SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
Download to read offline
1 | P a g e
R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i
INTERVAL DAN DESIMAL
INTERVAL
1. DEFINISI DAN JENIS INTERVAL
Suatu interval adalah himpunan bagian dari himpunan bilangan real R yang
memenuhi syarat tertentu. Pada prinsipnya, interval dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok yaitu interval berhingga (terbatas) dan interval tak hingga (tak terbatas).
Ada empat jenis interval terbatas, yaitu :
a) Interval terbuka
maka interval terbuka oleh dan dinyatakan :
Contoh :
b) Interval tertutup
maka interval tertutup oleh dan dinyatakan :
Contoh :
c) Interval setengah terbuka atau setengah tertutup
maka interval setengah terbuka atau setengah tertutup oleh dan
dinyatakan :


Contoh :
Untuk menentukan panjang interval oleh a dan b, dimana , maka :
Panjang interval =
Jika , berarti . Maka, ada dua kasus ketika panjang interval = 0, yaitu :


Ada lima jenis interval tak terbatas, yaitu :
a) Interval terbuka tak berhingga
maka interval terbuka tak berhingga oleh dan dinyatakan :
2 | P a g e
R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i


Contoh :
b) Interval tertutup tak berhingga
maka interval tertutup tak berhingga oleh dan dinyatakan :


Contoh :
c) Interval tak hingga
Interval tak hingga dinotasikan dengan
Salah satu contoh interval tak hingg adalah himpunan bilangan real
2. KARAKTERISTIK INTERVAL
Teorema 2.5.1 (Teorema Karakteristik)
Jika , S memiliki paling sedikit 2 anggota, maka S memenuhi sifat :
dan
Sehingga S adalah suatu interval.
Bukti.
Untuk membuktikan teorema 2.5.1, ada 4 kasus yang akan dibuktikan yaitu :
(i) S terbatas
S terbatas, artinya S punya batas atas dan S punya batas bawah
Misalkan a = inf S
b = sup S
maka  
b
a
S ,
 ........... (*)
Akan ditunjukkan   S
b
a 
,
Misalkan   b
z
a
b
a
z 



 ,
z > a artinya z bukan batas bawah dari S sehingga z
x
S
x 


 .....................(1)
z < b artinya z bukan batas atas dari S sehingga y
z
S 


 y ..........................(2)
Dari (1) dan (2) maka y
z
x 

3 | P a g e
R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i
y
z
x 
 artinya  
y
x
z ,

Berdasarkan sifat (1) maka S
z
S
z 
 ,
Karena z sebarang bilangan  
b
a,
Maka   S
b
a 
, ............................(**)
Dari (*) dan (**) maka  
b
a
S ,

Karena  
b
a
S ,
 dan   S
b
a 
, maka  
b
a
S ,

Terbukti bahwa S interval
 Jika S
a  dan S
b maka  
b
a, = S
 Jika S
a  dan S
b maka (a,b) =S
 Jika S
a dan S
b maka   S
b
a 
,
 Jika S
a dan S
b maka   S
b
a 
,
(ii) S terbatas atas tapi tidak terbatas bawah
Misalkan b = sup S
maka  
b
S ,


 ........................ (*)
Akan ditunjukkan   S
b 

 ,
Misalkan S
z 

 Jika z < b artinya z bukan batas atas dari S sehingga y
z
S
y 


 ..............(1)
 Jika z < b artinya z bukan batas bawah dari S sehingga z
x
S
x 


 ............(2)
Dari (1) dan (2) maka y
z
x 

y
z
x 
 artinya  
y
x
z ,

Berdasarkan sifat 1) maka S
z
S
z 
 ,
Karena z sebarang bilangan pada  
b
,

 , maka
  S
b 

 , ...................(**)
Dari (*) dan (**) maka  
b
S ,



Terbukti bahwa S interval.
Jika  
b
S
S
b ,
maka 



Jika  
b
S
S
b ,
maka 



4 | P a g e
R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i
(iii) S terbatas bawah tapi tidak terbatas atas
Misalkan a = inf S
Maka  

 ,
a
S ............... (*)
Akan ditunjukkan   S
a 

,
Misalkan R
z 
 sehingga
 Jika z > a artinya z bukan batas atas dari s sehingga y
z
S
y 


 .............(1)
 Jika z > a artinya z bukan batas bawah dari S sehingga z
x
S
x 


 .........(2)
Dari (1) dan (2) maka: y
z
x 

y
z
x 
 artinya  
y
x
z ,

Berdasarkan sifat di atas maka S
z
S
z 
 ,
Karena z sebarang bilangan pada  

,
a
Maka   S
a 

, ................... (**)
Dari (*) dan (**) maka :  

 ,
a
S
Terbukti bahwa S interval.
Jika S
a  maka  

 ,
a
S
Jika S
a  maka  

,
a
(iv) S tidak terbatas
Karena S tidak terbatas maka  



 ,
S .........(*)
Akan ditunjukkan   S



 ,
Misalkan R
z 
 sehingga
 Jika 

z artinya z bukan batas atas dari S sehingga y
z
S
y 


 ...........(1)
 Jika 

z artinya z bukan batas bawah dari S sehingga z
x
S
x 


 ............(2)
Dari (1) dan (2) maka y
z
x 

Berdasarkan sifat di atas maka S
z
S
z 
 ,
Karena z sebarang bilangan pada  


 ,
Maka   S



 , ..........(**)
Dari (*) dan (**) maka  



 ,
S
Terbukti bahwa S interval.
5 | P a g e
R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i
INTERVAL BERSARANG
Suatu barisan interval In , n N disebut interval bersarang jika memenuhi syarat:
....
.... 1
2
1 



 
n
n I
I
I
I
Perhatikan gambar berikut:
Dari gambar terlihat bahwa 5
4
3
2
1 I
I
I
I
I 


 , sehingga barisan interval di atas
merupakan interval bersarang.
Contoh:
1). N
n
n
In 







1
,
0
  














3
1
,
0
2
1
,
0
1
,
0 3
2
1 I
I
I
dst
Jika digambarkan dalam garis bilangan
Dari gambar terlihat bahwa ....
3
2
1 

 I
I
I
Barisan interval   N
n
I n
n 
 1
,
0 merupakan interval bersarang.
Pada contoh ini semua In akan memiliki 0. 0 ini disebut titik sekutu, sehingga  
 0
1 

 n
n I .
I5
I3
I1
I4
I2
I1
I2
0 1
2
1
6 | P a g e
R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i
2).  
n
n
J 1
,
0

 
1
,
0
1 
J
 
2
1
2 ,
0

J , dst
Sehingga ....
.... 1
2
1 


 
n
n J
J
J
J
Barisan interval   N
n
J n
n 
 ,
,
0 1
merupakan interval bersarang tetapi tidak memiliki
titik sekutu.
3).  

 ,
n
Kn
 

 ,
1
1
K
 

 ,
2
2
K
Sehingga ....
.... 1
2
1 



 
n
n K
K
K
K
Barisan interval  

 ,
n
Kn merupakan interval bersarang tetapi tidak memiliki titik sekutu.
SIFAT INTERVAL BERSARANG
  N
n
b
a
I n
n
n 
 , adalah suatu interval bersarang dari interval tertutup berhingga
N
n
I
R n 




 
 .
In adalah interval bersarang, maka N
n
I
In 

 1 , sehingga N
n
b
an 

 1 . Akibatnya suatu
himpunan tak kosong  
N
n
an  terbatas di atas.
Misalkan  supremum dari  
N
n
an 
Maka jelaslah N
n
an 

  ...................(1)
Misalkan suatu himpunan  
N
k
ak 
akan dipertimbangkan 2 kasus yaitu:
(i) k
n 
maka, k
n I
I 
artinya n
k
k b
b
a 
 .........................(2)
7 | P a g e
R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i
(ii) k < n
maka n
k I
I 
artinya n
n
k b
a
a 
 ..........................(3)
Dari (2) dan (3) maka dapat disimpulkan N
k
b
a n
k 


Maka bn batas atas dari himpunan
Sehingga sup   N
n
b
N
k
a n
k 



  ............(4)
Dari (1) dan (4) maka:
N
n
b
a n
n 


  , artinya n
I

 .
Teorema 2.5.3
  N
n
b
a
I n
n
n 
 ,
, adalah barisan bersarang tertutup.
In merupakan interval terbatas yang memiliki panjang n
n a
b  dari In yang memenuhi
  N
n
I
ξ
N
n
a
b n
n
n 




 di
ada
bilangan
0 .
Bukti.
Misalkan  
N
n
bn 
 inf
 , maka n
b


Karena n
n b
a  maka n
n b
a 

N
n
an 

 ............(1)
In
Ik
an ak bk bn
Ik
In
ak an bn bk
8 | P a g e
R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i
Misalkan sup  
N
n
an  adalah  sehingga
N
n
an 

  ............(2)
Dari (1) dan (2) 
 

n
a , secara khusus 
 
0
0








Karena inf   


 







 0
0
0
N
n
a
b n
n
Berdasarkan teorema 2.1.9 maka 0


n
Sehingga n
n b
a
n 

 
 maka
 ada di In.
BENTUK BINER
Biner adalah sistem nomor yang digunakan oleh perangkat digital seperti komputer ,dll.
Biner berbasis 2, dengan kata lain biner hanya memiliki 2 angka yang berbeda untuk
menunjukkan nilai. Dua angkannya yaitu 0 dan 1.
Misalkan akan dinyatakan dalam barisan dari dan sebagai berikut :
Proses pertama
Interval dibagi 2 dengan titik bagi , menjadi interval kiri dan interval kanan
Akan dipertimbangkan 2 kasus yaitu :
1.
Jika interval kiri maka
Jika interval kanan maka
2. atau
Sehingga didapat suatu pertidaksamaan
atau
dapat ditulis
atau
dapat digeneralisasikan
9 | P a g e
R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i
Proses kedua
interval dibagi 2 maka :
* Sub interval kiri dibagi menjadi 2 dengan titik, bagi menjadi dan akan
dipertimbangkan 2 kasus, yaitu:
1.
Jika interval kiri maka
Jika interval kanan maka
2. jika atau
* Sub interval kanan dibagi menjadi 2 dengan titik bagi menjadi dan akan
dipertimbangan 2 kasus, yaitu:
1.
Jika interval kiri maka
Jika interval kanan maka
Dapat digeneralisasikan
dapat dilanjutkan dengan proses ke-n maka akan ditemukan :
1. Jika bukan titik bagi dan berada di interval kiri maka
2. Jika bukan titik bagi dan berada di interval kanan maka
10 | P a g e
R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i
sehingga untuk kita dapatkan suatu pertidaksamaan
Jika adalah titik bagi, maka , m ganjil. Pada kasus ini dapat dipilih subinterval kiri
atau kanan, sehingga dan .
Misalkan dipilih subinterval kiri, sehingga , maka adalah titik ujung kanan
subinterval akibatnya . Misalkan dipilih subinterval kanan, sehingga
, maka adalah titik ujung kanan subinterval akibatnya
Contohnya : , maka ada dua kemungkinan barisan yaitu ( 0,1,1,1 . . .) dan (1,0,0,0 . . .)
Kesimpulan :
suatu barisan dari 0 dan 1 yang memenuhi :
N
n
a
a
a
x
a
a
a
n
n
n
n
n









2
1
2
......
2
2
2
......
2
2 2
2
1
2
2
1
Bentuk ini disebut bentuk biner. Bentuk ini tunggal kecuali n
m
x
2
 , m ganjil, akan ada 2
bentuk yaitu:
   2
1
2
1
2
1
2
1 ...
0111
.....
.....
1000
..... 
 
 n
n a
a
a
a
a
a
x . Hal yang sebaliknya juga berlaku, yaitu:
Masing-masing barisan dari 0 dan 1 adalah bentuk biner dari suatu bilangan real tunggal di
 
1
,
0 .
BENTUK DESIMAL
Bentuk desimal dari bilangan real serupa dengan bentuk biner, diberikan  
1
,
0

x
Jika interval  
1
,
0 dibagi menjadi 10 subinterval maka
   
.9
0,1,......
di
10
1
,
10
1
1
1
b
b
b
x 





 

Dengan menggunakan cara yang sama dengn bentuk biner, akan didapatkan barisan (bn)
dengan 



 N
n
bn 9
0 x memenuhi n
n
n
n b
b
b
x
b
b
b
10
1
......
10
10
10
......
10
10 2
2
1
2
2
1 







Maka dapat dikatakan bahwa x memiliki bentuk desimal yang ditunjukkan oleh
...
....
. 2
1 n
b
b
b
x  .
Jika ....
,...
,
1
dan
1 2
1 n
b
b
b
B
x
B
x
B
N
B
x 







Sehingga bentuk desimal dari B
x  adalah
   
B
b
b
b
B
B
x n 

 ...
....
. 2
1
11 | P a g e
R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i
n
b
b
b .......
.
0 2
1

 
1
,
0

 B
x
Dari bentuk desimal n
b
b
b ....
. 2
1 akan didapatkan suatu barisan interval bersarang dengan
panjang n
10
1
. Ini jelas bahwa ada bilangan tunggal x yang ada disetiap sub interval. Sehingga
berdasarkan pertidaksamaan maka ...
....
. 2
1 n
b
b
b
x 
Bentuk desimal dari  
1
,
0

x adalah tunggal, kecuali x adalah titik bagi dari setiap interval
sehingga x akan memenuhi bentuk n
n
m
N
n
m
m
x 10
1
,
,
10




 (asumsikan m tidak
dapat dibagi 10)
Maka x merupakan titik bagi pada tingkat ke n, dan ada 2 nilai untuk contoh yang mungkin.
 Misalnya dipilih sub interval kiri, sehingga x merupakan titik yang kanan sub interval ini,
yang mengakibatkan seluruh nilai sub interval berikutnya adalah 9.
1
9 


 n
k
bk
 Misalnya dipilih sub interval kanan, sehingga x merupakan titik ujung kiri pada sub
interval ke n, yang mengakibatkan nilai sub interval berikutnya adalah 0.
1
0 


 n
k
bk
Sehingga bentuk desimal  00
1
....
. 2
1 
 n
b
b
b
x
Contoh:
Jika ,
2
1

x maka .....
4999
,
0

x ( interval kiri) atau 5000
,
0

x (interval kanan) sehingga
5000
,
0
4999
,
0 

x .
Jika
100
38

y maka 3799
,
0

y atau 3800
,
0

y sehingga 3800
,
0
3799
,
0 

y .
PERIODE DESIMAL
Suatu desimal ...
,...
. 2
1 n
b
b
b
B dikatakan periodik (berulang), jika N
k 
 dan
k
n
a
a
N
m m
n
n 



  . Pada kasus ini digit 1
1..... 

 m
k
k
k a
a
a diulang satu kali jika mencapai
digit ke k. Bilangan terkecil m dengan sifat ini disebut periode desimal.
Misalnya : ...
90
....
2159090
,
0
88
19
 memiliki periode m = 2 yang mengulang digit 90 yang dimulai
pada k = 4. Akhir dari desimal adalah ketika mengulang digit 0.
12 | P a g e
R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i
Ada hubungan antara bilangan rasional dan irrasional dan bilangan asli terhadap bentuk desimal, yaitu
suatu bilangan rasional positif jika dan hanya jika bentuk desimalnya periodik.
Akan ditunjukkan:
(1) Suatu bilangan rasional (+)  bentuk desimalnya periodic
Misalkan suatu bilangan rasional
q
p
,
N
q
N
p


  1
, 
q
p
Ambil kasus q
p 

0
Jika p dibagi q maka akan didapatkan bentuk desimal dari
q
p
. Masing-masing langkah algoritma
pembagiannya menghasilkan sisa berupa bilangan bulat dari 0 ke 1

q sehingga setelah langkah
ke q sisa akan muncul untuk kedua kalinya, dan begitu selanjutnya sisa akan terus berulang.
Bentuk desimal
q
p
adalah periodic.
Terbukti.
(2) Bentuk desimalnya periodic bilangan rasional (+)
Misalnya ....
1414
,
7314
1000
...
14
.....
31414
,
7 
 x
x
...
14
...
1414
,
73
10 
x
   
990
7241
7241
990
73
7314
990
...
14
...
1414
,
73
...
14
...
14
,
7314
10
1000







x
x
x
x
x
Dari (1) dan (2) terbukti desimal periodik.
13 | P a g e
R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i
HIMPUNAN HINGGA DAN TAK HINGGA
Himpunan berhingga
Defenisi 2.7.1
a. Suatu himpunan kosong dikatakan memiliki 0 anggota.
b. , suatu himpunan dikatakan memiliki anggota jika ada fungsi bijektif dari
himpunan ..n}
…
{1,2,
=
n
N ke
c. Suatu himpunan dikatakan berhingga jika merupakan himpunan kosong atau memiliki
anggota
d. Suatu himpunan dikatakan tak hingga jika tidak berhingga.
Teorema 2.7.2
1). punya anggota  ada fungsi bijektif dari ke yang memiliki anggota
2). berhingga  ada fungsi bijektif dari ke yang berhingga.
Bukti.
1) punya anggota  ada fungsi bijektif dari ke yang memiliki anggota
Bukti 1.
punya anggota fungsi bijektif dari ke yang memiliki anggota
punya anggota artinnya ada fungsi bijektif dari ke ………(1)
Misalkan , R
 , memiliki anggota.
punya anggota artinnya ada fungsi bijektif dari ke ………(2)
Dari persamaan (1) dan (2) maka fungsi bijektif dari ke
Terbukti.
Bukti 2.
fungsi bijektif dari ke yang memiliki anggota punnya anggota
punnya anggota artinnya ada fungsi bijektif dari ke ………(1)
Karena ada fungsi bijektif dari ke …………………(2)
Dari persamaan (1) dan (2) maka fungsi bijektif dari ke sehingga punya
anggota.
Terbukti .
14 | P a g e
R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i
Dari bukti 1 dan bukti 2 maka (1) terbukti.
2). berhingga fungsi bijektif dari ke yang berhingga.
Bukti 1.
berhingga, maka berdasarkan defenisi memiliki anggota.
memiliki anggota artinya ada fungsi bijektif dari ke ………(1)
Misalkan yang berhingga, misal memiliki anggota.
memiliki anggota artinya ada fungsi bijektif dari ke ………(2)
Dari (1) dan (2) maka fungsi bijektif dari ke
Terbukti .
Bukti 2.
fungsi bijektif dari ke yang berhingga berhingga
berhingga artinnya memiliki anggota
memiliki anggota artinnya fungsi bijektif dari ke ………(1)
fungsi bijektif dari ke ………….(2)
Dari (1) dan (2) maka fungsi bijektif dari ke sehingga memiliki anggota
berhingga .
Terbukti.
Dari bukti 1dan 2 maka (2) terbukti.
Teorema 2.7.3.
a. , fungsi injektif dari ke
b. , fungsi injektif dari ke
Bukti.
a. , fungsi injektif dari ke
Misal : fungsi didefenisikan : 
Fungsi injektif terbukti.
b. , fungsi injektif dari ke
Gunakan induksi matematika.
Misal : fungsi didefenisikan : g 
 Buktikan benar untuk
Jika
15 | P a g e
R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i
bukan injektif.
 Asumsi benar untuk , artinya dan bukan fungsi
injektif.
 Akan ditunjukkan : benar untuk artinya bukan
fungsi injektif.
Sehingga h(Nm) berada di 1

 k
k N
N maka dengan asumsi n bukan fungsi injektif ke
N.
Misalkan h(Nm) tidak berada di Nk.
Jika lebih dari 1 anggota Nm dipetakan ke bilangan asli k+1, maka h bukan injektif.
Asumsikan m
N
p  yang dipetakan ke k + 1 oleh h didefenisikan k
m N
N
h 
1
1 :
oleh:
    p
q
N
q
q
h
q
h m 


  1
,
jika 1
1
  1
,
jika
1 1 




  m
q
p
N
q
q
h m
Dengan asumsi maka h1 bukan injektif
Sehingga k
m N
N
h 
1
1 : bukan injketif
Terbukti bahwa tidak ada fungsi injektif dari Nm ke Nn.
Teorema 2.7.4.
a. fungsi injektif dari ke
b. fungsi injektif dari ke
Bukti.
a. fungsi injektif dari ke
artinya N
m 
Maka berdasarkan teorema 2.7.3 (a)
fungsi injektif dan Nm ke N
b. fungsi injektif dari ke
artinya N
m 
Berarti m
N  , maka berdasarkan teorema 2.7.3 (b) fungsi injektif dari N ke
Terbukti.
16 | P a g e
R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i
Akibat 2.7.5
Himpunan N dari bilangan asli adalah himpunan tak hingga.
Bukti.
Andaikan N himpunan berhingga, N berhingga berdasarkan defenisi ada 2 kemungkinan:
1). 

N
Ambil N

1 , sehingga 

N
Kontradiksi.
2). N memiliki n anggota
Berdasarkan defenisi maka  fungsi bijektif N
N
f n 
 :
Ambil N
n 
1 , maka
Akibatnya f bukan fungsi bijektif
Kontradiksi.
Pengandaian salah, haruslah himpunan N tak hingga.
(Terbukti)
Teorema 2.7.6
Misalkan S dan T adalah suatu himpunan dan S
T 
S berhingga T berhingga
Bukti.
S berhingga, maka berdasarkan defenisi, maka ada 2 kasus yang dipertimbangankan, yaitu:
 

S
Berdasarkan defenisi banyak anggota S adalah 0
S
T  artinya S
x
T
x 



Maka 

T
Berdasarkan defenisi maka T berhingga
 Untuk 

S
Gunakan induksi matematika,
* Bukti benar untuk n(s) = 1
n(s) =1, maka
17 | P a g e
R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i
S
T 
 
  S
a
T 

Berdasarkan defenisi maka T berhingga
* Asumsikan benar untuk n(s)=k
* Buktikan benar n(s) = k +1
S memiliki k + 1 anggota, artinya ada fungsi bijektif dari Nk+1 ke S
- Jika  
 
1

maka
)
1
( 1 



 k
f
S
S
T
T
k
f
Artinya n(S1)= k
Berdasarkan asumsi, maka T berhingga
- Jika   T
k
f 
1 , maka misalkan  
 
1

1 
 k
f
T
T dengan 1
1 S
T 
Karena n(s) = k, maka berdasarkan asumsi maka T1 berhingga.
Sehingga  
 
1
1 

 k
f
T
T , maka T berhingga
T berhingga.
Terbukti.
Teorema 2.7.7
S himpunan tak hingga,  U
 tak hingga.
Bukti.
Andaikan U berhingga
Jika U berhingga maka ada 2 kasus yaitu:

 Untuk , U punnya n anggota.
punya anggota artinya ada fungsi bijektif dari ke
Maka himpunan bagian U adalah .
Bannyak anggota S adalah
S berhingga kontradiksi.
Pengandaian salah
Haruslah U tak hingga
Terbukti.
18 | P a g e
R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i
COUNTABLE SETS
Himpunan tak hingga
Defenisi 2.7.8
(a) Himpunan S dikatakan denumerable ( himpunan tak hingga yang dapat dihitung) jika
fungsi bijektif dari N ke S
(b) Himpunan S dikatakan countable jika berhingga atau denumerable
(c) Himpunan S dikatakan tidak countable jika tidak countable.
Contoh 2.7.9
a) Suatu himpunan dari bilangan asli genap adalah denumerable
karena dengan , , f bijektif dan ke E.
b) Himpunan Z adalah denumerable.
Karena bijektif
1 dipetakan ke 0
Bilangan asli genap dipetakan ke bilangan bulat (+)
Bilangan asli ganjil dipetakan kebilangan bulat (-)
c) Gabungan dari himpunan denumerable yang saling lepas juga denumerabel.
Misal : A denumerable berarti
B denumerable berarti
Maka , bijektif.
Teorema 2.7.10
(a) S1 denumerable 
 fungsi bijektif dari S1 ke S2 yang denumerable
(b) T1 countable 
 fungsi bijektif dan T1 ke T2 yang countable
Bukti.
(a) Bukti 1.
S1 denumerable 
 fungsi bijektif dari S1 ke S2 yang denumerable
S1 denumerable artinya  fungsi bijektif dari N ke S1 .....(1)
Misalkan S2 denumerable artinya  fungsi bijektif dari N ke S2......(2)
19 | P a g e
R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i
Dari (1) dan (2) maka  fungsi bijektif dari S1 ke S2.
Terbukti.
Bukti 2.
 fungsi bijektif dari S1 ke S2 yang denumerable  S1 denumerable
S2 denumerable artinya  fungsi bijektif dari N ke S2 .......(1)
 fungsi bijektif dari S1 ke S2 .........(2)
Dari (1) dan (2) maka  fungsi bijketif dari N ke S1 sehingga S1 denumerable.
Terbukti.
Dari bukti 1 dan bukti 2 maka (a) terbukti
(b) Bukti 1.
T1 countable 
 fungsi bijektif dari T1 ke T2 yang countable
T1 countable maka berdasarkan defenisi T1 berhingga atau T1 denumerable
 Ambil kasus T1 berhingga
T1 berhingga, misalnya banyak anggota T1 adalah n
Sehingga  fungsi bijektif dari Nn ke T1...........(1)
Misalkan T2 countable artinya T2 berhingga atau T2 denumerable
 Ambil kasus T2 berhingga
T2 berhingga misalnya banyak anggota T2 adalah n
Sehingga  fungsi bijektif dari Nn ke T2 ........(2)
Dari (1) dan (2) maka  fungsi bijektif dari T1 ke T2
Terbukti.
Bukti 2.
 fungsi bijektif dari T1 ke T2 yang countable  T1 countable
T2 countable artinya T2 berhingga atau T2 denumerable
Ambil kasus T2 berhingga
Misalnya anggota T2 adalah n, sehingga  fungsi bijektif dari Nn ke T2..........(1)
 fungsi bijektif dari T1 ke T2..........(2)
Dari (1) dan (2) maka  fungsi bijektif dari Nn ke T1 sehingga anggota T1 adalah n
Berarti T1 berhingga.
Artinya T1 countable (terbukti).
Dari bukti 1 dan bukti 2 maka (b) terbukti.
20 | P a g e
R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i
Teorema 2.7.11
S countable dan T
S
T 
 countable
Bukti.
S countable artinya S berhingga
Karena S berhingga maka berdasarkan Teorema 2.7.6 S berhingga T
S
T 
 berhingga
Karena T berhingga maka T countable.
Terbukti.
Teorema 2.7.12
(a) S countable 
 fungsi injektif dari S ke N
(b) S countable 
 fungsi surjektif dari N ke S
Bukti.
(a) S countable 
 fungsi injektif dari S ke N
Bukti 1.
S countable artinya S berhingga atau S denumerable
Pilih kasus S denumerable artinya  fungsi bijektif dari N ke S
Karena  fungsi bijektif dari N ke S maka fungsi dari S ke N juga bijektif.
Fungsi bijektif terdiri dari fungsi injektif dan fungsi surjektif
Maka terbukti bahwa  fungsi injektif dari S ke N
Bukti 2.
 fungsi injektif dari S ke N S countable
Misalkan N
S
f 
: injektif
Maka f merupakan fungsi bijektif dari S ke f(s)
Sehingga f(s) countable.
Dari bukti 1 dan bukti 2 terbukti.
(b). S countable 
 fungsi surjektif dari N ke S
Bukti 1.
S countable artinya S berhingga atau S denumerable
21 | P a g e
R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i
Pilih kasus S denumerable, artinya  fungsi bijektif dari N ke S
Fungsi bijektif terdiri dari fungsi injektif dan surjektif
Maka terbukti bahwa  fungsi surjektif dari N ke S
Bukti 2.
 fungsi surjektif dari N ke S S countable
Misalnya S
N
g 
: surjektif
Misalkan N
S
g 
:
1 , g1(s) adalah elemen terkecil dari himpunan
  )
(
)
( 1
s
g
S
n
g
N
n 


 , berarti g1 injektif dari S ke N.
Berdasarkan (a) maka terbukti S countable.
Dari bukti 1 dan bukti 2 (b) terbukti.
Countability Dari Q
Akan ditunjukkan bilangan rasional (Q)
Teorema 2.7.13
Himpunan bilangan rasional adalah countable
Bukti.
Akan ditunjukkan Q+
(bilangan rasional positif) denumerable karena Q = Q+
{0} Q-
Dengan Q-
adalah bilangan rasional negatif sehingga Q denumerable
Misalkan F adalah semua pecahan n
m
dengan (m,n) N.
:
:
:
:
...
4
4
4
3
4
2
4
1
...
2
4
3
3
3
2
3
1
...
2
4
2
3
2
2
2
1
...
1
4
1
3
1
2
1
1
Fungsi dari N ke F dinyatakan dengan garis diagonal sehingga:
 
,......
,
,
,
,
, 1
3
2
2
3
1
1
2
2
1
1
1

F
Sehingga F denumerable.
22 | P a g e
R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i
Masing-masing bilangan rasional dinyatakan oleh banyak bilangan yang berbeda dari F
(misalnya ....)
2
1
1
1
1 


untuk setiap r Q+
, bisa dipilih bentuk pecahan dengan penyebut paling kecil, akibatnya
Q+
F, sehingga berdasarkan teorema 2.7.11 Q+
countable.
Karena Q+
F maka Q countable.
Terbukti.
Teorema 2.7.14
Himpunan  
1
0 


 x
R
x
I tidak countable
Bukti.
Gunakan kontradiksi
Karena R
x dan 1
0 
 x maka x merupakan bentuk desimal yaitu ....
,
0 3
2
1 a
a
a
x  dengan
ai menyatakan bilangan dari 0-9.
Misalnya nilai x pada I dinyatakan :
....
.....
,
0
:
....
.....
,
0
....
.....
,
0
....
......
,
0
3
2
1
3
33
32
31
3
2
23
22
21
2
1
13
12
11
1
nn
n
n
n
n
n
n
n
a
a
a
a
x
a
a
a
a
x
a
a
a
a
x
a
a
a
a
x




Defenisikan suatu bilangan real n
y
y
y
y
y ....
,
0 3
2
1

Kita misalkan:






4
jika
7
5
jika
2
nn
nn
n
a
a
y
Maka 1
0 
 y .
Karena 9
,
0

n
y maka y tidak sama dengan 2 bentuk y dan xn berbeda pada desimal ke n.
Akibatnya interval ini tidak countable.

More Related Content

What's hot

Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupKabhi Na Kehna
 
BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi Nia Matus
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Arvina Frida Karela
 
Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)Nia Matus
 
Makalah setengah putaran
Makalah setengah putaranMakalah setengah putaran
Makalah setengah putaranNia Matus
 
Pencerminan geser fix
Pencerminan geser fixPencerminan geser fix
Pencerminan geser fixNia Matus
 
LKS 'Bilangan Bulat' -SMP kelas VII-
LKS 'Bilangan Bulat' -SMP kelas VII-LKS 'Bilangan Bulat' -SMP kelas VII-
LKS 'Bilangan Bulat' -SMP kelas VII-Yusrina Fitriani Ns
 
Order dari Elemen Grup
Order dari Elemen GrupOrder dari Elemen Grup
Order dari Elemen Grupwahyuhenky
 
Keterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBKeterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBHyronimus Lado
 
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilSistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilNailul Hasibuan
 
Rangkuman materi Isometri
Rangkuman materi IsometriRangkuman materi Isometri
Rangkuman materi IsometriNia Matus
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Arvina Frida Karela
 

What's hot (20)

Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrup
 
Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2
 
BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
 
Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)
 
Makalah setengah putaran
Makalah setengah putaranMakalah setengah putaran
Makalah setengah putaran
 
Koset Suatu Grup
Koset Suatu GrupKoset Suatu Grup
Koset Suatu Grup
 
Prinsip Inklusi Eksklusi
Prinsip Inklusi EksklusiPrinsip Inklusi Eksklusi
Prinsip Inklusi Eksklusi
 
Pencerminan geser fix
Pencerminan geser fixPencerminan geser fix
Pencerminan geser fix
 
LKS 'Bilangan Bulat' -SMP kelas VII-
LKS 'Bilangan Bulat' -SMP kelas VII-LKS 'Bilangan Bulat' -SMP kelas VII-
LKS 'Bilangan Bulat' -SMP kelas VII-
 
Operasi biner
Operasi binerOperasi biner
Operasi biner
 
ANALISIS REAL
ANALISIS REALANALISIS REAL
ANALISIS REAL
 
Order dari Elemen Grup
Order dari Elemen GrupOrder dari Elemen Grup
Order dari Elemen Grup
 
Keterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBKeterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPB
 
Grup siklik
Grup siklikGrup siklik
Grup siklik
 
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilSistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
 
Rangkuman materi Isometri
Rangkuman materi IsometriRangkuman materi Isometri
Rangkuman materi Isometri
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
 
Pembuktian dalil 9-18
Pembuktian dalil 9-18Pembuktian dalil 9-18
Pembuktian dalil 9-18
 

Similar to Interval dan Desimal

Deret binomial
Deret binomialDeret binomial
Deret binomialAma Rosid
 
Irisan Dua Lingkaran-syifadhila
Irisan Dua Lingkaran-syifadhilaIrisan Dua Lingkaran-syifadhila
Irisan Dua Lingkaran-syifadhilaSyifa Dhila
 
geometri analitik
geometri analitikgeometri analitik
geometri analitikputriyani13
 
Konsep Mudah Menentukan Sudut Berelasi
Konsep Mudah Menentukan Sudut BerelasiKonsep Mudah Menentukan Sudut Berelasi
Konsep Mudah Menentukan Sudut Berelasirezkiyurika
 
Bab 4 Persamaan Lingkaran .pptx
Bab 4 Persamaan Lingkaran .pptxBab 4 Persamaan Lingkaran .pptx
Bab 4 Persamaan Lingkaran .pptxBAGZ4MATH
 
Statistika dan-probabilitas
Statistika dan-probabilitasStatistika dan-probabilitas
Statistika dan-probabilitasIr. Zakaria, M.M
 
fdokumen.com_ppt-baris-deret-aritmatika.pptx
fdokumen.com_ppt-baris-deret-aritmatika.pptxfdokumen.com_ppt-baris-deret-aritmatika.pptx
fdokumen.com_ppt-baris-deret-aritmatika.pptxTamtowiYahya1
 
Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]Ajir Aja
 
Matematika Diskrit - 05 rekursi dan relasi rekurens - 01
Matematika Diskrit - 05 rekursi dan relasi rekurens - 01Matematika Diskrit - 05 rekursi dan relasi rekurens - 01
Matematika Diskrit - 05 rekursi dan relasi rekurens - 01KuliahKita
 
Makalah ankom deret kompleks
Makalah ankom deret kompleksMakalah ankom deret kompleks
Makalah ankom deret komplekspedydevil
 

Similar to Interval dan Desimal (20)

Exercise 2.3
Exercise 2.3Exercise 2.3
Exercise 2.3
 
Deret binomial
Deret binomialDeret binomial
Deret binomial
 
Q=z modul
Q=z modul Q=z modul
Q=z modul
 
Irisan Dua Lingkaran-syifadhila
Irisan Dua Lingkaran-syifadhilaIrisan Dua Lingkaran-syifadhila
Irisan Dua Lingkaran-syifadhila
 
Pengembangan model
Pengembangan modelPengembangan model
Pengembangan model
 
geometri analitik
geometri analitikgeometri analitik
geometri analitik
 
Geometri analitik ruang
Geometri analitik ruangGeometri analitik ruang
Geometri analitik ruang
 
Konsep Mudah Menentukan Sudut Berelasi
Konsep Mudah Menentukan Sudut BerelasiKonsep Mudah Menentukan Sudut Berelasi
Konsep Mudah Menentukan Sudut Berelasi
 
Bab 4 Persamaan Lingkaran .pptx
Bab 4 Persamaan Lingkaran .pptxBab 4 Persamaan Lingkaran .pptx
Bab 4 Persamaan Lingkaran .pptx
 
Pendahulan teori bilangan
Pendahulan teori bilanganPendahulan teori bilangan
Pendahulan teori bilangan
 
Modul belajar integral tentu
Modul  belajar integral tentuModul  belajar integral tentu
Modul belajar integral tentu
 
Statistika dan-probabilitas
Statistika dan-probabilitasStatistika dan-probabilitas
Statistika dan-probabilitas
 
fdokumen.com_ppt-baris-deret-aritmatika.pptx
fdokumen.com_ppt-baris-deret-aritmatika.pptxfdokumen.com_ppt-baris-deret-aritmatika.pptx
fdokumen.com_ppt-baris-deret-aritmatika.pptx
 
Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]
 
Matematika Diskrit - 05 rekursi dan relasi rekurens - 01
Matematika Diskrit - 05 rekursi dan relasi rekurens - 01Matematika Diskrit - 05 rekursi dan relasi rekurens - 01
Matematika Diskrit - 05 rekursi dan relasi rekurens - 01
 
Kalkulus 1
Kalkulus 1Kalkulus 1
Kalkulus 1
 
Analisis real | IDmathcirebon.com
Analisis real | IDmathcirebon.comAnalisis real | IDmathcirebon.com
Analisis real | IDmathcirebon.com
 
Makalah ankom deret kompleks
Makalah ankom deret kompleksMakalah ankom deret kompleks
Makalah ankom deret kompleks
 
Transformasi
Transformasi Transformasi
Transformasi
 
Materi 1-geo
Materi 1-geoMateri 1-geo
Materi 1-geo
 

Recently uploaded

Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 

Recently uploaded (20)

Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 

Interval dan Desimal

  • 1. 1 | P a g e R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i INTERVAL DAN DESIMAL INTERVAL 1. DEFINISI DAN JENIS INTERVAL Suatu interval adalah himpunan bagian dari himpunan bilangan real R yang memenuhi syarat tertentu. Pada prinsipnya, interval dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu interval berhingga (terbatas) dan interval tak hingga (tak terbatas). Ada empat jenis interval terbatas, yaitu : a) Interval terbuka maka interval terbuka oleh dan dinyatakan : Contoh : b) Interval tertutup maka interval tertutup oleh dan dinyatakan : Contoh : c) Interval setengah terbuka atau setengah tertutup maka interval setengah terbuka atau setengah tertutup oleh dan dinyatakan :   Contoh : Untuk menentukan panjang interval oleh a dan b, dimana , maka : Panjang interval = Jika , berarti . Maka, ada dua kasus ketika panjang interval = 0, yaitu :   Ada lima jenis interval tak terbatas, yaitu : a) Interval terbuka tak berhingga maka interval terbuka tak berhingga oleh dan dinyatakan :
  • 2. 2 | P a g e R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i   Contoh : b) Interval tertutup tak berhingga maka interval tertutup tak berhingga oleh dan dinyatakan :   Contoh : c) Interval tak hingga Interval tak hingga dinotasikan dengan Salah satu contoh interval tak hingg adalah himpunan bilangan real 2. KARAKTERISTIK INTERVAL Teorema 2.5.1 (Teorema Karakteristik) Jika , S memiliki paling sedikit 2 anggota, maka S memenuhi sifat : dan Sehingga S adalah suatu interval. Bukti. Untuk membuktikan teorema 2.5.1, ada 4 kasus yang akan dibuktikan yaitu : (i) S terbatas S terbatas, artinya S punya batas atas dan S punya batas bawah Misalkan a = inf S b = sup S maka   b a S ,  ........... (*) Akan ditunjukkan   S b a  , Misalkan   b z a b a z      , z > a artinya z bukan batas bawah dari S sehingga z x S x     .....................(1) z < b artinya z bukan batas atas dari S sehingga y z S     y ..........................(2) Dari (1) dan (2) maka y z x  
  • 3. 3 | P a g e R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i y z x   artinya   y x z ,  Berdasarkan sifat (1) maka S z S z   , Karena z sebarang bilangan   b a, Maka   S b a  , ............................(**) Dari (*) dan (**) maka   b a S ,  Karena   b a S ,  dan   S b a  , maka   b a S ,  Terbukti bahwa S interval  Jika S a  dan S b maka   b a, = S  Jika S a  dan S b maka (a,b) =S  Jika S a dan S b maka   S b a  ,  Jika S a dan S b maka   S b a  , (ii) S terbatas atas tapi tidak terbatas bawah Misalkan b = sup S maka   b S ,    ........................ (*) Akan ditunjukkan   S b    , Misalkan S z    Jika z < b artinya z bukan batas atas dari S sehingga y z S y     ..............(1)  Jika z < b artinya z bukan batas bawah dari S sehingga z x S x     ............(2) Dari (1) dan (2) maka y z x   y z x   artinya   y x z ,  Berdasarkan sifat 1) maka S z S z   , Karena z sebarang bilangan pada   b ,   , maka   S b    , ...................(**) Dari (*) dan (**) maka   b S ,    Terbukti bahwa S interval. Jika   b S S b , maka     Jika   b S S b , maka    
  • 4. 4 | P a g e R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i (iii) S terbatas bawah tapi tidak terbatas atas Misalkan a = inf S Maka     , a S ............... (*) Akan ditunjukkan   S a   , Misalkan R z   sehingga  Jika z > a artinya z bukan batas atas dari s sehingga y z S y     .............(1)  Jika z > a artinya z bukan batas bawah dari S sehingga z x S x     .........(2) Dari (1) dan (2) maka: y z x   y z x   artinya   y x z ,  Berdasarkan sifat di atas maka S z S z   , Karena z sebarang bilangan pada    , a Maka   S a   , ................... (**) Dari (*) dan (**) maka :     , a S Terbukti bahwa S interval. Jika S a  maka     , a S Jika S a  maka    , a (iv) S tidak terbatas Karena S tidak terbatas maka       , S .........(*) Akan ditunjukkan   S     , Misalkan R z   sehingga  Jika   z artinya z bukan batas atas dari S sehingga y z S y     ...........(1)  Jika   z artinya z bukan batas bawah dari S sehingga z x S x     ............(2) Dari (1) dan (2) maka y z x   Berdasarkan sifat di atas maka S z S z   , Karena z sebarang bilangan pada      , Maka   S     , ..........(**) Dari (*) dan (**) maka       , S Terbukti bahwa S interval.
  • 5. 5 | P a g e R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i INTERVAL BERSARANG Suatu barisan interval In , n N disebut interval bersarang jika memenuhi syarat: .... .... 1 2 1       n n I I I I Perhatikan gambar berikut: Dari gambar terlihat bahwa 5 4 3 2 1 I I I I I     , sehingga barisan interval di atas merupakan interval bersarang. Contoh: 1). N n n In         1 , 0                  3 1 , 0 2 1 , 0 1 , 0 3 2 1 I I I dst Jika digambarkan dalam garis bilangan Dari gambar terlihat bahwa .... 3 2 1    I I I Barisan interval   N n I n n   1 , 0 merupakan interval bersarang. Pada contoh ini semua In akan memiliki 0. 0 ini disebut titik sekutu, sehingga    0 1    n n I . I5 I3 I1 I4 I2 I1 I2 0 1 2 1
  • 6. 6 | P a g e R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i 2).   n n J 1 , 0    1 , 0 1  J   2 1 2 , 0  J , dst Sehingga .... .... 1 2 1      n n J J J J Barisan interval   N n J n n   , , 0 1 merupakan interval bersarang tetapi tidak memiliki titik sekutu. 3).     , n Kn     , 1 1 K     , 2 2 K Sehingga .... .... 1 2 1       n n K K K K Barisan interval     , n Kn merupakan interval bersarang tetapi tidak memiliki titik sekutu. SIFAT INTERVAL BERSARANG   N n b a I n n n   , adalah suatu interval bersarang dari interval tertutup berhingga N n I R n         . In adalah interval bersarang, maka N n I In    1 , sehingga N n b an    1 . Akibatnya suatu himpunan tak kosong   N n an  terbatas di atas. Misalkan  supremum dari   N n an  Maka jelaslah N n an     ...................(1) Misalkan suatu himpunan   N k ak  akan dipertimbangkan 2 kasus yaitu: (i) k n  maka, k n I I  artinya n k k b b a   .........................(2)
  • 7. 7 | P a g e R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i (ii) k < n maka n k I I  artinya n n k b a a   ..........................(3) Dari (2) dan (3) maka dapat disimpulkan N k b a n k    Maka bn batas atas dari himpunan Sehingga sup   N n b N k a n k       ............(4) Dari (1) dan (4) maka: N n b a n n      , artinya n I   . Teorema 2.5.3   N n b a I n n n   , , adalah barisan bersarang tertutup. In merupakan interval terbatas yang memiliki panjang n n a b  dari In yang memenuhi   N n I ξ N n a b n n n       di ada bilangan 0 . Bukti. Misalkan   N n bn   inf  , maka n b   Karena n n b a  maka n n b a   N n an    ............(1) In Ik an ak bk bn Ik In ak an bn bk
  • 8. 8 | P a g e R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i Misalkan sup   N n an  adalah  sehingga N n an     ............(2) Dari (1) dan (2)     n a , secara khusus    0 0         Karena inf                0 0 0 N n a b n n Berdasarkan teorema 2.1.9 maka 0   n Sehingga n n b a n      maka  ada di In. BENTUK BINER Biner adalah sistem nomor yang digunakan oleh perangkat digital seperti komputer ,dll. Biner berbasis 2, dengan kata lain biner hanya memiliki 2 angka yang berbeda untuk menunjukkan nilai. Dua angkannya yaitu 0 dan 1. Misalkan akan dinyatakan dalam barisan dari dan sebagai berikut : Proses pertama Interval dibagi 2 dengan titik bagi , menjadi interval kiri dan interval kanan Akan dipertimbangkan 2 kasus yaitu : 1. Jika interval kiri maka Jika interval kanan maka 2. atau Sehingga didapat suatu pertidaksamaan atau dapat ditulis atau dapat digeneralisasikan
  • 9. 9 | P a g e R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i Proses kedua interval dibagi 2 maka : * Sub interval kiri dibagi menjadi 2 dengan titik, bagi menjadi dan akan dipertimbangkan 2 kasus, yaitu: 1. Jika interval kiri maka Jika interval kanan maka 2. jika atau * Sub interval kanan dibagi menjadi 2 dengan titik bagi menjadi dan akan dipertimbangan 2 kasus, yaitu: 1. Jika interval kiri maka Jika interval kanan maka Dapat digeneralisasikan dapat dilanjutkan dengan proses ke-n maka akan ditemukan : 1. Jika bukan titik bagi dan berada di interval kiri maka 2. Jika bukan titik bagi dan berada di interval kanan maka
  • 10. 10 | P a g e R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i sehingga untuk kita dapatkan suatu pertidaksamaan Jika adalah titik bagi, maka , m ganjil. Pada kasus ini dapat dipilih subinterval kiri atau kanan, sehingga dan . Misalkan dipilih subinterval kiri, sehingga , maka adalah titik ujung kanan subinterval akibatnya . Misalkan dipilih subinterval kanan, sehingga , maka adalah titik ujung kanan subinterval akibatnya Contohnya : , maka ada dua kemungkinan barisan yaitu ( 0,1,1,1 . . .) dan (1,0,0,0 . . .) Kesimpulan : suatu barisan dari 0 dan 1 yang memenuhi : N n a a a x a a a n n n n n          2 1 2 ...... 2 2 2 ...... 2 2 2 2 1 2 2 1 Bentuk ini disebut bentuk biner. Bentuk ini tunggal kecuali n m x 2  , m ganjil, akan ada 2 bentuk yaitu:    2 1 2 1 2 1 2 1 ... 0111 ..... ..... 1000 .....     n n a a a a a a x . Hal yang sebaliknya juga berlaku, yaitu: Masing-masing barisan dari 0 dan 1 adalah bentuk biner dari suatu bilangan real tunggal di   1 , 0 . BENTUK DESIMAL Bentuk desimal dari bilangan real serupa dengan bentuk biner, diberikan   1 , 0  x Jika interval   1 , 0 dibagi menjadi 10 subinterval maka     .9 0,1,...... di 10 1 , 10 1 1 1 b b b x          Dengan menggunakan cara yang sama dengn bentuk biner, akan didapatkan barisan (bn) dengan      N n bn 9 0 x memenuhi n n n n b b b x b b b 10 1 ...... 10 10 10 ...... 10 10 2 2 1 2 2 1         Maka dapat dikatakan bahwa x memiliki bentuk desimal yang ditunjukkan oleh ... .... . 2 1 n b b b x  . Jika .... ,... , 1 dan 1 2 1 n b b b B x B x B N B x         Sehingga bentuk desimal dari B x  adalah     B b b b B B x n    ... .... . 2 1
  • 11. 11 | P a g e R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i n b b b ....... . 0 2 1    1 , 0   B x Dari bentuk desimal n b b b .... . 2 1 akan didapatkan suatu barisan interval bersarang dengan panjang n 10 1 . Ini jelas bahwa ada bilangan tunggal x yang ada disetiap sub interval. Sehingga berdasarkan pertidaksamaan maka ... .... . 2 1 n b b b x  Bentuk desimal dari   1 , 0  x adalah tunggal, kecuali x adalah titik bagi dari setiap interval sehingga x akan memenuhi bentuk n n m N n m m x 10 1 , , 10      (asumsikan m tidak dapat dibagi 10) Maka x merupakan titik bagi pada tingkat ke n, dan ada 2 nilai untuk contoh yang mungkin.  Misalnya dipilih sub interval kiri, sehingga x merupakan titik yang kanan sub interval ini, yang mengakibatkan seluruh nilai sub interval berikutnya adalah 9. 1 9     n k bk  Misalnya dipilih sub interval kanan, sehingga x merupakan titik ujung kiri pada sub interval ke n, yang mengakibatkan nilai sub interval berikutnya adalah 0. 1 0     n k bk Sehingga bentuk desimal  00 1 .... . 2 1   n b b b x Contoh: Jika , 2 1  x maka ..... 4999 , 0  x ( interval kiri) atau 5000 , 0  x (interval kanan) sehingga 5000 , 0 4999 , 0   x . Jika 100 38  y maka 3799 , 0  y atau 3800 , 0  y sehingga 3800 , 0 3799 , 0   y . PERIODE DESIMAL Suatu desimal ... ,... . 2 1 n b b b B dikatakan periodik (berulang), jika N k   dan k n a a N m m n n       . Pada kasus ini digit 1 1.....    m k k k a a a diulang satu kali jika mencapai digit ke k. Bilangan terkecil m dengan sifat ini disebut periode desimal. Misalnya : ... 90 .... 2159090 , 0 88 19  memiliki periode m = 2 yang mengulang digit 90 yang dimulai pada k = 4. Akhir dari desimal adalah ketika mengulang digit 0.
  • 12. 12 | P a g e R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i Ada hubungan antara bilangan rasional dan irrasional dan bilangan asli terhadap bentuk desimal, yaitu suatu bilangan rasional positif jika dan hanya jika bentuk desimalnya periodik. Akan ditunjukkan: (1) Suatu bilangan rasional (+)  bentuk desimalnya periodic Misalkan suatu bilangan rasional q p , N q N p     1 ,  q p Ambil kasus q p   0 Jika p dibagi q maka akan didapatkan bentuk desimal dari q p . Masing-masing langkah algoritma pembagiannya menghasilkan sisa berupa bilangan bulat dari 0 ke 1  q sehingga setelah langkah ke q sisa akan muncul untuk kedua kalinya, dan begitu selanjutnya sisa akan terus berulang. Bentuk desimal q p adalah periodic. Terbukti. (2) Bentuk desimalnya periodic bilangan rasional (+) Misalnya .... 1414 , 7314 1000 ... 14 ..... 31414 , 7   x x ... 14 ... 1414 , 73 10  x     990 7241 7241 990 73 7314 990 ... 14 ... 1414 , 73 ... 14 ... 14 , 7314 10 1000        x x x x x Dari (1) dan (2) terbukti desimal periodik.
  • 13. 13 | P a g e R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i HIMPUNAN HINGGA DAN TAK HINGGA Himpunan berhingga Defenisi 2.7.1 a. Suatu himpunan kosong dikatakan memiliki 0 anggota. b. , suatu himpunan dikatakan memiliki anggota jika ada fungsi bijektif dari himpunan ..n} … {1,2, = n N ke c. Suatu himpunan dikatakan berhingga jika merupakan himpunan kosong atau memiliki anggota d. Suatu himpunan dikatakan tak hingga jika tidak berhingga. Teorema 2.7.2 1). punya anggota  ada fungsi bijektif dari ke yang memiliki anggota 2). berhingga  ada fungsi bijektif dari ke yang berhingga. Bukti. 1) punya anggota  ada fungsi bijektif dari ke yang memiliki anggota Bukti 1. punya anggota fungsi bijektif dari ke yang memiliki anggota punya anggota artinnya ada fungsi bijektif dari ke ………(1) Misalkan , R  , memiliki anggota. punya anggota artinnya ada fungsi bijektif dari ke ………(2) Dari persamaan (1) dan (2) maka fungsi bijektif dari ke Terbukti. Bukti 2. fungsi bijektif dari ke yang memiliki anggota punnya anggota punnya anggota artinnya ada fungsi bijektif dari ke ………(1) Karena ada fungsi bijektif dari ke …………………(2) Dari persamaan (1) dan (2) maka fungsi bijektif dari ke sehingga punya anggota. Terbukti .
  • 14. 14 | P a g e R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i Dari bukti 1 dan bukti 2 maka (1) terbukti. 2). berhingga fungsi bijektif dari ke yang berhingga. Bukti 1. berhingga, maka berdasarkan defenisi memiliki anggota. memiliki anggota artinya ada fungsi bijektif dari ke ………(1) Misalkan yang berhingga, misal memiliki anggota. memiliki anggota artinya ada fungsi bijektif dari ke ………(2) Dari (1) dan (2) maka fungsi bijektif dari ke Terbukti . Bukti 2. fungsi bijektif dari ke yang berhingga berhingga berhingga artinnya memiliki anggota memiliki anggota artinnya fungsi bijektif dari ke ………(1) fungsi bijektif dari ke ………….(2) Dari (1) dan (2) maka fungsi bijektif dari ke sehingga memiliki anggota berhingga . Terbukti. Dari bukti 1dan 2 maka (2) terbukti. Teorema 2.7.3. a. , fungsi injektif dari ke b. , fungsi injektif dari ke Bukti. a. , fungsi injektif dari ke Misal : fungsi didefenisikan :  Fungsi injektif terbukti. b. , fungsi injektif dari ke Gunakan induksi matematika. Misal : fungsi didefenisikan : g   Buktikan benar untuk Jika
  • 15. 15 | P a g e R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i bukan injektif.  Asumsi benar untuk , artinya dan bukan fungsi injektif.  Akan ditunjukkan : benar untuk artinya bukan fungsi injektif. Sehingga h(Nm) berada di 1   k k N N maka dengan asumsi n bukan fungsi injektif ke N. Misalkan h(Nm) tidak berada di Nk. Jika lebih dari 1 anggota Nm dipetakan ke bilangan asli k+1, maka h bukan injektif. Asumsikan m N p  yang dipetakan ke k + 1 oleh h didefenisikan k m N N h  1 1 : oleh:     p q N q q h q h m      1 , jika 1 1   1 , jika 1 1        m q p N q q h m Dengan asumsi maka h1 bukan injektif Sehingga k m N N h  1 1 : bukan injketif Terbukti bahwa tidak ada fungsi injektif dari Nm ke Nn. Teorema 2.7.4. a. fungsi injektif dari ke b. fungsi injektif dari ke Bukti. a. fungsi injektif dari ke artinya N m  Maka berdasarkan teorema 2.7.3 (a) fungsi injektif dan Nm ke N b. fungsi injektif dari ke artinya N m  Berarti m N  , maka berdasarkan teorema 2.7.3 (b) fungsi injektif dari N ke Terbukti.
  • 16. 16 | P a g e R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i Akibat 2.7.5 Himpunan N dari bilangan asli adalah himpunan tak hingga. Bukti. Andaikan N himpunan berhingga, N berhingga berdasarkan defenisi ada 2 kemungkinan: 1).   N Ambil N  1 , sehingga   N Kontradiksi. 2). N memiliki n anggota Berdasarkan defenisi maka  fungsi bijektif N N f n   : Ambil N n  1 , maka Akibatnya f bukan fungsi bijektif Kontradiksi. Pengandaian salah, haruslah himpunan N tak hingga. (Terbukti) Teorema 2.7.6 Misalkan S dan T adalah suatu himpunan dan S T  S berhingga T berhingga Bukti. S berhingga, maka berdasarkan defenisi, maka ada 2 kasus yang dipertimbangankan, yaitu:    S Berdasarkan defenisi banyak anggota S adalah 0 S T  artinya S x T x     Maka   T Berdasarkan defenisi maka T berhingga  Untuk   S Gunakan induksi matematika, * Bukti benar untuk n(s) = 1 n(s) =1, maka
  • 17. 17 | P a g e R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i S T      S a T   Berdasarkan defenisi maka T berhingga * Asumsikan benar untuk n(s)=k * Buktikan benar n(s) = k +1 S memiliki k + 1 anggota, artinya ada fungsi bijektif dari Nk+1 ke S - Jika     1 maka ) 1 ( 1      k f S S T T k f Artinya n(S1)= k Berdasarkan asumsi, maka T berhingga - Jika   T k f  1 , maka misalkan     1 1   k f T T dengan 1 1 S T  Karena n(s) = k, maka berdasarkan asumsi maka T1 berhingga. Sehingga     1 1    k f T T , maka T berhingga T berhingga. Terbukti. Teorema 2.7.7 S himpunan tak hingga,  U  tak hingga. Bukti. Andaikan U berhingga Jika U berhingga maka ada 2 kasus yaitu:   Untuk , U punnya n anggota. punya anggota artinya ada fungsi bijektif dari ke Maka himpunan bagian U adalah . Bannyak anggota S adalah S berhingga kontradiksi. Pengandaian salah Haruslah U tak hingga Terbukti.
  • 18. 18 | P a g e R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i COUNTABLE SETS Himpunan tak hingga Defenisi 2.7.8 (a) Himpunan S dikatakan denumerable ( himpunan tak hingga yang dapat dihitung) jika fungsi bijektif dari N ke S (b) Himpunan S dikatakan countable jika berhingga atau denumerable (c) Himpunan S dikatakan tidak countable jika tidak countable. Contoh 2.7.9 a) Suatu himpunan dari bilangan asli genap adalah denumerable karena dengan , , f bijektif dan ke E. b) Himpunan Z adalah denumerable. Karena bijektif 1 dipetakan ke 0 Bilangan asli genap dipetakan ke bilangan bulat (+) Bilangan asli ganjil dipetakan kebilangan bulat (-) c) Gabungan dari himpunan denumerable yang saling lepas juga denumerabel. Misal : A denumerable berarti B denumerable berarti Maka , bijektif. Teorema 2.7.10 (a) S1 denumerable   fungsi bijektif dari S1 ke S2 yang denumerable (b) T1 countable   fungsi bijektif dan T1 ke T2 yang countable Bukti. (a) Bukti 1. S1 denumerable   fungsi bijektif dari S1 ke S2 yang denumerable S1 denumerable artinya  fungsi bijektif dari N ke S1 .....(1) Misalkan S2 denumerable artinya  fungsi bijektif dari N ke S2......(2)
  • 19. 19 | P a g e R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i Dari (1) dan (2) maka  fungsi bijektif dari S1 ke S2. Terbukti. Bukti 2.  fungsi bijektif dari S1 ke S2 yang denumerable  S1 denumerable S2 denumerable artinya  fungsi bijektif dari N ke S2 .......(1)  fungsi bijektif dari S1 ke S2 .........(2) Dari (1) dan (2) maka  fungsi bijketif dari N ke S1 sehingga S1 denumerable. Terbukti. Dari bukti 1 dan bukti 2 maka (a) terbukti (b) Bukti 1. T1 countable   fungsi bijektif dari T1 ke T2 yang countable T1 countable maka berdasarkan defenisi T1 berhingga atau T1 denumerable  Ambil kasus T1 berhingga T1 berhingga, misalnya banyak anggota T1 adalah n Sehingga  fungsi bijektif dari Nn ke T1...........(1) Misalkan T2 countable artinya T2 berhingga atau T2 denumerable  Ambil kasus T2 berhingga T2 berhingga misalnya banyak anggota T2 adalah n Sehingga  fungsi bijektif dari Nn ke T2 ........(2) Dari (1) dan (2) maka  fungsi bijektif dari T1 ke T2 Terbukti. Bukti 2.  fungsi bijektif dari T1 ke T2 yang countable  T1 countable T2 countable artinya T2 berhingga atau T2 denumerable Ambil kasus T2 berhingga Misalnya anggota T2 adalah n, sehingga  fungsi bijektif dari Nn ke T2..........(1)  fungsi bijektif dari T1 ke T2..........(2) Dari (1) dan (2) maka  fungsi bijektif dari Nn ke T1 sehingga anggota T1 adalah n Berarti T1 berhingga. Artinya T1 countable (terbukti). Dari bukti 1 dan bukti 2 maka (b) terbukti.
  • 20. 20 | P a g e R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i Teorema 2.7.11 S countable dan T S T   countable Bukti. S countable artinya S berhingga Karena S berhingga maka berdasarkan Teorema 2.7.6 S berhingga T S T   berhingga Karena T berhingga maka T countable. Terbukti. Teorema 2.7.12 (a) S countable   fungsi injektif dari S ke N (b) S countable   fungsi surjektif dari N ke S Bukti. (a) S countable   fungsi injektif dari S ke N Bukti 1. S countable artinya S berhingga atau S denumerable Pilih kasus S denumerable artinya  fungsi bijektif dari N ke S Karena  fungsi bijektif dari N ke S maka fungsi dari S ke N juga bijektif. Fungsi bijektif terdiri dari fungsi injektif dan fungsi surjektif Maka terbukti bahwa  fungsi injektif dari S ke N Bukti 2.  fungsi injektif dari S ke N S countable Misalkan N S f  : injektif Maka f merupakan fungsi bijektif dari S ke f(s) Sehingga f(s) countable. Dari bukti 1 dan bukti 2 terbukti. (b). S countable   fungsi surjektif dari N ke S Bukti 1. S countable artinya S berhingga atau S denumerable
  • 21. 21 | P a g e R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i Pilih kasus S denumerable, artinya  fungsi bijektif dari N ke S Fungsi bijektif terdiri dari fungsi injektif dan surjektif Maka terbukti bahwa  fungsi surjektif dari N ke S Bukti 2.  fungsi surjektif dari N ke S S countable Misalnya S N g  : surjektif Misalkan N S g  : 1 , g1(s) adalah elemen terkecil dari himpunan   ) ( ) ( 1 s g S n g N n     , berarti g1 injektif dari S ke N. Berdasarkan (a) maka terbukti S countable. Dari bukti 1 dan bukti 2 (b) terbukti. Countability Dari Q Akan ditunjukkan bilangan rasional (Q) Teorema 2.7.13 Himpunan bilangan rasional adalah countable Bukti. Akan ditunjukkan Q+ (bilangan rasional positif) denumerable karena Q = Q+ {0} Q- Dengan Q- adalah bilangan rasional negatif sehingga Q denumerable Misalkan F adalah semua pecahan n m dengan (m,n) N. : : : : ... 4 4 4 3 4 2 4 1 ... 2 4 3 3 3 2 3 1 ... 2 4 2 3 2 2 2 1 ... 1 4 1 3 1 2 1 1 Fungsi dari N ke F dinyatakan dengan garis diagonal sehingga:   ,...... , , , , , 1 3 2 2 3 1 1 2 2 1 1 1  F Sehingga F denumerable.
  • 22. 22 | P a g e R i z k i K u r n i a w a n R a n g k u t i Masing-masing bilangan rasional dinyatakan oleh banyak bilangan yang berbeda dari F (misalnya ....) 2 1 1 1 1    untuk setiap r Q+ , bisa dipilih bentuk pecahan dengan penyebut paling kecil, akibatnya Q+ F, sehingga berdasarkan teorema 2.7.11 Q+ countable. Karena Q+ F maka Q countable. Terbukti. Teorema 2.7.14 Himpunan   1 0     x R x I tidak countable Bukti. Gunakan kontradiksi Karena R x dan 1 0   x maka x merupakan bentuk desimal yaitu .... , 0 3 2 1 a a a x  dengan ai menyatakan bilangan dari 0-9. Misalnya nilai x pada I dinyatakan : .... ..... , 0 : .... ..... , 0 .... ..... , 0 .... ...... , 0 3 2 1 3 33 32 31 3 2 23 22 21 2 1 13 12 11 1 nn n n n n n n n a a a a x a a a a x a a a a x a a a a x     Defenisikan suatu bilangan real n y y y y y .... , 0 3 2 1  Kita misalkan:       4 jika 7 5 jika 2 nn nn n a a y Maka 1 0   y . Karena 9 , 0  n y maka y tidak sama dengan 2 bentuk y dan xn berbeda pada desimal ke n. Akibatnya interval ini tidak countable.