SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
MAKALAH KIMIA
Dampak Penggunaan Pestisida
Terhadap Kesehatan dan Lingkungan
Disusun Oleh :
Tri Ramadhona
20130212047
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN YOGYAKARTA
Jl. Magelang Km. 5.6 Yogyakarta 55284
2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas inayah-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Dampak Penggunaan Pestisida
Terhadap Kesehatan dan Lingkungan” dengan tepat waktu. Tidak lupa pula shalawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa manusia dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh ilmu
pengetahuan . Saya juga ingin mengucapkan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan tugas makalah ini.
Namun, saya menyadari bahwa penyusun masih mempunyai kekurangan
dalam menyusun makalah ini. Oleh karena itu, kami meminta saran dan kritik atas
makalah ini dan kita akan memperbaikinya supaya lebih baik lagi untuk mendatang.
Semoga dengan adanya makalah ini bisa menjadi bahan tambahan ilmu bagi
para pembaca dan khususnya bagi saya sendiri, sehingga menjadi amal yang tidak
pernah putus. Amin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Yogyakarta, Februari 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama, dan cide yang berarti
membunuh. Jadi Pestisida adalah mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk
membunuh jasad hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya.
Penggunaan pestisida biasanya dilakukan dengan bahan lain misalnya dicampur
minyak dan air untuk melarutkannya, juga ada yang menggunakan bubuk untuk
mempermudah dalam pengenceran atau penyebaran dan penyemprotannya, bubuk
yang dicampur sebagai pengencer umumnya dalam formulasi dust, atraktan (misalnya
bahan feromon) untuk pengumpan, juga bahan yang bersifat sinergis lainnya untuk
penambah daya racun.
Secara luas pestisida diartikan sebagai suatu zat yang dapat bersifat racun,
menghambat pertumbuhan/perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan,
kesehatan, pengaruh hormon, penghambat makanan, membuat mandul, sebagai
pengikat, penolak dan aktivitas lainnya yang mempengaruhi OPT.
Pembangunan nasional yang meningkat sejalan dengan terjadinya peningkatan
industrialisasi, sehingga diperlukan saran-sarana yang mendukung lancarnya proses
industrialisasi tersebut, salah satunya yaitu dengan meningkatkan sektor pertanian.
Kondisi pertanian di Indonesia saat ini banyak yang diarahkan untuk kepentingan
agroindustri. Salah satu bentuknya akan mengarah pada pola pertanian yang makin
monokultur, baik itu pada pertanian darat maupun akuakultur. Kondisi tersebut
mengakibatkan adanya berbagai jenis penyakit yang tidak dikenal atau menjadi
masalah sebelumnya akan menjadi kendala bagi peningkatan hasil berbagai komoditi
agroindustry.
Untuk meningkatan hasil dari sektor pertanian maka diperlukan berbagai
sarana yang mendukungnya dan terutama dalam hal mencukupi kebutuhan nasional
dalam bidang pangan / sandang dan meningkatkan perekonomian nasional dengan
mengekspor hasilnya ke luar negeri. Sarana-sarana yang mendukung peningkatan
hasil di bidang pertanian ini adalah alat-alat pertanian, pupuk, bahan-bahan kimia
yang termasuk di dalamnya adalah pestisida.
Kebiasaan petani dalam menggunakan pestisida kadang-kadang menyalahi
aturan, selain dosis yang digunakan melebihi takaran, petani juga sering mencampur
beberapa jenis pestisida, dengan alasan untuk meningkatkan daya racunnya pada
hama tanaman. Tindakan yang demikian sebenarnya sangat merugikan, karena dapat
menyebabkan semakin tinggi tingkat pencemaran pada lingkungan oleh pestisida.3.
Walaupun banyak petani yang pintar membaca, tetapi terkadang mereka
mengacuhkan peringatan yang tertulis di tempat pestisida tersebut. Sebagian besar
mereka tidak peduli untuk membaca atau mengikuti petunjuk penggunaannya.4
Pencemaran lingkungan pada industri pertanian disebabkan oleh penggunaan
bahan-bahan kimia pertanian. Penggunaan bahan-bahan kimia pertanian seperti
pestisida dapat membahayakan kehidupan manusia dan hewan karena residu pestisida
terakumulasi pada produk-produk pertanian dan perairan, untuk meningkatkan
produksi pertanian disamping juga menjaga keseimbangan lingkungan agar tidak
terjadi pencemaran akibat penggunaan pestisida perlu diketahui peranan dan pengaruh
serta penggunaan yang aman dari pestisida dan adanya alternatif lain yang dapat
menggantikan peranan pestisida pada lingkungan pertanian dalam mengendalikan
hama, penyakit dan gulma.
Penyemprotan pestisida yang tidak memenuhi aturan akan mengakibatkan
banyak dampak, diantaranya dampak kesehatan bagi manusia yaitu timbulnya
keracunan pada petani yang dapat dilakukan dengan jalan memeriksa aktifitas
kholinesterase darah. Faktor yang berpengaruh dengan terjadinya keracunan pestisida
adalah faktor dari dalam tubuh (internal) dan dari luar tubuh (eksternal).
Faktor dari dalam tubuh antara lain umur, jenis kelamin, genetik, status gizi,
kadar hemoglobin, tingkat pengetahuan dan status kesehatan. Sedangkan faktor dari
luar tubuh mempunyai peranan yang besar. Faktor tersebut antara lain banyaknya
jenis pestisida yang digunakan, jenis pestisida, dosis pestisida, frekuensi
penyemprotan, masa kerja menjadi penyemprot, lama menyemprot, pemakaian alat
pelindung diri, cara penanganan pestisida, kontak terakhir dengan pestisida,
ketinggian tanaman, suhu lingkungan, waktu menyemprot dan tindakan terhadap arah
angina.
Pestisida yang banyak direkomendasikan untuk bidang pertanian adalah
golongan organofosfat, karena golongan ini lebih mudah terurai di alam. Golongan
organofosfat mempengaruhi fungsi syaraf dengan jalan menghambat kerja enzim
kholinesterase, suatu bahan kimia esensial dalam mengantarkan impuls sepanjang
serabut syaraf. Pengukuran tingkat keracunan berdasarkan aktifitas enzim
kholinesterase dalam darah dengan menggunakan metode Tintometer Kit, tingkat
keracunan adalah sebagai berikut : 75% - 100 % kategori normal, 50% - 75% kategori
keracunan ringan, 25% - 50 kategori keracunan sedang dan 0% - 25% kategori
keracunan berat.
Menurut WHO, jenis klasifikasi pestisida yang paling banyak digunakan
adalah Insektisida yang digunakan oleh 97% dari petani (terutama organofosfat 88%,
48% pyretroides), diikuti oleh fungisida (63%) dan herbisida (31%).
Selain berbahaya bagi kesehatan manusia, pestisida dapat mempunyai dampak
buruk bagi lingkungan. Pestisida yang ditemukan dalam berbagai medium lingkungan
hanya sedikit sekali, namun kadar ini mungkin akan lebih tinggi bila pestisida terus
bertahan di lingkungan (residu). Pestisida dapat bertahan lama pada lingkungan
karena mempunyai waktu paruh yang lama seperti jenis klororganik seperti DDT
(Dikloro-Difenil-Trikloroetan). Dalam lingkungan air waktu paruh DDT, lebih dari 10
tahun, sedangkan dieldrin, 20 tahun. Dalam tanah, waktu paruh DDT sekitar 40 tahun.
Bahkan, DDT (0,2 ppm) masih ditemukan dalam sampel lemak pada binatang
Antartika. Cacing tanah dapat menimbun DDT dari tanah hingga 14 kali dari kadar
DDT tanah itu sendiri, sedangkan tiram dapat menimbun DDT 10 hingga 70.000 kali
dari kadar DDT air laut. Sedangkan pada manusia sebagai rantai makanan terakhir
tidak mempunyai batas yang jelas, pada orang Eropa kadar DDT dalam sel lemak
rata-rata 0,2 ppm sedangkan orang Amerika rata-rata 13,5 ppm.
Perdagangan pestisida, terutama insektisida, di Asia Tenggara selama lima
tahun terakhir terus meningkat. Impor insektisida ke negara-negara Asia Tenggara,
termasuk Indonesia naik berlipatganda. Pada 2009 saja, Indonesia mengimpor
insektisida lebih dari US$ 90 juta. Sedangkan total nilai pasar pestisida nasional Rp 6
triliun per tahun.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, 80 persen penggunaan
pestisida di negara maju, sayangnya 80 persen keracunan terjadi di negara
berkembang. Sementara mengacu penelitian International Rice Research Institute
(IRRI) dan Organisasi Pangan Dunia (FAO), ledakan hama wereng coklat disebabkan
karena keseimbangan ekosistem padi sawah hancur.
Data World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 3 juta orang
yang bekerja pada sektor pertanian di negara-negara berkembang terkontaminasi
pestisida dan sekitar 18.000 orang diantaranya meninggal setip tahunnya.
Hasil penelitian Jors, dkk (2005) di Bolivia, menunjukkan bahwa intoksikasi
pestisida yang umum di kalangan petani terkait dengan frekuensi penyemprotan,
penggunaan organofosfat dan sejumlah upaya perlindungan yang dilakukan oleh
petani saat penyemprotan.
Data kesehatan Pekanbaru tahun 2007 ada 446 orang meninggal akibat
keracunan pestisida setiap tahunnya dan sekitar 30% mengalami gejala keracunan saat
menggunakan pestisida Karena petani kurang tau cara menggunakan pestisida secara
efektif dan penggunaan pestisida secara berlebihan, dan berdasarkan hasil penilitian
Ir. La Ode Arief M. Rur.SC. dari Sumatera Barat tahun 2005 mengatakan penyebab
keracunan pestisida di Riau akibat kurang pengetahuan petani dalam penggunaan
pestisida secara efektif dan tidak menggunakan alat pelindung diri saat pemajanan
pestisida,hasilnya dari 2300 responden yang peda dasarnya para petani hanya 20%
petani yang menggunakan APD (alat pelindung diri), 60% patani tidak tau cara
menggunakan pestisida secara efektif dan mereka mengatakan setelah manggunakan
pestisida timbul gejala pada tubuh (mual,sakit tenggorokan, gatal - gatal, pandangan
kabur, Dll.)dan sekitar 20% petani tersebut tidak tahu sama sekali tentang bahaya
pestisida terhadap kesehatan.12 Selain itu, Penelitian yang dilakukan Runia (2008) di
Desa Tejosari Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang mendapatkan bahwa dari 78
sampel petani yang ditetliti, didaptkan petani yang menderita keracunan sebanyak 75
orang (96,2%).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peranan pestisida dalam bidang pertanian?
2. Bagaimanakah jenis-jenis dari pestisida?
3. Bagaimanakah mekanisme keracunan pestisida serta efeknya pada system
tubuh?
4. Apakah factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan pestisida?
5. Bagiamanakah pencemaran lingkungan yang di akibatkan oleh pestisida?
6. Bagaimanakah solusi pencegahan pencemaran yang di akibatkan oleh
pestisida?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pestisida terhadap kesehatan petani dan pencemaran lingkungan.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pestisida dan jenis-jenisnya
b. Untuk mengetahui peranan pestisida dalam bidang pertanian
c. Untuk mengetahui mekanisme keracunan pestisida serta efeknya pada
system tubuh
d. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
keracunan pestisida
e. Untuk mengetahui pencemaran lingkungan yang di akibatkan oleh
pestisida
f. Untuk mengetahui solusi pencegahan pencemaran yang di akibatkan
oleh pestisida
D. Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Dapat mengetahui pestisida dan jenis-jenisnya
2. Dapat mengetahui peranan pestisida dalam bidang pertanian
3. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
keracunan perstisida
4. Dapat mengetahui informasi mengenai dampak-dampak pencemaran
yang di akibatkan oleh penggunaan pestisida
5. Dapat mengurangi penggunaan pestisida yang berlebihan
6. Dapat mengetahi solusi dalam mengatasi pencemaran yang di sebabkan
oleh penggunaan pestisida
BAB II
TINJAUAN PUSAKA
A. PengertianPestisida
Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan sida yang berasal dari
kata caedo berarti pembunuh. Pestisida dapat diartikan secara sederhana sebagai
pembunuh hama..Secara umum pestisida dapat didefenisikan sebagai bahan yang
digunakan untuk mengendalikan populasi jasad yang dianggap sebagai pest (hama)
yang secara langsung maupun tidak langsung merugikan kepentingan manusia
(Sartono, 2001). USEPA dalam Soemirat (2005) menyatakan pestisida sebagai zat
atau campuran zat yang digunakan untuk mencegah, memusnahkan, menolak, atau
memusuhi hama dalam bentuk hewan, tanaman, dan mikroorganisme penggangu.
Pengertian pestisida menurut Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 dalam
Kementrian Pertanian (2011) dan Permenkes RI No.258/Menkes/Per/III/1992 adalah
semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :
1. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman,
bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian
2. Memberantas rerumputan
3. Mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan
4. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan atau
ternak
5. Memberantas atau mencegah hama-hama air
6. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam
bangunan rumah tangga alat angkutan, dan alat-alat pertanian
7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan
tanaman, tanah dan air.
Menurut PP RI No.6 tahun 1995 dalam Soemirat (2005), pestisida juga
didefinisikan sebagai zat atau senyawa kimia, zat pengatur tubuh dan perangsang
tubuh, bahan lain, serta mikroorganisme atau virus yang digunakan untuk
perlindungan tanaman.
Sementara itu, The United States Environmental Control Act dalam Runia
(2008) mendefinisikan pestisida sebagai berikut :
1. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan
untuk mengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan serangga, binatang
pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, serta jasad renik yang dianggap
hama; kecuali virus, bakteri, atau jasad renik lain yang terdapat pada hewan
dan manusia
2. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk
mengatur pertumbuhan atau mengeringkan tanaman
Menurut Depkes (2004) dalam Rustia (2009), pestisida kesehatan masyarakat
adalah pestisida yang digunakan untuk pemberantasan vektor penyakit menular
(serangga, tikus) atau untuk pengendalian hama di rumah-rumah, pekarangan, tempat
kerja, tempat umum lain, termasuk sarana nagkutan dan tempat
penyimpanan/pergudangan. Pestisida terbatas adalah pestisida yang karena sifatnya
(fisik dan kimia) dan atau karena daya racunnya, dinilai sangat berbahaya bagi
kehidupan manusia dan lingkungan, oleh karenanya hanya diizinkan untuk diedarkan,
disimpan dan digunakan secara terbatas.
B. Jenis-jenis Pestisida
Pestisida dapat dikelompokkan atas dua golongan berdasarkan ketahanannya
di lingkungan, yaitu yang resisten yang meninggalkan pengaruh terhadap lingkungan
dan yang kurang resisten. Pestisida yang termasuk organochlorines termasuk pestisida
yang resisten pada lingkungan dan meninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat
terakumulasi dalam jaringan melalui rantai makanan, contohnya DDT, Cyclodienes,
Hexachlorocyclohexane (HCH), endrin. Pestisida kelompok organofosfat adalah
pestisida yang mempunyai pengaruh yang efektif sesaat saja dan cepat terdegradasi di
tanah, contohnya Disulfoton, Parathion, Diazinon, Azodrin, Gophacide, dan lain-lain.
1. Kandungan Zat Kimia Pestisida
Kemampuan pestisida untuk dapat menimbulkan terjadinya keracunan dan
bahaya injuri tergantung dari jenis dan bentuk zat kimia yang dikandungnya.
a. Organofosfat
Organofosfat berasal dari H3PO4 (asam fosfat). Pestisida golongan
organofosfat merupakan golongan insektisida yang cukup besar,
menggantikan kelompok chlorinated hydrocarbon yang mempunyai sifat:
1) Efektif terhadap serangga yang resisten terhadap
chorinatethydrocarbon.
2) Tidak menimbulkan kontaminasi terhadap lingkungan untuk jangka
waktu yang lama
3) Kurang mempunyai efek yang lama terhadap non target organisme
4) Lebih toksik terhadap hewan-hewan bertulang belakang, jika
dibandingkan dengan organoklorine.
5) Mempunyai cara kerja menghambat fungsi enzym cholinesterase.
Lebih dari 50.000 komponen organofosfat telah disynthesis dan diuji
untuk aktivitas insektisidanya. Tetapi yang telah digunakan tidak lebih dari
500 jenis saja dewasa ini. Semua produk organofosfat tersebut berefek toksik
bila tertelan, dimana hal ini sama dengan tujuan penggunaannya untuk
membunuh serangga. Beberapa jenis insektisida digunakan untuk keperluan
medis misalnya fisostigmin, edroprium dan neostigmin yang digunakan utuk
aktivitas kholinomimetik (efek seperti asetyl kholin). Obat tersebut digunakan
untuk pengobatan gangguan neuromuskuler seperti myastinea gravis.
Fisostigmin juga digunakan untuk antidotum pengobatan toksisitas ingesti dari
substansi antikholinergik (mis: trisyklik anti depressant, atrophin dan
sebagainya). Fisostigmin, ekotiopat iodide dan organophosphorus juga berefek
langsung untuk mengobati glaucoma pada mata yaitu untuk mengurangi
tekanan intraokuler pada bola mata. Organophosphat disintesis pertama di
Jerman pada awal perang dunia ke II. Bahan tersebut digunakan untuk gas
saraf sesuai dengan tujuannya sebagai insektisida. Pada awal synthesisnya
diproduksi senyawa tetraethyl pyrophosphate (TEPP), parathion dan schordan
yang sangat efektif sebagai insektisida, tetapi juga cukup toksik terhadap
mamalia. Penelitian berkembang terus dan ditemukan komponen yang poten
terhadap insekta tetapi kurang toksik terhadap orang (mis: malathion), tetapi
masih sangat toksik terhadap insekta.
Organophosphat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis
pestisida lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada orang. Termakan
hanya dalam jumlah sedikit saja dapat menyebabkan kematian,tetapi
diperlukan lebih dari beberapa mg untuk dapat menyebabkan kematian pada
orang dewasa. Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam
plasma dan kholinesterase dalam sel darah merah dan pada sinapsisnya. Enzim
tersebut secara normal menghidrolisis asetylcholin menjadi asetat dan kholin.
Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah asetylkholin meningkat dan
berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system saraf pusat
dan perifer. Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang
berpengaruh pada seluruh bagian tubuh.
Seseorang yang keracunan pestisida organophospat akan mengalami
gangguan fungsi dari saraf-saraf tertentu. Sebagai bagian vital dalam tubuh,
susunan saraf dilindungi dari toksikan dalam darah oleh suatu mekanisme
protektif yang unik, yaitu sawar darah otak dan sawar darah saraf. Meskipun
demikian, susunan saraf masih sangat rentan terhadap berbagai toksikan. Hal
ini dapat dikaitkan dengan kenyataan bahwa neuron mempunyai suatu laju
metabolisme yang tinggi dengan sedikit kapasitas untuk metabolisme
anaerobik. Selain itu, karena dapat dirangsang oleh listrik, neuron cenderung
lebih mudah kehilangan integritas membran sel. Panjangnya akson juga
memungkinkan susunan saraf menjadi lebih rentan terhadap efek toksik,
karena badan sel harus memasok aksonnya secara struktur maupun secara
metabolisme.
Susunan saraf terdiri atas dua bagian utama, yaitu susunan saraf pusat
(CNS) dan susunan saraf tepi (PNS). CNS terdiri atas otak dan sumsum tulang
belakang, dan PNS mencakup saraf tengkorakdan saraf spinal, yang berupa
saraf sensorik dan motorik. Neuron saraf spinal sensorik terletak pada ganglia
dalam radiks dorsal. PNS juga terdiri atas susunan saraf simpatis, yang muncul
dari neuron sumsum tulang belakang di daerah thoraks dan lumbal, dan
susunan saraf parasimpatis yang berasal dari serat saraf yang meninggalkan
SSP melalui saraf tengkorak dan radiks spinal sakral.
Gejala keracunan organofosfat sangat bervariasi. Setiap gejala yang
timbul sangat bergantung pada adanya stimilasi asetilkholin persisten atau
depresi yang diikuti oleh stimulasi.saraf pusat maupun perifer.
Gejala awal seperti SLUD terjadi pada keracunan organofosfat secara
akut karena terjadinya stimulasi reseptor muskarinik sehingga kandungan
asetil kholin dalam darah meningkat pada mata dan otot polos.
b. Karbamat
Insektisida karbamat telah berkembang setelah organofosfat.
Insektisida ini daya toksisitasnya rendah terhadap mamalia dibandingkan
dengan organofosfat, tetapi sangat efektif untuk membunuh insekta Struktur
karbamate seperti physostigmin, ditemukan secara alamia dalam kacang
Calabar (calabar bean). Bentuk carbaryl telah secara luas dipakai sebagai
insektisida dengan komponen aktifnya adalah SevineR. Mekanisme toksisitas
dari karbamate adalah sama dengan organofosfat, dimana enzim ACHE
dihambat dan mengalam karbamilasi.
c. Organokhlorin
Organokhlorin atau disebut “Chlorinated hydrocarbon” terdiri dari
beberapa kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang paling
populer dan pertama kali disinthesis adalah “Dichloro-diphenyltrichloroethan”
atau disebut DDT.
Mekanisme toksisitas dari DDT masih dalam perdebatan, walaupun
komponen kimia ini sudah disinthesis sejak tahun 1874. Tetapi pada dasarnya
pengaruh toksiknya terfokus pada neurotoksin dan pada otak. Saraf sensorik
dan serabut saraf motorik serta kortek motorik adalah merupakan target
toksisitas tersebut. Dilain pihak bila terjadi efek keracunan perubahan
patologiknya tidaklah nyata. Bila seseorang menelan DDT sekitar 10mg/Kg
akan dapat menyebabkan keracunan, hal tersebut terjadi dalam waktu
beberapa jam. Perkiraan LD50 untuk manusia adalah 300-500 mg/Kg.
DDT dihentikan penggunaannya sejak tahun 1972, tetapi
penggunaannya masih berlangsung sampai beberapa tahun kemudian, bahkan
sampai sekarang residu DDT masih dapat terdeteksi. Gejala yang terlihat pada
intoksikasi DDT adalah sebagai berikut:
1) Nausea, vomitus
2) Paresthesis pada lidah, bibir dan muka
3) Iritabilitas
4) Tremor
5) Convulsi
6) Koma
7) Kegagalan pernafasan
8) Kematian
C. Pengertian Pencemaran
Disadari atau tidak, sebenarnya masalah pencemaran lingkungan mau tidak
mau akan merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia dalam hubungannya dengan alam. Manusia memang kurang daya
penguasaannya, artinya jika kemampuan manusia menguasai alam meningkat, maka
akan lebih sedikit masalah yang akan dihadapi. Peristiwa pencemaran baru dapat
dikatakan sebagai pencemaran lingkungan bila lingkungan yang tercemar adalah
lingkungan hidup manusia, yang terkena dampak akibat negatif yang tidak diinginkan
adalah manusianya dan didalam lingkungan tersebut terdapat bahan-bahan berbahaya
yang disebabkan oleh peradaban manusia itu sendiri (Benn, F.R [ and ]C.A. Mac
Auliffe, 1975).
Batasan pencemaran menurut UU No. 4 Tahun 1982, menjelaskan bahwa
“Pencemaran” adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energy dan
atau komponen lain kedalam lingkungan dan atau merubahnya tatanan lingkungan
oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kwalitas lingkungan turun sampai
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menmjadi kurang atau tidak dabat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Pencemaran suatu lingkungan bisanya melalui tahap-tahap yaitu:
1. Tingkatan Pertama
Bila zat pencemar tersebut baik jumlah dan waktu aktifnya tidak
membawa akibat yang merugikan manusia.
2. Tingkatan kedua
Bila zat pencemar sudah mengakibatkan gangguan pada alat- alat panca
indera dan alat perkembangbiakan secara vegetatif serta kerusakan lingkungan
hidup yang lebih luas.
3. Tingkatan ketiga
Bila zat pencemar sudah mengakibatkan gangguan fisiologis yang
membawa akibat kesakitan yang menahun.
4. Tingkatan keempat
Bila zat pencemar sudah mengakibatkan gangguan-ganguan yang gawat
seperti kematian dan lain-lain.
Pencemaran dapat terjadi di lingkungan hidup manusia. Berdasarkan itu
dikenal pencemaran lingkungan berdasarkan objeknya, yaitu : pencemaran
udara,pencemaran tanah,pencemaran air dan pencemaran kebudayaan. Dalam
makalah ini, pencemaran lingkungan yang akan dibahas adalah tiga bagian yang
pertama diatas yang diakibatkan oleh Pestisida (Achmad, Rukaesih. 1999)
BAB III
PEMBAHASAN
A. Peranan Pestisida Dalam Bidang Pertanian
Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan
perkembangan/pertumbuhan dari hama, penyakit dan gulma. Tanpa menggunakan
pestisida akan terjadi penurunan hasil pertanian. Pestisida secara umum digolongkan
kepada jenis organisme yang akan dikendalikan populasinya. Insektisida, herbisida,
fungsida dan nematosida digunakan untuk mengendalikan hama, gulma, jamur
tanaman yang patogen dan nematoda. Jenis pestisida yang lain digunakan untuk
mengendalikan hama dari tikus dan siput.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 07/PERMENTAN/SR.140/2/2007
mendefinisikan bahwa pestisida adalah zat kimia atau bahan lain dan jasad renik serta
virus yang digunakan untuk: 1) memberantas atau mencegah hama-hama tanaman,
bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian. 2) Memberantas rerumputan. 3)
Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan. 4).
Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagianbagian tanaman, tidak
termasuk pupuk. 5). Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan
piaraan dan ternak. 6). Memberantas dan mencegah hama-hama air; 7). Memberantas
atau mencegah binatang-binatang dan jasadjasad renik dalam rumah tangga, bangunan
dan alat-alat pengangkutan; 8). Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang
dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi
dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.
Berdasarkan ketahanannya di lingkungan, maka pestisida dapat
dikelompokkan atas dua golongan yaitu yang resisten dimana meninggalkan pengaruh
terhadap lingkungan dan yang kurang resisten. Pestisida yang termasuk
organochlorines termasuk pestisida yang resisten pada lingkungan dan meninggalkan
residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan melalui rantai
makanan, contohnya DDT, Cyclodienes, Hexachlorocyclohexane (HCH), endrin.
Pestisida kelompok organofosfat adalah pestisida yang mempunyai pengaruh yang
efektif sesaat saja dan cepat terdegradasi di tanah, contohnya Disulfoton, Parathion,
Diazinon, Azodrin, Gophacide, dan lain-lain.
Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh jasad
pengganggu tanaman. Dalam konsep Pengendalian Hama Terpadu, pestisida berperan
sebagai salah satu komponen pengendalian, yang mana harus sejalan dengan
komponen pengendalian hayati, efisien untuk mengendalikan hama tertentu, mudah
terurai dan aman bagi lingkungan sekitarnya. Penerapan usaha intensifikasi pertanian
yang menerapkan berbagai teknologi, seperti penggunaan pupuk, varietas unggul,
perbaikan pengairan, pola tanam serta usaha pembukaan lahan baru akan membawa
perubahan pada ekosistem yang sering kali diikuti dengan timbulnya masalah
serangan jasad penganggu. Cara lain untuk mengatasi jasad penganggu selain
menggunakan pestisida kadang-kadang memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang
besar dan hanya dapat dilakukan pada kondisi tertentu. Sampai saat ini hanya
pestisida yang mampu melawan jasad penganggudan berperan besar dalam
menyelamatkan kehilangan hasil.
B. Keracunan Pestisida
Pada dasarnya tidak ada batas yang tegas tentang penyebab dari keracunan
berbagai macam zat kimia, karena setiap zat kimia mungkin menjadi penyebab dari
keracunan tersebut, yang membedakannya adalah waktu terjadinya keracunan dan
organ target yang terkena.
1. Mekanisme fisiologis keracunan
Bahan-bahan racun pestisida masuk ke dalam tubuh organisme (jasad
hidup) berbeda-beda menurut situasi paparan. Mekanisme masuknya racun
pertisida tersebut dapat melalui melalui kulit luar, mulut dan saluran makanan,
serta melalui saluran pernapasan. Melalui kulit, bahan racun dapat memasuki pori-
pori atau terserap langsung ke dalam sistem tubuh, terutama bahan yang larut
minyak (polar). Tanda dan gejala awal keracunan organofosfat adalah stimulasi
berlebihan kolinergenik pada otot polos dan reseptor eksokrin muskarinik yang
meliputi miosis, gangguan perkemihan, diare, defekasi, eksitasi, dan salivasi.
Keracunan organofosfat pada sistem respirasi mengakibatkan
bronkokonstriksi dengan sesak nafas dan peningkatan sekresi bronkus. Pada
umumnya gejala ini timbul dengan cepat dalam waktu 6-8 jam, tetapi bila pajanan
berlebihan daapt menimbulkan kematian dalam beberapa menit. Ingesti atau
pajanan subkutan umumnya membutuhkan waktu lebih lamauntuk menimbulkan
tanda dan gejala.
a. Racun kronis
Racun kronis menimbulkan gejala keracunan setelah waktu yang relatif
lama karena kemampuannya menumpuk (akumulasi) dalam lemak yang
terkandung dalam tubuh. Racun ini juga apabila mencemari lingkungan (air,
tanah) akan meninggalkan residu yang sangat sulit untuk dirombak atau
dirubah menjadi zat yang tidak beracun, karena kuatnya ikatan kimianya.
Ada di antara racun ini yang dapat dirombak oleh kondisi tanah tapi
hasil rombakan masih juga merupakan racun. Demikian pula halnya, ada yang
dapat terurai di dalam tubuh manusia atau hewan tapi menghasilkan metabolit
yang juga masih beracun. Misalnya sejenis insektisida organoklorin, Dieldrin
yang disemprotkan dipermukaan tanah untuk menghindari serangan rayap
tidak akan berubah selama 50 tahun sehingga praktis tanah tersebut menjadi
tercemar untuk berpuluh-puluh tahun. Dieldrin ini bisa diserap oleh tumbuhan
yang tumbuh di tempat ini dan bila rumput ini dimakan oleh ternak misalnya
sapi perah maka dieldrin dapat menumpuk dalam sapi tersebut yang kemudian
dikeluarkan dalam susu perah. Manusia yang minum susu ini selanjutnya akan
menumpuk dieldrin dalam lemak tubuhnya dan kemudian akan keracunan.
Jadi dieldrin yang mencemari lingkungan ini tidak akan hilang darilingkungan,
mungkin untuk waktu yang sangat lama.
b. Racun akut
Racun akut kebanyakan ditimbulkan oleh bahan-bahan racun yang
larut air dan dapat menimbulkan gejala keracunan tidak lama setelah racun
terserap ke dalam tubuh jasad hidup. Contoh yang paling nyata dari racun akut
adalah “Baygon” yang terdiri dari senyawa organofosfat (insektisida atau
racun serangga) yang seringkali disalahgunakan untuk meracuni manusia,
yang efeknya telah terlihat hanya beberapa menit setelah racun masuk ke
dalam tubuh. Walaupun semua racun akut ini dapat menyebabkan gejala sakit
atau kematian hanya dalam waktu beberapa saat setelah masuk ke dalam
tubuh, namun sifatnya yang sangat mudah dirombak oleh suhu yang tinggi,
pencucian oleh air hujan dan sungai serta faktor-faktor fisik dan biologis
lainnya menyebabkan racun ini tidak memegang peranan penting dalam
pencemaran lingkungan.
2. Efek Pestisida Pada Sistem Tubuh
Bahan kimia dari kandungan pestisida dapat meracuni sel-sel tubuh atau
mempengaruhi organ tertentu yang mungkin berkaitan dengan sifat bahan kimia
atau berhubungan dengan tempat bahan kimia memasuki tubuh atau disebut juga
organ sasaran. Efek racun bahan kimia atas organ-organ tertentu dan sistem tubuh.
a. Paru-paru dan sistem pernafasan
Efek jangka panjang terutama disebabkan iritasi (menyebabkan
bronkhitis atau pneumonitis). Pada kejadian luka bakar, bahan kimia dalam
paru-paru yang dapat menyebabkan udema pulmoner (paru-paru berisi air),
dan dapat berakibat fatal. Sebagian bahan kimia dapat mensensitisasi atau
menimbulkan reaksi alergik dalam saluran nafas yang selanjutnya dapat
menimbulkan bunyi sewaktu menarik nafas, dan nafas pendek. Kondisi jangka
panjang (kronis) akan terjadi penimbunan debu bahan kimia pada jaringan
paru-paru sehingga akan terjadi fibrosis atau pneumokoniosis.
b. Hati
Bahan kimia yang dapat mempengaruhi hati disebut hipotoksik.
Kebanyakan bahan kimia menggalami metabolisme dalam hati dan oleh
karenanya maka banyak bahan kimia yang berpotensi merusak sel-sel hati.
Efek bahan kimia jangka pendek terhadap hati dapat menyebabkan inflamasi
sel-sel (hepatitis kimia), nekrosis (kematian sel), dan penyakit kuning.
Sedangkan efek jangka panjang berupa sirosis hati dari kanker hati.
c. Ginjal dan saluran kencing
Bahan kimia yang dapat merusak ginjal disebut nefrotoksin. Efek
bahan kimia terhadap ginjal meliputi gagal ginjal sekonyong-konyong (gagal
ginjal akut), gagal ginjal kronik dan kanker ginjal atau kanker kandung kemih.
d. Sistem syaraf
Bahan kimia yang dapat menyerang syaraf disebut neurotoksin.
Pemaparan terhadap bahan kimia tertentu dapat memperlambat fungsi otak.
Gejala-gejala yang diperoleh adalah mengantuk dari hilangnya kewaspadaan
yang akhirnya diikuti oleh hilangnya kesadaran karena bahan kimia tersebut
menekan sistem syaraf pusat. Bahan kimia yang dapat meracuni sistem enzim
yang menuju ke syaraf adalah pestisida. Akibat dari efek toksik pestisida ini
dapat menimbulkan kejang otot dan paralisis (lurnpuh). Di samping itu ada
bahan kimia lain yang dapat secara perlahan meracuni syaraf yang menuju
tangan dan kaki serta mengakibatkan mati rasa dan kelelahan.
e. Darah dan sumsum tulang
Sejumlah bahan kimia seperti arsin, benzen dapat merusak sel-sel
darah merah yang menyebabkan anemia hemolitik. Bahan kimia lain dapat
merusak sumsum tulang dan organ lain tempat pembuatan sel-sel darah atau
dapat menimbulkan kanker darah.
f. Jantung dan pembuluh darah (sistem kardiovaskuler)
Sejumlah pelarut seperti trikloroetilena dan gas yang dapat
menyebabkan gangguan fatal terhadap ritme jantung. Bahan kimia lain seperti
karbon disulfida dapat menyebabkan peningkatan penyakit pembuluh darah
yang dapat menimbulkan serangan jantung.
g. Kulit
Banyak bahan kimia bersifat iritan yang dapat menyebabkan dermatitis
atau dapat menyebabkan sensitisasi kulit dan alergi. Bahan kimia lain dapat
menimbulkan jerawat, hilangnya pigmen (vitiligo), mengakibatkan kepekaan
terhadap sinar matahari atau kanker kulit.
h. Kanker Payudara
Penelitian dari Boada dkk (2012) di Spanyol, mendapatkan kandungan
organoklorin pada wanita sehat dibandingkan dengan pasien kanker payudara
menunjukan hasil yang sangat berbeda. Ini menunjukkan bahwa campuran
pestisida organoklorin dapat memainkan peran yang penting terhadap risiko
kanker payudara.
i. Sistem reproduksi
Banyak bahan kimia bersifat teratogenik dan mutagenik terhadap sel
kuman dalam percobaan. Disamping itu ada beberapa bahan kimia yang secara
langsung dapat mempengaruhi ovarium dan testis yang mengakibatkan
gangguan menstruasi dan fungsi seksual. Hasil penelitan Yucra dkk (2009) di
Peru, mendapatkan bahwa terjadi penurunan yang signifikan terhadap kualitas
air mani pada pria dengan metabolit Organophospat.
j. Sistem yang lain
Bahan kimia dapat pula menyerang sistem kekebalan, tulang, otot dan
kelenjar tertentu seperti kelenjar tiroid. Petani yang terpapar pestisida akan
mengakibatkan peningkatan fungsi hati sebagai salah satu tanda toksisitas,
terjadinya kelainan hematologik, meningkatkan kadar SGOT dan SGPT dalam
darah juga dapat meningkatkan kadar ureum dalam darah.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Keracunan
Pestisida
Keracunan pestisida tejadi bila ada bahan pestisida yang mengenai tubuh atau
masuk ke dalam tubuh dalam jumlah tertentu. Ada beberapa faktor
yangmempengaruhi keracunan pestisida antara lain :
1. Faktor dari dalam tubuh:
a. Usia
Umur adalah fenomena alam, semakin lama seseorang hidup makan
umurpun akan bertambah. Semakin bertambahnya umur seseorang semakin
banyak yang diaalminya, dan semakin banyak pula pemaparan yang
dialaminya, dengan bertambahnya umur seseorang maka fungsi metabolisme
akan menurun dan ini juga akan berakibat menurunnya aktifitas kholinesterase
darahnya sehinggga akan mempermudah terjadinya keracunan pestisida. Usia
juga berkaitan dengan kekebalan tubuh dalam mengatasi tingkat toksisitas
suatu zat, semakin tua umur seseorang maka efektifitas system kekebalan di
dalam tubuh akan semakin berkurang.21
b. Jenis kelamin
Kadar kholin bebas dalam plasma laki-laki dewasa normal rata-rata
sekitar 4,4μg/ml. Kaum wanita rata-rata mempunyai aktifitas khlinesterase
darah lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Meskipun demikian tidak
dianjurkan wanita menyemprot pestisida, karena pada saat kehamilan kadar
rata-rata kholinesterase cenderung turun.
c. Status kesehatan
Beberapa jenis pestisida yang sering digunakan menekan aktifitas
kholinesterase dalam plasma yang dapat berguna dalam menetapkan over
exposure terhadap zat ini. Pada orang-orang yang selalu terpapar pestisida
menyebabkan naiknya tekanan darah dan kholesterol.
d. Status gizi
Pengaruh status gizi pada orang dewasa akan mengakibatkan: 1)
kelemahan fisik dan daya tahan tubuh; 2) mengurangi inisiatif dan
meningkatkan kelambanan dan; 3) meningkatkan kepekaan terhadap infeksi
dan lain-lain jenis penyakit. Semakin buruk status gizi seseorang akan semakin
mudah terjadi keracunan, dengan kata lain petani yang mempunyai status gizi
yang baik cenderung memiliki aktifitas kholinesterase yang lebih baik. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2006) menunjukkan bahwa ada
hubungan status gizi dengan aktifitas kholinesterase dalam darah petani
penyemprot yang melakukan penelitian secara cross sectional.
e. Anemia
Kadar hemoglobin terdapat pada sel darah merah yang memiliki gugus
hem dimana pembentukannya melalui proses reduksi dengan bantuan NADH,
sedangkan kadara kholinesterase dalam kerjanya menghidrolisa membutuhkan
energi, dimana pada saat pembentukan energi membutuhkan NADH.
Hasil penelitian Fatmawati (2006) menunjukkan bahwa dari
pemeriksaan darah petani penyemprot menunjukkan bahwa 95 % petani
penyemprot menderita anemia (< 13gr/dl).
f. Genetik
Beberapa kejadian pada hemoglobin yang abnormal seperti
hemoglobin S. Kelainan homozigot dapat mengakibatkan kematian pada usia
muda sedangkan yang heterozigot dapat mengalami anemia ringan. Pada ras
tertentu ada yang mempunyai kelainan genetik, sehingga aktifitas
kholinesterase darahnya rendah dibandingkan dengan kebanyakan orang.
g. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang cukup tentang pestisida sangat penting dimiliki,
khususnya bagi petani penyemprot, karena dengan pengetahuan yang cukup
diharapkan para petani penyemprot dapat melakukan pengelolaan pestisida
dengan baik pula, sehingga risiko terjadinya keracunan dapat dihindari.
Hasil penelitian Halinda SL (2005) menunjukkan bahwa untuk
mencegah terjadinya keracunan pestisida pada petani beberapa hal yang harus
menjadi perhatian selain dari tatalaksana penyemprotan adalah cara
penyimpanan pestisida , cara mencampur pestisida dan cara membuang
kemasan pestisida.
2. Faktor dari luar tubuh:
a. Suhu lingkungan
Suhu lingkungan berkaitan dengan waktu menyemprot, matahari
semakin terik atau semakin siang maka suhu akan semakin panas. Kondisi
demikian akan mempengaruhi efek pestisida melalui mekanisme penyerapan
melalui kulit petani penyemprot.
b. Cara penanganan pestisida
Penanganan pestisida sejak dari pembelian, penyimpanan,
pencampuran, cara menyemprot hingga penanganan setelah penyemprotan
berpengaruh terhadap resiko keracunan bila tidak memenuhi ketentuan.
c. Penggunaan Alat Pelindung Diri
Pestisida umumnya adalah racun bersifat kontak, oleh karenanya
penggunaan alat pelindung diri pada petani waktu menyemprot sangat penting
untuk menghindari kontak langsung dengan pestisida. Pemakaian alat
pelindung diri lengkap ada 7 macam yaitu : baju lengan panjang, celana
panjang, masker, topi, kaca mata, kaos tangan dan sepatu boot. Pemakaian
APD dapat mencegah dan mengurangi terjadinya keracunan pestisida, dengan
memakai APD kemungkinan kontak langsung dengan pestisida dapat
dikurangi sehingga resiko racun pestisida masuk dalam tubuh melalui bagian
pernafasan, pencernaan dan kulit dapat dihindar (Notoadmodjo, 2003).
Penelitian yang dilakukan Devilia (2006) terhadap petani penyemprot
cabai Desa Sungai Bendung Air Kec. Kayu Aro Kabupaten Kerinci
menyatakan bahwa ada hubungan antara penggunaan alat pelindung diri
dengan aktivitas cholinesterase.25 Tetapi hal yang berbeda di dapatkan dari
hasil penelitian Runia (2008) menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara kelengkapan APD dengan kejadian keracunan pestisida.
d. Dosis pestisida
Semua jenis pestisida adalah racun, dosis yang semakin besar maka
akan semakin besar terjadinya keracunan pestisida. Karena bila dosis
penggunaan pestisida bertambah, maka efek dari pestisida juga akan
bertambah. Dosis pestisida yang tidak sesuai dosis berhubungan dengan
kejadian keracunan pestisida organofosfat petani penyemprot. Dosis yang
tidak sesuai mempunyai risiko empat kali untuk terjadi keracunan
dibandingkan penyemprotan yang dilakukan sesuai dengan dosis aturan.
e. Jumlah Jenis Pestisida
Masing-masing pestisida mempunyai efek fisiologis yang berbeda-
beda tergantung dari kandungan zat aktif dan sifat fisik dari pestisida tersebut.
Pada saat penyemprotan penggunaan pestisida > 3 jenis dapat mengakibatkan
keracunan pada petani. Banyaknya jenis pestisida yang digunakan
menyebabkan beragamnya paparan pada tubuh petani yang mengakibatkan
reaksi sinergik dalam tubuh.
f. Masa kerja menjadi penyemprot
Semakin lama petani menjadi penyemprot, maka semakin lama pula
kontak dengan pestisida sehingga resiko keracunan terhadap pestisida semakin
tinggi. Penurunan aktifitas kholinesterase dalam plasma darah karena
keracunan pestisida akan berlangsung mulai seseorang terpapar hingga 2
minggu setelah melakukan penyemprotan.
Tetapi hal yang berbeda di dapatkan dari hasil penelitian Runia (2008)
menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara masa kerja
dengan kejadian keracunan pestisida.
g. Lama menyemprot
Dalam melakukan penyemprotan sebaiknya tidak boleh lebih dari 3
jam, bila melebihi maka resiko keracunan akan semakin besar. Seandainya
masih harus menyelesaikan pekerjaannya hendaklah istirahat dulu untuk
beberapa saat untuk memberi kesempatan pada tubuh untuk terbebas dari
pemaparan pestisida.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa istirahat minimal satu minggu
dapat menaikkan aktivitas kholinesterase dalam darah pada petani
penyemprot. Istirahat minimal satu minggu pada petani keracunan ringan
dapat menaikkan aktivitas kholinesterase dalam darah menjadi normal
(87,50%). Sedangkan petani dengan keracunan sedang memerlukan waktu
istirahat yang lebih lama untuk mencapai aktivitas kholinesterase normal.
Penelitian yang dilakukan Devilia (2006) terhadap petani penyemprot
cabai Desa Sungai Bendung Air Kec. Kayu Aro Kabupaten Kerinci
menyatakan bahwa ada hubungan antara lama penyemprotan dengan aktivitas
cholinesterase.25 Tetapi hal yang berbeda di dapatkan dari hasil penelitian
Runia (2008) menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
lama menyemprot dengan kejadian keracunan pestisida.
h. Frekuensi Penyemprotan
Semakin sering seseorang melakukan penyemprotan, maka semakin
tinggi pula resiko keracunannya. Penyemprotan sebaiknya dilakukan sesuai
dengan ketentuan. Waktu yang dianjurkan untuk melakukan kontak dengan
pestisida maksimal 2 kali dalam seminggu.
Penelitian yang dilakukan Devilia (2006) terhadap petani penyemprot
cabai Desa Sungai Bendung Air Kec. Kayu Aro Kabupaten Kerinci
menyatakan bahwa ada hubungan antara frekuensi penyemprotan dengan
aktivitas cholinesterase.
i. Tindakan penyemprotan pada arah angin
Penyemprotan yang baik searah dengan arah angin dan penyemprot
hendaklah mengubah posisi penyemprotan apabila angin berubah.
j. Waktu menyemprot
Waktu penyemprotan perlu diperhatikan dalam melakukan
penyemprotan pestisida, hal ini berkaitan dengan suhu lingkungan yang dapat
menyebabkan keluarnya keringat lebih banyak terutama pada siang hari.
Sehingga waktu penyemprotan pada siang hari akan semakin mudah terjadinya
keracunan pestisida melalui kulit.
Salah satu masalah utama yang berkaitan dengan gejala keracunan
pestisida adalah bahwa gejala dan tanda keracunan khususnya pestisida dari
golongan organofosfat umumnya tidak spesifik bahkan cenderung menyerupai
gejala penyakit biasa seperti pusing, mual dan lemah sehingga oleh
masyarakat dianggap sebagai suatu penyakit yang tidak memerlukan terapi
khusus. Menurut Gallo (1991) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
keracunan pestisida antara lain dosis, toksisitas senyawa pestisida, lamanya
terpapar pestisida dan jalan pestisida masuk dalam tubuh.
D. Upaya Pencegahan Keracunan Pestisida
1. Cara Penggunaan Pestisida
Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor yang
penting dalam menentukan keberhasilan pengendalian hama. Walaupun jenis
obatnya manjur, namun karena penggunaannya tidak benar, maka menyebabkan
sia-sianya penyemprotan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
pestisida, di antaranya adalah keadaan angin, suhu udara, kelembapan dan curah
hujan. Angin yang tenang dan stabil akan mengurangi pelayangan partikel
pestisida di udara. Apabila suhu di bagian bawah lebih panas, pestisida akan naik
bergerak ke atas. Demikian pula kelembapan yang tinggi akan mempermudah
terjadinya hidrolisis partikel pestisida yang menyebabkan kurangnya daya racun.
Sedang curah hujan dapat menyebabkan pencucian pestisida, selanjutnya daya
kerja pestisida berkurang.
Hal-hal teknis yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida adalah
ketepatan penentuan dosis. Dosis yang terlalu tinggi akan menyebabkan
pemborosan pestisida, di samping merusak lingkungan. Dosis yang terlalu rendah
menyebabkan hama sasaran tidak mati. Di samping berakibat mempercepat
timbulnya resistensi.
a. Dosis pestisida
Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang
digunakan untuk mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap
tanaman yang dilakukan dalam satu kali aplikasi atau lebih. Ada pula yang
mengartikan dosis adalah jumlah pestisida yang telah dicampur atau
diencerkan dengan air yang digunakan untuk menyemprot hama dengan
satuan luas tertentu. Dosis bahan aktif adalah jumlah bahan aktif pestisida
yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau satuan volume larutan.
Besarnya suatu dosis pestisida biasanya tercantum dalam label pestisida.
b. Konsentrasi pestisida
Ada tiga macam konsentrasi yang perlu diperhatikan dalam hal
penggunaan pestisida
 Konsentrasi bahan aktif, yaitu persentase bahan aktif suatu pestisida
dalam larutan yang sudah dicampur dengan air.
 Konsentrasi formulasi, yaitu banyaknya pestisida dalam cc atau gram
setiap liter air.
 Konsentrasi larutan atau konsentrasi pestisida, yaitu persentase
kandungan pestisida dalam suatu larutan jadi.
c. Alat semprot
Alat untuk aplikasi pestisida terdiri atas bermacam-macam seperti
knapsack sprayer (high volume) biasanya dengan volume larutan konsentrasi
sekitar 500 liter. Mist blower (low volume) biasanya dengan volume larutan
konsentrasi sekitar 100 liter. Dan Atomizer (ultra low volume) biasanya
kurang dari 5 liter.
d. Menggunakan pestisida
Untuk menggunakan pestisida harus diingat beberapa hal yang harus
diperhatikan:
 Pestisida digunakan apabila diperlukan
 Sebaiknya makan dan minum secukupnya sebelum bekerja dengan
pestisida
 Harus mengikuti petunjuk yang tercantum dalam abel
 Anak-anak tidak diperkenankan menggunakan pestisida, demikian
pula wanita hamil dan orang yang tidak baik kesehatannya
 Apabila terjadi luka, tutuplah luka tersebut, karena pestisida dapat
terserap melalui luka
 Gunakan perlengkapan khusus, pakaian lengan panjang dan kaki,
sarung tangan, sepatu kebun, kacamata, penutup hidung dan rambut
dan atribut lain yang diperlukan
 Hati-hati bekerja dengan pestisida, lebih-lebih pestisida yang
konsentrasinya pekat. Tidak boleh sambil makan dan minum.
 Jangan mencium pestisida, karena pestisida sangat berbahaya apabila
tercium
 Sebaiknya pada waktu pengenceran atau pencampuran pestisida
dilakukan di tempat terbuka. Gunakan selalu alat-alat yang bersih dan
alat khusus.
 Dalam mencampur pestisida sesuaikan dengan takaran yang
dianjurkan. Jangan berlebih atau kurang
 Tidak diperkenankan mencampur pestisida lebih dari satu macam,
kecuali dianjurkan
 Jangan menyemprot atau menabur pestisida pada waktu akan turun
hujan, cuaca panas, angin kencang dan arah semprotan atau sebaran
berlawanan arah angin. Bila tidak enak badan berhentilah bekerja dan
istirahat secukupnya
 Wadah bekas pestisida harus dirusak atau dibenamkan, dibakar
supaya tidak digunakan oleh orang lain untuk tempat makanan
maupun minuman.
 Pasanglah tanda peringatan di tempat yang baru diperlakukan dengan
pestisida
 Setelah bekerja dengan pestisida, semua peralatan harus dibersihkan,
demikian pula pakaian-pakaian, dan mandilah dengan sabun sebersih
mungkin.
E. Pencemaran Lingkungan
1. Pencemaran Air pada Pestisida
Air merupakan sumber kehidupan umat manusia. Kini tidak hanya air
sungai yang masuk ke laut, air laut pun sudah biasa merembes ke wilayah darat
dan air minum menjadi asin. Sementara di sini lain air menjadi pahit karena
pencemaran sungai-sungai yang melewati perkotaan dan residu pestisida yang
tercecer dari penyemprotan di sawah-sawah. Residu masuk air sungai, mengalir ke
parit-parit sawah, masuk ke saluran tersier ke saluran sekunder dan terbuang ke
sungai kita. Sungai mengalir masuk kota, menuju ke hilir dan sebagian rakyat
menggunakan air di hilir untuk mandi, cuci dan kakus. Pencemaran bertambah
runyam, karena pestisida, sampah rumah tangga dan produk alami. Pestisida dapat
mencemari air yang sangat berbahaya bagi kehidupan. karena pestisida
mengandung bahan-bahan kimia yang sangat bebahaya seperti senyawa Dinitro
dan Thiosianat.
2. Pencemaran Tanah pada Pestisida
Pestisida banyak digunakan oleh petani untuk lahan pertanian seperti
pembasmi hama serta untuk membasmi rumpu-rumput liar. Namun disisi lain
penggunaan pestisida secara berlebihan akan berdampak buruk bagi ekosistem
tanah seperti matinya organisme dalam tanah (cacing,dll), sehingga tanah menjadi
tandus dan kering.
3. Pencemaran Udara pada Pestisida
Penyemprotan pestisida dengan menggunakan helikopter telah menggeser
pemakaian tenaga manusia yang dirasakan telah mengalami kekerdilan. Dengan
helikopter, dalam waktu sekejap berpuluh-puluh hektar ladang bahan pangan telah
tersemprot sekaligus. Tapi daerah-daerah yang bukan sasaran maupun hewan-
hewan dan serangga bukan sasaran target pembunuhan ikut menikmati hujan
pestisida dari cucuran helikopter.
Suatu bukti bahwa hewan bukan sasaran mendapat getahnya adalah kasus
di sebelah timur Illionis, Amerika Serikat. Di sini pada tahun 1954 telah dilakukan
penyemprotan suatu senyawa organochlorim dengan maksud menghentikan
Japanese beetle (kumbang Jepang). Tapi ternyata banyak spesies burung musnah
di daerah penyemprotan. Nasib yang sama dialami pula oleh kucing, tupai, insecta
predator, dll.
Pencemaran udara pestisida ini tidak hanya menyerang lingkungan
manusia sendiri saja, tetapi akhirnya jatuh ke pelukan manusia sendiri. Banyak
tragedi-tragedi kehidupan yang terjadi, dan yang paling naas, tragedi ini terjadi
karena penyelewengan manusia sendiri atas pestisida ini
Penyelewengan pestisida ini diarahkan pada pembasmian si pembuat dan
si pemakai utama, yaitu manusia. Pestisida digunakan untuk membunuh manusia.
Kejadian ini dipelopori oleh kekejaman Hitler di zaman Perang Dunia II, DDT
dipakai sebagai bahan percobaan dalam ladang-ladang kamp konsentrasi Hitler.
F. Upaya Pencegahan Pencemaran Lingkungan Oleh Pestisida
Harus diakui walaupun pestisida sangat berbahaya, peningkatan produksi
pertanian dapat tercapai justru dengan bantuan pestisida. Pencemaran yang
disebabkan oleh pestisida bukan hal sepele.
Tetapi kalau cara pemakaian pestisida dilakukan dengan sangat hati-hati,
kemungkinan besar pencemaran dapat dihindari atau setidaknya mengurangi
bahayanya pembatasan pemakaian pestisida ini sudah dimulai dengan gebrakan PAN
(Pesticides Action Network) yang beranggotakan 50 negara, termasuk Indonesia.
Di sini ada tujuh jenis pestisida yang dilarang di antara 12 jenis yang
dimasukkan dalam The Dirty Dozen seperti Heptachlor. Di Indonesia, hal ini
didukung oleh ikut sertanya BATAN dalam meneliti residu-residu produk pertanian
dan mengeluarkan batas ambang yang aman bagi pemakaian pestisida.
Juga turut peran serta pemerintah yaitu peraturan tentang ANDAL yang mulai
berlaku dari segi pengamanan baik bagi keselamatan manusia maupun lingkungan.
Tindakan pemerintah dengan peraturan ANDAL adalah tepat sebagai tindakan
pencegahan dan usaha menanggulangi kemungkinan terjadinya pencemaran
lingkungan hidup manusia Indonesia.
Bagaimanapun juga pestisida adalah racun. Sebenarnya kalau ada kerugian
yang ditimbulkan oleh pestisida, maka yang paling menderita adalah manusia.
Manusia harus bertanggung jawab terhadap kerusakan yang timbul, karena semua
kegiatan pencegahan hama adalah hasil karya manusia dan di tujukan untuk
pemenuhan kebutuhannya. Manusia adalah pelaku utama pemberantasan hama.
Karena itu selain perlindungan terhadap tanah, air, dan hewan lainnya dari bahaya
pestisida, perlindungan pertama justru harus diberikan terhadap manusia.
Cara yang paling baik untuk mencegah pencemaran pestisida adalah dengan
tidak menggunakan pestisida sebagai pemberantas hama. Mengingat akibat
sampingan yang terlalu berat atau bahkan menyebabkan rusaknya lingkungan dan
merosotnya hasil panen, penggunaan pestisida mulai dikurangi. Cara-cara yang dapat
ditempuh untuk mencegah atau mengurangi serangga hama antara lain:
a. pengaturan jenis tanaman dan waktu tanam,
b. memilih varietas yang tahan lama,
c. memanfaatkan musuh-musuh alami serangga,
d. penggunaan hormon serangga,
e. pemanfaatan daya tarik seks pada serangga
f. sterilisasi
Cara-cara tersebut di atas memang tidak memiliki efek yang cepat dan merata
dibahding pestisida. Karenanya bila dibutuhkan pemberantasan hama yang sifatnya
segera, penggunaan pestisida memang merupakan pilihan yang paling baik dan
tepat.Jika memang pestisidalah yakan digunakan, maka adalah suatu langkah yang
paling bijaksana untuk melakukan suatu tindakan pencegahan terhadap pencemaran
atau keracunan yang mungkin timbul.
Pada pencemaran lingkungan oleh pestisida, beberapa tindakan pencegahan
yang perlu dilakukan antara lain:
1. ketahuilah atau pahamilah dengan yakin tentang kegunaan dari suatu jenis
pestisida. Jangan sampai terjadi salah berantas.Misalnya herbisida jangan
digunakan untuk membasmi serangga. Hasilnya, serangga yang dimaksud
belum tentu mati, sedangkan tanah atau tanaman telah terlanjur tercemar.
2. ikuti petunjuk-petunjuk mengenai aturan pakai dan dosis yang dianjurkan
pabrik atau petugas penyuluh,
3. jangan terlalu tergesa-gesa menggunakan pestisida, Tanyakan pada penyuluh
apakah sudah saatnya digunakan pestisida, karena belum tentu suatu jenis
hama harus diberantas dengan pestisida.
4. jangan telat memberantas hama. Jika penyuluh sudah menganjurkan untuk
menggunakan pestisida, cepatlah dilakukan. Dengan semakin meluasnya hama
akan membutuhkan penggunaan pestisida dalam jumlah besar, ini berarti
hanya akan memperbesar peluang terjadinya pencemaran,
5. jangan salah pakai pestisida. Selain satu jenis pestisida biasanya hanya
digunakan untuk suatu jenis hama tertentu, terkadang usia tanaman yang
berbeda menghendaki jenis pestisida yang berbeda pula,
6. pahamilah dengan baik cara pemakaian pestisida. Jangan sampai tercecer di
sekitar tanaman,
7. jika pestisida yang akan digunakan harus dibuat larutan terlebih dahulu,
gunakan tempat yang khusus untuk itu. Pada waktu mengaduk, larutan jangan
sampai tercecer ke tempat lain. perhatikan dengan tepat jumlah larutan yang
dibuat agar tidak terdapat sisa setelah pemakaian. Sudah disebutkan bahwa
selain tindakan pencegahan terhadap pencemaran lingkungan oleh pestisida,
juga diperlukan tindakan-tindakan pengamanan terhadap pestisida. Tujuannya
adalah agar manusia terbebas dari keracunan. Beberapa tindakan yang perlu
diambil untuk mencegah keracunan oleh pestisida, yaitu:
e. Penyimpanan racun-racun hama:
1. Racun-racun harus disimpan dalam wadah-wadah yang diberi
tanda, sebaiknya tertutup dan dalam lemari tersendiri yang
terkunci.
2. Campuran racun dengan tepung atau makanan tidak boleh
disimpan dekat makanan. Campuran yang rasanya manis biasanya
paling berbahaya. Tanda-tanda harus jelas biar untuk mereka yang
buta huruf sekalipun tabu.
3. Tempat-tempat bekas menyimpan yang telah tidak dipakai lagi
harus dibakar, agar racun-racun sisa musnah sama sekali.
4. Penyimpanan-penyimpanan di wadah-wadah untuk makanan atau
minuman seperti di hotel-hotel, sangat besar bahayanya.
f. Pemakaian alat-alat pelindung
1. Pakailah masker dan adakanlah ventilasi keluar setempat selama
melakukan pencampuran kering bahan-bahan.
2. Pakailah pakaian pelindung, kaca mata dan sarung tangan terbuat
dari neopren, jika kerjaan dimaksudkan untuk mencampur bahan
tersebut dengan minyak atau pelarut-pelarut organis.Pakaian
pelindung harus dibuka dan kulit dicuci sempurna sebelum makan.
3. Pakailah pelindung pernafasan, kaca mata, baju pelindung, dan
sarung tangan selama menyiapkan dan enggunakan semprotan,
kabut atau aerasol, jika kulit atau paru-paru mungkin kontak
dengan bahan tersebut. Alat-alat pelindung harus terbuat dari karet
atau bahan tahan minyak.
4. Selalu menyemprot ke arah yang tidak memungkinkan angin
membawa bahan, sehingga terhirup atau mengenai kulit dari
tenaga kerja yang bersangkutan.
5. Hindarkan waktu kerja lebih dari 8 jam sehari bekerja di tempat
tertutup dengan memakai penguap termisi jauhkan alat tersebut
dari rumah penduduk dan tempat pengolahan bahan makanan.
6. Janganlah disemprot tempat-tempat yang sebagian tubuh manusia
akan bersentuhan dengannya pestisida, manusia dihadapkan pada
suatu dilema.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pestisida merupakan produk sebuah revolusi yang tidak hanya menarik tetapi
juga mengerikan. Berhadapan dengan pemakaian pestisida yang salah akan
memebahayakan kesehatan pemakainya. Karena efek racun dari bahan kimia
kandungan pestisida dapat menyerang system tubuh seperti paru-paru, hati, ginjal dan
saluran kencing, system syaraf, darah dan sumsum tulang, jantung dan pembuluh
darah, kulit, payudara, system reproduksi serta system-sistem lain. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya keracunan pestisida yaitu factor dalam tubuh dan factor luar
tubuh.
Selain dari kesehatan juga dampak yang tak dapat dihindari tapi hanya dapat
diminimalisir adalah dampak pencemaran lingkungan alam. Apabila tidak dipakai
hama dan penyakit menjadi momok bagi manusia. Inilah yang disebut tragedi. Dan
manusia yang berhadapan dengan tragedi bisa mengambil sikap dan langkah yang
pasti sesuai dengan tuntutan situasi.
Oleh karena itu masalah pestisida menuntut perhatian semua pihak, tidak
hanya para pejabat, tidak hanya si pemakai jasa. Kita semua memikul tanggung jawab
bersama atas lingkungan hidup kita sendiri. Pestisida bukan hanya menjadi tanggung
jawab pabrik penghasil, dan tanggung jawab pemerintah yang memberi izin produksi,
tapi menjadi tanggung jawab semua pihak, semua bangsa dan semua negara.
Jikalau di suatu negara suatu jenis pestisida sudah diteliti, dinyatakan
berbahaya, dan dilarang untuk dipergunakan, semestinya semua negara di dunia juga
harus mengerti akan hal itu dan ikut melaksanakannya. Bersikap mendua dalam
mengambil langkah kiranya kurang membantu. Pemakaian pestisida dilarang tetapi
tetap diproduksi dan bahkan diekspor ke negara tetangga.
Setiap usaha pemberantasan harus melibatkan semua pihak dan bersifat
menyeluruh, kalau diharapkan berhasil. Mudah-mudahan di masa mendatang kasus-
kasus akibat pemakaian atau produksi pestisida mulai mengecil atau bahkan hilang
sama sekali. Meskipun sulit, kita semua berjuang agar risiko bagi lingkungan itu
makin diperkecil.
B. Saran
1. Perlunya penyuluhan dalam aplikasi pemakaian pestisida secara rutin kepada
kelompok-kelompok tani.
2. Petani diharapkan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap pada waktu
melakukan penyemprotan.
3. Pemerintah perlu mencari alternative pembasmi hama yang lebih efektif dan
aman dibandingkan pestisida.
4. Berusaha penggunaan pestisida diminimalkan mungkin dan beralih secara
alami.
5. Semua pihak diharapkan ikut berpartisipasi dalam meniminimalkan dampak
negatif yang terjadi, karena pada akhirnya yang paling menentukan nasip dan
lingkungan hidup kita adalah kita sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Rukaesih. 1999. Kimia Lingkungan.Bandung: ANDI.
Anonimous, Agen Orange,1983. Diduga penyebab kelahiran bayi cacat di
Vietnam, 1983, Kompas 25 Maret 1983, Jakarta.
Benn, F.R [ and ]C.A. Mac Auliffe, 1975. Chemistry and pollution. New York :
The Mac Millan Press.
Ekha Isuasta, 1988.Dilema pestisida . Yogyakarta : Kanisius.
Kusno S , 1992. Pencegahan pencemaran pupuk dan pestida. Jakarta : Penerbit
Swadaya.
Butarbutar, J. 2009. Pestisida dan Pengendaliannya. Koperasi Serba Usaha
"SUBUR" Provinsi Sumatera Utara. Medan. www.koperasisubur.com.
Diana, Wulan. 2009. Dampak Negatif Penggunaan Pestisida di Lingkungan
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1106/1/fp-diana.pdf.
Kementrian Pertanian.2011. Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida.
Jakarta: Direktorat Jenderal Prasaranan dan Sarana Kementrian
Pertanian.
Munawir, Khozanah. 2005. Pemantauan Kadar Pestisida Organoklorin Di
Beberapa Muara Sungai Di Perairan Teluk Jakarta. Jurnal Oseanologi
dan Limnologi di Indonesia 2005 No. 37 : 15 – 25 ISSN 0125 – 9830.
Pohan, Nurhasmawati. 2004. Pestisida dan Pencemarannya. Universitas
Sumatra Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/
1367/1/tkimia-nurhasmawaty7.pdf.
Quijano;Sarojeni V. Rengam.2001. Pestisida Berbahaya Bagi Kesehatan. Solo:
Yayasan Duta Awam Pesticide Action Network Asia and the Pacific
Runia, Yodenca. 2008. Tesis: Faktor-fakor yang Berhubungan dengan
Keracunan Pestisida Organofosfat, Karbamat dan Kejadian Anemia
pada Petani Holtikultura Di Desa Tejosari Kecamatan Ngablak
Kabupaten Magelang. Universitas Diponegoro. Semarang.
Dipublikasikan (112 Hal).
Rustia, Hana. 2009. Skipsi: Pengaruh pajanan pestisida terhadap Petani di
Tangerang. Universitas Indonesia. Depok. Dipublikasikan (98 hal).
Sartono. 2001. Racun dan Keracunan. Widya Medika. Jakarta.
Soemirat, J. 2005. Toksikologi Lingkungan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
Tarumingkeng. 2008. Pestisida dan Penggunaannya. Bogor: Institut Pertanian
Bogor
Prijanto, T.B. 2009. Analisis Faktor Risiko Keracunan Pestisida Organofosfat
pada Keluarga Petani Hortikultura Di Kecamatan Ngablak Kabupaten
Magelang. (Tesis). Program Pascasarjana Universitas Diponegoro
Semarang.
Yuantari, Maria. 2009. Tesis: Studi Ekonomi Lingkungan Penggunaan Pestisida
dan Dampaknya pada Kesehatan Petani Di Area Pertanian Hortikultura
Desa Sumber Rejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Jawa
Tengah. Universitas Diponegoro. Semarang. Dipublikasikan (142 Hal).

More Related Content

What's hot

Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaMakalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaOperator Warnet Vast Raha
 
PEMANFAATKAN BUNGA MATAHARI ( Helianthus annuus Less ) DALAM UPAYA MENANGANI ...
PEMANFAATKAN BUNGA MATAHARI ( Helianthus annuus Less ) DALAM UPAYA MENANGANI ...PEMANFAATKAN BUNGA MATAHARI ( Helianthus annuus Less ) DALAM UPAYA MENANGANI ...
PEMANFAATKAN BUNGA MATAHARI ( Helianthus annuus Less ) DALAM UPAYA MENANGANI ...Ghearika Sriwijatno
 
Ppt pestisida dn manusia
Ppt pestisida dn manusiaPpt pestisida dn manusia
Ppt pestisida dn manusiaiwan suryadin
 
Pestisida dan teknik aplikasi 1-Nop-2012
Pestisida dan teknik aplikasi 1-Nop-2012Pestisida dan teknik aplikasi 1-Nop-2012
Pestisida dan teknik aplikasi 1-Nop-2012Gede Susrama
 
Pestisida dan aplikasi 1
Pestisida dan aplikasi 1Pestisida dan aplikasi 1
Pestisida dan aplikasi 1Gede Susrama
 
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanian
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanianMakalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanian
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanianEfri Yadi
 
Jenis pestisida
Jenis  pestisida Jenis  pestisida
Jenis pestisida inayah9
 
Jenis tanaman fitoremediasi
Jenis tanaman fitoremediasiJenis tanaman fitoremediasi
Jenis tanaman fitoremediasiKeylala Hawkins
 
Makalah (anacardium occidentale)
Makalah (anacardium occidentale)Makalah (anacardium occidentale)
Makalah (anacardium occidentale)Ekal Kurniawan
 

What's hot (15)

Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaMakalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
 
Ipi161112
Ipi161112Ipi161112
Ipi161112
 
PEMANFAATKAN BUNGA MATAHARI ( Helianthus annuus Less ) DALAM UPAYA MENANGANI ...
PEMANFAATKAN BUNGA MATAHARI ( Helianthus annuus Less ) DALAM UPAYA MENANGANI ...PEMANFAATKAN BUNGA MATAHARI ( Helianthus annuus Less ) DALAM UPAYA MENANGANI ...
PEMANFAATKAN BUNGA MATAHARI ( Helianthus annuus Less ) DALAM UPAYA MENANGANI ...
 
Biokontrol
BiokontrolBiokontrol
Biokontrol
 
Ppt pestisida dn manusia
Ppt pestisida dn manusiaPpt pestisida dn manusia
Ppt pestisida dn manusia
 
Pestisida dan teknik aplikasi 1-Nop-2012
Pestisida dan teknik aplikasi 1-Nop-2012Pestisida dan teknik aplikasi 1-Nop-2012
Pestisida dan teknik aplikasi 1-Nop-2012
 
PESTISIDA
PESTISIDAPESTISIDA
PESTISIDA
 
Pestisida dan aplikasi 1
Pestisida dan aplikasi 1Pestisida dan aplikasi 1
Pestisida dan aplikasi 1
 
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanian
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanianMakalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanian
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanian
 
Jenis pestisida
Jenis  pestisida Jenis  pestisida
Jenis pestisida
 
Jenis tanaman fitoremediasi
Jenis tanaman fitoremediasiJenis tanaman fitoremediasi
Jenis tanaman fitoremediasi
 
Makalah (anacardium occidentale)
Makalah (anacardium occidentale)Makalah (anacardium occidentale)
Makalah (anacardium occidentale)
 
Makalah perlintan gulma_arin-1
Makalah perlintan gulma_arin-1Makalah perlintan gulma_arin-1
Makalah perlintan gulma_arin-1
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Pengendalian hama
Pengendalian hamaPengendalian hama
Pengendalian hama
 

Similar to Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

Herfina yv j1f111217
Herfina yv   j1f111217Herfina yv   j1f111217
Herfina yv j1f111217Finayv
 
Herfina yv j1f111217 laporan akhir
Herfina yv   j1f111217 laporan akhirHerfina yv   j1f111217 laporan akhir
Herfina yv j1f111217 laporan akhirFinayv
 
Kontaminasi pestisida pada sayuran dan implikasinya pada kesehatan masyarakat...
Kontaminasi pestisida pada sayuran dan implikasinya pada kesehatan masyarakat...Kontaminasi pestisida pada sayuran dan implikasinya pada kesehatan masyarakat...
Kontaminasi pestisida pada sayuran dan implikasinya pada kesehatan masyarakat...Rolina Zahhara Tambunan
 
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanBuku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanIr. Zakaria, M.M
 
Peranan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari
Peranan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hariPeranan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari
Peranan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hariAnnisa Firdayanti
 
Pertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutan
Pertanian Organik Mendukung Pertanian BerkelanjutanPertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutan
Pertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutanroni09071995
 
Bismillah p aperku
Bismillah p aperkuBismillah p aperku
Bismillah p aperkuEka Kurniati
 
pestisida.pptx
pestisida.pptxpestisida.pptx
pestisida.pptxTokoRazaq
 
5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatiixie_yeuw_jack
 
nn M 26 pestisida botani untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman s...
nn M 26 pestisida botani untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman s...nn M 26 pestisida botani untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman s...
nn M 26 pestisida botani untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman s...Nita Komala
 
Integrated pesticide management in agriculture and implementation strategy
Integrated pesticide management in agriculture and implementation strategyIntegrated pesticide management in agriculture and implementation strategy
Integrated pesticide management in agriculture and implementation strategySri T
 
Peranan Biologi di bidang pertanian
Peranan Biologi di bidang pertanianPeranan Biologi di bidang pertanian
Peranan Biologi di bidang pertanianf' yagami
 
Yusnani k11111622
Yusnani k11111622Yusnani k11111622
Yusnani k11111622Tanto Ayah
 
72. Revisi.143.Puspitasari_4.pdf
72. Revisi.143.Puspitasari_4.pdf72. Revisi.143.Puspitasari_4.pdf
72. Revisi.143.Puspitasari_4.pdfazhari80
 
Pengolahan lahan pertanian organik
Pengolahan lahan pertanian organikPengolahan lahan pertanian organik
Pengolahan lahan pertanian organikD'Richo BlackZkull
 
Laporan pipkmk
Laporan pipkmkLaporan pipkmk
Laporan pipkmkWinda Lita
 

Similar to Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047) (20)

Herfina yv j1f111217
Herfina yv   j1f111217Herfina yv   j1f111217
Herfina yv j1f111217
 
Herfina yv j1f111217 laporan akhir
Herfina yv   j1f111217 laporan akhirHerfina yv   j1f111217 laporan akhir
Herfina yv j1f111217 laporan akhir
 
Kontaminasi pestisida pada sayuran dan implikasinya pada kesehatan masyarakat...
Kontaminasi pestisida pada sayuran dan implikasinya pada kesehatan masyarakat...Kontaminasi pestisida pada sayuran dan implikasinya pada kesehatan masyarakat...
Kontaminasi pestisida pada sayuran dan implikasinya pada kesehatan masyarakat...
 
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanBuku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
 
Peranan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari
Peranan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hariPeranan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari
Peranan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari
 
P-4 dan P-5 Pestisida.pptx
P-4 dan P-5 Pestisida.pptxP-4 dan P-5 Pestisida.pptx
P-4 dan P-5 Pestisida.pptx
 
Pertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutan
Pertanian Organik Mendukung Pertanian BerkelanjutanPertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutan
Pertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutan
 
Bismillah p aperku
Bismillah p aperkuBismillah p aperku
Bismillah p aperku
 
Buku diktat diht
Buku diktat dihtBuku diktat diht
Buku diktat diht
 
pestisida.pptx
pestisida.pptxpestisida.pptx
pestisida.pptx
 
5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii
 
Pertanian organik
Pertanian organikPertanian organik
Pertanian organik
 
nn M 26 pestisida botani untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman s...
nn M 26 pestisida botani untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman s...nn M 26 pestisida botani untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman s...
nn M 26 pestisida botani untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman s...
 
Integrated pesticide management in agriculture and implementation strategy
Integrated pesticide management in agriculture and implementation strategyIntegrated pesticide management in agriculture and implementation strategy
Integrated pesticide management in agriculture and implementation strategy
 
Peranan Biologi di bidang pertanian
Peranan Biologi di bidang pertanianPeranan Biologi di bidang pertanian
Peranan Biologi di bidang pertanian
 
Yusnani k11111622
Yusnani k11111622Yusnani k11111622
Yusnani k11111622
 
Pertanian organik
Pertanian organikPertanian organik
Pertanian organik
 
72. Revisi.143.Puspitasari_4.pdf
72. Revisi.143.Puspitasari_4.pdf72. Revisi.143.Puspitasari_4.pdf
72. Revisi.143.Puspitasari_4.pdf
 
Pengolahan lahan pertanian organik
Pengolahan lahan pertanian organikPengolahan lahan pertanian organik
Pengolahan lahan pertanian organik
 
Laporan pipkmk
Laporan pipkmkLaporan pipkmk
Laporan pipkmk
 

Recently uploaded

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 

Recently uploaded (20)

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 

Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

  • 1. MAKALAH KIMIA Dampak Penggunaan Pestisida Terhadap Kesehatan dan Lingkungan Disusun Oleh : Tri Ramadhona 20130212047 FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN YOGYAKARTA Jl. Magelang Km. 5.6 Yogyakarta 55284 2014
  • 2. KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas inayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Dampak Penggunaan Pestisida Terhadap Kesehatan dan Lingkungan” dengan tepat waktu. Tidak lupa pula shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa manusia dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh ilmu pengetahuan . Saya juga ingin mengucapkan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas makalah ini. Namun, saya menyadari bahwa penyusun masih mempunyai kekurangan dalam menyusun makalah ini. Oleh karena itu, kami meminta saran dan kritik atas makalah ini dan kita akan memperbaikinya supaya lebih baik lagi untuk mendatang. Semoga dengan adanya makalah ini bisa menjadi bahan tambahan ilmu bagi para pembaca dan khususnya bagi saya sendiri, sehingga menjadi amal yang tidak pernah putus. Amin. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Yogyakarta, Februari 2014 Penulis
  • 3. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama, dan cide yang berarti membunuh. Jadi Pestisida adalah mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya. Penggunaan pestisida biasanya dilakukan dengan bahan lain misalnya dicampur minyak dan air untuk melarutkannya, juga ada yang menggunakan bubuk untuk mempermudah dalam pengenceran atau penyebaran dan penyemprotannya, bubuk yang dicampur sebagai pengencer umumnya dalam formulasi dust, atraktan (misalnya bahan feromon) untuk pengumpan, juga bahan yang bersifat sinergis lainnya untuk penambah daya racun. Secara luas pestisida diartikan sebagai suatu zat yang dapat bersifat racun, menghambat pertumbuhan/perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, pengaruh hormon, penghambat makanan, membuat mandul, sebagai pengikat, penolak dan aktivitas lainnya yang mempengaruhi OPT. Pembangunan nasional yang meningkat sejalan dengan terjadinya peningkatan industrialisasi, sehingga diperlukan saran-sarana yang mendukung lancarnya proses industrialisasi tersebut, salah satunya yaitu dengan meningkatkan sektor pertanian. Kondisi pertanian di Indonesia saat ini banyak yang diarahkan untuk kepentingan agroindustri. Salah satu bentuknya akan mengarah pada pola pertanian yang makin monokultur, baik itu pada pertanian darat maupun akuakultur. Kondisi tersebut mengakibatkan adanya berbagai jenis penyakit yang tidak dikenal atau menjadi masalah sebelumnya akan menjadi kendala bagi peningkatan hasil berbagai komoditi agroindustry. Untuk meningkatan hasil dari sektor pertanian maka diperlukan berbagai sarana yang mendukungnya dan terutama dalam hal mencukupi kebutuhan nasional dalam bidang pangan / sandang dan meningkatkan perekonomian nasional dengan mengekspor hasilnya ke luar negeri. Sarana-sarana yang mendukung peningkatan
  • 4. hasil di bidang pertanian ini adalah alat-alat pertanian, pupuk, bahan-bahan kimia yang termasuk di dalamnya adalah pestisida. Kebiasaan petani dalam menggunakan pestisida kadang-kadang menyalahi aturan, selain dosis yang digunakan melebihi takaran, petani juga sering mencampur beberapa jenis pestisida, dengan alasan untuk meningkatkan daya racunnya pada hama tanaman. Tindakan yang demikian sebenarnya sangat merugikan, karena dapat menyebabkan semakin tinggi tingkat pencemaran pada lingkungan oleh pestisida.3. Walaupun banyak petani yang pintar membaca, tetapi terkadang mereka mengacuhkan peringatan yang tertulis di tempat pestisida tersebut. Sebagian besar mereka tidak peduli untuk membaca atau mengikuti petunjuk penggunaannya.4 Pencemaran lingkungan pada industri pertanian disebabkan oleh penggunaan bahan-bahan kimia pertanian. Penggunaan bahan-bahan kimia pertanian seperti pestisida dapat membahayakan kehidupan manusia dan hewan karena residu pestisida terakumulasi pada produk-produk pertanian dan perairan, untuk meningkatkan produksi pertanian disamping juga menjaga keseimbangan lingkungan agar tidak terjadi pencemaran akibat penggunaan pestisida perlu diketahui peranan dan pengaruh serta penggunaan yang aman dari pestisida dan adanya alternatif lain yang dapat menggantikan peranan pestisida pada lingkungan pertanian dalam mengendalikan hama, penyakit dan gulma. Penyemprotan pestisida yang tidak memenuhi aturan akan mengakibatkan banyak dampak, diantaranya dampak kesehatan bagi manusia yaitu timbulnya keracunan pada petani yang dapat dilakukan dengan jalan memeriksa aktifitas kholinesterase darah. Faktor yang berpengaruh dengan terjadinya keracunan pestisida adalah faktor dari dalam tubuh (internal) dan dari luar tubuh (eksternal). Faktor dari dalam tubuh antara lain umur, jenis kelamin, genetik, status gizi, kadar hemoglobin, tingkat pengetahuan dan status kesehatan. Sedangkan faktor dari luar tubuh mempunyai peranan yang besar. Faktor tersebut antara lain banyaknya jenis pestisida yang digunakan, jenis pestisida, dosis pestisida, frekuensi penyemprotan, masa kerja menjadi penyemprot, lama menyemprot, pemakaian alat pelindung diri, cara penanganan pestisida, kontak terakhir dengan pestisida, ketinggian tanaman, suhu lingkungan, waktu menyemprot dan tindakan terhadap arah angina.
  • 5. Pestisida yang banyak direkomendasikan untuk bidang pertanian adalah golongan organofosfat, karena golongan ini lebih mudah terurai di alam. Golongan organofosfat mempengaruhi fungsi syaraf dengan jalan menghambat kerja enzim kholinesterase, suatu bahan kimia esensial dalam mengantarkan impuls sepanjang serabut syaraf. Pengukuran tingkat keracunan berdasarkan aktifitas enzim kholinesterase dalam darah dengan menggunakan metode Tintometer Kit, tingkat keracunan adalah sebagai berikut : 75% - 100 % kategori normal, 50% - 75% kategori keracunan ringan, 25% - 50 kategori keracunan sedang dan 0% - 25% kategori keracunan berat. Menurut WHO, jenis klasifikasi pestisida yang paling banyak digunakan adalah Insektisida yang digunakan oleh 97% dari petani (terutama organofosfat 88%, 48% pyretroides), diikuti oleh fungisida (63%) dan herbisida (31%). Selain berbahaya bagi kesehatan manusia, pestisida dapat mempunyai dampak buruk bagi lingkungan. Pestisida yang ditemukan dalam berbagai medium lingkungan hanya sedikit sekali, namun kadar ini mungkin akan lebih tinggi bila pestisida terus bertahan di lingkungan (residu). Pestisida dapat bertahan lama pada lingkungan karena mempunyai waktu paruh yang lama seperti jenis klororganik seperti DDT (Dikloro-Difenil-Trikloroetan). Dalam lingkungan air waktu paruh DDT, lebih dari 10 tahun, sedangkan dieldrin, 20 tahun. Dalam tanah, waktu paruh DDT sekitar 40 tahun. Bahkan, DDT (0,2 ppm) masih ditemukan dalam sampel lemak pada binatang Antartika. Cacing tanah dapat menimbun DDT dari tanah hingga 14 kali dari kadar DDT tanah itu sendiri, sedangkan tiram dapat menimbun DDT 10 hingga 70.000 kali dari kadar DDT air laut. Sedangkan pada manusia sebagai rantai makanan terakhir tidak mempunyai batas yang jelas, pada orang Eropa kadar DDT dalam sel lemak rata-rata 0,2 ppm sedangkan orang Amerika rata-rata 13,5 ppm. Perdagangan pestisida, terutama insektisida, di Asia Tenggara selama lima tahun terakhir terus meningkat. Impor insektisida ke negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia naik berlipatganda. Pada 2009 saja, Indonesia mengimpor insektisida lebih dari US$ 90 juta. Sedangkan total nilai pasar pestisida nasional Rp 6 triliun per tahun. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, 80 persen penggunaan pestisida di negara maju, sayangnya 80 persen keracunan terjadi di negara
  • 6. berkembang. Sementara mengacu penelitian International Rice Research Institute (IRRI) dan Organisasi Pangan Dunia (FAO), ledakan hama wereng coklat disebabkan karena keseimbangan ekosistem padi sawah hancur. Data World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 3 juta orang yang bekerja pada sektor pertanian di negara-negara berkembang terkontaminasi pestisida dan sekitar 18.000 orang diantaranya meninggal setip tahunnya. Hasil penelitian Jors, dkk (2005) di Bolivia, menunjukkan bahwa intoksikasi pestisida yang umum di kalangan petani terkait dengan frekuensi penyemprotan, penggunaan organofosfat dan sejumlah upaya perlindungan yang dilakukan oleh petani saat penyemprotan. Data kesehatan Pekanbaru tahun 2007 ada 446 orang meninggal akibat keracunan pestisida setiap tahunnya dan sekitar 30% mengalami gejala keracunan saat menggunakan pestisida Karena petani kurang tau cara menggunakan pestisida secara efektif dan penggunaan pestisida secara berlebihan, dan berdasarkan hasil penilitian Ir. La Ode Arief M. Rur.SC. dari Sumatera Barat tahun 2005 mengatakan penyebab keracunan pestisida di Riau akibat kurang pengetahuan petani dalam penggunaan pestisida secara efektif dan tidak menggunakan alat pelindung diri saat pemajanan pestisida,hasilnya dari 2300 responden yang peda dasarnya para petani hanya 20% petani yang menggunakan APD (alat pelindung diri), 60% patani tidak tau cara menggunakan pestisida secara efektif dan mereka mengatakan setelah manggunakan pestisida timbul gejala pada tubuh (mual,sakit tenggorokan, gatal - gatal, pandangan kabur, Dll.)dan sekitar 20% petani tersebut tidak tahu sama sekali tentang bahaya pestisida terhadap kesehatan.12 Selain itu, Penelitian yang dilakukan Runia (2008) di Desa Tejosari Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang mendapatkan bahwa dari 78 sampel petani yang ditetliti, didaptkan petani yang menderita keracunan sebanyak 75 orang (96,2%). B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana peranan pestisida dalam bidang pertanian? 2. Bagaimanakah jenis-jenis dari pestisida? 3. Bagaimanakah mekanisme keracunan pestisida serta efeknya pada system tubuh?
  • 7. 4. Apakah factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan pestisida? 5. Bagiamanakah pencemaran lingkungan yang di akibatkan oleh pestisida? 6. Bagaimanakah solusi pencegahan pencemaran yang di akibatkan oleh pestisida? C. Tujuan 1. Tujuan umum Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh pestisida terhadap kesehatan petani dan pencemaran lingkungan. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui pestisida dan jenis-jenisnya b. Untuk mengetahui peranan pestisida dalam bidang pertanian c. Untuk mengetahui mekanisme keracunan pestisida serta efeknya pada system tubuh d. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan pestisida e. Untuk mengetahui pencemaran lingkungan yang di akibatkan oleh pestisida f. Untuk mengetahui solusi pencegahan pencemaran yang di akibatkan oleh pestisida D. Manfaat Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah : 1. Dapat mengetahui pestisida dan jenis-jenisnya 2. Dapat mengetahui peranan pestisida dalam bidang pertanian 3. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan perstisida 4. Dapat mengetahui informasi mengenai dampak-dampak pencemaran yang di akibatkan oleh penggunaan pestisida 5. Dapat mengurangi penggunaan pestisida yang berlebihan 6. Dapat mengetahi solusi dalam mengatasi pencemaran yang di sebabkan oleh penggunaan pestisida
  • 8. BAB II TINJAUAN PUSAKA A. PengertianPestisida Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan sida yang berasal dari kata caedo berarti pembunuh. Pestisida dapat diartikan secara sederhana sebagai pembunuh hama..Secara umum pestisida dapat didefenisikan sebagai bahan yang digunakan untuk mengendalikan populasi jasad yang dianggap sebagai pest (hama) yang secara langsung maupun tidak langsung merugikan kepentingan manusia (Sartono, 2001). USEPA dalam Soemirat (2005) menyatakan pestisida sebagai zat atau campuran zat yang digunakan untuk mencegah, memusnahkan, menolak, atau memusuhi hama dalam bentuk hewan, tanaman, dan mikroorganisme penggangu. Pengertian pestisida menurut Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 dalam Kementrian Pertanian (2011) dan Permenkes RI No.258/Menkes/Per/III/1992 adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk : 1. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian 2. Memberantas rerumputan 3. Mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan 4. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan atau ternak 5. Memberantas atau mencegah hama-hama air 6. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam bangunan rumah tangga alat angkutan, dan alat-alat pertanian 7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan tanaman, tanah dan air. Menurut PP RI No.6 tahun 1995 dalam Soemirat (2005), pestisida juga didefinisikan sebagai zat atau senyawa kimia, zat pengatur tubuh dan perangsang tubuh, bahan lain, serta mikroorganisme atau virus yang digunakan untuk perlindungan tanaman.
  • 9. Sementara itu, The United States Environmental Control Act dalam Runia (2008) mendefinisikan pestisida sebagai berikut : 1. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, serta jasad renik yang dianggap hama; kecuali virus, bakteri, atau jasad renik lain yang terdapat pada hewan dan manusia 2. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur pertumbuhan atau mengeringkan tanaman Menurut Depkes (2004) dalam Rustia (2009), pestisida kesehatan masyarakat adalah pestisida yang digunakan untuk pemberantasan vektor penyakit menular (serangga, tikus) atau untuk pengendalian hama di rumah-rumah, pekarangan, tempat kerja, tempat umum lain, termasuk sarana nagkutan dan tempat penyimpanan/pergudangan. Pestisida terbatas adalah pestisida yang karena sifatnya (fisik dan kimia) dan atau karena daya racunnya, dinilai sangat berbahaya bagi kehidupan manusia dan lingkungan, oleh karenanya hanya diizinkan untuk diedarkan, disimpan dan digunakan secara terbatas. B. Jenis-jenis Pestisida Pestisida dapat dikelompokkan atas dua golongan berdasarkan ketahanannya di lingkungan, yaitu yang resisten yang meninggalkan pengaruh terhadap lingkungan dan yang kurang resisten. Pestisida yang termasuk organochlorines termasuk pestisida yang resisten pada lingkungan dan meninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan melalui rantai makanan, contohnya DDT, Cyclodienes, Hexachlorocyclohexane (HCH), endrin. Pestisida kelompok organofosfat adalah pestisida yang mempunyai pengaruh yang efektif sesaat saja dan cepat terdegradasi di tanah, contohnya Disulfoton, Parathion, Diazinon, Azodrin, Gophacide, dan lain-lain. 1. Kandungan Zat Kimia Pestisida Kemampuan pestisida untuk dapat menimbulkan terjadinya keracunan dan bahaya injuri tergantung dari jenis dan bentuk zat kimia yang dikandungnya.
  • 10. a. Organofosfat Organofosfat berasal dari H3PO4 (asam fosfat). Pestisida golongan organofosfat merupakan golongan insektisida yang cukup besar, menggantikan kelompok chlorinated hydrocarbon yang mempunyai sifat: 1) Efektif terhadap serangga yang resisten terhadap chorinatethydrocarbon. 2) Tidak menimbulkan kontaminasi terhadap lingkungan untuk jangka waktu yang lama 3) Kurang mempunyai efek yang lama terhadap non target organisme 4) Lebih toksik terhadap hewan-hewan bertulang belakang, jika dibandingkan dengan organoklorine. 5) Mempunyai cara kerja menghambat fungsi enzym cholinesterase. Lebih dari 50.000 komponen organofosfat telah disynthesis dan diuji untuk aktivitas insektisidanya. Tetapi yang telah digunakan tidak lebih dari 500 jenis saja dewasa ini. Semua produk organofosfat tersebut berefek toksik bila tertelan, dimana hal ini sama dengan tujuan penggunaannya untuk membunuh serangga. Beberapa jenis insektisida digunakan untuk keperluan medis misalnya fisostigmin, edroprium dan neostigmin yang digunakan utuk aktivitas kholinomimetik (efek seperti asetyl kholin). Obat tersebut digunakan untuk pengobatan gangguan neuromuskuler seperti myastinea gravis. Fisostigmin juga digunakan untuk antidotum pengobatan toksisitas ingesti dari substansi antikholinergik (mis: trisyklik anti depressant, atrophin dan sebagainya). Fisostigmin, ekotiopat iodide dan organophosphorus juga berefek langsung untuk mengobati glaucoma pada mata yaitu untuk mengurangi tekanan intraokuler pada bola mata. Organophosphat disintesis pertama di Jerman pada awal perang dunia ke II. Bahan tersebut digunakan untuk gas saraf sesuai dengan tujuannya sebagai insektisida. Pada awal synthesisnya diproduksi senyawa tetraethyl pyrophosphate (TEPP), parathion dan schordan yang sangat efektif sebagai insektisida, tetapi juga cukup toksik terhadap mamalia. Penelitian berkembang terus dan ditemukan komponen yang poten terhadap insekta tetapi kurang toksik terhadap orang (mis: malathion), tetapi masih sangat toksik terhadap insekta.
  • 11. Organophosphat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada orang. Termakan hanya dalam jumlah sedikit saja dapat menyebabkan kematian,tetapi diperlukan lebih dari beberapa mg untuk dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa. Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma dan kholinesterase dalam sel darah merah dan pada sinapsisnya. Enzim tersebut secara normal menghidrolisis asetylcholin menjadi asetat dan kholin. Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah asetylkholin meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system saraf pusat dan perifer. Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada seluruh bagian tubuh. Seseorang yang keracunan pestisida organophospat akan mengalami gangguan fungsi dari saraf-saraf tertentu. Sebagai bagian vital dalam tubuh, susunan saraf dilindungi dari toksikan dalam darah oleh suatu mekanisme protektif yang unik, yaitu sawar darah otak dan sawar darah saraf. Meskipun demikian, susunan saraf masih sangat rentan terhadap berbagai toksikan. Hal ini dapat dikaitkan dengan kenyataan bahwa neuron mempunyai suatu laju metabolisme yang tinggi dengan sedikit kapasitas untuk metabolisme anaerobik. Selain itu, karena dapat dirangsang oleh listrik, neuron cenderung lebih mudah kehilangan integritas membran sel. Panjangnya akson juga memungkinkan susunan saraf menjadi lebih rentan terhadap efek toksik, karena badan sel harus memasok aksonnya secara struktur maupun secara metabolisme. Susunan saraf terdiri atas dua bagian utama, yaitu susunan saraf pusat (CNS) dan susunan saraf tepi (PNS). CNS terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang, dan PNS mencakup saraf tengkorakdan saraf spinal, yang berupa saraf sensorik dan motorik. Neuron saraf spinal sensorik terletak pada ganglia dalam radiks dorsal. PNS juga terdiri atas susunan saraf simpatis, yang muncul dari neuron sumsum tulang belakang di daerah thoraks dan lumbal, dan susunan saraf parasimpatis yang berasal dari serat saraf yang meninggalkan SSP melalui saraf tengkorak dan radiks spinal sakral.
  • 12. Gejala keracunan organofosfat sangat bervariasi. Setiap gejala yang timbul sangat bergantung pada adanya stimilasi asetilkholin persisten atau depresi yang diikuti oleh stimulasi.saraf pusat maupun perifer. Gejala awal seperti SLUD terjadi pada keracunan organofosfat secara akut karena terjadinya stimulasi reseptor muskarinik sehingga kandungan asetil kholin dalam darah meningkat pada mata dan otot polos. b. Karbamat Insektisida karbamat telah berkembang setelah organofosfat. Insektisida ini daya toksisitasnya rendah terhadap mamalia dibandingkan dengan organofosfat, tetapi sangat efektif untuk membunuh insekta Struktur karbamate seperti physostigmin, ditemukan secara alamia dalam kacang Calabar (calabar bean). Bentuk carbaryl telah secara luas dipakai sebagai insektisida dengan komponen aktifnya adalah SevineR. Mekanisme toksisitas dari karbamate adalah sama dengan organofosfat, dimana enzim ACHE dihambat dan mengalam karbamilasi. c. Organokhlorin Organokhlorin atau disebut “Chlorinated hydrocarbon” terdiri dari beberapa kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang paling populer dan pertama kali disinthesis adalah “Dichloro-diphenyltrichloroethan” atau disebut DDT. Mekanisme toksisitas dari DDT masih dalam perdebatan, walaupun komponen kimia ini sudah disinthesis sejak tahun 1874. Tetapi pada dasarnya pengaruh toksiknya terfokus pada neurotoksin dan pada otak. Saraf sensorik dan serabut saraf motorik serta kortek motorik adalah merupakan target toksisitas tersebut. Dilain pihak bila terjadi efek keracunan perubahan patologiknya tidaklah nyata. Bila seseorang menelan DDT sekitar 10mg/Kg akan dapat menyebabkan keracunan, hal tersebut terjadi dalam waktu beberapa jam. Perkiraan LD50 untuk manusia adalah 300-500 mg/Kg. DDT dihentikan penggunaannya sejak tahun 1972, tetapi penggunaannya masih berlangsung sampai beberapa tahun kemudian, bahkan sampai sekarang residu DDT masih dapat terdeteksi. Gejala yang terlihat pada intoksikasi DDT adalah sebagai berikut:
  • 13. 1) Nausea, vomitus 2) Paresthesis pada lidah, bibir dan muka 3) Iritabilitas 4) Tremor 5) Convulsi 6) Koma 7) Kegagalan pernafasan 8) Kematian C. Pengertian Pencemaran Disadari atau tidak, sebenarnya masalah pencemaran lingkungan mau tidak mau akan merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dalam hubungannya dengan alam. Manusia memang kurang daya penguasaannya, artinya jika kemampuan manusia menguasai alam meningkat, maka akan lebih sedikit masalah yang akan dihadapi. Peristiwa pencemaran baru dapat dikatakan sebagai pencemaran lingkungan bila lingkungan yang tercemar adalah lingkungan hidup manusia, yang terkena dampak akibat negatif yang tidak diinginkan adalah manusianya dan didalam lingkungan tersebut terdapat bahan-bahan berbahaya yang disebabkan oleh peradaban manusia itu sendiri (Benn, F.R [ and ]C.A. Mac Auliffe, 1975). Batasan pencemaran menurut UU No. 4 Tahun 1982, menjelaskan bahwa “Pencemaran” adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energy dan atau komponen lain kedalam lingkungan dan atau merubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kwalitas lingkungan turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menmjadi kurang atau tidak dabat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran suatu lingkungan bisanya melalui tahap-tahap yaitu: 1. Tingkatan Pertama Bila zat pencemar tersebut baik jumlah dan waktu aktifnya tidak membawa akibat yang merugikan manusia. 2. Tingkatan kedua Bila zat pencemar sudah mengakibatkan gangguan pada alat- alat panca indera dan alat perkembangbiakan secara vegetatif serta kerusakan lingkungan hidup yang lebih luas.
  • 14. 3. Tingkatan ketiga Bila zat pencemar sudah mengakibatkan gangguan fisiologis yang membawa akibat kesakitan yang menahun. 4. Tingkatan keempat Bila zat pencemar sudah mengakibatkan gangguan-ganguan yang gawat seperti kematian dan lain-lain. Pencemaran dapat terjadi di lingkungan hidup manusia. Berdasarkan itu dikenal pencemaran lingkungan berdasarkan objeknya, yaitu : pencemaran udara,pencemaran tanah,pencemaran air dan pencemaran kebudayaan. Dalam makalah ini, pencemaran lingkungan yang akan dibahas adalah tiga bagian yang pertama diatas yang diakibatkan oleh Pestisida (Achmad, Rukaesih. 1999)
  • 15. BAB III PEMBAHASAN A. Peranan Pestisida Dalam Bidang Pertanian Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan perkembangan/pertumbuhan dari hama, penyakit dan gulma. Tanpa menggunakan pestisida akan terjadi penurunan hasil pertanian. Pestisida secara umum digolongkan kepada jenis organisme yang akan dikendalikan populasinya. Insektisida, herbisida, fungsida dan nematosida digunakan untuk mengendalikan hama, gulma, jamur tanaman yang patogen dan nematoda. Jenis pestisida yang lain digunakan untuk mengendalikan hama dari tikus dan siput. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 07/PERMENTAN/SR.140/2/2007 mendefinisikan bahwa pestisida adalah zat kimia atau bahan lain dan jasad renik serta virus yang digunakan untuk: 1) memberantas atau mencegah hama-hama tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian. 2) Memberantas rerumputan. 3) Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan. 4). Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagianbagian tanaman, tidak termasuk pupuk. 5). Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan ternak. 6). Memberantas dan mencegah hama-hama air; 7). Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasadjasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan; 8). Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air. Berdasarkan ketahanannya di lingkungan, maka pestisida dapat dikelompokkan atas dua golongan yaitu yang resisten dimana meninggalkan pengaruh terhadap lingkungan dan yang kurang resisten. Pestisida yang termasuk organochlorines termasuk pestisida yang resisten pada lingkungan dan meninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan melalui rantai makanan, contohnya DDT, Cyclodienes, Hexachlorocyclohexane (HCH), endrin. Pestisida kelompok organofosfat adalah pestisida yang mempunyai pengaruh yang
  • 16. efektif sesaat saja dan cepat terdegradasi di tanah, contohnya Disulfoton, Parathion, Diazinon, Azodrin, Gophacide, dan lain-lain. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh jasad pengganggu tanaman. Dalam konsep Pengendalian Hama Terpadu, pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian, yang mana harus sejalan dengan komponen pengendalian hayati, efisien untuk mengendalikan hama tertentu, mudah terurai dan aman bagi lingkungan sekitarnya. Penerapan usaha intensifikasi pertanian yang menerapkan berbagai teknologi, seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan, pola tanam serta usaha pembukaan lahan baru akan membawa perubahan pada ekosistem yang sering kali diikuti dengan timbulnya masalah serangan jasad penganggu. Cara lain untuk mengatasi jasad penganggu selain menggunakan pestisida kadang-kadang memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang besar dan hanya dapat dilakukan pada kondisi tertentu. Sampai saat ini hanya pestisida yang mampu melawan jasad penganggudan berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil. B. Keracunan Pestisida Pada dasarnya tidak ada batas yang tegas tentang penyebab dari keracunan berbagai macam zat kimia, karena setiap zat kimia mungkin menjadi penyebab dari keracunan tersebut, yang membedakannya adalah waktu terjadinya keracunan dan organ target yang terkena. 1. Mekanisme fisiologis keracunan Bahan-bahan racun pestisida masuk ke dalam tubuh organisme (jasad hidup) berbeda-beda menurut situasi paparan. Mekanisme masuknya racun pertisida tersebut dapat melalui melalui kulit luar, mulut dan saluran makanan, serta melalui saluran pernapasan. Melalui kulit, bahan racun dapat memasuki pori- pori atau terserap langsung ke dalam sistem tubuh, terutama bahan yang larut minyak (polar). Tanda dan gejala awal keracunan organofosfat adalah stimulasi berlebihan kolinergenik pada otot polos dan reseptor eksokrin muskarinik yang meliputi miosis, gangguan perkemihan, diare, defekasi, eksitasi, dan salivasi. Keracunan organofosfat pada sistem respirasi mengakibatkan bronkokonstriksi dengan sesak nafas dan peningkatan sekresi bronkus. Pada
  • 17. umumnya gejala ini timbul dengan cepat dalam waktu 6-8 jam, tetapi bila pajanan berlebihan daapt menimbulkan kematian dalam beberapa menit. Ingesti atau pajanan subkutan umumnya membutuhkan waktu lebih lamauntuk menimbulkan tanda dan gejala. a. Racun kronis Racun kronis menimbulkan gejala keracunan setelah waktu yang relatif lama karena kemampuannya menumpuk (akumulasi) dalam lemak yang terkandung dalam tubuh. Racun ini juga apabila mencemari lingkungan (air, tanah) akan meninggalkan residu yang sangat sulit untuk dirombak atau dirubah menjadi zat yang tidak beracun, karena kuatnya ikatan kimianya. Ada di antara racun ini yang dapat dirombak oleh kondisi tanah tapi hasil rombakan masih juga merupakan racun. Demikian pula halnya, ada yang dapat terurai di dalam tubuh manusia atau hewan tapi menghasilkan metabolit yang juga masih beracun. Misalnya sejenis insektisida organoklorin, Dieldrin yang disemprotkan dipermukaan tanah untuk menghindari serangan rayap tidak akan berubah selama 50 tahun sehingga praktis tanah tersebut menjadi tercemar untuk berpuluh-puluh tahun. Dieldrin ini bisa diserap oleh tumbuhan yang tumbuh di tempat ini dan bila rumput ini dimakan oleh ternak misalnya sapi perah maka dieldrin dapat menumpuk dalam sapi tersebut yang kemudian dikeluarkan dalam susu perah. Manusia yang minum susu ini selanjutnya akan menumpuk dieldrin dalam lemak tubuhnya dan kemudian akan keracunan. Jadi dieldrin yang mencemari lingkungan ini tidak akan hilang darilingkungan, mungkin untuk waktu yang sangat lama. b. Racun akut Racun akut kebanyakan ditimbulkan oleh bahan-bahan racun yang larut air dan dapat menimbulkan gejala keracunan tidak lama setelah racun terserap ke dalam tubuh jasad hidup. Contoh yang paling nyata dari racun akut adalah “Baygon” yang terdiri dari senyawa organofosfat (insektisida atau racun serangga) yang seringkali disalahgunakan untuk meracuni manusia, yang efeknya telah terlihat hanya beberapa menit setelah racun masuk ke dalam tubuh. Walaupun semua racun akut ini dapat menyebabkan gejala sakit atau kematian hanya dalam waktu beberapa saat setelah masuk ke dalam
  • 18. tubuh, namun sifatnya yang sangat mudah dirombak oleh suhu yang tinggi, pencucian oleh air hujan dan sungai serta faktor-faktor fisik dan biologis lainnya menyebabkan racun ini tidak memegang peranan penting dalam pencemaran lingkungan. 2. Efek Pestisida Pada Sistem Tubuh Bahan kimia dari kandungan pestisida dapat meracuni sel-sel tubuh atau mempengaruhi organ tertentu yang mungkin berkaitan dengan sifat bahan kimia atau berhubungan dengan tempat bahan kimia memasuki tubuh atau disebut juga organ sasaran. Efek racun bahan kimia atas organ-organ tertentu dan sistem tubuh. a. Paru-paru dan sistem pernafasan Efek jangka panjang terutama disebabkan iritasi (menyebabkan bronkhitis atau pneumonitis). Pada kejadian luka bakar, bahan kimia dalam paru-paru yang dapat menyebabkan udema pulmoner (paru-paru berisi air), dan dapat berakibat fatal. Sebagian bahan kimia dapat mensensitisasi atau menimbulkan reaksi alergik dalam saluran nafas yang selanjutnya dapat menimbulkan bunyi sewaktu menarik nafas, dan nafas pendek. Kondisi jangka panjang (kronis) akan terjadi penimbunan debu bahan kimia pada jaringan paru-paru sehingga akan terjadi fibrosis atau pneumokoniosis. b. Hati Bahan kimia yang dapat mempengaruhi hati disebut hipotoksik. Kebanyakan bahan kimia menggalami metabolisme dalam hati dan oleh karenanya maka banyak bahan kimia yang berpotensi merusak sel-sel hati. Efek bahan kimia jangka pendek terhadap hati dapat menyebabkan inflamasi sel-sel (hepatitis kimia), nekrosis (kematian sel), dan penyakit kuning. Sedangkan efek jangka panjang berupa sirosis hati dari kanker hati. c. Ginjal dan saluran kencing Bahan kimia yang dapat merusak ginjal disebut nefrotoksin. Efek bahan kimia terhadap ginjal meliputi gagal ginjal sekonyong-konyong (gagal ginjal akut), gagal ginjal kronik dan kanker ginjal atau kanker kandung kemih.
  • 19. d. Sistem syaraf Bahan kimia yang dapat menyerang syaraf disebut neurotoksin. Pemaparan terhadap bahan kimia tertentu dapat memperlambat fungsi otak. Gejala-gejala yang diperoleh adalah mengantuk dari hilangnya kewaspadaan yang akhirnya diikuti oleh hilangnya kesadaran karena bahan kimia tersebut menekan sistem syaraf pusat. Bahan kimia yang dapat meracuni sistem enzim yang menuju ke syaraf adalah pestisida. Akibat dari efek toksik pestisida ini dapat menimbulkan kejang otot dan paralisis (lurnpuh). Di samping itu ada bahan kimia lain yang dapat secara perlahan meracuni syaraf yang menuju tangan dan kaki serta mengakibatkan mati rasa dan kelelahan. e. Darah dan sumsum tulang Sejumlah bahan kimia seperti arsin, benzen dapat merusak sel-sel darah merah yang menyebabkan anemia hemolitik. Bahan kimia lain dapat merusak sumsum tulang dan organ lain tempat pembuatan sel-sel darah atau dapat menimbulkan kanker darah. f. Jantung dan pembuluh darah (sistem kardiovaskuler) Sejumlah pelarut seperti trikloroetilena dan gas yang dapat menyebabkan gangguan fatal terhadap ritme jantung. Bahan kimia lain seperti karbon disulfida dapat menyebabkan peningkatan penyakit pembuluh darah yang dapat menimbulkan serangan jantung. g. Kulit Banyak bahan kimia bersifat iritan yang dapat menyebabkan dermatitis atau dapat menyebabkan sensitisasi kulit dan alergi. Bahan kimia lain dapat menimbulkan jerawat, hilangnya pigmen (vitiligo), mengakibatkan kepekaan terhadap sinar matahari atau kanker kulit. h. Kanker Payudara Penelitian dari Boada dkk (2012) di Spanyol, mendapatkan kandungan organoklorin pada wanita sehat dibandingkan dengan pasien kanker payudara menunjukan hasil yang sangat berbeda. Ini menunjukkan bahwa campuran pestisida organoklorin dapat memainkan peran yang penting terhadap risiko kanker payudara.
  • 20. i. Sistem reproduksi Banyak bahan kimia bersifat teratogenik dan mutagenik terhadap sel kuman dalam percobaan. Disamping itu ada beberapa bahan kimia yang secara langsung dapat mempengaruhi ovarium dan testis yang mengakibatkan gangguan menstruasi dan fungsi seksual. Hasil penelitan Yucra dkk (2009) di Peru, mendapatkan bahwa terjadi penurunan yang signifikan terhadap kualitas air mani pada pria dengan metabolit Organophospat. j. Sistem yang lain Bahan kimia dapat pula menyerang sistem kekebalan, tulang, otot dan kelenjar tertentu seperti kelenjar tiroid. Petani yang terpapar pestisida akan mengakibatkan peningkatan fungsi hati sebagai salah satu tanda toksisitas, terjadinya kelainan hematologik, meningkatkan kadar SGOT dan SGPT dalam darah juga dapat meningkatkan kadar ureum dalam darah. C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Keracunan Pestisida Keracunan pestisida tejadi bila ada bahan pestisida yang mengenai tubuh atau masuk ke dalam tubuh dalam jumlah tertentu. Ada beberapa faktor yangmempengaruhi keracunan pestisida antara lain : 1. Faktor dari dalam tubuh: a. Usia Umur adalah fenomena alam, semakin lama seseorang hidup makan umurpun akan bertambah. Semakin bertambahnya umur seseorang semakin banyak yang diaalminya, dan semakin banyak pula pemaparan yang dialaminya, dengan bertambahnya umur seseorang maka fungsi metabolisme akan menurun dan ini juga akan berakibat menurunnya aktifitas kholinesterase darahnya sehinggga akan mempermudah terjadinya keracunan pestisida. Usia juga berkaitan dengan kekebalan tubuh dalam mengatasi tingkat toksisitas suatu zat, semakin tua umur seseorang maka efektifitas system kekebalan di dalam tubuh akan semakin berkurang.21 b. Jenis kelamin Kadar kholin bebas dalam plasma laki-laki dewasa normal rata-rata sekitar 4,4μg/ml. Kaum wanita rata-rata mempunyai aktifitas khlinesterase
  • 21. darah lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Meskipun demikian tidak dianjurkan wanita menyemprot pestisida, karena pada saat kehamilan kadar rata-rata kholinesterase cenderung turun. c. Status kesehatan Beberapa jenis pestisida yang sering digunakan menekan aktifitas kholinesterase dalam plasma yang dapat berguna dalam menetapkan over exposure terhadap zat ini. Pada orang-orang yang selalu terpapar pestisida menyebabkan naiknya tekanan darah dan kholesterol. d. Status gizi Pengaruh status gizi pada orang dewasa akan mengakibatkan: 1) kelemahan fisik dan daya tahan tubuh; 2) mengurangi inisiatif dan meningkatkan kelambanan dan; 3) meningkatkan kepekaan terhadap infeksi dan lain-lain jenis penyakit. Semakin buruk status gizi seseorang akan semakin mudah terjadi keracunan, dengan kata lain petani yang mempunyai status gizi yang baik cenderung memiliki aktifitas kholinesterase yang lebih baik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2006) menunjukkan bahwa ada hubungan status gizi dengan aktifitas kholinesterase dalam darah petani penyemprot yang melakukan penelitian secara cross sectional. e. Anemia Kadar hemoglobin terdapat pada sel darah merah yang memiliki gugus hem dimana pembentukannya melalui proses reduksi dengan bantuan NADH, sedangkan kadara kholinesterase dalam kerjanya menghidrolisa membutuhkan energi, dimana pada saat pembentukan energi membutuhkan NADH. Hasil penelitian Fatmawati (2006) menunjukkan bahwa dari pemeriksaan darah petani penyemprot menunjukkan bahwa 95 % petani penyemprot menderita anemia (< 13gr/dl). f. Genetik Beberapa kejadian pada hemoglobin yang abnormal seperti hemoglobin S. Kelainan homozigot dapat mengakibatkan kematian pada usia muda sedangkan yang heterozigot dapat mengalami anemia ringan. Pada ras tertentu ada yang mempunyai kelainan genetik, sehingga aktifitas kholinesterase darahnya rendah dibandingkan dengan kebanyakan orang.
  • 22. g. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan yang cukup tentang pestisida sangat penting dimiliki, khususnya bagi petani penyemprot, karena dengan pengetahuan yang cukup diharapkan para petani penyemprot dapat melakukan pengelolaan pestisida dengan baik pula, sehingga risiko terjadinya keracunan dapat dihindari. Hasil penelitian Halinda SL (2005) menunjukkan bahwa untuk mencegah terjadinya keracunan pestisida pada petani beberapa hal yang harus menjadi perhatian selain dari tatalaksana penyemprotan adalah cara penyimpanan pestisida , cara mencampur pestisida dan cara membuang kemasan pestisida. 2. Faktor dari luar tubuh: a. Suhu lingkungan Suhu lingkungan berkaitan dengan waktu menyemprot, matahari semakin terik atau semakin siang maka suhu akan semakin panas. Kondisi demikian akan mempengaruhi efek pestisida melalui mekanisme penyerapan melalui kulit petani penyemprot. b. Cara penanganan pestisida Penanganan pestisida sejak dari pembelian, penyimpanan, pencampuran, cara menyemprot hingga penanganan setelah penyemprotan berpengaruh terhadap resiko keracunan bila tidak memenuhi ketentuan. c. Penggunaan Alat Pelindung Diri Pestisida umumnya adalah racun bersifat kontak, oleh karenanya penggunaan alat pelindung diri pada petani waktu menyemprot sangat penting untuk menghindari kontak langsung dengan pestisida. Pemakaian alat pelindung diri lengkap ada 7 macam yaitu : baju lengan panjang, celana panjang, masker, topi, kaca mata, kaos tangan dan sepatu boot. Pemakaian APD dapat mencegah dan mengurangi terjadinya keracunan pestisida, dengan memakai APD kemungkinan kontak langsung dengan pestisida dapat dikurangi sehingga resiko racun pestisida masuk dalam tubuh melalui bagian pernafasan, pencernaan dan kulit dapat dihindar (Notoadmodjo, 2003). Penelitian yang dilakukan Devilia (2006) terhadap petani penyemprot cabai Desa Sungai Bendung Air Kec. Kayu Aro Kabupaten Kerinci menyatakan bahwa ada hubungan antara penggunaan alat pelindung diri
  • 23. dengan aktivitas cholinesterase.25 Tetapi hal yang berbeda di dapatkan dari hasil penelitian Runia (2008) menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kelengkapan APD dengan kejadian keracunan pestisida. d. Dosis pestisida Semua jenis pestisida adalah racun, dosis yang semakin besar maka akan semakin besar terjadinya keracunan pestisida. Karena bila dosis penggunaan pestisida bertambah, maka efek dari pestisida juga akan bertambah. Dosis pestisida yang tidak sesuai dosis berhubungan dengan kejadian keracunan pestisida organofosfat petani penyemprot. Dosis yang tidak sesuai mempunyai risiko empat kali untuk terjadi keracunan dibandingkan penyemprotan yang dilakukan sesuai dengan dosis aturan. e. Jumlah Jenis Pestisida Masing-masing pestisida mempunyai efek fisiologis yang berbeda- beda tergantung dari kandungan zat aktif dan sifat fisik dari pestisida tersebut. Pada saat penyemprotan penggunaan pestisida > 3 jenis dapat mengakibatkan keracunan pada petani. Banyaknya jenis pestisida yang digunakan menyebabkan beragamnya paparan pada tubuh petani yang mengakibatkan reaksi sinergik dalam tubuh. f. Masa kerja menjadi penyemprot Semakin lama petani menjadi penyemprot, maka semakin lama pula kontak dengan pestisida sehingga resiko keracunan terhadap pestisida semakin tinggi. Penurunan aktifitas kholinesterase dalam plasma darah karena keracunan pestisida akan berlangsung mulai seseorang terpapar hingga 2 minggu setelah melakukan penyemprotan. Tetapi hal yang berbeda di dapatkan dari hasil penelitian Runia (2008) menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kejadian keracunan pestisida. g. Lama menyemprot Dalam melakukan penyemprotan sebaiknya tidak boleh lebih dari 3 jam, bila melebihi maka resiko keracunan akan semakin besar. Seandainya masih harus menyelesaikan pekerjaannya hendaklah istirahat dulu untuk beberapa saat untuk memberi kesempatan pada tubuh untuk terbebas dari pemaparan pestisida.
  • 24. Hasil penelitian menunjukkan bahwa istirahat minimal satu minggu dapat menaikkan aktivitas kholinesterase dalam darah pada petani penyemprot. Istirahat minimal satu minggu pada petani keracunan ringan dapat menaikkan aktivitas kholinesterase dalam darah menjadi normal (87,50%). Sedangkan petani dengan keracunan sedang memerlukan waktu istirahat yang lebih lama untuk mencapai aktivitas kholinesterase normal. Penelitian yang dilakukan Devilia (2006) terhadap petani penyemprot cabai Desa Sungai Bendung Air Kec. Kayu Aro Kabupaten Kerinci menyatakan bahwa ada hubungan antara lama penyemprotan dengan aktivitas cholinesterase.25 Tetapi hal yang berbeda di dapatkan dari hasil penelitian Runia (2008) menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara lama menyemprot dengan kejadian keracunan pestisida. h. Frekuensi Penyemprotan Semakin sering seseorang melakukan penyemprotan, maka semakin tinggi pula resiko keracunannya. Penyemprotan sebaiknya dilakukan sesuai dengan ketentuan. Waktu yang dianjurkan untuk melakukan kontak dengan pestisida maksimal 2 kali dalam seminggu. Penelitian yang dilakukan Devilia (2006) terhadap petani penyemprot cabai Desa Sungai Bendung Air Kec. Kayu Aro Kabupaten Kerinci menyatakan bahwa ada hubungan antara frekuensi penyemprotan dengan aktivitas cholinesterase. i. Tindakan penyemprotan pada arah angin Penyemprotan yang baik searah dengan arah angin dan penyemprot hendaklah mengubah posisi penyemprotan apabila angin berubah. j. Waktu menyemprot Waktu penyemprotan perlu diperhatikan dalam melakukan penyemprotan pestisida, hal ini berkaitan dengan suhu lingkungan yang dapat menyebabkan keluarnya keringat lebih banyak terutama pada siang hari. Sehingga waktu penyemprotan pada siang hari akan semakin mudah terjadinya keracunan pestisida melalui kulit. Salah satu masalah utama yang berkaitan dengan gejala keracunan pestisida adalah bahwa gejala dan tanda keracunan khususnya pestisida dari golongan organofosfat umumnya tidak spesifik bahkan cenderung menyerupai gejala penyakit biasa seperti pusing, mual dan lemah sehingga oleh
  • 25. masyarakat dianggap sebagai suatu penyakit yang tidak memerlukan terapi khusus. Menurut Gallo (1991) ada beberapa faktor yang mempengaruhi keracunan pestisida antara lain dosis, toksisitas senyawa pestisida, lamanya terpapar pestisida dan jalan pestisida masuk dalam tubuh. D. Upaya Pencegahan Keracunan Pestisida 1. Cara Penggunaan Pestisida Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan pengendalian hama. Walaupun jenis obatnya manjur, namun karena penggunaannya tidak benar, maka menyebabkan sia-sianya penyemprotan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida, di antaranya adalah keadaan angin, suhu udara, kelembapan dan curah hujan. Angin yang tenang dan stabil akan mengurangi pelayangan partikel pestisida di udara. Apabila suhu di bagian bawah lebih panas, pestisida akan naik bergerak ke atas. Demikian pula kelembapan yang tinggi akan mempermudah terjadinya hidrolisis partikel pestisida yang menyebabkan kurangnya daya racun. Sedang curah hujan dapat menyebabkan pencucian pestisida, selanjutnya daya kerja pestisida berkurang. Hal-hal teknis yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida adalah ketepatan penentuan dosis. Dosis yang terlalu tinggi akan menyebabkan pemborosan pestisida, di samping merusak lingkungan. Dosis yang terlalu rendah menyebabkan hama sasaran tidak mati. Di samping berakibat mempercepat timbulnya resistensi. a. Dosis pestisida Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan untuk mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang dilakukan dalam satu kali aplikasi atau lebih. Ada pula yang mengartikan dosis adalah jumlah pestisida yang telah dicampur atau diencerkan dengan air yang digunakan untuk menyemprot hama dengan satuan luas tertentu. Dosis bahan aktif adalah jumlah bahan aktif pestisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau satuan volume larutan. Besarnya suatu dosis pestisida biasanya tercantum dalam label pestisida. b. Konsentrasi pestisida Ada tiga macam konsentrasi yang perlu diperhatikan dalam hal penggunaan pestisida  Konsentrasi bahan aktif, yaitu persentase bahan aktif suatu pestisida dalam larutan yang sudah dicampur dengan air.
  • 26.  Konsentrasi formulasi, yaitu banyaknya pestisida dalam cc atau gram setiap liter air.  Konsentrasi larutan atau konsentrasi pestisida, yaitu persentase kandungan pestisida dalam suatu larutan jadi. c. Alat semprot Alat untuk aplikasi pestisida terdiri atas bermacam-macam seperti knapsack sprayer (high volume) biasanya dengan volume larutan konsentrasi sekitar 500 liter. Mist blower (low volume) biasanya dengan volume larutan konsentrasi sekitar 100 liter. Dan Atomizer (ultra low volume) biasanya kurang dari 5 liter. d. Menggunakan pestisida Untuk menggunakan pestisida harus diingat beberapa hal yang harus diperhatikan:  Pestisida digunakan apabila diperlukan  Sebaiknya makan dan minum secukupnya sebelum bekerja dengan pestisida  Harus mengikuti petunjuk yang tercantum dalam abel  Anak-anak tidak diperkenankan menggunakan pestisida, demikian pula wanita hamil dan orang yang tidak baik kesehatannya  Apabila terjadi luka, tutuplah luka tersebut, karena pestisida dapat terserap melalui luka  Gunakan perlengkapan khusus, pakaian lengan panjang dan kaki, sarung tangan, sepatu kebun, kacamata, penutup hidung dan rambut dan atribut lain yang diperlukan  Hati-hati bekerja dengan pestisida, lebih-lebih pestisida yang konsentrasinya pekat. Tidak boleh sambil makan dan minum.  Jangan mencium pestisida, karena pestisida sangat berbahaya apabila tercium  Sebaiknya pada waktu pengenceran atau pencampuran pestisida dilakukan di tempat terbuka. Gunakan selalu alat-alat yang bersih dan alat khusus.  Dalam mencampur pestisida sesuaikan dengan takaran yang dianjurkan. Jangan berlebih atau kurang
  • 27.  Tidak diperkenankan mencampur pestisida lebih dari satu macam, kecuali dianjurkan  Jangan menyemprot atau menabur pestisida pada waktu akan turun hujan, cuaca panas, angin kencang dan arah semprotan atau sebaran berlawanan arah angin. Bila tidak enak badan berhentilah bekerja dan istirahat secukupnya  Wadah bekas pestisida harus dirusak atau dibenamkan, dibakar supaya tidak digunakan oleh orang lain untuk tempat makanan maupun minuman.  Pasanglah tanda peringatan di tempat yang baru diperlakukan dengan pestisida  Setelah bekerja dengan pestisida, semua peralatan harus dibersihkan, demikian pula pakaian-pakaian, dan mandilah dengan sabun sebersih mungkin. E. Pencemaran Lingkungan 1. Pencemaran Air pada Pestisida Air merupakan sumber kehidupan umat manusia. Kini tidak hanya air sungai yang masuk ke laut, air laut pun sudah biasa merembes ke wilayah darat dan air minum menjadi asin. Sementara di sini lain air menjadi pahit karena pencemaran sungai-sungai yang melewati perkotaan dan residu pestisida yang tercecer dari penyemprotan di sawah-sawah. Residu masuk air sungai, mengalir ke parit-parit sawah, masuk ke saluran tersier ke saluran sekunder dan terbuang ke sungai kita. Sungai mengalir masuk kota, menuju ke hilir dan sebagian rakyat menggunakan air di hilir untuk mandi, cuci dan kakus. Pencemaran bertambah runyam, karena pestisida, sampah rumah tangga dan produk alami. Pestisida dapat mencemari air yang sangat berbahaya bagi kehidupan. karena pestisida mengandung bahan-bahan kimia yang sangat bebahaya seperti senyawa Dinitro dan Thiosianat. 2. Pencemaran Tanah pada Pestisida Pestisida banyak digunakan oleh petani untuk lahan pertanian seperti pembasmi hama serta untuk membasmi rumpu-rumput liar. Namun disisi lain
  • 28. penggunaan pestisida secara berlebihan akan berdampak buruk bagi ekosistem tanah seperti matinya organisme dalam tanah (cacing,dll), sehingga tanah menjadi tandus dan kering. 3. Pencemaran Udara pada Pestisida Penyemprotan pestisida dengan menggunakan helikopter telah menggeser pemakaian tenaga manusia yang dirasakan telah mengalami kekerdilan. Dengan helikopter, dalam waktu sekejap berpuluh-puluh hektar ladang bahan pangan telah tersemprot sekaligus. Tapi daerah-daerah yang bukan sasaran maupun hewan- hewan dan serangga bukan sasaran target pembunuhan ikut menikmati hujan pestisida dari cucuran helikopter. Suatu bukti bahwa hewan bukan sasaran mendapat getahnya adalah kasus di sebelah timur Illionis, Amerika Serikat. Di sini pada tahun 1954 telah dilakukan penyemprotan suatu senyawa organochlorim dengan maksud menghentikan Japanese beetle (kumbang Jepang). Tapi ternyata banyak spesies burung musnah di daerah penyemprotan. Nasib yang sama dialami pula oleh kucing, tupai, insecta predator, dll. Pencemaran udara pestisida ini tidak hanya menyerang lingkungan manusia sendiri saja, tetapi akhirnya jatuh ke pelukan manusia sendiri. Banyak tragedi-tragedi kehidupan yang terjadi, dan yang paling naas, tragedi ini terjadi karena penyelewengan manusia sendiri atas pestisida ini Penyelewengan pestisida ini diarahkan pada pembasmian si pembuat dan si pemakai utama, yaitu manusia. Pestisida digunakan untuk membunuh manusia. Kejadian ini dipelopori oleh kekejaman Hitler di zaman Perang Dunia II, DDT dipakai sebagai bahan percobaan dalam ladang-ladang kamp konsentrasi Hitler. F. Upaya Pencegahan Pencemaran Lingkungan Oleh Pestisida Harus diakui walaupun pestisida sangat berbahaya, peningkatan produksi pertanian dapat tercapai justru dengan bantuan pestisida. Pencemaran yang disebabkan oleh pestisida bukan hal sepele.
  • 29. Tetapi kalau cara pemakaian pestisida dilakukan dengan sangat hati-hati, kemungkinan besar pencemaran dapat dihindari atau setidaknya mengurangi bahayanya pembatasan pemakaian pestisida ini sudah dimulai dengan gebrakan PAN (Pesticides Action Network) yang beranggotakan 50 negara, termasuk Indonesia. Di sini ada tujuh jenis pestisida yang dilarang di antara 12 jenis yang dimasukkan dalam The Dirty Dozen seperti Heptachlor. Di Indonesia, hal ini didukung oleh ikut sertanya BATAN dalam meneliti residu-residu produk pertanian dan mengeluarkan batas ambang yang aman bagi pemakaian pestisida. Juga turut peran serta pemerintah yaitu peraturan tentang ANDAL yang mulai berlaku dari segi pengamanan baik bagi keselamatan manusia maupun lingkungan. Tindakan pemerintah dengan peraturan ANDAL adalah tepat sebagai tindakan pencegahan dan usaha menanggulangi kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan hidup manusia Indonesia. Bagaimanapun juga pestisida adalah racun. Sebenarnya kalau ada kerugian yang ditimbulkan oleh pestisida, maka yang paling menderita adalah manusia. Manusia harus bertanggung jawab terhadap kerusakan yang timbul, karena semua kegiatan pencegahan hama adalah hasil karya manusia dan di tujukan untuk pemenuhan kebutuhannya. Manusia adalah pelaku utama pemberantasan hama. Karena itu selain perlindungan terhadap tanah, air, dan hewan lainnya dari bahaya pestisida, perlindungan pertama justru harus diberikan terhadap manusia. Cara yang paling baik untuk mencegah pencemaran pestisida adalah dengan tidak menggunakan pestisida sebagai pemberantas hama. Mengingat akibat sampingan yang terlalu berat atau bahkan menyebabkan rusaknya lingkungan dan merosotnya hasil panen, penggunaan pestisida mulai dikurangi. Cara-cara yang dapat ditempuh untuk mencegah atau mengurangi serangga hama antara lain: a. pengaturan jenis tanaman dan waktu tanam, b. memilih varietas yang tahan lama, c. memanfaatkan musuh-musuh alami serangga, d. penggunaan hormon serangga, e. pemanfaatan daya tarik seks pada serangga f. sterilisasi
  • 30. Cara-cara tersebut di atas memang tidak memiliki efek yang cepat dan merata dibahding pestisida. Karenanya bila dibutuhkan pemberantasan hama yang sifatnya segera, penggunaan pestisida memang merupakan pilihan yang paling baik dan tepat.Jika memang pestisidalah yakan digunakan, maka adalah suatu langkah yang paling bijaksana untuk melakukan suatu tindakan pencegahan terhadap pencemaran atau keracunan yang mungkin timbul. Pada pencemaran lingkungan oleh pestisida, beberapa tindakan pencegahan yang perlu dilakukan antara lain: 1. ketahuilah atau pahamilah dengan yakin tentang kegunaan dari suatu jenis pestisida. Jangan sampai terjadi salah berantas.Misalnya herbisida jangan digunakan untuk membasmi serangga. Hasilnya, serangga yang dimaksud belum tentu mati, sedangkan tanah atau tanaman telah terlanjur tercemar. 2. ikuti petunjuk-petunjuk mengenai aturan pakai dan dosis yang dianjurkan pabrik atau petugas penyuluh, 3. jangan terlalu tergesa-gesa menggunakan pestisida, Tanyakan pada penyuluh apakah sudah saatnya digunakan pestisida, karena belum tentu suatu jenis hama harus diberantas dengan pestisida. 4. jangan telat memberantas hama. Jika penyuluh sudah menganjurkan untuk menggunakan pestisida, cepatlah dilakukan. Dengan semakin meluasnya hama akan membutuhkan penggunaan pestisida dalam jumlah besar, ini berarti hanya akan memperbesar peluang terjadinya pencemaran, 5. jangan salah pakai pestisida. Selain satu jenis pestisida biasanya hanya digunakan untuk suatu jenis hama tertentu, terkadang usia tanaman yang berbeda menghendaki jenis pestisida yang berbeda pula, 6. pahamilah dengan baik cara pemakaian pestisida. Jangan sampai tercecer di sekitar tanaman, 7. jika pestisida yang akan digunakan harus dibuat larutan terlebih dahulu, gunakan tempat yang khusus untuk itu. Pada waktu mengaduk, larutan jangan sampai tercecer ke tempat lain. perhatikan dengan tepat jumlah larutan yang dibuat agar tidak terdapat sisa setelah pemakaian. Sudah disebutkan bahwa selain tindakan pencegahan terhadap pencemaran lingkungan oleh pestisida, juga diperlukan tindakan-tindakan pengamanan terhadap pestisida. Tujuannya
  • 31. adalah agar manusia terbebas dari keracunan. Beberapa tindakan yang perlu diambil untuk mencegah keracunan oleh pestisida, yaitu: e. Penyimpanan racun-racun hama: 1. Racun-racun harus disimpan dalam wadah-wadah yang diberi tanda, sebaiknya tertutup dan dalam lemari tersendiri yang terkunci. 2. Campuran racun dengan tepung atau makanan tidak boleh disimpan dekat makanan. Campuran yang rasanya manis biasanya paling berbahaya. Tanda-tanda harus jelas biar untuk mereka yang buta huruf sekalipun tabu. 3. Tempat-tempat bekas menyimpan yang telah tidak dipakai lagi harus dibakar, agar racun-racun sisa musnah sama sekali. 4. Penyimpanan-penyimpanan di wadah-wadah untuk makanan atau minuman seperti di hotel-hotel, sangat besar bahayanya. f. Pemakaian alat-alat pelindung 1. Pakailah masker dan adakanlah ventilasi keluar setempat selama melakukan pencampuran kering bahan-bahan. 2. Pakailah pakaian pelindung, kaca mata dan sarung tangan terbuat dari neopren, jika kerjaan dimaksudkan untuk mencampur bahan tersebut dengan minyak atau pelarut-pelarut organis.Pakaian pelindung harus dibuka dan kulit dicuci sempurna sebelum makan. 3. Pakailah pelindung pernafasan, kaca mata, baju pelindung, dan sarung tangan selama menyiapkan dan enggunakan semprotan, kabut atau aerasol, jika kulit atau paru-paru mungkin kontak dengan bahan tersebut. Alat-alat pelindung harus terbuat dari karet atau bahan tahan minyak. 4. Selalu menyemprot ke arah yang tidak memungkinkan angin membawa bahan, sehingga terhirup atau mengenai kulit dari tenaga kerja yang bersangkutan. 5. Hindarkan waktu kerja lebih dari 8 jam sehari bekerja di tempat tertutup dengan memakai penguap termisi jauhkan alat tersebut dari rumah penduduk dan tempat pengolahan bahan makanan.
  • 32. 6. Janganlah disemprot tempat-tempat yang sebagian tubuh manusia akan bersentuhan dengannya pestisida, manusia dihadapkan pada suatu dilema.
  • 33. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Pestisida merupakan produk sebuah revolusi yang tidak hanya menarik tetapi juga mengerikan. Berhadapan dengan pemakaian pestisida yang salah akan memebahayakan kesehatan pemakainya. Karena efek racun dari bahan kimia kandungan pestisida dapat menyerang system tubuh seperti paru-paru, hati, ginjal dan saluran kencing, system syaraf, darah dan sumsum tulang, jantung dan pembuluh darah, kulit, payudara, system reproduksi serta system-sistem lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan pestisida yaitu factor dalam tubuh dan factor luar tubuh. Selain dari kesehatan juga dampak yang tak dapat dihindari tapi hanya dapat diminimalisir adalah dampak pencemaran lingkungan alam. Apabila tidak dipakai hama dan penyakit menjadi momok bagi manusia. Inilah yang disebut tragedi. Dan manusia yang berhadapan dengan tragedi bisa mengambil sikap dan langkah yang pasti sesuai dengan tuntutan situasi. Oleh karena itu masalah pestisida menuntut perhatian semua pihak, tidak hanya para pejabat, tidak hanya si pemakai jasa. Kita semua memikul tanggung jawab bersama atas lingkungan hidup kita sendiri. Pestisida bukan hanya menjadi tanggung jawab pabrik penghasil, dan tanggung jawab pemerintah yang memberi izin produksi, tapi menjadi tanggung jawab semua pihak, semua bangsa dan semua negara. Jikalau di suatu negara suatu jenis pestisida sudah diteliti, dinyatakan berbahaya, dan dilarang untuk dipergunakan, semestinya semua negara di dunia juga harus mengerti akan hal itu dan ikut melaksanakannya. Bersikap mendua dalam mengambil langkah kiranya kurang membantu. Pemakaian pestisida dilarang tetapi tetap diproduksi dan bahkan diekspor ke negara tetangga. Setiap usaha pemberantasan harus melibatkan semua pihak dan bersifat menyeluruh, kalau diharapkan berhasil. Mudah-mudahan di masa mendatang kasus- kasus akibat pemakaian atau produksi pestisida mulai mengecil atau bahkan hilang sama sekali. Meskipun sulit, kita semua berjuang agar risiko bagi lingkungan itu makin diperkecil.
  • 34. B. Saran 1. Perlunya penyuluhan dalam aplikasi pemakaian pestisida secara rutin kepada kelompok-kelompok tani. 2. Petani diharapkan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap pada waktu melakukan penyemprotan. 3. Pemerintah perlu mencari alternative pembasmi hama yang lebih efektif dan aman dibandingkan pestisida. 4. Berusaha penggunaan pestisida diminimalkan mungkin dan beralih secara alami. 5. Semua pihak diharapkan ikut berpartisipasi dalam meniminimalkan dampak negatif yang terjadi, karena pada akhirnya yang paling menentukan nasip dan lingkungan hidup kita adalah kita sendiri.
  • 35. DAFTAR PUSTAKA Achmad, Rukaesih. 1999. Kimia Lingkungan.Bandung: ANDI. Anonimous, Agen Orange,1983. Diduga penyebab kelahiran bayi cacat di Vietnam, 1983, Kompas 25 Maret 1983, Jakarta. Benn, F.R [ and ]C.A. Mac Auliffe, 1975. Chemistry and pollution. New York : The Mac Millan Press. Ekha Isuasta, 1988.Dilema pestisida . Yogyakarta : Kanisius. Kusno S , 1992. Pencegahan pencemaran pupuk dan pestida. Jakarta : Penerbit Swadaya. Butarbutar, J. 2009. Pestisida dan Pengendaliannya. Koperasi Serba Usaha "SUBUR" Provinsi Sumatera Utara. Medan. www.koperasisubur.com. Diana, Wulan. 2009. Dampak Negatif Penggunaan Pestisida di Lingkungan http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1106/1/fp-diana.pdf. Kementrian Pertanian.2011. Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida. Jakarta: Direktorat Jenderal Prasaranan dan Sarana Kementrian Pertanian. Munawir, Khozanah. 2005. Pemantauan Kadar Pestisida Organoklorin Di Beberapa Muara Sungai Di Perairan Teluk Jakarta. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 2005 No. 37 : 15 – 25 ISSN 0125 – 9830. Pohan, Nurhasmawati. 2004. Pestisida dan Pencemarannya. Universitas Sumatra Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/ 1367/1/tkimia-nurhasmawaty7.pdf. Quijano;Sarojeni V. Rengam.2001. Pestisida Berbahaya Bagi Kesehatan. Solo: Yayasan Duta Awam Pesticide Action Network Asia and the Pacific Runia, Yodenca. 2008. Tesis: Faktor-fakor yang Berhubungan dengan Keracunan Pestisida Organofosfat, Karbamat dan Kejadian Anemia
  • 36. pada Petani Holtikultura Di Desa Tejosari Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Universitas Diponegoro. Semarang. Dipublikasikan (112 Hal). Rustia, Hana. 2009. Skipsi: Pengaruh pajanan pestisida terhadap Petani di Tangerang. Universitas Indonesia. Depok. Dipublikasikan (98 hal). Sartono. 2001. Racun dan Keracunan. Widya Medika. Jakarta. Soemirat, J. 2005. Toksikologi Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Tarumingkeng. 2008. Pestisida dan Penggunaannya. Bogor: Institut Pertanian Bogor Prijanto, T.B. 2009. Analisis Faktor Risiko Keracunan Pestisida Organofosfat pada Keluarga Petani Hortikultura Di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. (Tesis). Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang. Yuantari, Maria. 2009. Tesis: Studi Ekonomi Lingkungan Penggunaan Pestisida dan Dampaknya pada Kesehatan Petani Di Area Pertanian Hortikultura Desa Sumber Rejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Universitas Diponegoro. Semarang. Dipublikasikan (142 Hal).