SlideShare a Scribd company logo
1 of 197
Download to read offline
1 
LAPORAN RESMI 
PRAKTIKUM KLIMATOLOGI DASAR 
ACARA I PENGENALAN ALAT-ALAT METEOROLOGI 
Oleh: 
Suryati Purba (13307) 
Ribka Gupita Hapsari (13322) 
Fachry Husein Rosyadi (13224) 
Ridya Nastitie (13325) 
Wita Dian Sharli (13343) 
Pridana Intan Susanti (13385) 
Golongan/Kelompok : A1/3 
Asisten : Ramot Christian 
LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014
2 
ACARA I 
PENGENALAN ALAT-ALAT METEOROLOGI 
I. PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Pengukuran iklim sangat dipengaruhi oleh alat-alat di bidang klimatologi. Bidang pertanian merupakan bidang yang sangat dipengaruhi dan tergantung dengan kondisi iklim. Sehingga, pengenalan mengenai alat-alat pengukuran iklim sangat diperlukan. Pengenalan ini dilakukan dengan melihat dan mengamati alat- alat yang diperoleh dari Laboratorium Agroklimatologi Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dan AWS Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 
Melihat dan memperhatikan alat-alat yang ada dapat dimanfaatkan untuk mempermudah dalam menelaah fungsi alat-alat klimatologi yang diperlukan. Diharapkan dengan ditunjukkannya alat-alat klimatologi dasar ini dapat meningkatkan ketepatan dalam peramalan yang akhirnya dapat menyediakan informasi iklim yang lengkap dan akurat. Dalam praktikum ini, praktikan dituntut untuk dapat mengenal dan mengetahui alat-alat klimatologi, bagian-bagiannya serta fungsinya sehingga diharapkan praktikan dapat mengetahui serta mengingat fungsi alat-alat klimatologi dan dapat menerapkannya dalam praktikum-praktikum selanjutnya. 
B. Tujuan 
1. Mengenal stasiun meteorologi pertanian dan alat-alat pengukur anasir cuaca yang biasa digunakan dalam bidang meteorologi pertanian. 
2. Mempelajari prinsip kerja, cara penggunaan alat, serta macam dan kualitas data yang dihasilkan dari suatu alat pengukur anasir cuaca.
3 
II. TINJAUAN PUSTAKA 
Secara luas meteorologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari atmosfer yang menyangkut keadaan fisis dan dinamisnya serta interaksinya dengan permukaan bumi di bawahnya. Iklim dapat didefinisikan sebagai ukuran statistik cuaca untuk jangka waktu tertentu dan cuaca menyatakan status atmosfer pada sembarang waktu tertentu (Hermawan, 2010). Pengamatan cuaca atau pengukuran unsur cuaca dilakukan pada lokasi yang dinamakan stasiun cuaca atau yang lebih dikenal dengan stasiun meteorologi. Tujuan dari stasiun meteorologi adalah menghasilkan data meteorologis seragam dan data biologis dan atau data- data yang lain yang dapat menyumbangkan hubungan antara cuaca dan pertumbuhan atau hidup tanaman dan hewan. Lokasi stasiun ini harus dapat mewakili keadaan pertanian dan keadaan alami daerah tempat stasiun itu berada. Informasi meteorologi yang secara rutin diamati antara lain ialah keadaan lapisan atmosfer yang paling bawah, suhu dan kelengasan tanah pada berbagai kedalaman, curah hujan, dan curahan lainnya, durasi penyinaran dan reaksi matahari (Prawirowardoyo, 1996). 
Dalam bidang pertanian, menurut Wisnubroto (2000) ilmu prakiraan penentuan kondisi iklim atmosfer ini adalah untuk menentukan wilayah pengembangan tanaman. Iklim mempengaruhi dunia pertanian. Presipitasi, evaporasi, suhu, angin, dan kelembaban nisbi udara adalah unsur iklim yang penting. Dalam dunia pertanian, air, udara, dan temperatur menjadi faktor yang penting. Kemampuan menyimpan air oleh tanah itu terbatas. Sebagian air meninggalkan tanah dengan cara transpirasi, evaporasi dan drainase. 
Prakiraan cuaca baik harian maupun prakiraan musim, mempunyai arti penting dan banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Prakiraan cuaca 24 jam yang dilakukan oleh BMG, mempunyai arti dalam kegiatan harian misalnya untuk pelaksanaan pemupukan dan pemberantasan hama. Misalnya pemupukan dan penyemprotan hama perlu dilakukan pada pagi hari atau ditunda jika menurut prakiraan sore hari akan hujan lebat. Prakiraan permulaan musim hujan mempunyai arti penting dalam menentukan saat tanam di suatu wilayah. Jadi, bidang pertanian ini memanfaatkan informasi tentang cuaca dan iklim mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaannya (Hermawan, 2010).
4 
Pada pengamatan keadaan atmosfer di stasiun cuaca atau stasiun meteorologi digunakan beberapa alat yang mempunyai sifat-sifat yang hampir sama dengan alat-alat ilmiah lainnya yang digunakan untuk penelitian di dalam laboratorium, misalnya bersifat peka dan teliti. Perbedaannya terletak pada penempatannya dan para pemakainya. Alat-alat laboratorium umumnya dipakai pada ruang tertutup, terlindung dari hujan dan debu-debu, angin dan lain sebagainya serta digunakan oleh observer. Dengan demikian sifat alat-alat meteorologi disesuaikan dengan tempat pemasangannya dan para petugas yang menggunakan (Anonim, 2008). 
Adapun alat-alat meteorologi yang ada di Stasiun Meteorologi Pertanian diantaranya alat pengukur curah hujan (Ombrometer tipe Observatorium dan Ombrograf), alat pengukur kelembaban relatif udara (Psikrometer Assman, Psikrometer Sangkar, Higrograf, Higrometer, Sling Psikrometer), alat pengukur suhu udara (Termometer Biasa, Termometer Maksimum, Termometer Minimum, dan Termometer Maximum-Minimum Six Bellani), alat pengukur suhu air (Termometer Maksimum-Minimum Permukaan Air), alat pengukur panjang penyinaran matahari (Solarimeter tipe Jordan, Solarimeter tipe Compbell Stokes), alat pengukur suhu tanah (Termometer Permukaan Tanah, Termometer Selubung Kayu, Termometer Bengkok, Termometer Maksimum-Minimum tanah, Termometer Simons, Stick Termometer), alat pengukur intensitas penyinaran matahari (Aktinograf), alat pengukur evaporasi (Panci Evaporasi Kelas A, Piche Evaporimeter) dan alat pengukur kecepatan angin (Cup Anemometer, Hand Anemometer, Biram Anemometer) (Prawirowardoyo, 1996). 
Stasiun meteorologi mengadakan contoh penginderaan setiap 30 detik dan mengirimkan kutipan statistik (sebagai contoh, rata-rata dan maksimum). Untuk yang keras menyimpan modul-modul setiap 15 menit. Hal ini dapat menghasilkan kira-kira 20 nilai dari hasil rekaman untuk penyimpanan akhir disetiap interval keluaran (Elder et. al., 2009). 
Klimatologi yang pengukurannnya dilakukan secara kontinyu dan meliputi periode waktu yang lama paling sedikit 10 tahun, bagi stasiun klimatologi pengamatan utama yang dilakukan meliputi unsur curah hujan, suhu udara, arah dan laju angin, kelembapan, macam dan tinggi dasar awan, banglash horizontal, durasi penyinaran matahari dan suhu tanah (Colbo and Robert, 2009). Oleh karena
5 
itu persyaratan stasiun klimatologi ialah lokasi, keadaan stasiun dan lingkungan sekitar yang tidak mengalami perubahan agar pemasangan dan perletakan alat tetap memenuhi persyaratan untuk menghasilkan pengukuran yang dapat mewakili (Neiburger, 1982).
6 
III. METODOLOGI 
Praktikum Klimatologi Dasar acara I tentang pengenalan alat – alat meteorologi dilaksanakan pada hari Senin, 15 September 2014 di Laboratorium Agroklimatologi, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dan AWS Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 
Pada acara praktikum kali ini asisten memperkenalkan alat-alat meteorologi pertanian. Pertama adalah alat pengukur curah hujan yang terdiri dari dua macam alat yaitu ombrometer tipe observatorium dan ombrograf. Kedua adalah alat pengukur kelembapan nisbi udara yang terdiri dari empat macam alat yaitu psikometer sangkar, sling psikometer, psikometer tipe asman dan higrograf. Ketiga adalah alat pengukur suhu udara yang terdiri dari empat macam yaitu termometer biasa, termometer maksimum, termometer minimum, dan termometer maksimum-minimum Six Bellani. Keempat adalah alat pengukur suhu udara sekaligus kelembaban nisbi udara yang terdiri dari dua alat yaitu termohigrometer dan termohigrograf. Kelima adalah alat pengukur suhu air yaitu termometer maksimum-minimum permukaan air. Keenam adalah alat pengukur suhu tanah yang terdiri dari enam alat yaitu termometer permukaan tanah, termometer tanah selubung kayu, termometer tanah tipe bengkok, termometer tanah tipe symons, stick termometer dan termometer maksimum-minimum tanah. Ketujuh adalah alat pengukur panjang penyinaran yang terdiari dari dua macam alat yaitu solarimeter tipe Jordan dan solarimeter tipe Compbell Stockes. Kedelapan adalah alat pengukur intensitas penyinaran matahari yaitu aktinograf dwi logam. Kesembilan adalah alat pengukur kecepatan angin yang terdiri dari cup anemometer, hand anemometer, dan biram anemometer. Kesepuluh adalah alat pengukur evaporasi yang terdiri dari piche evaporimeter dan panci evaporasi kelas-A. 
Pada kesempatan ini diperkenalkan juga stasiun khusus untuk bidang pertanian kepada praktikan. Praktikan mengamati alat-alat pengukur anasir cuaca kemudian mencatat nama dan kegunaan alat, satuan dan ketelitian pengamatan, keterangan singkat dari prinsip kerja, cara kerja, cara pemasangan serta cara pengamatan. Dari hasil pengamatan kemudian praktikan membuat uraian singkat
7 
mengenai perbandingan kelebihan dan kekurangan antar alat yang diamati baik dari segi ketelitian pengamatan maupun kepraktisan.
8 
IV. HASIL PENGAMATAN 
A. Alat Pengukur Curah Hujan 
1. Ombrometer tipe Observatorium 
Keterangan Gambar : a. Mulut penakar seluas 100 cm² b. Corong sempit c. Tabung penampung dengan kapasitas setara 300-500 mm CH d. Kran 
Gambar 1.4.1. Ombrometer tipe observatorium. 
Deskripsi alat : 
a. Fungsi : Mengukur jumlah hujan harian 
b. Satuan alat : mm 
c. Satuan pengukuran : mm 
d. Ketelitian alat : 0,5 mm 
e. Prinsip kerja : Penampung curah hujan 
f. Cara kerja : 
Air hujan masuk kemulut penangkar kemudian melalui corong sempit masuk ketabung penampung. Air yang tertampung kemudian di ambil melalui keran dan dan dihitung volumenya. 
g. Cara pemasangan : 
1) Alat ditempatkan di lapangan terbuka dengan jarak terhadap pohon atau bangunan terdekat sekurang-kurangnya sama dengan tinggi pohon atau bangunan tersebut. 
2) Permukaan mulut corong harus benar-benar horisontal dan dipasang pada ketinggian 120 cm dari permukaan tanah.
9 
h. Cara pengamatan : 
1) Pengamatan dilakukan setiap pukul 07:00an 
2) Data curah hujan harian didapat dalam gelas penakar yang bersatuan mm. 
3) Ketelitian pengamatan sampai dengan 0,2 mm 
2. Ombrograf 
Keterangan Gambar : a. Mulut penakar b. Corong sempit c. Tabung penampung I d. Tabung penampung utama (kapasitas setara 60 mm CH) e. Saluran pembuangan air dengan sistem bejana berhubungan f. Silinder kertas grafik g. Pelampung 
Gambar 1.4.2. Ombrograf. 
Deskripsi alat : 
a. Fungsi : Mengukur dan mencatat jumlah hujan 
b. Satuan Alat : mm 
c. Satuan Pengukuran : mm 
d. Ketelitian Alat : 2 mm 
e. Prinsip kerja : 
Prinsip pelampung, yaitu pencatatan tinggi air komulatif dengan pena pencatat yang dihubungkan dengan pelampung di dalam tabung pelampung. 
f. Cara kerja : 
Air hujan ditampung dalam silinder yang didalamnya terdapat sebuah pelampung yang dapat bergerak keatas oleh air hujan yang
10 
tertampung. Curah hujan kemudian dicatat pada kertas grafik dengan sebuah pena pencatat yang digerakan oleh pelampung tersebut. Jika pena tersebut mencapai batas atas 60 mm artinya, pelampung dalan silinder akan terbuang dan pena kemudian turun kebatas bawah yaitu titik 0 mm disebabkan pelampungnya turun kembali kekedudukan semula. 
g. Cara pemasangan : 
1) Syarat penempatan alat sama dengan ombrometer tipe observatorium 
2) Alat dipasang diatas permukaan tanah dengan tinggi permukaan corong 40 cm dari permukaan tanah. 
h. Cara pengamatan: 
1) Kertas grafik dipasang pada silinder yang berputar secara otomatis 
2) Penggantian kertas dilakukan seminggu sekali 
3) Pencatatan curah hujan bersifat kumulatif, dengan kapasitas maksimum penampung 60 mm. 
4) Banyaknya curah hujan dan terjadinya hujan dapat dibaca pada kertas grafik 
B. Alat Pengukur Kelembaban Nisbi Udara 
1. Psikrometer Sangkar Keterangan Gambar : a. Statif b. Termometer bola basah c. Termometer bola kering d. Kain kasa yang dibasahi e. Bejana tempat air 
Gambar 1.4.3. Psikrometer sangkar.
11 
Deskripsi alat : 
a. Fungsi : Mengukur kelembaban nisbi udara. 
b. Satuan Alat : ºc 
c. Satuan Pengukuran : % 
d. Ketelitian Alat : 0,5°C 
e. Prinsip kerja : 
Prinsip termodinamika/adiabatik (beda TBB dan TBK) 
f. Cara kerja : 
Adanya suhu bola kering (T) dan suhu bola basah (t), T lebih tinggi dari pada t karena untuk penguapan air pada kran yang membalut bola termometer bola basah, memerlukan bahan. Bahan yang diperlukan tersebut diambil dari udara yang bersentuhan dengan bola basah tersebut sehingga termometer bola basah menunjukan suhu udara tersebut yang lebih rendah. Lw adalah tekanan uap air jenuh pada suhu T yang dapat ditentukan atau dapat dicari dari diagram atau tabel yang memuat tekanan uap jenuh pada berbagai suhu. 
g. Cara pemasangan : 
1) Psikrometer sangkar dipasang di dalam sangkar meteo 
2) Kain kassa pada termometer bola basah harus tetap bersih dan dibasahi secara kapilaritas 
h. Cara pengamatan : 
1) Pengamatan dilakukan 3 kali sehari yaitu pukul 07.00, 13.00 atau 14.00,dan 18.00. 
2) Mula-mula dilakukan pembacaan suhu TBB, kemudian TBK 
3) Pembacaan dilakukan sampai ketelitian 0,1°C. Kelembaban dicari pada tabel, berdasarkan nilai selisih suhu pada TBB dan TBK.
12 
2. Sling Psikrometer 
Keterangan Gambar : a. Termometer bola basah b. Termometer bola kering c. Pegangan 
Gambar 1.4.4. Sling psikrometer. 
Deskripsi alat : 
a. Fungsi : Mengukur kelembaban nisbi udara sesaat. 
b. Satuan Alat : ºc 
c. Satuan Pengukuran : % 
d. Ketelitian Alat : 0,2ºC 
e. Prinsip kerja : 
Prinsip termodinamika / adiabatik (beda TBB dan TBK) 
f. Cara kerja : 
Cara kunci (skrup pemutar pegas) diputar – sling berputar – kalor – pengeringan TBB. 
g. Cara pemasangan : Jinjing (portable) 
h. Cara pengamatan : 
1) Sebelum digunakan, kain kassa tada TBB ditetesi air secukupnya. 
2) Sling psikrometer kemudian diputar 33 kali dengan kecepatan 4 putaran per detik 
3) Pengamatan selanjutnya sama seperti psikrometer sangkar.
13 
3. Psikrometer Tipe Assman 
Keterangan Gambar : a. Termometer bola basah b. Termometer bola kering c. Kipas d. Sekrup pemutar pegas e. Saluran angin 
Gambar 1.4.5. Psikrometer tipe Assman. 
Deskripsi alat : 
a. Fungsi : Mengukur kelembaban nisbi udara sesaat. 
b. Satuan Alat : ºC 
c. Satuan Pengukuran : % 
d. Ketelitian Alat : 0,2ºC 
e. Prinsip Kerja : 
Prinsip termodinamika/adiabatik (beda TBB dan TBK) 
f. Cara kerja : 
Cara kunci (skrup pemutar pegas) diputar – kipas berputar – kalor – pengeringan TBB. 
g. Cara pemasangan : Jinjing 
h. Cara pengamatan : 
1) Sebelum digunakan, kain kassa pada TBB ditetesi air secukupnya. 
2) Pegas kipas diputar sehinggakipas akan mengalirkan udara dengan kecepatan 5 m/s pada bagian reservoir termometernya. 
3) Setelah suhu termometer konstan, dilakukan pembacaan seperti pada psikrometer sangkar.
14 
4. Higrograf Keterangan 
a. Rambut b. Sistem tuas c. Pena / penera grafik d. Silinder kertas grafik 
Gambar 1.4.6. Higrograf. 
Deskripsi alat : 
a. Fungsi : Mengukur kelembaban nisbi udara sesaat. 
b. Satuan Alat : % 
c. Satuan Pengukuran : % 
d. Ketelitian Alat : 0,1 % 
e. Prinsip kerja : 
Berdasarkan perubahan panjang bahan higroskopis jika menyerap atau menguap air. 
f. Cara kerja : 
Dengan cara menggerakan tuas sehingga terjadi peregangan pada rambut, rambut sebagai sensor. 
g. Cara pemasangan: Dipasang di dalam sangkar meteo. 
h. Cara pengamatan : 
1) Kertas grafik dipasang pada bagian silinder yang dapat berputar secara otomatis 
2) Penggantian kertas grafik dilakukan seminggu sekali 
3) Kelembaban nisbi udara dalam satuan persen dapat dibaca pada kertas grafik.
15 
C. Alat Pengukur Suhu Udara 1. Termometer Biasa 
Keterangan Gambar : a. Reservoir b. Pipa kapiler berisi raksa atau alkohol 
Gambar 1.4.7. Termometer biasa. 
Deskripsi alat : 
a. Fungsi : Mengukur suhu udara. 
b. Satuan Alat : ºC 
c. Satuan Pengukuran : ºC 
d. Ketelitian Alat : 0,5ºC 
e. Prinsip kerja : 
Berdasarkan kepekaan zat cair terhadap perubahan suhu. 
f. Cara kerja : 
Jika suhu naik air raksa mengembang dan panjang kolom air raksa dalam tabung bertambah, sebaliknya jika penurunan suhu air raksa mengerut dan kolom dalam air raksa memendek 
g. Cara pemasangan : 
Dipasang sekaligus sebagai TBK pada psikrometer sangkar 
h. Cara pengamatan: 
1) Suhu udara dapat dibaca pada skala termometer dengan ketelitian 0,10C 
2) Mata pengamat harus tegak lurus terhadap kolom air raksa 
3) Pengamatan dilakukan 3 kali sehari yaitu pukul 07.00, 13.00 atau 14.00, dan 18.00.
16 
2. Termometer Maksimum Udara 
Keterangan : 
a. Reservoir 
b. Celah sempit 
c. Pipa kapiler berisi air raksa 
Gambar 1.4.8. Termometer maksimum udara. 
Deskripsi alat : 
a. Satuan alat : ºC 
b. Satuan pengukuran : ºC 
c. Ketelitian alat : 0,25 ºC 
d. Prinsip kerja : 
Muai ruang air raksa yang dimodifikasi dengan adanya penyempitan pada pipa kapiler. 
e. Cara kerja : 
Jika suhu panas maka air raksa memuai sehingga permukaan air raksa naik (bergerak ke kanan) tetapi jika suhu turun, permukaan air raksa tetap pada kedudukan seperti pada waktu suhu panas, hal ini disebabkan adanya konstriksi yang menutup air raksa yang berada di atasnya. 
f. Cara pemasangan : 
Alat ini dipasang pada sangkar meteo dan dipasang miring terhadap sumbu horizontal, dengan bagian reservoir lebih rendah. 
g. Cara pengamatan : 
1) Suhu maksimum dapat dibaca tepat pada permukaan kolom air raksa. 
2) Setelah pengamatan, alat dipasang pada posisi bagian reservoir disebelah luar dan dikibaskan sampai tidak
17 
terdapat pemutusan kolom air raksa pada celah sempit dan dipasang untuk pengamatan hasil selanjutnya. 
3) Pengamatan dilakukan sore hari pada pukul 16.00. 
3. Termometer Minimum Udara 
Keterangan : 
a. Reservoir 
b. Indeks penunjuk suhu minimum 
c. Pipa kapiler berisi alkohol 
Gambar 1.4.9. Termometer minimum udara. 
Deskripsi alat : 
a. Satuan alat : ºC 
b. Satuan pengukuran : ºC 
c. Ketelitian alat : 0,25 ºC 
d. Prinsip kerja : 
Muai ruang alkohol yang dimodifikasi dengan adanya indeks. 
e. Cara kerja : 
Jika suhu dingin, maka permukaan alkohol yang bergerak ke kiri akan membawa indeks penunjuk yang berwarna merah dan jika suhu naik, maka indeks akan tetap pada tempatnya meskipun permukaan alkohol mengembang dan bergerak ke kanan. 
f. Cara pemasangan : 
Agar tidak ada gaya gravitasi, maka termometer minimum diletakkan mendatar, dengan demikian gaya yang bekerja hanya gaya permukaannya saja.
18 
g. Cara pengamatan : 
1) Suhu udara minimum dapat diketahui dengan membaca tepat pada skala yang ditunjuk oleh ujung indeks yang berdekatan dengan ujung kolam alkohol. 
2) Ujung kolom alkohol menunjuk suhu udara sesaat 
3) Pengamatan dilakukan pukul 16.00 
4) Setelah pengamatan, indeks harus dikembalikan tepat pada ujung kolom alkohol untuk pengamatan berikutnya. 
4. Termometer Maksimum Minimum Six Bellani 
Keterangan : 
a. Reservoir 
b. Pipa kapiler berisi air raksa 
c. Pipa kapiler berisi alkohol 
d. Indeks penunjuk suhu maksimum 
e. Indeks penunjuk suhu minimum 
f. Tombol pengembali indeks 
Gambar 1.4.10. Termometer maksimum-minimum Six Bellani. 
Deskripsi alat : 
a. Satuan alat : ºC 
b. Satuan pengukuran : ºC 
c. Ketelitian alat : 0,25 ºC 
d. Prinsip kerja : 
Muai ruang zat cair (alkohol dan raksa) 
e. Cara kerja : 
Alat ini mirip seperti termometer maksimum dan termometer minimum udara, namun untuk mengembalikan indeks tinggal menekan tombol. 
f. Cara pemasangan : 
Alat ini dipasang pada sangkar meteo dengan posisi tegak.
19 
g. Cara pengamatan : 
1) Pengamatan dilakukan sore hari pada pukul 16.00. 
2) Indeks bagian kanan menunjukkan suhu maksimum, sedangkan indeks kiri menunjukkan suhu minimium. 
3) Suhu maksimum dan minimum dapat dibaca pada ujung bawah indeks. 
4) Setelah pengamatan, untuk pengamatan hari selanjutnya tombol ditekan sedemikian sehingga ujung bawah indeks berhimpit dengan permukaan kolom air raksa. 
D. Alat Pengukur Suhu Udara Sekaligus Kelembaban Nisbi Udara 
1. Termohigrometer 
Keterangan : 
a. Spiral dwi logam/bimetal 
b. Spiral benda higroskopis 
c. Jarum penunjuk skala suhu 
d. Jarum penunjuk skala kelembaban 
e. Ventilasi 
Gambar 1.4.11. Termohigrometer. 
Deskripsi alat : 
a. Satuan alat : ºC, % 
b. Satuan pengukuran : ºC, % 
c. Ketelitian alat : 0,5 ºC, 1% 
d. Prinsip kerja : 
1) Termometer : muai dwi logam 
2) Higrometer : higroskopis rambut 
e. Cara pemasangan : 
Jinjing atau dipasang pada sangkar meteo.
20 
f. Cara pengamatan : 
1) Pada saat pengamatan, alat harus terlindung dari pengaruh saat sinar matahari langsung dan tidak terkena tetesan air hujan. 
2) Suhu udara dan kelembaban alat dapat dibaca langsung pada alat 
2. Termohigrograf 
Keterangan : 
a. Lempeng dwi logam/bimetal 
b. Rambut 
c. Sistem tuas higrograf 
d. Sistem tuas termograf 
e. Pena 
f. Silinder kertas grafik 
Gambar 1.4.12. Termohigrograf. 
Deskripsi alat : 
a. Satuan alat : ºC, % 
b. Satuan pengukuran : ºC, % 
c. Ketelitian alat : 0,5 ºC, 1% 
d. Prinsip kerja : 
1) Termometer : muai dwi logam 
2) Higrometer : higroskopis rambut 
e. Cara pemasangan : 
Jinjing atau dipasang pada sangkar meteo. 
f. Cara pengamatan : 
1) Kertas grafik dipasang pada bagian silinder yang dapat berputar secara otomatis. 
2) Kertas grafik diganti seminggu sekali. 
3) Suhu udara dan kelembaban udara suatu saat maupun ayunannya dapat dibaca pada kertas grafik.
21 
E. Alat Pengukur Suhu Air 
1. Termometer Maksimum-Minimum Permukaan Air 
Keterangan : 
a. Reservoir 
b. Pipa kapiler berisi raksa 
c. Pipa kapiler berisi alkohol 
d. Indeks penunjuk suhu maksimum 
e. Indeks penunjuk suhu minimum 
f. Pelindung reservoir 
g. Pelampung 
Gambar 1.4.13. Termometer maksimum-minimum permukaan air. 
Deskripsi alat : 
a. Satuan alat : ºC 
b. Satuan pengukuran : ºC 
c. Ketelitian alat : 0,5ºC 
d. Fungsi : Mengukur suhu maksimum-minimum air 
e. Prinsip kerja : Muai zat cair 
f. Cara pemasangan : 
Alat diletakkan terapung pada permukaan air (biasanya dalam panci evaporasi kelas A) dengan kedudukan horizontal. 
g. Cara pengamatan : 
1) Suhu maksimum-minimum dibaca pada ujung bawah indeks. 
2) Indeks bagian kanan menunjukkan suhu maksimum, indeks bagian kiri menunjukkan suhu minimum. 
3) Pengamatan dilakukan pada pukul 16.00. 
4) Setelah pengamatan, tombol kemudi ditekan sedemikian rupa sehingga ujung bawah indeks berimpit dengan permukaan kolom air raksa, untuk pengamatan berikutnya.
22 
F. Alat Pengukur Suhu Tanah 
1. Termometer Permukaan Tanah 
Keterangan : 
a. Termometer zat cair 
b. Reservoir 
c. Statif kaki tiga 
d. Tabung pelindung reservoir berventilasi 
Gambar 1.4.14. Termometer permukaan tanah. 
Deskripsi alat : 
a. Satuan alat : ºC 
b. Satuan pengukuran : ºC 
c. Ketelitian alat : 0,5 ºC 
d. Fungsi : Mengukur suhu permukaan tanah 
e. Prinsip kerja : Muai zat cair 
f. Cara pemasangan : Jinjing, diletakkan di atas permukaan tanah 
g. Cara pengamatan : 
Setelah stabil, suhu tanah diamati dengan membaca skala yang ditunjukkan saat pencatatan pada suhu udara harian. 
2. Termometer Tanah Selubung Kayu 
Keterangan : 
a. Ujung sensor sampai jeluk 5 cm 
b. Termometer zat cair 
c. Pegangan tangan 
d. Tabung pelindung reservoir berventilasi 
Gambar 1.4.15. Termometer tanah selubung kayu.
23 
Deskripsi alat : 
a. Satuan alat : °F 
b. Satuan pengukuran : °C 
c. Ketelitian alat : 1°F 
d. Prinsip kerja : Muai ruang zat cair 
e. Fungsi alat : Mengukur suhu tanah dengan jeluk 0-10 cm 
f. Cara kerja : Termometer ditancapkan pada jeluk (0-10 cm), perubahan panas yang diterima oleh sensor akan memuaikan air raksa menunjukan skala tertentu pada saat itu. 
g. Cara pemasangan : 
Jinjing (portable), bagian ujung ditancapkan ke dalam tanah sesuai jeluk yang akan diamati 
h. Cara pengamatan : 
Setelah stabil, suhu tanah diamati dengan membaca pada skala yang ditunjuk. 
3. Termometer Tanah Tipe Bengkok 
Keterangan : 
a. Reservoir untuk jeluk tanah 20 cm 
b. Pipa kapiler berisi air raksa 
Gambar 1.4.16. Termometer tanah tipe bengkok. 
Deskripsi alat : 
a. Satuan alat : °C 
b. Satuan pengukuran : °C 
c. Ketelitian alat : 0,1°C 
d. Prinsip kerja : Muai ruang zat cair
24 
e. Fungsi alat : Mengukur suhu tanah dengan jeluk 20 cm 
f. Cara kerja : Tanah digali pada jeluk 20 cm, setelah ujung reservoir dimasukan kenaikan suhu tanah menyebabkan air raksa memuai dan akan mengisi kolom hampa udara sampai pada skala tertentu. 
g. Cara pemasangan : 
1) Dibuat lubang di tanah dengan jeluk tertentu dengan bor. 
2) Bagian reservoir termometer dimasukkan ke dalam lubang, kemudian ditimbun kembali dengan tanah bekas galian. 
h. Cara pengamatan : 
Setelah stabil, suhu tanah diamati dengan membaca pada skala yang ditunjukkan saat pencatatan pada suhu udara harian. 
4. Termometer Tanah Tipe Simons 
Keterangan : 
a. Pipa pelindung termometer 
b. Bagian sensor 
c. Termometer zat cair 
d. Reservoir 
e. Rantai 
Gambar 1.4.17. Termometer tanah tipe Simons. 
Deskripsi alat : 
a. Satuan alat : °C 
b. Satuan pengukuran : °C 
c. Ketelitian alat : 0,5°C 
d. Prinsip kerja : Muai ruang zat cair 
e. Fungsi alat : Mengukur suhu tanah dengan jeluk 50 cm 
f. Cara pemasangan : 
1) Dibuat lubang di tanah dengan jeluk tertentu dengan bor.
25 
2) Bagian reservoir termometer dimasukkan ke dalam lubang, kemudian ditimbun kembali dengan tanah bekas galian. 
g. Cara pengamatan : 
1) Termometer diangkat dari selubung bagian pelindung, suhu tanah dapat dibaca langsung pada skala yang ditunjuk. 
2) Pembacaan harus dilakukan dengan cepat. 
5. Stick Termometer 
Keterangan : 
a. Tangkai pemutar 
b. Jarum penunjuk suhu 
c. Tabung bejana berisi spiral logam sebagai penghantar 
d. Ujung peka 
Gambar 1.4.18. Stick termometer. 
Deskripsi alat : 
a. Satuan alat : °C 
b. Satuan pengukuran : °C 
c. Ketelitian alat : 1°C 
d. Prinsip kerja : Muai kawat dengan lilitan kumparan pada tabung bejana 
e. Fungsi alat : Mengukur suhu tanah sampai dengan jeluk 100 cm 
f. Cara kerja : Adanya tekanan, air raksa memuai dan akan menggerakan klep/pipa logam lunak sehingga gerigi berputar dan menggerakkan jarum penunjuk sampai skala tertentu. 
g. Cara pemasangan : 
Alat dimasukkan ke dalam tanah dan ditekan menurut jeluk yang akan diamati dengan cara memutar pegangannya.
26 
h. Cara pengamatan : 
Setelah jarum penunjuk suhu konstan, suhu dapat dibaca pada skala yang ditunjuk. 
6. Termometer Maksimum-Minimum Tanah 
Keterangan : 
a. Bagian sensor 
b. Pipa berisi zat cair (air raksa) 
c. Jarum hitam penunjuk suhu sesaat 
d. Jarum hijau penunjuk suhu maksimum 
e. Jarum merah penunjuk suhu minimum 
Gambar 1.4.19. Termometer maksimum-minimum tanah. 
Deskripsi alat : 
a. Satuan alat : °C 
b. Satuan pengukuran : °C 
c. Ketelitian alat : 0,5°C 
d. Prinsip kerja : Muai ruang zat cair pada tabung Bourdan 
e. Fungsi alat : 
Mengukur suhu maksimum-minimum tanah 
f. Cara kerja : Termometer diletakkan di dalam tanah, suhu naik maka ditunjukan oleh naiknya cairan air raksa dan jarum hijau yang akan berfungsi penunjuk suhu maksimum, sedangkan suhu turun ditunjukkan oleh naiknya cairan alkohol dan ditunjukan oleh jarum merah yang berfungsi sebagai penunjuk suhu minimum.
27 
g. Cara pemasangan : 
Jinjing (portable), bagian sensor dibenamkan ke dalam tanah hingga kedalaman 20 cm dan dibiarkan selama periode pengamatan. 
h. Cara pengamatan : 
1) Sebelum pengamatan, ketiga jarum penunjuk dibuat saling berhimpit dengan cara memutar sekrup. 
2) Pada saat pembacaan : 
a) Jarum merah menunjukkan suhu maksimum 
b) Jarum hijau menunjukkan suhu minimum 
c) Jarum hitam menunjukkan suhu sesaat 
G. Alat Pengukur Panjang Penyinaran 
1. Solarimeter Tipe Jordan 
Keterangan : 
a. Silinder setengah lingkaran dengan sudut 60° 
b. Celah sempit tempat masuknya sinar 
c. Pelindung celah sempit 
d. Sekrup pengatur kemiringan 
Gambar 1.4.20. Solarimeter tipe Jordan. 
Deskripsi alat : 
a. Satuan alat : jam 
b. Satuan pengukuran : % 
c. Ketelitian alat : 0,5 jam 
d. Prinsip kerja : Reaksi fotokhemis 
e. Fungsi alat : Mengukur panjang penyinaran 
f. Cara kerja : Berkas sinar yang masuk akan bereaksi dengan Kalium ferro sianida atau Ferro amonium sitrat yang sebelumnya telah
28 
dioleskan pada kertas pias. Garam Ferro akan beroksidasi sehingga membentuk noda apabila kertas pias kita cuci dengan aquadest. Dari panjang noda yang terbentuk dapat diukur panjang penyinaran aktual. 
g. Cara pemasangan : 
1) Alat dipasang pada tempat terbuka dan diletakkan di atas beton yang agak tinggi, sedemikian rupa sehingga sensor dapat menangkap sinar matahari dalam keadaan normal pada ketinggian 3 m di atas horizon. 
2) Solarimeter dipasang rupa sehingga : 
a) Arah U-S dari alat sesuai dengan U-S dari tempat pemasangan 
b) Tutup kotak menghadap khatulistiwa 
c) Alat dipasang dengan kemiringan ke arah khatulistiwa terhadap sumbu horizontal, sebesar derajat lintang tempat pemasangan (Yogyakarta pada 7°LS) 
h. Cara pengamatan : 
1) Persiapan kertas pias 
a) Kertas pias dicelupkan atau dilapisi dengan larutan Kalium ferrosianida atau Feriamonium sitrat dengan kepekatan baku, disesuaikan dengan kepekaan kertas pias terhadap intensitas sinar matahari. 
b) Sebelum digunakan, kertas pias harus disimpan rapat dan tidak boleh bereaksi dengan sinar 
2) Dua buah kertas pias dipasang pada masing-masing tabung dan diganti setiap sore hari pada pukul 18.00. 
3) Noda yang terdapat pada kertas pias dicelupkan terlebih dahulu dalam aquadest segera setelah digunakan, kemudian diukur panjangnya dalam satuan jam. Nilai pengukuran ini merupakan nilai PP aktual. Sementara PP potensial
29 
merupakan panjang penyinaran yang seharusnya dapat terjadi bila udara cerah selama 1 periode. 
2. Solarimeter Tipe Compbell-Stokes 
Keterangan : 
a. Lensa bola kaca pejal dengan jari-jari 7,3 cm 
b. Busur pemegang bola kaca pejal 
c. Sekrup pengunci kedudukan lensa 
d. Sekrup pengatur kemiringan 
e. Mangkuk tempat kertas pias 
Gambar 1.4.21. Solarimeter tipe Compbell-Stokes. 
Deskripsi alat : 
a. Satuan alat : jam 
b. Satuan pengukuran : % 
c. Ketelitian alat : 0,5 jam 
d. Prinsip kerja : Pemfokusan sinar matahari 
e. Fungsi alat : Mengukur panjang penyinaran 
f. Cara kerja : Sinar yang datang difokuskan pada bola kristal yang dibawahnya ada kertas pias, jika sinar terfokus akan membuat goresan hitam pada kertas. Pias Combell-stokes tidak akan terbakar jika radiasi matahari minimum belum tercapai (kira-kira 0,2 sampai (n) cm-2 menit-1). 
g. Cara pemasangan : 
1) Alat dipasang pada tempat terbuka dan diletakkan di atas beton yang agak tinggi, sedemikian rupa sehingga sensor
30 
dapat menangkap sinar matahari dalam keadaan normal pada ketinggian 3 m di atas horizon. 
2) Solarimeter dipasang sedemikian rupa sehingga : 
a) Mangkuk tempat pemasangan pias harus menunjuk arah timur-barat 
b) Bagian bawah alat harus benar-benar datar (diatur dengan levelling) 
c) Lensa bola bersama dengan tempat pias dimiringkan sesuai dengan letak lintang tempat pengamatan 
h. Cara pengamatan : 
1) Kertas pias dipasang dan diganti setiap sore hari pada pukul 18.00. 
2) Kertas pias yang digunakan ada 3 macam, yaitu bentuk lurus, bengkok panjang dan bengkok pendek. 
3) Jadwal penggunaan masing-masing bentuk kertas pias tergantung pada letak pengamatan dan kedudukan matahari terhadap tempat tersebut. 
4) Pengukuran PP aktual dilakukan dengan ketelitian 0,1 jam dengan ketentuan sebagai berikut : 
a) Noda langsung bundar, dihitung 0,5 panjang garis tengah noda. 
b) Noda bentuk titik, setiap 2 atau titik dihitung 0,1 jam. 
c) Noda berbentuk garis berlubang, dihitung dikurangi 0,1 jam setiap pemutusan. 
d) Noda berbentuk garis tidak berlubang, tidak perlu dikoreksi.
31 
H. Alat Pengukur Intensitas Penyinaran 
1. Aktinograf Dwi Logam 
Keterangan : 
a. Lempeng logam warna putih 
b. Lempeng logam warna hitam 
c. Lembar kaca pyrex 
d. Pena/penera grafik 
e. Silinder kertas grafik 
Gambar 1.4.22. Aktinograf dwi logam. 
Deskripsi alat : 
a. Satuan alat : cm2 
b. Satuan pengukuran : Kal/cm2/hari 
c. Ketelitian alat : 1 cm2 
d. Fungsi : Mengukur intensitas penyinaran 
e. Prinsip kerja : Beda muai logam hitam dan putih 
f. Cara kerja : 
Logam putih memantulkan radiasi yang jatuh kepermukaan, sedang logam hitam bersifat menerimannya sehingga perbedaan murni akan dapat menunjukkan besarnya intensitas radiasi matahari yang ditangkap oleh sensor. 
g. Cara pemasangan : 
Alat dipasang pada tempat terbuka di atas tiang beton yang kuat dan bagian atas dibuat sedemikian rupa sehingga selain surya berada 15 derajat horizon bumi, sinar harus bebas mencapai sensor. 
h. Cara pengamatan : 
1) Kertas grafik dipasang dan diganti setiap sore hari pada pukul 18.00. 
2) Lalu dari grafik yang tergambar diukur luasan di bawah grafik tersebut dengan planimeter. Dari luasan terukur disetarakan terhadap kalori/cm2/hari.
32 
I. Alat Pengukur Kecepatan Angin 
1. Cup Anemometer 
Keterangan : 
a. Mangkuk anemo 
b. Pencatat jarak 
c. Tiang penyangga 
Gambar 1.4.23. Cup anemometer. 
Deskripsi alat : 
a. Satuan alat : km 
b. Satuan pengukuran : km/jam 
c. Ketelitian alat : 1 km 
d. Fungsi : Mengukur kecepatan angin periode harian 
e. Prinsip kerja : Sistem mekanik atau sistem gir. 
f. Cara kerja : 
Angin akan diterima dan mangkuk akan berputar, putaran ini akan menggerakan speedmeter melalui sistem. 
g. Cara pemasangan : 
Alat ini dipasang pada tiang/menara dengan ketinggian 0,5m, 2m, atau 10m sesuai dengan masing-masing penggunaan. Pemasangan harus pada tempat terbuka, jarak benda terdekat paling sedikit 10 kali tinggi benda tersebut. 
h. Cara pengamatan : 
1) Tiap pagi hari pukul 07.00 dibaca angka pada pencatat. 
2) Rerata kecepatan angin dapat dihitung dari besarnya selisih pembacaan hari II dengan pembacaan I (jarak tempuh angin) dibagi dengan waktu antara beda pengamatan tersebut (periode satu hari : 24 jam).
33 
2. Hand Anemometer 
Keterangan : 
a. Kipas anemo 
b. Speed meter 
c. Skala Beauford 
d. Tangkai pegangan tangan 
Gambar 1.4.24. Hand anemometer. 
Deskripsi alat : 
a. Satuan alat : m/s 
b. Satuan pengukuran : m/s 
c. Ketelitian alat : 0,5 m/s 
d. Fungsi : Mengukur kecepatan angin periode sesaat 
e. Prinsip kerja : Sistem GGL induksi seperti pada sistem dinamo 
f. Cara kerja : 
Anemometer digerakkan sehingga menimbulkan arus listrik yang akhirnya menunjukkan gerak jarum penunjuk skala. 
g. Cara pemasangan : Jinjing 
h. Cara pengamatan : 
1) Kecepatan angin sesaat dapat diketahui dengan membaca langsung pada pencatat. 
2) Satuan alat dalam m/s atau skala Beaufort.
34 
3. Biram Anemometer 
Keterangan : 
a. Kipas anemo 
b. Jarum pencatat jarak 100 m 
c. Jarum pencatat jarak 1000 m 
d. Pengunci 
Gambar 1.4.25. Biram anemometer. 
Deskripsi alat : 
a. Satuan alat : m 
b. Satuan pengukuran : m/s 
c. Ketelitian alat : 0,5 m 
d. Fungsi : Mengukur kecepatan angin periode pendek 
e. Prinsip kerja : Sistem mekanik. 
f. Cara kerja : 
Angin akan diterima kipas sehingga berputar, putaran ini akan menggerakkan jarum skala melalui sistem gir. 
g. Cara pemasangan : Portable 
h. Cara pengamatan : 
1) Umumnya alat digunakan untuk pengukuran rerata kecepatan angin pada periode pendek, satuannya dalam m/s. 
2) Rerata kecepatan angin dapat dihitung dari besarnya selisih pembacaan hari II dengan pembacaan I (jarak tempuh angin) dibagi dengan waktu antara beda pengamatan tersebut (periode satu hari : 24 jam).
35 
J. Alat Pengukur Evaporasi 
1. Piche Evaporasi 
Keterangan : 
a. Tabung kaca tempat air yang berskala dalam satuan mm 
b. Kawat penjepit tempat meletakkan kertas berpori 
c. Penggantung 
Gambar 1.4.26. Piche evaporasi. 
Deskripsi alat : 
a. Satuan alat : ml 
b. Satuan pengukuran : mm 
c. Ketelitian alat : 0,05 ml 
d. Fungsi : Mengukur penguapan 
e. Prinsip kerja : Pengukuran selisih tinggi permukaan air 
f. Cara kerja : 
Air dalam tabung menekan kertas saring dan akan merembes pada kertas saring akan membasahi lagi, selisih pengamatan hari pertama dan pengamatan hari kedua diukur sebagai besarnya penguapan pada hari itu. 
g. Cara pemasangan : 
Tabung diisi air dan digantung di dalam ruangan atau sangkar meteo. 
h. Cara pengamatan : 
Pengamatan dilakukan sehari sekali. Mula-mula mengamati permukaan air (PI). Pengamatan kedua dilakukan keesokan harinya. Besarnya penguapan adalah selisih antara pengamatan pertama dengan pengamatan kedua.
36 
2. Panci Evaporasi Kelas A 
Keterangan : 
a. Panci evaporasi dengan diameter 120,7 cm. Tinggi 25 cm dan tebal panic 0,8 cm. 
b. Rangka kayu/besi 
c. Tabung peredam riak/gelombang dengan diameter 10 cm 
d. Hook (batang kait) dan skala pengukur (nonius) 
e. Sekrup pemutar batang pengukur 
Gambar 1.4.27. Panci evaporasi kelas A. 
Deskripsi alat : 
a. Satuan alat : mm 
b. Satuan pengukuran : mm 
c. Ketelitian alat : 0,02 mm 
d. Fungsi : Mengukur penguapan 
e. Prinsip kerja : Pengukuran selisih tinggi permukaan air 
f. Cara pemasangan : 
Panci diletakkan di atas balok kayu yang disusun datar di atas permukaan tanah. Air bersih dimasukkan setinggi 20cm, permukaan air dijaga jangan kurang dari 2,5 cm dari batas tersebut, jika tinggi air kurang dari 10 cm dari dasar dapat berakibat kesalahan hingga 15%. 
g. Cara pengamatan : 
1) Mula-mula ujung kail diatur dengan sekrup pemutar tepat menyentuh permukaan air. Tinggi air kemudian dapat dibaca pada penera. 
2) Pada sore hari berikutnya, ujung kail diatur kembali sampai menyentuh permukaan air. 
3) Selisih pembacaan ke-1 (P1) dengan pembacaan ke-2 (P2) merupakan besarnya penguapan air.
37 
4) Jika terdapat hujan, rumus perhitungan evaporasi adalah : 
5) Kapasitas maksimum terjadi bila terjadi hujan sebesar 50 mm pada periode pengamatan. 
6) Penguapan yang terukur adalah penguapan pada permukaan air terbuka.
38 
V. PEMBAHASAN 
A. Alat Pengukur Curah Hujan 1. Ombrometer tipe observatorium 
Kelebihan alat ini yaitu pemakaiannya mudah dan praktis, selain itu, ketelitian alat cukup kecil sehingga memungkinkan untuk memperoleh data hasil pengukuran yang lebih valid. Kekurangan peralatan ini yaitu memerlukan pengamatan berulang untuk mendapatkan data hasil karena diamati dalam periode harian. 
2. Ombrograf 
Kelebihan dari ombrograf ini yaitu pengamatannya lebih efisien karena grafik akan terbentuk secara otomatis dengan perubahan volume air di dalam tabung penampung. Dengan data yang berbentuk grafik dapat diperoleh informasi mengenai curah hujan secara bersinambungan dalam periode tertentu. Namun, alat ini mempunyai kelemahan yaitu daya tampungnya hanya 60 mm sehingga tidak bisa mengamati curah hujan lebih dari ukuran itu. Selain itu juga kelemahan pada ketelitian alat yang mencapai 2 mm sehingga data yang dihasilkan kurang valid dibandingkan ombrometer. Hal ini disebabkan data yang dihasilkan berdasarkan gerakan pena yang dimungkinkan bisa bergerak juga akibat faktor selain pena seperti halnya akibat tersenggol pengamat. 
B. Alat Pengukur Kelembaban Nisbi Udara 1. Psikometer sangkar 
Kelebihan dari alat ini yaitu dapat diketahui titik uap dan titik embun sekaligus serta penggunaannya mudah. Namun kelemahan pada alat ini yaitu kemampuan yang terbatas pada kecepatan angin dengan kisaran antara 3-5 m / detik. 
2. Sling psikometer 
Kelebihan alat ini yaitu ketelitian alat hingga 0,2 C. Kelemahan dari alat ini banyak mengeluarkan tenaga untuk mengoprasikannya dan kurang praktis. 
3. Psikometer tipe Assman 
Psikrometer tipe ini memiliki keunggulan dalam pengoperasian dan data yang didapat yaitu, praktis dalam pengoperasian dengan memutar sekrup pengatur
39 
pegas satu kali dan kipas akan berputar sehingga dapat mengeringkan bola basah dan juga data yang dihasilkan cukup valid. Namun kemampuannya terbatas pada kecepatan angin sekitar 5 m/detik. 
4. Higrograf 
Kelebihan alat ini yaitu dapat mengukur kelembaban relatif secara langsung. Kelemahannya, hubungan kelembaban dan pemasangan tidak linear, tidak terlalu teliti (sekitar 5%), meskipun rambut kuda mempunyai sifat higroskopis yang baik. 
C. Alat Pengukur Suhu Udara 
1. Termometer biasa 
Kelebihan alat ini adalah mudah cara pemakaian dan pengamatannya karena air raksa yang digunakan tampak mengkilap. Sedangkan kekurangannya adalah air raksa yang digunakan sebagai isian hanya memiliki tingkat pemuaian kecil (volume naik hanya 0,0182 % perK). 
2. Termometer Maksimum Udara Termometer ini kelebihannya adalah adanya penyempitan pipa kapiler di dekat reservoir. Kekurangannya adalah air raksa memiliki tingkat pemuaian kecil. 
3. Termometer Minimum Udara Termometer minimum memiliki kelebihan yaitu menggunakan zat cair alkohol yang titik bekunya rendah sehingga dapat digunakan mengukur suhu yang sangat rendah. Kekurangannya adalah alkohol tidak semengkilap air raksa sehingga pengamatannya tidak terlalu jelas. 
4. Termometer Maksimum Minimum Six Bellani Alat ini memiliki kelemahan karena data yang didapat kurang valid karena ada beda tingkat pemuaian antara raksa dan alkohol sedangkan kelebihannya yaitu dapat diperoleh data suhu maksimum dan minimum secara bersamaan. 
D. Alat Pengukur Suhu Udara Sekaligus Pengukur Kelembaban Nisbi Udara 
1. Termohigrometer 
Termohigrometer memiliki kelebihan diantaranya adalah suhu udara dan kelembaban udara dapat dibaca langsung pada alat, pemasangan alat lebih
40 
fleksibel; dapat dijingjing atau dipasang pada sangkar meteo, tidak perlu melakukan penggantian kertas pias. Sedangkan kelemahan dari alat ini adalah data yang diperoleh bersifat harian, pemasangan alat harus benar-benar terlindungi dari pengaruh sinar matahari secara langsung dan tidak terkena tetesan air hujan. 
2. Termohigrograf 
Kelebihan dari alat ini yaitu menggunakan rambut ekor kuda sehinga lebih sensitif dan lebih kuat daripada menggunakan rambut manusia. Kekurangannya yaitu menggunakan rambut yang harus bersih dari lemak, minyak, dan debu sehingga diperlakukan pembersihan, selain itu rambut manusia berubah panjang 2,5% akibat perubahan kelembaban nisbi udara 0-100%. 
E. Alat Pengukur Suhu Air 
1. Termometer Maksimum-Minimum Permukaan Air Kelebihan termometer ini adalah dapat menunjukkan suhu maksimum dan minimum air sekaligus dan reservoirnya aman di bawah pelindung. Kekurangannya adalah ada beda muai antara air raksa dan alkohol sehingga alat ini kurang teliti. 
F. Alat Pengukur Suhu Air 
1. Termometer maksimum-minimum air 
Alat ini memiliki kelebihan yaitu alat ini dapat mengukur suhu maksimum sekaligus suhu minimum permukaan air secara bersamaan. Sedangkan kekurangan alat ini adalah kurang teliti karena adanya beda muai air raksa dan alkohol, sering terjadi pemutusan kolom zat cair saat transportasi atau karena adanya adhesi yang kuat antara cairan dan dinding kaca. Seringkali terjadi pula bahwa alkohol menguap kemudian berkondensasi dan menempel di dinding kapiler sebelah atas. 
G. Alat Pengukur Suhu Tanah 
1. Termometer permukaan tanah 
Alat ini memiliki kelebihan, diantaranya termometer permukaan tanah mudah dibawa karena bersifat portable, penunjukan indeks angka lebih mudah dilihat mengingat air raksa adalah cairan berwarna, alat memiliki pelindung
41 
reservoir agar terlindung dari percikan air dan tanah sehingga tidak mempengaruhi hasil pengamatan. Sedangkan kelemahan dari termometer permukaan tanah adalah kemampuan terbatas hanya untuk mengukur suhu diatas permukaan tanah, harus dilakukan pengamatan terus menerus dalam satu hari untuk mengetahui suhu tertinggi dan terndah pada hari itu. 
2. Termometer tanah selubung kayu 
Alat ini memiliki kelebihan, yang diantaranya adalah mengukur suhu tanah dengan kedalaman jeluk 0-10 cm, mudah dibawa dan dipindahtempatkan sesuai tempat yang akan diukur. Sedangkan kelemahan alat ini adalah pengukuran suhu terbatas pada jeluk 0-10 cm, ujung sensor jang sampai dicelup semua ke dalam tanah karena dapat merusak sensor, pembacaan agak sulit dilakukan karena letaknya yang terlalu rendah, selubung kayu mudah rusak. 
3. Termometer tipe bengkok 
Alat ini memiliki kelebihan, yang diantaranya adalah termometer tanah tipe bengkok berfungsi untuk mengukur suhu jeluk tanah pada kedalaman 20 cm, mudah dalam pembacaan karena bentuknya yang bengkok sedangkan kekurangan alat ini adalah tanah harus di bor sedalam 20 cm terlebih dahulu agar termometer tanh tipe bengkok yang terbuat dari kaca tidak rusak atau pecah. 
4. Stick Termometer 
Alat ini memiliki kelebihan, diantaranya adalah berfungsi untuk mengukur suhu jeluk tanah pada kedalaman kurang lebih 100 cm, Skala suhu dapat dilihat dengan mudah setelah suhu konstan. Termometer stick merupakan termometer biasa yang dimodifikasi untuk pengamata suhu tanah sedangkan kekurangannya adalah alat tidak praktis untuk dibawa atau dijinjing, mudah terjadi adhesi air raksa dengan dinding kaca karena radiasi intensif dari sinar matahari, sehingga bagian skala perlu dilindungi kain putih atau selubung putih yang mengikat. 
5. Termometer maksimum-minimum tanah 
Termometer maksimum-minumum tanah. Alat ini portable. Alat ini memiliki kelebihan yaitu alatnya dapat dijinjing dapat mengukur hingga kedalaman 20 cm. Sedangkan kekurangan dari alat ini adalah pemasangan termometer harus hati-hati dan tepat karena kesalahan yang sedikit saja akan berakibat fatal.
42 
6. Termometer tanah tipe Simons 
Alat ini memiliki kelebihan, diantaranya berfungsi untuk mengukur suhu jeluk tanah pada kedalaman kurang lebih 50 cm. Sedangkan kekurangan alat ini adalah alat tidak praktis untuk dibawa atau dijinjing, tanah dibuat lubang dengan bor sedalam 50 cm sebelum reservoir dimasukkan, pembacaan termometer harus dilakukan secara cepat saat skala terlihat, sementara termometer tidak bisa dibaca langsung tetapi harus diangkat selubungnya. 
H. Alat Pengukur Intensitas Penyinaran 
1. Aktinograf Dwi Logam Kelebihan dari aktinograf dwi logam adalah dapat dipergunakan untuk keperluan pencatatan rutin, harga relatif tidak mahal, dan dapat dijinjing (portable). Kekurangan alat ini adalah aktinograf dwi logam hanya merekam intensitas radiasi gelombang pendek matahari total, sehingga sensor yang disungkup dengan kubah kaca yang disyaratkan kedap terhadap radiasi gelombang panjang serta kelambanan dalam pembacaan sekitar 5 menit dengan nilai kesalahan sekitar 10-15%. 
I. Alat Pengukur Kecepatan Angin 
1. Cup Anemometer Cup anemometer digunakan untuk pengamatan harian. Kelebihan alat ini adalah hasil pengukurannya dapat mewakili angin sampai ketinggian 10 m dari tanah jika tidak penghalang. Kekurangan dari alat ini adalah penempatannya yang di atap bangunan akan menghasilkan pengukuran yang kurang akurat. 
2. Hand Anemometer Kelebihan dari hand anemometer adalah bersifat portable dan dilengkapi skala beaufort (skala kasar kecepatan angin sesaat yang dapat diduga dari gejala alam). Alat ini mempunyai kekurangan yaitu hanya mampu mengamati kecepatan angin sesaat sehingga pengamatan skala harus cepat.
43 
3. Biram Anemometer Alat ini bekerja pada sistem mekanik dan digunakan untuk pengamatan periode pendek. Kelebihan alat ini adalah praktis digunakan, namun kekurangan dari alat ini yaitu pengamatan baru bisa dilakukan pada hari berikutnya. 
J. Alat Pengukur Evaporasi 
1. Piche Evaporasi Alat ini bekerja berdasarkan prinsip pengukuran selisih tinggi permukaan air yaitu selisih tinggi air hari pertama dan hari kedua. Kelebihan dari piche evporimeter adalah penggunaanya lebih mudah dan murah. Kekurangan alat ini adalah tidak dapat mengukur secara langsung baik penguapan dari permukaan air dalam alam, evapotranspirasi nyata, maupun evapotransporasi potensial. 
2. Panci Evaporasi Kelas A Prinsip dari alat ini sama dengan piche evaporimeter, perbedaanya yaitu menggunakan hook dan skala nonius dengan prinsip pelampung. Kelebihan dari alat ini ketelitian dapat mencapai 0.02 mm dan merupakan dasar berbagai teknik untuk memperkirakan penguapan danau atau evapotranspirasi. Namun kekurangan dari alat ini kesalahan yang besar dari pengukuran evaporasi terletak pada tinggi air dalam panci, muka air selamanya dikembalikan pada tinggi semula yaitu 5cm di bawah bibir panci. 
K. AWS (Automatic Weather Stations) 
AWS (Automatic Weather Station) digunakan untuk mengamati unsur-unsur cuaca dan iklim secara otomatis untuk pemanfaatannya diarahkan ke sektor pertanian. Unsur-unsur cuaca/iklim yang diamati di AWS antara lain: curah hujan, arah dan kecepatan angin, suhu udara, kelembapan udara, radiasi matahari dan evaporasi. Suatu pos ini terdiri atas 3 bagian yaitu peralatan pengukuran, peralatan perekam dan pengolahan data serta peralatan penunjang. Peralatan pengukuran terdiri atas sensor untuk: curah hujan, arah dan kecepatan angin, suhu udara, kelembapan udara, radiasi matahari dan evaporasi (penguapan. Peralatan perekam dan pengolahan data berupa data logger. Peralatan penunjang yaitu power supply, modem, pagar, tiang utama AWS 13 meter, box panel dan penangkal petir.
44 
Peralatan-peralatan ini bekerja secara otomatis dan online selama 24 jam. Seluruh hasil pembacaan sensor masuk ke dalam data logger kemudian data dikirim modem ke server di BMKG pusat. Selanjutnya data diproses dan hasilnya dapat digunakan instansi pertanian terkait juga peringatan iklim ekstrim (Khairullah, 2014). 
AWS yang terdapat di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada menggunakan tenaga matahari yang terhubung ke accu battery di dalam box. Kerja AWS menggunakan sistem radio yang dipancarkan melalui frekuensi tertentu kemudian diterima oleh radio di Laboratorium Agroklimatologi. Data analog yang diperoleh dari sensor diubah menjadi data digit oleh data logger, data digit inilah yang diterima oleh komputer yang sudah terpasang software AWS di Laboratorium Agroklimatologi. 
Gambar 1.5.1. Denah stasiun meteorologi Fakultas Pertanian UGM.
45 
VI. KESIMPULAN 
A. Stasiun meteorologi pertanian adalah suatu tempat untuk mengadakan pengamatan secara terus menerus keadaan lingkungan (atmosfer). Alat yang digunakan dalam mengukur iklim yakni antara lain: alat pengukur curah hujan, alat pengukur kelembaban nisbi udara, alat pengukur suhu udara, alat pengukur suhu tanah, alat pengukur suhu angin, alat pengukur panjang penyinaran, alat pengukur intensitas penyinaran, alat pengukur kelembaban nisbi udara sekaligus mengukur suhu udara, dan alat pengukur intensitas penyinaran. 
B. Prinsip kerja alat-alat adalah sebagai berikut: 
1. Ombrometer tipe observatorium : Penampung curah hujan. 
2. Ombrograf : Prinsip pelampung. 
3. Psikrometer sangkar : Prinsip termodinamika. 
4. Sling psikrometer : Prinsip termodinamika. 
5. Psikrometer tipe Assman : Prinsip termodinamika. 
6. Higrograf : Perubahan panjang higroskopis. 
7. Termometer biasa : Kepekaan zat cair terhadap perubahan suhu. 
8. Termometer maksimum udara : Muai ruang air raksa. 
9. Termometer minimum udara : Muai ruang alkohol. 
10. Termometer maks-min Six Bellani : Muai ruang zat cair. 
11. Termohigrometer : Muai dwi logam, higroskopis rambut. 
12. Termohigrograf : Muai dwi logam, higroskopis rambut. 
13. Termometer maks-min permukaan air : Muai zat cair. 
14. Termometer permukaan tanah : Muai zat cair. 
15. Termometer selubung kayu : Muai ruang zat cair. 
16. Termometer tanah tipe bengkok : Muai ruang zat cair. 
17. Termometer tanah tipe Simons : Muai ruang zat cair. 
18. Stick termometer : Muai kawat dengan lilitan kumparan pada bejana. 
19. Termometer maks-min tanah : Muai ruang zat cair tabung Bourdan. 
20. Solarimeter tipe Jordan : Reaksi fotokhemis. 
21. Solarimeter tipe Compbell-Stokes : Pemfokusan sinar matahari. 
22. Aktinograf dwi logam : Beda muai logam hitam dan putih.
46 
23. Cup anemometer : Sistem mekanik. 
24. Hand anemometer : Sistem GGL induksi. 
25. Biram anemometer : Mengukur kecepatan angin periode pendek. 
26. Piche evaporasi : Pengukuran selisih tinggi permukaan air. 
27. Panci evaporasi kelas A : Pengukuran selisih tinggi permukaan air.
47 
DAFTAR PUSTAKA 
Anonim. 2008. Pengenalan Alat-Alat. <http://www.klimatologibanjarbaru.com/artikel /2008/12/pengenalan- alat-alat/>. Diakses tanggal 17 September 2014. 
Colbo K. And Robert A. W. 2009. Accuracy of the IMET sensor package in the subtropics. Journal of Atmospheric and Oceanic Technology Vol 26 : 1867- 1890. 
Elder, K., Don C, Angus G, Paul H., Glen E. L., Larry M., and Nick R. 2009. NASA cold land processes experiment (clpx 2002/03): ground-based and near-surface meteorological observations. Journal of Hydrometeorology 10 : 330 -337. 
Hermawan, E. 2010. Pengelompokkan pola curah hujan yang terjadi di beberapa kawasan P. Sumatera berbasis hasil analisis tekanik spektral. Jurnal Meteorologi dan Geofisika 11(2) : 75 – 85. 
Khairullah. 2014. Sekilas Tentang AAWS di Kalimantan Selatan. <http://www.klimatologibanjarbaru.com/lain-lain/artikel/aaws/>. Diakses 21 September 2014. 
Neiburger, M. 1982. Understanding our Atmospheric Environment. Freeman Company, New York and Oxford. 
Prawiroardoyo, S. 1996. Meteorologi. Institut Teknologi Bandung, Bandung. 
Wisnubroto, S. 2000. Meteorologi Pertanian Indonesia. Mitra Gama Widya, Yogyakarta.
48 
LAMPIRAN
49 
LAPORAN RESMI 
PRAKTIKUM KLIMATOLOGI DASAR 
ACARA II PENGAMATAN CUACA MIKRO 
Oleh: 
Suryati Purba (13307) 
Ribka Gupita Hapsari (13322) 
Fachry Husein Rosyadi (13224) 
Ridya Nastitie (13325) 
Wita Dian Sharli (13343) 
Pridana Intan Susanti (13385) 
Golongan/Kelompok : A1/3 
Asisten : Ramot Christian 
LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014
50 
ACARA II 
PENGAMATAN CUACA MIKRO 
I. PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Iklim merupakan faktor yang berpengaruh dalam kegiatan pertanian. Pengaruh unsur-unsur cuaca dan iklim menjadi sangat penting bagi kelangsungan kegiatan pertanian terutama perkembangan tanaman. Unsur-unsur cuaca mampu memberikan dampak positif yaitu meningkatkan hasil panen. 
Unsur-unsur cuaca bekerja saling mempengaruhi. Sebagai contoh sewaktu intensitas cahaya meningkat, suhu udara juga akan turut meningkat yang menyebabkan rendahnya kelembaban sehingga penguapan menjadi tinggi dan awan yang ada di angkasa bertambah banyak. Apabila awan tersebut mengalami kondensasi dapat menyebabkan turunnya hujan. Dengan mempelajari unsur-unsur cuaca, waktu musim tanam dan hubungannya dengan pemilihan tanaman dapat diketahui. 
B. Tujuan 
1. Mengenal cara-cara mengukur anasir cuaca mikro. 
2. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap cuaca mikro. 
3. Mengetahui cuaca mikro pada berbagai ekosistem.
51 
II. TINJAUAN PUSTAKA Iklim mikro adalah faktor-faktor kondisi iklim setempat yang memberikan pengaruh langsung terhadap lingkungan. Iklim mikro merupakan iklim di lapisan udara dekat permukaan bumi dengan ketinggian 2 m, dimana pada daerah ini pergerakan udara lebih kecil karena permukaan bumi yang kasar dan perbedaan suhu yang besar. Iklim mikro meliputi suhu, kelembaban dan cahaya (Bunyamin dan Aqil, 2010). Iklim mikro sangat penting untuk memperbesar peluang keberhasilan budidaya tanaman. Salah satu caranya adalah dengan substitusi unsur iklim partial. Substitusi unsur iklim parsial tersebut dapat dilaksanakan sampai batas tertentu. Misalnya dengan membuat naungan yang baik, naungan fisik maupun naungan biologis untuk radiasi matahari yang terlalu tinggi, membangun green house untuk suhu yang terlalu rendah atau hujan yang terlalu banyak, meratakan angin dan lain-lain (Wisnubroto, 2000). Kondisi iklim mikro bergantung pada beberapa faktor seperti suhu, kelembaban udara, angin, penguapan, dll. Tipe tanah yang ada juga mempengaruhi iklim mikro. Karakteristik permukaan tanah juga penting, tanah dengan warna yang lebih terang lebih memantulkan dan kurang merespon terhadap pemanasan harian. Hal lain yang berpengaruh terhadap iklim mikro adalah kemampuan tanah untuk menyerap atau mempertahankan uap air, yang bergantung pada komposisi tanah dan penggunaannya. Keberadaan vegetasi juga berperan penting untuk mengontrol penguapan air ke udara melalui proses transpirasi. Vegetasi atau tumbuhan bisa juga menutupi tanah di bawahnya dan mempengaruhi perbedaan suhu (Anonim, 2010). Vegetasi secara langsung memberikan pengaruh kepada kondisi iklim mikro yang ada melalui modifikasi radiasi matahari dan suhu tanah. Keberadaan tanaman juga mempengaruhi tingkat evapotranspirasi (Villegasa et al., 2010). Modifikasi iklim mikro disekitar tanaman terutama tanaman hortikultura merupakan suatu usaha yang telah banyak dilakukan agar tanaman yang dibudidayakan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Kelembaban udara dan tanah, suhu udara dan tanah merupakan komponen iklim mikro yang sangat
52 
mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan masing-masing berkaitan mewujudkan keadaan lingkungan optimal bagi tanaman (Landsberg,1981). Penyebaran berbagai jenis tumbuhan akan dibatasi oleh kondisi iklim dan tanah serta daya adaptasi dari masing-masing spesies tumbuhan tersebut. Sesungguhnya hubungan antara vegetasi dan iklim merupakan hubungan saling pengaruh. Selain iklim dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, keberadaan vegetasi juga dapat mempengaruhi iklim di sekitarnya. Semakin besar total biomassa vegetasi yang terlibat dan semakin nyata pengaruhnya terhadap iklim wilayah tersebut. Peran vegetasi mirip bentang dan air. Hal ini disebabkan karena tumbuhan mengandung banyak air dan tumbuhan menyumbang banyak uap air ke atmosfer melalui proses transpirasi (Tjasjono,1999). Anasir iklim mikro yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain: 1. Kecepatan Angin Angin menyebabkan kenaikan penguapan. Namun keadaan tersebut dapat menguntungkan jika diikuti kelembaban yang cukup. Di daerah kering angin memiliki pengaruh yang sangat buruk karena dapat menambah kekeringan di daerah tersebut. Angin mempunyai pengaruh mekanis yang besar (Vink, 1984). 2. Suhu Udara Suhu udara dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu : a. Tinggi rendahya suatu tempat Semakin tinggi suatu wilayah, semakin rendah suhu udaranya. b. Jarak suatu tempat dari pantai Semakin dekat suatu tempat dari pantai, semakin tinggi suhu udaranya. c. Penyerapan sinar matahari oleh permukaan bumi Semakin banyak sinar matahari yang dipantulkan ke angkasa, suhu udara akan semakin tinggi (efek rumah kaca).
53 
3. Suhu Tanah Suhu tanah merupakan salah satu faktor tumbuh tanaman penting seperti air, udara dan hara. Proses pertumbuhan tanaman dari akar tanaman dan mikroba tanah langsung dipengaruhi oleh suhu tanah. 4. Curah Hujan Informasi atas curah hujan yang terbaik didapat dari sebuah ukuran yang dipertahankan dalam lahan itu sendiri. Informasi tersebut tersedia dalam catatan curah hujan. Catatan curah hujan harian lebih bermanfaat, tetapi jika ini tidak tersedia, maka curah hujan bulanan dapat digunakan (Weisner, 2001). 5. Kelembaban Udara Kelembaban udara merupakan kandungan uap air di udara. Udara mudah menyerap kelengasan dalam bentuk uap air. Banyaknya uap air bergantung pada suhu udara dan suhu air. Semakin tinggi suhu udara, semakin banyak uap air yang dapat disimpan oleh udara (Wilson, 1993). Semakin tinggi suatu tempat maka kelembaban udara di tempat tersebut akan semakin tinggi. 6. Radiasi Matahari Radiasi matahari merupakan unsur iklim/cuaca yang mempengaruhi keadaan unsur iklim/cuaca lainnya. Perbedaan penerimaan radiasi surya antar tempat di permukaan bumi akan menciptakan pola angin yang selanjutnya dapat mempengaruhi curah hujan suhu udara, kelembaban nisbi udara, dll. Lama penyinaran juga dapat berpengaruh terhadap aktivitas makhluk hidup dan metabolisme yang berlangsung pada makhluk hidup misalnya pada tanaman. Penyinaran yang lama akan dimanfaatkan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Pergeseran garis edar matahari menyebabkan terjadinya perbedaan lama penyinaran antar tempat. Semakin jauh letak tempat dari ekuator, fluktuasi lama penyinaran matahari akan semakin besar (Lakitan, 1994).
54 
III. METODOLOGI Percobaan acara II praktikum Klimatologi Dasar tentang pengamatan cuaca mikro yang dilaksanakan pada hari Senin, 22 September 2014 dilakukan di dua daerah yang berbeda yaitu daerah berkanopi dan daerah tanpa kanopi. Pengamatan ini dilakukan di area lembah UGM dimulai pukul 14.00. Alat-alat yang digunakan adalah termometer biasa untuk mengukur suhu udara, termohigrometer untuk mengukur kelembaban nisbi udara, luxmeter untuk mengukur intensitas cahaya, digital anemometer untuk mengukur kecepatan angin, stick termometer untuk mengukur suhu tanah, serta statif untuk menggantung termometer yang dipasang pada ketinggian 25 cm, 75 cm, dan 150 cm dari permukaan tanah. Dua tempat yang memiliki keadaan yang berbeda yaitu daerah yang berkanopi dan daerah tanpa kanopi dipilih untuk mengadaakan percobaan pengamatan cuaca mikro kali ini. Kemudian statif ditancapkan ke tanah dan dipasang dengan termometer pada aras 25 cm, 75 cm, dan 150 cm dari permukaan tanah. Pengamatan diukur setiap 10 menit berturut-turut sehingga mencapai 5 kali pengamatan . Termometer biasa ditancapkan di tanah pada jeluk 0 cm, 10 cm, dan 20 cm dari permukaan tanah. Pengamatan dilakukan pada setiap jeluk pada setiap pengambilan data setiap 10 menit sekali 10 menit pertama dilakukan pada jeluk 0cm, setelah itu dimasukkan hingga mencapai jeluk 10 cm, setelah sepuluh menit dicatat lagi hasilnya pada tabel pengamatan. Kemudian termometer biasa dimasukkan lagi pada jeluk 20 cm, setelah sepuluh menit dicatat hasil pengamatannya pada tabel pengamatan. Pada waktu yang bersamaan digital anemometer disiapkan sebelum waktu ditentukan. Setelah memasuki waktu yang ditentukan yaitu bersama-sama dengan waktu yang lainnya dimulai, digital anemometer diangkat ke atas agar tidak terhalang dengan penghalang. Setiap sepuluh menit hasil pengamatan dicatat. Pengamatan dilakukan setiap 10 menit berturut-turut sehingga mencapai 5 kali pengamatan .
55 
Pada pengukuran intensitas cahaya digunakan luxmeter. Alat ini memiliki tiga skala dengan tombol pengatur di sebelah kanannya. Mula-mula diatur pada skala yang paling rendah dengan posisi tombol pengatur ada di paling bawah, apabila jarum penunjuk melebihi batas skala maka tombol dinaikkan dan pembacaan skala berubah dengan membaca skala di atas skala yang sebelummya dibaca. Begitu seterusnya. Sensor cahaya berada di atas luxmeter jika sudah tidak digunakan maka ditutup kembali agar terlindung dari sinar matahari sehingga tidak terjadi pengukuran intensitas cahaya. Pengamatan dilakukan setiap 10 menit berturut-turut sehingga mencapai 5 kali pengamatan .
56 
IV. HASIL PENGAMATAN 
A. Suhu Udara 
Tabel 2.4.1. Suhu udara tiap aras. 
NO 
TITIK WAKTU PENGAMATAN 
ARAS PENGAMATAN 
STRATA 
KANOPI 
TANPA KANOPI 
1 
10 menit 
25 cm 
32°C 
34.5°C 
75 cm 
31°C 
33°C 
150 cm 
32°C 
34°C 
2 
20 menit 
25 cm 
32°C 
33°C 
75 cm 
30°C 
32°C 
150 cm 
32°C 
34°C 
3 
30 menit 
25 cm 
32°C 
33°C 
75 cm 
30°C 
33°C 
150 cm 
31.5°C 
31°C 
4 
40 menit 
25 cm 
32°C 
33°C 
75 cm 
30°C 
34°C 
150 cm 
31.8°C 
32°C 
5 
50 menit 
25 cm 
31.8°C 
32°C 
75 cm 
30°C 
31°C 
150 cm 
31.5°C 
33°C
57 
B. Kelembaban Nisbi Udara 
Tabel 2.4.2. Kelembaban nisbi udara tiap aras. 
NO 
TITIK WAKTU PENGAMATAN 
ARAS PENGAMATAN 
STRATA 
KANOPI 
TANPA KANOPI 
1 
10 menit 
25 cm 
30% 
21% 
75 cm 
31% 
21% 
150 cm 
31% 
26% 
2 
20 menit 
25 cm 
32% 
31% 
75 cm 
32% 
31% 
150 cm 
32% 
31% 
3 
30 menit 
25 cm 
31% 
32% 
75 cm 
31% 
31% 
150 cm 
31% 
31% 
4 
40 menit 
25 cm 
31% 
32% 
75 cm 
30% 
31% 
150 cm 
30% 
31% 
5 
50 menit 
25 cm 
32% 
33% 
75 cm 
31% 
33% 
150 cm 
32% 
32%
58 
C. Suhu Tanah 
Tabel 2.4.3. Suhu tanah tiap jeluk. 
NO 
TITIK WAKTU PENGAMATAN 
JELUK PENGAMATAN 
STRATA 
KANOPI 
TANPA KANOPI 
1 
10 menit 
0 cm 
31.1°C 
30.8°C 
10 cm 
31.3°C 
30.2°C 
20 cm 
31.5°C 
31.3°C 
2 
20 menit 
0 cm 
31.4°C 
30.8°C 
10 cm 
31.6°C 
30.5°C 
20 cm 
31.4°C 
30.1°C 
3 
30 menit 
0 cm 
30.1°C 
30.5°C 
10 cm 
30.5°C 
30.1°C 
20 cm 
30.6°C 
29.8°C 
4 
40 menit 
0 cm 
30°C 
30.7°C 
10 cm 
30.5°C 
30.2°C 
20 cm 
30.6°C 
29.1°C 
5 
50 menit 
0 cm 
30.3°C 
31.3°C 
10 cm 
30.3°C 
30.9°C 
20 cm 
30.5°C 
30.6°C 
D. Kecepatan Angin 
Tabel 2.4.4. Kecepatan angin berkanopi-tanpa kanopi. 
NO 
TITIK WAKTU PENGAMATAN 
ARAS/JELUK PENGAMATAN 
STRATA 
KANOPI 
TANPA KANOPI 
1 
10 menit 
2.5 m/s 
1.5 m/s 
2 
20 menit 
2 m/s 
5.2 m/s 
3 
30 menit 
1.6 m/s 
3 m/s 
4 
40 menit 
0.5 m/s 
3.4 m/s 
5 
50 menit 
0.4 m/s 
4.4 m/s
59 
E. Intensitas Penyinaran 
Tabel 2.4.5. Intensitas penyinaran berkanopi-tanpa kanopi. 
NO 
TITIK WAKTU PENGAMATAN 
ARAS/JELUK PENGAMATAN 
STRATA 
KANOPI 
TANPA KANOPI 
1 
10 menit 
60 Fc 
220 Fc 
2 
20 menit 
50 Fc 
220 Fc 
3 
30 menit 
55 Fc 
220 Fc 
4 
40 menit 
70 Fc 
240 Fc 
5 
50 menit 
60 Fc 
200 Fc
60 
V. PEMBAHASAN 
A. Suhu Udara 
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur suhu udara atau derajat panas disebut termometer. Suhu udara tertinggi di muka bumi adalah didaerah tropis (sekitar ekuator) dan makin ke kutub semakin dingin. 
Suhu udara bervariasi menurut tempat dan dari waktu ke waktu di permukaan bumi. Menurut tempat suhu udara bervariasi secara vertikal dan horizontal dan menurut waktu dari jam ke jam dalam sehari, dan menurut bulanan dalam setahun. Suhu dipermukaan bumi makin rendah dengan bertambahnya lintang seperti halnya penurunan suhu menurut ketinggian. Bedanya, pada penyebaran suhu secara vertikal permukaan bumi merupakan sumber pemanas sehingga semakin tinggi tempat maka semakin rendah suhunya. Rata-rata penurunan suhu udara menurut ketinggian contohnya di Indonesia sekitar 5 ˚C – 6 ˚C tiap kenaikan 1000 meter. Pada umumnya suhu maksimum terjadi sesudah tengah hari, biasannya antara jam 12.00 dan jam 14.00, dan suhu minimun terjadi pada jam 06.00 waktu lokal atau sekitar matahari terbit. 
1. Suhu udara aras 25 cm 
Grafik 2.5.1. Suhu udara aras 25 cm. 
30 
30.5 
31 
31.5 
32 
32.5 
33 
33.5 
34 
34.5 
35 
10 
20 
30 
40 
50 
Suhu (°C) 
Waktu (menit) 
kanopi 
tanpa kanopi
61 
Grafik suhu udara pada aras 25 cm, menunjukkan suhu udara yang diukur pada 10 menit pertama dengan frekuensi 10 menit sekali hingga 5 kali pengukuran di udara yang berkanopi dan di udara yang tidak berkanopi. Dari grafik, dapat dilihat bahwa pada pengukuran pertama, kedua, hingga pengukuran yang ke lima, udara yang berkanopi suhunya lebih tinggi dibanding udara yang tidak berkanopi yakni pada udara berkanopi 32 ºC sedangkan pada udara tanpa kanopi 34,5 ºC pada pengukuran pertama. Pada pengukuran kedua, udara yang berkanopi mencapai suhu 32 ºC sedangkan pada udara yang tanpa kanopi, suhu 33 ºC. Pada pengukuran ketiga, udara yang berkanopi mencapai suhu 32 ºC sedangkan pada udara yang tanpa kanopi, suhu udara mencapai 33 ºC. Pada pengukuran keempat, udara yang berkanopi tetap pada suhu 32 ºC sedangkan pada udara yang tanpa kanopi, suhu udara juga tetap pada 33 ºC. Namun, pada pengukuran kelima, suhu udara yang berkanopi turun pada suhu 31,8 ºC sedangkan pada udara yang tanpa kanopi, suhu udara juga turun menjadi 32 ºC. Keadaan pada pengukuran pertama hingga kelima dengan pengukuran suhu udara aras 25 cm yakni pada kondisi suhu udara tanpa kanopi lebih tinggi daripada suhu udara yang berkanopi. 
Pengukuran suhu suatu benda dan pengukuran di berbagai tempat pada dasarnya merupakan pengukuran yang tidak langsung. Pada proses pengukuran, umumnya terjadi perpindahan panas dari tempat yang akan diukur suhunya dengan alat pengukur suhu. Suhu yang terbaca pada alat pengukur suhu. Suhu yang terbaca pada alat pengukur suhu adalah suhu setelah terjadi kesetaraan, suhu antara benda yang diukur tersebut dengan alat pengukur suhu. Jadi, bukan suhu benda pada saat sebelum terjadi kontak antara benda yang akan diukur tersebut dengan alat pengukur. Alat pengukur suhu disebut thermometer. Termometer pada dasarnya merupakan instrumen yang terdiri dari bahan yang perubahan sifat fisiknya, karena perubahan suhu dapat mudah diukur. Sifat fisik yang berubah tersebut dapat berupa perubahan volume gas, pemuaian logam, perubahan daya hantar listrik atau sifat-sifat fisik lainnya. Masing-masing jenis termometer akan mempunyai skala yang
62 
berbeda. Oleh sebab itu, perlu dikalibrasi dengan termometer yang dijadikan patokan (standar). 
2. Suhu udara aras 75 cm 
Grafik 2.5.2. Suhu udara aras 75 cm. 
Grafik suhu udara pada aras 75 cm, juga menunjukkan suhu udara yang diukur pada 10 menit pertama dengan frekuensi 10 menit sekali hingga 5 kali pengukuran di udara yang berkanopi dan di udara yang tidak berkanopi. Dari grafik, dapat dilihat bahwa pada pengukuran pertama hingga pengukuran kelima, udara yang berkanopi suhunya lebih tinggi dibanding udara yang tidak berkanopi yakni pada udara berkanopi 31ºC sedangkan pada udara tanpa kanopi 33 ºC pada pengukuran pertama. Pada pengukuran kedua, udara yang berkanopi mencapai suhu 30 ºC sedangkan pada udara yang tanpa kanopi, suhu pada 32ºC. Pada pengukuran ketiga, udara yang berkanopi tetap pada suhu 30 ºC sedangkan pada udara yang tanpa kanopi, suhu pada 33 ºC. Pada pengukuran keempat, udara yang berkanopi masih tetap pada suhu 30 ºC sedangkan pada udara yang tanpa kanopi, suhu pada 34 ºC. Pada pengukuran kelima, udara yang berkanopi masih tetap pada suhu 30 ºC sedangkan pada udara yang tanpa kanopi, suhu pada 31 ºC. 
28 
29 
30 
31 
32 
33 
34 
35 
10 
20 
30 
40 
50 
Suhu (°C) 
Waktu (menit) 
kanopi 
tanpa kanopi
63 
Hal ini disebabkan karena pertukaran udara antara suhu udara yang panas dengan suhu yang dingin pada daerah yang berkanopi berlangsung sangat lambat. Ini dikarenakan udara panas yang diterimanya tidak dapat secara bebas berpindah karena terhambat oleh kanopi-kanopi sehingga suhu udaranya bergerak turun lebih lambat daripada daerah yang tidak berkanopi. 
Suhu dipermukaan bumi makin rendah dengan bertambahnya lintang seperti halnya penurunan suhu menurut ketinggian. Bedanya, pada penyeberan suhu secara vertikal permukaan bumi merupakan sumber pemanas sehingga semakin tinggi tempat maka semakin rendah suhunya. Rata-rata penurunan suhu udara menurut ketinggian contohnya di Indonesia sekitar 5 ˚C – 6 ˚C tiap kenaikan 1000 meter. Karena kapasitas panas udara sangat rendah, suhu udara sangat pekat pada perubahan energi dipermukaan bumi. 
3. Suhu udara aras 150 cm 
Grafik 2.5.3. Suhu udara aras 150 cm. 
Grafik suhu udara pada aras 150 cm, menunjukkan suhu udara yang diukur pada 10 menit pertama dengan frekuensi 10 menit sekali hingga 5 kali pengukuran di udara yang berkanopi dan di udara yang tidak berkanopi. Dari grafik, dapat dilihat bahwa pada pengukuran pertama, kedua, keempat, dan kelima, udara yang berkanopi suhunya lebih rendah dibanding udara yang 
29.5 
30 
30.5 
31 
31.5 
32 
32.5 
33 
33.5 
34 
34.5 
10 
20 
30 
40 
50 
Suhu (°C) 
Waktu (menit) 
kanopi 
tanpa kanopi
64 
berkanopi yakni pada udara berkanopi 32 ºC sedangkan pada udara tanpa kanopi 34 ºC pada pengukuran pertama. Pada pengukuran kedua, udara yang berkanopi tetap pada suhu 32 ºC sedangkan pada udara yang tanpa kanopi, suhu juga tetap pada 34 ºC. Pada pengukuran ketiga, udara yang berkanopi mencapai suhu 31,5 ºC sedangkan pada udara yang tanpa kanopi, suhu pada 31 ºC. Pada pengukuran keempat, udara yang berkanopi mencapai suhu 31,8ºC sedangkan pada udara yang tanpa kanopi, suhu pada 32ºC. Pada pengukuran kelima, udara yang berkanopi mencapai suhu 31,5ºC sedangkan pada udara yang tanpa kanopi, suhu pada 33ºC. 
Hal ini disebabkan oleh faktor mekanisme udara pada daerah yang tidak berkanopi sangat ekstrem karena dipengaruhi secara tidak langsung oleh radiasi sinar matahari yang datang. dengan terlebih dahulu melewati kanopi pada pepohonan, sehingga suhunya mengalami perubahan yang cukup besar.Dalam kenyataannya, sebenarnya apabila cuaca pada saat itu cerah dan tidak hujan, akan terdapat data yang normal yaitu suhu pada daerah yang tak berkanopi akan bersuhu lebih tinggi daripada yang berkanopi. Ini disebabkan karena sinar yang datang dari matahari akan langsung menyentuh darat tanpa harus terhalang oleh awan tebal. Dalam pembahasan mengenai suhu udara dapat disimpulkan bahwa anasir cuaca lain yang memberi pengaruh paling besar terhadap suhu udara adalah panjang penyinaran serta kelembaban udara. Semakin panjang penyinaran yang terjadi, semakin kuat radiasi yang sampai ke bumi, maka suhu udaranya semakin naik, dan pada akhirnya membuat kelembaban udaranya berkurang menjadi semakin lembab.
65 
4. Suhu udara berkanopi 
Grafik 2.5.4. Suhu udara berkanopi. 
Grafik suhu udara berkanopi, menunjukkan suhu udara yang diukur pada 10 menit pertama dengan frekuensi 10 menit sekali hingga 5 kali pengukuran pada aras 25 cm, 75 cm dan 150 cm. Pada penyebaran suhu secara vertikal permukaan bumi merupakan sumber panas sehingga semakin tinggi tempat maka semakin rendah suhunya. Berdasarkan hasil pengamatan yang berfluktuasi diperoleh suhu udara tertinggi pada aras 25 cm sedangkan yang terendah pada aras 75 cm. Ketidaksesuaian dengan teori dapat terjadi karena pengamatan dilakukan di tempat yang berkanopi vegetasi sehingga udara pada aras yang tinggi cenderung lebih sejuk dibanding aras 75 cm karena adanya proses fotosintesis yang dilakukan oleh vegetasi yang berperan sebagai kanopi. 
29 
29.5 
30 
30.5 
31 
31.5 
32 
32.5 
10 
20 
30 
40 
50 
Suhu (°C) 
Waktu (menit) 
25 cm 
75 cm 
150 cm
66 
5. Suhu udara tak berkanopi 
Grafik 2.5.5. Suhu udara tak berkanopi. 
Grafik suhu udara tak berkanopi, menunjukkan suhu udara yang diukur pada 10 menit pertama dengan frekuensi 10 menit sekali hingga 5 kali pengukuran pada aras 25 cm, 75 cm dan 150 cm. Pada penyebaran suhu secara vertikal permukaan bumi merupakan sumber panas sehingga semakin tinggi tempat maka semakin rendah suhunya. Berdasarkan hasil pengamatan yang berfluktuasi diperoleh suhu udara tertinggi pada aras 25 cm sedangkan yang terendah pada aras 75 cm. Ketidaksesuaian dengan teori dapat terjadi karena pengamatan dilakukan di tempat yang tidak berkanopi angin yang berhembus cukup kencang sehingga udara pada aras yang tinggi cenderung lebih sejuk dibanding aras 75 cm. 
B. Kelembaban Nisbi Udara 
Kelembaban udara merupakan banyaknya uap air yang dikandung oleh udara pada suhu dan tekanan tertentu. Dalam pengukuran cuaca ini cenderung digunakan kelembaban nisbi untuk menyatakan nilai kelembaban udara. Kelembaban nisbi sendiri merupakan perbandingan jumlah uap air yang terkandung terhadap jumlah uap air maksimum yang dapat ditampung oleh udara pada suhu dan tekanan tertentu. Pada praktikum ini dilakukan pengukuran 
29 
30 
31 
32 
33 
34 
35 
10 
20 
30 
40 
50 
Suhu (°C) 
Waktu (menit) 
25 cm 
75 cm 
150 cm
67 
kelembaban udara pada dua tempat yang berbeda, yaitu pada tempat berkanopi dan tempat tak berkanopi pada beberapa nilai ketinggian di atas permukaan tanah (25 cm, 75 cm, dan 150 cm). 
1. Kelembaban nisbi udara aras 25 cm 
Grafik 2.5.6. Kelembaban nisbi udara aras 25 cm. 
Grafik di atas merupakan grafik antar dua daerah, yaitu berkanopi dan tak berkanopi, yang menunjukkan kelembaban nisbi udara pada aras 25 cm.Pada daerah berkanopi, kelembaban udara seharusnya lebih tinggi daripada daerah yang tak berkanopi, sebab dengan adanya kanopi menyebabkan sinar matahari tidak dapat diteruskan sampai ke permukaan tanah. Sedangkan, naik turunnya kelembaban udara pada setiap 10 menit pengamatan dipengaruhi oleh waktu pengamatan (semakin siang) dan tempat meletakkan alat yang digunakan untuk pengamatan. Pada daerah tak berkanopi, kelembaban udaranya mengalami kenaikan dan penurunan bergantian hingga akhir pengamatan. Hal ini disebabkan keadaan tempat yang agak terbuka sehingga mendapatkan sinar matahari secara langsung, banyaknya jumlah sinar matahari yang mengenai alat menyebabkan kenaikan tekanan udara secara drastis. Beberapa hal lain yang menyebabkan naik turunnya kelembaban nisbi udara di sekitar areal pemasangan alat adalah ketinggian aras yang dekat dengan permukaan tanah. Pada daerah berkanopi, 
0 
5 
10 
15 
20 
25 
30 
35 
10 
20 
30 
40 
50 
Persen (%) 
Waktu (menit) 
kanopi 
tanpa kanopi
68 
keadaan udara di sekitar areal pemasangan alat memiliki kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan keadaan udara dearah tak berkanopi yang keadaannya cukup panas, selain pengaruh sinar matahari langsung, juga adanya pengaruh tanah yang menyebabkan suasana lembab di daerah berkanopi dan panas di daerah tak berkanopi. 
2. Kelembaban nisbi udara aras 75 cm 
Grafik 2.5.7. Kelembaban nisbi udara aras 75 cm. 
Pada ketinggian 75 cm di atas permukaan tanah, kelembaban nisbi udara secara umum tidak berbeda jauh dengan ketinggian 25 cm. Rerata kelembaban udara pada tempat tak berkanopi masih lebih tinggi dibandingkan dengan rerata kelembaban udara pada tempat berkanopi.Namun perbedaan kelembaban setelah menit ke 20 tidak ada perbedaan yang jauh. Hali ini ditunjukkan dengan grafik yang berhimpit dari menit ke-20 hingga menit ke- 50. Pada daerah berkanopi, kelembaban udara seharusnya lebih tinggi daripada daerah yang tak berkanopi, sebab dengan adanya kanopi menyebabkan sinar matahari tidak dapat diteruskan sampai ke permukaan tanah. 
0 
5 
10 
15 
20 
25 
30 
35 
10 
20 
30 
40 
50 
Persen (%) 
Waktu (menit) 
kanopi 
tanpa kanopi
69 
3. Kelembaban nisbi udara aras 150 cm 
Grafik 2.5.8. Kelembaban nisbi udara aras 150 cm. 
Pada ketinggian 150 cm di atas permukaan tanah, kelembaban nisbi udara masih menunjukkan pola yang sama. Rerata kelembaban nisbi udara pada tempat tak berkanopi lebih tinggi daripada rerata kelembaban nisbi udara pada tempat tidak berkanopi. Penyinaran langsung matahari yang sampai ke permukaan menjadi faktor utama yang berperan penting dalam terjadinya kelembaban udara. 
Dari menit ke-10 hinggaa 30 kelembaban pada daerah berkanopi menunjukkan kelembaban lebih tinggi dibanding kelembaban pada daerah tak berkanopi. Tapi setelah menit ke-30 kelembaban pada daerah tanpa kanopi lebih besar. Pada daerah berkanopi, kelembaban udara lebih tinggi daripada daerah yang tak berkanopi karena dengan adanya kanopi menyebabkan sinar matahari tidak dapat diteruskan sampai ke permukaan tanah. 
0 
5 
10 
15 
20 
25 
30 
35 
10 
20 
30 
40 
50 
Persen (%) 
Waktu (menit) 
kanopi 
tanpa kanopi
70 
4. Kelembaban nisbi udara berkanopi 
Grafik 2.5.9. Kelembaban nisbi udara berkanopi. 
Pada tempat berkanopi, mulai menit ke 20 sampai dengan menit ke 40 kelembaban nisbi udara mengalami penurunan. Kemudian mulai menit ke-40 sampai dengan menit ke-50, nilai kelembaban nisbi udara cenderung mengalami bertambah. Di sini dapat diketahui bahwa nilai kelembaban nisbi udara cenderung bertambah dengan berjalannya waktu mendekati sore. Pertambahan ini diteruskan sampai pagi, kemudian berkurang seiring waktu berjalan mendekati siang hari. 
Berdasarkan ketinggian, diperoleh bahwa kelembaban udara di tempat berkanopi berbanding terbalik dengan ketinggian di atas permukaan tanah. Kelembaban udara di tempat berkanopi cenderung mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya ketinggian. Ini menunjukkan bahwa semakin jauh dari permukaan tanah, semakin kecil kemampuan udara untuk mengikat uap air yang mengakibatkan semakin kecil nilai kelembaban nisbi udara tersebut. 
29 
29.5 
30 
30.5 
31 
31.5 
32 
32.5 
10 
20 
30 
40 
50 
Persen (%) 
Waktu (menit) 
25 cm 
75 cm 
150 cm
71 
5. Kelembaban nisbi udara tak berkanopi 
Grafik 2.5.10. Kelembaban nisbi udara tak berkanopi. 
Berbeda dengan kelembaban udara pada tempat yang berkanopi, pada tempat yang tidak berkanopi kelembaban udaranya mengalami peningkatan yang teratur. Mulai menit ke-10 sampai menit ke-50 peningkatan cenderung teratur dan stabil sehingga dapat diketahui bahwa semakin mendekati sore, kelembaban nisbi udara cenderung meningkat. Peningkatan kelembaban ini diteruskan sampai pagi, kemudian menurun pada saat menjelang siang. 
Pada tempat tidak berkanopi, nilai kelembaban udara berbanding terbalik dengan ketinggian dari permukaan tanah. Pada tempat yang dekat dengan permukaan tanah, kelembaban udara cenderung lebih tinggi daripada kelembaban udara pada tempat yang jauh dari permukaan tanah. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan udara dalam mengikat uap air akan turun seiring dengan bertambahnya ketinggian dari permukaan tanah sehingga kelembaban udara akan turun pula dengan bertambahnya ketinggian. 
C. Suhu Tanah 
Temperatur tanah merupakan salah satu faktor tumbuh tanaman yang penting sebagaimana halnya air, udara dan unsur hara. Proses kehidupan bebijian, akar tanaman dan mikroba tanah secara langsung dipengaruhi oleh temperatur 
0 
5 
10 
15 
20 
25 
30 
35 
10 
20 
30 
40 
50 
Persen (%) 
Waktu (menit) 
25 cm 
75 cm 
150 cm
72 
tanah. Suhu tanah pengaruhnya penting sekali pada kondisi tanah itu sendiri dan pertumbuhan tanaman. Faktor yang mempengaruhi suhu tanah yaitu faktor luar dan faktor dalam. Yang dimaksud dengan faktor luar yaitu radiasi matahari, awan, curah hujan, angin, kelembapan udara. Faktor dalamnya yaitu faktor tanah, struktur tanah, kadar air tanah, kandungan bahan organik, dan warna tanah. 
Suhu tanah berpengaruh terhadap penyerapan air. Sebaliknya makin rendah suhu, makin sedikit air yang di serap oleh akar, karena itulah penurunan suhu tanah mendadak dapat menyebabkan kelayuan tanaman. Pengukuran di lakukan pada tanah yang tidak berumput, namun ditanami oleh pohon-pohon berumur tahunan dan kaya akan seresah daun. Fluktasi terbesar dipermukaan tanah dan akan berkurang dengan bertambahnya kedalaman tanah. Temperatur tanah sangat dikendalikan oleh temperatur permukaan dan seluruhnya tergantung kepada keadaan cuaca di atas permukaan. Perlu diingat bahwa temperatur maksimal yang dapat dicapai pada lapis atas tidak dapat dicapai pada lapis dibawahnya. Amplitudo temperatur tanah paling tinggi dicapai dilapis atas, makin kedalam makin rendah, sampai pada suatu jeluk tidak terdapat perbedaan temperatur (Amplitudo = 0). Disamping itu, faktor vegetasi / penutup tanah juga berpengaruh amplitudo suhu tanah. Tanah terbuka (bero) amplitudo harian / bulanan lebih besar dibanding tanah yang tertutup vegetasi. 
1. Suhu tanah jeluk 0 cm 
Grafik 2.5.11. Suhu tanah jeluk 0 cm. 
29 
29.5 
30 
30.5 
31 
31.5 
32 
10 
20 
30 
40 
50 
Suhu (°C) 
Waktu (menit) 
kanopi 
tanpa kanopi
73 
Pada grafik suhu tanah jeluk 0 cm perbedaan suhu tertinggi antara daerah berkanopi dan tidak berkanopi sebesar 1°C. Dimana suhu tertinggi pada daerah tidak berkanopi yaitu 31,3°C. Daerah berkanopi mula-mula memiliki suhu konstan kemudian mengalami penurunan secara perlahan. Hal ini disebabkan oleh intensitas radiasi matahari diterima secara tidak langsung, sementara itu di daerah tidak berkanopi suhunya relatif tinggi dan tidak konstan. Hal ini dikarenakan radiasi matahari diterima secara langsung. Pada daerah berkanopi, panas dari radiasi matahari sukar untuk menembus permukaan tanah karena terhalang oleh pepohonan yang membentuk kanopi sehingga membuat suhu tanah lebih rendah dan relatif stabil daripada daerah tidak berkanopi. Pada daerah tidak berkanopi, panas dari radiasi matahari mudah diterima dan dilepaskan. Hal ini dikarenakan daerah tidak berkanopi mempunyai vegetasi yang berupa rumput dan semak yang tidak dapat menahan panas dari radiasi matahari sehingga menyebabkan suhu tanah relatif tinggi pada daerah tidak berkanopi. Selain perbedaan vegetasi kemiringan lahan juga menentukan sudut datang sinar matahari yang akan mempengaruhi besarnya suhu yang akan diterima oleh tanah. 
2. Suhu tanah jeluk 10 cm 
Grafik 2.5.12. Suhu tanah jeluk 10 cm. 
29 
29.5 
30 
30.5 
31 
31.5 
32 
10 
20 
30 
40 
50 
Suhu (°C) 
Waktu (menit) 
kanopi 
tanpa kanopi
74 
Pada grafik suhu tanah jeluk 10 cm, perbedaan suhu tertinggi antara daerah yang berkanopi dengan tidak berkanopi adalah 1° C dan yang terendah adalah sebesar 0.3°C. dimana suhu yang tertinggi terdapat pada daerah yang tidak berkanopi. Di daerah ini mula-mula suhu naik kemudian turun kembali dan akhirnya menjadi stabil (selalu berfluktuasi) hingga akhir pengamatan. Hal ini disebabkan karena cuaca selalu berubah-ubah dari mendung kembali menjadi cerah kemudian menjadi mendung kembali (cuaca tidak menentu). Sementara di daerah yang berkanopi suhu tanah cenderung lebih stabil karena radiasi matahari yang diterima relatif sedikit. 
3. Suhu tanah jeluk 20 cm 
Grafik 2.5.13. Suhu tanah jeluk 20 cm. 
Grafik suhu tanah vs waktu pada jeluk 20 cm menunjukkan suhu tanah pada daerah yang berkanopi rata-rata memiliki suhu tanah yang lebih rendah dan lebih stabil daripada daerah yang tidak berkanopi dengan suhu rata-rata daerah berkanopi adalah 31°C dan suhu rata-rata di daerah tidak berkanopi adalah 30°C, keduanya tidak memiliki perbedaan yang terlalu jauh. Keadaan suhu tanah pada jeluk 20 cm dapat dipengaruhi oleh kadar air tanah, tekstur tanah, kandungan bahan organik, keterolahan serta kepadatan tanah. Variasi suhu harian ditentukan oleh variasi penerimaan radiasi sinar matahari yang 
27.5 
28 
28.5 
29 
29.5 
30 
30.5 
31 
31.5 
32 
10 
20 
30 
40 
50 
Suhu (°C) 
Waktu (menit) 
kanopi 
tanpa kanopi
75 
mempengaruhi pertukaran panas antar lapisan. Dari fluktuasi grafik dapat dikatakan bahwa secara umum amplitudo pada tanah daerah tidak berkanopi lebih cepat dan banyak menyerap serta melepaskan panas daripada tanah daerah yang berkanopi. 
4. Suhu tanah berkanopi 
Grafik 2.5.14. Suhu tanah berkanopi. 
Grafik suhu tanah vs waktu pada daerah berkanopi pada jeluk 0 cm, 10 cm, dan 20 cm menunjukkan pada jeluk 10 cm memiliki suhu tanah rata-rata 30,38°C lebih tinggi daripada jeluk 0 cm yang memiliki suhu rata-rata tanah 30,82°C dan jeluk 20 cm yang memiliki suhu rata-rata tanah 30,18°C. Grafik tersebut memiliki fluktuasi yang sedikit tidak stabil. Hal ini karena penggunaan stick termometer yang ditancapkan pada tanah yang berbeda untuk mendapatkan kedalaman 10 cm atau 20 cm. Karena adanya perbedaan struktur pembangun tanah (ada yang gembur/ mudah untuk ditancapkan dan ada tanah yang padat) menyebabkan data suhu tanah dengan tempat yang lain berbeda sehingga menyebabkan fluktuasi yang tidak stabil. 
29 
29.5 
30 
30.5 
31 
31.5 
32 
10 
20 
30 
40 
50 
Suhu (°C) 
Waktu (menit) 
0 cm 
10 cm 
20 cm
76 
5. Suhu tanah tak berkanopi 
Grafik 2.5.15. Suhu tanah tak berkanopi. 
Grafik suhu tanah vs waktu pada daerah yang tidak berkanopi dapat kita perhatikan bahwa rasio suhu tanah pada jeluk 0 cm, 20 cm, dan 40 cm tidak begitu jauh perbedaannya. Rata-rata suhu tanah tertinggi pada jeluk 0 cm yaitu sebesar 27.5°C, diikuti rata-rata suhu tanah pada jeluk 20 cm yaitu sebesar 27°C dan suhu tanah yang terendah pada jeluk 40 cm yaitu sebesar 26°C. Dari data ini dapat kita lihat pula bahwa pada daerah tidak berkanopi yang mendapat cahaya matahari secara langsung adalah jeluk 0 cm dan radiasi matahari memerlukan waktu untuk mencapai jeluk 20 cm dan jeluk 40 cm. Dapat dikatakan bahwa tiap lapisan tanah pada berbagai kedalaman mencapai suhu tertentu tidak dalam waktu yang bersamaan, melainkan terdapat time lag (selang waktu). 
28 
28.5 
29 
29.5 
30 
30.5 
31 
31.5 
10 
20 
30 
40 
50 
Suhu (°C) 
Waktu (menit) 
0 cm 
10 cm 
20 cm
77 
D. Kecepatan Angin 
Grafik 2.5.16. Kecepatan angin. 
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data dari dua strata yang berbeda yaitu kanopi dan tanpa kanopi. Pada lima kali pengulangan yang dilakukan diperoleh kecepatan angin sebesar 2,5 m/s ; 2 m/s; 1,6 m/s; 0,5 m/s; dan 0,4 m/s untuk daerah berkanopi, sedangkan untuk daerah yang tidak berkanopi diperoleh hasil 1,5 m/s; 5,2 m/s; 3 m/s; 3,4 m/s; dan 4,4 m/s. Dari data tersebut terlihat bahwa kecepatan angin di daerah yang tanpa kanopi lebih tinggi daripada di daerah yang berkanopi. Hal ini dapat terjadi karena daerah yang berkanopi mempunyai suhu udara yang lebih rendah sehingga tekanan udaranya tinggi. Padahal kita ketahui bahwa angin bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan udara rendah. Selain itu, kecepatan angin di daerah berkanopi terhalang oleh pepohonan sehingga kecepatan angin menjadi berkurang. Kecepatan angin di daerah tanpa kanopi lebih tinggi karena pergerakan angin bergerak menuju daerah yang bertekanan udara rendah, yaitu daerah tanpa kanopi. Kecepatan angin semakin tinggi karena di sekeliling daerah tersebut tidak ada pepohonan atau bangunan yang menjadi penghalang. 
0 
1 
2 
3 
4 
5 
6 
10 
20 
30 
40 
50 
Kecepatan Angin (m/s) 
Waktu (menit) 
kanopi 
tanpa kanopi
78 
E. Intensitas Penyinaran 
Grafik 2.5.17. Intensitas penyinaran matahari. 
Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh data dari dua strata yang berbeda yaitu berkanopi dan tanpa kanopi. Pada lima kali pengulangan yang dilakukan setiap 10 menit sekali diperoleh data intensitas penyinaran sebesar 60 Fc, 50 Fc, 55 Fc, 70 Fc, dan 60 Fc untuk daerah berkanopi. Sedangkan untuk daerah tanpa kanopi diperoleh hasil sebesar 220 Fc, 220 Fc, 220 Fc, 240 Fc, dan 200 Fc. Dari data tersebut terlihat bahwa daerah tanpa kanopi memiliki intensitas penyinaran matahari yang jauh lebih besar daripada daerah yang berkanopi. Hal ini dapat terjadi karena daerah tanpa kanopi menerima cahaya matahari secara langsung, sehingga energi yang diterima lebih besar. Sedangkan daerah berkanopi menerima intensitas cahaya yang lebih kecil karena di daerah tersebut terdapat banyak penghalang berupa dedaunan pohon yang menghalangi pancaran sinar matahari. 
0 
50 
100 
150 
200 
250 
300 
10 
20 
30 
40 
50 
Intensitas Penyinaran 
waktu (menit) 
kanopi 
tanpa kanopi
79 
VI. KESIMPULAN 
A. Statif ditancapkan ke tanah dan dipasang dengan termometer pada aras 25 cm, 75 cm, dan 150 cm dari permukaan tanah. Pengamatan diukur setiap 10 menit berturut-turut sehingga mencapai 5 kali pengamatan. Termometer biasa ditancapkan di tanah pada jeluk 0 cm, 10 cm, dan 20 cm dari permukaan tanah. Pengamatan dilakukan pada setiap jeluk pada setiap pengambilan data setiap 10 menit sekali 10 menit pertama dilakukan pada jeluk 0cm, setelah itu dimasukkan hingga mencapai jeluk 10 cm lalu jeluk 20 cm. Pada waktu yang ditentukan yaitu bersama-sama dengan waktu yang lainnya dimulai, digital anemometer diangkat ke atas agar tidak terhalang dengan penghalang. Pengamatan dilakukan setiap 10 menit berturut-turut sehingga mencapai 5 kali pengamatan. Luxmeter memiliki tiga skala dengan tombol pengatur di sebelah kanannya. Mula-mula diatur pada skala yang paling rendah dengan posisi tombol pengatur ada di paling bawah, apabila jarum penunjuk melebihi batas skala maka tombol dinaikkan dan pembacaan skala berubah dengan membaca skala di atas skala yang sebelummya dibaca. Pengamatan dilakukan setiap 10 menit berturut-turut sehingga mencapai 5 kali pengamatan . 
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi cuaca mikro adalah sebagai berikut: 
1. Suhu udara 
2. Suhu tanah 
3. Radiasi matahari 
4. Kecepatan angin 
5. Kelembaban udara 
C. Pengamatan cuaca mikro pada ekosistem berkanopi dan tanpa kanopi dilakukan dengan pengukuran anasir cuaca mikro pada daerah berkanopi dan tanpa kanopi.
80 
DAFTAR PUSTAKA 
Anonim. 2013. Microclimate. <http://www.britannica. com/EBchecked/topic/380278/ microclimate>. Diakses tanggal 28 September 2014. Bunyamin, Z. dan M. Aqil. 2010. Analisis iklim mikro tanaman jagung (Zea mays L.) pada sistem sisip. Prosiding Pekan Serealia Nasional 294-300. Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Lakitan, B. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Landsberg, H.E. 1981. General Climatology 3. Elsevier Scientific Publishing Company, New York. Tjasjono, B. 1999. Klimatologi Umum. Institut Teknologi Bandung Press, Bandung. Villegasa, J.C., David D.B., Chris B.Z. and Patrick D.R. 2010. Seasonally Pulsed Heterogeneity in Microclimate: Phenology and Cover Effects along Deciduous Grassland–Forest Continuum. Vadose Zone Journal 9 (3): 537-547. Vink, G. J. 1984. Dasar-Dasar Usaha Tani di Indonesia. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. 
Weisner, C. J. 2001. Climate, Irrigation, and Agriculture. Angus and Robertson L.T.D., Sidney. 
Wilson, E. M. 1993. Hidrologi Teknik. ITB, Bandung.
81 
Wisnusubroto, S. 2000. Meteorologi Pertanian Indonesia. Mitra Gama Widya, Yogyakarta.
82 
LAMPIRAN
83 
LAPORAN RESMI 
PRAKTIKUM KLIMATOLOGI DASAR 
ACARA III ANALISIS DATA METEOROLOGI 
Oleh: 
Suryati Purba (13307) 
Ribka Gupita Hapsari (13322) 
Fachry Husein Rosyadi (13224) 
Ridya Nastitie (13325) 
Wita Dian Sharli (13343) 
Pridana Intan Susanti (13385) 
Golongan/Kelompok : A1/3 
Asisten : Ramot Christian 
LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014
84 
ACARA III 
ANALISIS DATA METEOROLOGI 
I. PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Keadaan iklim sangat dipengaruhi oleh anasir-anasir iklim. Bidang pertanian merupakan bidang yang sangat dipengaruhi dan bergantung pada kondisi iklim sehingga analisis mengenai keadaan iklim sangat diperlukan. Analisis ini dilakukan dengan mengolah data-data anasir iklim yang diperoleh dari stasiun meteorologi. Data-data yang diperoleh dari stasiun meteorologi biasanya berupa data mentah yang perlu diolah menjadi data matang dan akhirnya menjadi data siap pakai yang dapat menyajikan informasi iklim yang akurat dan lengkap. Data dapat disederhanakan dengan cara melakukan analisis statistik dan matematik. 
Metode statistik dan persamaan matematika dapat dimanfaatkan untuk mempermudah dalam menelaah sifat-sifat iklim yang kompleks. Diharapkan analisis statistik dapat meningkatkan ketepatan dalam peramalan yang akhirnya dapat menyediakan informasi iklim yang lengkap dan akurat. Dalam praktikum ini, praktikan dituntut untuk dapat mengolah data yang disajikan dalam bentuk data mentah sehingga menjadi data siap pakai dan diharapkan praktikan dapat mengetahui cara analisis data iklim dan dapat menerapkannya dalam pengolahan data. 
B. Tujuan 
1. Melatih mahasiswa untuk mengolah dan menganalisis data meteorologi pertanian serta menyajikan dalam bentuk siap pakai. 
2. Mempelajari hubungan timbal balik di antara anasir-anasir iklim.
85 
II. TINJAUAN PUSTAKA 
Perubahan iklim merupakan masalah nasional, regional dan global yang tidak dapat ditangani secara nasional maupun secara regional tetapi harus ditangani secara bersama-sama dan menyeluruh. Karena letak geografis Indonesia sangat rawan akan adanya perubahan iklim, dimana di daerah tropis faktor yang mendorong perubahan iklim sangatlah kompleks dan dampaknya pun pada sebagian besar penduduknya (Sugandhy, 2000 ). 
Suatu kemajuan yang terjadi dalam pengkajian respon biologi membantu lebih banyak terhadap perkembangan dari meteorologi murni. Beberapa penemuan penting dan ilmiah yang berhubungan dengan tanggapan biologi terutama dalam ilmu tanaman, secara garis besar sebagai berikut. Tahun 1919 Gardner dan Alland menemukan fotoperiodesitas yaitu respon tumbuhan terhadap panjang penyinaran. Mereka menanam tembakau Maryland Mammoth baik pada tempat yang disinari maupun tidak disinari di dalam rumah kaca. Tanaman-tanaman yang terdapat dalam rumah kaca yang tidak disinari tetap dapat tumbuh vegetatif sedangkan yang disinari berbunga. Ini menambahkan hal baru dan kegunaan faktor lingkungan (lama pencahayaan) dalam mempelajari meteorologi pertanian (Wisnubroto et al., 2000). 
Stasiun meteorologi pertanian menghasilkan serempak data meteorologi dan data biologis dan atau yang lain yang dapat menyumbangkan hubungan antara cuaca dan pertumbuhan atau hidup tanaman dan hewan. Informasi meteorologi yang secara rutin diamati antara lain ialah keadaan lapisan atmosfer yang paling bawah, suhu, dan kelengasan tanah pada bagian kedalaman, curah hujan, dan curahan lainnya, durasi penyinaran dan radiasi matahari. Demikian pula turbulensi dan pencampuran udara lapisan udara yang paling bawah. Lokasi stasiun ini harus dapat melewati keadaan pertanian dan keadaan alami daerah tempat stasiun itu berada (Prawirowardoyo, 2006). 
Data yang dianalisis pada praktikum ini merupakan data mentah yang diperoleh dari proses monitoring. Monitoring merupakan proses rutin pengumpulan data. Memantau perubahan yang fokus pada proses dan keluaran. Monitoring menyediakan data mentah untuk menjawab pertanyaan sedangkan evaluasi adalah meletakkan data-data tersebut agar dapat digunakan dan dengan
86 
demikian memberikan nilai tambah. Evaluasi adalah tempat mempelajari kejadian, pertanyaan yang perlu dijawab, rekomendasi yang harus dibuat, menyarankan perbaikan. Namun tanpa monitoring, evaluasi tidak memiliki dasar untuk bekerja. Oleh karena itu monitoring dan evaluasi harus berjalan seiring (Dhingra, et al., 2012) 
Menurut Meng (2013), tujuan monitoring adalah sebagai berikut : 
1. Mengkaji apakah kegiatan- kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana. 
2. Mengidentifikasi masalah yang timbul agar langsung dapat diatasi 
3. Melakukan penilaian apakah pola kerja dan manajemen yang digunakan sudah tepat untuk mencapai tujuan kegiatan. 
4. Mengetahui kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh kemajuan. 
5. Menyesuaikan kegiatan dengan lingkungan yang berubah, tanpa menyimpang dari tujuan 
Analisis data meteorologi agar lebih bermanfaat maka dilakukan pengorganisasian dan analisis data secara sistematis dari seluruh jaringan pengamatan cuaca. Misalnya analisis data berdasarkan time series (pengamatan jangka panjang), penafsiran terhadap suatu parameter yang sukar dilakukan dengan cara didekati dengan parameter yang mempunyai hubungan dan berdasarkan rumus antara hubungan-hubungan parameter tersebut (Wisnubroto, 2002). 
Probabilitas dan prakiraan data curah hujan lebih praktis mendapatkan perhatian, itu bisa mengubah hasil tanaman, permintaan evaporasi dan tipe tanah. Pada faktanya periode yang dengan kalkulasinya dibutuhkan untuk mengubah seperti nilai kritik dari curah hujan di periode ini. Masalah dari data yang tidak tepat seperti penambahan kalkulasi dalam jangka waktu yang pendek dan curah hujan yang rendah (Jackson, 2003). 
Meteorologi dapat menggunakan metode-metode dan hukum-hukum fisika untuk menerangkan dan menafsirkan keadaan atmosfer, sedangkan klimatologi memerlukan teknik statistik oleh karena kegiatannya adalah mengumpulkan dan menafsirkan pengamatan (Hasan, 2004).
87 
Setiap masalah dalam meteorologi dan klimatologi dapat dianalisis dengan menggunakan suatu model dapat berupa konsepsi mental, hubungan empirik atau kumpulan pernyataan-pernyataan matematik statistik. Model-model dalam meteorologi umumnya dapat dikelompokkan dalam model-model deterministik, parametrik, stokastik atau kombinasinya. Pembagian menjadi kelompok- kelompok tersebut tidak selalu dapat dilakukan dengan tegas, kita dapat membayangkan model-model sebagai tersusun dari berbagai komponen yang masing-masing seolah-olah merupakan sebuah titik dalam suatu spektrum kontinyu tipe yang satu hingga stokastik murni pada ujung lain (Bey, 2001). 
Pengambilan data cuaca atau iklim tidak hanya untuk peramalan cuaca atau iklim, namun lebih banyak manfaatnya lainnya untuk perencanaan berbagai bidang seperti pewilayahan komoditas pertanian, perencanaan pembangunan bendungan serta konstruksi hidrologi lainnya, transportasi, pariwisata serta untuk penelitian. Untuk hal-hal tertentu, misalnya untuk penentuan saat tanam serta antisipasi banjir, data cuaca atau iklim khususnya curah hujan harus segera dapat diakses (Setiawan, 2003).
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO
ALAT METEO

More Related Content

What's hot

Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan TanahLaporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan Tanahedhie noegroho
 
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi Tanah
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi TanahKeterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi Tanah
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi TanahFeisal Rachman Soedibja
 
laporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologilaporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologiedhie noegroho
 
Laporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan Klimatologi
Laporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan KlimatologiLaporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan Klimatologi
Laporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan Klimatologiasriantiputrilestari5
 
Laporan Praktek Lapangan Meteorologi Dan Klimatologi
Laporan Praktek Lapangan Meteorologi Dan KlimatologiLaporan Praktek Lapangan Meteorologi Dan Klimatologi
Laporan Praktek Lapangan Meteorologi Dan KlimatologiSansanikhs
 
Bab 1. pendahuluan agroklimatologi
Bab 1. pendahuluan agroklimatologiBab 1. pendahuluan agroklimatologi
Bab 1. pendahuluan agroklimatologiPurwandaru Widyasunu
 
Laporan Praktikum Pengukuran Suhu Udara Menggunakan Sling Psikometer
Laporan Praktikum Pengukuran Suhu Udara Menggunakan Sling PsikometerLaporan Praktikum Pengukuran Suhu Udara Menggunakan Sling Psikometer
Laporan Praktikum Pengukuran Suhu Udara Menggunakan Sling Psikometernurulizzaha
 
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca NaibahoLaporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca NaibahoShinta R Naibaho
 
Bab 4. suhu, tekanan, kelembaban udara dan pengaruhnya thd tanaman
Bab 4. suhu, tekanan, kelembaban udara dan pengaruhnya thd tanamanBab 4. suhu, tekanan, kelembaban udara dan pengaruhnya thd tanaman
Bab 4. suhu, tekanan, kelembaban udara dan pengaruhnya thd tanamanPurwandaru Widyasunu
 
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 3 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 3 Shinta Rebecca NaibahoLaporan Praktikum Klimatologi Acara 3 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 3 Shinta Rebecca NaibahoShinta R Naibaho
 
Cara Instalisasi Alat Penakar Curah Hujan Observatorium
Cara Instalisasi Alat Penakar Curah Hujan ObservatoriumCara Instalisasi Alat Penakar Curah Hujan Observatorium
Cara Instalisasi Alat Penakar Curah Hujan ObservatoriumHendry Ferdinans
 
Laporan Klimatologi Acara 1 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Klimatologi Acara 1 Shinta Rebecca NaibahoLaporan Klimatologi Acara 1 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Klimatologi Acara 1 Shinta Rebecca NaibahoShinta R Naibaho
 
Evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi
Evaporasi, transpirasi,  evapotranspirasiEvaporasi, transpirasi,  evapotranspirasi
Evaporasi, transpirasi, evapotranspirasiJulia Maidar
 
7 kebutuhan air tanaman
7 kebutuhan air tanaman7 kebutuhan air tanaman
7 kebutuhan air tanamanselona
 
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanah
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanahFaktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanah
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanahUniversity of Lampung
 

What's hot (20)

Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan TanahLaporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
 
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi Tanah
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi TanahKeterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi Tanah
Keterkaitan Sifat Fisika Kimia Biologi Tanah
 
laporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologilaporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologi
 
Laporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan Klimatologi
Laporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan KlimatologiLaporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan Klimatologi
Laporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan Klimatologi
 
Laporan Praktek Lapangan Meteorologi Dan Klimatologi
Laporan Praktek Lapangan Meteorologi Dan KlimatologiLaporan Praktek Lapangan Meteorologi Dan Klimatologi
Laporan Praktek Lapangan Meteorologi Dan Klimatologi
 
Bab 1. pendahuluan agroklimatologi
Bab 1. pendahuluan agroklimatologiBab 1. pendahuluan agroklimatologi
Bab 1. pendahuluan agroklimatologi
 
Laporan Praktikum Pengukuran Suhu Udara Menggunakan Sling Psikometer
Laporan Praktikum Pengukuran Suhu Udara Menggunakan Sling PsikometerLaporan Praktikum Pengukuran Suhu Udara Menggunakan Sling Psikometer
Laporan Praktikum Pengukuran Suhu Udara Menggunakan Sling Psikometer
 
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca NaibahoLaporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca Naibaho
 
Bab 4. suhu, tekanan, kelembaban udara dan pengaruhnya thd tanaman
Bab 4. suhu, tekanan, kelembaban udara dan pengaruhnya thd tanamanBab 4. suhu, tekanan, kelembaban udara dan pengaruhnya thd tanaman
Bab 4. suhu, tekanan, kelembaban udara dan pengaruhnya thd tanaman
 
Laporan Agroklimatologi Acara 2
Laporan Agroklimatologi Acara 2Laporan Agroklimatologi Acara 2
Laporan Agroklimatologi Acara 2
 
Laporan praktikum isolasi
Laporan praktikum isolasiLaporan praktikum isolasi
Laporan praktikum isolasi
 
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 3 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 3 Shinta Rebecca NaibahoLaporan Praktikum Klimatologi Acara 3 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 3 Shinta Rebecca Naibaho
 
Cara Instalisasi Alat Penakar Curah Hujan Observatorium
Cara Instalisasi Alat Penakar Curah Hujan ObservatoriumCara Instalisasi Alat Penakar Curah Hujan Observatorium
Cara Instalisasi Alat Penakar Curah Hujan Observatorium
 
Laporan Klimatologi Acara 1 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Klimatologi Acara 1 Shinta Rebecca NaibahoLaporan Klimatologi Acara 1 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Klimatologi Acara 1 Shinta Rebecca Naibaho
 
suhu tanah
suhu tanahsuhu tanah
suhu tanah
 
Laporan resmi
Laporan resmiLaporan resmi
Laporan resmi
 
Evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi
Evaporasi, transpirasi,  evapotranspirasiEvaporasi, transpirasi,  evapotranspirasi
Evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi
 
Survei tanah
Survei tanahSurvei tanah
Survei tanah
 
7 kebutuhan air tanaman
7 kebutuhan air tanaman7 kebutuhan air tanaman
7 kebutuhan air tanaman
 
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanah
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanahFaktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanah
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanah
 

Similar to ALAT METEO

Laporan praktikum agroklimatologi
Laporan praktikum agroklimatologi Laporan praktikum agroklimatologi
Laporan praktikum agroklimatologi Febrina Tentaka
 
Laporan Praktikum Stasiun Cuaca
Laporan Praktikum Stasiun CuacaLaporan Praktikum Stasiun Cuaca
Laporan Praktikum Stasiun CuacaN Naomi
 
Klimatologi fix acc
Klimatologi fix accKlimatologi fix acc
Klimatologi fix accYanu Andria
 
PPT agroklimat bab I pendahuluan
PPT agroklimat bab I pendahuluanPPT agroklimat bab I pendahuluan
PPT agroklimat bab I pendahuluanJuwita Hutajulu
 
makalah klimatologi pengelolaan data ilklim dan klasifikasi iklm
makalah klimatologi pengelolaan data ilklim dan klasifikasi iklmmakalah klimatologi pengelolaan data ilklim dan klasifikasi iklm
makalah klimatologi pengelolaan data ilklim dan klasifikasi iklmAisyahInarah1
 
Alat-alat Meteorologi-Klimatologi--BMKG Karangploso--2012.ppt
Alat-alat Meteorologi-Klimatologi--BMKG Karangploso--2012.pptAlat-alat Meteorologi-Klimatologi--BMKG Karangploso--2012.ppt
Alat-alat Meteorologi-Klimatologi--BMKG Karangploso--2012.pptfadillahdila7
 
Aplikasi metode klimogram untuk budidaya buah mangga
Aplikasi metode klimogram untuk budidaya buah manggaAplikasi metode klimogram untuk budidaya buah mangga
Aplikasi metode klimogram untuk budidaya buah manggaGiska Manikasari
 
Alat-alat bmkg sampali agroklimatologi
Alat-alat bmkg sampali agroklimatologiAlat-alat bmkg sampali agroklimatologi
Alat-alat bmkg sampali agroklimatologiGielank Manaloe
 
I RUANG LINGKUP KLIMATOLOGI.pdf
I  RUANG LINGKUP KLIMATOLOGI.pdfI  RUANG LINGKUP KLIMATOLOGI.pdf
I RUANG LINGKUP KLIMATOLOGI.pdfDesmaHarmaidi
 
Laporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktual
Laporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktualLaporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktual
Laporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktualfahmiganteng
 
Laporan Metklim Pendidikan Geografi
Laporan Metklim Pendidikan GeografiLaporan Metklim Pendidikan Geografi
Laporan Metklim Pendidikan GeografiJanatun Rahmilah
 
BK 2 - Ruang Lingkup Iklim.pptx
BK 2 - Ruang Lingkup Iklim.pptxBK 2 - Ruang Lingkup Iklim.pptx
BK 2 - Ruang Lingkup Iklim.pptxEkaHadiJoyo
 

Similar to ALAT METEO (20)

Acara 1
Acara 1Acara 1
Acara 1
 
Laporan kunjungan bmkg
Laporan kunjungan bmkgLaporan kunjungan bmkg
Laporan kunjungan bmkg
 
Laporan praktikum agroklimatologi
Laporan praktikum agroklimatologi Laporan praktikum agroklimatologi
Laporan praktikum agroklimatologi
 
Laporan Praktikum Stasiun Cuaca
Laporan Praktikum Stasiun CuacaLaporan Praktikum Stasiun Cuaca
Laporan Praktikum Stasiun Cuaca
 
Klimatologi fix acc
Klimatologi fix accKlimatologi fix acc
Klimatologi fix acc
 
PPT agroklimat bab I pendahuluan
PPT agroklimat bab I pendahuluanPPT agroklimat bab I pendahuluan
PPT agroklimat bab I pendahuluan
 
Laporan 1 alat ek um
Laporan 1 alat ek umLaporan 1 alat ek um
Laporan 1 alat ek um
 
makalah klimatologi pengelolaan data ilklim dan klasifikasi iklm
makalah klimatologi pengelolaan data ilklim dan klasifikasi iklmmakalah klimatologi pengelolaan data ilklim dan klasifikasi iklm
makalah klimatologi pengelolaan data ilklim dan klasifikasi iklm
 
TUGAS KULIAH AGROKLIMATOLOGI-1
TUGAS KULIAH AGROKLIMATOLOGI-1TUGAS KULIAH AGROKLIMATOLOGI-1
TUGAS KULIAH AGROKLIMATOLOGI-1
 
Alat-alat Meteorologi-Klimatologi--BMKG Karangploso--2012.ppt
Alat-alat Meteorologi-Klimatologi--BMKG Karangploso--2012.pptAlat-alat Meteorologi-Klimatologi--BMKG Karangploso--2012.ppt
Alat-alat Meteorologi-Klimatologi--BMKG Karangploso--2012.ppt
 
Aplikasi metode klimogram untuk budidaya buah mangga
Aplikasi metode klimogram untuk budidaya buah manggaAplikasi metode klimogram untuk budidaya buah mangga
Aplikasi metode klimogram untuk budidaya buah mangga
 
Alat-alat bmkg sampali agroklimatologi
Alat-alat bmkg sampali agroklimatologiAlat-alat bmkg sampali agroklimatologi
Alat-alat bmkg sampali agroklimatologi
 
Acara 4 ferli klimatologi
Acara 4 ferli klimatologiAcara 4 ferli klimatologi
Acara 4 ferli klimatologi
 
I RUANG LINGKUP KLIMATOLOGI.pdf
I  RUANG LINGKUP KLIMATOLOGI.pdfI  RUANG LINGKUP KLIMATOLOGI.pdf
I RUANG LINGKUP KLIMATOLOGI.pdf
 
Laporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktual
Laporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktualLaporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktual
Laporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktual
 
Laporan Metklim Pendidikan Geografi
Laporan Metklim Pendidikan GeografiLaporan Metklim Pendidikan Geografi
Laporan Metklim Pendidikan Geografi
 
BK 2 - Ruang Lingkup Iklim.pptx
BK 2 - Ruang Lingkup Iklim.pptxBK 2 - Ruang Lingkup Iklim.pptx
BK 2 - Ruang Lingkup Iklim.pptx
 
Laporan ekologi
Laporan ekologi Laporan ekologi
Laporan ekologi
 
Tugas mk klimatologi
Tugas mk klimatologiTugas mk klimatologi
Tugas mk klimatologi
 
01 pengertian umum
01 pengertian umum01 pengertian umum
01 pengertian umum
 

More from Suryati Purba

Rpkps klimatologi dasar edit
Rpkps klimatologi dasar  editRpkps klimatologi dasar  edit
Rpkps klimatologi dasar editSuryati Purba
 
Pengendalian opt terpadu (integrated pest management) 2014-siti subandiyah
Pengendalian opt terpadu (integrated pest management) 2014-siti subandiyahPengendalian opt terpadu (integrated pest management) 2014-siti subandiyah
Pengendalian opt terpadu (integrated pest management) 2014-siti subandiyahSuryati Purba
 
Opt perkebunan siti subandiyah
Opt perkebunan siti subandiyahOpt perkebunan siti subandiyah
Opt perkebunan siti subandiyahSuryati Purba
 
Pertemuan 5. interaksi alelik dan epistasisDasar-dasar Genetika Bu Rani
Pertemuan 5. interaksi alelik dan epistasisDasar-dasar Genetika Bu RaniPertemuan 5. interaksi alelik dan epistasisDasar-dasar Genetika Bu Rani
Pertemuan 5. interaksi alelik dan epistasisDasar-dasar Genetika Bu RaniSuryati Purba
 
Pertemuan 4. mendelian genetics-Bu Rani Wulandari
Pertemuan 4. mendelian genetics-Bu Rani WulandariPertemuan 4. mendelian genetics-Bu Rani Wulandari
Pertemuan 4. mendelian genetics-Bu Rani WulandariSuryati Purba
 
Pertemuan 3. pembelahan sel - Bu Rani Wulandari
Pertemuan 3. pembelahan sel - Bu Rani WulandariPertemuan 3. pembelahan sel - Bu Rani Wulandari
Pertemuan 3. pembelahan sel - Bu Rani WulandariSuryati Purba
 
Pertemuan 2. history of genetics Bu Rani Wulandari
Pertemuan 2. history of genetics Bu Rani WulandariPertemuan 2. history of genetics Bu Rani Wulandari
Pertemuan 2. history of genetics Bu Rani WulandariSuryati Purba
 
Pertemuan 1. introduction
Pertemuan 1. introductionPertemuan 1. introduction
Pertemuan 1. introductionSuryati Purba
 

More from Suryati Purba (12)

V klasifikasiiklim
V klasifikasiiklimV klasifikasiiklim
V klasifikasiiklim
 
Tran.klimat5
Tran.klimat5Tran.klimat5
Tran.klimat5
 
Rpkps klimatologi dasar edit
Rpkps klimatologi dasar  editRpkps klimatologi dasar  edit
Rpkps klimatologi dasar edit
 
Babivangin
BabivanginBabivangin
Babivangin
 
Pengendalian opt terpadu (integrated pest management) 2014-siti subandiyah
Pengendalian opt terpadu (integrated pest management) 2014-siti subandiyahPengendalian opt terpadu (integrated pest management) 2014-siti subandiyah
Pengendalian opt terpadu (integrated pest management) 2014-siti subandiyah
 
Opt perkebunan siti subandiyah
Opt perkebunan siti subandiyahOpt perkebunan siti subandiyah
Opt perkebunan siti subandiyah
 
Pertemuan 5. interaksi alelik dan epistasisDasar-dasar Genetika Bu Rani
Pertemuan 5. interaksi alelik dan epistasisDasar-dasar Genetika Bu RaniPertemuan 5. interaksi alelik dan epistasisDasar-dasar Genetika Bu Rani
Pertemuan 5. interaksi alelik dan epistasisDasar-dasar Genetika Bu Rani
 
Pertemuan 4. mendelian genetics-Bu Rani Wulandari
Pertemuan 4. mendelian genetics-Bu Rani WulandariPertemuan 4. mendelian genetics-Bu Rani Wulandari
Pertemuan 4. mendelian genetics-Bu Rani Wulandari
 
Pertemuan 3. pembelahan sel - Bu Rani Wulandari
Pertemuan 3. pembelahan sel - Bu Rani WulandariPertemuan 3. pembelahan sel - Bu Rani Wulandari
Pertemuan 3. pembelahan sel - Bu Rani Wulandari
 
Pertemuan 2. history of genetics Bu Rani Wulandari
Pertemuan 2. history of genetics Bu Rani WulandariPertemuan 2. history of genetics Bu Rani Wulandari
Pertemuan 2. history of genetics Bu Rani Wulandari
 
Pertemuan 1. introduction
Pertemuan 1. introductionPertemuan 1. introduction
Pertemuan 1. introduction
 
Konsep tanah
Konsep tanahKonsep tanah
Konsep tanah
 

Recently uploaded

Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 

Recently uploaded (20)

Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 

ALAT METEO

  • 1. 1 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KLIMATOLOGI DASAR ACARA I PENGENALAN ALAT-ALAT METEOROLOGI Oleh: Suryati Purba (13307) Ribka Gupita Hapsari (13322) Fachry Husein Rosyadi (13224) Ridya Nastitie (13325) Wita Dian Sharli (13343) Pridana Intan Susanti (13385) Golongan/Kelompok : A1/3 Asisten : Ramot Christian LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014
  • 2. 2 ACARA I PENGENALAN ALAT-ALAT METEOROLOGI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengukuran iklim sangat dipengaruhi oleh alat-alat di bidang klimatologi. Bidang pertanian merupakan bidang yang sangat dipengaruhi dan tergantung dengan kondisi iklim. Sehingga, pengenalan mengenai alat-alat pengukuran iklim sangat diperlukan. Pengenalan ini dilakukan dengan melihat dan mengamati alat- alat yang diperoleh dari Laboratorium Agroklimatologi Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dan AWS Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Melihat dan memperhatikan alat-alat yang ada dapat dimanfaatkan untuk mempermudah dalam menelaah fungsi alat-alat klimatologi yang diperlukan. Diharapkan dengan ditunjukkannya alat-alat klimatologi dasar ini dapat meningkatkan ketepatan dalam peramalan yang akhirnya dapat menyediakan informasi iklim yang lengkap dan akurat. Dalam praktikum ini, praktikan dituntut untuk dapat mengenal dan mengetahui alat-alat klimatologi, bagian-bagiannya serta fungsinya sehingga diharapkan praktikan dapat mengetahui serta mengingat fungsi alat-alat klimatologi dan dapat menerapkannya dalam praktikum-praktikum selanjutnya. B. Tujuan 1. Mengenal stasiun meteorologi pertanian dan alat-alat pengukur anasir cuaca yang biasa digunakan dalam bidang meteorologi pertanian. 2. Mempelajari prinsip kerja, cara penggunaan alat, serta macam dan kualitas data yang dihasilkan dari suatu alat pengukur anasir cuaca.
  • 3. 3 II. TINJAUAN PUSTAKA Secara luas meteorologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari atmosfer yang menyangkut keadaan fisis dan dinamisnya serta interaksinya dengan permukaan bumi di bawahnya. Iklim dapat didefinisikan sebagai ukuran statistik cuaca untuk jangka waktu tertentu dan cuaca menyatakan status atmosfer pada sembarang waktu tertentu (Hermawan, 2010). Pengamatan cuaca atau pengukuran unsur cuaca dilakukan pada lokasi yang dinamakan stasiun cuaca atau yang lebih dikenal dengan stasiun meteorologi. Tujuan dari stasiun meteorologi adalah menghasilkan data meteorologis seragam dan data biologis dan atau data- data yang lain yang dapat menyumbangkan hubungan antara cuaca dan pertumbuhan atau hidup tanaman dan hewan. Lokasi stasiun ini harus dapat mewakili keadaan pertanian dan keadaan alami daerah tempat stasiun itu berada. Informasi meteorologi yang secara rutin diamati antara lain ialah keadaan lapisan atmosfer yang paling bawah, suhu dan kelengasan tanah pada berbagai kedalaman, curah hujan, dan curahan lainnya, durasi penyinaran dan reaksi matahari (Prawirowardoyo, 1996). Dalam bidang pertanian, menurut Wisnubroto (2000) ilmu prakiraan penentuan kondisi iklim atmosfer ini adalah untuk menentukan wilayah pengembangan tanaman. Iklim mempengaruhi dunia pertanian. Presipitasi, evaporasi, suhu, angin, dan kelembaban nisbi udara adalah unsur iklim yang penting. Dalam dunia pertanian, air, udara, dan temperatur menjadi faktor yang penting. Kemampuan menyimpan air oleh tanah itu terbatas. Sebagian air meninggalkan tanah dengan cara transpirasi, evaporasi dan drainase. Prakiraan cuaca baik harian maupun prakiraan musim, mempunyai arti penting dan banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Prakiraan cuaca 24 jam yang dilakukan oleh BMG, mempunyai arti dalam kegiatan harian misalnya untuk pelaksanaan pemupukan dan pemberantasan hama. Misalnya pemupukan dan penyemprotan hama perlu dilakukan pada pagi hari atau ditunda jika menurut prakiraan sore hari akan hujan lebat. Prakiraan permulaan musim hujan mempunyai arti penting dalam menentukan saat tanam di suatu wilayah. Jadi, bidang pertanian ini memanfaatkan informasi tentang cuaca dan iklim mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaannya (Hermawan, 2010).
  • 4. 4 Pada pengamatan keadaan atmosfer di stasiun cuaca atau stasiun meteorologi digunakan beberapa alat yang mempunyai sifat-sifat yang hampir sama dengan alat-alat ilmiah lainnya yang digunakan untuk penelitian di dalam laboratorium, misalnya bersifat peka dan teliti. Perbedaannya terletak pada penempatannya dan para pemakainya. Alat-alat laboratorium umumnya dipakai pada ruang tertutup, terlindung dari hujan dan debu-debu, angin dan lain sebagainya serta digunakan oleh observer. Dengan demikian sifat alat-alat meteorologi disesuaikan dengan tempat pemasangannya dan para petugas yang menggunakan (Anonim, 2008). Adapun alat-alat meteorologi yang ada di Stasiun Meteorologi Pertanian diantaranya alat pengukur curah hujan (Ombrometer tipe Observatorium dan Ombrograf), alat pengukur kelembaban relatif udara (Psikrometer Assman, Psikrometer Sangkar, Higrograf, Higrometer, Sling Psikrometer), alat pengukur suhu udara (Termometer Biasa, Termometer Maksimum, Termometer Minimum, dan Termometer Maximum-Minimum Six Bellani), alat pengukur suhu air (Termometer Maksimum-Minimum Permukaan Air), alat pengukur panjang penyinaran matahari (Solarimeter tipe Jordan, Solarimeter tipe Compbell Stokes), alat pengukur suhu tanah (Termometer Permukaan Tanah, Termometer Selubung Kayu, Termometer Bengkok, Termometer Maksimum-Minimum tanah, Termometer Simons, Stick Termometer), alat pengukur intensitas penyinaran matahari (Aktinograf), alat pengukur evaporasi (Panci Evaporasi Kelas A, Piche Evaporimeter) dan alat pengukur kecepatan angin (Cup Anemometer, Hand Anemometer, Biram Anemometer) (Prawirowardoyo, 1996). Stasiun meteorologi mengadakan contoh penginderaan setiap 30 detik dan mengirimkan kutipan statistik (sebagai contoh, rata-rata dan maksimum). Untuk yang keras menyimpan modul-modul setiap 15 menit. Hal ini dapat menghasilkan kira-kira 20 nilai dari hasil rekaman untuk penyimpanan akhir disetiap interval keluaran (Elder et. al., 2009). Klimatologi yang pengukurannnya dilakukan secara kontinyu dan meliputi periode waktu yang lama paling sedikit 10 tahun, bagi stasiun klimatologi pengamatan utama yang dilakukan meliputi unsur curah hujan, suhu udara, arah dan laju angin, kelembapan, macam dan tinggi dasar awan, banglash horizontal, durasi penyinaran matahari dan suhu tanah (Colbo and Robert, 2009). Oleh karena
  • 5. 5 itu persyaratan stasiun klimatologi ialah lokasi, keadaan stasiun dan lingkungan sekitar yang tidak mengalami perubahan agar pemasangan dan perletakan alat tetap memenuhi persyaratan untuk menghasilkan pengukuran yang dapat mewakili (Neiburger, 1982).
  • 6. 6 III. METODOLOGI Praktikum Klimatologi Dasar acara I tentang pengenalan alat – alat meteorologi dilaksanakan pada hari Senin, 15 September 2014 di Laboratorium Agroklimatologi, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dan AWS Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pada acara praktikum kali ini asisten memperkenalkan alat-alat meteorologi pertanian. Pertama adalah alat pengukur curah hujan yang terdiri dari dua macam alat yaitu ombrometer tipe observatorium dan ombrograf. Kedua adalah alat pengukur kelembapan nisbi udara yang terdiri dari empat macam alat yaitu psikometer sangkar, sling psikometer, psikometer tipe asman dan higrograf. Ketiga adalah alat pengukur suhu udara yang terdiri dari empat macam yaitu termometer biasa, termometer maksimum, termometer minimum, dan termometer maksimum-minimum Six Bellani. Keempat adalah alat pengukur suhu udara sekaligus kelembaban nisbi udara yang terdiri dari dua alat yaitu termohigrometer dan termohigrograf. Kelima adalah alat pengukur suhu air yaitu termometer maksimum-minimum permukaan air. Keenam adalah alat pengukur suhu tanah yang terdiri dari enam alat yaitu termometer permukaan tanah, termometer tanah selubung kayu, termometer tanah tipe bengkok, termometer tanah tipe symons, stick termometer dan termometer maksimum-minimum tanah. Ketujuh adalah alat pengukur panjang penyinaran yang terdiari dari dua macam alat yaitu solarimeter tipe Jordan dan solarimeter tipe Compbell Stockes. Kedelapan adalah alat pengukur intensitas penyinaran matahari yaitu aktinograf dwi logam. Kesembilan adalah alat pengukur kecepatan angin yang terdiri dari cup anemometer, hand anemometer, dan biram anemometer. Kesepuluh adalah alat pengukur evaporasi yang terdiri dari piche evaporimeter dan panci evaporasi kelas-A. Pada kesempatan ini diperkenalkan juga stasiun khusus untuk bidang pertanian kepada praktikan. Praktikan mengamati alat-alat pengukur anasir cuaca kemudian mencatat nama dan kegunaan alat, satuan dan ketelitian pengamatan, keterangan singkat dari prinsip kerja, cara kerja, cara pemasangan serta cara pengamatan. Dari hasil pengamatan kemudian praktikan membuat uraian singkat
  • 7. 7 mengenai perbandingan kelebihan dan kekurangan antar alat yang diamati baik dari segi ketelitian pengamatan maupun kepraktisan.
  • 8. 8 IV. HASIL PENGAMATAN A. Alat Pengukur Curah Hujan 1. Ombrometer tipe Observatorium Keterangan Gambar : a. Mulut penakar seluas 100 cm² b. Corong sempit c. Tabung penampung dengan kapasitas setara 300-500 mm CH d. Kran Gambar 1.4.1. Ombrometer tipe observatorium. Deskripsi alat : a. Fungsi : Mengukur jumlah hujan harian b. Satuan alat : mm c. Satuan pengukuran : mm d. Ketelitian alat : 0,5 mm e. Prinsip kerja : Penampung curah hujan f. Cara kerja : Air hujan masuk kemulut penangkar kemudian melalui corong sempit masuk ketabung penampung. Air yang tertampung kemudian di ambil melalui keran dan dan dihitung volumenya. g. Cara pemasangan : 1) Alat ditempatkan di lapangan terbuka dengan jarak terhadap pohon atau bangunan terdekat sekurang-kurangnya sama dengan tinggi pohon atau bangunan tersebut. 2) Permukaan mulut corong harus benar-benar horisontal dan dipasang pada ketinggian 120 cm dari permukaan tanah.
  • 9. 9 h. Cara pengamatan : 1) Pengamatan dilakukan setiap pukul 07:00an 2) Data curah hujan harian didapat dalam gelas penakar yang bersatuan mm. 3) Ketelitian pengamatan sampai dengan 0,2 mm 2. Ombrograf Keterangan Gambar : a. Mulut penakar b. Corong sempit c. Tabung penampung I d. Tabung penampung utama (kapasitas setara 60 mm CH) e. Saluran pembuangan air dengan sistem bejana berhubungan f. Silinder kertas grafik g. Pelampung Gambar 1.4.2. Ombrograf. Deskripsi alat : a. Fungsi : Mengukur dan mencatat jumlah hujan b. Satuan Alat : mm c. Satuan Pengukuran : mm d. Ketelitian Alat : 2 mm e. Prinsip kerja : Prinsip pelampung, yaitu pencatatan tinggi air komulatif dengan pena pencatat yang dihubungkan dengan pelampung di dalam tabung pelampung. f. Cara kerja : Air hujan ditampung dalam silinder yang didalamnya terdapat sebuah pelampung yang dapat bergerak keatas oleh air hujan yang
  • 10. 10 tertampung. Curah hujan kemudian dicatat pada kertas grafik dengan sebuah pena pencatat yang digerakan oleh pelampung tersebut. Jika pena tersebut mencapai batas atas 60 mm artinya, pelampung dalan silinder akan terbuang dan pena kemudian turun kebatas bawah yaitu titik 0 mm disebabkan pelampungnya turun kembali kekedudukan semula. g. Cara pemasangan : 1) Syarat penempatan alat sama dengan ombrometer tipe observatorium 2) Alat dipasang diatas permukaan tanah dengan tinggi permukaan corong 40 cm dari permukaan tanah. h. Cara pengamatan: 1) Kertas grafik dipasang pada silinder yang berputar secara otomatis 2) Penggantian kertas dilakukan seminggu sekali 3) Pencatatan curah hujan bersifat kumulatif, dengan kapasitas maksimum penampung 60 mm. 4) Banyaknya curah hujan dan terjadinya hujan dapat dibaca pada kertas grafik B. Alat Pengukur Kelembaban Nisbi Udara 1. Psikrometer Sangkar Keterangan Gambar : a. Statif b. Termometer bola basah c. Termometer bola kering d. Kain kasa yang dibasahi e. Bejana tempat air Gambar 1.4.3. Psikrometer sangkar.
  • 11. 11 Deskripsi alat : a. Fungsi : Mengukur kelembaban nisbi udara. b. Satuan Alat : ºc c. Satuan Pengukuran : % d. Ketelitian Alat : 0,5°C e. Prinsip kerja : Prinsip termodinamika/adiabatik (beda TBB dan TBK) f. Cara kerja : Adanya suhu bola kering (T) dan suhu bola basah (t), T lebih tinggi dari pada t karena untuk penguapan air pada kran yang membalut bola termometer bola basah, memerlukan bahan. Bahan yang diperlukan tersebut diambil dari udara yang bersentuhan dengan bola basah tersebut sehingga termometer bola basah menunjukan suhu udara tersebut yang lebih rendah. Lw adalah tekanan uap air jenuh pada suhu T yang dapat ditentukan atau dapat dicari dari diagram atau tabel yang memuat tekanan uap jenuh pada berbagai suhu. g. Cara pemasangan : 1) Psikrometer sangkar dipasang di dalam sangkar meteo 2) Kain kassa pada termometer bola basah harus tetap bersih dan dibasahi secara kapilaritas h. Cara pengamatan : 1) Pengamatan dilakukan 3 kali sehari yaitu pukul 07.00, 13.00 atau 14.00,dan 18.00. 2) Mula-mula dilakukan pembacaan suhu TBB, kemudian TBK 3) Pembacaan dilakukan sampai ketelitian 0,1°C. Kelembaban dicari pada tabel, berdasarkan nilai selisih suhu pada TBB dan TBK.
  • 12. 12 2. Sling Psikrometer Keterangan Gambar : a. Termometer bola basah b. Termometer bola kering c. Pegangan Gambar 1.4.4. Sling psikrometer. Deskripsi alat : a. Fungsi : Mengukur kelembaban nisbi udara sesaat. b. Satuan Alat : ºc c. Satuan Pengukuran : % d. Ketelitian Alat : 0,2ºC e. Prinsip kerja : Prinsip termodinamika / adiabatik (beda TBB dan TBK) f. Cara kerja : Cara kunci (skrup pemutar pegas) diputar – sling berputar – kalor – pengeringan TBB. g. Cara pemasangan : Jinjing (portable) h. Cara pengamatan : 1) Sebelum digunakan, kain kassa tada TBB ditetesi air secukupnya. 2) Sling psikrometer kemudian diputar 33 kali dengan kecepatan 4 putaran per detik 3) Pengamatan selanjutnya sama seperti psikrometer sangkar.
  • 13. 13 3. Psikrometer Tipe Assman Keterangan Gambar : a. Termometer bola basah b. Termometer bola kering c. Kipas d. Sekrup pemutar pegas e. Saluran angin Gambar 1.4.5. Psikrometer tipe Assman. Deskripsi alat : a. Fungsi : Mengukur kelembaban nisbi udara sesaat. b. Satuan Alat : ºC c. Satuan Pengukuran : % d. Ketelitian Alat : 0,2ºC e. Prinsip Kerja : Prinsip termodinamika/adiabatik (beda TBB dan TBK) f. Cara kerja : Cara kunci (skrup pemutar pegas) diputar – kipas berputar – kalor – pengeringan TBB. g. Cara pemasangan : Jinjing h. Cara pengamatan : 1) Sebelum digunakan, kain kassa pada TBB ditetesi air secukupnya. 2) Pegas kipas diputar sehinggakipas akan mengalirkan udara dengan kecepatan 5 m/s pada bagian reservoir termometernya. 3) Setelah suhu termometer konstan, dilakukan pembacaan seperti pada psikrometer sangkar.
  • 14. 14 4. Higrograf Keterangan a. Rambut b. Sistem tuas c. Pena / penera grafik d. Silinder kertas grafik Gambar 1.4.6. Higrograf. Deskripsi alat : a. Fungsi : Mengukur kelembaban nisbi udara sesaat. b. Satuan Alat : % c. Satuan Pengukuran : % d. Ketelitian Alat : 0,1 % e. Prinsip kerja : Berdasarkan perubahan panjang bahan higroskopis jika menyerap atau menguap air. f. Cara kerja : Dengan cara menggerakan tuas sehingga terjadi peregangan pada rambut, rambut sebagai sensor. g. Cara pemasangan: Dipasang di dalam sangkar meteo. h. Cara pengamatan : 1) Kertas grafik dipasang pada bagian silinder yang dapat berputar secara otomatis 2) Penggantian kertas grafik dilakukan seminggu sekali 3) Kelembaban nisbi udara dalam satuan persen dapat dibaca pada kertas grafik.
  • 15. 15 C. Alat Pengukur Suhu Udara 1. Termometer Biasa Keterangan Gambar : a. Reservoir b. Pipa kapiler berisi raksa atau alkohol Gambar 1.4.7. Termometer biasa. Deskripsi alat : a. Fungsi : Mengukur suhu udara. b. Satuan Alat : ºC c. Satuan Pengukuran : ºC d. Ketelitian Alat : 0,5ºC e. Prinsip kerja : Berdasarkan kepekaan zat cair terhadap perubahan suhu. f. Cara kerja : Jika suhu naik air raksa mengembang dan panjang kolom air raksa dalam tabung bertambah, sebaliknya jika penurunan suhu air raksa mengerut dan kolom dalam air raksa memendek g. Cara pemasangan : Dipasang sekaligus sebagai TBK pada psikrometer sangkar h. Cara pengamatan: 1) Suhu udara dapat dibaca pada skala termometer dengan ketelitian 0,10C 2) Mata pengamat harus tegak lurus terhadap kolom air raksa 3) Pengamatan dilakukan 3 kali sehari yaitu pukul 07.00, 13.00 atau 14.00, dan 18.00.
  • 16. 16 2. Termometer Maksimum Udara Keterangan : a. Reservoir b. Celah sempit c. Pipa kapiler berisi air raksa Gambar 1.4.8. Termometer maksimum udara. Deskripsi alat : a. Satuan alat : ºC b. Satuan pengukuran : ºC c. Ketelitian alat : 0,25 ºC d. Prinsip kerja : Muai ruang air raksa yang dimodifikasi dengan adanya penyempitan pada pipa kapiler. e. Cara kerja : Jika suhu panas maka air raksa memuai sehingga permukaan air raksa naik (bergerak ke kanan) tetapi jika suhu turun, permukaan air raksa tetap pada kedudukan seperti pada waktu suhu panas, hal ini disebabkan adanya konstriksi yang menutup air raksa yang berada di atasnya. f. Cara pemasangan : Alat ini dipasang pada sangkar meteo dan dipasang miring terhadap sumbu horizontal, dengan bagian reservoir lebih rendah. g. Cara pengamatan : 1) Suhu maksimum dapat dibaca tepat pada permukaan kolom air raksa. 2) Setelah pengamatan, alat dipasang pada posisi bagian reservoir disebelah luar dan dikibaskan sampai tidak
  • 17. 17 terdapat pemutusan kolom air raksa pada celah sempit dan dipasang untuk pengamatan hasil selanjutnya. 3) Pengamatan dilakukan sore hari pada pukul 16.00. 3. Termometer Minimum Udara Keterangan : a. Reservoir b. Indeks penunjuk suhu minimum c. Pipa kapiler berisi alkohol Gambar 1.4.9. Termometer minimum udara. Deskripsi alat : a. Satuan alat : ºC b. Satuan pengukuran : ºC c. Ketelitian alat : 0,25 ºC d. Prinsip kerja : Muai ruang alkohol yang dimodifikasi dengan adanya indeks. e. Cara kerja : Jika suhu dingin, maka permukaan alkohol yang bergerak ke kiri akan membawa indeks penunjuk yang berwarna merah dan jika suhu naik, maka indeks akan tetap pada tempatnya meskipun permukaan alkohol mengembang dan bergerak ke kanan. f. Cara pemasangan : Agar tidak ada gaya gravitasi, maka termometer minimum diletakkan mendatar, dengan demikian gaya yang bekerja hanya gaya permukaannya saja.
  • 18. 18 g. Cara pengamatan : 1) Suhu udara minimum dapat diketahui dengan membaca tepat pada skala yang ditunjuk oleh ujung indeks yang berdekatan dengan ujung kolam alkohol. 2) Ujung kolom alkohol menunjuk suhu udara sesaat 3) Pengamatan dilakukan pukul 16.00 4) Setelah pengamatan, indeks harus dikembalikan tepat pada ujung kolom alkohol untuk pengamatan berikutnya. 4. Termometer Maksimum Minimum Six Bellani Keterangan : a. Reservoir b. Pipa kapiler berisi air raksa c. Pipa kapiler berisi alkohol d. Indeks penunjuk suhu maksimum e. Indeks penunjuk suhu minimum f. Tombol pengembali indeks Gambar 1.4.10. Termometer maksimum-minimum Six Bellani. Deskripsi alat : a. Satuan alat : ºC b. Satuan pengukuran : ºC c. Ketelitian alat : 0,25 ºC d. Prinsip kerja : Muai ruang zat cair (alkohol dan raksa) e. Cara kerja : Alat ini mirip seperti termometer maksimum dan termometer minimum udara, namun untuk mengembalikan indeks tinggal menekan tombol. f. Cara pemasangan : Alat ini dipasang pada sangkar meteo dengan posisi tegak.
  • 19. 19 g. Cara pengamatan : 1) Pengamatan dilakukan sore hari pada pukul 16.00. 2) Indeks bagian kanan menunjukkan suhu maksimum, sedangkan indeks kiri menunjukkan suhu minimium. 3) Suhu maksimum dan minimum dapat dibaca pada ujung bawah indeks. 4) Setelah pengamatan, untuk pengamatan hari selanjutnya tombol ditekan sedemikian sehingga ujung bawah indeks berhimpit dengan permukaan kolom air raksa. D. Alat Pengukur Suhu Udara Sekaligus Kelembaban Nisbi Udara 1. Termohigrometer Keterangan : a. Spiral dwi logam/bimetal b. Spiral benda higroskopis c. Jarum penunjuk skala suhu d. Jarum penunjuk skala kelembaban e. Ventilasi Gambar 1.4.11. Termohigrometer. Deskripsi alat : a. Satuan alat : ºC, % b. Satuan pengukuran : ºC, % c. Ketelitian alat : 0,5 ºC, 1% d. Prinsip kerja : 1) Termometer : muai dwi logam 2) Higrometer : higroskopis rambut e. Cara pemasangan : Jinjing atau dipasang pada sangkar meteo.
  • 20. 20 f. Cara pengamatan : 1) Pada saat pengamatan, alat harus terlindung dari pengaruh saat sinar matahari langsung dan tidak terkena tetesan air hujan. 2) Suhu udara dan kelembaban alat dapat dibaca langsung pada alat 2. Termohigrograf Keterangan : a. Lempeng dwi logam/bimetal b. Rambut c. Sistem tuas higrograf d. Sistem tuas termograf e. Pena f. Silinder kertas grafik Gambar 1.4.12. Termohigrograf. Deskripsi alat : a. Satuan alat : ºC, % b. Satuan pengukuran : ºC, % c. Ketelitian alat : 0,5 ºC, 1% d. Prinsip kerja : 1) Termometer : muai dwi logam 2) Higrometer : higroskopis rambut e. Cara pemasangan : Jinjing atau dipasang pada sangkar meteo. f. Cara pengamatan : 1) Kertas grafik dipasang pada bagian silinder yang dapat berputar secara otomatis. 2) Kertas grafik diganti seminggu sekali. 3) Suhu udara dan kelembaban udara suatu saat maupun ayunannya dapat dibaca pada kertas grafik.
  • 21. 21 E. Alat Pengukur Suhu Air 1. Termometer Maksimum-Minimum Permukaan Air Keterangan : a. Reservoir b. Pipa kapiler berisi raksa c. Pipa kapiler berisi alkohol d. Indeks penunjuk suhu maksimum e. Indeks penunjuk suhu minimum f. Pelindung reservoir g. Pelampung Gambar 1.4.13. Termometer maksimum-minimum permukaan air. Deskripsi alat : a. Satuan alat : ºC b. Satuan pengukuran : ºC c. Ketelitian alat : 0,5ºC d. Fungsi : Mengukur suhu maksimum-minimum air e. Prinsip kerja : Muai zat cair f. Cara pemasangan : Alat diletakkan terapung pada permukaan air (biasanya dalam panci evaporasi kelas A) dengan kedudukan horizontal. g. Cara pengamatan : 1) Suhu maksimum-minimum dibaca pada ujung bawah indeks. 2) Indeks bagian kanan menunjukkan suhu maksimum, indeks bagian kiri menunjukkan suhu minimum. 3) Pengamatan dilakukan pada pukul 16.00. 4) Setelah pengamatan, tombol kemudi ditekan sedemikian rupa sehingga ujung bawah indeks berimpit dengan permukaan kolom air raksa, untuk pengamatan berikutnya.
  • 22. 22 F. Alat Pengukur Suhu Tanah 1. Termometer Permukaan Tanah Keterangan : a. Termometer zat cair b. Reservoir c. Statif kaki tiga d. Tabung pelindung reservoir berventilasi Gambar 1.4.14. Termometer permukaan tanah. Deskripsi alat : a. Satuan alat : ºC b. Satuan pengukuran : ºC c. Ketelitian alat : 0,5 ºC d. Fungsi : Mengukur suhu permukaan tanah e. Prinsip kerja : Muai zat cair f. Cara pemasangan : Jinjing, diletakkan di atas permukaan tanah g. Cara pengamatan : Setelah stabil, suhu tanah diamati dengan membaca skala yang ditunjukkan saat pencatatan pada suhu udara harian. 2. Termometer Tanah Selubung Kayu Keterangan : a. Ujung sensor sampai jeluk 5 cm b. Termometer zat cair c. Pegangan tangan d. Tabung pelindung reservoir berventilasi Gambar 1.4.15. Termometer tanah selubung kayu.
  • 23. 23 Deskripsi alat : a. Satuan alat : °F b. Satuan pengukuran : °C c. Ketelitian alat : 1°F d. Prinsip kerja : Muai ruang zat cair e. Fungsi alat : Mengukur suhu tanah dengan jeluk 0-10 cm f. Cara kerja : Termometer ditancapkan pada jeluk (0-10 cm), perubahan panas yang diterima oleh sensor akan memuaikan air raksa menunjukan skala tertentu pada saat itu. g. Cara pemasangan : Jinjing (portable), bagian ujung ditancapkan ke dalam tanah sesuai jeluk yang akan diamati h. Cara pengamatan : Setelah stabil, suhu tanah diamati dengan membaca pada skala yang ditunjuk. 3. Termometer Tanah Tipe Bengkok Keterangan : a. Reservoir untuk jeluk tanah 20 cm b. Pipa kapiler berisi air raksa Gambar 1.4.16. Termometer tanah tipe bengkok. Deskripsi alat : a. Satuan alat : °C b. Satuan pengukuran : °C c. Ketelitian alat : 0,1°C d. Prinsip kerja : Muai ruang zat cair
  • 24. 24 e. Fungsi alat : Mengukur suhu tanah dengan jeluk 20 cm f. Cara kerja : Tanah digali pada jeluk 20 cm, setelah ujung reservoir dimasukan kenaikan suhu tanah menyebabkan air raksa memuai dan akan mengisi kolom hampa udara sampai pada skala tertentu. g. Cara pemasangan : 1) Dibuat lubang di tanah dengan jeluk tertentu dengan bor. 2) Bagian reservoir termometer dimasukkan ke dalam lubang, kemudian ditimbun kembali dengan tanah bekas galian. h. Cara pengamatan : Setelah stabil, suhu tanah diamati dengan membaca pada skala yang ditunjukkan saat pencatatan pada suhu udara harian. 4. Termometer Tanah Tipe Simons Keterangan : a. Pipa pelindung termometer b. Bagian sensor c. Termometer zat cair d. Reservoir e. Rantai Gambar 1.4.17. Termometer tanah tipe Simons. Deskripsi alat : a. Satuan alat : °C b. Satuan pengukuran : °C c. Ketelitian alat : 0,5°C d. Prinsip kerja : Muai ruang zat cair e. Fungsi alat : Mengukur suhu tanah dengan jeluk 50 cm f. Cara pemasangan : 1) Dibuat lubang di tanah dengan jeluk tertentu dengan bor.
  • 25. 25 2) Bagian reservoir termometer dimasukkan ke dalam lubang, kemudian ditimbun kembali dengan tanah bekas galian. g. Cara pengamatan : 1) Termometer diangkat dari selubung bagian pelindung, suhu tanah dapat dibaca langsung pada skala yang ditunjuk. 2) Pembacaan harus dilakukan dengan cepat. 5. Stick Termometer Keterangan : a. Tangkai pemutar b. Jarum penunjuk suhu c. Tabung bejana berisi spiral logam sebagai penghantar d. Ujung peka Gambar 1.4.18. Stick termometer. Deskripsi alat : a. Satuan alat : °C b. Satuan pengukuran : °C c. Ketelitian alat : 1°C d. Prinsip kerja : Muai kawat dengan lilitan kumparan pada tabung bejana e. Fungsi alat : Mengukur suhu tanah sampai dengan jeluk 100 cm f. Cara kerja : Adanya tekanan, air raksa memuai dan akan menggerakan klep/pipa logam lunak sehingga gerigi berputar dan menggerakkan jarum penunjuk sampai skala tertentu. g. Cara pemasangan : Alat dimasukkan ke dalam tanah dan ditekan menurut jeluk yang akan diamati dengan cara memutar pegangannya.
  • 26. 26 h. Cara pengamatan : Setelah jarum penunjuk suhu konstan, suhu dapat dibaca pada skala yang ditunjuk. 6. Termometer Maksimum-Minimum Tanah Keterangan : a. Bagian sensor b. Pipa berisi zat cair (air raksa) c. Jarum hitam penunjuk suhu sesaat d. Jarum hijau penunjuk suhu maksimum e. Jarum merah penunjuk suhu minimum Gambar 1.4.19. Termometer maksimum-minimum tanah. Deskripsi alat : a. Satuan alat : °C b. Satuan pengukuran : °C c. Ketelitian alat : 0,5°C d. Prinsip kerja : Muai ruang zat cair pada tabung Bourdan e. Fungsi alat : Mengukur suhu maksimum-minimum tanah f. Cara kerja : Termometer diletakkan di dalam tanah, suhu naik maka ditunjukan oleh naiknya cairan air raksa dan jarum hijau yang akan berfungsi penunjuk suhu maksimum, sedangkan suhu turun ditunjukkan oleh naiknya cairan alkohol dan ditunjukan oleh jarum merah yang berfungsi sebagai penunjuk suhu minimum.
  • 27. 27 g. Cara pemasangan : Jinjing (portable), bagian sensor dibenamkan ke dalam tanah hingga kedalaman 20 cm dan dibiarkan selama periode pengamatan. h. Cara pengamatan : 1) Sebelum pengamatan, ketiga jarum penunjuk dibuat saling berhimpit dengan cara memutar sekrup. 2) Pada saat pembacaan : a) Jarum merah menunjukkan suhu maksimum b) Jarum hijau menunjukkan suhu minimum c) Jarum hitam menunjukkan suhu sesaat G. Alat Pengukur Panjang Penyinaran 1. Solarimeter Tipe Jordan Keterangan : a. Silinder setengah lingkaran dengan sudut 60° b. Celah sempit tempat masuknya sinar c. Pelindung celah sempit d. Sekrup pengatur kemiringan Gambar 1.4.20. Solarimeter tipe Jordan. Deskripsi alat : a. Satuan alat : jam b. Satuan pengukuran : % c. Ketelitian alat : 0,5 jam d. Prinsip kerja : Reaksi fotokhemis e. Fungsi alat : Mengukur panjang penyinaran f. Cara kerja : Berkas sinar yang masuk akan bereaksi dengan Kalium ferro sianida atau Ferro amonium sitrat yang sebelumnya telah
  • 28. 28 dioleskan pada kertas pias. Garam Ferro akan beroksidasi sehingga membentuk noda apabila kertas pias kita cuci dengan aquadest. Dari panjang noda yang terbentuk dapat diukur panjang penyinaran aktual. g. Cara pemasangan : 1) Alat dipasang pada tempat terbuka dan diletakkan di atas beton yang agak tinggi, sedemikian rupa sehingga sensor dapat menangkap sinar matahari dalam keadaan normal pada ketinggian 3 m di atas horizon. 2) Solarimeter dipasang rupa sehingga : a) Arah U-S dari alat sesuai dengan U-S dari tempat pemasangan b) Tutup kotak menghadap khatulistiwa c) Alat dipasang dengan kemiringan ke arah khatulistiwa terhadap sumbu horizontal, sebesar derajat lintang tempat pemasangan (Yogyakarta pada 7°LS) h. Cara pengamatan : 1) Persiapan kertas pias a) Kertas pias dicelupkan atau dilapisi dengan larutan Kalium ferrosianida atau Feriamonium sitrat dengan kepekatan baku, disesuaikan dengan kepekaan kertas pias terhadap intensitas sinar matahari. b) Sebelum digunakan, kertas pias harus disimpan rapat dan tidak boleh bereaksi dengan sinar 2) Dua buah kertas pias dipasang pada masing-masing tabung dan diganti setiap sore hari pada pukul 18.00. 3) Noda yang terdapat pada kertas pias dicelupkan terlebih dahulu dalam aquadest segera setelah digunakan, kemudian diukur panjangnya dalam satuan jam. Nilai pengukuran ini merupakan nilai PP aktual. Sementara PP potensial
  • 29. 29 merupakan panjang penyinaran yang seharusnya dapat terjadi bila udara cerah selama 1 periode. 2. Solarimeter Tipe Compbell-Stokes Keterangan : a. Lensa bola kaca pejal dengan jari-jari 7,3 cm b. Busur pemegang bola kaca pejal c. Sekrup pengunci kedudukan lensa d. Sekrup pengatur kemiringan e. Mangkuk tempat kertas pias Gambar 1.4.21. Solarimeter tipe Compbell-Stokes. Deskripsi alat : a. Satuan alat : jam b. Satuan pengukuran : % c. Ketelitian alat : 0,5 jam d. Prinsip kerja : Pemfokusan sinar matahari e. Fungsi alat : Mengukur panjang penyinaran f. Cara kerja : Sinar yang datang difokuskan pada bola kristal yang dibawahnya ada kertas pias, jika sinar terfokus akan membuat goresan hitam pada kertas. Pias Combell-stokes tidak akan terbakar jika radiasi matahari minimum belum tercapai (kira-kira 0,2 sampai (n) cm-2 menit-1). g. Cara pemasangan : 1) Alat dipasang pada tempat terbuka dan diletakkan di atas beton yang agak tinggi, sedemikian rupa sehingga sensor
  • 30. 30 dapat menangkap sinar matahari dalam keadaan normal pada ketinggian 3 m di atas horizon. 2) Solarimeter dipasang sedemikian rupa sehingga : a) Mangkuk tempat pemasangan pias harus menunjuk arah timur-barat b) Bagian bawah alat harus benar-benar datar (diatur dengan levelling) c) Lensa bola bersama dengan tempat pias dimiringkan sesuai dengan letak lintang tempat pengamatan h. Cara pengamatan : 1) Kertas pias dipasang dan diganti setiap sore hari pada pukul 18.00. 2) Kertas pias yang digunakan ada 3 macam, yaitu bentuk lurus, bengkok panjang dan bengkok pendek. 3) Jadwal penggunaan masing-masing bentuk kertas pias tergantung pada letak pengamatan dan kedudukan matahari terhadap tempat tersebut. 4) Pengukuran PP aktual dilakukan dengan ketelitian 0,1 jam dengan ketentuan sebagai berikut : a) Noda langsung bundar, dihitung 0,5 panjang garis tengah noda. b) Noda bentuk titik, setiap 2 atau titik dihitung 0,1 jam. c) Noda berbentuk garis berlubang, dihitung dikurangi 0,1 jam setiap pemutusan. d) Noda berbentuk garis tidak berlubang, tidak perlu dikoreksi.
  • 31. 31 H. Alat Pengukur Intensitas Penyinaran 1. Aktinograf Dwi Logam Keterangan : a. Lempeng logam warna putih b. Lempeng logam warna hitam c. Lembar kaca pyrex d. Pena/penera grafik e. Silinder kertas grafik Gambar 1.4.22. Aktinograf dwi logam. Deskripsi alat : a. Satuan alat : cm2 b. Satuan pengukuran : Kal/cm2/hari c. Ketelitian alat : 1 cm2 d. Fungsi : Mengukur intensitas penyinaran e. Prinsip kerja : Beda muai logam hitam dan putih f. Cara kerja : Logam putih memantulkan radiasi yang jatuh kepermukaan, sedang logam hitam bersifat menerimannya sehingga perbedaan murni akan dapat menunjukkan besarnya intensitas radiasi matahari yang ditangkap oleh sensor. g. Cara pemasangan : Alat dipasang pada tempat terbuka di atas tiang beton yang kuat dan bagian atas dibuat sedemikian rupa sehingga selain surya berada 15 derajat horizon bumi, sinar harus bebas mencapai sensor. h. Cara pengamatan : 1) Kertas grafik dipasang dan diganti setiap sore hari pada pukul 18.00. 2) Lalu dari grafik yang tergambar diukur luasan di bawah grafik tersebut dengan planimeter. Dari luasan terukur disetarakan terhadap kalori/cm2/hari.
  • 32. 32 I. Alat Pengukur Kecepatan Angin 1. Cup Anemometer Keterangan : a. Mangkuk anemo b. Pencatat jarak c. Tiang penyangga Gambar 1.4.23. Cup anemometer. Deskripsi alat : a. Satuan alat : km b. Satuan pengukuran : km/jam c. Ketelitian alat : 1 km d. Fungsi : Mengukur kecepatan angin periode harian e. Prinsip kerja : Sistem mekanik atau sistem gir. f. Cara kerja : Angin akan diterima dan mangkuk akan berputar, putaran ini akan menggerakan speedmeter melalui sistem. g. Cara pemasangan : Alat ini dipasang pada tiang/menara dengan ketinggian 0,5m, 2m, atau 10m sesuai dengan masing-masing penggunaan. Pemasangan harus pada tempat terbuka, jarak benda terdekat paling sedikit 10 kali tinggi benda tersebut. h. Cara pengamatan : 1) Tiap pagi hari pukul 07.00 dibaca angka pada pencatat. 2) Rerata kecepatan angin dapat dihitung dari besarnya selisih pembacaan hari II dengan pembacaan I (jarak tempuh angin) dibagi dengan waktu antara beda pengamatan tersebut (periode satu hari : 24 jam).
  • 33. 33 2. Hand Anemometer Keterangan : a. Kipas anemo b. Speed meter c. Skala Beauford d. Tangkai pegangan tangan Gambar 1.4.24. Hand anemometer. Deskripsi alat : a. Satuan alat : m/s b. Satuan pengukuran : m/s c. Ketelitian alat : 0,5 m/s d. Fungsi : Mengukur kecepatan angin periode sesaat e. Prinsip kerja : Sistem GGL induksi seperti pada sistem dinamo f. Cara kerja : Anemometer digerakkan sehingga menimbulkan arus listrik yang akhirnya menunjukkan gerak jarum penunjuk skala. g. Cara pemasangan : Jinjing h. Cara pengamatan : 1) Kecepatan angin sesaat dapat diketahui dengan membaca langsung pada pencatat. 2) Satuan alat dalam m/s atau skala Beaufort.
  • 34. 34 3. Biram Anemometer Keterangan : a. Kipas anemo b. Jarum pencatat jarak 100 m c. Jarum pencatat jarak 1000 m d. Pengunci Gambar 1.4.25. Biram anemometer. Deskripsi alat : a. Satuan alat : m b. Satuan pengukuran : m/s c. Ketelitian alat : 0,5 m d. Fungsi : Mengukur kecepatan angin periode pendek e. Prinsip kerja : Sistem mekanik. f. Cara kerja : Angin akan diterima kipas sehingga berputar, putaran ini akan menggerakkan jarum skala melalui sistem gir. g. Cara pemasangan : Portable h. Cara pengamatan : 1) Umumnya alat digunakan untuk pengukuran rerata kecepatan angin pada periode pendek, satuannya dalam m/s. 2) Rerata kecepatan angin dapat dihitung dari besarnya selisih pembacaan hari II dengan pembacaan I (jarak tempuh angin) dibagi dengan waktu antara beda pengamatan tersebut (periode satu hari : 24 jam).
  • 35. 35 J. Alat Pengukur Evaporasi 1. Piche Evaporasi Keterangan : a. Tabung kaca tempat air yang berskala dalam satuan mm b. Kawat penjepit tempat meletakkan kertas berpori c. Penggantung Gambar 1.4.26. Piche evaporasi. Deskripsi alat : a. Satuan alat : ml b. Satuan pengukuran : mm c. Ketelitian alat : 0,05 ml d. Fungsi : Mengukur penguapan e. Prinsip kerja : Pengukuran selisih tinggi permukaan air f. Cara kerja : Air dalam tabung menekan kertas saring dan akan merembes pada kertas saring akan membasahi lagi, selisih pengamatan hari pertama dan pengamatan hari kedua diukur sebagai besarnya penguapan pada hari itu. g. Cara pemasangan : Tabung diisi air dan digantung di dalam ruangan atau sangkar meteo. h. Cara pengamatan : Pengamatan dilakukan sehari sekali. Mula-mula mengamati permukaan air (PI). Pengamatan kedua dilakukan keesokan harinya. Besarnya penguapan adalah selisih antara pengamatan pertama dengan pengamatan kedua.
  • 36. 36 2. Panci Evaporasi Kelas A Keterangan : a. Panci evaporasi dengan diameter 120,7 cm. Tinggi 25 cm dan tebal panic 0,8 cm. b. Rangka kayu/besi c. Tabung peredam riak/gelombang dengan diameter 10 cm d. Hook (batang kait) dan skala pengukur (nonius) e. Sekrup pemutar batang pengukur Gambar 1.4.27. Panci evaporasi kelas A. Deskripsi alat : a. Satuan alat : mm b. Satuan pengukuran : mm c. Ketelitian alat : 0,02 mm d. Fungsi : Mengukur penguapan e. Prinsip kerja : Pengukuran selisih tinggi permukaan air f. Cara pemasangan : Panci diletakkan di atas balok kayu yang disusun datar di atas permukaan tanah. Air bersih dimasukkan setinggi 20cm, permukaan air dijaga jangan kurang dari 2,5 cm dari batas tersebut, jika tinggi air kurang dari 10 cm dari dasar dapat berakibat kesalahan hingga 15%. g. Cara pengamatan : 1) Mula-mula ujung kail diatur dengan sekrup pemutar tepat menyentuh permukaan air. Tinggi air kemudian dapat dibaca pada penera. 2) Pada sore hari berikutnya, ujung kail diatur kembali sampai menyentuh permukaan air. 3) Selisih pembacaan ke-1 (P1) dengan pembacaan ke-2 (P2) merupakan besarnya penguapan air.
  • 37. 37 4) Jika terdapat hujan, rumus perhitungan evaporasi adalah : 5) Kapasitas maksimum terjadi bila terjadi hujan sebesar 50 mm pada periode pengamatan. 6) Penguapan yang terukur adalah penguapan pada permukaan air terbuka.
  • 38. 38 V. PEMBAHASAN A. Alat Pengukur Curah Hujan 1. Ombrometer tipe observatorium Kelebihan alat ini yaitu pemakaiannya mudah dan praktis, selain itu, ketelitian alat cukup kecil sehingga memungkinkan untuk memperoleh data hasil pengukuran yang lebih valid. Kekurangan peralatan ini yaitu memerlukan pengamatan berulang untuk mendapatkan data hasil karena diamati dalam periode harian. 2. Ombrograf Kelebihan dari ombrograf ini yaitu pengamatannya lebih efisien karena grafik akan terbentuk secara otomatis dengan perubahan volume air di dalam tabung penampung. Dengan data yang berbentuk grafik dapat diperoleh informasi mengenai curah hujan secara bersinambungan dalam periode tertentu. Namun, alat ini mempunyai kelemahan yaitu daya tampungnya hanya 60 mm sehingga tidak bisa mengamati curah hujan lebih dari ukuran itu. Selain itu juga kelemahan pada ketelitian alat yang mencapai 2 mm sehingga data yang dihasilkan kurang valid dibandingkan ombrometer. Hal ini disebabkan data yang dihasilkan berdasarkan gerakan pena yang dimungkinkan bisa bergerak juga akibat faktor selain pena seperti halnya akibat tersenggol pengamat. B. Alat Pengukur Kelembaban Nisbi Udara 1. Psikometer sangkar Kelebihan dari alat ini yaitu dapat diketahui titik uap dan titik embun sekaligus serta penggunaannya mudah. Namun kelemahan pada alat ini yaitu kemampuan yang terbatas pada kecepatan angin dengan kisaran antara 3-5 m / detik. 2. Sling psikometer Kelebihan alat ini yaitu ketelitian alat hingga 0,2 C. Kelemahan dari alat ini banyak mengeluarkan tenaga untuk mengoprasikannya dan kurang praktis. 3. Psikometer tipe Assman Psikrometer tipe ini memiliki keunggulan dalam pengoperasian dan data yang didapat yaitu, praktis dalam pengoperasian dengan memutar sekrup pengatur
  • 39. 39 pegas satu kali dan kipas akan berputar sehingga dapat mengeringkan bola basah dan juga data yang dihasilkan cukup valid. Namun kemampuannya terbatas pada kecepatan angin sekitar 5 m/detik. 4. Higrograf Kelebihan alat ini yaitu dapat mengukur kelembaban relatif secara langsung. Kelemahannya, hubungan kelembaban dan pemasangan tidak linear, tidak terlalu teliti (sekitar 5%), meskipun rambut kuda mempunyai sifat higroskopis yang baik. C. Alat Pengukur Suhu Udara 1. Termometer biasa Kelebihan alat ini adalah mudah cara pemakaian dan pengamatannya karena air raksa yang digunakan tampak mengkilap. Sedangkan kekurangannya adalah air raksa yang digunakan sebagai isian hanya memiliki tingkat pemuaian kecil (volume naik hanya 0,0182 % perK). 2. Termometer Maksimum Udara Termometer ini kelebihannya adalah adanya penyempitan pipa kapiler di dekat reservoir. Kekurangannya adalah air raksa memiliki tingkat pemuaian kecil. 3. Termometer Minimum Udara Termometer minimum memiliki kelebihan yaitu menggunakan zat cair alkohol yang titik bekunya rendah sehingga dapat digunakan mengukur suhu yang sangat rendah. Kekurangannya adalah alkohol tidak semengkilap air raksa sehingga pengamatannya tidak terlalu jelas. 4. Termometer Maksimum Minimum Six Bellani Alat ini memiliki kelemahan karena data yang didapat kurang valid karena ada beda tingkat pemuaian antara raksa dan alkohol sedangkan kelebihannya yaitu dapat diperoleh data suhu maksimum dan minimum secara bersamaan. D. Alat Pengukur Suhu Udara Sekaligus Pengukur Kelembaban Nisbi Udara 1. Termohigrometer Termohigrometer memiliki kelebihan diantaranya adalah suhu udara dan kelembaban udara dapat dibaca langsung pada alat, pemasangan alat lebih
  • 40. 40 fleksibel; dapat dijingjing atau dipasang pada sangkar meteo, tidak perlu melakukan penggantian kertas pias. Sedangkan kelemahan dari alat ini adalah data yang diperoleh bersifat harian, pemasangan alat harus benar-benar terlindungi dari pengaruh sinar matahari secara langsung dan tidak terkena tetesan air hujan. 2. Termohigrograf Kelebihan dari alat ini yaitu menggunakan rambut ekor kuda sehinga lebih sensitif dan lebih kuat daripada menggunakan rambut manusia. Kekurangannya yaitu menggunakan rambut yang harus bersih dari lemak, minyak, dan debu sehingga diperlakukan pembersihan, selain itu rambut manusia berubah panjang 2,5% akibat perubahan kelembaban nisbi udara 0-100%. E. Alat Pengukur Suhu Air 1. Termometer Maksimum-Minimum Permukaan Air Kelebihan termometer ini adalah dapat menunjukkan suhu maksimum dan minimum air sekaligus dan reservoirnya aman di bawah pelindung. Kekurangannya adalah ada beda muai antara air raksa dan alkohol sehingga alat ini kurang teliti. F. Alat Pengukur Suhu Air 1. Termometer maksimum-minimum air Alat ini memiliki kelebihan yaitu alat ini dapat mengukur suhu maksimum sekaligus suhu minimum permukaan air secara bersamaan. Sedangkan kekurangan alat ini adalah kurang teliti karena adanya beda muai air raksa dan alkohol, sering terjadi pemutusan kolom zat cair saat transportasi atau karena adanya adhesi yang kuat antara cairan dan dinding kaca. Seringkali terjadi pula bahwa alkohol menguap kemudian berkondensasi dan menempel di dinding kapiler sebelah atas. G. Alat Pengukur Suhu Tanah 1. Termometer permukaan tanah Alat ini memiliki kelebihan, diantaranya termometer permukaan tanah mudah dibawa karena bersifat portable, penunjukan indeks angka lebih mudah dilihat mengingat air raksa adalah cairan berwarna, alat memiliki pelindung
  • 41. 41 reservoir agar terlindung dari percikan air dan tanah sehingga tidak mempengaruhi hasil pengamatan. Sedangkan kelemahan dari termometer permukaan tanah adalah kemampuan terbatas hanya untuk mengukur suhu diatas permukaan tanah, harus dilakukan pengamatan terus menerus dalam satu hari untuk mengetahui suhu tertinggi dan terndah pada hari itu. 2. Termometer tanah selubung kayu Alat ini memiliki kelebihan, yang diantaranya adalah mengukur suhu tanah dengan kedalaman jeluk 0-10 cm, mudah dibawa dan dipindahtempatkan sesuai tempat yang akan diukur. Sedangkan kelemahan alat ini adalah pengukuran suhu terbatas pada jeluk 0-10 cm, ujung sensor jang sampai dicelup semua ke dalam tanah karena dapat merusak sensor, pembacaan agak sulit dilakukan karena letaknya yang terlalu rendah, selubung kayu mudah rusak. 3. Termometer tipe bengkok Alat ini memiliki kelebihan, yang diantaranya adalah termometer tanah tipe bengkok berfungsi untuk mengukur suhu jeluk tanah pada kedalaman 20 cm, mudah dalam pembacaan karena bentuknya yang bengkok sedangkan kekurangan alat ini adalah tanah harus di bor sedalam 20 cm terlebih dahulu agar termometer tanh tipe bengkok yang terbuat dari kaca tidak rusak atau pecah. 4. Stick Termometer Alat ini memiliki kelebihan, diantaranya adalah berfungsi untuk mengukur suhu jeluk tanah pada kedalaman kurang lebih 100 cm, Skala suhu dapat dilihat dengan mudah setelah suhu konstan. Termometer stick merupakan termometer biasa yang dimodifikasi untuk pengamata suhu tanah sedangkan kekurangannya adalah alat tidak praktis untuk dibawa atau dijinjing, mudah terjadi adhesi air raksa dengan dinding kaca karena radiasi intensif dari sinar matahari, sehingga bagian skala perlu dilindungi kain putih atau selubung putih yang mengikat. 5. Termometer maksimum-minimum tanah Termometer maksimum-minumum tanah. Alat ini portable. Alat ini memiliki kelebihan yaitu alatnya dapat dijinjing dapat mengukur hingga kedalaman 20 cm. Sedangkan kekurangan dari alat ini adalah pemasangan termometer harus hati-hati dan tepat karena kesalahan yang sedikit saja akan berakibat fatal.
  • 42. 42 6. Termometer tanah tipe Simons Alat ini memiliki kelebihan, diantaranya berfungsi untuk mengukur suhu jeluk tanah pada kedalaman kurang lebih 50 cm. Sedangkan kekurangan alat ini adalah alat tidak praktis untuk dibawa atau dijinjing, tanah dibuat lubang dengan bor sedalam 50 cm sebelum reservoir dimasukkan, pembacaan termometer harus dilakukan secara cepat saat skala terlihat, sementara termometer tidak bisa dibaca langsung tetapi harus diangkat selubungnya. H. Alat Pengukur Intensitas Penyinaran 1. Aktinograf Dwi Logam Kelebihan dari aktinograf dwi logam adalah dapat dipergunakan untuk keperluan pencatatan rutin, harga relatif tidak mahal, dan dapat dijinjing (portable). Kekurangan alat ini adalah aktinograf dwi logam hanya merekam intensitas radiasi gelombang pendek matahari total, sehingga sensor yang disungkup dengan kubah kaca yang disyaratkan kedap terhadap radiasi gelombang panjang serta kelambanan dalam pembacaan sekitar 5 menit dengan nilai kesalahan sekitar 10-15%. I. Alat Pengukur Kecepatan Angin 1. Cup Anemometer Cup anemometer digunakan untuk pengamatan harian. Kelebihan alat ini adalah hasil pengukurannya dapat mewakili angin sampai ketinggian 10 m dari tanah jika tidak penghalang. Kekurangan dari alat ini adalah penempatannya yang di atap bangunan akan menghasilkan pengukuran yang kurang akurat. 2. Hand Anemometer Kelebihan dari hand anemometer adalah bersifat portable dan dilengkapi skala beaufort (skala kasar kecepatan angin sesaat yang dapat diduga dari gejala alam). Alat ini mempunyai kekurangan yaitu hanya mampu mengamati kecepatan angin sesaat sehingga pengamatan skala harus cepat.
  • 43. 43 3. Biram Anemometer Alat ini bekerja pada sistem mekanik dan digunakan untuk pengamatan periode pendek. Kelebihan alat ini adalah praktis digunakan, namun kekurangan dari alat ini yaitu pengamatan baru bisa dilakukan pada hari berikutnya. J. Alat Pengukur Evaporasi 1. Piche Evaporasi Alat ini bekerja berdasarkan prinsip pengukuran selisih tinggi permukaan air yaitu selisih tinggi air hari pertama dan hari kedua. Kelebihan dari piche evporimeter adalah penggunaanya lebih mudah dan murah. Kekurangan alat ini adalah tidak dapat mengukur secara langsung baik penguapan dari permukaan air dalam alam, evapotranspirasi nyata, maupun evapotransporasi potensial. 2. Panci Evaporasi Kelas A Prinsip dari alat ini sama dengan piche evaporimeter, perbedaanya yaitu menggunakan hook dan skala nonius dengan prinsip pelampung. Kelebihan dari alat ini ketelitian dapat mencapai 0.02 mm dan merupakan dasar berbagai teknik untuk memperkirakan penguapan danau atau evapotranspirasi. Namun kekurangan dari alat ini kesalahan yang besar dari pengukuran evaporasi terletak pada tinggi air dalam panci, muka air selamanya dikembalikan pada tinggi semula yaitu 5cm di bawah bibir panci. K. AWS (Automatic Weather Stations) AWS (Automatic Weather Station) digunakan untuk mengamati unsur-unsur cuaca dan iklim secara otomatis untuk pemanfaatannya diarahkan ke sektor pertanian. Unsur-unsur cuaca/iklim yang diamati di AWS antara lain: curah hujan, arah dan kecepatan angin, suhu udara, kelembapan udara, radiasi matahari dan evaporasi. Suatu pos ini terdiri atas 3 bagian yaitu peralatan pengukuran, peralatan perekam dan pengolahan data serta peralatan penunjang. Peralatan pengukuran terdiri atas sensor untuk: curah hujan, arah dan kecepatan angin, suhu udara, kelembapan udara, radiasi matahari dan evaporasi (penguapan. Peralatan perekam dan pengolahan data berupa data logger. Peralatan penunjang yaitu power supply, modem, pagar, tiang utama AWS 13 meter, box panel dan penangkal petir.
  • 44. 44 Peralatan-peralatan ini bekerja secara otomatis dan online selama 24 jam. Seluruh hasil pembacaan sensor masuk ke dalam data logger kemudian data dikirim modem ke server di BMKG pusat. Selanjutnya data diproses dan hasilnya dapat digunakan instansi pertanian terkait juga peringatan iklim ekstrim (Khairullah, 2014). AWS yang terdapat di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada menggunakan tenaga matahari yang terhubung ke accu battery di dalam box. Kerja AWS menggunakan sistem radio yang dipancarkan melalui frekuensi tertentu kemudian diterima oleh radio di Laboratorium Agroklimatologi. Data analog yang diperoleh dari sensor diubah menjadi data digit oleh data logger, data digit inilah yang diterima oleh komputer yang sudah terpasang software AWS di Laboratorium Agroklimatologi. Gambar 1.5.1. Denah stasiun meteorologi Fakultas Pertanian UGM.
  • 45. 45 VI. KESIMPULAN A. Stasiun meteorologi pertanian adalah suatu tempat untuk mengadakan pengamatan secara terus menerus keadaan lingkungan (atmosfer). Alat yang digunakan dalam mengukur iklim yakni antara lain: alat pengukur curah hujan, alat pengukur kelembaban nisbi udara, alat pengukur suhu udara, alat pengukur suhu tanah, alat pengukur suhu angin, alat pengukur panjang penyinaran, alat pengukur intensitas penyinaran, alat pengukur kelembaban nisbi udara sekaligus mengukur suhu udara, dan alat pengukur intensitas penyinaran. B. Prinsip kerja alat-alat adalah sebagai berikut: 1. Ombrometer tipe observatorium : Penampung curah hujan. 2. Ombrograf : Prinsip pelampung. 3. Psikrometer sangkar : Prinsip termodinamika. 4. Sling psikrometer : Prinsip termodinamika. 5. Psikrometer tipe Assman : Prinsip termodinamika. 6. Higrograf : Perubahan panjang higroskopis. 7. Termometer biasa : Kepekaan zat cair terhadap perubahan suhu. 8. Termometer maksimum udara : Muai ruang air raksa. 9. Termometer minimum udara : Muai ruang alkohol. 10. Termometer maks-min Six Bellani : Muai ruang zat cair. 11. Termohigrometer : Muai dwi logam, higroskopis rambut. 12. Termohigrograf : Muai dwi logam, higroskopis rambut. 13. Termometer maks-min permukaan air : Muai zat cair. 14. Termometer permukaan tanah : Muai zat cair. 15. Termometer selubung kayu : Muai ruang zat cair. 16. Termometer tanah tipe bengkok : Muai ruang zat cair. 17. Termometer tanah tipe Simons : Muai ruang zat cair. 18. Stick termometer : Muai kawat dengan lilitan kumparan pada bejana. 19. Termometer maks-min tanah : Muai ruang zat cair tabung Bourdan. 20. Solarimeter tipe Jordan : Reaksi fotokhemis. 21. Solarimeter tipe Compbell-Stokes : Pemfokusan sinar matahari. 22. Aktinograf dwi logam : Beda muai logam hitam dan putih.
  • 46. 46 23. Cup anemometer : Sistem mekanik. 24. Hand anemometer : Sistem GGL induksi. 25. Biram anemometer : Mengukur kecepatan angin periode pendek. 26. Piche evaporasi : Pengukuran selisih tinggi permukaan air. 27. Panci evaporasi kelas A : Pengukuran selisih tinggi permukaan air.
  • 47. 47 DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Pengenalan Alat-Alat. <http://www.klimatologibanjarbaru.com/artikel /2008/12/pengenalan- alat-alat/>. Diakses tanggal 17 September 2014. Colbo K. And Robert A. W. 2009. Accuracy of the IMET sensor package in the subtropics. Journal of Atmospheric and Oceanic Technology Vol 26 : 1867- 1890. Elder, K., Don C, Angus G, Paul H., Glen E. L., Larry M., and Nick R. 2009. NASA cold land processes experiment (clpx 2002/03): ground-based and near-surface meteorological observations. Journal of Hydrometeorology 10 : 330 -337. Hermawan, E. 2010. Pengelompokkan pola curah hujan yang terjadi di beberapa kawasan P. Sumatera berbasis hasil analisis tekanik spektral. Jurnal Meteorologi dan Geofisika 11(2) : 75 – 85. Khairullah. 2014. Sekilas Tentang AAWS di Kalimantan Selatan. <http://www.klimatologibanjarbaru.com/lain-lain/artikel/aaws/>. Diakses 21 September 2014. Neiburger, M. 1982. Understanding our Atmospheric Environment. Freeman Company, New York and Oxford. Prawiroardoyo, S. 1996. Meteorologi. Institut Teknologi Bandung, Bandung. Wisnubroto, S. 2000. Meteorologi Pertanian Indonesia. Mitra Gama Widya, Yogyakarta.
  • 49. 49 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KLIMATOLOGI DASAR ACARA II PENGAMATAN CUACA MIKRO Oleh: Suryati Purba (13307) Ribka Gupita Hapsari (13322) Fachry Husein Rosyadi (13224) Ridya Nastitie (13325) Wita Dian Sharli (13343) Pridana Intan Susanti (13385) Golongan/Kelompok : A1/3 Asisten : Ramot Christian LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014
  • 50. 50 ACARA II PENGAMATAN CUACA MIKRO I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim merupakan faktor yang berpengaruh dalam kegiatan pertanian. Pengaruh unsur-unsur cuaca dan iklim menjadi sangat penting bagi kelangsungan kegiatan pertanian terutama perkembangan tanaman. Unsur-unsur cuaca mampu memberikan dampak positif yaitu meningkatkan hasil panen. Unsur-unsur cuaca bekerja saling mempengaruhi. Sebagai contoh sewaktu intensitas cahaya meningkat, suhu udara juga akan turut meningkat yang menyebabkan rendahnya kelembaban sehingga penguapan menjadi tinggi dan awan yang ada di angkasa bertambah banyak. Apabila awan tersebut mengalami kondensasi dapat menyebabkan turunnya hujan. Dengan mempelajari unsur-unsur cuaca, waktu musim tanam dan hubungannya dengan pemilihan tanaman dapat diketahui. B. Tujuan 1. Mengenal cara-cara mengukur anasir cuaca mikro. 2. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap cuaca mikro. 3. Mengetahui cuaca mikro pada berbagai ekosistem.
  • 51. 51 II. TINJAUAN PUSTAKA Iklim mikro adalah faktor-faktor kondisi iklim setempat yang memberikan pengaruh langsung terhadap lingkungan. Iklim mikro merupakan iklim di lapisan udara dekat permukaan bumi dengan ketinggian 2 m, dimana pada daerah ini pergerakan udara lebih kecil karena permukaan bumi yang kasar dan perbedaan suhu yang besar. Iklim mikro meliputi suhu, kelembaban dan cahaya (Bunyamin dan Aqil, 2010). Iklim mikro sangat penting untuk memperbesar peluang keberhasilan budidaya tanaman. Salah satu caranya adalah dengan substitusi unsur iklim partial. Substitusi unsur iklim parsial tersebut dapat dilaksanakan sampai batas tertentu. Misalnya dengan membuat naungan yang baik, naungan fisik maupun naungan biologis untuk radiasi matahari yang terlalu tinggi, membangun green house untuk suhu yang terlalu rendah atau hujan yang terlalu banyak, meratakan angin dan lain-lain (Wisnubroto, 2000). Kondisi iklim mikro bergantung pada beberapa faktor seperti suhu, kelembaban udara, angin, penguapan, dll. Tipe tanah yang ada juga mempengaruhi iklim mikro. Karakteristik permukaan tanah juga penting, tanah dengan warna yang lebih terang lebih memantulkan dan kurang merespon terhadap pemanasan harian. Hal lain yang berpengaruh terhadap iklim mikro adalah kemampuan tanah untuk menyerap atau mempertahankan uap air, yang bergantung pada komposisi tanah dan penggunaannya. Keberadaan vegetasi juga berperan penting untuk mengontrol penguapan air ke udara melalui proses transpirasi. Vegetasi atau tumbuhan bisa juga menutupi tanah di bawahnya dan mempengaruhi perbedaan suhu (Anonim, 2010). Vegetasi secara langsung memberikan pengaruh kepada kondisi iklim mikro yang ada melalui modifikasi radiasi matahari dan suhu tanah. Keberadaan tanaman juga mempengaruhi tingkat evapotranspirasi (Villegasa et al., 2010). Modifikasi iklim mikro disekitar tanaman terutama tanaman hortikultura merupakan suatu usaha yang telah banyak dilakukan agar tanaman yang dibudidayakan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Kelembaban udara dan tanah, suhu udara dan tanah merupakan komponen iklim mikro yang sangat
  • 52. 52 mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan masing-masing berkaitan mewujudkan keadaan lingkungan optimal bagi tanaman (Landsberg,1981). Penyebaran berbagai jenis tumbuhan akan dibatasi oleh kondisi iklim dan tanah serta daya adaptasi dari masing-masing spesies tumbuhan tersebut. Sesungguhnya hubungan antara vegetasi dan iklim merupakan hubungan saling pengaruh. Selain iklim dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, keberadaan vegetasi juga dapat mempengaruhi iklim di sekitarnya. Semakin besar total biomassa vegetasi yang terlibat dan semakin nyata pengaruhnya terhadap iklim wilayah tersebut. Peran vegetasi mirip bentang dan air. Hal ini disebabkan karena tumbuhan mengandung banyak air dan tumbuhan menyumbang banyak uap air ke atmosfer melalui proses transpirasi (Tjasjono,1999). Anasir iklim mikro yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain: 1. Kecepatan Angin Angin menyebabkan kenaikan penguapan. Namun keadaan tersebut dapat menguntungkan jika diikuti kelembaban yang cukup. Di daerah kering angin memiliki pengaruh yang sangat buruk karena dapat menambah kekeringan di daerah tersebut. Angin mempunyai pengaruh mekanis yang besar (Vink, 1984). 2. Suhu Udara Suhu udara dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu : a. Tinggi rendahya suatu tempat Semakin tinggi suatu wilayah, semakin rendah suhu udaranya. b. Jarak suatu tempat dari pantai Semakin dekat suatu tempat dari pantai, semakin tinggi suhu udaranya. c. Penyerapan sinar matahari oleh permukaan bumi Semakin banyak sinar matahari yang dipantulkan ke angkasa, suhu udara akan semakin tinggi (efek rumah kaca).
  • 53. 53 3. Suhu Tanah Suhu tanah merupakan salah satu faktor tumbuh tanaman penting seperti air, udara dan hara. Proses pertumbuhan tanaman dari akar tanaman dan mikroba tanah langsung dipengaruhi oleh suhu tanah. 4. Curah Hujan Informasi atas curah hujan yang terbaik didapat dari sebuah ukuran yang dipertahankan dalam lahan itu sendiri. Informasi tersebut tersedia dalam catatan curah hujan. Catatan curah hujan harian lebih bermanfaat, tetapi jika ini tidak tersedia, maka curah hujan bulanan dapat digunakan (Weisner, 2001). 5. Kelembaban Udara Kelembaban udara merupakan kandungan uap air di udara. Udara mudah menyerap kelengasan dalam bentuk uap air. Banyaknya uap air bergantung pada suhu udara dan suhu air. Semakin tinggi suhu udara, semakin banyak uap air yang dapat disimpan oleh udara (Wilson, 1993). Semakin tinggi suatu tempat maka kelembaban udara di tempat tersebut akan semakin tinggi. 6. Radiasi Matahari Radiasi matahari merupakan unsur iklim/cuaca yang mempengaruhi keadaan unsur iklim/cuaca lainnya. Perbedaan penerimaan radiasi surya antar tempat di permukaan bumi akan menciptakan pola angin yang selanjutnya dapat mempengaruhi curah hujan suhu udara, kelembaban nisbi udara, dll. Lama penyinaran juga dapat berpengaruh terhadap aktivitas makhluk hidup dan metabolisme yang berlangsung pada makhluk hidup misalnya pada tanaman. Penyinaran yang lama akan dimanfaatkan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Pergeseran garis edar matahari menyebabkan terjadinya perbedaan lama penyinaran antar tempat. Semakin jauh letak tempat dari ekuator, fluktuasi lama penyinaran matahari akan semakin besar (Lakitan, 1994).
  • 54. 54 III. METODOLOGI Percobaan acara II praktikum Klimatologi Dasar tentang pengamatan cuaca mikro yang dilaksanakan pada hari Senin, 22 September 2014 dilakukan di dua daerah yang berbeda yaitu daerah berkanopi dan daerah tanpa kanopi. Pengamatan ini dilakukan di area lembah UGM dimulai pukul 14.00. Alat-alat yang digunakan adalah termometer biasa untuk mengukur suhu udara, termohigrometer untuk mengukur kelembaban nisbi udara, luxmeter untuk mengukur intensitas cahaya, digital anemometer untuk mengukur kecepatan angin, stick termometer untuk mengukur suhu tanah, serta statif untuk menggantung termometer yang dipasang pada ketinggian 25 cm, 75 cm, dan 150 cm dari permukaan tanah. Dua tempat yang memiliki keadaan yang berbeda yaitu daerah yang berkanopi dan daerah tanpa kanopi dipilih untuk mengadaakan percobaan pengamatan cuaca mikro kali ini. Kemudian statif ditancapkan ke tanah dan dipasang dengan termometer pada aras 25 cm, 75 cm, dan 150 cm dari permukaan tanah. Pengamatan diukur setiap 10 menit berturut-turut sehingga mencapai 5 kali pengamatan . Termometer biasa ditancapkan di tanah pada jeluk 0 cm, 10 cm, dan 20 cm dari permukaan tanah. Pengamatan dilakukan pada setiap jeluk pada setiap pengambilan data setiap 10 menit sekali 10 menit pertama dilakukan pada jeluk 0cm, setelah itu dimasukkan hingga mencapai jeluk 10 cm, setelah sepuluh menit dicatat lagi hasilnya pada tabel pengamatan. Kemudian termometer biasa dimasukkan lagi pada jeluk 20 cm, setelah sepuluh menit dicatat hasil pengamatannya pada tabel pengamatan. Pada waktu yang bersamaan digital anemometer disiapkan sebelum waktu ditentukan. Setelah memasuki waktu yang ditentukan yaitu bersama-sama dengan waktu yang lainnya dimulai, digital anemometer diangkat ke atas agar tidak terhalang dengan penghalang. Setiap sepuluh menit hasil pengamatan dicatat. Pengamatan dilakukan setiap 10 menit berturut-turut sehingga mencapai 5 kali pengamatan .
  • 55. 55 Pada pengukuran intensitas cahaya digunakan luxmeter. Alat ini memiliki tiga skala dengan tombol pengatur di sebelah kanannya. Mula-mula diatur pada skala yang paling rendah dengan posisi tombol pengatur ada di paling bawah, apabila jarum penunjuk melebihi batas skala maka tombol dinaikkan dan pembacaan skala berubah dengan membaca skala di atas skala yang sebelummya dibaca. Begitu seterusnya. Sensor cahaya berada di atas luxmeter jika sudah tidak digunakan maka ditutup kembali agar terlindung dari sinar matahari sehingga tidak terjadi pengukuran intensitas cahaya. Pengamatan dilakukan setiap 10 menit berturut-turut sehingga mencapai 5 kali pengamatan .
  • 56. 56 IV. HASIL PENGAMATAN A. Suhu Udara Tabel 2.4.1. Suhu udara tiap aras. NO TITIK WAKTU PENGAMATAN ARAS PENGAMATAN STRATA KANOPI TANPA KANOPI 1 10 menit 25 cm 32°C 34.5°C 75 cm 31°C 33°C 150 cm 32°C 34°C 2 20 menit 25 cm 32°C 33°C 75 cm 30°C 32°C 150 cm 32°C 34°C 3 30 menit 25 cm 32°C 33°C 75 cm 30°C 33°C 150 cm 31.5°C 31°C 4 40 menit 25 cm 32°C 33°C 75 cm 30°C 34°C 150 cm 31.8°C 32°C 5 50 menit 25 cm 31.8°C 32°C 75 cm 30°C 31°C 150 cm 31.5°C 33°C
  • 57. 57 B. Kelembaban Nisbi Udara Tabel 2.4.2. Kelembaban nisbi udara tiap aras. NO TITIK WAKTU PENGAMATAN ARAS PENGAMATAN STRATA KANOPI TANPA KANOPI 1 10 menit 25 cm 30% 21% 75 cm 31% 21% 150 cm 31% 26% 2 20 menit 25 cm 32% 31% 75 cm 32% 31% 150 cm 32% 31% 3 30 menit 25 cm 31% 32% 75 cm 31% 31% 150 cm 31% 31% 4 40 menit 25 cm 31% 32% 75 cm 30% 31% 150 cm 30% 31% 5 50 menit 25 cm 32% 33% 75 cm 31% 33% 150 cm 32% 32%
  • 58. 58 C. Suhu Tanah Tabel 2.4.3. Suhu tanah tiap jeluk. NO TITIK WAKTU PENGAMATAN JELUK PENGAMATAN STRATA KANOPI TANPA KANOPI 1 10 menit 0 cm 31.1°C 30.8°C 10 cm 31.3°C 30.2°C 20 cm 31.5°C 31.3°C 2 20 menit 0 cm 31.4°C 30.8°C 10 cm 31.6°C 30.5°C 20 cm 31.4°C 30.1°C 3 30 menit 0 cm 30.1°C 30.5°C 10 cm 30.5°C 30.1°C 20 cm 30.6°C 29.8°C 4 40 menit 0 cm 30°C 30.7°C 10 cm 30.5°C 30.2°C 20 cm 30.6°C 29.1°C 5 50 menit 0 cm 30.3°C 31.3°C 10 cm 30.3°C 30.9°C 20 cm 30.5°C 30.6°C D. Kecepatan Angin Tabel 2.4.4. Kecepatan angin berkanopi-tanpa kanopi. NO TITIK WAKTU PENGAMATAN ARAS/JELUK PENGAMATAN STRATA KANOPI TANPA KANOPI 1 10 menit 2.5 m/s 1.5 m/s 2 20 menit 2 m/s 5.2 m/s 3 30 menit 1.6 m/s 3 m/s 4 40 menit 0.5 m/s 3.4 m/s 5 50 menit 0.4 m/s 4.4 m/s
  • 59. 59 E. Intensitas Penyinaran Tabel 2.4.5. Intensitas penyinaran berkanopi-tanpa kanopi. NO TITIK WAKTU PENGAMATAN ARAS/JELUK PENGAMATAN STRATA KANOPI TANPA KANOPI 1 10 menit 60 Fc 220 Fc 2 20 menit 50 Fc 220 Fc 3 30 menit 55 Fc 220 Fc 4 40 menit 70 Fc 240 Fc 5 50 menit 60 Fc 200 Fc
  • 60. 60 V. PEMBAHASAN A. Suhu Udara Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur suhu udara atau derajat panas disebut termometer. Suhu udara tertinggi di muka bumi adalah didaerah tropis (sekitar ekuator) dan makin ke kutub semakin dingin. Suhu udara bervariasi menurut tempat dan dari waktu ke waktu di permukaan bumi. Menurut tempat suhu udara bervariasi secara vertikal dan horizontal dan menurut waktu dari jam ke jam dalam sehari, dan menurut bulanan dalam setahun. Suhu dipermukaan bumi makin rendah dengan bertambahnya lintang seperti halnya penurunan suhu menurut ketinggian. Bedanya, pada penyebaran suhu secara vertikal permukaan bumi merupakan sumber pemanas sehingga semakin tinggi tempat maka semakin rendah suhunya. Rata-rata penurunan suhu udara menurut ketinggian contohnya di Indonesia sekitar 5 ˚C – 6 ˚C tiap kenaikan 1000 meter. Pada umumnya suhu maksimum terjadi sesudah tengah hari, biasannya antara jam 12.00 dan jam 14.00, dan suhu minimun terjadi pada jam 06.00 waktu lokal atau sekitar matahari terbit. 1. Suhu udara aras 25 cm Grafik 2.5.1. Suhu udara aras 25 cm. 30 30.5 31 31.5 32 32.5 33 33.5 34 34.5 35 10 20 30 40 50 Suhu (°C) Waktu (menit) kanopi tanpa kanopi
  • 61. 61 Grafik suhu udara pada aras 25 cm, menunjukkan suhu udara yang diukur pada 10 menit pertama dengan frekuensi 10 menit sekali hingga 5 kali pengukuran di udara yang berkanopi dan di udara yang tidak berkanopi. Dari grafik, dapat dilihat bahwa pada pengukuran pertama, kedua, hingga pengukuran yang ke lima, udara yang berkanopi suhunya lebih tinggi dibanding udara yang tidak berkanopi yakni pada udara berkanopi 32 ºC sedangkan pada udara tanpa kanopi 34,5 ºC pada pengukuran pertama. Pada pengukuran kedua, udara yang berkanopi mencapai suhu 32 ºC sedangkan pada udara yang tanpa kanopi, suhu 33 ºC. Pada pengukuran ketiga, udara yang berkanopi mencapai suhu 32 ºC sedangkan pada udara yang tanpa kanopi, suhu udara mencapai 33 ºC. Pada pengukuran keempat, udara yang berkanopi tetap pada suhu 32 ºC sedangkan pada udara yang tanpa kanopi, suhu udara juga tetap pada 33 ºC. Namun, pada pengukuran kelima, suhu udara yang berkanopi turun pada suhu 31,8 ºC sedangkan pada udara yang tanpa kanopi, suhu udara juga turun menjadi 32 ºC. Keadaan pada pengukuran pertama hingga kelima dengan pengukuran suhu udara aras 25 cm yakni pada kondisi suhu udara tanpa kanopi lebih tinggi daripada suhu udara yang berkanopi. Pengukuran suhu suatu benda dan pengukuran di berbagai tempat pada dasarnya merupakan pengukuran yang tidak langsung. Pada proses pengukuran, umumnya terjadi perpindahan panas dari tempat yang akan diukur suhunya dengan alat pengukur suhu. Suhu yang terbaca pada alat pengukur suhu. Suhu yang terbaca pada alat pengukur suhu adalah suhu setelah terjadi kesetaraan, suhu antara benda yang diukur tersebut dengan alat pengukur suhu. Jadi, bukan suhu benda pada saat sebelum terjadi kontak antara benda yang akan diukur tersebut dengan alat pengukur. Alat pengukur suhu disebut thermometer. Termometer pada dasarnya merupakan instrumen yang terdiri dari bahan yang perubahan sifat fisiknya, karena perubahan suhu dapat mudah diukur. Sifat fisik yang berubah tersebut dapat berupa perubahan volume gas, pemuaian logam, perubahan daya hantar listrik atau sifat-sifat fisik lainnya. Masing-masing jenis termometer akan mempunyai skala yang
  • 62. 62 berbeda. Oleh sebab itu, perlu dikalibrasi dengan termometer yang dijadikan patokan (standar). 2. Suhu udara aras 75 cm Grafik 2.5.2. Suhu udara aras 75 cm. Grafik suhu udara pada aras 75 cm, juga menunjukkan suhu udara yang diukur pada 10 menit pertama dengan frekuensi 10 menit sekali hingga 5 kali pengukuran di udara yang berkanopi dan di udara yang tidak berkanopi. Dari grafik, dapat dilihat bahwa pada pengukuran pertama hingga pengukuran kelima, udara yang berkanopi suhunya lebih tinggi dibanding udara yang tidak berkanopi yakni pada udara berkanopi 31ºC sedangkan pada udara tanpa kanopi 33 ºC pada pengukuran pertama. Pada pengukuran kedua, udara yang berkanopi mencapai suhu 30 ºC sedangkan pada udara yang tanpa kanopi, suhu pada 32ºC. Pada pengukuran ketiga, udara yang berkanopi tetap pada suhu 30 ºC sedangkan pada udara yang tanpa kanopi, suhu pada 33 ºC. Pada pengukuran keempat, udara yang berkanopi masih tetap pada suhu 30 ºC sedangkan pada udara yang tanpa kanopi, suhu pada 34 ºC. Pada pengukuran kelima, udara yang berkanopi masih tetap pada suhu 30 ºC sedangkan pada udara yang tanpa kanopi, suhu pada 31 ºC. 28 29 30 31 32 33 34 35 10 20 30 40 50 Suhu (°C) Waktu (menit) kanopi tanpa kanopi
  • 63. 63 Hal ini disebabkan karena pertukaran udara antara suhu udara yang panas dengan suhu yang dingin pada daerah yang berkanopi berlangsung sangat lambat. Ini dikarenakan udara panas yang diterimanya tidak dapat secara bebas berpindah karena terhambat oleh kanopi-kanopi sehingga suhu udaranya bergerak turun lebih lambat daripada daerah yang tidak berkanopi. Suhu dipermukaan bumi makin rendah dengan bertambahnya lintang seperti halnya penurunan suhu menurut ketinggian. Bedanya, pada penyeberan suhu secara vertikal permukaan bumi merupakan sumber pemanas sehingga semakin tinggi tempat maka semakin rendah suhunya. Rata-rata penurunan suhu udara menurut ketinggian contohnya di Indonesia sekitar 5 ˚C – 6 ˚C tiap kenaikan 1000 meter. Karena kapasitas panas udara sangat rendah, suhu udara sangat pekat pada perubahan energi dipermukaan bumi. 3. Suhu udara aras 150 cm Grafik 2.5.3. Suhu udara aras 150 cm. Grafik suhu udara pada aras 150 cm, menunjukkan suhu udara yang diukur pada 10 menit pertama dengan frekuensi 10 menit sekali hingga 5 kali pengukuran di udara yang berkanopi dan di udara yang tidak berkanopi. Dari grafik, dapat dilihat bahwa pada pengukuran pertama, kedua, keempat, dan kelima, udara yang berkanopi suhunya lebih rendah dibanding udara yang 29.5 30 30.5 31 31.5 32 32.5 33 33.5 34 34.5 10 20 30 40 50 Suhu (°C) Waktu (menit) kanopi tanpa kanopi
  • 64. 64 berkanopi yakni pada udara berkanopi 32 ºC sedangkan pada udara tanpa kanopi 34 ºC pada pengukuran pertama. Pada pengukuran kedua, udara yang berkanopi tetap pada suhu 32 ºC sedangkan pada udara yang tanpa kanopi, suhu juga tetap pada 34 ºC. Pada pengukuran ketiga, udara yang berkanopi mencapai suhu 31,5 ºC sedangkan pada udara yang tanpa kanopi, suhu pada 31 ºC. Pada pengukuran keempat, udara yang berkanopi mencapai suhu 31,8ºC sedangkan pada udara yang tanpa kanopi, suhu pada 32ºC. Pada pengukuran kelima, udara yang berkanopi mencapai suhu 31,5ºC sedangkan pada udara yang tanpa kanopi, suhu pada 33ºC. Hal ini disebabkan oleh faktor mekanisme udara pada daerah yang tidak berkanopi sangat ekstrem karena dipengaruhi secara tidak langsung oleh radiasi sinar matahari yang datang. dengan terlebih dahulu melewati kanopi pada pepohonan, sehingga suhunya mengalami perubahan yang cukup besar.Dalam kenyataannya, sebenarnya apabila cuaca pada saat itu cerah dan tidak hujan, akan terdapat data yang normal yaitu suhu pada daerah yang tak berkanopi akan bersuhu lebih tinggi daripada yang berkanopi. Ini disebabkan karena sinar yang datang dari matahari akan langsung menyentuh darat tanpa harus terhalang oleh awan tebal. Dalam pembahasan mengenai suhu udara dapat disimpulkan bahwa anasir cuaca lain yang memberi pengaruh paling besar terhadap suhu udara adalah panjang penyinaran serta kelembaban udara. Semakin panjang penyinaran yang terjadi, semakin kuat radiasi yang sampai ke bumi, maka suhu udaranya semakin naik, dan pada akhirnya membuat kelembaban udaranya berkurang menjadi semakin lembab.
  • 65. 65 4. Suhu udara berkanopi Grafik 2.5.4. Suhu udara berkanopi. Grafik suhu udara berkanopi, menunjukkan suhu udara yang diukur pada 10 menit pertama dengan frekuensi 10 menit sekali hingga 5 kali pengukuran pada aras 25 cm, 75 cm dan 150 cm. Pada penyebaran suhu secara vertikal permukaan bumi merupakan sumber panas sehingga semakin tinggi tempat maka semakin rendah suhunya. Berdasarkan hasil pengamatan yang berfluktuasi diperoleh suhu udara tertinggi pada aras 25 cm sedangkan yang terendah pada aras 75 cm. Ketidaksesuaian dengan teori dapat terjadi karena pengamatan dilakukan di tempat yang berkanopi vegetasi sehingga udara pada aras yang tinggi cenderung lebih sejuk dibanding aras 75 cm karena adanya proses fotosintesis yang dilakukan oleh vegetasi yang berperan sebagai kanopi. 29 29.5 30 30.5 31 31.5 32 32.5 10 20 30 40 50 Suhu (°C) Waktu (menit) 25 cm 75 cm 150 cm
  • 66. 66 5. Suhu udara tak berkanopi Grafik 2.5.5. Suhu udara tak berkanopi. Grafik suhu udara tak berkanopi, menunjukkan suhu udara yang diukur pada 10 menit pertama dengan frekuensi 10 menit sekali hingga 5 kali pengukuran pada aras 25 cm, 75 cm dan 150 cm. Pada penyebaran suhu secara vertikal permukaan bumi merupakan sumber panas sehingga semakin tinggi tempat maka semakin rendah suhunya. Berdasarkan hasil pengamatan yang berfluktuasi diperoleh suhu udara tertinggi pada aras 25 cm sedangkan yang terendah pada aras 75 cm. Ketidaksesuaian dengan teori dapat terjadi karena pengamatan dilakukan di tempat yang tidak berkanopi angin yang berhembus cukup kencang sehingga udara pada aras yang tinggi cenderung lebih sejuk dibanding aras 75 cm. B. Kelembaban Nisbi Udara Kelembaban udara merupakan banyaknya uap air yang dikandung oleh udara pada suhu dan tekanan tertentu. Dalam pengukuran cuaca ini cenderung digunakan kelembaban nisbi untuk menyatakan nilai kelembaban udara. Kelembaban nisbi sendiri merupakan perbandingan jumlah uap air yang terkandung terhadap jumlah uap air maksimum yang dapat ditampung oleh udara pada suhu dan tekanan tertentu. Pada praktikum ini dilakukan pengukuran 29 30 31 32 33 34 35 10 20 30 40 50 Suhu (°C) Waktu (menit) 25 cm 75 cm 150 cm
  • 67. 67 kelembaban udara pada dua tempat yang berbeda, yaitu pada tempat berkanopi dan tempat tak berkanopi pada beberapa nilai ketinggian di atas permukaan tanah (25 cm, 75 cm, dan 150 cm). 1. Kelembaban nisbi udara aras 25 cm Grafik 2.5.6. Kelembaban nisbi udara aras 25 cm. Grafik di atas merupakan grafik antar dua daerah, yaitu berkanopi dan tak berkanopi, yang menunjukkan kelembaban nisbi udara pada aras 25 cm.Pada daerah berkanopi, kelembaban udara seharusnya lebih tinggi daripada daerah yang tak berkanopi, sebab dengan adanya kanopi menyebabkan sinar matahari tidak dapat diteruskan sampai ke permukaan tanah. Sedangkan, naik turunnya kelembaban udara pada setiap 10 menit pengamatan dipengaruhi oleh waktu pengamatan (semakin siang) dan tempat meletakkan alat yang digunakan untuk pengamatan. Pada daerah tak berkanopi, kelembaban udaranya mengalami kenaikan dan penurunan bergantian hingga akhir pengamatan. Hal ini disebabkan keadaan tempat yang agak terbuka sehingga mendapatkan sinar matahari secara langsung, banyaknya jumlah sinar matahari yang mengenai alat menyebabkan kenaikan tekanan udara secara drastis. Beberapa hal lain yang menyebabkan naik turunnya kelembaban nisbi udara di sekitar areal pemasangan alat adalah ketinggian aras yang dekat dengan permukaan tanah. Pada daerah berkanopi, 0 5 10 15 20 25 30 35 10 20 30 40 50 Persen (%) Waktu (menit) kanopi tanpa kanopi
  • 68. 68 keadaan udara di sekitar areal pemasangan alat memiliki kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan keadaan udara dearah tak berkanopi yang keadaannya cukup panas, selain pengaruh sinar matahari langsung, juga adanya pengaruh tanah yang menyebabkan suasana lembab di daerah berkanopi dan panas di daerah tak berkanopi. 2. Kelembaban nisbi udara aras 75 cm Grafik 2.5.7. Kelembaban nisbi udara aras 75 cm. Pada ketinggian 75 cm di atas permukaan tanah, kelembaban nisbi udara secara umum tidak berbeda jauh dengan ketinggian 25 cm. Rerata kelembaban udara pada tempat tak berkanopi masih lebih tinggi dibandingkan dengan rerata kelembaban udara pada tempat berkanopi.Namun perbedaan kelembaban setelah menit ke 20 tidak ada perbedaan yang jauh. Hali ini ditunjukkan dengan grafik yang berhimpit dari menit ke-20 hingga menit ke- 50. Pada daerah berkanopi, kelembaban udara seharusnya lebih tinggi daripada daerah yang tak berkanopi, sebab dengan adanya kanopi menyebabkan sinar matahari tidak dapat diteruskan sampai ke permukaan tanah. 0 5 10 15 20 25 30 35 10 20 30 40 50 Persen (%) Waktu (menit) kanopi tanpa kanopi
  • 69. 69 3. Kelembaban nisbi udara aras 150 cm Grafik 2.5.8. Kelembaban nisbi udara aras 150 cm. Pada ketinggian 150 cm di atas permukaan tanah, kelembaban nisbi udara masih menunjukkan pola yang sama. Rerata kelembaban nisbi udara pada tempat tak berkanopi lebih tinggi daripada rerata kelembaban nisbi udara pada tempat tidak berkanopi. Penyinaran langsung matahari yang sampai ke permukaan menjadi faktor utama yang berperan penting dalam terjadinya kelembaban udara. Dari menit ke-10 hinggaa 30 kelembaban pada daerah berkanopi menunjukkan kelembaban lebih tinggi dibanding kelembaban pada daerah tak berkanopi. Tapi setelah menit ke-30 kelembaban pada daerah tanpa kanopi lebih besar. Pada daerah berkanopi, kelembaban udara lebih tinggi daripada daerah yang tak berkanopi karena dengan adanya kanopi menyebabkan sinar matahari tidak dapat diteruskan sampai ke permukaan tanah. 0 5 10 15 20 25 30 35 10 20 30 40 50 Persen (%) Waktu (menit) kanopi tanpa kanopi
  • 70. 70 4. Kelembaban nisbi udara berkanopi Grafik 2.5.9. Kelembaban nisbi udara berkanopi. Pada tempat berkanopi, mulai menit ke 20 sampai dengan menit ke 40 kelembaban nisbi udara mengalami penurunan. Kemudian mulai menit ke-40 sampai dengan menit ke-50, nilai kelembaban nisbi udara cenderung mengalami bertambah. Di sini dapat diketahui bahwa nilai kelembaban nisbi udara cenderung bertambah dengan berjalannya waktu mendekati sore. Pertambahan ini diteruskan sampai pagi, kemudian berkurang seiring waktu berjalan mendekati siang hari. Berdasarkan ketinggian, diperoleh bahwa kelembaban udara di tempat berkanopi berbanding terbalik dengan ketinggian di atas permukaan tanah. Kelembaban udara di tempat berkanopi cenderung mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya ketinggian. Ini menunjukkan bahwa semakin jauh dari permukaan tanah, semakin kecil kemampuan udara untuk mengikat uap air yang mengakibatkan semakin kecil nilai kelembaban nisbi udara tersebut. 29 29.5 30 30.5 31 31.5 32 32.5 10 20 30 40 50 Persen (%) Waktu (menit) 25 cm 75 cm 150 cm
  • 71. 71 5. Kelembaban nisbi udara tak berkanopi Grafik 2.5.10. Kelembaban nisbi udara tak berkanopi. Berbeda dengan kelembaban udara pada tempat yang berkanopi, pada tempat yang tidak berkanopi kelembaban udaranya mengalami peningkatan yang teratur. Mulai menit ke-10 sampai menit ke-50 peningkatan cenderung teratur dan stabil sehingga dapat diketahui bahwa semakin mendekati sore, kelembaban nisbi udara cenderung meningkat. Peningkatan kelembaban ini diteruskan sampai pagi, kemudian menurun pada saat menjelang siang. Pada tempat tidak berkanopi, nilai kelembaban udara berbanding terbalik dengan ketinggian dari permukaan tanah. Pada tempat yang dekat dengan permukaan tanah, kelembaban udara cenderung lebih tinggi daripada kelembaban udara pada tempat yang jauh dari permukaan tanah. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan udara dalam mengikat uap air akan turun seiring dengan bertambahnya ketinggian dari permukaan tanah sehingga kelembaban udara akan turun pula dengan bertambahnya ketinggian. C. Suhu Tanah Temperatur tanah merupakan salah satu faktor tumbuh tanaman yang penting sebagaimana halnya air, udara dan unsur hara. Proses kehidupan bebijian, akar tanaman dan mikroba tanah secara langsung dipengaruhi oleh temperatur 0 5 10 15 20 25 30 35 10 20 30 40 50 Persen (%) Waktu (menit) 25 cm 75 cm 150 cm
  • 72. 72 tanah. Suhu tanah pengaruhnya penting sekali pada kondisi tanah itu sendiri dan pertumbuhan tanaman. Faktor yang mempengaruhi suhu tanah yaitu faktor luar dan faktor dalam. Yang dimaksud dengan faktor luar yaitu radiasi matahari, awan, curah hujan, angin, kelembapan udara. Faktor dalamnya yaitu faktor tanah, struktur tanah, kadar air tanah, kandungan bahan organik, dan warna tanah. Suhu tanah berpengaruh terhadap penyerapan air. Sebaliknya makin rendah suhu, makin sedikit air yang di serap oleh akar, karena itulah penurunan suhu tanah mendadak dapat menyebabkan kelayuan tanaman. Pengukuran di lakukan pada tanah yang tidak berumput, namun ditanami oleh pohon-pohon berumur tahunan dan kaya akan seresah daun. Fluktasi terbesar dipermukaan tanah dan akan berkurang dengan bertambahnya kedalaman tanah. Temperatur tanah sangat dikendalikan oleh temperatur permukaan dan seluruhnya tergantung kepada keadaan cuaca di atas permukaan. Perlu diingat bahwa temperatur maksimal yang dapat dicapai pada lapis atas tidak dapat dicapai pada lapis dibawahnya. Amplitudo temperatur tanah paling tinggi dicapai dilapis atas, makin kedalam makin rendah, sampai pada suatu jeluk tidak terdapat perbedaan temperatur (Amplitudo = 0). Disamping itu, faktor vegetasi / penutup tanah juga berpengaruh amplitudo suhu tanah. Tanah terbuka (bero) amplitudo harian / bulanan lebih besar dibanding tanah yang tertutup vegetasi. 1. Suhu tanah jeluk 0 cm Grafik 2.5.11. Suhu tanah jeluk 0 cm. 29 29.5 30 30.5 31 31.5 32 10 20 30 40 50 Suhu (°C) Waktu (menit) kanopi tanpa kanopi
  • 73. 73 Pada grafik suhu tanah jeluk 0 cm perbedaan suhu tertinggi antara daerah berkanopi dan tidak berkanopi sebesar 1°C. Dimana suhu tertinggi pada daerah tidak berkanopi yaitu 31,3°C. Daerah berkanopi mula-mula memiliki suhu konstan kemudian mengalami penurunan secara perlahan. Hal ini disebabkan oleh intensitas radiasi matahari diterima secara tidak langsung, sementara itu di daerah tidak berkanopi suhunya relatif tinggi dan tidak konstan. Hal ini dikarenakan radiasi matahari diterima secara langsung. Pada daerah berkanopi, panas dari radiasi matahari sukar untuk menembus permukaan tanah karena terhalang oleh pepohonan yang membentuk kanopi sehingga membuat suhu tanah lebih rendah dan relatif stabil daripada daerah tidak berkanopi. Pada daerah tidak berkanopi, panas dari radiasi matahari mudah diterima dan dilepaskan. Hal ini dikarenakan daerah tidak berkanopi mempunyai vegetasi yang berupa rumput dan semak yang tidak dapat menahan panas dari radiasi matahari sehingga menyebabkan suhu tanah relatif tinggi pada daerah tidak berkanopi. Selain perbedaan vegetasi kemiringan lahan juga menentukan sudut datang sinar matahari yang akan mempengaruhi besarnya suhu yang akan diterima oleh tanah. 2. Suhu tanah jeluk 10 cm Grafik 2.5.12. Suhu tanah jeluk 10 cm. 29 29.5 30 30.5 31 31.5 32 10 20 30 40 50 Suhu (°C) Waktu (menit) kanopi tanpa kanopi
  • 74. 74 Pada grafik suhu tanah jeluk 10 cm, perbedaan suhu tertinggi antara daerah yang berkanopi dengan tidak berkanopi adalah 1° C dan yang terendah adalah sebesar 0.3°C. dimana suhu yang tertinggi terdapat pada daerah yang tidak berkanopi. Di daerah ini mula-mula suhu naik kemudian turun kembali dan akhirnya menjadi stabil (selalu berfluktuasi) hingga akhir pengamatan. Hal ini disebabkan karena cuaca selalu berubah-ubah dari mendung kembali menjadi cerah kemudian menjadi mendung kembali (cuaca tidak menentu). Sementara di daerah yang berkanopi suhu tanah cenderung lebih stabil karena radiasi matahari yang diterima relatif sedikit. 3. Suhu tanah jeluk 20 cm Grafik 2.5.13. Suhu tanah jeluk 20 cm. Grafik suhu tanah vs waktu pada jeluk 20 cm menunjukkan suhu tanah pada daerah yang berkanopi rata-rata memiliki suhu tanah yang lebih rendah dan lebih stabil daripada daerah yang tidak berkanopi dengan suhu rata-rata daerah berkanopi adalah 31°C dan suhu rata-rata di daerah tidak berkanopi adalah 30°C, keduanya tidak memiliki perbedaan yang terlalu jauh. Keadaan suhu tanah pada jeluk 20 cm dapat dipengaruhi oleh kadar air tanah, tekstur tanah, kandungan bahan organik, keterolahan serta kepadatan tanah. Variasi suhu harian ditentukan oleh variasi penerimaan radiasi sinar matahari yang 27.5 28 28.5 29 29.5 30 30.5 31 31.5 32 10 20 30 40 50 Suhu (°C) Waktu (menit) kanopi tanpa kanopi
  • 75. 75 mempengaruhi pertukaran panas antar lapisan. Dari fluktuasi grafik dapat dikatakan bahwa secara umum amplitudo pada tanah daerah tidak berkanopi lebih cepat dan banyak menyerap serta melepaskan panas daripada tanah daerah yang berkanopi. 4. Suhu tanah berkanopi Grafik 2.5.14. Suhu tanah berkanopi. Grafik suhu tanah vs waktu pada daerah berkanopi pada jeluk 0 cm, 10 cm, dan 20 cm menunjukkan pada jeluk 10 cm memiliki suhu tanah rata-rata 30,38°C lebih tinggi daripada jeluk 0 cm yang memiliki suhu rata-rata tanah 30,82°C dan jeluk 20 cm yang memiliki suhu rata-rata tanah 30,18°C. Grafik tersebut memiliki fluktuasi yang sedikit tidak stabil. Hal ini karena penggunaan stick termometer yang ditancapkan pada tanah yang berbeda untuk mendapatkan kedalaman 10 cm atau 20 cm. Karena adanya perbedaan struktur pembangun tanah (ada yang gembur/ mudah untuk ditancapkan dan ada tanah yang padat) menyebabkan data suhu tanah dengan tempat yang lain berbeda sehingga menyebabkan fluktuasi yang tidak stabil. 29 29.5 30 30.5 31 31.5 32 10 20 30 40 50 Suhu (°C) Waktu (menit) 0 cm 10 cm 20 cm
  • 76. 76 5. Suhu tanah tak berkanopi Grafik 2.5.15. Suhu tanah tak berkanopi. Grafik suhu tanah vs waktu pada daerah yang tidak berkanopi dapat kita perhatikan bahwa rasio suhu tanah pada jeluk 0 cm, 20 cm, dan 40 cm tidak begitu jauh perbedaannya. Rata-rata suhu tanah tertinggi pada jeluk 0 cm yaitu sebesar 27.5°C, diikuti rata-rata suhu tanah pada jeluk 20 cm yaitu sebesar 27°C dan suhu tanah yang terendah pada jeluk 40 cm yaitu sebesar 26°C. Dari data ini dapat kita lihat pula bahwa pada daerah tidak berkanopi yang mendapat cahaya matahari secara langsung adalah jeluk 0 cm dan radiasi matahari memerlukan waktu untuk mencapai jeluk 20 cm dan jeluk 40 cm. Dapat dikatakan bahwa tiap lapisan tanah pada berbagai kedalaman mencapai suhu tertentu tidak dalam waktu yang bersamaan, melainkan terdapat time lag (selang waktu). 28 28.5 29 29.5 30 30.5 31 31.5 10 20 30 40 50 Suhu (°C) Waktu (menit) 0 cm 10 cm 20 cm
  • 77. 77 D. Kecepatan Angin Grafik 2.5.16. Kecepatan angin. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data dari dua strata yang berbeda yaitu kanopi dan tanpa kanopi. Pada lima kali pengulangan yang dilakukan diperoleh kecepatan angin sebesar 2,5 m/s ; 2 m/s; 1,6 m/s; 0,5 m/s; dan 0,4 m/s untuk daerah berkanopi, sedangkan untuk daerah yang tidak berkanopi diperoleh hasil 1,5 m/s; 5,2 m/s; 3 m/s; 3,4 m/s; dan 4,4 m/s. Dari data tersebut terlihat bahwa kecepatan angin di daerah yang tanpa kanopi lebih tinggi daripada di daerah yang berkanopi. Hal ini dapat terjadi karena daerah yang berkanopi mempunyai suhu udara yang lebih rendah sehingga tekanan udaranya tinggi. Padahal kita ketahui bahwa angin bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan udara rendah. Selain itu, kecepatan angin di daerah berkanopi terhalang oleh pepohonan sehingga kecepatan angin menjadi berkurang. Kecepatan angin di daerah tanpa kanopi lebih tinggi karena pergerakan angin bergerak menuju daerah yang bertekanan udara rendah, yaitu daerah tanpa kanopi. Kecepatan angin semakin tinggi karena di sekeliling daerah tersebut tidak ada pepohonan atau bangunan yang menjadi penghalang. 0 1 2 3 4 5 6 10 20 30 40 50 Kecepatan Angin (m/s) Waktu (menit) kanopi tanpa kanopi
  • 78. 78 E. Intensitas Penyinaran Grafik 2.5.17. Intensitas penyinaran matahari. Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh data dari dua strata yang berbeda yaitu berkanopi dan tanpa kanopi. Pada lima kali pengulangan yang dilakukan setiap 10 menit sekali diperoleh data intensitas penyinaran sebesar 60 Fc, 50 Fc, 55 Fc, 70 Fc, dan 60 Fc untuk daerah berkanopi. Sedangkan untuk daerah tanpa kanopi diperoleh hasil sebesar 220 Fc, 220 Fc, 220 Fc, 240 Fc, dan 200 Fc. Dari data tersebut terlihat bahwa daerah tanpa kanopi memiliki intensitas penyinaran matahari yang jauh lebih besar daripada daerah yang berkanopi. Hal ini dapat terjadi karena daerah tanpa kanopi menerima cahaya matahari secara langsung, sehingga energi yang diterima lebih besar. Sedangkan daerah berkanopi menerima intensitas cahaya yang lebih kecil karena di daerah tersebut terdapat banyak penghalang berupa dedaunan pohon yang menghalangi pancaran sinar matahari. 0 50 100 150 200 250 300 10 20 30 40 50 Intensitas Penyinaran waktu (menit) kanopi tanpa kanopi
  • 79. 79 VI. KESIMPULAN A. Statif ditancapkan ke tanah dan dipasang dengan termometer pada aras 25 cm, 75 cm, dan 150 cm dari permukaan tanah. Pengamatan diukur setiap 10 menit berturut-turut sehingga mencapai 5 kali pengamatan. Termometer biasa ditancapkan di tanah pada jeluk 0 cm, 10 cm, dan 20 cm dari permukaan tanah. Pengamatan dilakukan pada setiap jeluk pada setiap pengambilan data setiap 10 menit sekali 10 menit pertama dilakukan pada jeluk 0cm, setelah itu dimasukkan hingga mencapai jeluk 10 cm lalu jeluk 20 cm. Pada waktu yang ditentukan yaitu bersama-sama dengan waktu yang lainnya dimulai, digital anemometer diangkat ke atas agar tidak terhalang dengan penghalang. Pengamatan dilakukan setiap 10 menit berturut-turut sehingga mencapai 5 kali pengamatan. Luxmeter memiliki tiga skala dengan tombol pengatur di sebelah kanannya. Mula-mula diatur pada skala yang paling rendah dengan posisi tombol pengatur ada di paling bawah, apabila jarum penunjuk melebihi batas skala maka tombol dinaikkan dan pembacaan skala berubah dengan membaca skala di atas skala yang sebelummya dibaca. Pengamatan dilakukan setiap 10 menit berturut-turut sehingga mencapai 5 kali pengamatan . B. Faktor-faktor yang mempengaruhi cuaca mikro adalah sebagai berikut: 1. Suhu udara 2. Suhu tanah 3. Radiasi matahari 4. Kecepatan angin 5. Kelembaban udara C. Pengamatan cuaca mikro pada ekosistem berkanopi dan tanpa kanopi dilakukan dengan pengukuran anasir cuaca mikro pada daerah berkanopi dan tanpa kanopi.
  • 80. 80 DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013. Microclimate. <http://www.britannica. com/EBchecked/topic/380278/ microclimate>. Diakses tanggal 28 September 2014. Bunyamin, Z. dan M. Aqil. 2010. Analisis iklim mikro tanaman jagung (Zea mays L.) pada sistem sisip. Prosiding Pekan Serealia Nasional 294-300. Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Lakitan, B. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Landsberg, H.E. 1981. General Climatology 3. Elsevier Scientific Publishing Company, New York. Tjasjono, B. 1999. Klimatologi Umum. Institut Teknologi Bandung Press, Bandung. Villegasa, J.C., David D.B., Chris B.Z. and Patrick D.R. 2010. Seasonally Pulsed Heterogeneity in Microclimate: Phenology and Cover Effects along Deciduous Grassland–Forest Continuum. Vadose Zone Journal 9 (3): 537-547. Vink, G. J. 1984. Dasar-Dasar Usaha Tani di Indonesia. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Weisner, C. J. 2001. Climate, Irrigation, and Agriculture. Angus and Robertson L.T.D., Sidney. Wilson, E. M. 1993. Hidrologi Teknik. ITB, Bandung.
  • 81. 81 Wisnusubroto, S. 2000. Meteorologi Pertanian Indonesia. Mitra Gama Widya, Yogyakarta.
  • 83. 83 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KLIMATOLOGI DASAR ACARA III ANALISIS DATA METEOROLOGI Oleh: Suryati Purba (13307) Ribka Gupita Hapsari (13322) Fachry Husein Rosyadi (13224) Ridya Nastitie (13325) Wita Dian Sharli (13343) Pridana Intan Susanti (13385) Golongan/Kelompok : A1/3 Asisten : Ramot Christian LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014
  • 84. 84 ACARA III ANALISIS DATA METEOROLOGI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan iklim sangat dipengaruhi oleh anasir-anasir iklim. Bidang pertanian merupakan bidang yang sangat dipengaruhi dan bergantung pada kondisi iklim sehingga analisis mengenai keadaan iklim sangat diperlukan. Analisis ini dilakukan dengan mengolah data-data anasir iklim yang diperoleh dari stasiun meteorologi. Data-data yang diperoleh dari stasiun meteorologi biasanya berupa data mentah yang perlu diolah menjadi data matang dan akhirnya menjadi data siap pakai yang dapat menyajikan informasi iklim yang akurat dan lengkap. Data dapat disederhanakan dengan cara melakukan analisis statistik dan matematik. Metode statistik dan persamaan matematika dapat dimanfaatkan untuk mempermudah dalam menelaah sifat-sifat iklim yang kompleks. Diharapkan analisis statistik dapat meningkatkan ketepatan dalam peramalan yang akhirnya dapat menyediakan informasi iklim yang lengkap dan akurat. Dalam praktikum ini, praktikan dituntut untuk dapat mengolah data yang disajikan dalam bentuk data mentah sehingga menjadi data siap pakai dan diharapkan praktikan dapat mengetahui cara analisis data iklim dan dapat menerapkannya dalam pengolahan data. B. Tujuan 1. Melatih mahasiswa untuk mengolah dan menganalisis data meteorologi pertanian serta menyajikan dalam bentuk siap pakai. 2. Mempelajari hubungan timbal balik di antara anasir-anasir iklim.
  • 85. 85 II. TINJAUAN PUSTAKA Perubahan iklim merupakan masalah nasional, regional dan global yang tidak dapat ditangani secara nasional maupun secara regional tetapi harus ditangani secara bersama-sama dan menyeluruh. Karena letak geografis Indonesia sangat rawan akan adanya perubahan iklim, dimana di daerah tropis faktor yang mendorong perubahan iklim sangatlah kompleks dan dampaknya pun pada sebagian besar penduduknya (Sugandhy, 2000 ). Suatu kemajuan yang terjadi dalam pengkajian respon biologi membantu lebih banyak terhadap perkembangan dari meteorologi murni. Beberapa penemuan penting dan ilmiah yang berhubungan dengan tanggapan biologi terutama dalam ilmu tanaman, secara garis besar sebagai berikut. Tahun 1919 Gardner dan Alland menemukan fotoperiodesitas yaitu respon tumbuhan terhadap panjang penyinaran. Mereka menanam tembakau Maryland Mammoth baik pada tempat yang disinari maupun tidak disinari di dalam rumah kaca. Tanaman-tanaman yang terdapat dalam rumah kaca yang tidak disinari tetap dapat tumbuh vegetatif sedangkan yang disinari berbunga. Ini menambahkan hal baru dan kegunaan faktor lingkungan (lama pencahayaan) dalam mempelajari meteorologi pertanian (Wisnubroto et al., 2000). Stasiun meteorologi pertanian menghasilkan serempak data meteorologi dan data biologis dan atau yang lain yang dapat menyumbangkan hubungan antara cuaca dan pertumbuhan atau hidup tanaman dan hewan. Informasi meteorologi yang secara rutin diamati antara lain ialah keadaan lapisan atmosfer yang paling bawah, suhu, dan kelengasan tanah pada bagian kedalaman, curah hujan, dan curahan lainnya, durasi penyinaran dan radiasi matahari. Demikian pula turbulensi dan pencampuran udara lapisan udara yang paling bawah. Lokasi stasiun ini harus dapat melewati keadaan pertanian dan keadaan alami daerah tempat stasiun itu berada (Prawirowardoyo, 2006). Data yang dianalisis pada praktikum ini merupakan data mentah yang diperoleh dari proses monitoring. Monitoring merupakan proses rutin pengumpulan data. Memantau perubahan yang fokus pada proses dan keluaran. Monitoring menyediakan data mentah untuk menjawab pertanyaan sedangkan evaluasi adalah meletakkan data-data tersebut agar dapat digunakan dan dengan
  • 86. 86 demikian memberikan nilai tambah. Evaluasi adalah tempat mempelajari kejadian, pertanyaan yang perlu dijawab, rekomendasi yang harus dibuat, menyarankan perbaikan. Namun tanpa monitoring, evaluasi tidak memiliki dasar untuk bekerja. Oleh karena itu monitoring dan evaluasi harus berjalan seiring (Dhingra, et al., 2012) Menurut Meng (2013), tujuan monitoring adalah sebagai berikut : 1. Mengkaji apakah kegiatan- kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana. 2. Mengidentifikasi masalah yang timbul agar langsung dapat diatasi 3. Melakukan penilaian apakah pola kerja dan manajemen yang digunakan sudah tepat untuk mencapai tujuan kegiatan. 4. Mengetahui kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh kemajuan. 5. Menyesuaikan kegiatan dengan lingkungan yang berubah, tanpa menyimpang dari tujuan Analisis data meteorologi agar lebih bermanfaat maka dilakukan pengorganisasian dan analisis data secara sistematis dari seluruh jaringan pengamatan cuaca. Misalnya analisis data berdasarkan time series (pengamatan jangka panjang), penafsiran terhadap suatu parameter yang sukar dilakukan dengan cara didekati dengan parameter yang mempunyai hubungan dan berdasarkan rumus antara hubungan-hubungan parameter tersebut (Wisnubroto, 2002). Probabilitas dan prakiraan data curah hujan lebih praktis mendapatkan perhatian, itu bisa mengubah hasil tanaman, permintaan evaporasi dan tipe tanah. Pada faktanya periode yang dengan kalkulasinya dibutuhkan untuk mengubah seperti nilai kritik dari curah hujan di periode ini. Masalah dari data yang tidak tepat seperti penambahan kalkulasi dalam jangka waktu yang pendek dan curah hujan yang rendah (Jackson, 2003). Meteorologi dapat menggunakan metode-metode dan hukum-hukum fisika untuk menerangkan dan menafsirkan keadaan atmosfer, sedangkan klimatologi memerlukan teknik statistik oleh karena kegiatannya adalah mengumpulkan dan menafsirkan pengamatan (Hasan, 2004).
  • 87. 87 Setiap masalah dalam meteorologi dan klimatologi dapat dianalisis dengan menggunakan suatu model dapat berupa konsepsi mental, hubungan empirik atau kumpulan pernyataan-pernyataan matematik statistik. Model-model dalam meteorologi umumnya dapat dikelompokkan dalam model-model deterministik, parametrik, stokastik atau kombinasinya. Pembagian menjadi kelompok- kelompok tersebut tidak selalu dapat dilakukan dengan tegas, kita dapat membayangkan model-model sebagai tersusun dari berbagai komponen yang masing-masing seolah-olah merupakan sebuah titik dalam suatu spektrum kontinyu tipe yang satu hingga stokastik murni pada ujung lain (Bey, 2001). Pengambilan data cuaca atau iklim tidak hanya untuk peramalan cuaca atau iklim, namun lebih banyak manfaatnya lainnya untuk perencanaan berbagai bidang seperti pewilayahan komoditas pertanian, perencanaan pembangunan bendungan serta konstruksi hidrologi lainnya, transportasi, pariwisata serta untuk penelitian. Untuk hal-hal tertentu, misalnya untuk penentuan saat tanam serta antisipasi banjir, data cuaca atau iklim khususnya curah hujan harus segera dapat diakses (Setiawan, 2003).