SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
PENDAHULUAN TEORI BILANGAN
1.1 Notasi dan Simbul
Matematika selalu berkenaan dengan ide-ide dan konsep, oleh karena itu untuk
memudahkan uraian, penjelasan, atau keterangan diperlukan seperangkat
kesepakatan bersama sebagai dasar dalam memahami matematika sehingga apa
yang ingin diketahui menjadi lebih mudah dan sederhana. Disamping itu dalam
matematika diperlukan lambang-lambang tertentu. Lambang-lambang yang telah
disepakati tersebut mempunyai makna tertentu, dan makna tersebut dinamakan
dengan notasi.
Istilah lain dari notasi adalah simbul. Penggunaan notasi haruslah disepakati
bersama oleh pengguna matematika. Notasi-notasi yang ada dalam matematika
dapat berkaitan dengan himpunan misalnya penggunaan huruf kapital latin, operasi
atau pengerjaan misalnya penjumlahan beruntun atau perkalian beruntun,
hubungan antara unsur misalnya kesamaan atau ketidaksamaan, atau pernyataan
yang menunjukkan penunjuk misalnya kelipatan persekutuan terkecil, pembagi
persekutuan terbesar dan sebagainya.
Berikut ini dituliskan beberapa notasi dengan artinya.
Notasi yang berkaitan dengan operasi
+ : jumlah
- : selisih
x : perkalian
: : pembagian
Teori Bilangan 2
: akar kuadrat
 : Penjumlahan beruntun
 : Perkalian beruntun
 : integral
Notasi yang berkaitan dengan hubungan
= : sama dengan
 : tidak sama dengan
> : lebih besar daripada
< : lebih kecil daripada
 : lebih kecil atau sama dengan
 : lebih besar atau sama dengan
 : ekuivalen
 : sama dan sebangun
 : gabungan
 : Irisan
 : anggota
 : bukan anggota
Notasi yang berkaitan dengan petunjuk atau tujuan
KPK : kelipatan persekutuan terkecil (low commond multiple)
FPB : pembagi persekutuan terbesar (great commond devisor)
 : implikasi ( jika ... maka ... )
 : biimplikasi ( ... jika dan hanya jika ... )
Teori Bilangan 3
┴ : tegak lurus
└ : sudut 90o
║ : sejajar
 : himpunan kosong
∆ : segitiga
‫ٱ‬ : bujur sangkar (persegi)
Notasi yang berkaitan dengan himpunan
a. Himpunan bilangan Nol yaitu {0}
b. N = himpunan bilangan Asli (Natural)
= { 1,2,3,4,5, ... }
c. W = himpunan bilangan Cacah (Whole)
= { 0,1,2,3,4, ... }
d. Z = himpunan bilangan Bulat (Zahlen)
= {...,-3,-2,-1,0,1,2,3, ... } , sehingga dalam bilangan bulat terdapat bilangan
bulat positip (Z+), bulat negatip (Z-) dan bilangan nol
e. Q = himpunan bilangan rasional (Q = Quotient) yaitu bilangan yang dapat
dinyatakan dalam bentuk
b
a
, dengan a,b  Z, b  0 . Bilangan rasional juga
dinamakan dengan bilangan desimal berulang.
Q = { x : x =
b
a
, a,b  Z, b  0 }
Teori Bilangan 4
f. Q = himpunan bilangan tak rasional yaitu bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dalam bentuk
b
a
dengan a,b Z. b  0 Bilangan tidak rasional juga disebut
dengan istilah lain yaitu bilangan desimal tak berulang.
g. R himpunan bilangan nyata (R = Real) yaitu gabungan dari bilangan-bilangan
Asli, Cacah, Bulat, Rasional, dan tidak Rasional. Dengan kata lain:
R = { N  W  Z  Q  Q }
h. Himpunan bilangan tidak nyata (i = imajiner ) yaitu bilangan yang dinyatakan
dengan i dimana i = 1 .
i. C = himpunan bilangan komplek yaitu bilangan yang dinyatakan dalam bentuk C
= {x : x = a + bi, a,b  Z, i = 1 }.
Notasi-notasi tersebut dapat digunakan dengan tujuan untuk penyimbulan
konsep dalam matematika yang sudah disepakati bersama.
Contoh:
1. Jika kita ingin menyatakan jumlah 10 suku pertama dari bilangan genap
adalah dengan menggunakan simbul

10
1
2
q
q
2. Diberikan dua bilangan bulat berbeda, misal x dan y. Kita akan menggunakan
simbul > atau < sehingga didapat x > y atau x < y.
3. Untuk menyatakan dua garis lurus L1 dan L2 yang sejajar cukup menggunakan
simbul L1 ║ L2.
Teori Bilangan 5
Terlihat dari contoh di atas maka penggunaan simbul dalam matematika
memberikan makna singkat dan lugas.
1.2 Induksi Matematika
Induksi matematika merupakan suatu metode yang penting dalam pembuktian
dan sering digunakan dalam berbagai buku. Induksi matematika merupakan suatu
metode yang digunakan untuk membangun kevalidan pernyataan yang diberikan
dalam istilah-istilah bilangan asli (N). Walaupun kegunaannya agak dibatasi dalam
konteks yang agak khusus, namun keberadaannya merupakan suatu alat yang
sangat diperlukan dalam cabang-cabang matematika.
Dianggap bahwa kita sudah mengenal bilangan asli N = { 1,2,3, ... }, baik
operasi biasa pada penjumlahan dan perkalian dan arti dari suatu bilangan asli yang
satu lebih kecil dari yang lain. Juga dianggap kita sudah mengenal dengan sifat-sifat
dasar dari bilangan asli berikut ini:
Sifat terurut baik dari N menyatakan bahwa setiap subset tidak kosong dari N
mempunyai unsur terkecil. Sifat yang lebih mendetail dari sifat terurut baik bilangan
asli adalah sebagai berikut:
Teorema 1.1
Jika S adalah subset dari N dan jika S   , maka terdapat suatu m  S sedemikian
sehingga m  k, untuk setiap k  S.
Prinsip Induksi Matematika
Teori Bilangan 6
Misal S subset dari N, maka berlaku sifat-sifat:
(1) 1  S
(2) jika k  S, maka (k+1)  S, dan S = N
Bukti:
Anggaplah berlaku sebaliknya S  N. Maka himpunan N – S tidak kosong dan
selanjutnya dengan sifat terurut dengan baik ia akan memuat suatu unsur terkecil.
Misal m adalah unsur terkecil dari N-S. Karena 1  S, maka menurut hipotesis (1),
kita tahu bahwa m  1. Selanjutnya untuk m > 1 mengakibatkan bahwa m – 1 juga
merupakan bilangan asli, Karena m – 1 < m dan karena m adalah unsur terkecil dari
N sedemikian sehingga m  S, ia mestilah merupakan kasus bahwa m-1  S.
Selanjutnya kita gunakan hipotesis (2) untuk unsur ke ke k = m – 1 dan
menyimpulkan bahwa k+1 = (m-1) + 1 = m  S. Kesimpulan ini bertentangan
dengan pernyataan bahwa m  S. Karena m diperoleh dengan mengasumsikan
bahwa N-S tidak kosong, hal ini juga bertentangan dengan kesimpulan bahwa N-S
kosong. Dengan demikian kita telah menunjukkan bawa S = N.
Bentuk lain dari prinsip Induksi Matematika dinyatakan sebagai berikut:
Untuk setiap n  N, misalkan P(n) merupakan suatu pernyataan tentang n,
anggaplah bahwa:
(1) P(1) benar
(2) P(k) benar maka P(k+1) benar,
Maka P(n) adalah benar untuk setiap n  N.
Teori Bilangan 7
Contoh
Untuk setiap n  N, buktikan rumus penjumlahan berikut dengan induksi
matematika.
1. 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + ..... + n =
2
)1( nn
Jawab
Untuk n = 1  1 =
2
)11(1 
, sehingga 1  S,
Andaikan untuk n = k diasumsikan bahwa k  S, sehingga
1 + 2 + 3 + 4 + 5 + ..... k =
2
)1( kk
Selanjutnya akan dibuktikan bahwa untuk n = k + 1 benar, maka
1 + 2 + 3 + 4 + 5 + ..... + k + (k+1) = )1(
2
)1(


k
kk

2
)1(2
2
)1( 

 kkk

2
122
 kkk

2
132
 kk

2
)2)(1(  kk

2
)1)1)(1(  kk
, karena n = k+1, maka:

2
)1)(( nn
Teori Bilangan 8
Karena rumus ini terpenuhi untuk n = k+1, kita menyimpulkan bahwa k+1  S. Jadi
dari Induksi matematika terpenuhi. Oleh karena itu dengan prinsip induksi
matematika kita menyimpulkan bahwa S = N dan rumus tersebut adalah benar
untuk semua n  N.
1.3 Prinsip Urutan
Prinsip adalah aturan atau sifat yang digunakan sebagai dasar atau landasan
dalam uraian yang berkaitan dengan bukti sesuatu. Prinsip dapat diambil dari
definisi, aksioma, atau dalil-dalil yang “dimunculkan” kembali untuk digunakan pada
bagian lain suatu konsep yang memerlukan. Diantara prinsip dalam matematika
adalah prinsip urutan (Well Ordering Principle).
Prinsip urutan berkaitan dengan kepositipan dan ketaksamaan antara bilangan-
bilangan real. Sebagaimana halnya dalam Struktur Aljabar dari sistem bilangan real.
Cara yang dapat dilakukan untuk melakukan sifat urutan adalah mengidentifikasi
suatu subset khusus dari R dengan menggunakan gagasan “kepositipan”.
Definisi 1.1
Misal P subset R dan P   . Untuk selanjutnya P disebut bilangan real positip
kuat, maka berlaku sifat-sifat berikut ini:
(1) Jika a,b  P, maka (a+b)  P
(2) Jika a,b  P, maka (a.b)  P
(3) Jika a  R, maka tepat dari salah satu yang berikut dipenuhi
Teori Bilangan 9
a  P, a = 0, -a  P
Dua sifat yang pertama menjamin kesesuaian dari urutan dengan operasi
penjumlahan dan perkalian secara berurutan. Sifat (3) biasanya disebut sifat
trikotomi karena membagi R menjadi 3 jenis unsur yang berbeda. Dinyatakan bahwa
himpunan {-a: a P} dari bilangan real negatip tidak mempunyai unsur persekutuan
dengan P, dan selanjutnya himpunan R merupakan gabungan dari tiga himpunan
yang saling asing.
Definisi 1.2
a. Jika a  P, kita mengatakan bahwa a adalah suatu bilangan real positip kuat
(strictly positip) dan dituliskan dengan a > 0, Jika a  P  {0}, maka a disebut
bilangan real tidak negatip dan dituliskan dalam bentuk a  0.
b. Jika -a  P, kita mengatakan bahwa a adalah suatu bilangan real negatip kuat
(strictly negatip) dan dituliskan dalam bentuk a < 0, Jika -a  P  {0}, maka a
disebut bilangan real tidak positip dan dituliskan dalam bentuk a  0.
c. Jika a, b  R dan jika a – b  P maka dituliskan dalam bentuk a > b atau b <
a.
d. Jika a,b  R dan jika a – b  P  {0}, maka a  b atau b  a
Untuk kesepakatan bersama kita akan menuliskan a < b < c yang berarti a < b
dan b < c
Demikian juga jika a  b dan b  c maka a  b  c. demikian seterusnya.
Berikut ini beberapa teorema yang berkaitan dengan prinsip keterurutan
Teori Bilangan 10
Teorema 1.2
Misalkan a,b,c  R
a. Jika a > b dan b > c maka a > c
b. Tepat dari salah satu pernyataan berikut ini dipenuhi
a > b, a = b , a < b
c. Jika a  b dan b  a maka a = b
Bukti
a. a > b maka menurut definisi a – b > 0 atau a – b P
b > c maka menurut definisi b – c > 0 atau b – c P
Karena a – b P dan b – c P maka menurut definisi diperoleh
(a-b) + (b-c) P.
Sehingga a – c P atau a > c
b. Dengan sifat trikotomi dalam definisi, maka tepat salah satu dari yang berikut
mungkin terjadi
a – b > 0, atau a-b = 0, atau –(a-b) = 0 sehingga
a > b atau a = b atau a < b.
c. Jika a  b, maka a – b  0, sehingga dari bukti (b) kita dapatkan a – b P atau
b-a  P yakni a > b atau b > a. Dalam kasus lainnya salah satu dari hipotesisi
tersebut kontradiksi. Jadi haruslah a = b.
Teorema 1.3
1. Jika a  R dan a  0, maka a2 > 0
Teori Bilangan 11
2. 1 > 0
3. Jika n  N, maka n > 0
Bukti
1. Dengan sifat trikotomi jika a  0, maka a P atau –a  P. Jika a P maka
dengan definisi kita mempunyai a2 = a, untuk a P. Dengan cara yang sama
Jika -a  P maka dengan definisi sebelumnya diperoleh bentuk (-a)2 = (-a)(-a) 
P. Dari teorema sebelumnya berakibat bahwa:
(-a)(-a) = ((-1)a)((-1)a) = (-1)(-1)a2 = a2. Akibatnya bahwa a2
P. Jadi kita
simpulkan bahwa jika a  0, maka a2 > 0.
2. Karena 1 = (1)2, menurut bukti di atas akan menyebabkan bahwa
1 > 0.
3. Kita dapat menggunakan induksi matematika untuk membuktikan pernyataan ini.
Pernyataan tersebut benar untuk n = 1 yakni 1 > 0. Selanjutnya kita anggap
benar untuk n = k, dengan k bilangan asli.
Karena 1 > 0 dan 1 P, maka k + 1 P, sehingga pernyataan di atas benar
adanya dengan menggunakan definisi sebelumnya.
Teorema 1.4
Misalkan a,b,c R
1. Jika a > b, maka a+c > b+c
2. Jika a > b, dan c > d maka a+c > b+d
3. Jika a > b, c>0 maka ca > cb
Teori Bilangan 12
4. Jika a > b, c<0 maka ca < cb
5. Jika a >0 maka 1/a > 0
6. Jika a < 0 maka 1/a < 0.
Bukti
1. Karena a > b berarti menurut definisi sebelumnya a – b > 0. Karena a-b > 0
sehingga a – b P.
(a – b ) = (a-b) + (c-c)
(a – b ) + (c – c ) = (a+c) – (b+c)
Sehingga (a+c) – (b+c)  P. Dengan kata lain (a+c) – (b+c) > 0
Karena (a+c) – (b+c) > 0 berarti (a+c) > (b+c)
2. Karena a > b, dan c > d berarti a – b > 0 dan c – d > 0.
Hal ini berarti a - b P dan c – d P.
Menurut definisi bilangan real positip kuat (1) diperoleh
(a-b) + (c-d) P. Dengan kata lain (a-c) + (c-d) > 0, atau
(a+c) – (b+d) > 0 sehingga berlaku (a+c) > (b+d)
3. Karena a > b, dan c > 0 berarti a – b > 0 dan c > 0.
Hal ini berarti a - b P dan c P.
Menurut definisi bilangan real positip kuat (2) diperoleh
(a-b) c P. Dengan kata lain (ac – bc) P, atau
(ac) – (bc) > 0 sehingga berlaku ac > bd
4. Karena a > b, dan c < 0 berarti a – b > 0 dan c < 0 atau –(c) > 0.
Hal ini berarti a - b P dan -c P.
Teori Bilangan 13
Menurut definisi bilangan real positip kuat (2) diperoleh
(a-b)(-c) P. Dengan kata lain (bc – ac) P, atau
(bc) – (ac) > 0 sehingga berlaku bc > ac
5. Jika a > 0, maka a  0 (berdasarkan sifat trikotomi). Karena a > 0, berdasarkan
sifat sebelumnya maka berlaku 1/a  0. Jika 1/a < 0, berdasarkan teorema
sebelumnya diperoleh 1 = a(1/a) < 0.
Hal ini bertentangan dengan kenyataan bahwa 1 < 0. Jadi haruslah
1/a > 0.
6. Jika a < 0, maka a  0 (berdasarkan sifat trikotomi). Karena a < 0, berdasarkan
sifat sebelumnya maka maka berlaku 1/a  0. Jika
1/a < 0, berdasarkan teorema sebelumnya diperoleh 1 = a(1/a) < 0.
Hal ini bertentangan dengan kenyataan bahwa 1 < 0. Jadi haruslah
1/a < 0.
Teorema 1.5
Jika a,b R, maka a >
2
1
(a+b) > b.
Bukti.
Karena a > b, maka dapat diperoleh a + a > a + b atau 2a > a + b. Demikian pula
a > b maka dapat diperoleh a + b > b + b atau a + b > 2b
Dari ketaksamaan 2a > a + b dan a + b > 2b didapatkan
2a > a+b > 2b
 a=1/2(2a) > ½(a+b) > ½(2b)=b
Teori Bilangan 14
 a > ½(a+b) > b.
Akibat dari teorema di atas adalah:
jika a R dan a > 0 maka a > 1/2a > 0.
1.4 Prinsip Proporsi
Dalam setiap komunikasi, setiap orang penting untuk mempunyai pikiran yang
tepat dalam benaknya. Pernyataan “Setiap mahasiswa IKIP Budi Utomo mempunyai
cita-cita menjadi guru” belumlah merupakan informasi yang khusus jika ternyata
teman yang diajak berkomunikasi melihat beberapa mahasiswa IKIP Budi Utomo
ternyata setelah lulus tidak menjadi guru.
Dalam matematika, terutama di kelas kita dapat menyampaikan konsep x2 = 1 di
papan tulis, hal ini dimaksudkan apa yang dimaksudkan oleh penulis dengan huruf x
dan angka 1. Apakah x bilangan bulat? Apakah bukan bilangan? Apakah angka 1
merupakan bilangan asli? atau 1 merupakan konsep yang lain. Dalam matematika
seringkali juga muncul istilah “untuk setiap”, “untuk semua”, “untuk sesuatu”, “ada”,
dan seterusnya.
Misalnya:
1. Untuk setiap bilangan bulat x, x2 = 1.
2. Terdapat suatu bilangan bulat x sedemikian sehingga x2 = 1.
Dari contoh di atas, jelaslah bahwa contoh 1 salah, akan tetapi contoh 2
adalah benar karena kita dapat memilih a = 1 atau x = -1.
Teori Bilangan 15
Berdasarkan contoh di atas, jika konteks yang dibicarakan adalah bilangan bulat,
maka pernyataan di atas akan menjadi lebih aman jika disingkat dengan:
Untuk setiap x, x2 = 1 dan terdapat suatu x sedemikian sehingga
x2 = 1. Pernyataan pertama merupakan Universal Quantifier “untuk setiap”, dan
yang membuat pernyataan ini salah adalah pernyataan “ setiap bilangan bulat”.
Pernyataan kedua merupakan Existential Quantifier “terdapat suatu”, dan yang
membuat pernyataan ini benar adalah “ palingb sedikit satu bilangan bulat”. Kedua
quantifier ini sering terjadi sehingg para pengguna matematika menggunakan simbul
 untuk menyatakan pernyataan untuk setiap dan simbul  untuk menyatakan
terdapat atau ada.
1.5 Konjektur
Teori bilangan penuh dengan masalah-masalah yang belum terselesaikan atau
belum ditemukan jawabnya. Masalah yang belum terselesaikan tersebut dinamakan
konjektur yang diambil dari kata “conjecture” yang berarti dugaan atau perkiraan.
Dalam tulisan ini diperkenalkan beberapa konjektur, antara lain:
1. Terdapat definisi suatu bilangan perfek, yaitu suatu bilangan bulat positip yang
jumlah pembaginya yang positip adalah dua kali bilangan dimaksud.
Contoh.
Pembagi positip 6 adalah 1, 2, 3, 6
Jumlah pembagi positip bilangan 6 adalah 1 + 2 + 3+ 6 = 12 = 2 x 6.
Pembagi positip bilangan 28 adalah 1, 2, 4, 7, 14, 28
Teori Bilangan 16
Jumlah pembagi positip bilangan 28 adalah 1 + 2 + 4 + 7 + 14 + 28 = 56 = 2 x
28
Selain 6 dan 28 bilangan perfek yang lain adalah 496, 8.128, dan 33.500.336.
Berkaitan dengan bilangan perfek terdapat konjektur
- Banyaknya bilangan perfek adalah tak hingga.
- Semua bilangan perfek adalah genap.
- Jika (2n – 1) bilangan prima maka 2n-1(2n -1) adalah bilangan perfek.
2. Terdapat definisi suatu pasangan dua bilangan yang sekawan (amicable), yaitu
pasangan dua bilangan bulat positip yang masing-masing jumlah pembaginya
positip (tidak termasuk bilangannya) sama dengan bilangan yang lain.
220 dan 284 adalah bilangan sekawan, karena:
Jumlah pembagi positip 220 adalah
1 + 2 + 4 + 5 + 10 + 11 + 20 + 22 + 44 + 55 + 110 = 284
Jumlah pembagi positip 284 adalah
1 + 2 + 4 + 71 + 142 = 220
Pasangan bilangan sekawan yang lain adalah 1184 dan 1210, 17296 dan
18416.
Suatu konjektur yang berkaitan dengan pasangan dua bilangan sekawan adalah
terdapat tak hingga banyaknya pasangan bilangan bersekawan.
3. Terdapat definisi tentang pasangan bilangan prima (twine prime), yaitu dua
bilangan prima berurutan yang berselisih dua. Beberapa pasangan pasangan
bilangan prima adalah 3 dan 5, 5 dan 7, 17 dan 19, 29 dan 31, 41 dan 43.
Teori Bilangan 17
Konjektur tentang pasangan bilangan prima menyatakan bahwa banyaknya
pasangan prima adalah tak hingga.
4. Berdasarkan pasangan bilangan prima Goldbach mempunyai 2 konjektur yaitu:
- Setiap bilangan bulat positip genap lebih dari 4 merupakan jumlah dua
bilangan prima ganjil.
Contoh
6 = 3 + 3 14 = 3 + 11
8 = 3 + 5 12 = 5 + 7
10 = 3 + 7 30 = 23 + 7
- Setiap bilangan bulat positip ganjil lebih dari 8 merupakan jumlah tiga
bilangan prima ganjil.
Contoh
9 = 3 + 3 + 3 13 = 5 + 5 + 3
101 = 11 + 43 + 47 19 = 5 + 7 + 7
11 = 3 + 3 + 5 37 = 11 + 13 + 13
5. Selain Goldbach, Pierre Fermat juga mempunyai dua konjektur terkenal yaitu:
a. 2
2 n
+ 1 adalah bilangan prima
Untuk n = 0, diperoleh 2 + 1 = 3
Untuk n = 1, diperoleh 4 + 1 = 5
Untuk n = 2 , diperoleh 17
Untuk n = 3, diperoleh 257
Untuk n = 4, diperoleh 65.537
Teori Bilangan 18
Untuk n = 5, diperoleh 4.294.967.297
b. Untuk n  3, tidak ada bilangan-bilangan bulat positip x,y,z yang memenuhi
hubungan xn + yn = zn
Meskipun masih merupakan konjektur, pernyataan ini sering disebut sebagai
teorema terakhir Fermat. (Fermat’s last theorem)
Soal-soal
1. Tunjukkan formula berikut ini benar.
a. 1 + 3 + 5 + 7 + ..... + (2n-1) = n2.
b. 1.2 + 2.3 + 3.4 + 4.5 + ..... + n(n+1) =
3
)2)(1(  nnn
c. 12 + 32 + 52 + 72 + ..... + (2n-1)2 =
3
)14( 2
nn
d. 13 + 2 3+ 33 + 43 + ..... + n3 =
2
2
)1(





 nn
2. Jika r  1, tunjukkan bahwa:
a + ar + ar3 + ar4 + ..... + arn-1 =
1
)1( 1


r
aa n
, untuk sebarang bilangan bulat
positip n.
3. Misalkan a,b.c. d R, buktikan pernyataan berikut:
a. Jika a < b, b < c maka ad+bc < ac+bd
b. Jika a b dan c < d, maka a+c < b+d
c. a2 + b2 = 0 jika dan hanya jika a=0 atau b=0
Teori Bilangan 19
4. Carilah bilangan a,b,c,d R yang memenuhi 0 < a < b dan a < d < 0 dan
berlaku
(a) ac < bd (b) ac > bd.
5. Tentukan bilangan real x, sedemikian sehingga:
d. x2 > 3x +4
e. 1 < x2 < 4
f.
x
1
< x

More Related Content

What's hot

Teori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiTeori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiSeptian Amri
 
Makalah transformasi balikan
Makalah transformasi balikanMakalah transformasi balikan
Makalah transformasi balikanNia Matus
 
Modul 9 akar primitif dan aritmetika indeks
Modul 9   akar primitif dan aritmetika indeksModul 9   akar primitif dan aritmetika indeks
Modul 9 akar primitif dan aritmetika indeksAcika Karunila
 
Pencerminan geser fix
Pencerminan geser fixPencerminan geser fix
Pencerminan geser fixNia Matus
 
Supremum dan infimum
Supremum dan infimum  Supremum dan infimum
Supremum dan infimum Rossi Fauzi
 
Rangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali TransformasiRangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali TransformasiNia Matus
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Charro NieZz
 
Aturan Inferensi dan Metode Pembuktian
Aturan Inferensi dan Metode PembuktianAturan Inferensi dan Metode Pembuktian
Aturan Inferensi dan Metode PembuktianFahrul Usman
 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulatAcika Karunila
 
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilKelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilNailul Hasibuan
 
20 Pembuktian Teorema Pythagoras oleh Kelompok 1
20 Pembuktian Teorema Pythagoras oleh Kelompok 120 Pembuktian Teorema Pythagoras oleh Kelompok 1
20 Pembuktian Teorema Pythagoras oleh Kelompok 1Rahma Siska Utari
 
Aljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarAljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarmaman wijaya
 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linierAcika Karunila
 
Semigrup dan monoid
Semigrup dan monoidSemigrup dan monoid
Semigrup dan monoidJhoko Jhoko
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Arvina Frida Karela
 
Grup dan subgrup siklik
Grup dan subgrup siklikGrup dan subgrup siklik
Grup dan subgrup siklikStepanyCristy
 
Binomial dan Multinomial
Binomial dan MultinomialBinomial dan Multinomial
Binomial dan MultinomialHeni Widayani
 

What's hot (20)

Teori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiTeori bilangan bab ii
Teori bilangan bab ii
 
Makalah transformasi balikan
Makalah transformasi balikanMakalah transformasi balikan
Makalah transformasi balikan
 
Modul 9 akar primitif dan aritmetika indeks
Modul 9   akar primitif dan aritmetika indeksModul 9   akar primitif dan aritmetika indeks
Modul 9 akar primitif dan aritmetika indeks
 
Pencerminan geser fix
Pencerminan geser fixPencerminan geser fix
Pencerminan geser fix
 
Supremum dan infimum
Supremum dan infimum  Supremum dan infimum
Supremum dan infimum
 
Rangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali TransformasiRangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali Transformasi
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2
 
Aturan Inferensi dan Metode Pembuktian
Aturan Inferensi dan Metode PembuktianAturan Inferensi dan Metode Pembuktian
Aturan Inferensi dan Metode Pembuktian
 
Teori Group
Teori GroupTeori Group
Teori Group
 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
 
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilKelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
 
20 Pembuktian Teorema Pythagoras oleh Kelompok 1
20 Pembuktian Teorema Pythagoras oleh Kelompok 120 Pembuktian Teorema Pythagoras oleh Kelompok 1
20 Pembuktian Teorema Pythagoras oleh Kelompok 1
 
Aljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarAljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabar
 
Pembuktian dalil 9-18
Pembuktian dalil 9-18Pembuktian dalil 9-18
Pembuktian dalil 9-18
 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linier
 
83047338 modul2
83047338 modul283047338 modul2
83047338 modul2
 
Semigrup dan monoid
Semigrup dan monoidSemigrup dan monoid
Semigrup dan monoid
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
 
Grup dan subgrup siklik
Grup dan subgrup siklikGrup dan subgrup siklik
Grup dan subgrup siklik
 
Binomial dan Multinomial
Binomial dan MultinomialBinomial dan Multinomial
Binomial dan Multinomial
 

Similar to Pendahulan teori bilangan

FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIERFAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIERRarasenggar
 
Kel 1 bilangan
Kel 1 bilanganKel 1 bilangan
Kel 1 bilanganMas Becak
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cUmmu Zuhry
 
INDUKSI MATEMATIK
 INDUKSI MATEMATIK INDUKSI MATEMATIK
INDUKSI MATEMATIKT. Astari
 
Pengantar_Analisis_Real_I.pdf
Pengantar_Analisis_Real_I.pdfPengantar_Analisis_Real_I.pdf
Pengantar_Analisis_Real_I.pdfHamzaHamid27
 
Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]Ajir Aja
 
Modul 6 fungsi-fungsi multiplikatif
Modul 6   fungsi-fungsi multiplikatifModul 6   fungsi-fungsi multiplikatif
Modul 6 fungsi-fungsi multiplikatifAcika Karunila
 
Persamaan Kuadrat Kelas 9
Persamaan Kuadrat Kelas 9Persamaan Kuadrat Kelas 9
Persamaan Kuadrat Kelas 9Erni Susanti
 
Pengantar dasar matematika2
 Pengantar dasar matematika2 Pengantar dasar matematika2
Pengantar dasar matematika2Gerrard Making
 
Akar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdf
Akar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdfAkar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdf
Akar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdfatikaluthfiyaaf
 
Modul logika matematika
Modul logika matematikaModul logika matematika
Modul logika matematikaarif_baehaqi
 

Similar to Pendahulan teori bilangan (20)

FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIERFAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
Kel 1 bilangan
Kel 1 bilanganKel 1 bilangan
Kel 1 bilangan
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
INDUKSI MATEMATIK
 INDUKSI MATEMATIK INDUKSI MATEMATIK
INDUKSI MATEMATIK
 
Pengantar_Analisis_Real_I.pdf
Pengantar_Analisis_Real_I.pdfPengantar_Analisis_Real_I.pdf
Pengantar_Analisis_Real_I.pdf
 
11841986
1184198611841986
11841986
 
Kalkulus 1
Kalkulus 1Kalkulus 1
Kalkulus 1
 
Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]
 
Modul 6 fungsi-fungsi multiplikatif
Modul 6   fungsi-fungsi multiplikatifModul 6   fungsi-fungsi multiplikatif
Modul 6 fungsi-fungsi multiplikatif
 
Sistem bilangan riil
Sistem bilangan riilSistem bilangan riil
Sistem bilangan riil
 
Jenis jenis bilangan
Jenis jenis bilanganJenis jenis bilangan
Jenis jenis bilangan
 
Persamaan Kuadrat Kelas 9
Persamaan Kuadrat Kelas 9Persamaan Kuadrat Kelas 9
Persamaan Kuadrat Kelas 9
 
Matematika Diskrit
Matematika DiskritMatematika Diskrit
Matematika Diskrit
 
Pengantar dasar matematika2
 Pengantar dasar matematika2 Pengantar dasar matematika2
Pengantar dasar matematika2
 
Kalkulus 1-Mkul
Kalkulus 1-MkulKalkulus 1-Mkul
Kalkulus 1-Mkul
 
Teori bilangan
Teori bilanganTeori bilangan
Teori bilangan
 
Akar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdf
Akar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdfAkar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdf
Akar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdf
 
Modul logika matematika
Modul logika matematikaModul logika matematika
Modul logika matematika
 
Induksi mtk
Induksi mtkInduksi mtk
Induksi mtk
 

Pendahulan teori bilangan

  • 1. PENDAHULUAN TEORI BILANGAN 1.1 Notasi dan Simbul Matematika selalu berkenaan dengan ide-ide dan konsep, oleh karena itu untuk memudahkan uraian, penjelasan, atau keterangan diperlukan seperangkat kesepakatan bersama sebagai dasar dalam memahami matematika sehingga apa yang ingin diketahui menjadi lebih mudah dan sederhana. Disamping itu dalam matematika diperlukan lambang-lambang tertentu. Lambang-lambang yang telah disepakati tersebut mempunyai makna tertentu, dan makna tersebut dinamakan dengan notasi. Istilah lain dari notasi adalah simbul. Penggunaan notasi haruslah disepakati bersama oleh pengguna matematika. Notasi-notasi yang ada dalam matematika dapat berkaitan dengan himpunan misalnya penggunaan huruf kapital latin, operasi atau pengerjaan misalnya penjumlahan beruntun atau perkalian beruntun, hubungan antara unsur misalnya kesamaan atau ketidaksamaan, atau pernyataan yang menunjukkan penunjuk misalnya kelipatan persekutuan terkecil, pembagi persekutuan terbesar dan sebagainya. Berikut ini dituliskan beberapa notasi dengan artinya. Notasi yang berkaitan dengan operasi + : jumlah - : selisih x : perkalian : : pembagian
  • 2. Teori Bilangan 2 : akar kuadrat  : Penjumlahan beruntun  : Perkalian beruntun  : integral Notasi yang berkaitan dengan hubungan = : sama dengan  : tidak sama dengan > : lebih besar daripada < : lebih kecil daripada  : lebih kecil atau sama dengan  : lebih besar atau sama dengan  : ekuivalen  : sama dan sebangun  : gabungan  : Irisan  : anggota  : bukan anggota Notasi yang berkaitan dengan petunjuk atau tujuan KPK : kelipatan persekutuan terkecil (low commond multiple) FPB : pembagi persekutuan terbesar (great commond devisor)  : implikasi ( jika ... maka ... )  : biimplikasi ( ... jika dan hanya jika ... )
  • 3. Teori Bilangan 3 ┴ : tegak lurus └ : sudut 90o ║ : sejajar  : himpunan kosong ∆ : segitiga ‫ٱ‬ : bujur sangkar (persegi) Notasi yang berkaitan dengan himpunan a. Himpunan bilangan Nol yaitu {0} b. N = himpunan bilangan Asli (Natural) = { 1,2,3,4,5, ... } c. W = himpunan bilangan Cacah (Whole) = { 0,1,2,3,4, ... } d. Z = himpunan bilangan Bulat (Zahlen) = {...,-3,-2,-1,0,1,2,3, ... } , sehingga dalam bilangan bulat terdapat bilangan bulat positip (Z+), bulat negatip (Z-) dan bilangan nol e. Q = himpunan bilangan rasional (Q = Quotient) yaitu bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk b a , dengan a,b  Z, b  0 . Bilangan rasional juga dinamakan dengan bilangan desimal berulang. Q = { x : x = b a , a,b  Z, b  0 }
  • 4. Teori Bilangan 4 f. Q = himpunan bilangan tak rasional yaitu bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk b a dengan a,b Z. b  0 Bilangan tidak rasional juga disebut dengan istilah lain yaitu bilangan desimal tak berulang. g. R himpunan bilangan nyata (R = Real) yaitu gabungan dari bilangan-bilangan Asli, Cacah, Bulat, Rasional, dan tidak Rasional. Dengan kata lain: R = { N  W  Z  Q  Q } h. Himpunan bilangan tidak nyata (i = imajiner ) yaitu bilangan yang dinyatakan dengan i dimana i = 1 . i. C = himpunan bilangan komplek yaitu bilangan yang dinyatakan dalam bentuk C = {x : x = a + bi, a,b  Z, i = 1 }. Notasi-notasi tersebut dapat digunakan dengan tujuan untuk penyimbulan konsep dalam matematika yang sudah disepakati bersama. Contoh: 1. Jika kita ingin menyatakan jumlah 10 suku pertama dari bilangan genap adalah dengan menggunakan simbul  10 1 2 q q 2. Diberikan dua bilangan bulat berbeda, misal x dan y. Kita akan menggunakan simbul > atau < sehingga didapat x > y atau x < y. 3. Untuk menyatakan dua garis lurus L1 dan L2 yang sejajar cukup menggunakan simbul L1 ║ L2.
  • 5. Teori Bilangan 5 Terlihat dari contoh di atas maka penggunaan simbul dalam matematika memberikan makna singkat dan lugas. 1.2 Induksi Matematika Induksi matematika merupakan suatu metode yang penting dalam pembuktian dan sering digunakan dalam berbagai buku. Induksi matematika merupakan suatu metode yang digunakan untuk membangun kevalidan pernyataan yang diberikan dalam istilah-istilah bilangan asli (N). Walaupun kegunaannya agak dibatasi dalam konteks yang agak khusus, namun keberadaannya merupakan suatu alat yang sangat diperlukan dalam cabang-cabang matematika. Dianggap bahwa kita sudah mengenal bilangan asli N = { 1,2,3, ... }, baik operasi biasa pada penjumlahan dan perkalian dan arti dari suatu bilangan asli yang satu lebih kecil dari yang lain. Juga dianggap kita sudah mengenal dengan sifat-sifat dasar dari bilangan asli berikut ini: Sifat terurut baik dari N menyatakan bahwa setiap subset tidak kosong dari N mempunyai unsur terkecil. Sifat yang lebih mendetail dari sifat terurut baik bilangan asli adalah sebagai berikut: Teorema 1.1 Jika S adalah subset dari N dan jika S   , maka terdapat suatu m  S sedemikian sehingga m  k, untuk setiap k  S. Prinsip Induksi Matematika
  • 6. Teori Bilangan 6 Misal S subset dari N, maka berlaku sifat-sifat: (1) 1  S (2) jika k  S, maka (k+1)  S, dan S = N Bukti: Anggaplah berlaku sebaliknya S  N. Maka himpunan N – S tidak kosong dan selanjutnya dengan sifat terurut dengan baik ia akan memuat suatu unsur terkecil. Misal m adalah unsur terkecil dari N-S. Karena 1  S, maka menurut hipotesis (1), kita tahu bahwa m  1. Selanjutnya untuk m > 1 mengakibatkan bahwa m – 1 juga merupakan bilangan asli, Karena m – 1 < m dan karena m adalah unsur terkecil dari N sedemikian sehingga m  S, ia mestilah merupakan kasus bahwa m-1  S. Selanjutnya kita gunakan hipotesis (2) untuk unsur ke ke k = m – 1 dan menyimpulkan bahwa k+1 = (m-1) + 1 = m  S. Kesimpulan ini bertentangan dengan pernyataan bahwa m  S. Karena m diperoleh dengan mengasumsikan bahwa N-S tidak kosong, hal ini juga bertentangan dengan kesimpulan bahwa N-S kosong. Dengan demikian kita telah menunjukkan bawa S = N. Bentuk lain dari prinsip Induksi Matematika dinyatakan sebagai berikut: Untuk setiap n  N, misalkan P(n) merupakan suatu pernyataan tentang n, anggaplah bahwa: (1) P(1) benar (2) P(k) benar maka P(k+1) benar, Maka P(n) adalah benar untuk setiap n  N.
  • 7. Teori Bilangan 7 Contoh Untuk setiap n  N, buktikan rumus penjumlahan berikut dengan induksi matematika. 1. 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + ..... + n = 2 )1( nn Jawab Untuk n = 1  1 = 2 )11(1  , sehingga 1  S, Andaikan untuk n = k diasumsikan bahwa k  S, sehingga 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + ..... k = 2 )1( kk Selanjutnya akan dibuktikan bahwa untuk n = k + 1 benar, maka 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + ..... + k + (k+1) = )1( 2 )1(   k kk  2 )1(2 2 )1(    kkk  2 122  kkk  2 132  kk  2 )2)(1(  kk  2 )1)1)(1(  kk , karena n = k+1, maka:  2 )1)(( nn
  • 8. Teori Bilangan 8 Karena rumus ini terpenuhi untuk n = k+1, kita menyimpulkan bahwa k+1  S. Jadi dari Induksi matematika terpenuhi. Oleh karena itu dengan prinsip induksi matematika kita menyimpulkan bahwa S = N dan rumus tersebut adalah benar untuk semua n  N. 1.3 Prinsip Urutan Prinsip adalah aturan atau sifat yang digunakan sebagai dasar atau landasan dalam uraian yang berkaitan dengan bukti sesuatu. Prinsip dapat diambil dari definisi, aksioma, atau dalil-dalil yang “dimunculkan” kembali untuk digunakan pada bagian lain suatu konsep yang memerlukan. Diantara prinsip dalam matematika adalah prinsip urutan (Well Ordering Principle). Prinsip urutan berkaitan dengan kepositipan dan ketaksamaan antara bilangan- bilangan real. Sebagaimana halnya dalam Struktur Aljabar dari sistem bilangan real. Cara yang dapat dilakukan untuk melakukan sifat urutan adalah mengidentifikasi suatu subset khusus dari R dengan menggunakan gagasan “kepositipan”. Definisi 1.1 Misal P subset R dan P   . Untuk selanjutnya P disebut bilangan real positip kuat, maka berlaku sifat-sifat berikut ini: (1) Jika a,b  P, maka (a+b)  P (2) Jika a,b  P, maka (a.b)  P (3) Jika a  R, maka tepat dari salah satu yang berikut dipenuhi
  • 9. Teori Bilangan 9 a  P, a = 0, -a  P Dua sifat yang pertama menjamin kesesuaian dari urutan dengan operasi penjumlahan dan perkalian secara berurutan. Sifat (3) biasanya disebut sifat trikotomi karena membagi R menjadi 3 jenis unsur yang berbeda. Dinyatakan bahwa himpunan {-a: a P} dari bilangan real negatip tidak mempunyai unsur persekutuan dengan P, dan selanjutnya himpunan R merupakan gabungan dari tiga himpunan yang saling asing. Definisi 1.2 a. Jika a  P, kita mengatakan bahwa a adalah suatu bilangan real positip kuat (strictly positip) dan dituliskan dengan a > 0, Jika a  P  {0}, maka a disebut bilangan real tidak negatip dan dituliskan dalam bentuk a  0. b. Jika -a  P, kita mengatakan bahwa a adalah suatu bilangan real negatip kuat (strictly negatip) dan dituliskan dalam bentuk a < 0, Jika -a  P  {0}, maka a disebut bilangan real tidak positip dan dituliskan dalam bentuk a  0. c. Jika a, b  R dan jika a – b  P maka dituliskan dalam bentuk a > b atau b < a. d. Jika a,b  R dan jika a – b  P  {0}, maka a  b atau b  a Untuk kesepakatan bersama kita akan menuliskan a < b < c yang berarti a < b dan b < c Demikian juga jika a  b dan b  c maka a  b  c. demikian seterusnya. Berikut ini beberapa teorema yang berkaitan dengan prinsip keterurutan
  • 10. Teori Bilangan 10 Teorema 1.2 Misalkan a,b,c  R a. Jika a > b dan b > c maka a > c b. Tepat dari salah satu pernyataan berikut ini dipenuhi a > b, a = b , a < b c. Jika a  b dan b  a maka a = b Bukti a. a > b maka menurut definisi a – b > 0 atau a – b P b > c maka menurut definisi b – c > 0 atau b – c P Karena a – b P dan b – c P maka menurut definisi diperoleh (a-b) + (b-c) P. Sehingga a – c P atau a > c b. Dengan sifat trikotomi dalam definisi, maka tepat salah satu dari yang berikut mungkin terjadi a – b > 0, atau a-b = 0, atau –(a-b) = 0 sehingga a > b atau a = b atau a < b. c. Jika a  b, maka a – b  0, sehingga dari bukti (b) kita dapatkan a – b P atau b-a  P yakni a > b atau b > a. Dalam kasus lainnya salah satu dari hipotesisi tersebut kontradiksi. Jadi haruslah a = b. Teorema 1.3 1. Jika a  R dan a  0, maka a2 > 0
  • 11. Teori Bilangan 11 2. 1 > 0 3. Jika n  N, maka n > 0 Bukti 1. Dengan sifat trikotomi jika a  0, maka a P atau –a  P. Jika a P maka dengan definisi kita mempunyai a2 = a, untuk a P. Dengan cara yang sama Jika -a  P maka dengan definisi sebelumnya diperoleh bentuk (-a)2 = (-a)(-a)  P. Dari teorema sebelumnya berakibat bahwa: (-a)(-a) = ((-1)a)((-1)a) = (-1)(-1)a2 = a2. Akibatnya bahwa a2 P. Jadi kita simpulkan bahwa jika a  0, maka a2 > 0. 2. Karena 1 = (1)2, menurut bukti di atas akan menyebabkan bahwa 1 > 0. 3. Kita dapat menggunakan induksi matematika untuk membuktikan pernyataan ini. Pernyataan tersebut benar untuk n = 1 yakni 1 > 0. Selanjutnya kita anggap benar untuk n = k, dengan k bilangan asli. Karena 1 > 0 dan 1 P, maka k + 1 P, sehingga pernyataan di atas benar adanya dengan menggunakan definisi sebelumnya. Teorema 1.4 Misalkan a,b,c R 1. Jika a > b, maka a+c > b+c 2. Jika a > b, dan c > d maka a+c > b+d 3. Jika a > b, c>0 maka ca > cb
  • 12. Teori Bilangan 12 4. Jika a > b, c<0 maka ca < cb 5. Jika a >0 maka 1/a > 0 6. Jika a < 0 maka 1/a < 0. Bukti 1. Karena a > b berarti menurut definisi sebelumnya a – b > 0. Karena a-b > 0 sehingga a – b P. (a – b ) = (a-b) + (c-c) (a – b ) + (c – c ) = (a+c) – (b+c) Sehingga (a+c) – (b+c)  P. Dengan kata lain (a+c) – (b+c) > 0 Karena (a+c) – (b+c) > 0 berarti (a+c) > (b+c) 2. Karena a > b, dan c > d berarti a – b > 0 dan c – d > 0. Hal ini berarti a - b P dan c – d P. Menurut definisi bilangan real positip kuat (1) diperoleh (a-b) + (c-d) P. Dengan kata lain (a-c) + (c-d) > 0, atau (a+c) – (b+d) > 0 sehingga berlaku (a+c) > (b+d) 3. Karena a > b, dan c > 0 berarti a – b > 0 dan c > 0. Hal ini berarti a - b P dan c P. Menurut definisi bilangan real positip kuat (2) diperoleh (a-b) c P. Dengan kata lain (ac – bc) P, atau (ac) – (bc) > 0 sehingga berlaku ac > bd 4. Karena a > b, dan c < 0 berarti a – b > 0 dan c < 0 atau –(c) > 0. Hal ini berarti a - b P dan -c P.
  • 13. Teori Bilangan 13 Menurut definisi bilangan real positip kuat (2) diperoleh (a-b)(-c) P. Dengan kata lain (bc – ac) P, atau (bc) – (ac) > 0 sehingga berlaku bc > ac 5. Jika a > 0, maka a  0 (berdasarkan sifat trikotomi). Karena a > 0, berdasarkan sifat sebelumnya maka berlaku 1/a  0. Jika 1/a < 0, berdasarkan teorema sebelumnya diperoleh 1 = a(1/a) < 0. Hal ini bertentangan dengan kenyataan bahwa 1 < 0. Jadi haruslah 1/a > 0. 6. Jika a < 0, maka a  0 (berdasarkan sifat trikotomi). Karena a < 0, berdasarkan sifat sebelumnya maka maka berlaku 1/a  0. Jika 1/a < 0, berdasarkan teorema sebelumnya diperoleh 1 = a(1/a) < 0. Hal ini bertentangan dengan kenyataan bahwa 1 < 0. Jadi haruslah 1/a < 0. Teorema 1.5 Jika a,b R, maka a > 2 1 (a+b) > b. Bukti. Karena a > b, maka dapat diperoleh a + a > a + b atau 2a > a + b. Demikian pula a > b maka dapat diperoleh a + b > b + b atau a + b > 2b Dari ketaksamaan 2a > a + b dan a + b > 2b didapatkan 2a > a+b > 2b  a=1/2(2a) > ½(a+b) > ½(2b)=b
  • 14. Teori Bilangan 14  a > ½(a+b) > b. Akibat dari teorema di atas adalah: jika a R dan a > 0 maka a > 1/2a > 0. 1.4 Prinsip Proporsi Dalam setiap komunikasi, setiap orang penting untuk mempunyai pikiran yang tepat dalam benaknya. Pernyataan “Setiap mahasiswa IKIP Budi Utomo mempunyai cita-cita menjadi guru” belumlah merupakan informasi yang khusus jika ternyata teman yang diajak berkomunikasi melihat beberapa mahasiswa IKIP Budi Utomo ternyata setelah lulus tidak menjadi guru. Dalam matematika, terutama di kelas kita dapat menyampaikan konsep x2 = 1 di papan tulis, hal ini dimaksudkan apa yang dimaksudkan oleh penulis dengan huruf x dan angka 1. Apakah x bilangan bulat? Apakah bukan bilangan? Apakah angka 1 merupakan bilangan asli? atau 1 merupakan konsep yang lain. Dalam matematika seringkali juga muncul istilah “untuk setiap”, “untuk semua”, “untuk sesuatu”, “ada”, dan seterusnya. Misalnya: 1. Untuk setiap bilangan bulat x, x2 = 1. 2. Terdapat suatu bilangan bulat x sedemikian sehingga x2 = 1. Dari contoh di atas, jelaslah bahwa contoh 1 salah, akan tetapi contoh 2 adalah benar karena kita dapat memilih a = 1 atau x = -1.
  • 15. Teori Bilangan 15 Berdasarkan contoh di atas, jika konteks yang dibicarakan adalah bilangan bulat, maka pernyataan di atas akan menjadi lebih aman jika disingkat dengan: Untuk setiap x, x2 = 1 dan terdapat suatu x sedemikian sehingga x2 = 1. Pernyataan pertama merupakan Universal Quantifier “untuk setiap”, dan yang membuat pernyataan ini salah adalah pernyataan “ setiap bilangan bulat”. Pernyataan kedua merupakan Existential Quantifier “terdapat suatu”, dan yang membuat pernyataan ini benar adalah “ palingb sedikit satu bilangan bulat”. Kedua quantifier ini sering terjadi sehingg para pengguna matematika menggunakan simbul  untuk menyatakan pernyataan untuk setiap dan simbul  untuk menyatakan terdapat atau ada. 1.5 Konjektur Teori bilangan penuh dengan masalah-masalah yang belum terselesaikan atau belum ditemukan jawabnya. Masalah yang belum terselesaikan tersebut dinamakan konjektur yang diambil dari kata “conjecture” yang berarti dugaan atau perkiraan. Dalam tulisan ini diperkenalkan beberapa konjektur, antara lain: 1. Terdapat definisi suatu bilangan perfek, yaitu suatu bilangan bulat positip yang jumlah pembaginya yang positip adalah dua kali bilangan dimaksud. Contoh. Pembagi positip 6 adalah 1, 2, 3, 6 Jumlah pembagi positip bilangan 6 adalah 1 + 2 + 3+ 6 = 12 = 2 x 6. Pembagi positip bilangan 28 adalah 1, 2, 4, 7, 14, 28
  • 16. Teori Bilangan 16 Jumlah pembagi positip bilangan 28 adalah 1 + 2 + 4 + 7 + 14 + 28 = 56 = 2 x 28 Selain 6 dan 28 bilangan perfek yang lain adalah 496, 8.128, dan 33.500.336. Berkaitan dengan bilangan perfek terdapat konjektur - Banyaknya bilangan perfek adalah tak hingga. - Semua bilangan perfek adalah genap. - Jika (2n – 1) bilangan prima maka 2n-1(2n -1) adalah bilangan perfek. 2. Terdapat definisi suatu pasangan dua bilangan yang sekawan (amicable), yaitu pasangan dua bilangan bulat positip yang masing-masing jumlah pembaginya positip (tidak termasuk bilangannya) sama dengan bilangan yang lain. 220 dan 284 adalah bilangan sekawan, karena: Jumlah pembagi positip 220 adalah 1 + 2 + 4 + 5 + 10 + 11 + 20 + 22 + 44 + 55 + 110 = 284 Jumlah pembagi positip 284 adalah 1 + 2 + 4 + 71 + 142 = 220 Pasangan bilangan sekawan yang lain adalah 1184 dan 1210, 17296 dan 18416. Suatu konjektur yang berkaitan dengan pasangan dua bilangan sekawan adalah terdapat tak hingga banyaknya pasangan bilangan bersekawan. 3. Terdapat definisi tentang pasangan bilangan prima (twine prime), yaitu dua bilangan prima berurutan yang berselisih dua. Beberapa pasangan pasangan bilangan prima adalah 3 dan 5, 5 dan 7, 17 dan 19, 29 dan 31, 41 dan 43.
  • 17. Teori Bilangan 17 Konjektur tentang pasangan bilangan prima menyatakan bahwa banyaknya pasangan prima adalah tak hingga. 4. Berdasarkan pasangan bilangan prima Goldbach mempunyai 2 konjektur yaitu: - Setiap bilangan bulat positip genap lebih dari 4 merupakan jumlah dua bilangan prima ganjil. Contoh 6 = 3 + 3 14 = 3 + 11 8 = 3 + 5 12 = 5 + 7 10 = 3 + 7 30 = 23 + 7 - Setiap bilangan bulat positip ganjil lebih dari 8 merupakan jumlah tiga bilangan prima ganjil. Contoh 9 = 3 + 3 + 3 13 = 5 + 5 + 3 101 = 11 + 43 + 47 19 = 5 + 7 + 7 11 = 3 + 3 + 5 37 = 11 + 13 + 13 5. Selain Goldbach, Pierre Fermat juga mempunyai dua konjektur terkenal yaitu: a. 2 2 n + 1 adalah bilangan prima Untuk n = 0, diperoleh 2 + 1 = 3 Untuk n = 1, diperoleh 4 + 1 = 5 Untuk n = 2 , diperoleh 17 Untuk n = 3, diperoleh 257 Untuk n = 4, diperoleh 65.537
  • 18. Teori Bilangan 18 Untuk n = 5, diperoleh 4.294.967.297 b. Untuk n  3, tidak ada bilangan-bilangan bulat positip x,y,z yang memenuhi hubungan xn + yn = zn Meskipun masih merupakan konjektur, pernyataan ini sering disebut sebagai teorema terakhir Fermat. (Fermat’s last theorem) Soal-soal 1. Tunjukkan formula berikut ini benar. a. 1 + 3 + 5 + 7 + ..... + (2n-1) = n2. b. 1.2 + 2.3 + 3.4 + 4.5 + ..... + n(n+1) = 3 )2)(1(  nnn c. 12 + 32 + 52 + 72 + ..... + (2n-1)2 = 3 )14( 2 nn d. 13 + 2 3+ 33 + 43 + ..... + n3 = 2 2 )1(       nn 2. Jika r  1, tunjukkan bahwa: a + ar + ar3 + ar4 + ..... + arn-1 = 1 )1( 1   r aa n , untuk sebarang bilangan bulat positip n. 3. Misalkan a,b.c. d R, buktikan pernyataan berikut: a. Jika a < b, b < c maka ad+bc < ac+bd b. Jika a b dan c < d, maka a+c < b+d c. a2 + b2 = 0 jika dan hanya jika a=0 atau b=0
  • 19. Teori Bilangan 19 4. Carilah bilangan a,b,c,d R yang memenuhi 0 < a < b dan a < d < 0 dan berlaku (a) ac < bd (b) ac > bd. 5. Tentukan bilangan real x, sedemikian sehingga: d. x2 > 3x +4 e. 1 < x2 < 4 f. x 1 < x