1. ASUHAN KEPERAWATAN HIPOTIROID
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Berdasarkan tujuan Pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2012
adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat,
bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal
diseluruh wilayah Republik Indonesia.
Untuk itu penulis sangat tertarik untuk mengetahui bagaimana cara perawatan
yang lebih intensif, untuk itu penulis memilih judul laporan kasus “ Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Penyakit Hipotiroid”.
B.Tujuan
1. Mahasiswa mampu untuk memahami pengertian, etiologi, klasifikasi,, pathway,
patofisiologi, pemeriksaan diagnostik , penatalaksanaan.
2. Mahasiswa mampu untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
Hipotiroid.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada klien dengan Hipotiroid.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan kembali tentang penyakit Hipotiroid.
2.Bagi Pasien
a. Pasien mengetahui tentang penyakit Hipotiroid .
b. Pasien mengetahui tentang penanganan Hipotiroid .
BAB II
TINJAUNA TEORITIS
A.DEFINISI
2. Hipotiroid merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi
tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini
terjadi akibat kadar hormone tiroid berada dibawah nilai optimal.
Hipertiroidisme adalah suatu sindrome klinis akibat dari defisiensi hormon
tiroid yang mengakibatkan fungsi metabolik. (Greenspan, 2000)
Hipotiroidisme (hiposekresi hormone tiroid) adalah status metabolic yang di
akibatkan oleh kekurangan hormone tiroid. Hipotiroidisme kognital dapat
mengakibatkan kretinisme.
Hipotiroid adalah penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat
kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan
tubuh akan hormon-hormon tiroid . (Hotma Rumahorbo S.kep,1999)
Hipotiroid dibagi menjadi 3 tipe:
Hipotiroid primer : kerusakan pada kelenjar tiroid
Hipotiroid sekunder: akibat defisiensi sekresi TSH oleh hipofisis
Hipotiroid Tersier : Akibat defiensi sekresi TRH oleh hipotalamus
B.ANATOMI FISIOLOGI KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid dibungkus mengitari bagian depan dari trachea bagian atas,
kelenjar ini terdiri dari 2 lobus dihubungkan oleh itsmus. Kelenjar ini diperdarahi dari
arteri tiroid superior dan inferior. Tiroid terbentuk atas masa kosong yang berbentuk
folikel. Setiap folikel mempunyai dinding satu sel tebal dan mengandung koloid seperti
jeli.
Lapisan sel-sel folikel mempunyai kemampuan yang sangat besar dalam
mengekstrasi iodin dari dalam darah dan menggabungkannya dengan tirosin asam
amino, untuk membentuk suatu hormon tri-iodotironin (T3) aktif. Sebagian tiroksin
yang kurang aktif juga dibentuk. Tiroksin (T4) diiubah menjadi tri-iodotironin (T3) di
dalama tubuh. Senyawa ini dan intermediat tertentu disimpan dalam koloid dari folikel.
3. Penyimpanan ini penting, karena iodin mungkin tidak terdapat didalam diet. Dimana
dalam keadaan ini kelenjar tiroid akan membesar yang disebut Goiter
Mekanisme pembentukan hormon Tiroid
Pembentukan hormon tiroid dimulai dari aktivitas hipotalamus yang menghasilkan
Thyroid Releasing Hormone (TRH). TRH akan menstimulasi Hipofisis anterior untuk
menghasilkan Thyroid Stimulating Hormon (TSH). TSH akan menstimulasi
pembentukan T3 dan T4 dalam folikel dengan menggabungkan iodin dalam darah dan
tirosin asam amino. Pembentukan TSH dihambat oleh tingginya kadar hormon tiroid.
Hormon tiroid meningkatkan laju metabolik dari semua jaringan, mungkin dengan
meningkatkan sintesa enzim pernafasan dalam sel.
C.ETIOLOGI
Hipotiroidisme biasanya terjadi pada pasien dengan riwayat hipertiroidisme yang
mengalami terapi radioiodium, pembedahan, atau preparat antitiroid. Kejadian ini
paling sering ditemukan pada wanita lanjut usia. Terapi radiasi untuk penanganan
kanker kepala dan leher kini semakin sering menjadi penyebab hipotiroidime pada
lansia laki-laki.
Secara klinis dikenal 3 hipotiroidisme, yaitu :
1. Hipotiroidisme sentral, karena kerusakan hipofisis atau hypothalamus
2. Hipotiroidisme primer apabila yang rusak kelenjar tiroid
3. Karena sebab lain, seperti farmakologis, defisiensi yodium, kelebihan yodium, dan
resistensi perifer.
D. PATOFISIOLOGI
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk
pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke
dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam kelenjar,
iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh Tiroid Stimulating
Hormon kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid.
Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan
molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif
dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis,
sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan
keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus
menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif
4. meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan
pembesaran kelenjar tyroid.( Hotma Rumahorbo,1999)
Patofisiologi hipotiroidisme brdasarkan atas masing-masing penyebab yang dapat
menyebabkan hipotiroidisme, yaitu :
a. Hipotiroidisme sentral (HS)
Apabila gangguan faal tiroid terjadi karena adanya kegagalan hipofisis, maka
disebut hipotiroidisme sekunder, sedangkan apabila kegagalan terletak di hipothalamus
disebut hipotiroidisme tertier. 50% HS terjadi karena tumor hipofisis. Keluhan klinis
tidak hanya karena desakan tumor, gangguan visus, sakit kepala, tetapi juga karena
produksi hormon yang berlebih (ACTH penyakit Cushing, hormon pertumbuhan
akromegali, prolaktin galaktorea pada wanita dan impotensi pada pria). Urutan
kegagalan hormon akibat desakan tumor hipofisis lobus anterior adalah gonadotropin,
ACTH, hormon hipofisis lain, dan TSH.
b. Hipotiroidisme Primer (HP)
Hipogenesis atau agenesis kelenjar tiroid. Hormon berkurang akibat anatomi
kelenjar. Jarang ditemukan, tetapi merupakan etiologi terbanyak dari hipotiroidisme
kongenital di negara barat. Umumnya ditemukan pada program skrining massal.
Kerusakan tiroid dapat terjadi karena, 1. Operasi, 2. Radiasi, 3. Tiroiditis autoimun, 4.
Karsinoma, 5. Tiroiditis subakut, 6. Dishormogenesis, dan 7. Atrofi
Pascaoperasi. Strumektomi dapat parsial (hemistrumektomi atau lebih kecil),
subtotal atau total. Tanpa kelainan lain, strumektomi parsial jarang menyebabkan
hipotiroidisme. Strumektomi subtotal M. Graves sering menjadi hipotiroidisme dan
40% mengalaminya dalam 10 tahun, baik karena jumlah jaringan dibuang tetapi juga
akibat proses autoimun yang mendasarinya.
Pascaradiasi. Pemberian RAI (Radioactive iodine) pada hipertiroidisme
menyebabkan lebih dari 40-50% pasien menjadi hipotiroidisme dalam 10 tahun. Tetapi
pemberian RAI pada nodus toksik hanya menyebabkan hipotiroidisme sebesar <5%.
Juga dapat terjadi pada radiasi eksternal di usia <20 tahun : 52% 20 tahun dan 67% 26
tahun pascaradiasi, namun tergantung juga dari dosis radiasi.
Tiroiditis autoimun. Disini terjadi inflamasi akibat proses autoimun, di mana
berperan antibodi antitiroid, yaitu antibodi terhadap fraksi tiroglobulin (antibodi-
antitiroglobulin, Atg-Ab). Kerusakan yang luas dapat menyebabkan hipotiroidisme.
Faktor predisposisi meliputi toksin, yodium, hormon (estrogen meningkatkan respon
imun, androgen dan supresi kortikosteroid), stres mengubah interaksi sistem imun
dengan neuroendokrin. Pada kasus tiroiditis-atrofis gejala klinisnya mencolok.
Hipotiroidisme yang terjadi akibat tiroiditis Hashimoto tidak permanen.
Tiroiditis Subakut. (De Quervain) Nyeri di kelenjar/sekitar, demam, menggigil.
Etiologi yaitu virus. Akibat nekrosis jaringan, hormon merembes masuk sirkulasi dan
terjadi tirotoksikosis (bukan hipertiroidisme). Penyembuhan didahului dengan
hipotiroidisme sepintas.
Dishormogenesis. Ada defek pada enzim yang berperan pada langkah-langkah
proses hormogenesis. Keadaan ini diturunkan, bersifat resesif. Apabila defek berat
5. maka kasus sudah dapat ditemukan pada skrining hipotiroidisme neonatal, namun pada
defek ringan, baru pada usia lanjut.
Karsinoma. Kerusakan tiroid karena karsinoma primer atau sekunder, amat
jarang.
Hipotiroidisme sepintas. Hipotiroidisme sepintas (transient) adalah keadaan
hipotiroidisme yang cepat menghilang. Kasus ini sering dijumpai. Misalnya pasca
pengobatan RAI, pasca tiroidektomi subtotalis. Pada tahun pertama pasca operasi
morbus Graves, 40% kasus mengalami hipotiroidisme ringan dengan TSH naik sedikit.
Sesudah setahun banyak kasus pulih kembali, sehingga jangan tergesa-gesa memberi
substitusi. Pada neonatus di daerah dengan defisiensi yodium keadaan ini banyak
ditemukan, dan mereka beresiko mengalami gangguan perkembangan saraf.
E. Pengaruh Obat Farmakologis
Dosis OAT (Obat Anti Tiroid) berlebihan menyebabkan hipotiroidisme. Dapat
juga terjadi pada pemberian litium karbonat pada pasien psikosis. Hati-hatilah
menggunakan fenitoin dan fenobarbital sebab meningkatkan metabolisme tiroksin di
hepar. Kelompok kolestiramin dan kolestipol dapat mengikat hormon tiroid di usus.
Defisiensi yodium berat serta kelebihan yodium kronis menyebabkan hipotiroidisme
dan gondok, tetapi sebaliknya kelebihan akut menyebabkan IIT (iodine induced
thyrotoxcisos).
Bahan farmakologis yang menghambat sintesis hormon tiroid yaitu tionamid
(MTU, PTU, karbimazol), perklorat, sulfonamid, yodida dan yang meningkatkan
katabolisme atau penghancuran hormon tiroid yaitu fenitoin, fenobarbital, yang
menghambat jalur enterohepatik hormon tiroid yaitu kolestipol dan kolestiramin.
Kelenjar tiroid bekerja di bawah pengaruh kelenjar hipofisis, tempat diproduksi
hormon tirotropik. Hormon ini mengatur produksi hormon tiroid yaitu tiroksin dan tri-
iodotironin. Kedua hormon tersebut dibentuk dari monoiodo-tirosin dan diiodo-tirosin.
Untuk ini diperlukan yodium. T3 dan T4 diperlukan dalam proses metabolik di dalam
badan, lebih-lebih pada pemakaian oksigen. Selain itu ia merangsang sintesis protein
dan mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak dan vitamin. Hormon ini juga
diperlukan untuk mengolah karoten menjadi vitamin A. Untuk pertumbuhan badan,
hormon ini sangat dibutuhkan, tetapi harus bekerja sama dengan growth hormone.
E.MANIFESTASI KLINIK
Sering merasa kelelahan ketika bangun di pagi hari, kenaikan berat badan, sering
merasa kedinginan sepanjang waktu terutama tangan dan kaki merupakan gejala umum
dari hipotiroid. Adapun gejala umum hipotiroidisme yang lain, adalah :
Depresi dan mudah stress.
Nyeri / sakit pada seluruh anggota tubuh, terkadang diikuti sakit kepala.
Insomnia atau susah tidur.
Sembelit atau susah buang air besar.
Kerontokan pada rambut dan sebagian lagi mengalami kekeringan.
Berkurangnya / menurunnya daya ingat dan konsentrasi.
6. Penurunan CO
Kebutuhan oksigen menurun
Hiperlipidemia
Hiperkolestrolemia
Anemia
Penurunan transportasi oksigen
Penurunan peristaltik
Anoreksia
Peningkatan BB
Konstipasi
absorbsi glukosa lambat
Pembesaran pada leher
Apatis
Berbicara lambat
Sering berkeringat
Udema
Dispnea
F.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.Pemeriksaan T3 dan T4 serum
Jika kadar TSH meningkat, maka T4 menurun sehingga terjadi hipotiroid.
T3 serum(0,6 – 1,85 mg/dl)
T4 serum (4,8 – 12,0 mg/dl)
TSH (0,4 – 6,0 mg/dl)
2. Pemeriksaan TSH
Diproduksi kelenjar hipofise merangsang kelenjar tiroid untuk membuat dan
mengeluarkan hormon tiroid. Saat kadar hormon tiroid menurun, maka TSH akan
menurun. Pemeriksaan TSH menggunakan uji sensitif merupakan scirining awal yang
direkomendasikan saat dicurigai penyakit tiroid. Dengan mengetahui kadar TSH, maka
dapat dibedakan anatara pasien hipotiroid,hipertiroid dan orang normal. Pada dasar
nya TSH nrmal dapat menyingkirkan penyakit tiroid primer.
Kadar TSH meningkat sehingga terjadi hipotiroid
.
3. Pemeriksaan USG dan scan tiroid
7. Memberikan informasi yang tepat tentang ukuran serta bentuk kelenjar tiroid
dan nodul.(Hotma Rumahorbo, 1999)
G.PENATALAKSANAAN
Tujuan primer penatalaksaan hipotioidisme adalah memulihkan metabolisme
pasien kembali kepada keadaan metabolik normal dengan cara mengganti hormon yang
hilang. Levotiroksin sintetik (Synthroid atau Levothroid) merupakan preparat terpilih
untuk pengobatan hipotiroidisme dan supresi penyakit goiter nontoksik.
Yang perlu diperhatikan adalah :
a. Dosis awal
b. Cara menaikan dosis tiroksin
Tujuan pengobatannya :
a. Meringankan keluhan dan gejala
b. Menormalkan metabolisme
c. Menormalkan TSH
d. Membuat T3 dan T4 normal
e. Menghindari komplikasi dan resiko
Beberapa prinsip dapat digunakan dalam melaksakanan subsitusi:
a. Makin berat hipotiroidisme, makin rendah dosisi awal dan makin landai meningkatan
dosis.
b. Geriatri dengan angina pektoris, CHF, gangguan irama, dosis harus hati-hati.
Tiroksin dianjurkan minum pagi hari dalam keadaan peru kosong dan tidak bersama
bahan lain yang menggangu serapan usus. Contohnya pada penyakit sindrom
malabsorsi, short bowel sindrome, sirosis, obat (sukralfat, alluminium hidroksida,
kolestiramin, formula kedele, sulfat, ferosus, kalsium kalbronat dll) ( Aru W.
sudoyo:1939).
Penatalaksanaan medis umum lainnya :
a. Farmakoligi:
Penggantian hormon tiroid seperti natrium levotiroksin(synthoroid), natrium
liotironin (cytomel).
b. Diet rendah kalori (Barbara Endang:569)
8. BAB III
KONSEP TEORITIS KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Data Subjektif
1. Riwayat Pengalaman perubahan status sosial/ mental
2. Mengalami sakit dada atau palpitasi
3. Mengalami dispnea ketika melakukan aktivitas atau istirahat
4. Riwayat perubahan pada kuku, rambut, kulit, dan banyak keringat
5. Mengeluh gangguan penglihatan dan mata cepat lelah
6. Perubahan asupan makanan dan berat badan
7. Perubahan eliminasi feses, frekuensi dan banyaknya
8. Intoleransi terhadap cuaca panas
9. Mengeluh cepat lelah dan tidak mampu melakukan semua aktivitas hidup sehari-hari
10. Perubahan menstruasi atau libido
11. Pengetahuan tentang sifat penyakit, pengobatan, serta efek dan efek samping obat
(Barddero, Marry, dkk. 2009)
Data Objektif
1. Status Mental : Perhatian pendek, emosi labil, tremor, hiperkinesia
2. Perubahan Kardiovaskular : Tekanan darah sistolik meningkat, tekanan diastolik
menurun, takikardi a walaupun waktu istirahat, disritmia dan murmur
3. Perubahan pada Kulit : Hangat, kemerahan dan basah
4. Perubahan pada Rambut : Halus dan menipis
5. Perubahan pada Mata : Lidlag, glovelag, diplopia, dan penglihatan kabur
6. Perubahan Nutrisi / Metabolik : Berat badan menurun, nafsu makan dan asupan makan
bertambah serta kolesterol dantrigliserida serum menurun
7. Perubahan Muskuloskeletal : Otot lemah, tonus otot kurang dan sulit berdiri dari posisi
duduk
Hasil pemeriksaan diagnostik yang harus dikaji adalah peningkatan T3 dan T4 serum
dan penurunan TSH serum(Barddero, Marry, dkk. 2009)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
9. Penurunan curah jantung berhubungan dengan volume sekuncup akibat brakikardi
Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh s.d. peningkatan kecepatan
metabolisme
Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan produksi kalor menurun
Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan
status kardiovaskuler serta pernapasan.
Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.
C.INTERVENSI
Diagnosa I : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
Tujuan : Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang normal.
Intervensi :
Observasi frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi
R/Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan
selanjutnya dan mengevaluasi efektifitas intervensi.
Pelihara saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi
jika diperlukan.
R/Penggunaan saluran napas artifisial dan dukungan ventilasi mungkin diperlukan jika
terjadi depresi pernapasan
Dorong dan ajarkan pasien untuk napas dalam dan batuk.
R/Mencegah aktifitas dan meningkatkan pernapasan yang adekuat.
Berikan obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati
R/Pasien hipotiroidisme sangat rentan terhadap gangguan pernapasan akibat gangguan
obat golongan hipnotik-sedatif.
Diagnosa II : Penurunan curah jantung berhubungan dengan volume sekuncup akibat
brakikardi
Intervensi :
Catat warna kulit dan kaji kualitas nadi
R/ Sirkulasi perifer turun jika curah jantung turun. Membuat kulit pucat atau warna
abu-abu dan menurunnya kekuatan nadi
Auskultasi suara nafas dan Catat
10. R/ S3,S4 dan creackles terjadi karena dekompensasi jantung atau beberapa
obat(penyekat beta).
Dampingi pasien pada saat melakukan aktivitas.
R/ Penghematan energy membantu menurunkan beban jantung
Lakukan pengukuran tekanan darah (bandingkan kedua lengan pada posisi berdiri,
duduk dan tiduran jika memungkinkan).
R/ Takikardi dapat terjadi karena nyeri, cemas, hipoksemia dan menurunnya curah
jantung. Perubahan juga terjadi pada TD(hipo/hiper) karena respon jantung.
Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-obatan anti
disritmia.
R/ Untuk hasil penunjang dan pengobatan lebih lanjut
Diagnosa III : Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
Tujuan : Pemulihan fungsi usus yang normal.
Intervensi :
Auskultasi bisisng Usus
R/ mengetahui berapa frekuensi bising usus klien
Pantau fungsi usus
R/ Memungkinkan deteksi konstipasi dan pemulihan kepada pola defekasi yang normal.
Berikan makanan yang kaya akan serat
R/Meningkatkan massa feses dan frekuensi buang air besar
Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.
R/Meningkatkan evakuasi feses
Ajarkan kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air
R/Untuk peningkatan asupan cairan kepada pasien agar . feses tidak keras
Kolaborasi : untuk pemberian obat pecahar dan enema bila diperlukan.
R/Untuk mengencerkan fees.
Diagnosa IV : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan
kecepatan metabolisme
Tujuan : Untuk mencukupi kebutuhan nutrisi
Intervensi
Observasi vital sign tiap 8 jam.
R/ mengetahui frekuensi Suhu,Nadi dan tekanan Darah Klien
Observasi bising usus tiap pagi
R/Mengetahui Frekuensi Bising usus
Timbang berat badan tiap pagi.
11. R/Untuk mengetahui Berat badan Klien
Anjurkan Klien untuk Diet tinggi kalori, tinggi protein.
R/Memenuhi kecukupan nutrisi yang tidak terpenuhi
Kolaborasi pembeian Suplemen vitamin B Compleks
R/ Meningkatkan nafsu makan Klien.
Diagnosa V : Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan produksi kalor menurun
Tujuan : Pemeliharaan suhu tubuh yang normal
Intervensi:
Observasi suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar suhu
normal pasien.
R/Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan dimulainya koma miksedema
Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut.
R/ Meminimalkan kehilangan panas
Berikan klien pengetahuan apa saja yang harus dihindari dan bagaimana cara pencegah
penggunaan sumber panas dari luar (misalnya, bantal pemanas, selimut listrik atau
penghangat).
R/ Mengurangi risiko vasodilatasi perifer dan kolaps vaskuler.
Lindungi Klien terhadap pajanan hawa. dingin dan hembusan angin.
R/ Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien dan menurunkan lebih lanjut kehilangan
panas. .
Kolaborasi dalam pemberian Cairan Rl atau air hangat.
R/ untuk menormalkan suhu tubuh.
Diagnosa VI : Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan
perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.
Tujuan : Perbaikan proses berpikir.
Intervensi :
Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.
R/ meningkatkan pola pikir dan daya ingat klien tentang sesuatu
Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas yang tidak bersifat mengancam.
R/ Memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien terhadap stres.
Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental
merupakan akibat dan proses penyakit . .
R/Meyakinkan pasien dan keluarga tentang penyebab perubahan kognitif dan bahwa
hasil akhir yang positif dimungkinkan jika dilakukan terapi yang tepat
Kolaborasi dengan ahli Psikologi tentang terapy yang cocok untuk masalah Proses
Berpikir
R/ Memperbaiki proses berpikir
12. Diagnosa VII : Intoleran aktivitas berhubungan dengan. kelelahan dan penurunan
proses kognitif.
Tujuan : Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian
Intervensi
Observasi respons pasien terhadap peningkatan aktivitas
R/ Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang.
Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang
dapat ditelerir.
R/Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat
yang adekuat.
Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
R/ Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan
mandiri.
Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.
R/Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada pasien.
BAB IV
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Setelah kami menyusun Askep yang berjudul Hipotiroid,kami dapat menyimpulkan
definisi dari Hipotiroid merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi
tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini
terjadi akibat kadar hormone tiroid berada dibawah nilai optimal. Adapun diagnosa
yang muncul Pada kasus Hipotiroid ini yaitu :
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
Penurunan curah jantung berhubungan dengan volume sekuncup akibat brakikardi
Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
kecepatan metabolisme
Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan produksi kalor menurun
Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan
status kardiovaskuler serta pernapasan.
13. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.
B.SARAN
1. Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hipotiroid diperlukan
pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat.
2. Informasi atau pendidkan kesehatan berguna untuk klien Hipotiroid.
3. Dukungan psikologik sangat berguna untuk klien.
DAFTAR PUSTAKA
Flynn RW, McDonald TM, Jung RT, et al. Mortality and vascular outcomes in patients
treated for thyroid dysfunction, http://www.aafp.org/afp/20071001/bmj.html last log
in : December 1,2007
McDermott MT, Woodmansee WW, Haugen BR, Smart A,Ridgway EC. The Management
of subclinical hyperthyroidism by thyroid specialists. Thyroid 2004,90-110
Van Sande J, Parma J, Tonacchera M, Swillens S, Dumont J,Vassart G. Somatic and clinical
in thyroid diseases.2003, 201-220
Diposkan oleh Isthy Qama Dewy di 01:42