Risma Agustina - CPP- PEMAHAMAN TENTANG PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN .pdf
1. Nama : Risma Agustina, S.Pd
Calon Pengajar Praktik Angkatan 11
PEMAHAMAN TENTANG
PENDIDIKAN YANG
MEMERDEKAKAN
2. Pendidikan yang memerdekakan menurut Ki Hajar Dewantara
adalah suatu proses pendidikan yang meletakkan unsur
kebebasan anak didik untuk mengatur dirinya sendiri,
bertumbuh dan berkembang menurut kodratnya secara lahiriah
dan batiniah
3. Sasaran : Guru
Pendidikan yang memerdekakan memiliki makna sebagai usaha, proses, cara
serta perbuatan yang dilakukan pendidik dalam menuntun anak agar mereka
dapat maju dan berkembang sesuai kodratnya masing-masing. Pendidik
mencari tahu kodrat dan karakteristik peserta didik dan menggunakannya
untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Kodrat tiap siswa mencakup potensi minat dan bakat, karakteristik,
kebutuhan belajar, tahap perkembangan, capaian pembelajaran. Merdeka
mempunyai tiga makna, yaitu: (1) tidak hidup terperintah; (2) berdiri tegak
karena kekuatan sendiri; serta (3) cakap mengatur hidupnya dengan tertib.
4. Sasaran : Orang Tua / Masyarakat
.
Keterlibatan orang tua khususnya, menjadi salah satu faktor
penentu kesuksesan penerapan Kurikulum Merdeka. Orang tua
diharapkan dapat mengubah paradigma berpikir mereka bahwa
sekolah bukan hanya tempat penitipan anak, kemudian
menerima proses pembelajaran.
Orang tua juga diharapkan dapat terlibat aktif, mendukung
semua kegiatan anak-anak mereka dengan baik, supaya tujuan
pemerintah untuk menghadirkan generasi Indonesia yang
mengamalkan Profil Pelajar Pancasila dapat tercapai.
5. Pendidikan sesuai dengan semboyan bapak pendidikan yaitu Ki
Hadjar dewantara. Konsep pendidikan menurut Ki Hajar
Dewantara didasarkan pada asas kemerdekaan, memiliki arti
bahwa manusia diberi kebebasan dari Tuhan yang Maha Esa
untuk mengatur kehidupannya dengan tetap sejalan dengan
aturan yang ada di masyarakat. Maka dari hal itu, diharapkan
seorang peserta didik harus memiliki jiwa merdeka dalam artian
merdeka secara lahir dan batin serta tenaganya.
6. Asas Trikon (Ki Hadjar Dewantara) untuk Mengembangkan
Sistem Pendidikan
1. Kontinyu. Artinya pengembangan yang dilakukan harus
berkesinambungan, dilakukan secara terus-menerus dengan
perencanaan yang baik. Suatu kondisi yang baik tidak mungkin dapat
dicapai dalam sekali waktu seperti sebuah sulap. Tahap demi tahap
pengembangan dilakukan dengan rencana yang matang. Dengan
perencanaan tersebut maka suatu tahap dilanjutkan oleh tahap
berikutnya dengan melalui evaluasi dan perbaikan yang tepat.
7. 2. Konvergen. Artinya pengembangan yang dilakukan dapat
mengambil dari berbagai sumber di luar, bahkan dari praktik
pendidikan di luar negeri. Seperti yang dilakukan oleh Ki Hadjar
ketika mempelajari berbagai praktik pendidikan dunia misalnya
Maria Montessori, Froebel dan Rabindranath Tagore.
Praktik-praktik tesebut dapat kita pelajari untuk nantinya
disesuaikan dengan kebutuhan yang kita miliki sendiri. Saat ini
teknologi informasi telah sedemikian canggih sehingga guru
atau kepala sekolah dapat mempelajari berbagai kemajuan
pendidikan dari mana saja dan kapan saja.
8. 3. Konsentris. Artinya pengembangan pendidikan yang
dilakukan harus tetap berdasarkan kepribadian kita sendiri.
Tujuan utama pendidikan adalah menuntun tumbuh kembang
anak secara maksimal sesuai dengan karakter kebudayaannya
sendiri. Oleh karena itu meskipun Ki Hadjar menganjurkan kita
untuk mempelajari kemajuan bangsa lain,
namun tetap semua itu ditempatkan secara konsentris dengan
karakter budaya kita sebagai pusatnya. Pendidikan yang
menggunakan teori dan dasar kebudayaan bangsa lain (walaupun
bangsa yang maju) secara langsung tanpa mengkaji ulang,
menyesuaikan dan mengevaluasinya tidak akan menghasilkan
kemajuan.
9. Asas “Trikon” sangat relevan. Kurikulum merdeka berfokus pada materi
yang esensial dan fleksibel sesuai dengan minat, bakat, dan kebutuhan
dari masing-masing karakteristik siswa. Hal ini sejalan dengan asas
“Trikon” oleh KHD. Merdeka Belajar pun memberikan otoritas dan
fleksibilitas pengelolaan Pendidikan di level sekolah.
Sebagai contoh guru diberikan kebebasan untuk merancang proses
pembelajaran sesuai kebutuhan, dimana kegiatan pembelajaran
tersebut disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah masing –
masing dan tentunya harus mencakup seluruh capaian kompetensi
(CP).Hal ini terkait erat dengan asas konsentris dalam asas “Trikon”
yaitu pengembangan pendidikan yang dilakukan harus tetap
berdasarkan kepribadian kita sendiri dalam hal ini guru dan siswa.
10. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang bisa
mengakomodiasi kebutuhan belajar setiap siswa. Guru
memfasilitasi siswa sesuai dengan kebutuhan belajarnya. Setiap
siswa memiliki kebutuhan belajar yang berbeda-beda. Mereka
tidak bisa diberi perlakuan yang sama.
Saat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, guru perlu
memikirkan tindakan yang masuk akal yang akan dilakukan
selama proses pembelajaran. Pasalnya, pembelajaran
berdiferensiasi bukan berarti pembelajaran dengan
memberikan perlakuan yang berbeda untuk setiap siswa.
11. Tidak mudah untuk menjadi pendidik yang dapat digugu dan
ditiru. Tapi dengan usaha keras dan terus belajar, seorang
pendidik akan dapat melaksanakan pendidikan yang
memerdekakan. Ingat tugas pendidik adalah menuntun
bukan menuntut, maka jadilah penuntun bukan penuntut.