Teks tersebut membahas konsep Tuhan dalam pandangan berbagai filosof dan agama, mulai dari Socrates, Plato, Aristoteles, Ibnu Taymiyah hingga dalam pandangan Alquran. Beberapa filosof kuno seperti Socrates dan Plato menganggap Tuhan sebagai realitas tertinggi yang menciptakan alam semesta, sedangkan Aristoteles melihat Tuhan sebagai pemikiran yang sedang berpikir. Alquran menyatakan bahwa Tuhan adalah Yang Mah
2. Konsep Tuhan dalam
Pandangan manusia
1. Socrates
Socrates adalah filosof Yunani yang hidup dalam
abad IV sebelum Masehi dan meninggal pada
tahun 399 SM, dia terkenal dengan sebagai ahli
fikir yang dalam sejarah pengetahuan
mendapatkan tempat dan penghargaan sesuai
dengan hasil karya dan fikirannya. Socrates
adalah murid Phitagoras yang utama, dimana
terkenal dengan semboyannya: “Kenalilah dirimu,
dengan dirimu sendiri”.
3. Pemikiran Socrates tentang eksistensi
Tuhan
Socrates mengatakan bahwa Tuhan sangat besar
perhatiannya kepada makhluk-makhluk-Nya. Ia juga
mengakatan: “Bagaimanakah engkau mengatakan
bahwa Tuhan tidak memperhatikan makhlukNya, padahal engkau mengetahui bahwa Tuhan sudah
memberikan sifat-sifat khas untuk manusia, yang tidak
terdapat pada makhluk lainnya. Engkau wahai makhluk
yang beroleh dua macam nikmat yang mahal
sekali, apakah engkau mengira bahwa Tuhan tidak
memperhatikan engkau dan tidak
menyelenggarakan keperluanmu? Apalagi yang belum
disebutkan Tuhan bagi engkau supaya insyaf akan yang
demikian itu?
4. Ke- Esaan Tuhan
Socrates pada zamannya adalah orang yang berjuang
untuk melarang penyembahan berhala dan menyuruh
manusia menyembah Tuhan Yang Maha Esa serta
berbuat kebaikan dan menghentikan kemungkaran.
Rajanya adalah juga penyembah berhala, akan tetapi
raja tidak marah pada Socrates, disebabkan Socrates
dimata raja adalah orang yang baik perbuatannya. Akan
tetapi, tindakan Socrates itu, membuat marah para
kepala agama penyembah berhala dan berusaha
memakai nama rakyat banyak untuk menyalahkan
Socrates. Sebelas orang hakim rakyat menyuruh
Socrates memilih hukumannya untuk mati, kemudian
Socrates memilih racun untuk kematiannya.
5. Plato (427-347 SM)
Plato menggambarkan Tuhan sebagai
Demeiougos (sang pencipta) dari alam ini dan
sebagai Ide Tertinggi dari alam ide. Ide
tertinggi ini menurut Plato adalah Ide
Kebaikan. Sebagai murid Socrates, Plato
berusaha mengembangkan dan lebih
menyempurnakan pandangan-pandangan
gurunya, dan sistem pemikiran merupakan
puncak dari usaha-usaha orang sebelumya
yang digabungkan dalam pemikiran sendiri.
6. Konsep Tuhan menurut Plato
Menurut Plato segala keadaan di dunia ini tidaklah
kekal dan selalu berubah karena itu dunia yang
ditempati manusia ini adalah dunia bayangan yang
dilawankan dengan dunia ide yang bersifat kekal dan
tidak mengalami perubahan. Dalam mencari hakekat
banda yang tetap berubah ini, Plato berfikir bahwa
hanya benda-benda yang berada diluar alam, diluar
ruang dan waktu, dapat menjadi realitas tertinggi.
Konsekwensi dari benda yang selalu berubah ini adalah
bersifat baru, dan setiap yang baru mempunyai sebab
yang ada penyebabnya, itulah Tuhan yang terbebas
dari sifat baru. Tuhan adalah zat yang transenden dan
merupakan realitas tertinggi, merupakan
7. Konsep Tuhan menurut Plato
Tuhan adalah zat yang transenden dan
merupakan realitas tertinggi, merupakan esensi
atau Ide dari yang Baik, dan alam merupakan
partisipasi refelektif dari zat yang sempurna.
Plato menyebutkan dalam kitab undangundangnya bahwa ada beberapa perkara yang
tidak pantas bagi manusia apabila tidak
mengetahuinya, yaitu antara lain bahwa manusia
itu mempunyai Tuhan yang membuatnya. Tuhan
itu mengetahui segala sesuatu yang diperbuat
oleh sesuatu itu.
8. Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles adalah murid terbaik
Plato, sehingga banyak pemikiran-pemikiran
gurunya yang memberinya pengaruh kuat
pada filsafatnya. Meskipun demikian ia tidak
kehilangan kekritisannya dalam menanggapi
pemikiran Plato, sehingga akan tampak
beberapa pandangannya yang berseberangan
dengan gurunya.
9. Konsep Tuhan menurut
Aristoteles
Konsep Aristoteles tentang Tuhan didasarkan pada
latar belakang ilmu pengetahuan, tidak didasarkan
pada suatu religi tertentu. Bagi Aristoteles Tuhan
sebagai substansi yang bersifat eternal terpisah dari
dunia konkrit, tidak bersifat materi, tidak memiliki
potensi; Tuhan adalah “Aktus Murni” yang hanya
memperhatikan dirinya sendiri, Tuhan bukan personal
yang menjawab doa-doa dan keinginan manusia.
Sebagai Aktus Murni, aktifitas Tuhan tidak lain kecuali
melalui berpikir. Tuhan adalah “pemikiran yang sedang
berpikir diatas pemikiran” (noesis noesos).
10. Ibnu Taymiyyah
Ibnu Taimiyah nama lengkapnya Abul Abbas
Taqiuddin Ahmad bin Abdus Salam bin Abdullah bin
Taimiyah al Harrani (lahir: 22 Januari 1263/10 Rabiul
Awwal 661 H – wafat: 1328/20 Dzulhijjah 728 H),
adalah seorang pemikir dan ulama Islam dari Harran,
Turki.
Menurut Ibnu Taimiyah; Tuhan (ilah) ialah sesuatu
yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia
sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan
dirinya dikuasai oleh-Nya.
11. Konsep Tuhan menurut
Ibn Taimiyah
Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh
kecintaan hati, tunduk kepadaNya, merendahkan diri di hadapanNya, takut, dan mengharapkan-Nya, tempat
berpasrah ketika berada dalam
kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadaNya untuk kemaslahatan diri, meminta
perlindungan dari pada-Nya, dan
menimbulkan ketenangan di saat mengingatNya dan terpaut cinta kepada-Nya
12. Tuhan Menurut Agama-agama Wahyu
Pengkajian manusia tentang Tuhan, yang
hanya didasarkan atas pengamatan dan
pengalaman serta pemikiran manusia, tidak
akan pernah benar. Sebab Tuhan merupakan
sesuatu yang ghaib, sehingga informasi
tentang Tuhan yang hanya berasal dari
manusia biarpun dinyatakan sebagai hasil
renungan maupun pemikiran rasional, tidak
akan benar.
13. Konsep Tuhan
dalam Al Qur’an
Informasi tentang asal-usul kepercayaan
terhadap Tuhan antara lain tertera dalam:
1. QS 21 (Al-Anbiya): 92, “Sesungguhnya agama
yang diturunkan Allah adalah satu, yaitu
agama Tauhid. Oleh karena itu seharusnya
manusia menganut satu agama, tetapi
mereka telah berpecah belah. Mereka akan
kembali kepada Allah dan Allah akan
menghakimi mereka.
14. Konsep Tuhan
dalam Al Qur’an
2. QS 5 (Al-Maidah):72, “Al-Masih berkata: “Hai
Bani Israil sembahlah Allah Tuhanku dan
Tuhanmu. Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka
pasti mengharamkan kepadanya syurga, dan
tempat mereka adalah neraka.
3. 3. QS 112 (Al-Ikhlas): 1-4, “Katakanlah, Dia-lah
Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung pada-Nya segala sesuatu. Dia tiada
beranak dan tiada pula diperanakkan dan tidak
ada seorangpun yang setara dengan Dia.”
15. Pembuktian eksistensi Tuhan
1. Keberadaan Alam Membuktikan Adanya Tuhan
Setiap manusia normal percaya bahwa dirinya “ada”
dan percaya pula bahwa alam ini “ada”. Dengan dasar
itu dan dengan kepercayaan inilah dijalani setiap
bentuk kegiatan ilmiah dan kehidupan. Jika percaya
tentang eksistensi alam, maka secara logika harus
percaya tentang adanya “Pencipta Alam”. Belum
pernah diketahui adanya sesuatu yang berasal dari
“tidak ada” tanpa diciptakan. Segala sesuatu
bagaimanapun ukurannya, pasti “ada penyebabnya”.
Oleh karena itu bagaimana akan percaya bahwa alam
semesta yang demikian luasnya, “ada” dengan
sendirinya tanpa pencipta?
16. Pembuktian eksistensi Tuhan
2. Pembuktian Adanya Tuhan dengan
Pendekatan Fisika
Sampai abad ke-19 pendapat yang
mengatakan bahwa alam menciptakan dirinya
sendiri (alam bersifat azali) masih banyak
pengikutnya. Tetapi setelah ditemukan
“hukum kedua termodinamika” (Second law
of Thermodynamics), pernyataan ini telah
kehilangan landasan berpijak.
17. “hukum kedua termodinamika” (Second law of
Thermodynamics),
Hukum tersebut dikenal dengan hukum
keterbatasan energi atau teori pembatasan
perubahan energi panas. Menurut hukum ini :
energi panas selalu berpindah dari keadaan
panas beralih menjadi tidak panas. Sedang
kebalikannya tidak mungkin, yakni energi panas
tidak mungkin berubah dari keadaan yang tidak
panas menjadi panas. Perubahan energi panas
dikendalikan oleh keseimbangan antara “energi
yang ada” dengan “energi yang tidak ada”.
18. “hukum kedua termodinamika” (Second law of
Thermodynamics),
Bertitik tolak dari kenyataan bahwa proses
kerja kimia dan fisika di alam terus
berlangsung, serta kehidupan tetap berjalan.
Hal itu membuktikan secara pasti bahwa alam
bukan bersifat azali. Seandainya alam ini azali,
maka sejak dulu alam sudah kehilangan
energinya, dan tidak akan ada lagi kehidupan
di alam ini. Oleh karena itu pasti ada yang
menciptakan alam yaitu Tuhan.
19. Pembuktian Adanya Tuhan dengan
Pendekatan Astronomi
Benda alam yang paling dekat dengan bumi
adalah bulan, yang jaraknya dari bumi sekitar
240.000 mil, yang bergerak mengelilingi bumi dan
menyelesaikan setiap edarannya selama dua
puluh sembilan hari sekali. Demikian pula bumi
yang terletak 93.000.000.000 mil dari matahari
berputar pada porosnya dengan kecepatan seribu
mil per jam dan menempuh garis edarnya
sepanjang 190.000.000 mil setiap setahun sekali.
Di samping bumi terdapat gugus sembilan planet
tata surya, termasuk bumi, yang mengelilingi
matahari dengan kecepatan luar biasa.
20. Pembuktian Adanya Tuhan dengan
Pendekatan Astronomi
• Matahari tidak berhenti pada suatu tempat
tertentu, tetapi ia beredar bersama-sama dengan
planet-planet dan asteroid mengelilingi garis
edarnya dengan kecepatan 600.000 mil per jam.
Di samping itu masih ada ribuan sistem selain
“sistem tata surya” kita dan setiap sistem
mempunyai kumpulan atau galaxy sendiri-sendiri.
Galaxy-galaxy tersebut juga beredar pada garis
edarnya. Galaxy dimana terletak sistem matahari
kita, beredar pada sumbunya dan menyelesaikan
edarannya sekali dalam 200.000.000 tahun
cahaya.
21. Pembuktian Adanya Tuhan dengan
Pendekatan Astronomi
• Logika manusia dengan memperhatikan
sistem yang luar biasa dan organisasi yang
teliti, akan berkesimpulan bahwa mustahil
semuanya ini terjadi dengan
sendirinya, bahkan akan menyimpulkan
bahwa di balik semuanya itu ada kekuatan
maha besar yang membuat dan
mengendalikan sistem yang luar biasa
tersebut, kekuatan maha besar tersebut
adalah Tuhan.