SlideShare a Scribd company logo
PRAKTIK PERMODELAN
KEBIJAKAN PUBLIK
Kelompok 1
M. Wirgan Fauzan
Nadila Caurita
Wahyu Wandira
PENGERTIAN
MODEL
Model adalah abstraksi dari realita. Mustopadidjaja
merumuskan model sebagai penyederhanaan dari
kenyataan persoalan yang dihadapi, diwujudkan dalam
hubungan-hubungan kausal atau fungsional. Model
dapat digambarkan dalam bentuk skematik model
(seperti flow chart dan arrow diagram), fisikal model
(seperti miniatur), game model (seperti adegan latihan
kepemimpinan, latihan manajemen), simbolik model
(seperti ekonometrika dan program komputer).
Kebijakan publik akan lebih mudah dipelajari
dengan bantuan penggunaan model. Model
merupakan alat Bantu dalam perumusan dan
pembuatan kebijakan publik. Manfaat penggunaan
model adalah mempermudah deskripsi persoalan
secara struktural, membantu dalam melakukan
prediksi akibat-akibat yang timbul dari ada atau
tidak adanya perubahan-perubahan karena faktor
penyebab.
BENTUK MODEL
KEBIJAKAN PUBLIK
Terdapat 2 (dua) model dalam mempelajari kebijakan publik, yaitu:
Topik utama
Model menurut
hasil dan dampak
Topik utama
Model proses
atau stagist
A.MODEL RASIONAL
Model rasional adalah model di mana prosedur pembuatan keputusan yang akan membimbing
pada pilihan alternatif dicari yang paling efisien dari pencapaian tujuan kebijakan. Teori-teori
rasionalis berakar pada penerapan rasionalisme dan positifisme, bermula dari gagasan untuk
mengembangkan secara obyektif (tidak memihak) suatu pengetahuan untuk memperbaiki kondisi
manusia. Masalah-masalah masyarakat harus dipecahkan dengan cara yang “ilmiah” atau
„rasional‟, dengan mengumpulkan seluruh informasi yang relevan dengan masalah dan
pemecahan alternatif bagi mereka, kemudian memilih alternatif yang terbaik. Tugas dari analis
kebijakan adalah melihat perkembangan pengetahuan yang relevan dengan pemecahan masalah-
masalah tersebut dan kemudian untuk penerapannya ditawarkan pada pemerintah. Pendekatan ini
juga dikenal sebagai ‘ilmiah’, ‘keahlian teknik’, ‘ahli manajerial’.
Contoh pengambilan keputusan kebijakan publik model rasional. Pemerintah akan
meningkatkan produksi beras di suatu kecamatan. Model ini akan melihat aspek-
aspek yang berkaitan dengan peningkatan produksi beras, seperti penyediaan bibit
unggul, pupuk, irigasi, ketersediaan lahan pertanian, upah buruh tani, cuaca,
penyediaan pestisida. Masing-masing aspek akan dilihat dari sisi apakah sebagai
faktor penghambat atau pendorong untuk memperhitungkan efisiensi, keuntungan
dan kerugian. Alternatif akan diambil dari suatu kebijakan yang mengandung
sesedikit mungkin risiko kerugian dan inefisiensi.
B. MODEL INCREMENTAL
Model incremental menggambarkan pembuatan keputusan
kebijakan publik adalah sebagai suatu proses politis yang ditandai
dengan tawar menawar dan kompromi untuk kepentingan para
pembuat keputusan sendiri. Keputusan yang akhirnya dibuat lebih
mencerminkan pada apa yang tampak secara politis daripada yang
diinginkan.
Contoh pembuatan kebijakan publik model incremental adalah sebagai berikut.
Pembuat kebijakan publik akan meningkatkan produksi beras di suatu kecamatan.
Tahun 2001 produksi beras 10 ton/tahun dengan suntikan dana pertanian 100 juta.
Tahun 2002 produksi beras meningkat menjadi 20 ton/tahun dengan suntikan dana
200 juta. Model incremental akan membuat kebijakan publik pada tahun 2003
produksi beras ditingkatkan menjadi 30 ton/tahun dengan suntikan dana 300 juta.
C. MODEL MIXED SCANNING
Keterbatasan dari model rasional dan incremental membuat Amitai Etzioni mengembangkan
model campuran antara model rasional dan incremental untuk menjembatani kelemahan dari
kedua model tersebut dengan menggabungkan elemen-elemen dari keduanya. Membuat
keputusan yang sangat rasional dengan menghitung secara matematis dari setiap alternatif
menjadi sesuatu yang tidak efisien dan irrasional, sedangkan incremental yang cenderung
mempertahankan status-quo cenderung pula mengabaikan kebutuhan dan perubahan-
perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
Contoh dari model ini dalam praktek sebagai berikut. Pembuat kebijakan publik akan
meningkatkan produksi beras di suatu kecamatan. Langkah pertama adalah pembuatan
keputusan fundamental akan disusun aspek-aspek yang berkaitan dengan peningkatan produksi
beras, seperti penyediaan bibit unggul, pupuk, irigasi, ketersediaan lahan pertanian, upah
buruh tani, cuaca, penyediaan pestisida. Masing-masing aspek akan dilihat dari sisi apakah
sebagai faktor penghambat atau pendorong untuk memperhitungkan efisiensi, keuntungan dan
kerugian. Alternatif akan diambil dari suatu kebijakan yang mengandung sesedikit mungkin
risiko kerugian dan inefisiensi. Dari berbagai alternatif akhirnya diambil keputusan bahwa
peningkatan produksi beras melalui suntikan dana 100 juta. Langkah selanjutnya penyusunan
kebijakan incremental. Tahun 2001 produksi beras 10 ton/tahun dengan suntikan dana
pertanian 100 juta. Tahun 2002 produksi beras meningkat menjadi 20 ton/tahun dengan
suntikan dana 200 juta. Model incremental akan membuat kebijakan publik pada tahun 2003
produksi beras ditingkatkan menjadi 30 ton/tahun dengan suntikan dana 300 juta. Keputusan
kebijakan publik ini akan ‘sedikit’ berubah dari kebijakan yang lalu apabila aspek-aspek yang
mempengaruhi pada keputusan fundamental mengalami perubahan.
D. MODEL GARBAGE CAN
March dan Olsen mengusulkan apa yang disebut ‘model kaleng sampah’ dari pembuatan
keputusan yang menolak rasionalitas dan menerima irrasional. Model-model lain keputusan
diambil dengan rasionalitas atau tingkat kesengajaan, komprehensif masalah, dan hubungan
yang dapat diperkirakan diantara para pelaku kebijakan. Dalam pandangan model ini,
pembuatan keputusan merupakan suatu hal yang berambiguous (bersifat mendua) sangat
tinggi dan berawal dari proses yang tidak dapat diperkirakan dalam pemecahan masalah untuk
mencapai tujuan.
Menurut March dan Olsen, dapat saja keputusan tercapai melalui hal-hal berikut:
Berbagai masalah dan alternatif pemecahan masalah dibuang oleh partisipan ke dalam
kaleng sampah. Di dalam suatu kaleng sampah terdapat beberapa alternatif, tetapi ini juga
tergantung pada sampah apa yang dihasilkan dari suatu kejadian atau masalah, pada campuran
sampah kaleng yang tersedia, dan pada kecepatan yang dikoleksi sampah dibuang dari
tempatnya.
E. MODEL INSTITUSIONAL KEBIJAKAN PUBLIK
Model ini merupakan model tradisional dalam proses pembuatan kebijakan di mana fokus model ini
terletak pada struktur organisasi pemerintah. Kegiatan-kegiatan politik berpusat pada lembaga-
lembaga pemerintah yaitu lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif pada pemerintahan pusat
(nasional), regional, dan lokal.
Kebijakan publik dirumuskan dan dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pemerintah tersebut. Terdapat
hubungan yang kuat sekali antara kebijakan publik dengan lembaga-lembaga pemerintah. Suatu
keputusan dari pemilihan alternatif pemecahan masalah tidak dapat menjadi kebijakan publik tanpa
keputusan tersebut dirumuskan, disahkan dan dilaksanakan terlebih dahulu oleh lembaga
pemerintahan.
Contoh model ini adalah sebagai berikut Mahasiswa-mahasiswa di Indonesia melakukan
demo, memaksa Harmoko sebagai Ketua DPR/MPR untuk menurunkan Suharto, Presiden
RepublikIndonesia. Hasilnya adalah penurunan Suharto melalui pengumuman yang dilakukan
Harmoko. Tanpa pengumuman Harmoko dalam kapasitas sebagai pejabat institusi pemerintah,
desakan yang dilakukan mahasiswa tidak dapat disahkan, diberlakukan secara universal di
Indonesia dan tidak dapat dipaksakan untuk dilaksanakan dan ditaati seluruh masyarakat
Indonesia.
F. MODEL ELIT-MASSA
Model ini menggambarkan pembuatan kebijakan publik dalam bentuk ‘piramida’ dimana masyarakat
berada pada tingkat paling bawah, elit pada ujung piramida dan aktor internal birokrasi pembuat
kebijakan publik berada di tengah-tengah antara masyarakat dan elit. Aktor internal birokrasi pembuat
kebijakan publik (pemerintah) seharusnya menyeimbangkan antara kepentingan masyarakat dan elit
dalam setiap kebijakan publik yang diambilnya. Akan tetapi dalam model ini mereka bukan sebagai
‘abdi rakyat’ (“servant of the people”) tetapi lebih sebagai kepanjangan tangan dari ‘elit’ yaitu
‘kelompok-kelompok kecil yang telah mapan’ (The Establishment). Hal ini disebabkan kebijakan publik
ditentukan semata-mata oleh kelompok elit, sehingga aktor pembuat kebijakan publik (pemerintah)
hanyalah sekedar pelaksana-pelaksana dari kebijakan publik yang telah ditetapkan oleh elit.
Model elit-massa dapat dipahami melalui contoh berikut : Pada masa Perancis
dibawah Kepemimpinan Louis XIV, terdapat kaum borjuis sebagai kelompok
elit kebangsawanan. Elit ini yang menyusun kebijakan publik dan
mempengaruhi Louis XIV untuk segera menetapkan, dimana kebijakan publik
tersebut hanya memperhatikan kepentingan elit tersebut.
G. MODEL KELOMPOK
David B. Truman menyatakan bahwa kenyataan politik merupakan interaksi diantara kelompok-
kelompok kepentingan. Individu-individu yang memiliki kepentingan yang sama mengikatkan baik
secara formal maupun informal kedalam kelompok kepentingan (interest group) yang dapat mengajukan
dan memaksakan kepentingan-kepentingannya kepada pemerintah. Karena itu, masyarakat terdiri dari
berbagai kelompok-kelompok kepentingan. Kelompok kepentingan adalah “a shared attitude group that
makes certain claims upon other groups in the society” (suatu kelompok yang memiliki sikap yang sama
yang mengajukan tuntutan-tuntutan terhadap kelompok yang lain di dalam masyarakat). Dan kelompok
kepentingan itu akan mempunyai arti politis apabila mengajukan tuntutan dari kepentingan mereka
terhadap lembaga pemerintahan). Kenyataan politik merupakan perjuangan diantara kelompok-
kelompok kepentingan agar kepentingan kelompok mereka dapat mempengaruhi kebijakan publik dan
kepentingan kelompok terakses dalam kebijakan publik yang dikeluarkan pemerintah.
H. MODEL SISTEM-POLITIK
Model sistem-politik dipelopori oleh David Easton dalam “The Political System”. Model ini didasarkan
pada konsep-konsep system yang terdiri inputs, withinputs, outputs, dan feedback dan environment yaitu
kekuata-kekuatan lingkungan (sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, geografis, dan sebagainya) yang
ada disekitarnya. Kebijakan publik merupakan hasil (output) dari sistem politik.
Irfan Islamy selanjutnya menjelaskan “sistem politik” sebagai sejumlah lembaga-lembaga dan
aktivitas-aktivitas politik dalam masyarakat yang berfungsi mengubah tuntutan-tuntutan (demands),
dukungan-dukungan (support) dan sumber-sumber (resources) yang semuanya ini adalah masukan-
masukan (inputs) dan selanjutnya diubah menjadi keputusan-keputusan atau kebijak publik yang
otoritatif bagi seluruh anggota masyarakat (outputs). Dengan singkat dapat dikatakan bahwa sistem
politik berfungsi mengubah inputs menjadi outputs.
Model proses atau stagist
Pertengahan tahun 1960-an, pembahasan mengenai pembuatan keputusan kebijakan
publik telah menjadi perdebatan di antara penggunaan model “incremental” dengan
model “rasional”. Di satu sisi terdapat pendapat bahwa model “rasional” lebih dapat
diterima sebagai suatu model pengambilan keputusan dalam pembuatan kebijakan
publik sedangkan di sisi lain terdapat pendapat, bagaimana suatu keputusan harus
diambil, model “incremental” merupakan gambaran terbaik dari praktik sebenarnya
dalam proses pengambilan keputusan dalam pembuatan kebijakan publik suatu
pemerintahan. Perdebatan yang berkepanjangan memunculkan usaha-usaha di
pertengahan tahun 1970-an untuk mengembangkan model-model pengambilan
keputusan dalam pembuatan kebijakan publik.
Beberapa usaha telah menghasilkan model mixed-scanning sebagai
penggabungan antara model-model rasional dan incremental. Usaha menyusun suatu
model di luar jalur rasional dan incremental menghasilkan temuan paling mutakhir
yaitu model yang mendasarkan pada pandangan irrasional yang disebut model
“kaleng sampah” (garbage can). Model ini mengusulkan alternatif kebijakan,
menyeleksi, menilai dan memilih alternatif kebijakan dalam pembuatan keputusan
kebijakan publik dengan memfokuskan pada elemen-elemen irrasional sikap para
pembuat kebijakan publik, dengan memperhatikan irrasional kepentingan publik dan
nilai-nilai yang ada pada masyarakat.
TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to PPT KLP 1.pptx

MODEL_DALAM_KEBIJAKAN_PUBLIK.pdf
MODEL_DALAM_KEBIJAKAN_PUBLIK.pdfMODEL_DALAM_KEBIJAKAN_PUBLIK.pdf
MODEL_DALAM_KEBIJAKAN_PUBLIK.pdf
Lindaduil
 
Model dalam kebijakan publik
Model dalam kebijakan publikModel dalam kebijakan publik
Model dalam kebijakan publik
09417144006
 
Analisis kebijakan publik
Analisis kebijakan publikAnalisis kebijakan publik
Analisis kebijakan publik
Muslimin B. Putra
 
Aminuddin%20 bakry
Aminuddin%20 bakryAminuddin%20 bakry
Aminuddin%20 bakryNoerman Syah
 
Public Policy dan Administrasi Negara
Public Policy dan Administrasi NegaraPublic Policy dan Administrasi Negara
Public Policy dan Administrasi Negara
Kasmiah Ali
 
Definisi Kebijakan Publik
Definisi Kebijakan PublikDefinisi Kebijakan Publik
Definisi Kebijakan Publiksiskamto
 
Presentasi kebijakan publik.pptx
Presentasi kebijakan publik.pptxPresentasi kebijakan publik.pptx
Presentasi kebijakan publik.pptx
Poinid
 
Model model dalam public policy
Model model dalam public policyModel model dalam public policy
Model model dalam public policy
nurul khaiva
 
dokumen.tips_pendekatan-pian.ppt
dokumen.tips_pendekatan-pian.pptdokumen.tips_pendekatan-pian.ppt
dokumen.tips_pendekatan-pian.ppt
ArdifaSamawy
 
kel 20 kebijakan publik.pptx
kel 20 kebijakan publik.pptxkel 20 kebijakan publik.pptx
kel 20 kebijakan publik.pptx
Rikafriska
 
Beberapa argumen yang mendukung dan menolak perencanaan ok
Beberapa argumen yang mendukung dan menolak perencanaan okBeberapa argumen yang mendukung dan menolak perencanaan ok
Beberapa argumen yang mendukung dan menolak perencanaan ok
andreaskokok
 
Artikel kebijakan publik
Artikel kebijakan publikArtikel kebijakan publik
Artikel kebijakan publik
NurLengkapPandiangan
 
Artikel kebijakan publik
Artikel kebijakan publikArtikel kebijakan publik
Artikel kebijakan publik
NurLengkapPandiangan
 
form akk.ppt
form akk.pptform akk.ppt
form akk.ppt
AbiUnyil
 
Nurul khaiva kebijakan publik sp
Nurul khaiva kebijakan publik spNurul khaiva kebijakan publik sp
Nurul khaiva kebijakan publik sp
nurul khaiva
 
Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptxPpt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
TyazmutzDartha
 
Analisis Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan PublikAnalisis Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan Publik
Tri Widodo W. UTOMO
 
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSES
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSESKEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSES
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSES
Listiana Nurwati
 
Public-Policy-Revised.ppt
Public-Policy-Revised.pptPublic-Policy-Revised.ppt
Public-Policy-Revised.ppt
NadiaEunike1
 
Public-Policy-Revised (2).ppt
Public-Policy-Revised (2).pptPublic-Policy-Revised (2).ppt
Public-Policy-Revised (2).ppt
AmirHamzah90196
 

Similar to PPT KLP 1.pptx (20)

MODEL_DALAM_KEBIJAKAN_PUBLIK.pdf
MODEL_DALAM_KEBIJAKAN_PUBLIK.pdfMODEL_DALAM_KEBIJAKAN_PUBLIK.pdf
MODEL_DALAM_KEBIJAKAN_PUBLIK.pdf
 
Model dalam kebijakan publik
Model dalam kebijakan publikModel dalam kebijakan publik
Model dalam kebijakan publik
 
Analisis kebijakan publik
Analisis kebijakan publikAnalisis kebijakan publik
Analisis kebijakan publik
 
Aminuddin%20 bakry
Aminuddin%20 bakryAminuddin%20 bakry
Aminuddin%20 bakry
 
Public Policy dan Administrasi Negara
Public Policy dan Administrasi NegaraPublic Policy dan Administrasi Negara
Public Policy dan Administrasi Negara
 
Definisi Kebijakan Publik
Definisi Kebijakan PublikDefinisi Kebijakan Publik
Definisi Kebijakan Publik
 
Presentasi kebijakan publik.pptx
Presentasi kebijakan publik.pptxPresentasi kebijakan publik.pptx
Presentasi kebijakan publik.pptx
 
Model model dalam public policy
Model model dalam public policyModel model dalam public policy
Model model dalam public policy
 
dokumen.tips_pendekatan-pian.ppt
dokumen.tips_pendekatan-pian.pptdokumen.tips_pendekatan-pian.ppt
dokumen.tips_pendekatan-pian.ppt
 
kel 20 kebijakan publik.pptx
kel 20 kebijakan publik.pptxkel 20 kebijakan publik.pptx
kel 20 kebijakan publik.pptx
 
Beberapa argumen yang mendukung dan menolak perencanaan ok
Beberapa argumen yang mendukung dan menolak perencanaan okBeberapa argumen yang mendukung dan menolak perencanaan ok
Beberapa argumen yang mendukung dan menolak perencanaan ok
 
Artikel kebijakan publik
Artikel kebijakan publikArtikel kebijakan publik
Artikel kebijakan publik
 
Artikel kebijakan publik
Artikel kebijakan publikArtikel kebijakan publik
Artikel kebijakan publik
 
form akk.ppt
form akk.pptform akk.ppt
form akk.ppt
 
Nurul khaiva kebijakan publik sp
Nurul khaiva kebijakan publik spNurul khaiva kebijakan publik sp
Nurul khaiva kebijakan publik sp
 
Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptxPpt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
 
Analisis Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan PublikAnalisis Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan Publik
 
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSES
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSESKEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSES
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSES
 
Public-Policy-Revised.ppt
Public-Policy-Revised.pptPublic-Policy-Revised.ppt
Public-Policy-Revised.ppt
 
Public-Policy-Revised (2).ppt
Public-Policy-Revised (2).pptPublic-Policy-Revised (2).ppt
Public-Policy-Revised (2).ppt
 

Recently uploaded

Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
budimoko2
 
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
abdinahyan
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
ahyani72
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
MashudiMashudi12
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
OcitaDianAntari
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
inganahsholihahpangs
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
GusniartiGusniarti5
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
Kanaidi ken
 
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
asepridwan50
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
DinaSetiawan2
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
RUBEN Mbiliyora
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
irvansupriadi44
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
 
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
 
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
 

PPT KLP 1.pptx

  • 1. PRAKTIK PERMODELAN KEBIJAKAN PUBLIK Kelompok 1 M. Wirgan Fauzan Nadila Caurita Wahyu Wandira
  • 2. PENGERTIAN MODEL Model adalah abstraksi dari realita. Mustopadidjaja merumuskan model sebagai penyederhanaan dari kenyataan persoalan yang dihadapi, diwujudkan dalam hubungan-hubungan kausal atau fungsional. Model dapat digambarkan dalam bentuk skematik model (seperti flow chart dan arrow diagram), fisikal model (seperti miniatur), game model (seperti adegan latihan kepemimpinan, latihan manajemen), simbolik model (seperti ekonometrika dan program komputer).
  • 3. Kebijakan publik akan lebih mudah dipelajari dengan bantuan penggunaan model. Model merupakan alat Bantu dalam perumusan dan pembuatan kebijakan publik. Manfaat penggunaan model adalah mempermudah deskripsi persoalan secara struktural, membantu dalam melakukan prediksi akibat-akibat yang timbul dari ada atau tidak adanya perubahan-perubahan karena faktor penyebab.
  • 4. BENTUK MODEL KEBIJAKAN PUBLIK Terdapat 2 (dua) model dalam mempelajari kebijakan publik, yaitu: Topik utama Model menurut hasil dan dampak Topik utama Model proses atau stagist
  • 5. A.MODEL RASIONAL Model rasional adalah model di mana prosedur pembuatan keputusan yang akan membimbing pada pilihan alternatif dicari yang paling efisien dari pencapaian tujuan kebijakan. Teori-teori rasionalis berakar pada penerapan rasionalisme dan positifisme, bermula dari gagasan untuk mengembangkan secara obyektif (tidak memihak) suatu pengetahuan untuk memperbaiki kondisi manusia. Masalah-masalah masyarakat harus dipecahkan dengan cara yang “ilmiah” atau „rasional‟, dengan mengumpulkan seluruh informasi yang relevan dengan masalah dan pemecahan alternatif bagi mereka, kemudian memilih alternatif yang terbaik. Tugas dari analis kebijakan adalah melihat perkembangan pengetahuan yang relevan dengan pemecahan masalah- masalah tersebut dan kemudian untuk penerapannya ditawarkan pada pemerintah. Pendekatan ini juga dikenal sebagai ‘ilmiah’, ‘keahlian teknik’, ‘ahli manajerial’.
  • 6. Contoh pengambilan keputusan kebijakan publik model rasional. Pemerintah akan meningkatkan produksi beras di suatu kecamatan. Model ini akan melihat aspek- aspek yang berkaitan dengan peningkatan produksi beras, seperti penyediaan bibit unggul, pupuk, irigasi, ketersediaan lahan pertanian, upah buruh tani, cuaca, penyediaan pestisida. Masing-masing aspek akan dilihat dari sisi apakah sebagai faktor penghambat atau pendorong untuk memperhitungkan efisiensi, keuntungan dan kerugian. Alternatif akan diambil dari suatu kebijakan yang mengandung sesedikit mungkin risiko kerugian dan inefisiensi.
  • 7. B. MODEL INCREMENTAL Model incremental menggambarkan pembuatan keputusan kebijakan publik adalah sebagai suatu proses politis yang ditandai dengan tawar menawar dan kompromi untuk kepentingan para pembuat keputusan sendiri. Keputusan yang akhirnya dibuat lebih mencerminkan pada apa yang tampak secara politis daripada yang diinginkan.
  • 8. Contoh pembuatan kebijakan publik model incremental adalah sebagai berikut. Pembuat kebijakan publik akan meningkatkan produksi beras di suatu kecamatan. Tahun 2001 produksi beras 10 ton/tahun dengan suntikan dana pertanian 100 juta. Tahun 2002 produksi beras meningkat menjadi 20 ton/tahun dengan suntikan dana 200 juta. Model incremental akan membuat kebijakan publik pada tahun 2003 produksi beras ditingkatkan menjadi 30 ton/tahun dengan suntikan dana 300 juta.
  • 9. C. MODEL MIXED SCANNING Keterbatasan dari model rasional dan incremental membuat Amitai Etzioni mengembangkan model campuran antara model rasional dan incremental untuk menjembatani kelemahan dari kedua model tersebut dengan menggabungkan elemen-elemen dari keduanya. Membuat keputusan yang sangat rasional dengan menghitung secara matematis dari setiap alternatif menjadi sesuatu yang tidak efisien dan irrasional, sedangkan incremental yang cenderung mempertahankan status-quo cenderung pula mengabaikan kebutuhan dan perubahan- perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
  • 10. Contoh dari model ini dalam praktek sebagai berikut. Pembuat kebijakan publik akan meningkatkan produksi beras di suatu kecamatan. Langkah pertama adalah pembuatan keputusan fundamental akan disusun aspek-aspek yang berkaitan dengan peningkatan produksi beras, seperti penyediaan bibit unggul, pupuk, irigasi, ketersediaan lahan pertanian, upah buruh tani, cuaca, penyediaan pestisida. Masing-masing aspek akan dilihat dari sisi apakah sebagai faktor penghambat atau pendorong untuk memperhitungkan efisiensi, keuntungan dan kerugian. Alternatif akan diambil dari suatu kebijakan yang mengandung sesedikit mungkin risiko kerugian dan inefisiensi. Dari berbagai alternatif akhirnya diambil keputusan bahwa peningkatan produksi beras melalui suntikan dana 100 juta. Langkah selanjutnya penyusunan kebijakan incremental. Tahun 2001 produksi beras 10 ton/tahun dengan suntikan dana pertanian 100 juta. Tahun 2002 produksi beras meningkat menjadi 20 ton/tahun dengan suntikan dana 200 juta. Model incremental akan membuat kebijakan publik pada tahun 2003 produksi beras ditingkatkan menjadi 30 ton/tahun dengan suntikan dana 300 juta. Keputusan kebijakan publik ini akan ‘sedikit’ berubah dari kebijakan yang lalu apabila aspek-aspek yang mempengaruhi pada keputusan fundamental mengalami perubahan.
  • 11. D. MODEL GARBAGE CAN March dan Olsen mengusulkan apa yang disebut ‘model kaleng sampah’ dari pembuatan keputusan yang menolak rasionalitas dan menerima irrasional. Model-model lain keputusan diambil dengan rasionalitas atau tingkat kesengajaan, komprehensif masalah, dan hubungan yang dapat diperkirakan diantara para pelaku kebijakan. Dalam pandangan model ini, pembuatan keputusan merupakan suatu hal yang berambiguous (bersifat mendua) sangat tinggi dan berawal dari proses yang tidak dapat diperkirakan dalam pemecahan masalah untuk mencapai tujuan.
  • 12. Menurut March dan Olsen, dapat saja keputusan tercapai melalui hal-hal berikut: Berbagai masalah dan alternatif pemecahan masalah dibuang oleh partisipan ke dalam kaleng sampah. Di dalam suatu kaleng sampah terdapat beberapa alternatif, tetapi ini juga tergantung pada sampah apa yang dihasilkan dari suatu kejadian atau masalah, pada campuran sampah kaleng yang tersedia, dan pada kecepatan yang dikoleksi sampah dibuang dari tempatnya.
  • 13. E. MODEL INSTITUSIONAL KEBIJAKAN PUBLIK Model ini merupakan model tradisional dalam proses pembuatan kebijakan di mana fokus model ini terletak pada struktur organisasi pemerintah. Kegiatan-kegiatan politik berpusat pada lembaga- lembaga pemerintah yaitu lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif pada pemerintahan pusat (nasional), regional, dan lokal. Kebijakan publik dirumuskan dan dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pemerintah tersebut. Terdapat hubungan yang kuat sekali antara kebijakan publik dengan lembaga-lembaga pemerintah. Suatu keputusan dari pemilihan alternatif pemecahan masalah tidak dapat menjadi kebijakan publik tanpa keputusan tersebut dirumuskan, disahkan dan dilaksanakan terlebih dahulu oleh lembaga pemerintahan.
  • 14. Contoh model ini adalah sebagai berikut Mahasiswa-mahasiswa di Indonesia melakukan demo, memaksa Harmoko sebagai Ketua DPR/MPR untuk menurunkan Suharto, Presiden RepublikIndonesia. Hasilnya adalah penurunan Suharto melalui pengumuman yang dilakukan Harmoko. Tanpa pengumuman Harmoko dalam kapasitas sebagai pejabat institusi pemerintah, desakan yang dilakukan mahasiswa tidak dapat disahkan, diberlakukan secara universal di Indonesia dan tidak dapat dipaksakan untuk dilaksanakan dan ditaati seluruh masyarakat Indonesia.
  • 15. F. MODEL ELIT-MASSA Model ini menggambarkan pembuatan kebijakan publik dalam bentuk ‘piramida’ dimana masyarakat berada pada tingkat paling bawah, elit pada ujung piramida dan aktor internal birokrasi pembuat kebijakan publik berada di tengah-tengah antara masyarakat dan elit. Aktor internal birokrasi pembuat kebijakan publik (pemerintah) seharusnya menyeimbangkan antara kepentingan masyarakat dan elit dalam setiap kebijakan publik yang diambilnya. Akan tetapi dalam model ini mereka bukan sebagai ‘abdi rakyat’ (“servant of the people”) tetapi lebih sebagai kepanjangan tangan dari ‘elit’ yaitu ‘kelompok-kelompok kecil yang telah mapan’ (The Establishment). Hal ini disebabkan kebijakan publik ditentukan semata-mata oleh kelompok elit, sehingga aktor pembuat kebijakan publik (pemerintah) hanyalah sekedar pelaksana-pelaksana dari kebijakan publik yang telah ditetapkan oleh elit.
  • 16. Model elit-massa dapat dipahami melalui contoh berikut : Pada masa Perancis dibawah Kepemimpinan Louis XIV, terdapat kaum borjuis sebagai kelompok elit kebangsawanan. Elit ini yang menyusun kebijakan publik dan mempengaruhi Louis XIV untuk segera menetapkan, dimana kebijakan publik tersebut hanya memperhatikan kepentingan elit tersebut.
  • 17. G. MODEL KELOMPOK David B. Truman menyatakan bahwa kenyataan politik merupakan interaksi diantara kelompok- kelompok kepentingan. Individu-individu yang memiliki kepentingan yang sama mengikatkan baik secara formal maupun informal kedalam kelompok kepentingan (interest group) yang dapat mengajukan dan memaksakan kepentingan-kepentingannya kepada pemerintah. Karena itu, masyarakat terdiri dari berbagai kelompok-kelompok kepentingan. Kelompok kepentingan adalah “a shared attitude group that makes certain claims upon other groups in the society” (suatu kelompok yang memiliki sikap yang sama yang mengajukan tuntutan-tuntutan terhadap kelompok yang lain di dalam masyarakat). Dan kelompok kepentingan itu akan mempunyai arti politis apabila mengajukan tuntutan dari kepentingan mereka terhadap lembaga pemerintahan). Kenyataan politik merupakan perjuangan diantara kelompok- kelompok kepentingan agar kepentingan kelompok mereka dapat mempengaruhi kebijakan publik dan kepentingan kelompok terakses dalam kebijakan publik yang dikeluarkan pemerintah.
  • 18. H. MODEL SISTEM-POLITIK Model sistem-politik dipelopori oleh David Easton dalam “The Political System”. Model ini didasarkan pada konsep-konsep system yang terdiri inputs, withinputs, outputs, dan feedback dan environment yaitu kekuata-kekuatan lingkungan (sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, geografis, dan sebagainya) yang ada disekitarnya. Kebijakan publik merupakan hasil (output) dari sistem politik. Irfan Islamy selanjutnya menjelaskan “sistem politik” sebagai sejumlah lembaga-lembaga dan aktivitas-aktivitas politik dalam masyarakat yang berfungsi mengubah tuntutan-tuntutan (demands), dukungan-dukungan (support) dan sumber-sumber (resources) yang semuanya ini adalah masukan- masukan (inputs) dan selanjutnya diubah menjadi keputusan-keputusan atau kebijak publik yang otoritatif bagi seluruh anggota masyarakat (outputs). Dengan singkat dapat dikatakan bahwa sistem politik berfungsi mengubah inputs menjadi outputs.
  • 19. Model proses atau stagist Pertengahan tahun 1960-an, pembahasan mengenai pembuatan keputusan kebijakan publik telah menjadi perdebatan di antara penggunaan model “incremental” dengan model “rasional”. Di satu sisi terdapat pendapat bahwa model “rasional” lebih dapat diterima sebagai suatu model pengambilan keputusan dalam pembuatan kebijakan publik sedangkan di sisi lain terdapat pendapat, bagaimana suatu keputusan harus diambil, model “incremental” merupakan gambaran terbaik dari praktik sebenarnya dalam proses pengambilan keputusan dalam pembuatan kebijakan publik suatu pemerintahan. Perdebatan yang berkepanjangan memunculkan usaha-usaha di pertengahan tahun 1970-an untuk mengembangkan model-model pengambilan keputusan dalam pembuatan kebijakan publik.
  • 20. Beberapa usaha telah menghasilkan model mixed-scanning sebagai penggabungan antara model-model rasional dan incremental. Usaha menyusun suatu model di luar jalur rasional dan incremental menghasilkan temuan paling mutakhir yaitu model yang mendasarkan pada pandangan irrasional yang disebut model “kaleng sampah” (garbage can). Model ini mengusulkan alternatif kebijakan, menyeleksi, menilai dan memilih alternatif kebijakan dalam pembuatan keputusan kebijakan publik dengan memfokuskan pada elemen-elemen irrasional sikap para pembuat kebijakan publik, dengan memperhatikan irrasional kepentingan publik dan nilai-nilai yang ada pada masyarakat.