Membahas salah satu bab dalam mata kuliah Manajemen Keuangan (Financial Management) yang berjudul The Cost of Capital berdasarkan apa yang saya pelajari di PKN STAN.
1. The Cost of Capital
Oleh: Rosita Purwaningsih
PKN STAN (D III Kebendaharaan Negara)
A. TINJAUAN BAB
Cost of Capital atau bisa juga disebut sebagai Weighted Average Cost of Capital
(WACC) adalah rata-rata tertimbang dari required of return dari sekuritas yang
digunakan untuk mendanai kegiatan perusahaan. WACC berkaitan dengan tingkat
imbalan yang diharapkan oleh pihak peminjam.
Tingkat resiko sebuah perusahaan mempengaruhi dua hal, yakni semakin besar
resiko perusahaan, semakin tinggi pula required of return. Kedua, resiko akan
mempengaruhi bagaimana sebuah perusahaan memilih pembiayaan dengan
menggunakan sekuritas ekuitas dan hutang.
WACC digunakan untuk:
1. Menilai keseluruhan perusahaan;
2. Menentukan tarif diskon proyek investasi; dan
3. Merupakan tingkat yang tepat untuk digunakan ketika mengevaluasi kinerja
perusahaan.
Cost of Capital dari perusahaan terdiri dari cost of debt dan cost of
common/preferred stock.
Persamaan WACC
( )
Keterangan:
= required rate of return dari kreditor perusahaan.
= pajak.
( ) = after tax cost of debt.
= required rate of return dari pemegang saham preferen
perusahaan dan cost of preferred equity.
= required rate of return dari pemegang saham biasa
perusahaan dan cost of common equity.
2. = bagian dari total pembiayaan perusahaan yang berasal dari
utang (debt).
= bagian dari total pembiayaan perusahaan yang berasal dari
saham preferen (preferred stock).
= bagian dari total pembiayaan perusahaan yang berasal dari
saham biasa (common stock)
Tiga Langkah Mengestimasi WACC Perusahaan
Langkah yang pertama yakni menentukan struktur modal perusahaan dengan
menetapkan bobot masing-masing sumber modal. (kolom 2)
Langkah yang kedua yaitu dengan mengestimasi opportunity cost dari setiap sumber
pendanaan. Biaya ini sama dengan tingkat imbalan yang diinginkan oleh investor.
(kolom 3)
Langkah terakhir dengan menghitung WACC dari setiap sumber pendanaan.
Mengalikan hasil setelah pajak dari setiap cost of capital yang digunakan perusahaan
(langkah 2) dan bobot dari setiap sumber pendanaan terkait (langkah 1). (kolom 4)
B. MENENTUKAN BOBOT STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN
Bobot didasarkan pada sumber pendanaan seperti utang (baik jangka panjang
maupun jangka pendek), saham preferen, dan saham biasa.
Struktur modal berbeda dengan struktur keuangan. Bila struktur keuangan adalah
seluruh akun yang berada di sisi sebelah kanan, maka struktur modal yang berbentuk
hutang adalah hutang perusahaan yang mengandung bunga (baik short-term maupun
long-term), yaitu akun-akun yang berada di sisi sebelah kanan kecuali Accrued Payable.
Perbedaan kedua adalah jika struktur keuangan dinilai dengan nilai buku, maka struktur
modal dinilai dengan nilai pasar. Namun dalam prakteknya, tidak semua struktur modal
mempunyai nilai pasar, dalam kondisi seperti ini digunakan nilai buku.
3. Menghitung WACC
Contoh Soal:
Sebuah perusahaan memiliki struktur modal:
- Debt = Rp 75.000.000,-
- Preferred Stock = Rp 25.000.000,-
- Common Stock = Rp 100.000.000,-
dengan biaya masing-masing sumber dana, hutang 6% (sebelum pajak), saham preferen
8%, saham biasa 9%, dan pajak perseroan 45%.
Biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan tersebut dapat dihitung sebagai berikut:
Sumber dana Jumlah Proporsi Biaya modal
setelah pajak
Biaya modal
rata-rata
Debt 75.000.000,- 37,5% 3,3% 1,2375
Preferred
Stock
25.000.000,- 12,5% 4,4% 0,55
Common
Stock
100.000.000,- 50% 4,95% 2,475
WACC 4,2625%
Cara Menghitung Proporsi:
Debt = 75.000.000,- / 200.000.000,- x 100% = 37,5%
Preferred Stock = 25.000.000,- / 200.000.000,- x 100% = 12,5%
Common Stock = 100.000.000,- / 200.000.000,- x 100% = 50%
Cara Menghitung Modal Setelah Pajak:
Debt = persentase biaya sebelum pajak (1 – pajak perseroan) = 6% ( 1-45%) = 3,3%
Preferred Stock = 8% (1-45%) = 4,4%
Common Stock = 9% (1-45%) = 4,95%
Cara Menghitung Biaya Rata-rata:
Debt = proporsi x biaya modal setelah pajak = 37,5% x 3,3% = 123,75%
Preferred Stock = 12,5% x 4,4% = 55%
Common Stock = 50% x 4,95% = 247,5%
4. C. MENGESTIMASI BIAYA SUMBER MODAL INDIVIDU
1. Biaya Utang
Biaya utang adalah tingkat imbalan yang diminta oleh peminjam ketika mereka
meminjamkan uang kepada perusahaan. Kita mengestimasikan tingkat imbalan yang
diharapkan oleh pasar dengan Yield to Maturity (YTM) dan bukan contractual ratenya.
After-tax Cost of Debt = YTM ( 1 – T )
2. Biaya Saham Preferen
Biaya saham preferen adalah tingkat imbalan yang diharapkan oleh para investor
saat mereka membeli saham preferen tersebut.
Contoh Soal:
Saham preferen sebuah perusahaan diperdagangkan sebesar Rp 25 per lembar, par
valuenya Rp 35, dan pembayaran annual dividennya sebesar 5%. Berapa Cost of
Preferred Equity-nya?
= = = = 7%
3. Biaya Saham Biasa
Biaya saham biasa adalah tingkat imbalan yang diharapkan oleh para investor yang
didapat dari investasi dalam saham biasa perusahaan. Imbalan tersebut berasal dari
dividen dan hasil penjualan saham. Dalam mengestimasi biaya saham biasa, terdapat dua
pendekatan yang sering digunakan:
a. Dividend Growth Model
Pertama, estimasi dividen yang akan dibagikan ke pemegang saham biasa dengan
menggunakan growth dari perusahaan tersebut. Setelah mendapatkan estimasi
dividen, kemudian hitung internal rate of return dari investasi saham tersebut.
Contoh Soal:
Harga saham biasa suatu perusahaan Rp 19,5, growth 4,69%, dividen tahun ke 0 adalah
0,49 per share. Berapa Cost of Common Equity-nya?
5. = = 7,32%
Kelebihan dari Dividend Growth Model Approach adalah mudah digunakan,
sedangkan kelemahan dari model ini adalah terlalu bergantung pada estimasi growth
perusahaan. Asumsi bahwa perusahaan selamanya memiliki growth yang konstan
sangatlah tidak realistik.
b. Capital Asset Pricing Model (CAPM)
CAPM ini dibuat untuk menentukan required rate of return yang diharapkan untuk
investasi yang beresiko.
Tingkat ekspektasi imbalan saham biasa ditentukan oleh 3 variabel utama, yaitu:
- Risk-free rate adalah rate of return yang diekspektasikan dari investasi yang tidak
memiliki resiko seperti rate of return dari U.S Treasury Securities.
- Common stock beta coefficient adalah volatilitas untuk mengukur perubahan resiko
sistematik.
- Market risk premium adalah perbedaan antara expected return dari market portofolio
dengan risk-free rate.
Capital Asset Pricing Model (CAPM) memiliki kelebihan yakni mudah digunakan,
dan dapat diaplikasikan terhadap perusahaan yang belum pernah membayar dividen dan
untuk perusahaan yang tidak mengharapkan pertumbuhan tetap karena tidak bergantung
pada asumsi dividen pertumbuhan nol. Sedangkan kelemahan dari CAPM yaitu, pilihan
untuk risk-free tidak ditentukan secara jelas, estimasi beta dan market risk premium
sangat bervariasi tergantung pada data yang digunakan.
Contoh Soal:
- The risk-free rate of interest (0,02% or 2,70%)
- The beta or systematic risk of the common stock returns (0,9 or 1,2)
- The market risk premiun (4% or 7%)
- The cost of common equity?
Kcs = 0,02 + 0,9 (4) = 3,62%
Kcs = 2,70 + 1,2 (7) = 11,1%
Maka, berdasarkan estimasi yang digunakan, cost of common equity berkisar antara
3,62% hingga 11,1%.
6. D. CALCULATING THE FIRM’S WACC
Saat mengestimasi WACC perusahaan, maka harus memperhatikan beberapa isu
berikut ini:
- Menggunakan bobot berdasar nilai pasar dan bukan nilai buku sekuritas perusahaan
pada saat dilakukan analisis.
- Menggunakan biaya oportuniti berbasis pasar dan bukan biaya oportuniti berbasis
data historis. Karena rate of return atau opportunity cost dari setiap sumber daya
modal harus merefleksikan required of return saat dilakukan analisis.
- Menggunakan bobot dan biaya oportuniti secara jangka panjang.
E. MENGESTIMASI COST OF CAPITAL SUATU PROYEK
Secara teori, WACC perusahaan tidak digunakan untuk mengevaluasi seluruh
investasi baru, karena seluruh proyek memiliki resiko yang bereda-beda. Tetapi dalam
praktiknya, banyak perusahaan menggunakan WACC tunggal terhadap semua
proyeknya.
Menggunakan tingkat diskonto tunggal untuk mengevaluasi proyek investasi yang
berbeda-beda dapat sangat berbahaya, karena terdapat kecenderungan untuk mengambil
banyak proyek investasi yang memiliki risiko tinggi dan mengabaikan proyek investasi
yang risikonya lebih rendah dan relatif lebih aman.
Alasan mengapa perusahaan tidak secara khusus menggunakan Cost of Capital
proyek adalah: pertama, akan sulit untuk menelusuri sumber pendanaan suatu proyek
individual, karena sebagian besar perusahaan mendapatkan banyak uang mereka dari
seluruh proyek. Yang kedua, akan memerlukan tambahan waktu dan biaya bagi
perusahaan untuk mendapatkan persetujuan bagi proyek baru.
7. Mengestimasi WACC Divisi
Jika suatu perusahaan melakukan investasi dengan resiko yang bervariasi,
perusahaan akan mencoba untuk mencari Divisional WACC. Divisi disini dapat diartikan
secara umum sebagai wilayah geografi (Asian regional, European regional, dll) atau bisa
juga diartikan sebagai wilayah industri (exploration, production, dll).
Menggunakan Perusahaan Pure Play untuk Mengestimasi WACC Divisi
Sebuah perusahaan yang memiliki banyak divisi dapat melakukan analisis dengan
perusahaan lain yang memiliki divisi yang identik dengan tugas salah satu divisi.
F. FLOTATION COST AND PROJECT NPV
Flotation Cost (biaya mengambang) adalah fee yang dibayarkan kepada bank
investasi dan biaya yang terjadi saat dijualnya sekuritas dengan diskon dari harga pasar.
Karena adanya biaya mengambang, maka perusahaan perlu lebih banyak uang dari
jumlah yang diperlukan.
Contoh Soal:
Jika sebuah perusahaan membutuhkan dana sebesar Rp 100.000.000 untuk mendanai
proyek baru dan biaya mengambangnya diperkirakan sebesar 4,5%, maka berapa nilai
yang harus ditetapkan dalam penjualan sekuritas?
8. = Rp 100.000.000 ÷ ( 1 – 4,5% )
= Rp 104.712.041,9
Maka, perusahaan harus menaikkan dananya menjadi Rp 104.712.041,9, termasuk di
dalamnya biaya mengambang sebesar Rp 4.712.041,9.
Contoh Soal:
Sebuah proyek ekspansi diprediksi akan menghasilkan revenue sebesar Rp 5.500 setiap
tahun. Proyek tersebut membutuhkan biaya sebesar Rp 50.000 dengan proporsi 55%
debt dan 45% new common stock. After-tax cost of debt adalah 4% dan cost of
common equity sebesar 16%. Flotation cost untuk bond adalah 5% dan flotation cost
untuk equity sebesar 10%.
WACC= (4% x 55%) x (16% x 45%) = 9,4%
- Apabila flotation cost diabaikan
NPV = PV dari future cash flow – initial cost of making the investment
= 5.500/9,4% - 50.000
= 58.510,6383 – 50.000
= Rp 8.510,6383
- Dengan memperhatikan flotation cost
= (55% x 5%) + (45% x 10%)
= 7,25%
=
( )
= 53.908,3558
9. NPV = 5.500/9,4% - 53.908,3558
= 58.510,6383 - 53.908,3558
= Rp 4.602,282505
Contoh soal tersebut mengilustrasikan bahwa flotation cost mempengaruhi hasil NPV,
sedangkan NPV berguna dalam pengambilan keputusan. Apabila flotation cost ini
diabaikan, dapat mengakibatkan kesalahan pengambilan keputusan.
-SELESAI-