SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
KATA PENGANTAR

     Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penyusun, akhirnya
penyusun dapat menyelesaikan tugas untuk menyusun makalah dengan
judul “Pendekatan Konstektual”.

     Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mendapat bantuan dari
berbagai pihak, maka penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

   1. Drs. Sirajuddin, MM, selaku dosen STKIP Kusuma Negara Jakarta.
   2. Seluruh teman-teman yang telah memberikan dukungan dan
      semangat dalam penyusunan makalah ini.

     Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat.
Apabila ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini, penyusun mohon
maaf. Kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan
sebagai pedoman untuk menyusun makalah pada tahap berikutnya.




                                                  Jakarta, Maret 2012




                                                     Romi Afrizal




                                  i
BAB I

                           PENDAHULUAN

     A. Latar Belakang Masalah

     Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas
yang berfokus pada guru sebagai utama pengetahuan, sehingga ceramah
akan menjadi pilihan utama dalam menentukan strategi belajar. Sehingga
sering mengabaikan pengetahuan awal siswa.Untuk itu diperlukan suatau
pendekatan belajar yang memberdayakan siswa. Salah satu pendekatan
yang memberdayakan siswa dalam pendekatan kontekstual (CTL).

     CTL dikembangkan oleh The Washington State Concortium for
Contextual Teaching and Learning, yang melibatkan 11 perguruan tinggi,
20 sekolah dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam dunai pendidikan
di Amerika Serikat. Salah satu kegiatannya adalah melatih dan memberi
kesempatan kepada guru-guru dari enam propinsi di Indonesia untuk
belajar pendekatan kontekstual di Amerika Serikat, melalui Direktorat SMP
Depdiknas.

     Proses belajar-mengajar merupakan kegiatan utama sekolah. Dalam
proses ini siswa membangun makna dan pemahaman dengan bimbingan
guru. Kegiatan belajar-mengajar hendaknya memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melakukan hal-hal secara lancar dan termotivasi.
Suasana belajar yang diciptakan guru harus melibatkan siswa secara aktif.
Di sekolah, terutama guru diberikan kebebasan untuk mengelola kelas
yang meliputi strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang
efektif, disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik
siswa, guru, dan sumber daya yang tersedia di sekolah.
     Namun Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran
bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya,


                                   1
2



bukan      memgetahuinya.     Pembelajaran   yang     berorientasi   pada
penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka
pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan
dalam kehidupan jangka panjang
     Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam
bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan
daripada hasil
     Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa
mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan
strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai
sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru
bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan
sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran guru di kelas yang
dikelola dengan pendekatan kontekstual.

     B. Tujuan Penulisan

     Untuk menambah ilmu dan pengalaman penulis dalam menulis
makalah.

     Untuk memenuhi kewajiban dalam rangka melengkapi tugas dalam
mengambil mata kuliah Teori belajar dan Pembelajaran.

     Untuk       wawasan    pengetahuan   penulis   tentang   pendekatan
kontekstual.
BAB II

                     PENDEKATAN KONTEKSTUAL

   A. Pengertian pendekatan Kontekstual

     Pendekatan konstektual merupakan suatu konsep belajar dimana
guru menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong
siswa membuat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Hasil pembekajaran diharapkan lebih bermakna
bagi anak untuk memecahkan persoalan, berfikir kritis danmelaksanakan
observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya.
Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa
manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.
Kontekstual hanyalah strategi pembelajaran. Seperti halnya strategi
pembelajaran yang lain, konstektual dikebangkan dengan tujuan agar
pembelajaran     berjalan   lebih   produktif    danbermakna.   Pendekatan
konstektual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan
tatanan   yang    ada   dengan      melibatkan    tujuh   komponen   utama
pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya
(Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning
Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic
Assessment)

     1. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan
memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang
dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural)
sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel
dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke
permasalahan/ konteks lainnya.



                                      3
4


   2. Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan
      antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan
      mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang
      diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
      sebagai anggota keluarga dan masyarakat.




   B. Megapa Pembelajaran Kontekstual

    Pola pikir sentralistik, dan uniformistk mewarnai pengemasan dunia
pendidikan kita keputusan selalu dilaksanakan berdasarkan hierarky-
birokrasi. Ada kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk
kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika
lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih berma‟na jika
anak “mengalami” sendiri apa yang dialaminya, bukan “mengetahui” -nya.
Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti
berhasil dari kompetensi “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam
membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka
panjang, pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning/CTL)
adalah   suatu   pendekatan    pengajaran    yang      dari   karakteristiknya
memenuhi harapan itu. Alasan mengapa pembelajaran kontekstual
dikembangkan sekarang ini:

           1.      penerapan kontek budaya dalam pengembangan
      silabus, penyusunan buku pedoman guru, dan buku teks akan
      mendorong sebagian siswa untuk tetap tertarik dan terlibat dalam
      kegiatan pendidikan.
           2.      penerapan     konteks    sosial    dalam    pembangunan
      silabus, penyusunan buku pedoman, dan buku teks yang dapat
      meningkatkan    kekuatan    masyarakat         memungkinkan     banyak
      anggota masyarakat untuk mendiskusikan berbagai isu yang dapat
      berpengaruh terhadap perkembangan masyarakat.
5


            3.      penerapan      konteks      personal      yang      dapat
      meningkatkan keterampilan komunikasi, akan membantu lebih
      banyak siswa untuk secara penuh terlibat dalam kegiatan
      pendidikan dan masyarakat.
            4.      penerapan     konteks    ekonomi   akan     berpengaruh
      terhadap     peningkatan    kesejahteraan     sosial    politik   dapat
      meningkatkan kesejahteraan sosial.

     Penerapan konteks politik dapat meningkatkan pemahaman siswa
tentang berbagai isu yang dapat berpengaruh terhadap masyarakat.




   C. Hakekat Pembelajaran Konstektual

     dan metodologi pengajaran yang berhubungan dengan pengalaman
dan minat siswa. Filosofi pembelajaran kontekstual berakar dari paham
progresivisme John Dewey. Intinya siswa akan belajar dengan baik
apabila apa yangmereka pelajari berhubungan dengan apa yang mereka
ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam
proses belajar di sekolah. Selain teori progresivisme John Dewey, teori
kognitif melatar belakangi pula filosofi pembelajaran kontekstual. Siswa
akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam
segala kegiatan di kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri.
Melalui landasan konstruktivisme “CTL”dipromosikan menjadi alternatif
strategi belajar yang baru. Melalui strategi “CTL” siswa diharapkan belajar
melalui mengalami, dengan menghafal. Menurut filosofi konstruktivisme,
pengetahuan berdifat non-obyektif, temporer dan selalu berubah. Belajar
adalah pemaknaan pengetahuan, bukan perolehan pengetahuan dan
mengajar diartikan sebagai kegiatan atau proses menggali makna, bukan
memindahkan pengetahuan kepada orang yang belajar. Hakikat teori
konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menjadikan informasi itu
6


menjadi miliknya sendiri. Teori ini memandang siswa secara terus
menerus memeriksa informasi-informas baru yang berlawanan dengan
aturan-aturan lama danmemperbaiki aturan-aturan tersebut jika tidak
sesuai lagi –teori konstruktivis menuntut siswa berperan aktif dalam
pembelajaran mereka sendiri. Karena itulah strategi ini disebut pengajaran
yang terpusat pada siswa (student-centered intruction). Dalam pandangan
konstruktivistik, kebebasan dipandang sebagai penentu keberhasilan
karena   kontrol   belajar   dipegang   oleh   siswa   itu   sendiri.   Tujuan
pembelajaran ini menekankan pada penciptaan pemahaman, yang
menuntut aktifitas yang kreatif dan produktif dalam konteks nyata. Dengan
demikian, paham ini menolak pandangan behavioristik. The Northwest
Regional Educarion Laboratory USA mengidentifikasikan adanya enam
kunci dasar dari pembelajaran kontekstual, sebagai berikut:

     1. Pembelajaran berma‟na; pemahaman, dan penalaran pribadi
sangat terkait dengan kepentingan siswa dalam mempelajari isi materi
pelajaran.
     2. Penerapan pengetahuan; adalah kemampuan siswa untuk
memahami apa yang dipelajari dan diterapkan dalam tataran kehidupan
da fungsi dimasa sekarang atau dimasa yang akan dating.
     3. Berfikir tingkat tinggi; siswa diwajibkan untuk memanfaatkan
berfikir kreatifnya dalam pengumpulan data, pemahaman suatu isu dan
pemecahan suatu masalah.
     4. Kurikulum     yang    dikembangkan     berdasarkan      standart;   isi
pembelajaran harus dikaitkan dengan standar local, provinsi, nasional,
perkembangan Iptek serta dunia kerja.
     5. Responsif terhadap budaya; guru harus memahami dan
menghargai nilai, kepercayaan, ddan kebiasaan siswa, teman, pendidik
dan masyarakat tempat ia mendidik

     Penilaian autentik; penggunaan berbagai strategi penalarannya yang
akan merefleksikan hasilbelajar sesungguhnya.
7


   D. Fokus Pembelajaran Kontekstual

     Lima    Strategi     Umum      Pembelajaran       KontekstualCenter   Of
Occupational Reseach And Development (CORD) menyampaikan lima
strategi bagi pendidik dalam rangka penerapan pembelajaran kontekstual,
yang disingkat react, yaitu:

     1. Relating    :   Belajar   dikaitkan   dengan    konteks   pengalaman
kehidupan nyata.
     2. Experiencing : Belajar ditekankan kepada penggalian (eksplorasi),
penemuan (discovery), dan penciptaan (invention).
     3. Applying : Belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan didalam
konteks pemanfaatannya.
     4. Cooperating : Belajar melalui konteks komunikasi interpersonal,
pemakaian bersama dan sebagainya.

     Transferring : Belajar melalui pemanfaatan pengetahuan didalam
situasi atau konteks baru.




   E. Pemikiran tentang belajar

     Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan
pemikiran tentang belajar sebagai berikut.
     1. Proses belajar

              Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus
       mengkontruksi pengetahuan di benak mereka.
              Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-
       pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja
       oleh guru.
8


         Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki
 sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang
 mendalam tentang sesuatu persoalan.
         Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-
 fakta   atau   proposisi       yang    terpisah,    tetapi    mencerminkan
 keterampilan yang dapat diterapkan.
         Manusia      mempunyai        tingkatan    yang      berbeda   dalam
 menyikapi situasi baru.
         Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan
 sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.

2. Transfer Belajar

         Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian
 orang lain.
         Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks
 yang terbatas (sedikit demi sedikit)
         Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan
 bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu

3. Siswa sebagai Pembelajar

         Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam
 bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan
 untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.
         Strategi     belajar   itu    penting.     Anak      dengan    mudah
 mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang
 sulit, strategi belajar amat penting.
         Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan
 antara yang baru dan yang sudah diketahui.
         Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna,
 memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan
9


      menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk
      menerapkan strategi mereka sendiri.

     4. Pentingnya Lingkungan Belajar

             Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang
      berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa
      menonton     ke   siswa    akting   bekerja   dan   berkarya,   guru
      mengarahkan.
             Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa
      menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih
      dipentingkan dibandingkan hasilnya.
             Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari
      proses penilaian yang benar.
             Menumbuhkan        komunitas belajar dalam bentuk kerja
      kelompok itu penting.




   F. Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas

     Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa
saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya.
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara
garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
      Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan
dan keterampilan barunya
        Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
        kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
        Ciptakan masyarakat belajar.
        Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
10


          Lakukan refleksi di akhir pertemuan
          Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara




   G. Tujuh Komponen Pembelajaran Kontekstual

         1. Konstruktivisme
     (constructivism). Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL,
yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal,
mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar
dimana siswa sendiri aktif secara mental mebangun pengetahuannya,
yang dilandasi oleh struktur pengetahuanyang dimilikinya
     ·        Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman
baru berdasar pada pengetahuan awal.
     ·            Pembelajaran     harus     dikemas      menjadi      proses
“mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
     2. Inquiry
     (Inquiry).    Menemukan     merupakan      bagaian   inti dari kegiatan
pembelajaran berbasis kontekstual Karena pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat
fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan
(inquiry)    merupakan    sebuah    siklus   yang   terdiri   dari   observasi
(observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis),
pengumpulan data (data gathering), penyimpulan (conclusion)
     Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman. Siswa
belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis.
11


     3. Questioning (Bertanya)
     (Questioning). Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai
dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis
kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk : 1) menggali informasi, 2)
menggali pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4)
mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal
yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian pada sesuatu
yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan
dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
     ·Kegiatan   guru    untuk   mendorong,   membimbing     dan   menilai
kemampuan berpikir siswa.
     ·Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran
yang berbasis inquiry.
     4. Learning Community (Masyarakat Belajar)
     (Learning Community). Konsep masyarakat belajar menyarankan
hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil
belajar diperolah dari „sharing‟ antar teman, antar kelompok, dan antar
yang tau ke yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada
komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam
komunikasi pembelajaran saling belajar.
     · Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
     · Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.
     · Tukar pengalaman.
     5. Modeling (Pemodelan)
     Pemodelan     pada    dasarnya   membahasakan      yang    dipikirkan,
mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar
dan malakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam
pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat
dirancang dengan ,elibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.
     · Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja
dan belajar.
12


     · Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
     6. Reflection ( Refleksi)
     (Reflection). Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang
apa yang baru dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah
dilakukan   dimasa    lalu.   Realisasinya   dalam     pembelajaran,   guru
menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa
pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.
     ·      Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.
     ·      Mencatat apa yang telah dipelajari.
     ·      Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok.


     7. Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)
     Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment). Penialaian
adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran
mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis
CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar
bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar.
Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan
kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.
     · Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
     · Penilaian produk (kinerja).
     · Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual.




   H. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

              Kerjasama
             Saling menunjang
             Menyenangkan, tidak membosankan
             Belajar dengan bergairah
             Pembelajaran terintegrasi
13


             Menggunakan berbagai sumber
             Siswa aktif
             Sharing dengan teman
             Siswa kritis guru kreatif
             Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa,
      peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
             Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil
      karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain.




   I. Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual

     Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih
merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi
skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama
siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam
program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan
tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan
authentic assessmennya.
     Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar
rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya.
     Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program
pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual.
Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program
pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang
akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program             untuk
pembelajaran     kontekstual     lebih   menekankan      pada     skenario
pembelajarannya.
     Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut.
14


            1.       Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu
      sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan
      antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan
      Pencapaian Hasil Belajar.
            2.       Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
            3.       Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
            4.       Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
            5.       Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan
      data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.



   J. Kelebihan dan kekurangan pendekatan Kontekstual
     Kelebihan
     1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa
dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di
sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan
dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata,
bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan
tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa,
sihingga tidak akan mudah dilupakan.
     2.   Pembelajaran    lebih   produktif    dan   mampu    menumbuhkan
penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL
menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk
menemukan        pengetahuannya     sendiri.    Melalui   landasan   filosofis
konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan
”menghafal”.


     Kelemahan
     1. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode
CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk
15


menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa
dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan
belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan
keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru
bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak
melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar
sesuai dengan tahap perkembangannya.
     2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan
menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka
sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan
perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan
pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
BAB III
                                 PENUTUP
     A. Kesimpulan
     Pembelajaran berbasis kontekstual memiliki berbagai keunggulan di
antaranya: (1) siswa terlatih untuk bernalar dan berpikir secara kritis
terhadap materi pramenulis laporan dan menulis laporan, (2) siswa penuh
dengan aktivitas dan antusias untuk menemukan tema, (3) siswa berani
mengajukan pertanyaan dan informasi atau hal-hal yang tidak sesuai
dengan pendapat mereka, (4) siswa terlatih untuk belajar ‟sharing ideas’
saling berbagi pengetahuan dan berkomunikasi, (5) siswa dapat
memberikan contoh melakukan pengamatan terhadap suatu objek di
lingkungan sekolah secara giat, serius, dan antusias untuk memperoleh
data seoptimal mungkin, (6) refleksi yang dilakukan, baik selama
pembelajaran berlangsung maupun dalam setiap akhir pembelajaran
berlangsung,   (7)   penilaian   menekankan   pada   proses   dan   hasil
pembelajaran, seperti: presentasi atau penampilan siswa selama:
berdiskusi, melakukan observasi, mendemonstrasikan, dan hasil menulis
laporan; selain itu, setiap siswa melakukan penilaian terhadap laporan
yang yang ditulis oleh temannya.
     Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa
saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya.
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup mudah.
     Pembelajaran berbasis pendekatan kontekstual merupakan upaya
yang ditempuh guru untuk memberikan motivasi pada siswa agar siswa
lebih aktif, kreatif, dan dapat memberdayakan kemampuan dirinya dalam
melakukan kegiatan pembelajaran.




                                       16
17


     B. Saran
     Makalah ini sangat berguna bagi siapa saja, terutama dalam
pelaksanaan pendekatan kontekstual. Untuk itu apapun ilmu yang
diperoleh dalam makalah ini sebaiknya direalisasikan bagi seluruh
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA




Diknas, D. (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning (CTL). Jakarta: Depdiknas.

Hernowo. (2006). Menjadi GURU Yang Mau dan Mampu Mengajar
dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual. Bandung: Mizan Learning
Center.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Mega, I. (2004). Kamus Inggris Indonesia. Surabaya: Mitrapress.

Muslich, M. (2008 ). Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.
Jakarta: Bumi Aksara.

Siregar, E., & Nara, H. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor:
Ghalia Indonesia.

http://books.google.com

http://docs.google.com




                                    18

More Related Content

What's hot

Contoh rph bahasa melayu pemulihan
Contoh rph bahasa melayu pemulihanContoh rph bahasa melayu pemulihan
Contoh rph bahasa melayu pemulihanmuhammad
 
Konsep teknologi pendidikan
Konsep teknologi pendidikanKonsep teknologi pendidikan
Konsep teknologi pendidikanMui Peng Soon
 
Perencanaan pembelajaran pendidikan anak usia dini
Perencanaan pembelajaran pendidikan anak usia diniPerencanaan pembelajaran pendidikan anak usia dini
Perencanaan pembelajaran pendidikan anak usia diniSuraya Atika
 
Taksonomi Bloom Dan Domain Krathwohl
Taksonomi Bloom Dan Domain KrathwohlTaksonomi Bloom Dan Domain Krathwohl
Taksonomi Bloom Dan Domain Krathwohlhaidah
 
Keadilan dalam pedagogi terbeza
Keadilan dalam pedagogi terbezaKeadilan dalam pedagogi terbeza
Keadilan dalam pedagogi terbezaDr. Saprani
 
Rph model assure
Rph model assureRph model assure
Rph model assuretanaipoh
 
Rancangan Pengajaran Harian Bahasa Melayu
Rancangan Pengajaran Harian Bahasa Melayu Rancangan Pengajaran Harian Bahasa Melayu
Rancangan Pengajaran Harian Bahasa Melayu Jack Linang
 
Strategi, pendekatan, kaedah dan teknik pengajaran grafik
Strategi, pendekatan, kaedah dan teknik pengajaran grafikStrategi, pendekatan, kaedah dan teknik pengajaran grafik
Strategi, pendekatan, kaedah dan teknik pengajaran grafikWany Hardy
 
Teori pembelajaran awal kanak-kank
Teori pembelajaran awal kanak-kankTeori pembelajaran awal kanak-kank
Teori pembelajaran awal kanak-kankGabby Ee
 
MEDIA PENGAJARAN DALAM P&P
MEDIA PENGAJARAN DALAM P&PMEDIA PENGAJARAN DALAM P&P
MEDIA PENGAJARAN DALAM P&PNurimani Yase
 
Penulisan ilmiah
Penulisan ilmiahPenulisan ilmiah
Penulisan ilmiahiezaku
 

What's hot (20)

Contoh rph bahasa melayu pemulihan
Contoh rph bahasa melayu pemulihanContoh rph bahasa melayu pemulihan
Contoh rph bahasa melayu pemulihan
 
Konsep teknologi pendidikan
Konsep teknologi pendidikanKonsep teknologi pendidikan
Konsep teknologi pendidikan
 
Perencanaan pembelajaran pendidikan anak usia dini
Perencanaan pembelajaran pendidikan anak usia diniPerencanaan pembelajaran pendidikan anak usia dini
Perencanaan pembelajaran pendidikan anak usia dini
 
Taksonomi Bloom Dan Domain Krathwohl
Taksonomi Bloom Dan Domain KrathwohlTaksonomi Bloom Dan Domain Krathwohl
Taksonomi Bloom Dan Domain Krathwohl
 
Pengurusan bilik darjah
 Pengurusan bilik darjah Pengurusan bilik darjah
Pengurusan bilik darjah
 
TEORI-TEORI PERKEMBANGAN BAHASA
TEORI-TEORI PERKEMBANGAN BAHASATEORI-TEORI PERKEMBANGAN BAHASA
TEORI-TEORI PERKEMBANGAN BAHASA
 
Teknik nyanyian
Teknik nyanyianTeknik nyanyian
Teknik nyanyian
 
Kaedah kodaly
Kaedah kodalyKaedah kodaly
Kaedah kodaly
 
Keadilan dalam pedagogi terbeza
Keadilan dalam pedagogi terbezaKeadilan dalam pedagogi terbeza
Keadilan dalam pedagogi terbeza
 
Rph model assure
Rph model assureRph model assure
Rph model assure
 
Rancangan Pengajaran Harian Bahasa Melayu
Rancangan Pengajaran Harian Bahasa Melayu Rancangan Pengajaran Harian Bahasa Melayu
Rancangan Pengajaran Harian Bahasa Melayu
 
nota Kaedah BMM3117
nota Kaedah BMM3117nota Kaedah BMM3117
nota Kaedah BMM3117
 
Strategi, pendekatan, kaedah dan teknik pengajaran grafik
Strategi, pendekatan, kaedah dan teknik pengajaran grafikStrategi, pendekatan, kaedah dan teknik pengajaran grafik
Strategi, pendekatan, kaedah dan teknik pengajaran grafik
 
Teori pembelajaran awal kanak-kank
Teori pembelajaran awal kanak-kankTeori pembelajaran awal kanak-kank
Teori pembelajaran awal kanak-kank
 
kajian tindakan
kajian tindakankajian tindakan
kajian tindakan
 
REFLEKSI
REFLEKSIREFLEKSI
REFLEKSI
 
Rubrik
RubrikRubrik
Rubrik
 
MEDIA PENGAJARAN DALAM P&P
MEDIA PENGAJARAN DALAM P&PMEDIA PENGAJARAN DALAM P&P
MEDIA PENGAJARAN DALAM P&P
 
Profesionalisme guru
Profesionalisme guruProfesionalisme guru
Profesionalisme guru
 
Penulisan ilmiah
Penulisan ilmiahPenulisan ilmiah
Penulisan ilmiah
 

Viewers also liked

Tugas Teology Kontekstual
Tugas Teology KontekstualTugas Teology Kontekstual
Tugas Teology KontekstualKevinanahoe
 
Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran ipa sd
Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran ipa sdPendekatan kontekstual dalam pembelajaran ipa sd
Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran ipa sdM Hivzil Goro
 
Pendekatan kontekstual pada_siswa_sekola
Pendekatan kontekstual pada_siswa_sekolaPendekatan kontekstual pada_siswa_sekola
Pendekatan kontekstual pada_siswa_sekolaMuhammad Iqbal
 
Makalah pendekatan pembelajaran
Makalah pendekatan pembelajaranMakalah pendekatan pembelajaran
Makalah pendekatan pembelajaranDhiah Febri
 
Model model-pembelajaran-biologi
Model model-pembelajaran-biologiModel model-pembelajaran-biologi
Model model-pembelajaran-biologiAl-Fitrah Zees
 
Rancangan Pengajaran Harian 2013
Rancangan Pengajaran Harian 2013Rancangan Pengajaran Harian 2013
Rancangan Pengajaran Harian 2013Jummy Masindah Jm
 
Rancangan mengajar (bio)
Rancangan mengajar (bio)Rancangan mengajar (bio)
Rancangan mengajar (bio)nortex
 

Viewers also liked (8)

Tugas Teology Kontekstual
Tugas Teology KontekstualTugas Teology Kontekstual
Tugas Teology Kontekstual
 
Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran ipa sd
Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran ipa sdPendekatan kontekstual dalam pembelajaran ipa sd
Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran ipa sd
 
Pendekatan kontekstual pada_siswa_sekola
Pendekatan kontekstual pada_siswa_sekolaPendekatan kontekstual pada_siswa_sekola
Pendekatan kontekstual pada_siswa_sekola
 
Makalah pendekatan pembelajaran
Makalah pendekatan pembelajaranMakalah pendekatan pembelajaran
Makalah pendekatan pembelajaran
 
Model model-pembelajaran-biologi
Model model-pembelajaran-biologiModel model-pembelajaran-biologi
Model model-pembelajaran-biologi
 
Rancangan Pengajaran Harian 2013
Rancangan Pengajaran Harian 2013Rancangan Pengajaran Harian 2013
Rancangan Pengajaran Harian 2013
 
Rancangan mengajar (bio)
Rancangan mengajar (bio)Rancangan mengajar (bio)
Rancangan mengajar (bio)
 
Pengajaran dan pembelajaran abad ke 21
Pengajaran dan pembelajaran abad ke 21Pengajaran dan pembelajaran abad ke 21
Pengajaran dan pembelajaran abad ke 21
 

Similar to Pendekatan kontekstual

Pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstualPembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstualputri-uki
 
21198220 apakah-pembelajaran-kontekstual
21198220 apakah-pembelajaran-kontekstual21198220 apakah-pembelajaran-kontekstual
21198220 apakah-pembelajaran-kontekstualCandra Kurniawan
 
Makalah pembelajaran yang berpijak dari teori belajar konstruktivisme
Makalah pembelajaran yang berpijak dari teori belajar konstruktivismeMakalah pembelajaran yang berpijak dari teori belajar konstruktivisme
Makalah pembelajaran yang berpijak dari teori belajar konstruktivismeRAFITA AL QORNY
 
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics EducationPendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics EducationMuhammad Alfiansyah Alfi
 
Tugas metodologi pembelajaran A
Tugas  metodologi pembelajaran ATugas  metodologi pembelajaran A
Tugas metodologi pembelajaran Ajatmiko1234
 
Model Pembelajaran CTL.pptx
Model Pembelajaran CTL.pptxModel Pembelajaran CTL.pptx
Model Pembelajaran CTL.pptxkartimikartimi
 
Pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstualPembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstualSyam Sheya
 
Strategi Pembelajaran Kontextual
Strategi Pembelajaran KontextualStrategi Pembelajaran Kontextual
Strategi Pembelajaran KontextualPratiwiKartikaSari
 
12 makalah ctl
12   makalah ctl12   makalah ctl
12 makalah ctlFafa Pie
 
Pembelajaran Konstektual
Pembelajaran KonstektualPembelajaran Konstektual
Pembelajaran KonstektualGigyh Ardians
 
ARTIKEL UNTUK DIANALISIS.pdf
ARTIKEL  UNTUK DIANALISIS.pdfARTIKEL  UNTUK DIANALISIS.pdf
ARTIKEL UNTUK DIANALISIS.pdfJamaalChannel
 
jurnal 1 modul 3.pdf
jurnal 1 modul 3.pdfjurnal 1 modul 3.pdf
jurnal 1 modul 3.pdfZakiCell1
 
Ctl smp 2006
Ctl smp  2006Ctl smp  2006
Ctl smp 2006slametwdt
 
Ctl smp 2006
Ctl smp  2006Ctl smp  2006
Ctl smp 2006slametwdt
 

Similar to Pendekatan kontekstual (20)

Pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstualPembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstual
 
21198220 apakah-pembelajaran-kontekstual
21198220 apakah-pembelajaran-kontekstual21198220 apakah-pembelajaran-kontekstual
21198220 apakah-pembelajaran-kontekstual
 
Makalah pembelajaran yang berpijak dari teori belajar konstruktivisme
Makalah pembelajaran yang berpijak dari teori belajar konstruktivismeMakalah pembelajaran yang berpijak dari teori belajar konstruktivisme
Makalah pembelajaran yang berpijak dari teori belajar konstruktivisme
 
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics EducationPendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
 
Tugas metodologi pembelajaran A
Tugas  metodologi pembelajaran ATugas  metodologi pembelajaran A
Tugas metodologi pembelajaran A
 
Model Pembelajaran CTL.pptx
Model Pembelajaran CTL.pptxModel Pembelajaran CTL.pptx
Model Pembelajaran CTL.pptx
 
Pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstualPembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstual
 
Strategi Pembelajaran Kontextual
Strategi Pembelajaran KontextualStrategi Pembelajaran Kontextual
Strategi Pembelajaran Kontextual
 
Tugas Desain Pembelajaran
Tugas Desain PembelajaranTugas Desain Pembelajaran
Tugas Desain Pembelajaran
 
12 makalah ctl
12   makalah ctl12   makalah ctl
12 makalah ctl
 
Pembelajaran Konstektual
Pembelajaran KonstektualPembelajaran Konstektual
Pembelajaran Konstektual
 
Ptk sd kelas 3
Ptk sd kelas 3Ptk sd kelas 3
Ptk sd kelas 3
 
Ppt ctl dan paikem
Ppt ctl dan paikemPpt ctl dan paikem
Ppt ctl dan paikem
 
Modul (kb 6) contextual
Modul (kb 6) contextualModul (kb 6) contextual
Modul (kb 6) contextual
 
ARTIKEL UNTUK DIANALISIS.pdf
ARTIKEL  UNTUK DIANALISIS.pdfARTIKEL  UNTUK DIANALISIS.pdf
ARTIKEL UNTUK DIANALISIS.pdf
 
jurnal 1 modul 3.pdf
jurnal 1 modul 3.pdfjurnal 1 modul 3.pdf
jurnal 1 modul 3.pdf
 
Makalah iis
Makalah iisMakalah iis
Makalah iis
 
Makalah iis
Makalah iisMakalah iis
Makalah iis
 
Ctl smp 2006
Ctl smp  2006Ctl smp  2006
Ctl smp 2006
 
Ctl smp 2006
Ctl smp  2006Ctl smp  2006
Ctl smp 2006
 

Recently uploaded

MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 

Recently uploaded (20)

MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 

Pendekatan kontekstual

  • 1. KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penyusun, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan tugas untuk menyusun makalah dengan judul “Pendekatan Konstektual”. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka penyusun mengucapkan terima kasih kepada: 1. Drs. Sirajuddin, MM, selaku dosen STKIP Kusuma Negara Jakarta. 2. Seluruh teman-teman yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penyusunan makalah ini. Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat. Apabila ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini, penyusun mohon maaf. Kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan sebagai pedoman untuk menyusun makalah pada tahap berikutnya. Jakarta, Maret 2012 Romi Afrizal i
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang berfokus pada guru sebagai utama pengetahuan, sehingga ceramah akan menjadi pilihan utama dalam menentukan strategi belajar. Sehingga sering mengabaikan pengetahuan awal siswa.Untuk itu diperlukan suatau pendekatan belajar yang memberdayakan siswa. Salah satu pendekatan yang memberdayakan siswa dalam pendekatan kontekstual (CTL). CTL dikembangkan oleh The Washington State Concortium for Contextual Teaching and Learning, yang melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam dunai pendidikan di Amerika Serikat. Salah satu kegiatannya adalah melatih dan memberi kesempatan kepada guru-guru dari enam propinsi di Indonesia untuk belajar pendekatan kontekstual di Amerika Serikat, melalui Direktorat SMP Depdiknas. Proses belajar-mengajar merupakan kegiatan utama sekolah. Dalam proses ini siswa membangun makna dan pemahaman dengan bimbingan guru. Kegiatan belajar-mengajar hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan hal-hal secara lancar dan termotivasi. Suasana belajar yang diciptakan guru harus melibatkan siswa secara aktif. Di sekolah, terutama guru diberikan kebebasan untuk mengelola kelas yang meliputi strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang efektif, disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa, guru, dan sumber daya yang tersedia di sekolah. Namun Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, 1
  • 3. 2 bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual. B. Tujuan Penulisan Untuk menambah ilmu dan pengalaman penulis dalam menulis makalah. Untuk memenuhi kewajiban dalam rangka melengkapi tugas dalam mengambil mata kuliah Teori belajar dan Pembelajaran. Untuk wawasan pengetahuan penulis tentang pendekatan kontekstual.
  • 4. BAB II PENDEKATAN KONTEKSTUAL A. Pengertian pendekatan Kontekstual Pendekatan konstektual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Hasil pembekajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berfikir kritis danmelaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Kontekstual hanyalah strategi pembelajaran. Seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, konstektual dikebangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif danbermakna. Pendekatan konstektual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) 1. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya. 3
  • 5. 4 2. Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. B. Megapa Pembelajaran Kontekstual Pola pikir sentralistik, dan uniformistk mewarnai pengemasan dunia pendidikan kita keputusan selalu dilaksanakan berdasarkan hierarky- birokrasi. Ada kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih berma‟na jika anak “mengalami” sendiri apa yang dialaminya, bukan “mengetahui” -nya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dari kompetensi “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang, pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning/CTL) adalah suatu pendekatan pengajaran yang dari karakteristiknya memenuhi harapan itu. Alasan mengapa pembelajaran kontekstual dikembangkan sekarang ini: 1. penerapan kontek budaya dalam pengembangan silabus, penyusunan buku pedoman guru, dan buku teks akan mendorong sebagian siswa untuk tetap tertarik dan terlibat dalam kegiatan pendidikan. 2. penerapan konteks sosial dalam pembangunan silabus, penyusunan buku pedoman, dan buku teks yang dapat meningkatkan kekuatan masyarakat memungkinkan banyak anggota masyarakat untuk mendiskusikan berbagai isu yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan masyarakat.
  • 6. 5 3. penerapan konteks personal yang dapat meningkatkan keterampilan komunikasi, akan membantu lebih banyak siswa untuk secara penuh terlibat dalam kegiatan pendidikan dan masyarakat. 4. penerapan konteks ekonomi akan berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan sosial politik dapat meningkatkan kesejahteraan sosial. Penerapan konteks politik dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang berbagai isu yang dapat berpengaruh terhadap masyarakat. C. Hakekat Pembelajaran Konstektual dan metodologi pengajaran yang berhubungan dengan pengalaman dan minat siswa. Filosofi pembelajaran kontekstual berakar dari paham progresivisme John Dewey. Intinya siswa akan belajar dengan baik apabila apa yangmereka pelajari berhubungan dengan apa yang mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar di sekolah. Selain teori progresivisme John Dewey, teori kognitif melatar belakangi pula filosofi pembelajaran kontekstual. Siswa akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri. Melalui landasan konstruktivisme “CTL”dipromosikan menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi “CTL” siswa diharapkan belajar melalui mengalami, dengan menghafal. Menurut filosofi konstruktivisme, pengetahuan berdifat non-obyektif, temporer dan selalu berubah. Belajar adalah pemaknaan pengetahuan, bukan perolehan pengetahuan dan mengajar diartikan sebagai kegiatan atau proses menggali makna, bukan memindahkan pengetahuan kepada orang yang belajar. Hakikat teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menjadikan informasi itu
  • 7. 6 menjadi miliknya sendiri. Teori ini memandang siswa secara terus menerus memeriksa informasi-informas baru yang berlawanan dengan aturan-aturan lama danmemperbaiki aturan-aturan tersebut jika tidak sesuai lagi –teori konstruktivis menuntut siswa berperan aktif dalam pembelajaran mereka sendiri. Karena itulah strategi ini disebut pengajaran yang terpusat pada siswa (student-centered intruction). Dalam pandangan konstruktivistik, kebebasan dipandang sebagai penentu keberhasilan karena kontrol belajar dipegang oleh siswa itu sendiri. Tujuan pembelajaran ini menekankan pada penciptaan pemahaman, yang menuntut aktifitas yang kreatif dan produktif dalam konteks nyata. Dengan demikian, paham ini menolak pandangan behavioristik. The Northwest Regional Educarion Laboratory USA mengidentifikasikan adanya enam kunci dasar dari pembelajaran kontekstual, sebagai berikut: 1. Pembelajaran berma‟na; pemahaman, dan penalaran pribadi sangat terkait dengan kepentingan siswa dalam mempelajari isi materi pelajaran. 2. Penerapan pengetahuan; adalah kemampuan siswa untuk memahami apa yang dipelajari dan diterapkan dalam tataran kehidupan da fungsi dimasa sekarang atau dimasa yang akan dating. 3. Berfikir tingkat tinggi; siswa diwajibkan untuk memanfaatkan berfikir kreatifnya dalam pengumpulan data, pemahaman suatu isu dan pemecahan suatu masalah. 4. Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standart; isi pembelajaran harus dikaitkan dengan standar local, provinsi, nasional, perkembangan Iptek serta dunia kerja. 5. Responsif terhadap budaya; guru harus memahami dan menghargai nilai, kepercayaan, ddan kebiasaan siswa, teman, pendidik dan masyarakat tempat ia mendidik Penilaian autentik; penggunaan berbagai strategi penalarannya yang akan merefleksikan hasilbelajar sesungguhnya.
  • 8. 7 D. Fokus Pembelajaran Kontekstual Lima Strategi Umum Pembelajaran KontekstualCenter Of Occupational Reseach And Development (CORD) menyampaikan lima strategi bagi pendidik dalam rangka penerapan pembelajaran kontekstual, yang disingkat react, yaitu: 1. Relating : Belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata. 2. Experiencing : Belajar ditekankan kepada penggalian (eksplorasi), penemuan (discovery), dan penciptaan (invention). 3. Applying : Belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan didalam konteks pemanfaatannya. 4. Cooperating : Belajar melalui konteks komunikasi interpersonal, pemakaian bersama dan sebagainya. Transferring : Belajar melalui pemanfaatan pengetahuan didalam situasi atau konteks baru. E. Pemikiran tentang belajar Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut. 1. Proses belajar Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan di benak mereka. Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola- pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
  • 9. 8 Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta- fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru. Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. 2. Transfer Belajar Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain. Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit) Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu 3. Siswa sebagai Pembelajar Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru. Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting. Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui. Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan
  • 10. 9 menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri. 4. Pentingnya Lingkungan Belajar Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan. Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya. Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar. Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting. F. Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. Ciptakan masyarakat belajar. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
  • 11. 10 Lakukan refleksi di akhir pertemuan Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara G. Tujuh Komponen Pembelajaran Kontekstual 1. Konstruktivisme (constructivism). Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuanyang dimilikinya · Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal. · Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan 2. Inquiry (Inquiry). Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual Karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan (conclusion) Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman. Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis.
  • 12. 11 3. Questioning (Bertanya) (Questioning). Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk : 1) menggali informasi, 2) menggali pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa. ·Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. ·Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry. 4. Learning Community (Masyarakat Belajar) (Learning Community). Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari „sharing‟ antar teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. · Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar. · Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri. · Tukar pengalaman. 5. Modeling (Pemodelan) Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan ,elibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar. · Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
  • 13. 12 · Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya 6. Reflection ( Refleksi) (Reflection). Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu. · Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari. · Mencatat apa yang telah dipelajari. · Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok. 7. Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya) Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment). Penialaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil. · Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa. · Penilaian produk (kinerja). · Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual. H. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Kerjasama Saling menunjang Menyenangkan, tidak membosankan Belajar dengan bergairah Pembelajaran terintegrasi
  • 14. 13 Menggunakan berbagai sumber Siswa aktif Sharing dengan teman Siswa kritis guru kreatif Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain. I. Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya. Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya. Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut.
  • 15. 14 1. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar. 2. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya. 3. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu 4. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa 5. Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran. J. Kelebihan dan kekurangan pendekatan Kontekstual Kelebihan 1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan. 2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”. Kelemahan 1. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk
  • 16. 15 menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. 2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
  • 17. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pembelajaran berbasis kontekstual memiliki berbagai keunggulan di antaranya: (1) siswa terlatih untuk bernalar dan berpikir secara kritis terhadap materi pramenulis laporan dan menulis laporan, (2) siswa penuh dengan aktivitas dan antusias untuk menemukan tema, (3) siswa berani mengajukan pertanyaan dan informasi atau hal-hal yang tidak sesuai dengan pendapat mereka, (4) siswa terlatih untuk belajar ‟sharing ideas’ saling berbagi pengetahuan dan berkomunikasi, (5) siswa dapat memberikan contoh melakukan pengamatan terhadap suatu objek di lingkungan sekolah secara giat, serius, dan antusias untuk memperoleh data seoptimal mungkin, (6) refleksi yang dilakukan, baik selama pembelajaran berlangsung maupun dalam setiap akhir pembelajaran berlangsung, (7) penilaian menekankan pada proses dan hasil pembelajaran, seperti: presentasi atau penampilan siswa selama: berdiskusi, melakukan observasi, mendemonstrasikan, dan hasil menulis laporan; selain itu, setiap siswa melakukan penilaian terhadap laporan yang yang ditulis oleh temannya. Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup mudah. Pembelajaran berbasis pendekatan kontekstual merupakan upaya yang ditempuh guru untuk memberikan motivasi pada siswa agar siswa lebih aktif, kreatif, dan dapat memberdayakan kemampuan dirinya dalam melakukan kegiatan pembelajaran. 16
  • 18. 17 B. Saran Makalah ini sangat berguna bagi siapa saja, terutama dalam pelaksanaan pendekatan kontekstual. Untuk itu apapun ilmu yang diperoleh dalam makalah ini sebaiknya direalisasikan bagi seluruh pembaca.
  • 19. DAFTAR PUSTAKA Diknas, D. (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL). Jakarta: Depdiknas. Hernowo. (2006). Menjadi GURU Yang Mau dan Mampu Mengajar dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual. Bandung: Mizan Learning Center. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Mega, I. (2004). Kamus Inggris Indonesia. Surabaya: Mitrapress. Muslich, M. (2008 ). Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. Siregar, E., & Nara, H. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia. http://books.google.com http://docs.google.com 18