SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
Riki Ardoni
Riki Ardoni
Pengenaan Pajak Penghasilan atas Jasa Konstruksi mengalami dispute dan
dinamika tersendiri. Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh), jasa
konstruksi disebutkan dalam dua pasal yang berbeda. Selain di kenakan PPh final
pasal 4 Ayat (2) huruf d dan jasa konstruksi juga dapat dikenakan pemotongan PPh
tidak final, PPh pasal 23.
PERBEDAAN SUBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (2) huruf d :
“Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan,
usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau
bangunan; dan”
Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 2 :
“Sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto atas :
1. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali
sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah
dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2);
dan
2. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi,
jasa konsultan, dan jasa lain selain”
Jika kita cermati bunyi Pasal 4 ayat (2) huruf d maupun Pasal 23 ayat (1) huruf c
angka 2 UU PPh, maka akan dapat kita lihat bahwa penggunaan istilah untuk ‘jasa
konstruksi’ di kedua pasal tersebut berbeda.
Dalam Pasal 4 ayat (2) huruf d UU PPh frase kata yang digunakan adalah “usaha
jasa konstruksi”. Sementara dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 2 UU PPh,
frase yang digunakan hanya “jasa konstruksi” tanpa didahului kata ‘usaha’ seperti
di Pasal 4 ayat (2).
Riki Ardoni
Perbedaan kedua frase kata dalam kedua pasal tersebut mengindikasikan bahwa
subjek pajak yang dimaksud kedua pasal itu juga berbeda. Perbedaan tersebut ada
pada ada atau tidak nya Sertifikasi Badan Usaha pada Wajib pajak meskipun jasa
yang dimaksudkan nyaris sama, yaitu jasa konstruksi.
A. JASA KONSTRUKSI PPH FINAL Pasal 4 Ayat (2)
Merujuk pada frase kata “usaha jasa konstruksi” yang digunakan dalam Pasal 4
ayat (2) UU PPh, Subjek pajak yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) UU PPh
adalah subjek/ wajib pajak yang bidang usahanya secara formal adalah jasa
konstruksi. Artinya, telah memiliki Sertifikasi dan Kualifikasi sebagai profesional
dalam bidang konstruksi sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Nomor 11 Tahun 2006.
Kesimpulan ini sejalan dengan memperhatikan historis sebelum berlakunya
Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2008; PP Nomor 40 Tahun 2009, Pengenaan
PPh Final atas jasa konstruksi yang sebelumnya diatur oleh Peraturan Pemerintah
(PP) No. 140 Tahun 2000.
Dalam PP Nomor 140 Tahun 2000 kala itu menyebut secara implisit bahwa subjek
pajak yang tercakup dalam PP tersebut hanyalah pengusaha konstruksi yang sudah
memperoleh sertifikasi dan kualifikasi dalam bidang konstruksi. Bahkan umumnya
sudah mengantongi izin usaha di bidang konstruksi (Surat Izin Usaha Jasa
Konstruksi/SIUJK).
Lebih lanjut dalam PP Nomor 51 Tahun 2008 Pasal 1 angka 4, 5 dan angka 6
disebutkan sebagai berikut:
“4. Perencanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan
yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang perencanaan jasa konstruksi
yang mampu mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan
bangunan fisik lain.
5. Pelaksanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan
yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi yang
mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan
Riki Ardoni
menjadi bentuk bangunan tau bentuk fisik lain, termasuk di dalamnya pekerjaan
konstruksi terintegrasi yaitu penggabungan fungsi layanan dalam model
penggabungan perencanaan, pengadaan, dan pembangunan (engineering,
procurement and construction) serta model penggabungan perencanaan dan
pembangunan (design and build).
6. Pengawasan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan
yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi,
yang mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan
pekerjaan konstruksi sampai selesai dan diserahterimakan.”
Frase kata “…yang dinyatakan ahli yang profesional…” dalam ketiga definisi
tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya PP Nomor 51 Tahun 2008 memang
khusus diperuntukkan bagi mereka yang sudah mendapat Sertifikasi dan
Kualifikasi sebagai profesional dalam bidang konstruksi.
Dalam ketentuan umum jasa konstruksi, seperti dinyatakan dalam Peraturan
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nomor 11a Tahun 2008, salah satu
wujud dari pengakuan keahlian dan profesionalitas jasa konstruksi tersebut adalah
dengan adanya Sertifikat Badan Usaha (SBU) yang diterbitkan oleh Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK).
SBU adalah sertifikat tanda bukti pengakuan formal atas tingkat/kedalaman
kompetensi dan kemampuan usaha dengan ketetapan klasifikasi dan kualifikasi
usaha. Jadi dari dokumen ini akan tercantum klasifikasi atau jenis pekerjaan yang
dapat dilaksanakan oleh pengusaha jasa konstruksi (perencanaan, pelaksanaan,
dan/atau pengawasan) serta kualifikasinya sekaligus (kecil, menengah, atau besar).
SBU hanya berlaku selama 3 tahun sejak tanggal diterbitkan dengan ketentuan
wajib melakukan registrasi ulang pada tahun ke-2 dan tahun ke-3. Jika tidak
melakukan registrasi ulang, maka SBU yang bersangkutan dianggap tidak berlaku
untuk tahun yang bersangkutan dan tahun berikutnya. Meski SBU-nya dinyatakan
tidak berlaku, tetapi pengusaha jasa konstruksi tersebut tetap akan tercantum dan
teregister di dalam database LPJK, namun dapat dikatakan tidak mempunyai
kualifikasi. Nah mereka inilah yang dalam PP Nomor 51 Tahun 2008 jo. PP Nomor
Riki Ardoni
40 Tahun 2009 dapat dikenakan tarif PPh Final lebih besar, yaitu 4% untuk jasa
pelaksanaan konstruksi dan 6% untuk jasa perencanaan maupun pengawasan
konstruksi.
Sedangkan yang SBU-nya masih berlaku dikenakan tarif 2% untuk pelaksana
konstruksi yang memiliki kualifikasi usaha kecil, 3% untuk pelaksana konstruksi yang
memiliki kualifikasi usaha menengah dan besar serta tarif 4% untuk jasa
perencanaan dan pengawasan. Tarif jasa kontruksi Pasal 4 ayat (2)
No. Klsasifikasi Kualifikasi Jasa Konstruksi Pelaksana Perencanaan/ Pengawas
1 Kualifikasi Usaha Kecil 2% 4%
2 Kualifikasi Usaha Menengah dan Besar 3% 4%
3 Tidak memiliki Kualifikasi Usaha 4% 6%
*jumlah pembayaran tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
Khusus untuk jasa pelaksanaan konstruksi, kualifikasi usaha itu bahkan dibagi ke
dalam tiga kelompok yakni: kecil, menengah dan besar. Menurut Peraturan LPJK
Nomor 11 Tahun 2006 pengelompokkan tersebut didasarkan pada apa yang disebut
grade yaitu tingkat kemampuan atau kompetensi dari si kontraktor, seperti tampak
pada tabel berikut :
Kualifikasi Kelompok Grade Kompetensi Peruntukan
Kecil K3 1 Rp0 - Rp100 Juta
Pengusaha perorangan dan
Badan usaha
Kecil K2 2 Rp100 Juta – Rp300 Juta
Pengusaha perorangan dan
Badan usaha
Kecil K1 3 Rp300 Juta – Rp600 Juta
Pengusaha perorangan dan
Badan usaha
Kecil 4 Rp600 Juta – Rp1 Miliar
Pengusaha perorangan dan
Badan usaha
Menengah M 5 Rp1 Miliar – Rp10 Miliar Badan usaha
Besar B2 6 Rp1 Miliar – Rp25 Miliar Badan usaha
Besar B1 7 Rp1 Miliar – tidak dibatasi
Badan usaha (termasuk
asing)
Riki Ardoni
B. JASA KONSTRUKSI PPh 23 (TIDAK FINAL)
Dalam hal wajib pajak yang belum teregister dalam LPJK dan otomatis tidak memiliki
Sertifikasi Badan Usaha, maka pengenaan PPh atas jasa konstruksi menggunakan
PPh Pasal 23 untuk wajib pajak Badan dan PPh Pasal 21 untuk wajib pajak orang
pribadi.
Sampai saat ini, masih ada beberapa pihak yang berpendapat bahwa meskipun
pengusaha jasa konstruksi belum memiliki izin usaha dan sertifikat, tetap dikenakan
PPh Final Pasal 4 ayat (2) Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam PP
Nomor 51 Tahun 2008 jo. PP Nomor 40 Tahun 2009. Alasannya karena Pasal 4 ayat
(2) UU PPh merupakan ketentuan yang lex specialis. Namun jika berpegang pada
pendapat ini, maka akan ada kesulitan bagi pengusaha jasa konstruksi yang
bersangkutan terutama bila dikaitkan dengan masih adanya pemotongan PPh Pasal
23 (tidak final) atas ‘jasa-jasa konstruksi’ seperti berikut:
Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau
TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang
konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi
(Pasal 23 UU PPh jo. Pasal 1 ayat (2) huruf r Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Nomor 244/PMK.03/2008);
Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, listrik, telepon, air, gas, AC, TV
kabel, alat transportasi/kendaraan dan/atau bangunan, selain yang dilakukan oleh
Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin
dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi (Pasal 23 UU PPh jo. Pasal 1
ayat (2) huruf s PMK Nomor 244/PMK.03/2008).
Jika ditelisik lebih jauh, maka akan dijumpai bahwa kedua jenis jasa tersebut di atas
dalam praktiknya merupakan satu kesatuan pekerjaan dalam sebuah proyek
pembangunan konstruksi. Lalu, apakah itu berarti pengusaha konstruksi yang tidak
mempunyai izin usaha dan/atau sertifikat jasa konstruksi ‘dipaksa’ harus memilah
mana pekerjaan yang dikenakan PPh Final dan mana yang dikenakan PPh Tidak
Final (PPh Pasal 23 atau PPh Pasal 21)? Di samping itu, ketentuan ini juga akan
mempersulit terutama dalam menentukan mana biaya-biaya usaha yang non-
Riki Ardoni
deductible expense (yang terkait dengan PPh Final) dan mana yang deductible
(yang tidak terkait PPh Final).
C. DINAMIKA PERMASALAHAN PPh ATAS JASA KONTRUKSI
Pasal 23 UU PPh yang di antaranya mengatur pemotongan PPh sebesar 2% aatas jasa
konstruksi dan tidak bersifat final tidak diatur lagi dengan pengaturan yang lebih
teknis.pengaturan teknis PPh Pasal 23 yang ada terkait dengan cakupan imbalan jasa
lain. hal tersebut diatur dalam Peraturan Menkeu (Peraturan Menkeu No. 141/PMK.
03/2015) yang menyarakan bahwa jasa lainnya mencakup di antaranya beberapa jasa
yang menjadi subklafikasi dari jasa konstruksi.
di dalam Pasal 21 UU PPh 2008, imbalan jasa tenaga ahli juga menjadi objek
pemotongan pajak ketentuan ini dijabarkan lagi dengan Peraturan Menkeu (Peraturan
Menkeu No. 252/PMK.03/2008) yang mengatur petunjuk pelaksanaannya dan
Peraturan Dirjen Pajak (Peraturan Dirjen Pajak No. Per- 16/PJ/2016)yang mengatur
pedoman teknis pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 dan PPh Pasal
26. Peraturan Dirjen Pajak tersebut di antarannya mengatur bahwa tenaga ahli
mencakup di antarannya adalah arsitek. dengan demikian, imbalan kepada Arsitek
orang pribadi sebagai tenaga ahli merupakan objek pemotongan PPh Pasal 21
jadi, berdasarkan rujukan beberapa Peraturan di atas, jasa konstruksi pada saat yang
bersamaan dapat dikenakan :
• PPh final berdasarkan Pasal 4 ayat (2) dan pelaksanaan terkait (Peraturan
Pemerintah No. 51/2008; Peraturan Pemerintah No. 40/2009);
• PPh Pasal 23 dengan tarif 2% atas jasa konstruksi sesuai Pasal 23 UU PPh dan
ketentuan ini tidak memerlukan Peraturan pelaksanaan;
• PPh Pasal 23 dengan tarif 2% atas jasa lainnya sesuai Pasal 23 UU PPh dan
Peraturan pelaksanaan terkait (Peraturan Menkeu No. 141/PMK.03/2015);
• PPh Pasal 21 atas imbalan jasa orang pribadi selaku tenaga ahli arsitek sesuai
Peraturan pelaksanaan terkait (Peraturan Menkeu No. 252/PMK.032008)
Riki Ardoni
Gambar 1. Perlakuan PPh atas Jasa Kontruksi
PPh Final
Pasal 4 ayat (2) UUPPh Pasal 21 UUPPh
Imbalankepadaarsitek
sebagai jasatenagaahli
Imbalanjasa
konstruksi
PPhNo. 51/2008 jo. PP No.
40/2009
PerMenKeuNo.
187/PMK.03/2008 s.t.d.d.
153/PMK.03/2009
PerMenKeuNo.
252/PMK.03/2008
PerMenKeuNo.
141/PMK.03/2015
PerDirjenPajakNo. Per-
32/PJ/2015
Imbalankepadakontraktor
pelaksana, pengawas, atau
perencanabaikorang pribadi
maupunbadan, denganatau
tanpakualifikasi
"dalam hal penghasilantidakdikenai pajakpenghasilanyang bersifat final denganperaturanpemerintahtersendiri, atas penghasilantersebut dikenai pajak
penghasilanberdasarkantarif sebagaimanadimaksud dalam pasal 17 UUPPh"
Pasal 19 PP No. 94/2010
Jasa Konstruksi
Jasalainnya: 1) jasa
instalasi/pemeliharaan/perawatan
tanpaSIUJK; 2) jasaarsitektur;
3) jasaperencanaankotadan
arsitektur landscape; 4) jasa
perancang (disign)
Pasal 23 UUPPh
PPh Non Final
Riki Ardoni
Berdasarkan uraian di atas dan merujuk pada Gambar 1, pengenaan pajak atas imbalan
jasa konstruksi bersifat final sesuai PP No. 51/2008 jo. PP No. 40/2009 dan ketentuan
jasa kontruksi pada Pasal 23 UU PPh dan peraturan MenKeu No. 141/PMK.03/2015
sepertinya menjadi ompong karena tidak memiliki kekuatan Hukum mengikat lagi.
Demikian pula, objek PPh Pasal 21 atas jasa tenaga ahli Arsitek menjadi tidak efektif lagi
dikarenakan jasa Arsitek merupakan bagian dari jasa kontruksi dan sudah menjadi
objek PPh Pasal 4 (2).

More Related Content

What's hot

CONTOH SOAL TEORI AKUNTANSI BESERTA JAWABAN
CONTOH SOAL TEORI AKUNTANSI BESERTA JAWABANCONTOH SOAL TEORI AKUNTANSI BESERTA JAWABAN
CONTOH SOAL TEORI AKUNTANSI BESERTA JAWABANdyna septiani
 
Ptkp anak lahir awal tahun
Ptkp anak lahir awal tahunPtkp anak lahir awal tahun
Ptkp anak lahir awal tahunTendy Wato
 
AKL Bab III Likuidasi Persekutuan
AKL Bab III  Likuidasi PersekutuanAKL Bab III  Likuidasi Persekutuan
AKL Bab III Likuidasi PersekutuanBie
 
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...Adi Jauhari
 
Kuliah teori akuntansi 3 -5 tujuan laporan keuangan
Kuliah teori akuntansi 3 -5 tujuan laporan keuanganKuliah teori akuntansi 3 -5 tujuan laporan keuangan
Kuliah teori akuntansi 3 -5 tujuan laporan keuanganRose Meea
 
Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahan
Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahanKebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahan
Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahanGendro Budi Purnomo
 
PPN dan PPnBM
PPN dan PPnBMPPN dan PPnBM
PPN dan PPnBMIcha Icha
 
Bab xiii pengungkapan lap keuangan
Bab xiii   pengungkapan lap keuanganBab xiii   pengungkapan lap keuangan
Bab xiii pengungkapan lap keuanganAbi Bie
 
Instrumen keuangan,kas,dan piutang
Instrumen keuangan,kas,dan piutangInstrumen keuangan,kas,dan piutang
Instrumen keuangan,kas,dan piutangRahmatia Azzindani
 
Materi AKM 2 Liabilitas Lancar, Provisi, Dan Kontijensi
Materi AKM 2 Liabilitas Lancar, Provisi, Dan KontijensiMateri AKM 2 Liabilitas Lancar, Provisi, Dan Kontijensi
Materi AKM 2 Liabilitas Lancar, Provisi, Dan KontijensiRyan Gamof
 
Akuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajiban
Akuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajibanAkuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajiban
Akuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajibanSujatmiko Wibowo
 
Seri KUP :: Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan
Seri KUP :: Tindak Pidana Di Bidang PerpajakanSeri KUP :: Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan
Seri KUP :: Tindak Pidana Di Bidang PerpajakanRoko Subagya
 
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjonoHerna Ferari
 
Psak 48-penurunan-nilai-aset-ias-36-impairment20062012
Psak 48-penurunan-nilai-aset-ias-36-impairment20062012Psak 48-penurunan-nilai-aset-ias-36-impairment20062012
Psak 48-penurunan-nilai-aset-ias-36-impairment20062012Sri Apriyanti Husain
 
Akuntansi pajak-saham-investasi
Akuntansi pajak-saham-investasiAkuntansi pajak-saham-investasi
Akuntansi pajak-saham-investasirap27
 

What's hot (20)

CONTOH SOAL TEORI AKUNTANSI BESERTA JAWABAN
CONTOH SOAL TEORI AKUNTANSI BESERTA JAWABANCONTOH SOAL TEORI AKUNTANSI BESERTA JAWABAN
CONTOH SOAL TEORI AKUNTANSI BESERTA JAWABAN
 
Subsequent events
Subsequent eventsSubsequent events
Subsequent events
 
Ptkp anak lahir awal tahun
Ptkp anak lahir awal tahunPtkp anak lahir awal tahun
Ptkp anak lahir awal tahun
 
AKL Bab III Likuidasi Persekutuan
AKL Bab III  Likuidasi PersekutuanAKL Bab III  Likuidasi Persekutuan
AKL Bab III Likuidasi Persekutuan
 
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
 
PPh 23
PPh 23PPh 23
PPh 23
 
Kuliah teori akuntansi 3 -5 tujuan laporan keuangan
Kuliah teori akuntansi 3 -5 tujuan laporan keuanganKuliah teori akuntansi 3 -5 tujuan laporan keuangan
Kuliah teori akuntansi 3 -5 tujuan laporan keuangan
 
Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahan
Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahanKebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahan
Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahan
 
PPN dan PPnBM
PPN dan PPnBMPPN dan PPnBM
PPN dan PPnBM
 
Bab xiii pengungkapan lap keuangan
Bab xiii   pengungkapan lap keuanganBab xiii   pengungkapan lap keuangan
Bab xiii pengungkapan lap keuangan
 
Instrumen keuangan,kas,dan piutang
Instrumen keuangan,kas,dan piutangInstrumen keuangan,kas,dan piutang
Instrumen keuangan,kas,dan piutang
 
Materi AKM 2 Liabilitas Lancar, Provisi, Dan Kontijensi
Materi AKM 2 Liabilitas Lancar, Provisi, Dan KontijensiMateri AKM 2 Liabilitas Lancar, Provisi, Dan Kontijensi
Materi AKM 2 Liabilitas Lancar, Provisi, Dan Kontijensi
 
Siklus pengeluaran
Siklus pengeluaranSiklus pengeluaran
Siklus pengeluaran
 
Rerangka konseptual sak (kdpplk)
Rerangka konseptual sak (kdpplk)Rerangka konseptual sak (kdpplk)
Rerangka konseptual sak (kdpplk)
 
Akuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajiban
Akuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajibanAkuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajiban
Akuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajiban
 
Seri KUP :: Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan
Seri KUP :: Tindak Pidana Di Bidang PerpajakanSeri KUP :: Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan
Seri KUP :: Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan
 
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjono
 
Pph 21
Pph 21Pph 21
Pph 21
 
Psak 48-penurunan-nilai-aset-ias-36-impairment20062012
Psak 48-penurunan-nilai-aset-ias-36-impairment20062012Psak 48-penurunan-nilai-aset-ias-36-impairment20062012
Psak 48-penurunan-nilai-aset-ias-36-impairment20062012
 
Akuntansi pajak-saham-investasi
Akuntansi pajak-saham-investasiAkuntansi pajak-saham-investasi
Akuntansi pajak-saham-investasi
 

Similar to PPh Jasa Konstruksi

Diskriminasi pemajakan atas bujka
Diskriminasi pemajakan atas bujkaDiskriminasi pemajakan atas bujka
Diskriminasi pemajakan atas bujkaCitasco
 
Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghas...
Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghas...Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghas...
Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghas...Penataan Ruang
 
Permen PU 04 2011
Permen PU 04 2011Permen PU 04 2011
Permen PU 04 2011Abdul Aziz
 
Slide p ph jasa konstruksi
Slide p ph jasa konstruksiSlide p ph jasa konstruksi
Slide p ph jasa konstruksirudihartono1973
 
Penjelasa pp nomor 4 tahun 2010
Penjelasa pp nomor 4 tahun 2010Penjelasa pp nomor 4 tahun 2010
Penjelasa pp nomor 4 tahun 2010Mohammad Singgih
 
Permen PU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembagian Subklasifikasi Dan Subkualifik...
Permen PU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembagian Subklasifikasi Dan Subkualifik...Permen PU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembagian Subklasifikasi Dan Subkualifik...
Permen PU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembagian Subklasifikasi Dan Subkualifik...Penataan Ruang
 
Uu 18 1999 - jasa konstruksi
Uu 18 1999 - jasa konstruksiUu 18 1999 - jasa konstruksi
Uu 18 1999 - jasa konstruksifranst
 
Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemeri...
Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemeri...Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemeri...
Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemeri...Penataan Ruang
 
Uu No 2 Tahun 2017 (Penjelasan)
Uu No 2 Tahun 2017 (Penjelasan)Uu No 2 Tahun 2017 (Penjelasan)
Uu No 2 Tahun 2017 (Penjelasan)Martios Alius
 
PP28-2000 PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI.pdf
PP28-2000 PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI.pdfPP28-2000 PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI.pdf
PP28-2000 PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI.pdfaspeknasoki
 
Peraturan bupati-no.-33-ttg-pemberian-izin-usaha-jasa-konstruksi
Peraturan bupati-no.-33-ttg-pemberian-izin-usaha-jasa-konstruksiPeraturan bupati-no.-33-ttg-pemberian-izin-usaha-jasa-konstruksi
Peraturan bupati-no.-33-ttg-pemberian-izin-usaha-jasa-konstruksippbkab
 
Regulatory Updates - Indonesia Construction Services
Regulatory Updates - Indonesia Construction ServicesRegulatory Updates - Indonesia Construction Services
Regulatory Updates - Indonesia Construction ServicesAHRP Law Firm
 
Kepmen kimpraswil no 339 2003
Kepmen kimpraswil no 339 2003Kepmen kimpraswil no 339 2003
Kepmen kimpraswil no 339 2003Muhammad Amry
 
(Rev)Paparan Dir_17 Okt- Revisi Ke-2 Perpres 16_2018.pptx
(Rev)Paparan Dir_17 Okt- Revisi Ke-2 Perpres 16_2018.pptx(Rev)Paparan Dir_17 Okt- Revisi Ke-2 Perpres 16_2018.pptx
(Rev)Paparan Dir_17 Okt- Revisi Ke-2 Perpres 16_2018.pptxMazHary2
 
4. Modul Undang-undang Jasa Konstruksi.pdf
4. Modul  Undang-undang Jasa Konstruksi.pdf4. Modul  Undang-undang Jasa Konstruksi.pdf
4. Modul Undang-undang Jasa Konstruksi.pdfRikyCaniago2
 

Similar to PPh Jasa Konstruksi (20)

Diskriminasi pemajakan atas bujka
Diskriminasi pemajakan atas bujkaDiskriminasi pemajakan atas bujka
Diskriminasi pemajakan atas bujka
 
Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghas...
Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghas...Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghas...
Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghas...
 
Askum
AskumAskum
Askum
 
Pajak jasa konstruksi
Pajak jasa konstruksiPajak jasa konstruksi
Pajak jasa konstruksi
 
Permen PU 04 2011
Permen PU 04 2011Permen PU 04 2011
Permen PU 04 2011
 
Slide p ph jasa konstruksi
Slide p ph jasa konstruksiSlide p ph jasa konstruksi
Slide p ph jasa konstruksi
 
Penjelasa pp nomor 4 tahun 2010
Penjelasa pp nomor 4 tahun 2010Penjelasa pp nomor 4 tahun 2010
Penjelasa pp nomor 4 tahun 2010
 
Permen PU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembagian Subklasifikasi Dan Subkualifik...
Permen PU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembagian Subklasifikasi Dan Subkualifik...Permen PU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembagian Subklasifikasi Dan Subkualifik...
Permen PU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembagian Subklasifikasi Dan Subkualifik...
 
Permenpu 8 prt_m_2011
Permenpu 8 prt_m_2011Permenpu 8 prt_m_2011
Permenpu 8 prt_m_2011
 
PP Nomor 4 Tahun 2010
PP Nomor 4 Tahun 2010PP Nomor 4 Tahun 2010
PP Nomor 4 Tahun 2010
 
Uu 18 1999 - jasa konstruksi
Uu 18 1999 - jasa konstruksiUu 18 1999 - jasa konstruksi
Uu 18 1999 - jasa konstruksi
 
Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemeri...
Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemeri...Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemeri...
Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemeri...
 
Uu No 2 Tahun 2017 (Penjelasan)
Uu No 2 Tahun 2017 (Penjelasan)Uu No 2 Tahun 2017 (Penjelasan)
Uu No 2 Tahun 2017 (Penjelasan)
 
PP28-2000 PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI.pdf
PP28-2000 PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI.pdfPP28-2000 PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI.pdf
PP28-2000 PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI.pdf
 
Peraturan bupati-no.-33-ttg-pemberian-izin-usaha-jasa-konstruksi
Peraturan bupati-no.-33-ttg-pemberian-izin-usaha-jasa-konstruksiPeraturan bupati-no.-33-ttg-pemberian-izin-usaha-jasa-konstruksi
Peraturan bupati-no.-33-ttg-pemberian-izin-usaha-jasa-konstruksi
 
Regulatory Updates - Indonesia Construction Services
Regulatory Updates - Indonesia Construction ServicesRegulatory Updates - Indonesia Construction Services
Regulatory Updates - Indonesia Construction Services
 
Kepmen kimpraswil no 339 2003
Kepmen kimpraswil no 339 2003Kepmen kimpraswil no 339 2003
Kepmen kimpraswil no 339 2003
 
TUGAS ke VI MKII
TUGAS ke VI MKIITUGAS ke VI MKII
TUGAS ke VI MKII
 
(Rev)Paparan Dir_17 Okt- Revisi Ke-2 Perpres 16_2018.pptx
(Rev)Paparan Dir_17 Okt- Revisi Ke-2 Perpres 16_2018.pptx(Rev)Paparan Dir_17 Okt- Revisi Ke-2 Perpres 16_2018.pptx
(Rev)Paparan Dir_17 Okt- Revisi Ke-2 Perpres 16_2018.pptx
 
4. Modul Undang-undang Jasa Konstruksi.pdf
4. Modul  Undang-undang Jasa Konstruksi.pdf4. Modul  Undang-undang Jasa Konstruksi.pdf
4. Modul Undang-undang Jasa Konstruksi.pdf
 

More from Riki Ardoni

Future Value dari Investasi
Future Value dari InvestasiFuture Value dari Investasi
Future Value dari InvestasiRiki Ardoni
 
Growth Rate (Tingkat Pertumbuhan)
Growth Rate (Tingkat Pertumbuhan)Growth Rate (Tingkat Pertumbuhan)
Growth Rate (Tingkat Pertumbuhan)Riki Ardoni
 
PERUBAHAN TARIF PAJAK PENGHASILAN (PPH) BADAN DI INDONESIA DARI WAKTU KE WAKTU
PERUBAHAN TARIF PAJAK PENGHASILAN (PPH) BADAN DI INDONESIA DARI WAKTU KE WAKTUPERUBAHAN TARIF PAJAK PENGHASILAN (PPH) BADAN DI INDONESIA DARI WAKTU KE WAKTU
PERUBAHAN TARIF PAJAK PENGHASILAN (PPH) BADAN DI INDONESIA DARI WAKTU KE WAKTURiki Ardoni
 
10 VLOOKUP Alternative Formulas in Excel
10 VLOOKUP Alternative Formulas in Excel10 VLOOKUP Alternative Formulas in Excel
10 VLOOKUP Alternative Formulas in ExcelRiki Ardoni
 
FUNGSI INDEX & MATCH pada EXCEL.docx
FUNGSI INDEX & MATCH pada EXCEL.docxFUNGSI INDEX & MATCH pada EXCEL.docx
FUNGSI INDEX & MATCH pada EXCEL.docxRiki Ardoni
 
Rumus FIND & SEARCH pada EXCEL
Rumus FIND & SEARCH pada EXCELRumus FIND & SEARCH pada EXCEL
Rumus FIND & SEARCH pada EXCELRiki Ardoni
 
PENJELASAN ATAS KETENTUAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR...
PENJELASAN ATAS KETENTUAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR...PENJELASAN ATAS KETENTUAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR...
PENJELASAN ATAS KETENTUAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR...Riki Ardoni
 
BATAS WAKTU PEMBAYARAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK
BATAS WAKTU PEMBAYARAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAKBATAS WAKTU PEMBAYARAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK
BATAS WAKTU PEMBAYARAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAKRiki Ardoni
 
Rumus DATE Excel
Rumus DATE ExcelRumus DATE Excel
Rumus DATE ExcelRiki Ardoni
 
Fungsi Tanda $ (Absolute) pada Excel
Fungsi Tanda $ (Absolute) pada ExcelFungsi Tanda $ (Absolute) pada Excel
Fungsi Tanda $ (Absolute) pada ExcelRiki Ardoni
 
BUKU BESAR PEMBANTU (subsidiary ledger) & JURNAL KHUSUS (special journal) - R...
BUKU BESAR PEMBANTU (subsidiary ledger) & JURNAL KHUSUS (special journal) - R...BUKU BESAR PEMBANTU (subsidiary ledger) & JURNAL KHUSUS (special journal) - R...
BUKU BESAR PEMBANTU (subsidiary ledger) & JURNAL KHUSUS (special journal) - R...Riki Ardoni
 
AYAT JURNAL BALIK - Riki Ardoni
AYAT JURNAL BALIK - Riki ArdoniAYAT JURNAL BALIK - Riki Ardoni
AYAT JURNAL BALIK - Riki ArdoniRiki Ardoni
 
CARA MEMBACA ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ( How to Analysis Financial Statment) ...
CARA MEMBACA ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ( How to Analysis Financial Statment) ...CARA MEMBACA ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ( How to Analysis Financial Statment) ...
CARA MEMBACA ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ( How to Analysis Financial Statment) ...Riki Ardoni
 
PERSAMAAN AKUNTANSI
PERSAMAAN AKUNTANSIPERSAMAAN AKUNTANSI
PERSAMAAN AKUNTANSIRiki Ardoni
 
PETUNJUK UMUM DAN CONTOH PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 DAN/ATAU PPh PA...
PETUNJUK UMUM DAN CONTOH PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 DAN/ATAU PPh PA...PETUNJUK UMUM DAN CONTOH PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 DAN/ATAU PPh PA...
PETUNJUK UMUM DAN CONTOH PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 DAN/ATAU PPh PA...Riki Ardoni
 
PPh PASAL 21 BUKAN PEGAWAI
PPh PASAL 21 BUKAN PEGAWAI PPh PASAL 21 BUKAN PEGAWAI
PPh PASAL 21 BUKAN PEGAWAI Riki Ardoni
 
Overview RUU Perubahan Kelima UU KUP 2021 - Riki Ardoni
Overview RUU Perubahan Kelima UU KUP 2021 - Riki ArdoniOverview RUU Perubahan Kelima UU KUP 2021 - Riki Ardoni
Overview RUU Perubahan Kelima UU KUP 2021 - Riki ArdoniRiki Ardoni
 
METODE PENYUSUTAN DALAM KETENTUAN PERPAJAKAN
METODE PENYUSUTAN DALAM KETENTUAN PERPAJAKANMETODE PENYUSUTAN DALAM KETENTUAN PERPAJAKAN
METODE PENYUSUTAN DALAM KETENTUAN PERPAJAKANRiki Ardoni
 
Metode Penyusutan Aset Tetap (Tangible fixed assets)
Metode Penyusutan Aset Tetap (Tangible fixed assets)Metode Penyusutan Aset Tetap (Tangible fixed assets)
Metode Penyusutan Aset Tetap (Tangible fixed assets)Riki Ardoni
 
Akuntansi Penjualan Aset Tetap - By Riki Ardoni
Akuntansi Penjualan Aset Tetap - By Riki ArdoniAkuntansi Penjualan Aset Tetap - By Riki Ardoni
Akuntansi Penjualan Aset Tetap - By Riki ArdoniRiki Ardoni
 

More from Riki Ardoni (20)

Future Value dari Investasi
Future Value dari InvestasiFuture Value dari Investasi
Future Value dari Investasi
 
Growth Rate (Tingkat Pertumbuhan)
Growth Rate (Tingkat Pertumbuhan)Growth Rate (Tingkat Pertumbuhan)
Growth Rate (Tingkat Pertumbuhan)
 
PERUBAHAN TARIF PAJAK PENGHASILAN (PPH) BADAN DI INDONESIA DARI WAKTU KE WAKTU
PERUBAHAN TARIF PAJAK PENGHASILAN (PPH) BADAN DI INDONESIA DARI WAKTU KE WAKTUPERUBAHAN TARIF PAJAK PENGHASILAN (PPH) BADAN DI INDONESIA DARI WAKTU KE WAKTU
PERUBAHAN TARIF PAJAK PENGHASILAN (PPH) BADAN DI INDONESIA DARI WAKTU KE WAKTU
 
10 VLOOKUP Alternative Formulas in Excel
10 VLOOKUP Alternative Formulas in Excel10 VLOOKUP Alternative Formulas in Excel
10 VLOOKUP Alternative Formulas in Excel
 
FUNGSI INDEX & MATCH pada EXCEL.docx
FUNGSI INDEX & MATCH pada EXCEL.docxFUNGSI INDEX & MATCH pada EXCEL.docx
FUNGSI INDEX & MATCH pada EXCEL.docx
 
Rumus FIND & SEARCH pada EXCEL
Rumus FIND & SEARCH pada EXCELRumus FIND & SEARCH pada EXCEL
Rumus FIND & SEARCH pada EXCEL
 
PENJELASAN ATAS KETENTUAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR...
PENJELASAN ATAS KETENTUAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR...PENJELASAN ATAS KETENTUAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR...
PENJELASAN ATAS KETENTUAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR...
 
BATAS WAKTU PEMBAYARAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK
BATAS WAKTU PEMBAYARAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAKBATAS WAKTU PEMBAYARAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK
BATAS WAKTU PEMBAYARAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK
 
Rumus DATE Excel
Rumus DATE ExcelRumus DATE Excel
Rumus DATE Excel
 
Fungsi Tanda $ (Absolute) pada Excel
Fungsi Tanda $ (Absolute) pada ExcelFungsi Tanda $ (Absolute) pada Excel
Fungsi Tanda $ (Absolute) pada Excel
 
BUKU BESAR PEMBANTU (subsidiary ledger) & JURNAL KHUSUS (special journal) - R...
BUKU BESAR PEMBANTU (subsidiary ledger) & JURNAL KHUSUS (special journal) - R...BUKU BESAR PEMBANTU (subsidiary ledger) & JURNAL KHUSUS (special journal) - R...
BUKU BESAR PEMBANTU (subsidiary ledger) & JURNAL KHUSUS (special journal) - R...
 
AYAT JURNAL BALIK - Riki Ardoni
AYAT JURNAL BALIK - Riki ArdoniAYAT JURNAL BALIK - Riki Ardoni
AYAT JURNAL BALIK - Riki Ardoni
 
CARA MEMBACA ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ( How to Analysis Financial Statment) ...
CARA MEMBACA ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ( How to Analysis Financial Statment) ...CARA MEMBACA ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ( How to Analysis Financial Statment) ...
CARA MEMBACA ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ( How to Analysis Financial Statment) ...
 
PERSAMAAN AKUNTANSI
PERSAMAAN AKUNTANSIPERSAMAAN AKUNTANSI
PERSAMAAN AKUNTANSI
 
PETUNJUK UMUM DAN CONTOH PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 DAN/ATAU PPh PA...
PETUNJUK UMUM DAN CONTOH PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 DAN/ATAU PPh PA...PETUNJUK UMUM DAN CONTOH PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 DAN/ATAU PPh PA...
PETUNJUK UMUM DAN CONTOH PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 DAN/ATAU PPh PA...
 
PPh PASAL 21 BUKAN PEGAWAI
PPh PASAL 21 BUKAN PEGAWAI PPh PASAL 21 BUKAN PEGAWAI
PPh PASAL 21 BUKAN PEGAWAI
 
Overview RUU Perubahan Kelima UU KUP 2021 - Riki Ardoni
Overview RUU Perubahan Kelima UU KUP 2021 - Riki ArdoniOverview RUU Perubahan Kelima UU KUP 2021 - Riki Ardoni
Overview RUU Perubahan Kelima UU KUP 2021 - Riki Ardoni
 
METODE PENYUSUTAN DALAM KETENTUAN PERPAJAKAN
METODE PENYUSUTAN DALAM KETENTUAN PERPAJAKANMETODE PENYUSUTAN DALAM KETENTUAN PERPAJAKAN
METODE PENYUSUTAN DALAM KETENTUAN PERPAJAKAN
 
Metode Penyusutan Aset Tetap (Tangible fixed assets)
Metode Penyusutan Aset Tetap (Tangible fixed assets)Metode Penyusutan Aset Tetap (Tangible fixed assets)
Metode Penyusutan Aset Tetap (Tangible fixed assets)
 
Akuntansi Penjualan Aset Tetap - By Riki Ardoni
Akuntansi Penjualan Aset Tetap - By Riki ArdoniAkuntansi Penjualan Aset Tetap - By Riki Ardoni
Akuntansi Penjualan Aset Tetap - By Riki Ardoni
 

Recently uploaded

Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISHakamNiazi
 
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxMOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxHakamNiazi
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxFrida Adnantara
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaWahyuKamilatulFauzia
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxumusilmi2019
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalAthoillahEconomi
 
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptxObyMoris1
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxMunawwarahDjalil
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganlangkahgontay88
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptxDasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptxadel876203
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppttami83
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptSalsabillaPutriAyu
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptx
matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptxmatematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptx
matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptxArvaAthallahSusanto
 

Recently uploaded (20)

Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
 
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxMOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptxDasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptx
matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptxmatematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptx
matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptx
 

PPh Jasa Konstruksi

  • 2. Riki Ardoni Pengenaan Pajak Penghasilan atas Jasa Konstruksi mengalami dispute dan dinamika tersendiri. Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh), jasa konstruksi disebutkan dalam dua pasal yang berbeda. Selain di kenakan PPh final pasal 4 Ayat (2) huruf d dan jasa konstruksi juga dapat dikenakan pemotongan PPh tidak final, PPh pasal 23. PERBEDAAN SUBJEK PAJAK Pasal 4 ayat (2) huruf d : “Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan” Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 2 : “Sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto atas : 1. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2); dan 2. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain” Jika kita cermati bunyi Pasal 4 ayat (2) huruf d maupun Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 2 UU PPh, maka akan dapat kita lihat bahwa penggunaan istilah untuk ‘jasa konstruksi’ di kedua pasal tersebut berbeda. Dalam Pasal 4 ayat (2) huruf d UU PPh frase kata yang digunakan adalah “usaha jasa konstruksi”. Sementara dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 2 UU PPh, frase yang digunakan hanya “jasa konstruksi” tanpa didahului kata ‘usaha’ seperti di Pasal 4 ayat (2).
  • 3. Riki Ardoni Perbedaan kedua frase kata dalam kedua pasal tersebut mengindikasikan bahwa subjek pajak yang dimaksud kedua pasal itu juga berbeda. Perbedaan tersebut ada pada ada atau tidak nya Sertifikasi Badan Usaha pada Wajib pajak meskipun jasa yang dimaksudkan nyaris sama, yaitu jasa konstruksi. A. JASA KONSTRUKSI PPH FINAL Pasal 4 Ayat (2) Merujuk pada frase kata “usaha jasa konstruksi” yang digunakan dalam Pasal 4 ayat (2) UU PPh, Subjek pajak yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) UU PPh adalah subjek/ wajib pajak yang bidang usahanya secara formal adalah jasa konstruksi. Artinya, telah memiliki Sertifikasi dan Kualifikasi sebagai profesional dalam bidang konstruksi sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Nomor 11 Tahun 2006. Kesimpulan ini sejalan dengan memperhatikan historis sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2008; PP Nomor 40 Tahun 2009, Pengenaan PPh Final atas jasa konstruksi yang sebelumnya diatur oleh Peraturan Pemerintah (PP) No. 140 Tahun 2000. Dalam PP Nomor 140 Tahun 2000 kala itu menyebut secara implisit bahwa subjek pajak yang tercakup dalam PP tersebut hanyalah pengusaha konstruksi yang sudah memperoleh sertifikasi dan kualifikasi dalam bidang konstruksi. Bahkan umumnya sudah mengantongi izin usaha di bidang konstruksi (Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi/SIUJK). Lebih lanjut dalam PP Nomor 51 Tahun 2008 Pasal 1 angka 4, 5 dan angka 6 disebutkan sebagai berikut: “4. Perencanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan fisik lain. 5. Pelaksanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan
  • 4. Riki Ardoni menjadi bentuk bangunan tau bentuk fisik lain, termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi terintegrasi yaitu penggabungan fungsi layanan dalam model penggabungan perencanaan, pengadaan, dan pembangunan (engineering, procurement and construction) serta model penggabungan perencanaan dan pembangunan (design and build). 6. Pengawasan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi, yang mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai selesai dan diserahterimakan.” Frase kata “…yang dinyatakan ahli yang profesional…” dalam ketiga definisi tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya PP Nomor 51 Tahun 2008 memang khusus diperuntukkan bagi mereka yang sudah mendapat Sertifikasi dan Kualifikasi sebagai profesional dalam bidang konstruksi. Dalam ketentuan umum jasa konstruksi, seperti dinyatakan dalam Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nomor 11a Tahun 2008, salah satu wujud dari pengakuan keahlian dan profesionalitas jasa konstruksi tersebut adalah dengan adanya Sertifikat Badan Usaha (SBU) yang diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK). SBU adalah sertifikat tanda bukti pengakuan formal atas tingkat/kedalaman kompetensi dan kemampuan usaha dengan ketetapan klasifikasi dan kualifikasi usaha. Jadi dari dokumen ini akan tercantum klasifikasi atau jenis pekerjaan yang dapat dilaksanakan oleh pengusaha jasa konstruksi (perencanaan, pelaksanaan, dan/atau pengawasan) serta kualifikasinya sekaligus (kecil, menengah, atau besar). SBU hanya berlaku selama 3 tahun sejak tanggal diterbitkan dengan ketentuan wajib melakukan registrasi ulang pada tahun ke-2 dan tahun ke-3. Jika tidak melakukan registrasi ulang, maka SBU yang bersangkutan dianggap tidak berlaku untuk tahun yang bersangkutan dan tahun berikutnya. Meski SBU-nya dinyatakan tidak berlaku, tetapi pengusaha jasa konstruksi tersebut tetap akan tercantum dan teregister di dalam database LPJK, namun dapat dikatakan tidak mempunyai kualifikasi. Nah mereka inilah yang dalam PP Nomor 51 Tahun 2008 jo. PP Nomor
  • 5. Riki Ardoni 40 Tahun 2009 dapat dikenakan tarif PPh Final lebih besar, yaitu 4% untuk jasa pelaksanaan konstruksi dan 6% untuk jasa perencanaan maupun pengawasan konstruksi. Sedangkan yang SBU-nya masih berlaku dikenakan tarif 2% untuk pelaksana konstruksi yang memiliki kualifikasi usaha kecil, 3% untuk pelaksana konstruksi yang memiliki kualifikasi usaha menengah dan besar serta tarif 4% untuk jasa perencanaan dan pengawasan. Tarif jasa kontruksi Pasal 4 ayat (2) No. Klsasifikasi Kualifikasi Jasa Konstruksi Pelaksana Perencanaan/ Pengawas 1 Kualifikasi Usaha Kecil 2% 4% 2 Kualifikasi Usaha Menengah dan Besar 3% 4% 3 Tidak memiliki Kualifikasi Usaha 4% 6% *jumlah pembayaran tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai. Khusus untuk jasa pelaksanaan konstruksi, kualifikasi usaha itu bahkan dibagi ke dalam tiga kelompok yakni: kecil, menengah dan besar. Menurut Peraturan LPJK Nomor 11 Tahun 2006 pengelompokkan tersebut didasarkan pada apa yang disebut grade yaitu tingkat kemampuan atau kompetensi dari si kontraktor, seperti tampak pada tabel berikut : Kualifikasi Kelompok Grade Kompetensi Peruntukan Kecil K3 1 Rp0 - Rp100 Juta Pengusaha perorangan dan Badan usaha Kecil K2 2 Rp100 Juta – Rp300 Juta Pengusaha perorangan dan Badan usaha Kecil K1 3 Rp300 Juta – Rp600 Juta Pengusaha perorangan dan Badan usaha Kecil 4 Rp600 Juta – Rp1 Miliar Pengusaha perorangan dan Badan usaha Menengah M 5 Rp1 Miliar – Rp10 Miliar Badan usaha Besar B2 6 Rp1 Miliar – Rp25 Miliar Badan usaha Besar B1 7 Rp1 Miliar – tidak dibatasi Badan usaha (termasuk asing)
  • 6. Riki Ardoni B. JASA KONSTRUKSI PPh 23 (TIDAK FINAL) Dalam hal wajib pajak yang belum teregister dalam LPJK dan otomatis tidak memiliki Sertifikasi Badan Usaha, maka pengenaan PPh atas jasa konstruksi menggunakan PPh Pasal 23 untuk wajib pajak Badan dan PPh Pasal 21 untuk wajib pajak orang pribadi. Sampai saat ini, masih ada beberapa pihak yang berpendapat bahwa meskipun pengusaha jasa konstruksi belum memiliki izin usaha dan sertifikat, tetap dikenakan PPh Final Pasal 4 ayat (2) Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam PP Nomor 51 Tahun 2008 jo. PP Nomor 40 Tahun 2009. Alasannya karena Pasal 4 ayat (2) UU PPh merupakan ketentuan yang lex specialis. Namun jika berpegang pada pendapat ini, maka akan ada kesulitan bagi pengusaha jasa konstruksi yang bersangkutan terutama bila dikaitkan dengan masih adanya pemotongan PPh Pasal 23 (tidak final) atas ‘jasa-jasa konstruksi’ seperti berikut: Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi (Pasal 23 UU PPh jo. Pasal 1 ayat (2) huruf r Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 244/PMK.03/2008); Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel, alat transportasi/kendaraan dan/atau bangunan, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi (Pasal 23 UU PPh jo. Pasal 1 ayat (2) huruf s PMK Nomor 244/PMK.03/2008). Jika ditelisik lebih jauh, maka akan dijumpai bahwa kedua jenis jasa tersebut di atas dalam praktiknya merupakan satu kesatuan pekerjaan dalam sebuah proyek pembangunan konstruksi. Lalu, apakah itu berarti pengusaha konstruksi yang tidak mempunyai izin usaha dan/atau sertifikat jasa konstruksi ‘dipaksa’ harus memilah mana pekerjaan yang dikenakan PPh Final dan mana yang dikenakan PPh Tidak Final (PPh Pasal 23 atau PPh Pasal 21)? Di samping itu, ketentuan ini juga akan mempersulit terutama dalam menentukan mana biaya-biaya usaha yang non-
  • 7. Riki Ardoni deductible expense (yang terkait dengan PPh Final) dan mana yang deductible (yang tidak terkait PPh Final). C. DINAMIKA PERMASALAHAN PPh ATAS JASA KONTRUKSI Pasal 23 UU PPh yang di antaranya mengatur pemotongan PPh sebesar 2% aatas jasa konstruksi dan tidak bersifat final tidak diatur lagi dengan pengaturan yang lebih teknis.pengaturan teknis PPh Pasal 23 yang ada terkait dengan cakupan imbalan jasa lain. hal tersebut diatur dalam Peraturan Menkeu (Peraturan Menkeu No. 141/PMK. 03/2015) yang menyarakan bahwa jasa lainnya mencakup di antaranya beberapa jasa yang menjadi subklafikasi dari jasa konstruksi. di dalam Pasal 21 UU PPh 2008, imbalan jasa tenaga ahli juga menjadi objek pemotongan pajak ketentuan ini dijabarkan lagi dengan Peraturan Menkeu (Peraturan Menkeu No. 252/PMK.03/2008) yang mengatur petunjuk pelaksanaannya dan Peraturan Dirjen Pajak (Peraturan Dirjen Pajak No. Per- 16/PJ/2016)yang mengatur pedoman teknis pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 26. Peraturan Dirjen Pajak tersebut di antarannya mengatur bahwa tenaga ahli mencakup di antarannya adalah arsitek. dengan demikian, imbalan kepada Arsitek orang pribadi sebagai tenaga ahli merupakan objek pemotongan PPh Pasal 21 jadi, berdasarkan rujukan beberapa Peraturan di atas, jasa konstruksi pada saat yang bersamaan dapat dikenakan : • PPh final berdasarkan Pasal 4 ayat (2) dan pelaksanaan terkait (Peraturan Pemerintah No. 51/2008; Peraturan Pemerintah No. 40/2009); • PPh Pasal 23 dengan tarif 2% atas jasa konstruksi sesuai Pasal 23 UU PPh dan ketentuan ini tidak memerlukan Peraturan pelaksanaan; • PPh Pasal 23 dengan tarif 2% atas jasa lainnya sesuai Pasal 23 UU PPh dan Peraturan pelaksanaan terkait (Peraturan Menkeu No. 141/PMK.03/2015); • PPh Pasal 21 atas imbalan jasa orang pribadi selaku tenaga ahli arsitek sesuai Peraturan pelaksanaan terkait (Peraturan Menkeu No. 252/PMK.032008)
  • 8. Riki Ardoni Gambar 1. Perlakuan PPh atas Jasa Kontruksi PPh Final Pasal 4 ayat (2) UUPPh Pasal 21 UUPPh Imbalankepadaarsitek sebagai jasatenagaahli Imbalanjasa konstruksi PPhNo. 51/2008 jo. PP No. 40/2009 PerMenKeuNo. 187/PMK.03/2008 s.t.d.d. 153/PMK.03/2009 PerMenKeuNo. 252/PMK.03/2008 PerMenKeuNo. 141/PMK.03/2015 PerDirjenPajakNo. Per- 32/PJ/2015 Imbalankepadakontraktor pelaksana, pengawas, atau perencanabaikorang pribadi maupunbadan, denganatau tanpakualifikasi "dalam hal penghasilantidakdikenai pajakpenghasilanyang bersifat final denganperaturanpemerintahtersendiri, atas penghasilantersebut dikenai pajak penghasilanberdasarkantarif sebagaimanadimaksud dalam pasal 17 UUPPh" Pasal 19 PP No. 94/2010 Jasa Konstruksi Jasalainnya: 1) jasa instalasi/pemeliharaan/perawatan tanpaSIUJK; 2) jasaarsitektur; 3) jasaperencanaankotadan arsitektur landscape; 4) jasa perancang (disign) Pasal 23 UUPPh PPh Non Final
  • 9. Riki Ardoni Berdasarkan uraian di atas dan merujuk pada Gambar 1, pengenaan pajak atas imbalan jasa konstruksi bersifat final sesuai PP No. 51/2008 jo. PP No. 40/2009 dan ketentuan jasa kontruksi pada Pasal 23 UU PPh dan peraturan MenKeu No. 141/PMK.03/2015 sepertinya menjadi ompong karena tidak memiliki kekuatan Hukum mengikat lagi. Demikian pula, objek PPh Pasal 21 atas jasa tenaga ahli Arsitek menjadi tidak efektif lagi dikarenakan jasa Arsitek merupakan bagian dari jasa kontruksi dan sudah menjadi objek PPh Pasal 4 (2).