SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
PRAKTIK PERMODELAN
KEBIJAKAN PUBLIK
Kelompok 1
M. Wirgan Fauzan
Nadila Caurita
Wahyu Wandira
PENGERTIAN
MODEL
Model adalah abstraksi dari realita. Mustopadidjaja
merumuskan model sebagai penyederhanaan dari
kenyataan persoalan yang dihadapi, diwujudkan dalam
hubungan-hubungan kausal atau fungsional. Model
dapat digambarkan dalam bentuk skematik model
(seperti flow chart dan arrow diagram), fisikal model
(seperti miniatur), game model (seperti adegan latihan
kepemimpinan, latihan manajemen), simbolik model
(seperti ekonometrika dan program komputer).
Kebijakan publik akan lebih mudah dipelajari
dengan bantuan penggunaan model. Model
merupakan alat Bantu dalam perumusan dan
pembuatan kebijakan publik. Manfaat penggunaan
model adalah mempermudah deskripsi persoalan
secara struktural, membantu dalam melakukan
prediksi akibat-akibat yang timbul dari ada atau
tidak adanya perubahan-perubahan karena faktor
penyebab.
BENTUK MODEL
KEBIJAKAN PUBLIK
Terdapat 2 (dua) model dalam mempelajari kebijakan publik, yaitu:
Topik utama
Model menurut
hasil dan dampak
Topik utama
Model proses
atau stagist
A.MODEL RASIONAL
Model rasional adalah model di mana prosedur pembuatan keputusan yang akan membimbing
pada pilihan alternatif dicari yang paling efisien dari pencapaian tujuan kebijakan. Teori-teori
rasionalis berakar pada penerapan rasionalisme dan positifisme, bermula dari gagasan untuk
mengembangkan secara obyektif (tidak memihak) suatu pengetahuan untuk memperbaiki kondisi
manusia. Masalah-masalah masyarakat harus dipecahkan dengan cara yang “ilmiah” atau
„rasional‟, dengan mengumpulkan seluruh informasi yang relevan dengan masalah dan
pemecahan alternatif bagi mereka, kemudian memilih alternatif yang terbaik. Tugas dari analis
kebijakan adalah melihat perkembangan pengetahuan yang relevan dengan pemecahan masalah-
masalah tersebut dan kemudian untuk penerapannya ditawarkan pada pemerintah. Pendekatan ini
juga dikenal sebagai ‘ilmiah’, ‘keahlian teknik’, ‘ahli manajerial’.
Contoh pengambilan keputusan kebijakan publik model rasional. Pemerintah akan
meningkatkan produksi beras di suatu kecamatan. Model ini akan melihat aspek-
aspek yang berkaitan dengan peningkatan produksi beras, seperti penyediaan bibit
unggul, pupuk, irigasi, ketersediaan lahan pertanian, upah buruh tani, cuaca,
penyediaan pestisida. Masing-masing aspek akan dilihat dari sisi apakah sebagai
faktor penghambat atau pendorong untuk memperhitungkan efisiensi, keuntungan
dan kerugian. Alternatif akan diambil dari suatu kebijakan yang mengandung
sesedikit mungkin risiko kerugian dan inefisiensi.
B. MODEL INCREMENTAL
Model incremental menggambarkan pembuatan keputusan
kebijakan publik adalah sebagai suatu proses politis yang ditandai
dengan tawar menawar dan kompromi untuk kepentingan para
pembuat keputusan sendiri. Keputusan yang akhirnya dibuat lebih
mencerminkan pada apa yang tampak secara politis daripada yang
diinginkan.
Contoh pembuatan kebijakan publik model incremental adalah sebagai berikut.
Pembuat kebijakan publik akan meningkatkan produksi beras di suatu kecamatan.
Tahun 2001 produksi beras 10 ton/tahun dengan suntikan dana pertanian 100 juta.
Tahun 2002 produksi beras meningkat menjadi 20 ton/tahun dengan suntikan dana
200 juta. Model incremental akan membuat kebijakan publik pada tahun 2003
produksi beras ditingkatkan menjadi 30 ton/tahun dengan suntikan dana 300 juta.
C. MODEL MIXED SCANNING
Keterbatasan dari model rasional dan incremental membuat Amitai Etzioni mengembangkan
model campuran antara model rasional dan incremental untuk menjembatani kelemahan dari
kedua model tersebut dengan menggabungkan elemen-elemen dari keduanya. Membuat
keputusan yang sangat rasional dengan menghitung secara matematis dari setiap alternatif
menjadi sesuatu yang tidak efisien dan irrasional, sedangkan incremental yang cenderung
mempertahankan status-quo cenderung pula mengabaikan kebutuhan dan perubahan-
perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
Contoh dari model ini dalam praktek sebagai berikut. Pembuat kebijakan publik akan
meningkatkan produksi beras di suatu kecamatan. Langkah pertama adalah pembuatan
keputusan fundamental akan disusun aspek-aspek yang berkaitan dengan peningkatan produksi
beras, seperti penyediaan bibit unggul, pupuk, irigasi, ketersediaan lahan pertanian, upah
buruh tani, cuaca, penyediaan pestisida. Masing-masing aspek akan dilihat dari sisi apakah
sebagai faktor penghambat atau pendorong untuk memperhitungkan efisiensi, keuntungan dan
kerugian. Alternatif akan diambil dari suatu kebijakan yang mengandung sesedikit mungkin
risiko kerugian dan inefisiensi. Dari berbagai alternatif akhirnya diambil keputusan bahwa
peningkatan produksi beras melalui suntikan dana 100 juta. Langkah selanjutnya penyusunan
kebijakan incremental. Tahun 2001 produksi beras 10 ton/tahun dengan suntikan dana
pertanian 100 juta. Tahun 2002 produksi beras meningkat menjadi 20 ton/tahun dengan
suntikan dana 200 juta. Model incremental akan membuat kebijakan publik pada tahun 2003
produksi beras ditingkatkan menjadi 30 ton/tahun dengan suntikan dana 300 juta. Keputusan
kebijakan publik ini akan ‘sedikit’ berubah dari kebijakan yang lalu apabila aspek-aspek yang
mempengaruhi pada keputusan fundamental mengalami perubahan.
D. MODEL GARBAGE CAN
March dan Olsen mengusulkan apa yang disebut ‘model kaleng sampah’ dari pembuatan
keputusan yang menolak rasionalitas dan menerima irrasional. Model-model lain keputusan
diambil dengan rasionalitas atau tingkat kesengajaan, komprehensif masalah, dan hubungan
yang dapat diperkirakan diantara para pelaku kebijakan. Dalam pandangan model ini,
pembuatan keputusan merupakan suatu hal yang berambiguous (bersifat mendua) sangat
tinggi dan berawal dari proses yang tidak dapat diperkirakan dalam pemecahan masalah untuk
mencapai tujuan.
Menurut March dan Olsen, dapat saja keputusan tercapai melalui hal-hal berikut:
Berbagai masalah dan alternatif pemecahan masalah dibuang oleh partisipan ke dalam
kaleng sampah. Di dalam suatu kaleng sampah terdapat beberapa alternatif, tetapi ini juga
tergantung pada sampah apa yang dihasilkan dari suatu kejadian atau masalah, pada campuran
sampah kaleng yang tersedia, dan pada kecepatan yang dikoleksi sampah dibuang dari
tempatnya.
E. MODEL INSTITUSIONAL KEBIJAKAN PUBLIK
Model ini merupakan model tradisional dalam proses pembuatan kebijakan di mana fokus model ini
terletak pada struktur organisasi pemerintah. Kegiatan-kegiatan politik berpusat pada lembaga-
lembaga pemerintah yaitu lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif pada pemerintahan pusat
(nasional), regional, dan lokal.
Kebijakan publik dirumuskan dan dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pemerintah tersebut. Terdapat
hubungan yang kuat sekali antara kebijakan publik dengan lembaga-lembaga pemerintah. Suatu
keputusan dari pemilihan alternatif pemecahan masalah tidak dapat menjadi kebijakan publik tanpa
keputusan tersebut dirumuskan, disahkan dan dilaksanakan terlebih dahulu oleh lembaga
pemerintahan.
Contoh model ini adalah sebagai berikut Mahasiswa-mahasiswa di Indonesia melakukan
demo, memaksa Harmoko sebagai Ketua DPR/MPR untuk menurunkan Suharto, Presiden
RepublikIndonesia. Hasilnya adalah penurunan Suharto melalui pengumuman yang dilakukan
Harmoko. Tanpa pengumuman Harmoko dalam kapasitas sebagai pejabat institusi pemerintah,
desakan yang dilakukan mahasiswa tidak dapat disahkan, diberlakukan secara universal di
Indonesia dan tidak dapat dipaksakan untuk dilaksanakan dan ditaati seluruh masyarakat
Indonesia.
F. MODEL ELIT-MASSA
Model ini menggambarkan pembuatan kebijakan publik dalam bentuk ‘piramida’ dimana masyarakat
berada pada tingkat paling bawah, elit pada ujung piramida dan aktor internal birokrasi pembuat
kebijakan publik berada di tengah-tengah antara masyarakat dan elit. Aktor internal birokrasi pembuat
kebijakan publik (pemerintah) seharusnya menyeimbangkan antara kepentingan masyarakat dan elit
dalam setiap kebijakan publik yang diambilnya. Akan tetapi dalam model ini mereka bukan sebagai
‘abdi rakyat’ (“servant of the people”) tetapi lebih sebagai kepanjangan tangan dari ‘elit’ yaitu
‘kelompok-kelompok kecil yang telah mapan’ (The Establishment). Hal ini disebabkan kebijakan publik
ditentukan semata-mata oleh kelompok elit, sehingga aktor pembuat kebijakan publik (pemerintah)
hanyalah sekedar pelaksana-pelaksana dari kebijakan publik yang telah ditetapkan oleh elit.
Model elit-massa dapat dipahami melalui contoh berikut : Pada masa Perancis
dibawah Kepemimpinan Louis XIV, terdapat kaum borjuis sebagai kelompok
elit kebangsawanan. Elit ini yang menyusun kebijakan publik dan
mempengaruhi Louis XIV untuk segera menetapkan, dimana kebijakan publik
tersebut hanya memperhatikan kepentingan elit tersebut.
G. MODEL KELOMPOK
David B. Truman menyatakan bahwa kenyataan politik merupakan interaksi diantara kelompok-
kelompok kepentingan. Individu-individu yang memiliki kepentingan yang sama mengikatkan baik
secara formal maupun informal kedalam kelompok kepentingan (interest group) yang dapat mengajukan
dan memaksakan kepentingan-kepentingannya kepada pemerintah. Karena itu, masyarakat terdiri dari
berbagai kelompok-kelompok kepentingan. Kelompok kepentingan adalah “a shared attitude group that
makes certain claims upon other groups in the society” (suatu kelompok yang memiliki sikap yang sama
yang mengajukan tuntutan-tuntutan terhadap kelompok yang lain di dalam masyarakat). Dan kelompok
kepentingan itu akan mempunyai arti politis apabila mengajukan tuntutan dari kepentingan mereka
terhadap lembaga pemerintahan). Kenyataan politik merupakan perjuangan diantara kelompok-
kelompok kepentingan agar kepentingan kelompok mereka dapat mempengaruhi kebijakan publik dan
kepentingan kelompok terakses dalam kebijakan publik yang dikeluarkan pemerintah.
H. MODEL SISTEM-POLITIK
Model sistem-politik dipelopori oleh David Easton dalam “The Political System”. Model ini didasarkan
pada konsep-konsep system yang terdiri inputs, withinputs, outputs, dan feedback dan environment yaitu
kekuata-kekuatan lingkungan (sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, geografis, dan sebagainya) yang
ada disekitarnya. Kebijakan publik merupakan hasil (output) dari sistem politik.
Irfan Islamy selanjutnya menjelaskan “sistem politik” sebagai sejumlah lembaga-lembaga dan
aktivitas-aktivitas politik dalam masyarakat yang berfungsi mengubah tuntutan-tuntutan (demands),
dukungan-dukungan (support) dan sumber-sumber (resources) yang semuanya ini adalah masukan-
masukan (inputs) dan selanjutnya diubah menjadi keputusan-keputusan atau kebijak publik yang
otoritatif bagi seluruh anggota masyarakat (outputs). Dengan singkat dapat dikatakan bahwa sistem
politik berfungsi mengubah inputs menjadi outputs.
Model proses atau stagist
Pertengahan tahun 1960-an, pembahasan mengenai pembuatan keputusan kebijakan
publik telah menjadi perdebatan di antara penggunaan model “incremental” dengan
model “rasional”. Di satu sisi terdapat pendapat bahwa model “rasional” lebih dapat
diterima sebagai suatu model pengambilan keputusan dalam pembuatan kebijakan
publik sedangkan di sisi lain terdapat pendapat, bagaimana suatu keputusan harus
diambil, model “incremental” merupakan gambaran terbaik dari praktik sebenarnya
dalam proses pengambilan keputusan dalam pembuatan kebijakan publik suatu
pemerintahan. Perdebatan yang berkepanjangan memunculkan usaha-usaha di
pertengahan tahun 1970-an untuk mengembangkan model-model pengambilan
keputusan dalam pembuatan kebijakan publik.
Beberapa usaha telah menghasilkan model mixed-scanning sebagai
penggabungan antara model-model rasional dan incremental. Usaha menyusun suatu
model di luar jalur rasional dan incremental menghasilkan temuan paling mutakhir
yaitu model yang mendasarkan pada pandangan irrasional yang disebut model
“kaleng sampah” (garbage can). Model ini mengusulkan alternatif kebijakan,
menyeleksi, menilai dan memilih alternatif kebijakan dalam pembuatan keputusan
kebijakan publik dengan memfokuskan pada elemen-elemen irrasional sikap para
pembuat kebijakan publik, dengan memperhatikan irrasional kepentingan publik dan
nilai-nilai yang ada pada masyarakat.
TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to PPT KLP 1.pptx

MODEL_DALAM_KEBIJAKAN_PUBLIK.pdf
MODEL_DALAM_KEBIJAKAN_PUBLIK.pdfMODEL_DALAM_KEBIJAKAN_PUBLIK.pdf
MODEL_DALAM_KEBIJAKAN_PUBLIK.pdfLindaduil
 
Model dalam kebijakan publik
Model dalam kebijakan publikModel dalam kebijakan publik
Model dalam kebijakan publik09417144006
 
Aminuddin%20 bakry
Aminuddin%20 bakryAminuddin%20 bakry
Aminuddin%20 bakryNoerman Syah
 
Public Policy dan Administrasi Negara
Public Policy dan Administrasi NegaraPublic Policy dan Administrasi Negara
Public Policy dan Administrasi NegaraKasmiah Ali
 
Definisi Kebijakan Publik
Definisi Kebijakan PublikDefinisi Kebijakan Publik
Definisi Kebijakan Publiksiskamto
 
Presentasi kebijakan publik.pptx
Presentasi kebijakan publik.pptxPresentasi kebijakan publik.pptx
Presentasi kebijakan publik.pptxPoinid
 
Model model dalam public policy
Model model dalam public policyModel model dalam public policy
Model model dalam public policynurul khaiva
 
dokumen.tips_pendekatan-pian.ppt
dokumen.tips_pendekatan-pian.pptdokumen.tips_pendekatan-pian.ppt
dokumen.tips_pendekatan-pian.pptArdifaSamawy
 
kel 20 kebijakan publik.pptx
kel 20 kebijakan publik.pptxkel 20 kebijakan publik.pptx
kel 20 kebijakan publik.pptxRikafriska
 
Beberapa argumen yang mendukung dan menolak perencanaan ok
Beberapa argumen yang mendukung dan menolak perencanaan okBeberapa argumen yang mendukung dan menolak perencanaan ok
Beberapa argumen yang mendukung dan menolak perencanaan okandreaskokok
 
form akk.ppt
form akk.pptform akk.ppt
form akk.pptAbiUnyil
 
Nurul khaiva kebijakan publik sp
Nurul khaiva kebijakan publik spNurul khaiva kebijakan publik sp
Nurul khaiva kebijakan publik spnurul khaiva
 
Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptxPpt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptxTyazmutzDartha
 
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSES
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSESKEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSES
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSESListiana Nurwati
 
Public-Policy-Revised.ppt
Public-Policy-Revised.pptPublic-Policy-Revised.ppt
Public-Policy-Revised.pptNadiaEunike1
 
Public-Policy-Revised (2).ppt
Public-Policy-Revised (2).pptPublic-Policy-Revised (2).ppt
Public-Policy-Revised (2).pptAmirHamzah90196
 

Similar to PPT KLP 1.pptx (20)

MODEL_DALAM_KEBIJAKAN_PUBLIK.pdf
MODEL_DALAM_KEBIJAKAN_PUBLIK.pdfMODEL_DALAM_KEBIJAKAN_PUBLIK.pdf
MODEL_DALAM_KEBIJAKAN_PUBLIK.pdf
 
Model dalam kebijakan publik
Model dalam kebijakan publikModel dalam kebijakan publik
Model dalam kebijakan publik
 
Analisis kebijakan publik
Analisis kebijakan publikAnalisis kebijakan publik
Analisis kebijakan publik
 
Aminuddin%20 bakry
Aminuddin%20 bakryAminuddin%20 bakry
Aminuddin%20 bakry
 
Public Policy dan Administrasi Negara
Public Policy dan Administrasi NegaraPublic Policy dan Administrasi Negara
Public Policy dan Administrasi Negara
 
Definisi Kebijakan Publik
Definisi Kebijakan PublikDefinisi Kebijakan Publik
Definisi Kebijakan Publik
 
Presentasi kebijakan publik.pptx
Presentasi kebijakan publik.pptxPresentasi kebijakan publik.pptx
Presentasi kebijakan publik.pptx
 
Model model dalam public policy
Model model dalam public policyModel model dalam public policy
Model model dalam public policy
 
dokumen.tips_pendekatan-pian.ppt
dokumen.tips_pendekatan-pian.pptdokumen.tips_pendekatan-pian.ppt
dokumen.tips_pendekatan-pian.ppt
 
kel 20 kebijakan publik.pptx
kel 20 kebijakan publik.pptxkel 20 kebijakan publik.pptx
kel 20 kebijakan publik.pptx
 
Beberapa argumen yang mendukung dan menolak perencanaan ok
Beberapa argumen yang mendukung dan menolak perencanaan okBeberapa argumen yang mendukung dan menolak perencanaan ok
Beberapa argumen yang mendukung dan menolak perencanaan ok
 
Artikel kebijakan publik
Artikel kebijakan publikArtikel kebijakan publik
Artikel kebijakan publik
 
Artikel kebijakan publik
Artikel kebijakan publikArtikel kebijakan publik
Artikel kebijakan publik
 
form akk.ppt
form akk.pptform akk.ppt
form akk.ppt
 
Nurul khaiva kebijakan publik sp
Nurul khaiva kebijakan publik spNurul khaiva kebijakan publik sp
Nurul khaiva kebijakan publik sp
 
Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptxPpt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
 
Analisis Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan PublikAnalisis Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan Publik
 
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSES
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSESKEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSES
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSES
 
Public-Policy-Revised.ppt
Public-Policy-Revised.pptPublic-Policy-Revised.ppt
Public-Policy-Revised.ppt
 
Public-Policy-Revised (2).ppt
Public-Policy-Revised (2).pptPublic-Policy-Revised (2).ppt
Public-Policy-Revised (2).ppt
 

Recently uploaded

MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptxInformatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptxMateriSMPTDarulFalah
 
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar MengajarVariasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar MengajarAureliaAflahAzZahra
 
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxMATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxrandikaakbar11
 
Power point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurPower point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurDoddiKELAS7A
 
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfssuser29a952
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)Ammar Ahmad
 
Materi Penggolongan Obat Undang-Undang Kesehatan
Materi Penggolongan Obat Undang-Undang KesehatanMateri Penggolongan Obat Undang-Undang Kesehatan
Materi Penggolongan Obat Undang-Undang KesehatanTitaniaUtami
 
PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025
PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025
PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025Fikriawan Hasli
 
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxPPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxiwidyastama85
 
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.pptkerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.pptputrisari631
 
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxperwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxMas PauLs
 
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitikObat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitikNegustinNegustin
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...
Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...
Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...walidumar
 
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan GaramMateri Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan GaramTitaniaUtami
 

Recently uploaded (20)

MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptxInformatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
 
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar MengajarVariasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
 
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxMATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
 
Power point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurPower point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsur
 
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
 
Materi Penggolongan Obat Undang-Undang Kesehatan
Materi Penggolongan Obat Undang-Undang KesehatanMateri Penggolongan Obat Undang-Undang Kesehatan
Materi Penggolongan Obat Undang-Undang Kesehatan
 
PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025
PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025
PPDB SMAN 1 SURADE - PROV JABAR 2024 / 2025
 
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxPPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
 
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.pptkerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
 
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxperwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
 
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitikObat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
Obat pada masa kehamilan: uteretonik dan tokolitik
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...
Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...
Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...
 
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan GaramMateri Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
 

PPT KLP 1.pptx

  • 1. PRAKTIK PERMODELAN KEBIJAKAN PUBLIK Kelompok 1 M. Wirgan Fauzan Nadila Caurita Wahyu Wandira
  • 2. PENGERTIAN MODEL Model adalah abstraksi dari realita. Mustopadidjaja merumuskan model sebagai penyederhanaan dari kenyataan persoalan yang dihadapi, diwujudkan dalam hubungan-hubungan kausal atau fungsional. Model dapat digambarkan dalam bentuk skematik model (seperti flow chart dan arrow diagram), fisikal model (seperti miniatur), game model (seperti adegan latihan kepemimpinan, latihan manajemen), simbolik model (seperti ekonometrika dan program komputer).
  • 3. Kebijakan publik akan lebih mudah dipelajari dengan bantuan penggunaan model. Model merupakan alat Bantu dalam perumusan dan pembuatan kebijakan publik. Manfaat penggunaan model adalah mempermudah deskripsi persoalan secara struktural, membantu dalam melakukan prediksi akibat-akibat yang timbul dari ada atau tidak adanya perubahan-perubahan karena faktor penyebab.
  • 4. BENTUK MODEL KEBIJAKAN PUBLIK Terdapat 2 (dua) model dalam mempelajari kebijakan publik, yaitu: Topik utama Model menurut hasil dan dampak Topik utama Model proses atau stagist
  • 5. A.MODEL RASIONAL Model rasional adalah model di mana prosedur pembuatan keputusan yang akan membimbing pada pilihan alternatif dicari yang paling efisien dari pencapaian tujuan kebijakan. Teori-teori rasionalis berakar pada penerapan rasionalisme dan positifisme, bermula dari gagasan untuk mengembangkan secara obyektif (tidak memihak) suatu pengetahuan untuk memperbaiki kondisi manusia. Masalah-masalah masyarakat harus dipecahkan dengan cara yang “ilmiah” atau „rasional‟, dengan mengumpulkan seluruh informasi yang relevan dengan masalah dan pemecahan alternatif bagi mereka, kemudian memilih alternatif yang terbaik. Tugas dari analis kebijakan adalah melihat perkembangan pengetahuan yang relevan dengan pemecahan masalah- masalah tersebut dan kemudian untuk penerapannya ditawarkan pada pemerintah. Pendekatan ini juga dikenal sebagai ‘ilmiah’, ‘keahlian teknik’, ‘ahli manajerial’.
  • 6. Contoh pengambilan keputusan kebijakan publik model rasional. Pemerintah akan meningkatkan produksi beras di suatu kecamatan. Model ini akan melihat aspek- aspek yang berkaitan dengan peningkatan produksi beras, seperti penyediaan bibit unggul, pupuk, irigasi, ketersediaan lahan pertanian, upah buruh tani, cuaca, penyediaan pestisida. Masing-masing aspek akan dilihat dari sisi apakah sebagai faktor penghambat atau pendorong untuk memperhitungkan efisiensi, keuntungan dan kerugian. Alternatif akan diambil dari suatu kebijakan yang mengandung sesedikit mungkin risiko kerugian dan inefisiensi.
  • 7. B. MODEL INCREMENTAL Model incremental menggambarkan pembuatan keputusan kebijakan publik adalah sebagai suatu proses politis yang ditandai dengan tawar menawar dan kompromi untuk kepentingan para pembuat keputusan sendiri. Keputusan yang akhirnya dibuat lebih mencerminkan pada apa yang tampak secara politis daripada yang diinginkan.
  • 8. Contoh pembuatan kebijakan publik model incremental adalah sebagai berikut. Pembuat kebijakan publik akan meningkatkan produksi beras di suatu kecamatan. Tahun 2001 produksi beras 10 ton/tahun dengan suntikan dana pertanian 100 juta. Tahun 2002 produksi beras meningkat menjadi 20 ton/tahun dengan suntikan dana 200 juta. Model incremental akan membuat kebijakan publik pada tahun 2003 produksi beras ditingkatkan menjadi 30 ton/tahun dengan suntikan dana 300 juta.
  • 9. C. MODEL MIXED SCANNING Keterbatasan dari model rasional dan incremental membuat Amitai Etzioni mengembangkan model campuran antara model rasional dan incremental untuk menjembatani kelemahan dari kedua model tersebut dengan menggabungkan elemen-elemen dari keduanya. Membuat keputusan yang sangat rasional dengan menghitung secara matematis dari setiap alternatif menjadi sesuatu yang tidak efisien dan irrasional, sedangkan incremental yang cenderung mempertahankan status-quo cenderung pula mengabaikan kebutuhan dan perubahan- perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
  • 10. Contoh dari model ini dalam praktek sebagai berikut. Pembuat kebijakan publik akan meningkatkan produksi beras di suatu kecamatan. Langkah pertama adalah pembuatan keputusan fundamental akan disusun aspek-aspek yang berkaitan dengan peningkatan produksi beras, seperti penyediaan bibit unggul, pupuk, irigasi, ketersediaan lahan pertanian, upah buruh tani, cuaca, penyediaan pestisida. Masing-masing aspek akan dilihat dari sisi apakah sebagai faktor penghambat atau pendorong untuk memperhitungkan efisiensi, keuntungan dan kerugian. Alternatif akan diambil dari suatu kebijakan yang mengandung sesedikit mungkin risiko kerugian dan inefisiensi. Dari berbagai alternatif akhirnya diambil keputusan bahwa peningkatan produksi beras melalui suntikan dana 100 juta. Langkah selanjutnya penyusunan kebijakan incremental. Tahun 2001 produksi beras 10 ton/tahun dengan suntikan dana pertanian 100 juta. Tahun 2002 produksi beras meningkat menjadi 20 ton/tahun dengan suntikan dana 200 juta. Model incremental akan membuat kebijakan publik pada tahun 2003 produksi beras ditingkatkan menjadi 30 ton/tahun dengan suntikan dana 300 juta. Keputusan kebijakan publik ini akan ‘sedikit’ berubah dari kebijakan yang lalu apabila aspek-aspek yang mempengaruhi pada keputusan fundamental mengalami perubahan.
  • 11. D. MODEL GARBAGE CAN March dan Olsen mengusulkan apa yang disebut ‘model kaleng sampah’ dari pembuatan keputusan yang menolak rasionalitas dan menerima irrasional. Model-model lain keputusan diambil dengan rasionalitas atau tingkat kesengajaan, komprehensif masalah, dan hubungan yang dapat diperkirakan diantara para pelaku kebijakan. Dalam pandangan model ini, pembuatan keputusan merupakan suatu hal yang berambiguous (bersifat mendua) sangat tinggi dan berawal dari proses yang tidak dapat diperkirakan dalam pemecahan masalah untuk mencapai tujuan.
  • 12. Menurut March dan Olsen, dapat saja keputusan tercapai melalui hal-hal berikut: Berbagai masalah dan alternatif pemecahan masalah dibuang oleh partisipan ke dalam kaleng sampah. Di dalam suatu kaleng sampah terdapat beberapa alternatif, tetapi ini juga tergantung pada sampah apa yang dihasilkan dari suatu kejadian atau masalah, pada campuran sampah kaleng yang tersedia, dan pada kecepatan yang dikoleksi sampah dibuang dari tempatnya.
  • 13. E. MODEL INSTITUSIONAL KEBIJAKAN PUBLIK Model ini merupakan model tradisional dalam proses pembuatan kebijakan di mana fokus model ini terletak pada struktur organisasi pemerintah. Kegiatan-kegiatan politik berpusat pada lembaga- lembaga pemerintah yaitu lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif pada pemerintahan pusat (nasional), regional, dan lokal. Kebijakan publik dirumuskan dan dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pemerintah tersebut. Terdapat hubungan yang kuat sekali antara kebijakan publik dengan lembaga-lembaga pemerintah. Suatu keputusan dari pemilihan alternatif pemecahan masalah tidak dapat menjadi kebijakan publik tanpa keputusan tersebut dirumuskan, disahkan dan dilaksanakan terlebih dahulu oleh lembaga pemerintahan.
  • 14. Contoh model ini adalah sebagai berikut Mahasiswa-mahasiswa di Indonesia melakukan demo, memaksa Harmoko sebagai Ketua DPR/MPR untuk menurunkan Suharto, Presiden RepublikIndonesia. Hasilnya adalah penurunan Suharto melalui pengumuman yang dilakukan Harmoko. Tanpa pengumuman Harmoko dalam kapasitas sebagai pejabat institusi pemerintah, desakan yang dilakukan mahasiswa tidak dapat disahkan, diberlakukan secara universal di Indonesia dan tidak dapat dipaksakan untuk dilaksanakan dan ditaati seluruh masyarakat Indonesia.
  • 15. F. MODEL ELIT-MASSA Model ini menggambarkan pembuatan kebijakan publik dalam bentuk ‘piramida’ dimana masyarakat berada pada tingkat paling bawah, elit pada ujung piramida dan aktor internal birokrasi pembuat kebijakan publik berada di tengah-tengah antara masyarakat dan elit. Aktor internal birokrasi pembuat kebijakan publik (pemerintah) seharusnya menyeimbangkan antara kepentingan masyarakat dan elit dalam setiap kebijakan publik yang diambilnya. Akan tetapi dalam model ini mereka bukan sebagai ‘abdi rakyat’ (“servant of the people”) tetapi lebih sebagai kepanjangan tangan dari ‘elit’ yaitu ‘kelompok-kelompok kecil yang telah mapan’ (The Establishment). Hal ini disebabkan kebijakan publik ditentukan semata-mata oleh kelompok elit, sehingga aktor pembuat kebijakan publik (pemerintah) hanyalah sekedar pelaksana-pelaksana dari kebijakan publik yang telah ditetapkan oleh elit.
  • 16. Model elit-massa dapat dipahami melalui contoh berikut : Pada masa Perancis dibawah Kepemimpinan Louis XIV, terdapat kaum borjuis sebagai kelompok elit kebangsawanan. Elit ini yang menyusun kebijakan publik dan mempengaruhi Louis XIV untuk segera menetapkan, dimana kebijakan publik tersebut hanya memperhatikan kepentingan elit tersebut.
  • 17. G. MODEL KELOMPOK David B. Truman menyatakan bahwa kenyataan politik merupakan interaksi diantara kelompok- kelompok kepentingan. Individu-individu yang memiliki kepentingan yang sama mengikatkan baik secara formal maupun informal kedalam kelompok kepentingan (interest group) yang dapat mengajukan dan memaksakan kepentingan-kepentingannya kepada pemerintah. Karena itu, masyarakat terdiri dari berbagai kelompok-kelompok kepentingan. Kelompok kepentingan adalah “a shared attitude group that makes certain claims upon other groups in the society” (suatu kelompok yang memiliki sikap yang sama yang mengajukan tuntutan-tuntutan terhadap kelompok yang lain di dalam masyarakat). Dan kelompok kepentingan itu akan mempunyai arti politis apabila mengajukan tuntutan dari kepentingan mereka terhadap lembaga pemerintahan). Kenyataan politik merupakan perjuangan diantara kelompok- kelompok kepentingan agar kepentingan kelompok mereka dapat mempengaruhi kebijakan publik dan kepentingan kelompok terakses dalam kebijakan publik yang dikeluarkan pemerintah.
  • 18. H. MODEL SISTEM-POLITIK Model sistem-politik dipelopori oleh David Easton dalam “The Political System”. Model ini didasarkan pada konsep-konsep system yang terdiri inputs, withinputs, outputs, dan feedback dan environment yaitu kekuata-kekuatan lingkungan (sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, geografis, dan sebagainya) yang ada disekitarnya. Kebijakan publik merupakan hasil (output) dari sistem politik. Irfan Islamy selanjutnya menjelaskan “sistem politik” sebagai sejumlah lembaga-lembaga dan aktivitas-aktivitas politik dalam masyarakat yang berfungsi mengubah tuntutan-tuntutan (demands), dukungan-dukungan (support) dan sumber-sumber (resources) yang semuanya ini adalah masukan- masukan (inputs) dan selanjutnya diubah menjadi keputusan-keputusan atau kebijak publik yang otoritatif bagi seluruh anggota masyarakat (outputs). Dengan singkat dapat dikatakan bahwa sistem politik berfungsi mengubah inputs menjadi outputs.
  • 19. Model proses atau stagist Pertengahan tahun 1960-an, pembahasan mengenai pembuatan keputusan kebijakan publik telah menjadi perdebatan di antara penggunaan model “incremental” dengan model “rasional”. Di satu sisi terdapat pendapat bahwa model “rasional” lebih dapat diterima sebagai suatu model pengambilan keputusan dalam pembuatan kebijakan publik sedangkan di sisi lain terdapat pendapat, bagaimana suatu keputusan harus diambil, model “incremental” merupakan gambaran terbaik dari praktik sebenarnya dalam proses pengambilan keputusan dalam pembuatan kebijakan publik suatu pemerintahan. Perdebatan yang berkepanjangan memunculkan usaha-usaha di pertengahan tahun 1970-an untuk mengembangkan model-model pengambilan keputusan dalam pembuatan kebijakan publik.
  • 20. Beberapa usaha telah menghasilkan model mixed-scanning sebagai penggabungan antara model-model rasional dan incremental. Usaha menyusun suatu model di luar jalur rasional dan incremental menghasilkan temuan paling mutakhir yaitu model yang mendasarkan pada pandangan irrasional yang disebut model “kaleng sampah” (garbage can). Model ini mengusulkan alternatif kebijakan, menyeleksi, menilai dan memilih alternatif kebijakan dalam pembuatan keputusan kebijakan publik dengan memfokuskan pada elemen-elemen irrasional sikap para pembuat kebijakan publik, dengan memperhatikan irrasional kepentingan publik dan nilai-nilai yang ada pada masyarakat.