1. Infeksi Pada Usia Lanjut
Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar
2021
Agus Sudarso
2. Pendahuluan
SLIDE 2
Pasien Usia Lanjut
Berbeda dibandingkan mereka yang
berusia muda
• Penurunan berbagai fungsi tubuh secara fisiologis
• Umumnya telah mengalami berbagai penyakit
kronik degeneratif (multipatologi)
• Gangguan fungsi kognitif dan mental
• Status nutrisi yang buruk
• Predisposisi terjadinya infeksi tertentu.
• Mempengaruhi proses pemulihan dari suatu
penyakit
3. Pendahuluan
SLIDE 3
Tampilan klinik infeksi pada usia lanjut sangat bervariasi dan tidak
khas (atipikal)
• Diperlukan kewaspadaan baik dari pasien, keluarga/pengasuh, serta tenaga kesehatan.
• Bila terdapat perubahan terutama yang terjadi secara akut, harus dipikirkan infeksi sebagai
salah satu penyebabnya.
Pengkajian yang lengkap perlu dilakukan segera untuk menegakkan diagnosis infeksi atau bukan
infeksi
Keterlambatan diagnosis dan tatalaksana infeksi pada usia meningkatkan angka mortalitas dan
morbiditas.
4. Penegakan
Diagnosis
ANAMNESA
• Keluhan utama
• Keluhan yang berkaitan dengan penyakit
sekarang,
• Riwayat penyakit yang pernah diderita
• Riwayat obat-obatan yang digunakan
• Riwayat perjalanan atau lingkungannya
• riwayat makan dan minum sebelumnya.
• Pemakaian protesa seperti katup jantung,
protese sendi/kapsul sendi, lensa tanam, pacu
jantung, graft pembuluh darah, dan lain-lain
PEMERIKSAAN FISIS
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan fisik lengkap perlu dilakukan pada
organ-per-organ secara teliti, termasuk :
• Keadaan gigi-geligi,
• Higiene oral, hidung, telinga, tenggorokan,
sampai colok dubur atau colok vagina pada
wanita.
Pemeriksaan penunjang diagnostik standar harus
dilakukan untuk mendeteksi adanya infeksi
tertentu, antara lain :
• Darah rutin, urinalisis, analisa feses, dan foto
toraks
• Pemeriksaan penunjang lain yang ditujukan
untuk mengetahui etiologi infeksi yang terjadi
(serologi, kultur, pewarnaan Gram atau
pewarnaan tahan asam)
5. Pendahuluan
SLIDE 5
Mengingat bahwa pada pasien geriatri tidak hanya kondisi fisik-medik saja yang terlibat
Maka diperlukan suatu pendekatan khusus dalam menghadapi seorang usia lanjut yang sakit, yang
disebut sebagai pendekatan paripurna pada pasien geriatri (P3G) atau
comprehensive geriatric assessment (CGA)
6. Pendekatan Paripurna pada Pasien Geriatri
(P3G) SLIDE 6
• Pada P3G selain kondisi fisik-medik juga dilakukan pengkajian terhadap fungsi
kognitif dan mental, psikososial, nutrisi, serta status fungsionalnya.
• Pada pasien geriatri yang mengalami infeksi akut, P3G mempunyai peranan yang
sangat penting.
• Evaluasi menyeluruh mengenai kondisi fisik medik baik dari anamnesis hingga
pemeriksaan fisis, menghasilkan keluaran (outcome) yang lebih baik dibandingkan
pada pasien usia lanjut yang ditatalaksana secara konvensional.
7. Faktor – Faktor yang
Mempengaruhi Terjadinya Infeksi
pada Usia Lanjut
8. PENDAHULUAN
SLIDE 8
• Infeksi pada usia lanjut, selain dipengaruhi adanya mikroorganisme penyebab infeksi
(faktor agen) dan faktor lingkungan juga sangat dipengaruhi perubahan mekanisme
respons imun yang menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh (host defense).
• Menurunya daya tahan tubuh sendiri, selain disebabkan perubahan sistem imun, juga
dapat disebabkan oleh kondisi malnutrisi dan banyaknya penyakit komorbid yang
sering menyertai seorang berusia lanjut.
9. PENDAHULUAN
SLIDE 9
• Beberapa faktor yang dapat merupakan faktor risiko, faktor predisposisi, dan faktor
kontributor terjadinya infeksi pada usia lanjut antara lain :
1. Perubahan sistem imun dan respons imun
2. Adanya penyakit komorbid tertentu
3. Malnutrisi
4. Gangguan fungsional
5. Faktor lingkungan
10. Perubahan sistem imun dan respons imun
SLIDE 10
• Seorang yang berusia lanjut akan mengalami penurunan sistem imun yang
berlangsung progresif (immunesenescence) baik pada sistem imunitas adaptif
maupun alami (non-adaptif).
• Produksi dan proliferasi limfosit-T dan B akan menurun seiring meningkatnya usia.
• Menipisnya kulit, membesarnya prostat, menurunnya reflex batuk, swerta perubahan
anatomic maupun fisiologis yang terkait usia akan mengubah imunitas non adaptif
yang menempatkan seorang lanjut usia rentan terhadap terjadinya infeksi.
11. Adanya penyakit komorbid tertentu
SLIDE 11
• Penyakit – penyakit kronik seperti keganasan, aterosklerosis, diabetes melitus, demensia
merupakan predisposisi terhadap terjadinya infeksi tertentu.
• Penggunaan obat – obatan seperti sedative, narkotika, antikolinergik, dan obat penekanan asam
lambung akan menekan mekanisme daya tahan tubuh lebih jauh lagi.
• Komorbiditas pada orang usia lanjut akan menyebabkan menurunnya imunitas alamiah yang
non-spesifik seperti integritas kulit, reflex batuk, bersihan mukosilier, maupun respons imun yang
dipicu oleh pengenalan terhadap produk mikroba.
12. Malnutrisi
SLIDE 12
• Malnutrisi, berperan dalam menurunkan imunitas usia lanjut khusunya imunitas yang dimediasi
sel.
• Seorang berusia lanjut rentan terhadap terjadinya malnutrisi yang dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, baik fisiologis maupun psikologis, yang mempengaruhi keinginan (nafsu) untuk
makan dan berbagai halangan fisik maupun ekonomi terhadap kebiasaan makan yang sehat.
• Seorang usia lanjut yang mengalami malnutrisi lebih mudah mengalami sakit dan mati
dibandingkan yang berstatus nutrisi baik, atau mudah mengalami luka tekan (ulkus decubitus)
serta penyembuhan luka yang lambat selama perawatan akut di rumah sakit atau tempat
perawtan lain
13. Gangguan fungsional
SLIDE 13
• Gangguan fungsional (seperti imobilisasi, inkontinensia, disfagia) yang
sering terjadi pada usia lanjut dapat meningkatkan kerentanan terhadap
infeksi karena selain menimbulkan berbagai komplikasi juga meningkatkan
kebutuhan akan pemakaian kateter, selang makanan (feeding tubes), dan
peralatan invasive lain.
14. Faktor lingkungan
SLIDE 14
• Faktor lingkungan cukup besar berperan terhadap meningkatnya insidens infeksi
pada kelompok usia lanjut.
• Populasi yang secara khusus rentan terhadap terjadinya infeksi adalah penghuni
panti werdha.
• Di Indonesia, faktor lingkungan ini masih berkutat pada masalh buruknya hygiene,
padatnya penduduk di suatu wilayah, dan sarana kesehatan yang belum merata.
• Kelompok usia lanjut dengan latar belakang ekonomi rendah mempunyai insidens
infeksi dan kondisi-kondisi yang berkaitan dengan infeksi yang masih tinggi.
17. PNEUMONIA
SLIDE 17
• Pneumonia merupakan infeksi yang umum dan sering menjadi masalah
serius pada populasi usia lanjut.
• Perubahan pada cadangan fungsional paru, menurunnya reflex batuk dan
gerakan mukosilier, berkurangnya elastisitas alveoli disertai penurunan
ventilasi secara sendiri – sendiri atau Bersama – sama akan menyebabkan
seorang usia lanjut rentan mengalami pneumonia
18. Faktor Resiko
SLIDE 18
• Faktor – faktor terjadinya pneumonia pada usia lanjut diantaranya :
• Aspirasi
• Albumin serum yang rendah dan malnutrisi
• Gangguan fungsi menelan
• Status fungsional yang rendah
• Pemakaian selang makan
• Merokok
• Serta adanya berbagai penyakit kronis (PPOK, gagal jantung, demensia, dan stroke)
• Faktor lain ( oral hygiene yang buruk, imobilisasi, dan penggunaan obat – obatan)
20. Diagnosis
SLIDE 20
• Diagnosis pneumonia pada usia lanjut secara umum sama seperti pada
dewasa muda, meliputi anamnesis mengenai keluhan-keluhan yang
mengarah pada pneumonia, dilanjutkan pemeriksaan fisik yang teliti, dan
dikonfirmasi dengan pemeriksaan radiologis dan penunjang
• Gejala dan tanda pneumonia pada usia lanjut dapat muncul secara
mendadak atau perlahan- lahan dan dapat tidak khas.
22. Pemeriksaan Penunjang
SLIDE 22
• Pemeriksaan radiologis foto toraks posterioranterior (PA) dan lateral standar masih
merupakan pemeriksaan yang banyak memberikan informasi pada pasien yang
mengalami gejala dan tanda megarah pada pneumonia
• CT-Scan toraks jika diagnosis pneumonia masih diragukan.
• Pemeriksaan laboratorium, khususnya petanda infeksi seperti jumlah leukosit, laju
endap darah (LED), dan C-reactive protein (CRP).
• Pemeriksaan laboratorium terpenting identifikasi mikroorganisme penyebab.
23. Penatalaksanaan Umum
SLIDE 23
• Penatalaksanaan pasien usia lanjut dengan pneumonia harus dimulai dengan :
• Terapi suportif hidrasi dan nutrisi adekuat, mempertahankan dan memperbaiki
fungsi kardiovaskular dan ginjal, serta mempertahankan oksigenasi.
• Fisioterapi dada dan drainase postural diperlukan jika ada gangguan pengeluaran
dahak yang melekat pada dinding lumen saluran napas di area paru – paru
tertentu.
24. Antibiotik
SLIDE 24
• Terapi antibiotik pada prinsipnya harus dapat mencakup infeksi Streptococcus
pneumoniae dan Haemophilus influenzae serta penyebab atipikal.
• Prinsipnya, terapi antibiotic pada pasien usia lanjut dengan pneumonia komunitas
didasarkan pada berat-ringannya infeksi dan kemunkinan mikroorganisme penyebab.
• Pada peneumonia berat / HAP /VAP antibiotic spektrum luas dengan cakupan
Gram-positif dan Gram-negative (termasuk Pseudomonas aeroguinesa), dan kuman
aerob harus segera diberikan sebagai terapi empiric sambal menunggu hasil kultur.
25. Antibiotik
SLIDE 25
Terapi Antibiotik Empiric pada Pneumonia Komunitas (CAP)
Pasien rawat jalan
Pasien yang sebelumya sehat, tanpa penggunaan antibiotic dalam 3 bulan
sebelumnya
Macrolide (erythromycin, clarytromycin, azithromycin)
Doxycicline
Terdapat Komorbiditas
Fluroquinolone respirasi (levofloxacin, moxifloxacin, gatifloxacin)
Antibiotik beta lactam (amoxicillin-clavulanate) ditambah Macrolide
26. Antibiotik
SLIDE 26
Terapi Antibiotik Empiric pada Pneumonia Komunitas (CAP)
Pasien rawat Inap
Non ICU
Fluroquinolone respirasi
Beta lactam ditambah Macrolide
Perawatan ICU
Beta lactam (cefotaxime, ceftriaxone, ampicillin-sulbactam) ditambah azithromycin atau Fluroquinolone
respirasi (bila pasien alergi penicillin yang direkomendasikan adalah Fluroquinolone dan aztreonam)
Bila diduga infeksi Pseudomonas
Beta lactam anti pneumokokal dan anti-pseudomonas (Piperazilin/tazobactam, cefepime, impenem, atau
meropenem) ditambah ciprofloxacin atau levofloxacin, atau Beta-lactam diatas ditambah aminoglicosida
dan Fluroquinolone (bila pasien alergi penicillin, ganti beta-lactam diatas dengan aztreonam)
27. Pencegahan
SLIDE 27
1. Vaksinasi pneumokokal (no 1)
2. Vaksinasi influenza
3. Tidak merokok atau berhenti merokok bagi yang saat ini masih merokok
4. Pencegahan aspirasi
5. Modifikasi terhadap faktor – faktor yang meningkatkan resiko terjadinya pneumonia
pada pasien-pasien yang dirawat atau menggunakan ventilasi.
29. Infeksi Saluran Kemih
SLIDE 29
• Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu yang umum terjadi pada
populasi usia lanjut, umumnya berupa ISK asimptomatik
• Prevalensi bakteriuria asimptomatik meingkat seiring meningkatnya usia,
terutama pada wanita dan pada populasi usia lanjut yang berada di tempat
perawatan jangka panjang dan panti werdha.
30. Faktor predisposisi ISK pada usia lanjut
SLIDE 30
• Penggunaan kater (foley atau kondom)
• Neurogenic bladder dengan peningkatan volume residu urin
• Hipertropi prostat pada pria
• Meningktanya pH vagina dan terjadinya atrofi vagina sehubungan dengan deplesi
hormone estrogen postmenopause dan pengosongan kandung kemih yang tidak
sempurna pada wanita.
31. Diagnosis
SLIDE 31
• Urinalisis mengkonfirmasi adanya bakteri di urin
• Kultur urin mengetahui jenis mikroorganisme penyebab
• Untuk pasien lanjut usia yang memerlukan perawatan diperlukan
pemeriksaan kultur darah, pengkajian fungsi ginja dan pemeriksaan yang
teliti terhadap kelenjar prostat.
32. Kriteria Diagnosis
SLIDE 32
Gabungan kriteria untuk diagnosis Infeksi Saluran Kemih
1. Bakteriuria > 10 5 colony forming unit (cfu) per ml dari pathogen tunggal
2. Piuria > 10 sel darah putih per lapangan pandang besar (LPB)
3. Gejala
• Nyeri berkemih, frekuensi atau urgensi yang abru muncul atau meningkat
• Perubahan kateter urin L keruh, berdarah atau berbau
• Suhu tubuh meningkat
• Menggigil
• Nyeri baru atau memberat di suprapubic, pinggang atau kostovertebral
• Inkontinensia yang baru muncul atau memberat
• Penurunan status mental atau fungsional
33. Tatalaksana
SLIDE 33
• Bakteriuria asimptomatik pada usia lanjut seharusnya tidak diterapi karena terbukti tidak
mengurangi mortalitas dan morbiditas, bahkan meningkatkan resistesi antibiotik dan efek
samping obat
• Terapi pada ISK simptomatik memerlukan kultur urin untuk diagnosis.
• Terapi empiric yang direkomendasikan pada pasien ISK rawat jalan adalah dengan
trimethoprim-sulfametoxazole.
• Alternatif fluroquinolon
• Lama terapi 7 hari, atau pada kasus complicated bisa sampai 14 hari.
• Pasien usia lanjut yg dirawat memerlukan antibiotic parenteral sampai terdapat perbaikan klinis.
• Pilihan AB luroquinolone, cephalosporin spektrum luas, beta-lactam dan anti beta lactamase
dan aminoglikosisda.
34. Pencegahan
SLIDE 34
Antibiotik Profilaksis pada ISK Simptomatik Akut yang berulang
Antibiotik Dosis
Yang dianjurkan
Nirofurantoin 50 – 100 mg tiap 24 jam
trimethoprim-
sulfametoxazole
80/400 mg perhari atau 3x seminggu
Trimetoprim 100 mg perhari
Alternatif
Cefalexine 125 mg perhari
Norfloxacin 200 mg perhari atau 3 kali seminggu
Ciprofloxacin 125 mg perhari
• Terapi ini diberikan pada waktu menjelang tidur dan diteruskan 6 bulan sampai 1 tahun
36. Influenza
SLIDE 36
• Influenza adalh penyakit demam akut, yang umumnya dapat sembuh
spontan kalua org muda (self-limited), yang disebabkan infeksi virus
influenza tipe A atau B, kl org tua lebih susah disembuhkan.
• Dua gambaran yang paling penting pada influenza adalah perjalanan
penyakitnya yang epidemic serta mortalitas yang diakibatkan oleh
komplikasi paru, terutama pada kelompok usia lanjut.
37. Diagnosis
SLIDE 37
• Diagnosis sulit ditegakkan semata-mata dari manifestasi klinik saja, karena
penyakit virus lain serta infeksi bakteri atipikal memberikan gambaran klinis
yang hampir sama.
• Diagnosis influenza dapat dilakukan dengan pemeriksaan serologis (rapid-
diagnostic test).
38. Tatalaksana
SLIDE 38
• Pengobatan dimulai dengan pengobatan simptomatis dan menjaga kondisi umumnya,
baik dengan istirahat cukup serta nutrisi dan cairan yang adekuat.
• Pemberian obat-obat antiviral seperti amantadine, rimantadine,zanamivir dan
oseltamivir dilaporkan dapat membatasi perkembangan penyakit dan mencegah
komplikasi.
• Antiviral efektif bila diberikan dalam 48 jam setelah gejala muncul.
39. Pencegahan
SLIDE 39
• Pencegahan vaksinasi
• Vaksin influenza efektif mencegah perawatan di rumah sakit atau pneumonia 50-60%
dan efektif mencegah kematian penghuni fasilitas perawatan jangka Panjang hingga
30 -80%
• Vaksinasi influenza pada usia lanjut menurunkan risiko kejadian penyakit
kardiovaskular, penyakit cerebrovakular, pneumonia, influenza serta kematian secara
bermakna.
• Upaya lain pencegahan influenza beserta komplikasinya adalah dengan
kemofropilaksis menggunkan obat-obatan antiviral.
40. Covid 19
SLIDE 40
• Pencegahan vaksinasi
• Vaksin influenza efektif mencegah perawatan di rumah sakit atau pneumonia 50-60%
dan efektif mencegah kematian penghuni fasilitas perawatan jangka Panjang hingga
30 -80%
• Vaksinasi influenza pada usia lanjut menurunkan risiko kejadian penyakit
kardiovaskular, penyakit cerebrovakular, pneumonia, influenza serta kematian secara
bermakna.
• Upaya lain pencegahan influenza beserta komplikasinya adalah dengan
kemofropilaksis menggunkan obat-obatan antiviral.
41. COVID-19 pada Pasien Usia
Lanjut
Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar
2020
Agus Sudarso
42. PRESENTASI ATIPIKAL COVID-19 PADA
LANJUT USIA
SLIDE 42
• Orang yang lebih tua mungkin tidak menunjukkan gejala yang khas dan ini terlihat pada
kasus dengan Covid-19.
• Orang yang lebih tua yang terinfeksi COVID-19, juga telah diakui memiliki risiko infeksi dan
kematian yang lebih besar
• Covid-19 badai sitokin masif yang mengakibatkan berbagai gejala termasuk demam,
kelelahan, kehilangan nafsu makan, mialgia dan artralgia, mual, muntah, diare, ruam,
takipnea, kejang takikardia, sakit kepala, delirium, tremor dan kehilangan koordinasi.
• Karena presentasi atipikal, pasien dapat lolos dari proses skrining normal dan mungkin
secara tidak sengaja dimasukkan ke bangsal medis umum daripada bangsal khusus Covid-
19.
British Society Program 2020
43. PRESENTASI ATIPIKAL COVID-19 PADA
LANJUT USIA
SLIDE 43
• Gejala khas COVID-19 seperti demam, batuk, dan dispnea mungkin tidak ada pada orang
tua.
• Hanya 20-30% pasien geriatri dengan infeksi yang disertai demam.
• Gejala COVID-19 atipikal termasuk delirium, jatuh, kelemahan umum, malaise , penurunan
fungsional, dan konjungtivitis, anoreksia, peningkatan produksi dahak, pusing, sakit kepala,
rinore, nyeri dada, hemoptisis, diare, mual / muntah, sakit perut, hidung tersumbat, dan
anosmia
• Takipnea, delirium, takikardia yang tidak dapat dijelaskan, atau penurunan tekanan darah,
mungkin merupakan presentasi klinis pada orang pasien usia tua
Regional Geriatric Program of Toronto 2020
44. PRESENTASI ATIPIKAL COVID-19 PADA
LANJUT USIA
SLIDE 44
• Ambang batas untuk mendiagnosis demam harus lebih rendah, yaitu 37,5 ° C
atau peningkatan> 1,5 ° C dari suhu biasa.
• Presentasi atipikal mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk
perubahan fisiologis dengan usia, komorbiditas, dan ketidakmampuan untuk
memberikan riwayat yang akurat.
• Usia yang lebih tua, lemah, dan meningkatnya jumlah komorbiditas
meningkatkan kemungkinan presentasi atipikal
Regional Geriatric Program of Toronto 2020
45. TATALAKSANA PASIEN GERIATRIC DENGAN
COVID -19
SLIDE 45
• Tidak jauh berbeda dengan tata laksana untuk pasien dewasa
• Tambahan : kehati-hatian mengenai efek samping dari obat-obatan
yang diberikan
• Farmakologis :
• Vitamin C
• SEDANG klorokuin 2 x 500 mg p.o (5hari) atau Hidroksikloroquin 1x400 mg
p.o (5 hari)
• BERAT klorokuin 2 x 500 mg p.o (3 hari) dilanjutkan 2x250 mg p.o hari ke 4-
10 atau Hidroksikloroquin 1x400 mg p.o (5 hari)
• Azitromisin 1x 500 mg i.v atau p.o (untuk 5-7hari) dengan alternative
Levofloxacin 750 mg/24jam i.v atau p.o (untuk 5 – 7 hari). Periksa EKG
sebelum pemberian kombinasi Klorokuin dan azitromisin
• Pengobatan simptomatis paracetamol dan lain-lain
• Antivirus Oseltamivir 2x75 mg p.o atau Favipiravir (Avigan loading dose
2x1600 mg p.o hari ke1 dan selanjutnya 2x600 mg (hari ke 2-5)
Protokol Tatalaksana COVID-19 PDPI-PERKI-PAPDI-PERDATIN-IDAI