1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga
peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan
pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang
penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis
pekerjaan. Disamping itu, disisi lain akan terjadi dampak negatifnya bila
kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul.
Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi dan tidak akan ada risiko
yang mempengaruhi kehidupan seorang pekerja. Berbagai risiko tersebut
adalah kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja. Penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja yang dapat
menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan
oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja,
dan lingkungan kerja.
Aspek Ergonomic dan aspek kesehatan kerja merupakan salah satu
faktor yang penting agar berlangsungnya roda pendapatan yang diterima
oleh organisasi itu berjalan dengan baik. Tetapi, masih banyak organisasi
maupun perusahaan yang masih melalaikan tingkat ergonomic dan
kesehatan kerja dan hanya fokus dengan pendapatan yang diterima oleh
perusahaan tersebut. Kecelakaan bukan hanya sebuah masalah dalam
industri yang “tidak aman” seperti pertambangan dan konstruksi. Selain
itu juga, keamanan dan pencegahan dari ketidaksesuaian antara pekerja
dengan cara kerja, mesin, atau alat kerja yang dipakai, lingkungan tempat
kerja, atau menyangkut pengaturan beban kerja yang tidak optimal.
1.2. MASALAH
Penerapan konsep ergonomi pada lingkungan kerja sangatlah
minim, kebanyakan hanya memikirkan hasil yang mereka raih tanpa
mempertimbangkan kemampuan dirinya sendiri sehingga penerapan
konsep ergonomi sering diabaikan. Padahal konsep ergonomi sangatlah
2. 2
penting agar produktivitas dan kemampuan pekerja tetap bagus, yang
nantinya juga akan menguntungkan pekerja itu sendiri. Untuk itu,masalah
yang nantinya akan dibahas sebagai berikut:
1. Pengertian Ergonomi dan Ruang Lingkup Ergonomi
2. Cakupan dari Ergonomi di Outlet Biung Ekspedisi
3. Aplikasi Dan Penerapan Ergonomi
4. Tanda-Tanda Sistem Kerja Yang Tidak Ergonomi
5. Kaitan Ergonomi Dengan Lingkungan Kerja
6. Tujuan Aspek Ergonomi & Aspek Kesehatan
7. Manfaat Aspek Ergonomi & Aspek Kesehatan
1.3. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
matakuliah Interaksi Manusia & Komputer. Makalah ini dimaksud untuk
membahas Pengaruh aspek ergonomi & aspek kesehatan di Outlet Biung
Ekspedisi yang nantinya diharapkan pekerja akan mempunyai motivasi
yang tinggi dalam bekerja ketika aspek keselamatan, kesehatan, dan
kenyamanan lebih terperhatikan dan diutamakan sehingga
terciptanya kondisi yang lebih baik antara pekerja dan lingkungan
pekerjaannya. Dengan adanya ergonomi yang diterapkan dalam Outlet
Biung Ekspedisi diharapkan mampu meningkatkan produktivitas pekerja.
1.4. MANFAAT
Manfaat yang penulis harapkan penulisan makalah ini adalah dapat
memberikan rekomendasi perbaikan postur kerja yang optimal.
3. 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN ERGONOMI DAN RUANG LINGKUPNNYA
Egonomi sering disebut Human Factor Engineering, suatu ilmu yang
mengatur bagaimana manusia bekerja. Ergonomi atau Ergonomic
(bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang
berarti kerja dan Nomos yang berarti aturan atau hukum. Ergonomi
mempunyai berbagai batasan arti, di Indonesia disepakati bahwa
Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk
menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya
dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi yang setinggi-
tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal mungkin (Nurmianto,
1996). Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari
perancangan pekerjaan yang dilaksanakan oleh manusia, sistem orang
dan mesin, peralatan yang dipakai manusia agar dapat dijalankan dengan
cara yang paling efektif termasuk alat alat peragaan untuk memberi
informasi kepada manusia. (Sutalaksana :"Teknik Tata Cara Kerja").
Perhatian utama ergonomi adalah pada efisiensi yang diukur
berdasarkan pada kecepatan dan ketelitian performance manusia dalam
penggunaan alat. Faktor keamanan dan kenyamanan bagi pekerja telah
tercakup di dalam pengertian efisiensi tersebut. (Wesley E Woodson,
1991). Ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang sistematis untuk
memanfaatkan informasi mengenai sifat manusia, kemampuan manusia
dan keterbatasannya untuk merancang suatu sistem kerja yang baik agar
tujuan dapat dicapai dengan efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana,
1979). Sedangkan Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara
lain meliputi:
• Teknik
• Fisik
• Pengalaman psikis
• Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan
gerakan otot dan persendian.
• Anthropometri
4. 4
• Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh dan
aktivitas otot.
• Design dan sebagainya.
2.2. CANGKUPAN DARI ERGONOMI DI OUTLET BIUNG EKSPEDISI
Ruang lingkup ergonomi yang mencangkup antara pekerja dan
lingkungan yang ada di Outlet Biung Ekspedisi, salah satunya Penerapan
ilmu pengetahuan yang berkaitan kinerja manusia (fisiologi, psikologi, dan
industri rekayasa) memperbaiki sistem kerja, yang terdiri dari orang
tersebut, pekerjaan, alat dan peralatan, tempat kerja dan ruang kerja, dan
lingkungan sekitarnya seperti sebagai berikut :
• Desain, modifikasi, penggantian dan pemeliharaan peralatan untuk
meningkatkan produktivitas dan kualitas produk.
• Desain dan modifikasi ruang kerja serta tata letak tempat kerja untuk
kemudahan dan kecepatan operasi, pelayanan dan pemeliharaan.
• Desain dan modifikasi metode kerja, termasuk otomatisasi dan
alokasi tugas antara operator (manusia) dan mesin.
• Perancangan kondisi lingkungan fisik kerja yang mampu
memberikan kenyamanan, keamanan/keselamatan dan kesehatan
kerja bagi manusia untuk meningkatkan motivasi kerja, kualitas
lingkungan kerja dan produktivitas.
> Faktor fisik dari lingkungan kerja:
1. Kebisingan: 85 dBA.
2. Iklim Kerja: suhu kering (24-26 °C), suhu basah (21-30 °C),
Kelembaban (65 95%)
3. Getaran: 4-5 Hz untuk organ perut dan tulang belakang sedangkan 40-
80 Hz untuk ketajaman mata.
5. 5
2.3 APLIKASI DAN PENERAPAN ERGONOMI DI OUTLET BIUNG
EKSPEDISI.
1. Posisi Kerja, terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk
dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil
selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang
belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua
kaki.
a. Posisi Kerja Duduk
• Keuntungan:
1. Mengurangi kelelahan pada kaki.
2. Terhindarnya sikap yg tidak alamiah.
3. Berkurangnya pemakaian energi.
• Kerugian:
1. Melembeknya otot perut.
2. Melengkungnya punggung.
3. Efek buruk bagi organ bagian dalam.
6. 6
b. Posisi Kerja Berdiri
•Keuntungan:
Otot perut tidak kendor, sehingga vertebra (ruas tulang belakang)
tidak rusak bila mengalami pembebanan.
• Kerugian:
Otot kaki cepat lelah.
7. 7
c. Posisi Kerja Duduk – Berdiri
Posisi Duduk - Berdiri mempunyai keuntungan secara Biomekanis
dimana tekanan pada tulang belakang dan pinggang 30% lebih rendah
dibandingkan dengan posisi duduk maupun berdiri terus menerus.
2. Proses Kerja.
Pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi
waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus
dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
8. 8
3. Tata letak tempat kerja.
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.
Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional harus lebih banyak
digunakan daripada hanya kata-kata saja.
1. Pencahayaan
Lampu sebagai sumber pencahayaan buatan merupakan contoh
penerapan ergonomi di area kerja. Prinsip ergonominya terlihat pada
peletakan posisi lampu agar semua bagian ruangan terlihat cerah.
Selain itu, lampu juga diatur agar tidak terlalu terang atau gelap ketika
bekerja.
Penerapan ergonomi pada pencahayaan berguna untuk mencegah
berbagai gejala atau penyakit seperti mual, sakit kepala, dan nyeri di
area mata.
2. Posisi Keyboard dan Mouse
Meskipun kecil, dua printilan komputer ini sangat memengaruhi postur
duduk selama bekerja. Prinsip ergonominya terlihat pada peletakan
posisi keyboard dan mouse di meja. Bagi orang kidal, posisi ini sangat
penting, apalagi mereka masih menggunakan mouse berkabel.
Selain itu, desain keyboard dan mouse juga harus diperhatikan agar
tangan dan jari-jarinya tidak tertekan selama bekerja.
3.Posisi Monitor Komputer
Posisi monitor komputer juga memengaruhi kenyamanan selama
bekerja. Sesuai prinsip ergonomis, jarak antara monitor dan wajah
haruslah 50 cm. Selain itu, posisi monitor harus sejajar dengan mata.
9. 9
Penempatan posisi monitor ini bertujuan untuk menghindari cedera di
area mata dan leher.
4.Meja Ergonomi
Penerapan ergonomi juga bisa dilakukan melalui furniture-nya.
Bagian bawah meja harus kosong dan tidak diisi barang-barang agar
lutut tidak terantuk. Ujung meja tidak boleh terlalu tajam agar siku tidak
sakit saat tersenggol bagian sisinya.
Ketinggian meja berdampak pada postur tubuh saat duduk
sehingga memengaruhi kesehatan tulang belakang. Anda dapat
mengganti meja biasa dengan meja kantor ergonomis AMBY agar
tingginya bisa disesuaikan.
5.Kursi Beroda & Ada Sandaran
Roda merupakan komponen penting dalam kursi ergonomis. Anda
bisa menggerakkan kursi ke mana pun tanpa harus bangkit dari posisi
duduk selama bekerja. Contohnya, berbicara dengan custumer,
membuang sampah, mengambil barang, dan sebagainya.
10. 10
fitur sandaran berguna untuk menjaga postur duduk. Postur duduk
yang sesuai mampu menjaga kesehatan tulang belakang yang terletak
mulai dari area leher hingga pinggang bawah. Tulang belakang akan
tertekan dan menimbulkan nyeri bahkan low back pain apabila kursi
tidak dilengkapi sandaran dan lumbar support.
Contoh gambar dengan tata letak yang tidak ergonomi :
Pada gambar di atas menunjukan banyak nya kabel yang bisa
membahayakan pekerja.
Pada gambar di atas menunjukan meja terlalu rendah sehingga
membahayakan lutut.
6. Mengangkat beban.
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan
kepala, bahu, tangan, punggung dan sebagainya. Beban yang terlalu
11. 11
berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan
persendian akibat gerakan yang berlebihan. Beban yang diangkat tidak
melebihi aturan yang ditetapkan ILO sebagai berikut:
a) Organisasi Kerja
Pekerjaan harus diatur dengan berbagai cara:
• Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun.
• Frekuensi pergerakan diminimalisir.
• Jarak mengangkat beban dikurangi.
• Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan
mengangkattidak terlalu tinggi.Prinsip ergonomi yang relevan bisa
diterapkan.
b) Metode mengangkat beban
Prinsip kerja mengangkat beban:
- Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung.
- Posisi kaki yang benar.
- Punggung kuat dan kekar.
- Posisi lengan dekat dengan tubuh.
12. 12
- Mengangkat dengan benar.
- Menggunakan berat badan.
2.4. TANDA-TANDA SISTEM KERJA YANG TIDAK ERGONOMI
1. Hasil kerja (kualitas dan kuantitas) yang tidak memuaskan.
2. Sering terjadi kecelakaan kerja atau kejadian yang hampir berupa
kecelakaan.
3. Pekerja sering melakukan kesalahan (human error).
4. Pekerja mengeluhkan adanya nyeri atau sakit pada leher, bahu,
punggung, atau pinggang.
5. Alat kerja atau mesin yang tidak sesuai dengan karakteristik fisik
pekerja.
6. Pekerja terlalu cepat lelah dan butuh istirahat yang panjang.
7. Postur kerja yang buruk, misalnya sering membungkuk, menjangkau,
atau jongkok.
8. Lingkungan kerja yang tidak teratur, bising, pengap, atau redup.
9. Pekerja mengeluhkan beban kerja (fisik dan mental) yang berlebihan.
10. Komitmen kerja yang rendah.
11. Rendahnya partisipasi pekerja dalam sistem sumbang saran atau
hilangnya sikap kepedulian terhadap pekerjaan bahkan keapatisan.
2.5. KAITAN ERGONOMI DENGAN LINGKUNGAN KERJA
ENASE yaitu Efektif, Nyaman, Aman, Sehat, Efisien masing-
masing orang.
• Efektif : bekerja dengan efektif sehingga target terpenuhi.
• Nyaman : pekerja tidak gampang lelah
• Aman : timbul rasa aman dan tidak was-was dalam bekerja
Sehat : kondisi dimana karyawan merasa tidak sakit
13. 13
• Efisien : bekerja dengan gerakan, usaha, waktu dan kelelahan
yang sedikit mungkin.
Konsep ENASE dalam kaitan dengan ergonomi menciptakan
metode, lingkungan dan peralatan kerja yang mampu menstimulasi
ENASE sesuai dengan pekerjaan. Jadi ENASE merupakan tujuan yang
ingin dicapai dalam implementasi ergonomi. ENASE tidak hanya
dirasakan oleh fisik pekerja tetapi juga dapat dirasakan secara psikologis
juga. Tubuh manusia apabila dibebani kerja secara terus menerus (dalam
keadaan statis) akan menimbulkan rasa lelah dan bisa jadi berkembang
menjadi
rasa nyeri pada bagian tubuh tertentu. Pada suatu kondisi kerja
tertentu menggambarkan kecenderungan untuk mengalami beberapa
keluhan antara lain :
1.Algias: penyakit pada juru ketik, sekretaris, pekerja yang postur
tubuhnya membungkuk ke depan, vertebral syndrome pada pembawa
barang, pengantar barang & penerjun payung,
2.Osteo articulardeiatins: scoliosis pada pemain violin & operator pekerja
bangku, bungkuk (kifosis) pada buruh pelabuhan dan pembawa/pemikul
keranjang, datarnya telapak kaki pada para penunggu, pembuat roti dan
pemangkas rambut.
3.Rasa nyeri pada otot dan tendon: rusaknya tendon achiles bagi
para penari, tendon para ekstensor panjang bagi para drummer,
tenosynovitis pada pemoles kaca,
pemain piano dan tukang kayu.
4.Iritasi pada cabang saraf tepi: saraf ulnar bagi para pengemudi
kendaraan, tukang kunci, tukang pande besi, reparasi arloji, enjilidan
buku, pemotong kaca, dan pengendara sepeda.
Dari berbagai keluhan diatas, maka akan muncul CTD
(Cummulative Trauma Disorder), yaitu trauma dari keadaan yang tidak
14. 14
teratur. Gejala ini muncul karena terkumpulnya kerusakan kecil akibat
trauma berulang yang membentuk kerusakan cukup besar untuk
menimbulkan rasa sakit.
> Trauma pada jaringan timbul karena:
• Overexertion: Proses penggunaan yang berlebihan.
• Overstretching. Proses peregangan yang berlebihan. •
Overcompression: Proses penekanan yang berlebihan.
Contoh-contoh dari CTD: • Tendinitis (tendon yang meradang & nyeri).
• Rotator Cuff Tendinitis (satu atau lebih RCT pd bahu meradang). •
Tenosynovitis (pembengkakan pada tendon & sarung tendon).
• Carpal Tunnel Syndrome
• Epicondylitis (peradangan pada tendon di siku).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kondisi tersebut diatas yaitu:
1. Lingkungan kerja
2. Penerangan/cahaya
3. Temperatur/suhu udara
4. Kelembaban
5. Sirkulasi udara
6. Musik
7.Kebisingan
8. Keamanan
9. Getaran mekanis
10. Bau tidak sedap
11. Tata warma
12. Dekorasi
Pencegahan terhadap kelelahan akibat kerja:
✔Menggunakan secara benar waktu istirahat kerja.
15. 15
✔Melakukan koordinasi yang baik antara pekerja dan custumer.
✔Mengusahakan kondisi lingkungan kerja sehat, aman, nyaman dan
selamat.
✔Mengusahakan sarana kerja yangg ergonomis.
✔Merencanakan rekreasi.
2.6. TUJUAN ASPEK ERGONOMI & ASPEK KESEHATAN
Adapun tujuan dari aspek ergonomi & aspek Kesehatan yaitu :
1. Peningkatan kesejahteraan fisik dan mental dengan pencegahan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengurangan beban kerja fisik dan
mental dan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan meningkatkan kualitas
kontak sosial, administrasi dan koordinasi yang tepat, dan meningkatkan
jaminan sosial dalam periode produktif.
3. Menciptakan keseimbangan yang masuk akal antara berbagai aspek,
seperti aspek ekonomi, teknis, antropologi, dan budaya dari masing-
masing sistem kerja untuk menciptakan kualitas kerja dan kualitas hidup.
4. Pencegahan dan Pengendalian Bahaya
Menghilangkan, mengurangi, atau mengontrol adanya faktor resiko.
1. Pengendalian secara Teknik
2. Pengendalian secara Administrasi
3. Desain Kantor Kerja
4. Pelatihan
16. 16
2.7. MANFAAT ASPEK ERGONOMI & ASPEK KESEHATAN
Pada dasarnya, ergonomi bermanfaat untuk pekerjaan agar cepat
selesai, memiliki risiko kecelakaan lebih kecil, waktu yang efisien, risiko
penyakit akibat kerja kecil dan lain sebagainya.
Berikut ini beberapa manfaat yang diperoleh dari ergonomi yaitu :
1. Meningkatkan unjuk kerja, seperti menambah kecepatan kerja,
ketepatan, keselamatan kerja, mengurangi energi serta kelelahan yang
berlebihan.
2. Mengurangi waktu, biaya pelatihan dan pendidikan.
3. Mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya manusia melalui
peningkatan keterampilan yang diperlukan.
4. Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan kerusakan
peralatan yang disebabkan kesalahan manusia.
5. Meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja
17. 17
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Pengaruh Aspek Ergonomi & Aspek Kesehatan sangat
penting dalam merancang sistem kerja, ada interaksi antara
manusia dan mesin sehingga diperlukan dimensi dari fasilitas kerja
sesuai dengan tubuh manusia. Penyebab utama dilakukan
perancangan alat bantu bersumber pada posisi kerja yang tidak
nyaman, fasilitas kerja kurang memadai dan tidak ergonomis
sehingga menimbulkan keluhan pada pekerja.
Peralatan kerja yang tidak nyaman dan berpotensi
menimbulkan keluhan pekerja pada bagian bahu, tangan, dan
punggung karena bekerja dengan kondisi tempat duduk yang tidak
didesain secara spesifik dan digunakan dalam jangka waktu yang
lama sehingga perlu dilakukan penerapan ergonomi untuk
perbaikan fasilitas kerja dengan perancangan alat bantu berupa
kursi semi tegak yang didesain secara spesifik dan ergonomi.
Tata letak tempat kerja harus mengikuti Aspek Ergonomi &
Aspek Kesehatan agar pekerjaan dapat di laksanakan secara
Efektif, Nyaman, Aman, Sehat, dan Efisien bagi pekerja.
3.2. SARAN
Dengan memahami pentingnya aspek ergonomi & aspek
Kesehatan ini, sebelum melaksanakan kegiatan bekerja harus melakukan
evaluasi secara integratif untuk menilai seiauh mana
kecocokan rancangan sistem kerja yang ada (termasuk pekerjaan itu
sendiri) dengan pekerjanya. Unsur unsur sistem kerja yang dinilai meliputi
mesin dan alat, material, metode kerja, lingkungan fisik (pencahayaan,
termal, kebisingan), tata letak komponen dan ruang kerja (workplace and
workspace).
18. 18
Pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki
performansi kerja manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy,
keselamatan kerja disamping untuk mengurangi energi kerja yang
berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat.
Disamping itu disiplin ergonomi diharapkan mampu memperbaiki
pendayagunaan sumber daya manusia serta meminimalkan kerusakan
peralatan yang disebabkan kesalahan manusia (human errors). Manusia
adalah manusia, bukannya mesin. Mesin tidak seharusnya mengatur
manusia, untuk itu bebanilah manusia (operator/pekerja) dengan tugas-
tugas yang manusiawi.
Pendekatan khusus yang ada dalam disiplin Ergonomi ialah aplikasi
yang sistematis dari segala informasi yang relevan yang berkaitan dengan
karakteristik dan perilaku manusia didalam perancangan peralatan,
fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai.
19. 19
DAFTAR PUSTAKA
Nurmianto. (1996). ergonomi.
Sutalaksana. (1979). Pengertian Ergonomi.
Sutalaksana. (n.d.). Teknik Tata Cara Kerja.
Woodson, W. E. (1991). Pengertian Ergonomi.
Atkinson, A B. 1971. "Capital Taxes, the Redistribution of Wealth and Individual Savings".
Review of Economic Studies, Blackwell Publishing, vol. 38 (114), pages 209
227, April.
Bailey, Robert. W, 1982. Human Performance Engineering,.A Guide for System Designers:
Prentice Hall.K
Fitrihana,Nor.2009."TentangErgonomi"(Online),(http://batikyogya.wordpress.com/2007
08/16/tentang-ergonomi/), diakses 10 September 2011
Fathan, 2008, "Kuliah Ergonomic Dan Produktivitas". (Online),(http://kesabaran.multiply.
com/reviews/item/3).diakses 10 September 2011
International Labour Office Geneva, (1989), Pencegahan Kecelakaan Kerja,
Jakarta:PT.Pustaka Binaman Pressindo.
Khalifa, 2004, "Ergonomi Pusat Kesehatan Kerja Depatemen Kesehatan RI. Pdf, 11
September 2011
Kusuma Wardani, Laksmi, 2006 "Evaluasi Ergonomic Dalam Perancangan Desain",
Evaluasi. Pdf, diakses 11 September 2011
Manuaba, A, 1998 "Penerapan ergonomi untuk Meningkatkan Kualitas Sumber Daya
Manusia Dan Produktivitas". Bunga Rampai ergonomi Vol.1 Ninyo, 2008, "Sekilas Tentang
Ergonomic". (Online), (http://pinginpintar.com/?tag-ergono
mi), diakses 10 September 2011 Nurmianto, Eko.,1996," Ergonomi, Konsep Dasar Dan
Aplikasinya, Edisi Pertama", Jakarta, Guna Widya
Suardi, Bambang, 2008, "Perancangan system kerja dan ergonomic di indutri jilid 2