dapat berbuat secara
apa saja (otoriter) terhadap muridnya.
Teori progresivisme megatakan bahwa tugas guru/pendidik
sebagai pembimbing aktivitas anak didik dan berusaha
memberikan kemungkinan lingkungangan terbaik untuk
belajar. Sebagai pembimbing ia tidak boleh menonjolkan diri,
ia harus bersikap demokratis dan memperhatikan hak-hak
alamiah peserta didik secara keseluruhan.
Dengan kata lain guru harus mempunyai kreatifitas dalam
mengelola peserta didik, kreatifitas itu akan berkembang dan
berfariasi peserta didik yang ia hadapi.
7.
8. Dengan demikian prasyarat yang harus dilakukan
oleh peserta didik/ murid adalah sikap aktif dan kreatif,
bukan hanya menunggu seorang guru mengisi dn
mentransfer ilmunya kepada mereka. Murid tidak boleh
ibarat “botol osong” yang akan berisi ketika diisi oleh
penggunanya /pemiliknya.
Jika demikian yang terjadi maka proses belajar
mengajar hanyalah berwujud transfer of knowledge dari
seorang guru kepada murid, dan ini tidak akan
mencerdaskan sehingga dapat dibilang tujuan
pendidikan gagal.
9. Pada dasarnya proses pendidikan
menyangkut dua aspek yaitu:
1. Psikologi
2. Sosiologi
Perkembangan anak dibagi menjadi 3
fase :
1.Fase bermain
2.Ketika anak berumur 8 sampai 12 tahun
3.Anak berumur 12 tahun keatas