merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada perut ibu hamil untuk mengetahui apa yang ada d fundus, lateral kanan dan kiri uterus, menentukan sudah masuk pap atau belum dan untuk mengetahui seberapa jauh penurunan kepala
merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada perut ibu hamil untuk mengetahui apa yang ada d fundus, lateral kanan dan kiri uterus, menentukan sudah masuk pap atau belum dan untuk mengetahui seberapa jauh penurunan kepala
Labioskizis is a state does not occur grafting fissures on the lips, so the lips can not close. Palatokisis is a state of imperfect closure on proseesus maxilaris, may occur also on the palate. It occurs due to failure of pooling arrangement palate during pregnancy 7-12 weeks. In palatokisis usually also accompanied labioskisis so called labiopalatokisis.
Apa Itu Kanker Serviks???
Kanker serviks atau kanker mulut rahim merupakan kanker ganas yang terbentuk didalam jaringan bagian mulut rahim (organ yang berhubungkan rahim dengan vagina atau lubang kemaluan).
Penyebabnya???
kebiasaan merokok.
kurangnya asupan vitamin terutama vitamin C dan vitamin E serta kurangnya asupan asam folat.
melakukan hubungan suami istri dengan berganti pasangan.
melakukan hubungan suami istri pada usia dini (melakukan hubungan suami istri pada usia <16 tahun bahkan dapat meningkatkan resiko 2x terkena kanker serviks).
GEJALA???
Munculnya rasa sakit dan perdarahan saat berhubungan suami istri.
Keputihan yang berlebihan dan tidak normal.
Perdarahan di luar siklus menstruasi.
Penurunan berat badan drastis.
Apabila kanker sudah menyebar ke panggul, maka pasien akan menderita keluhan nyeri punggung.
Mengalami sakit saat buang air kecil.
Bagaimana Cara Mengetahui Kanker Serviks?
Pap Smear
PAP SMEAR merupakan suatu pemeriksaan yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop. PAP SMEAR merupakan tes yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi atau mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim.
Biaya pap smear gratis jika memiliki bpjs untuk melakukan pemeriksaan ini.
Petunjuk Pemeriksaan Pap Smear
3 tahun setelah pertama kali aktif secara seksual.
Wanita yang berusia 30 tahun atau lebih dengan hasil tes Pap Smear normal sebanyak tiga kali, melakukan tes kembali setiap 2-3 tahun, kecuali wanita dengan risiko tinggi harus melakukan tes setiap tahun.
tidak dilakukan pada saat menstruasi.
Waktu yang paling tepat melakukan Pap Smear adalah 10-20 hari setelah hari pertama haid terakhir.
Dua hari sebelum dilakukan tes, pasien dilarang membersihkan vagina meggunakan obat-obatan.
Tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 1-2 hari sebelum pemeriksaan Pap Smear
Labioskizis is a state does not occur grafting fissures on the lips, so the lips can not close. Palatokisis is a state of imperfect closure on proseesus maxilaris, may occur also on the palate. It occurs due to failure of pooling arrangement palate during pregnancy 7-12 weeks. In palatokisis usually also accompanied labioskisis so called labiopalatokisis.
Apa Itu Kanker Serviks???
Kanker serviks atau kanker mulut rahim merupakan kanker ganas yang terbentuk didalam jaringan bagian mulut rahim (organ yang berhubungkan rahim dengan vagina atau lubang kemaluan).
Penyebabnya???
kebiasaan merokok.
kurangnya asupan vitamin terutama vitamin C dan vitamin E serta kurangnya asupan asam folat.
melakukan hubungan suami istri dengan berganti pasangan.
melakukan hubungan suami istri pada usia dini (melakukan hubungan suami istri pada usia <16 tahun bahkan dapat meningkatkan resiko 2x terkena kanker serviks).
GEJALA???
Munculnya rasa sakit dan perdarahan saat berhubungan suami istri.
Keputihan yang berlebihan dan tidak normal.
Perdarahan di luar siklus menstruasi.
Penurunan berat badan drastis.
Apabila kanker sudah menyebar ke panggul, maka pasien akan menderita keluhan nyeri punggung.
Mengalami sakit saat buang air kecil.
Bagaimana Cara Mengetahui Kanker Serviks?
Pap Smear
PAP SMEAR merupakan suatu pemeriksaan yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop. PAP SMEAR merupakan tes yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi atau mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim.
Biaya pap smear gratis jika memiliki bpjs untuk melakukan pemeriksaan ini.
Petunjuk Pemeriksaan Pap Smear
3 tahun setelah pertama kali aktif secara seksual.
Wanita yang berusia 30 tahun atau lebih dengan hasil tes Pap Smear normal sebanyak tiga kali, melakukan tes kembali setiap 2-3 tahun, kecuali wanita dengan risiko tinggi harus melakukan tes setiap tahun.
tidak dilakukan pada saat menstruasi.
Waktu yang paling tepat melakukan Pap Smear adalah 10-20 hari setelah hari pertama haid terakhir.
Dua hari sebelum dilakukan tes, pasien dilarang membersihkan vagina meggunakan obat-obatan.
Tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 1-2 hari sebelum pemeriksaan Pap Smear
ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA GANGGUAN
SISTEM REPRODUKSI “KANKER OVARIUM” DENGAN
INTERVENSI REBUSAN DAUN SIRIH MERAH DI ERA
PANDEMI COVID 19 oleh Richa Margareth Pierrera Sibuea
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
196910295 sl-ff-diare-pada-balita
1. 1 | P a g e
Get Homework/Assignment Done
Homeworkping.com
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sites
SKILL LAB FAMILY FOLDER
Blok 26
FAKULTAS KEDOKTERAN
2. 2 | P a g e
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi
tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar (BAB)
lebih dari biasanya (umumnya tiga kali atau lebih dalam sehari).1
Di Indonesia, penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan karena
diare serta menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan anak balita.1
Hasil-hasil survei menunjukkan bahwa angka kesakitan diare untuk seluruh golongan
umur adalah berkisar antara 120-360 per 1000 penduduk dan untuk balita menderita
satu atau dua kali episode diare setiap tahunnya atau 60% dari semua kesakitan diare.
Sebagian besar (76%) kematian karena diare terjadi pada balita. Sebesar 15,5%
kematian pada bayi dan 26,4% kematian pada anak balita disebabkan karena penyakit
diare murni.1
Meskipun angka kematian sudah berhasil diturunkan yaitu angka kematian bayi telah
turun dari 90 menjadi 58 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian anak balita dari
17,8 menjadi 10,6 per 1000 anak balita, namun diperkirakan pada awal Repelita IV
masih terdapat kematian balita karena diare murni sebesar 5 per 1000 balita atau
sekurang-kurangnya 135.000 kematian bayi dan anak balita karena diare murni setiap
tahunnya. Berarti rata-rata setiap 4 menit seorang balita meninggal karena diare.1
Masih tingginya angka kesakitan dan angka kematian tersebut di atas disebabkan karena
kesehatan lingkungan yang masih belum memadai, disamping pengaruh factor-faktor
3. 3 | P a g e
lainnya seperti keadaan gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan social ekonomi dan
perilaku masyarakat yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi
keadaan penyakit diare ini.1
1.2. Masalah
Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia,
terutama pada anak dan anak balita. Masalah tersebut dapat dilihat dari tingginya angka
kesakitan dan kematian akibat penyakit diare.1-3
Ditemukan sekitar 60 juta kejadian setiap tahun pasien dengan diare, 70-80 % dari
penderita ini adalah anak di bawah lima tahun (± 40 juta kejadian). Kelompok ini setiap
tahunnya mengalami lebih dari satu kejadian diare, satu sampai dua persen akan jatuh
ke dalam dehidrasi dan bila tidak ditangani 50-60 % di antaranya akan meninggal.1
Selain angka kesakitan yang mesih tinggi, penyakit diare juga sering menimbulkan KLB
(Kejadian Luar Biasa ) dengan CFR ( Case Fatality Rate ) yang masih tinggi. Pada kasus
diare usaha pencegahan diare tentunya tergantung pada Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku ibu-ibu yang memiliki balita, serta peran masyarakat dalam sanitasi lingkungan.
Ini dikarenakan pentingnya penanganan dini terhadap balita yang menderita diare, agar
dapat mencegah terjadinya dehidrasi dan komplikasi-komplikasi fatal lainnya, serta
tidak tercemarnya air bersih.2
1.3. Sasaran
☻ Sasaran utama yaitu Ibu-ibu yang memiliki anak di bawah lima Tahun
☻ Sasaran lainnya yaitu masyarakat sekitar, agar mereka mengetahui pengaruh
kebersihan lingkungan terhadap kesehatan warga setempat.
1.4. Tujuan
☺ Mengadakan wawancara dengan harapan pasien memberikan informasi yang
baik dan dapat menetapkan suatu diagnosis
4. 4 | P a g e
☺ Mendapatkan informasi dari pasien dan keluarga serta orang yang berperan
dalam lingkungan
☺ Mengetahui definisi penyakit Diare dan faktor – faktor yang mempengaruhi.
1.5 Manfaat
☻ Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam
melakukan pendekatan kedokteran keluarga langsung kepada pasien.
☻ Meningkatkan kemampuan komunikasi dengan masyarakat pada umumnya
dan pemuka masyarakat pada khususnya.
☻ Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah dipelajari pada saat
kuliah.
☻ Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku ibu yang memiliki
balita mengenai diare serta faktor-faktor yang berhubungan.
5. 5 | P a g e
BAB II
MATERI DAN METODE
2.1. Materi
Materi yang dievaluasi dalam kunjungan keluarga pasien didapat dari data dari
puskesmas, dan data dari pasien dan keluarga sebagai berikut :
1. Penemuan tersangka penderita Diare/ Case Finding Diare di Puskemas
2. Mengikuti alur diagnosa dokter, dan mengikuti pasien mengambil obat
3. Melakukan Kunjungan Rumah pasien
4. Mengambil data dari pasien dan keluarga
5. Mengamati lingkungan Pasien dari keluarga, dan lingkungan sekitar
6. Melakukan Anamnesa, Pemeriksaan fisik sederhana pada pasien
7. Memberi penerangan pada pasien dan keluarga mengenai sakit pasien
8. Pencatatan dan pelaporan
2.1. Metoda
“Melakukan pencarian pasien di puskemas, dan melakukan kunjungan rumah pasien
dan hasil nya di sajikan dalam bentuk Laporan kunjungan.”
6. 6 | P a g e
BAB III
KERANGKA TEORI
3.1. Pengertian Dasar Diare
Penyakitsaluranpencernaanhinggasaatini masihmenjadi ancamanmasyarakat dan sering kali
menimbulkan kematian, terutama pada balita dan anak-anak. Ada tiga penyakit saluran
pencernaan yang hingga saat ini masih menjadi ancaman yakni diare, tifoid dan cacingan.
Khusus diare, sebenarnya penyakit ini sudah bisa dikendalikan, namun masih sering
menimbulkan keresahan masyarakat, khususnya bila terjadi KLB.2,3
Berdasarkan Kepmenkes RI tahun 2002 diare adalah penyakit yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya ( tiga atau lebih per hari ) yang disertai
perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita.1
3.2. Jenis-Jenis diare
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam enam golongan besar yaitu karena
infeksi,malabsorbsi,alergi,keracunan,imunodefisiensi, dan penyebab lain. Tetapi yang sering
ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan
keracunan.Adapunbeberapapenyebabdiarekarenainfeksibakteri,virus dan parasit dijabarkan
dibawah ini: 3
Golongan Bakteri:
1. Aeromonas hidrophilia.
2. Bacillus cereus.
3. Campylobacter jejuni.
4. Clostridium difficile.
5. Clostridium perfringens.
6. Escherichia coli.
7. 7 | P a g e
7. Salmonela spp.
8. Shigella spp.
9. Staphylococcus aureus.
10. Vibrio cholera.
11. Vibrio parahaemoliticus.
12. Yersinia enterocolitica.
Golongan Virus: Golongan Parasit:
1. Adenovirus. 1. Balantidum coli
2. Rotavirus. 2. Capilaria philippines
3. Virus norwalk (27mm) 3. Cryptospiridium
4. Astrovirus. 4. Entamoeba hystolitica
5. Calicivirus. 5. Giardia lambia
6. Coronavirus. 6.Strongyloides stercoralis
7. Minirotavirus. 7. Faciolopsis buski
8. Virus bulat kecil. 8. Sarcocystis suihominis
9. Trichuristrichiura.
10. Candidaspp.
11. Isosporabelli
3.3 Jenis-Jenis diare
Secara klinik dibedakan tiga macam sindrom diare, yang masing-masing menggambarkan
patogenesisnyayangberbedadanmemerlukanpendekatanyangberlainandalampengobatannya:3,4
1. Diare cair akut
☻ Terjadi secara akut.
☻ Berlangsung kurang dari 14 hari (bahkan kebanyakan terjadi kurang dari 7 hari)
☻ Tidak disertai oleh darah dan lendir.
☻ Mungkin disertai muntah dan panas.
☻ Penyebabutama:Rotavirus,Escherichia coli enterotoksigenik,Shigella,Campylobacterjejuni
dan Cryptosporidium dan vibrio cholerae.
2. Disentri ( Diare darah akut )
8. 8 | P a g e
☻ Disentri adalah diare yang disertai darah dalam tinja.
☻ Akibat penting disentri antara lain ialah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat,
dan kerusakan mukosa usus karena bakteri invasif.
☻ Terjadi akibat infeksi Shigella, E. coli enteroinvasif, Salmonella atau Campylobacter jejuni.
Entamoeba histolytica menyebabkan disentri pada anak.
☻ Disentri seringmenyebabkan komplikasi, waktu yang lebih lama dan risiko tinggi terhadap
kematian.
3. Diare persisten
☻ Diare persistenadalahdiareyangmula-mulabersifat akut namun berlangsung lebih dari 14
hari.
☻ Kehilangan berat badan yang nyata sering terjadi.
☻ Volume tinja dapat dalam jumlah yang banyak, sehingga ada resiko mengalami dehidrasi.
☻ Tidak ada penyebab mikroba tunggal untuk diare persisten; E. colienteroaggregatife,
Shigella, dan Cryptosporidium mungkin berperan lebih besar daripada penyebab lain.
☻ Diare persisten jangan dikacaukan dengan diare kronik, yakni diare intermiten ( hilang-
timbul),atauyangberlangsunglamadenganpenyebabnon-infeksi,seperti penyakit sensitif
terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang menurun.6
2.1.4 Epidemiologi
Penyebaran kuman yang menyebabkan diare:
Kumanpenyebabdiare biasanyamenyebarmelalui mulut ( orofecal ) diantaranya melalui makanan
dan minuman yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja penderita.3,5
Adapula Faktor-Faktor lain yang Mempengaruhi Penyebaran Diare :
1. Beberapaperilakudapatmenyebabkanpenyebarankumanenterikdanmeningkatkan resiko
terjadinya diare resiko tersebut antara lain10
:
☻ TidakmemberikanASI( Air Susu Ibu ) secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan
pada anak yangtidakdiberi ASIrisikountukmenderita diare lebih besar dari pada anak
yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar.
9. 9 | P a g e
☻ Menggunakanbotol susu,penggunakanbotol inimemudahkanpencernaanolehKuman
, karena botol susah dibersihkan.
☻ Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan beberapa jam
pada suhu kamar makanan akan tercemar dan kuman akan berkembang biak.
☻ Menggunakan air minum yang tercemar . Air mungkin sudah tercemar dari sumbernya
atau pada saat disimpan di rumah, Pencemaran dirumah dapat terjadi kalau tempat
penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan tercemar menyentuh air pada saat
mengambil air dari tempat penyimpanan.
☻ Tidakmencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau
sebelum makan dan menyuapi anak
☻ Tidakmembuangtinja( termasuktinjaanak) denganbenar.Seringberanggapan bahwa
tinja anak tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri
dalam jumlah besar sementara itu tinja binatang dapat menyebabkan infeksi pada
manusia.
2. Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare. Beberapa faktor pada pejamu
dapat meningkatkan insiden beberapa penyakit dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut
adalah5
:
☻ TidakmemberikanASIsampai 2tahun.ASImengandungantibodi yangdapatmelindungi
kita terhadapberbagai kuman penyebab diare seperti : Shigella dan V. cholerae.
☻ Kuranggizi,beratnyapenyakit,lamadan resiko kematian karena diare meningkat pada
anak-anak yangmenderita gangguan gizi terutama pada penderita gizi buruk.
☻ Imunodefisiensi/Imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya berlangsung sementara,
misalnya sesudah infeksivirus ( seperti campak ) atau mungkin yang berlangsung lama
seperti padapenderitaAIDS( AutoImuneDeficiensy Syndrome) padaanak imunosupresi
berat, diare dapat terjadi karena kuman yang tidak patogen danmungkin juga
berlangsung lama.
3. Faktor lingkungandanperilaku
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan dua faktor yang
dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi
10. 10 | P a g e
bersamadenganperilakumanusia.Apabilafaktorlingkungantidaksehatkarenatercemarkuman
diare sertaberakumulasi denganperilakumanusiayangtidak sehat pula, yaitu melalui makanan
dan minuman maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.5
3.5. Mekanisme Patogenesis.
Jasad renik menyebabkan diare melalui sejumlah mekanisme antara lain, sebagai berikut3
:
Virus :
☻ Beberapa jenis virus seperti rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili usus halus,
menyebabkankerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya sel-sel vili yang secara normal
mempunyai fungsi absorbsidanpenggantiansementaraolehsel epitelberbentukkripta yang belum
matang, menyebabkan usus mensekresi air dan elektrolit. Kerusakan vili dapat juga dihubungkan
dengan hilangnya enzim disakaridase, menyebabkan berkurangnya absorbsi disakarida terutama
laktosa. Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya menjadi matang.
Bakteri :
☻ Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus pertama-tama harus
menempelmukosauntukmenghindarkandiri dari penyapuan. Penempelan terjadi melalui antigen
yangmempunyai rambutgetar,disebutpili ataufimbria, yang melekat pada reseptor di permukaan
usus. Hal ini terjadi misalnya pada E. Coli enterotoksigenik dan V. Colerae 01. Pada beberapa
keadaan, penempelan dimukosa dihubungkan dengan perubahan epitel usus yang menyebabkan
berkurangnya kapasitas penyerapan atau menyebabkan sekresi cairan ( misalnya infeksi E. coli
enteropatogenik atau enteroaggregasi ).7
☻ Toxinyangmenyebabkan sekresi. E coli enterotoksigenik, V. cholerae 01 dan beberapa bakteri
lainmengeluarkantoksinyangmenghambatfungsi sel epitel.Toksinini mengurangi absorbsinatrium
dan mungkin meningkatkan sekresi klorida (Cl) dari kripta, yang menyebabkan sekresi air dan
elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel yang sehat diganti dengan sel yang sakit setelah 2-4 hari.
☻ Invasi mukosa.Shigella,C.jejuni,E.coli enteroinvasifedanSalmonelladapatmenyebabkandiare
berdarah melalui invasi dan perusakan sel epitel mukosa ini terjadi sebagian besar di kolon dan
bagiandistal ileum.Invasi mungkin diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial
yang menyebabkan adanya sel darah merah dan sel darah putih atau terlihat adanya darah dalam
11. 11 | P a g e
tinja. Toksin yang dihasilkan oleh kuman ini menyebabkan kerusakan jaringan dan mungkin juga
sekresi air dan elektrolit dari mukosa.
Protozoa
☻ Penempelan mukosa, G.. lamblia dan Cryptosporidium menempel pada epitel usus halus dan
menyebabkan pemendekan vili, yang kemungkinan menyebabkan diare.
☻ Invasi mukosaE.histolyticamenyebabkandiaredengancaramenginvasiepitel mukosadi kolon (
ileum ) yang menyebabkan mikroabses dan ulkus. Namun begitu keadaan ini baru terjadi bila
strainnyasangatganas.Padamanusia90% infeksi terjadi oleh strain yang tidak ganas. Dalam hal ini
tidakada invasi ke mukosa dan tidak timbul gejala, meskipun kista amoeba dan trofozoit mungkin
ada dalam tinjanya.5
2.1.6 Gejala klinis
Mula-mula anak dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan biasanya meninggi, nafsu
makanberkurangatau tidakada, kemudiantimbuldiare.Tinjacairdanmungkinmengandungdarahdan
atau lendir. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan
empedu. Karena seringnya defekasi, maka anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama makin
menjadi asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat, hasil laktosa yang tidak dapat diabsorbsi
usus selama diare.1,2
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Muntah ini biasanya timbul bila
lambung turut meradang ( gastritis ).
Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai
tampak.Berat badanturun,turgor kulitberkurang,matadan ubun-ubunbesarmenjadi cekung, selaput
lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Dehidrasi ini dapat dibagi menurut banyaknya cairan yang hilang ( dehidrasi ringan, dehidrasi
sedang, dehidrasi berat ), dan menurut tonisitas daripada cairan dalam tubuh ( dehidrasi hipotonik,
dehidrasi isotonik,dandehidrasi hipertonik).Dehidrasi ringanialah bila kehilangan cairan 5 % daripada
12. 12 | P a g e
berat badan sebelum sakit, dehidrasi sedang bila kehilangan cairan antara 5 – 10 % daripada berat
badan dan dehidrasi berat bila kehilangan cairan lebih dari 10 %.
Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang dan dapat menyebabkan syok hipovolemik.
Gejala-gejalanya adalah denyut nadi dan jantung menjadi cepat dan lembut, tekanan darah menjadi
rendah, penderita menjadi lemah, kesadaran menurun ( apatis, somnolen, kadang-kadang sampai
soporocomatous).Akibatdehidrasi,kencingpenderitaberkurang( oliguria) atau samasekali tidak ada (
anuria ).4,5
BAB IV
HASIL DATA
A. Pengumpulan data
Tempat : Puskesmas Grogol I
Jl. Nurdin I No.35 Kelurahan Grogol. Kecamatan Grogol
Petamburan, Jakarta Barat
Nomor Register Pasien : 1100/11
B. Pasien
1. Identitas
a. Nama lengkap : Maharani Marsyah
b. Usia : 15 Bulan
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Pekerjaan : Swasta ( Bapak), Ibu Rumah Tangga ( Ibu )
f. Pendidikan : tamat SMA
g. Alamat :Jln. Makaliwe I 13/2 No.25 Kec. Grogol
Petamburan Jakarta Barat
2. Riwayat Biologis Keluarga
a. Keadaan kesehatan sekarang : Sedang
b. Kebersihan perorangan : Sedang
13. 13 | P a g e
c. Penyakit yang sering diderita : Demam, Pilek, diare
d. Penyakit keturunan : -
e. Penyakit kronis atau menular : -
f. Kecacatan anggota keluarga : -
g. Pola makan : Baik (3 x sehari)
h. Pola istirahat : Sedang
i. Jumlah anggota keluarga : 5 orang
3. Psikologis Keluarga
a. Kebiasaan buruk : Suaminya merokok
b. Pengambilan keputusan : Keputusan diambil dengan
cara dibicarakan terlebih dahulu antara Bapak dan Ibu, oleh
karena anggota keluarga lainnya masih dibawah umur.
c. Ketergantungan obat : -
d. Tempat mencari pelayanan kesehatan: Puskesmas
e. Pola rekreasi : kurang (setahun sekali
berkunjung ke rumah Orang Tua dari Ibu)
4. Keadaan Rumah/Lingkungan
a. Jenis bangunan : Semi Permanen
b. Lantai rumah : papan
c. Luas rumah : 2x3x2
d. Penerangan : kurang
e. Kebersihan : sedang
f. Ventilasi : kurang
g. Dapur : Ada
h. Jamban keluarga : Ada
i. Sumber air minum : Ledeng
j. Sumber pencemaran air : Tidak?
k. Pemanfaatan pekarangan : tidak
l. Sistem pembuangan air limbah : kali
14. 14 | P a g e
m. Tempat pembuangan sampah : Ada
n. Sanitasi lingkungan : sedang
5. Spiritual Keluarga
b. Ketaatan beribadah : Baik
c. Kenyakinan tentang kesehatan : Baik
6. Keadaan Sosial Keluarga
a. Tingkat pendidikan : sedang
b. Hubungan antar anggota keluarga : Baik
c. Hubungan dengan orang lain : Baik
d. Kegiatan organisasi sosial : Sedang (Pengajian wanita)
e. Keadaan ekonomi : sedang
7. Kultural Keluarga
a. Adat yang berpengaruh : Jawa
b. Lain-lain : -
8. Daftar anggota keluarga
9. Keluhan utama : BAB lebih dari 5x/hari selama 3 hari,
batuk, pilek
10. Keluhan tambahan : Demam pada malam hari
11. Riwayat penyakit dahulu : Tidak ada
12. Pemeriksaan fisik : baik, anak tidak tampak dehidrasi berat
15. 15 | P a g e
13. Diagnosis penyakit : Diare Akut
14. Diagnosis Keluarga : Keluarga harmonis
15. Anjuran Penatalaksanaan Penyakit ( akan dibahas pada bagian C )
C. Pendekatan Dokter Keluarga
Definisi Dokter keluarga : dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan hanya
berorientasi komunitas dengan titik berat pada keluarga , ia tidak hanya memandang penderita
sebagai indivu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti
secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarga.2
Menurut American Board family practice Dokter keluarga merupakan dokter yang memiliki
tanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama serta pelayanan
kesehatan yang menyeluruh yang dibutuhkan oleh semua anggota yang terdapat dalam satu
keluarga, dan apabila berhadapan dengan suatu masalah kesehatan khusus yang tidak mampu
ditanggulangi , meminta bantuan konsultasi dari dokter ahli yang sesuai.
Sedangkan Praktek dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang
memusatkan pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit pada mana tanggung jawab dokter
terhadap pelayanan kesehatan tidak di batasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien,
juga tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit. Dokter keluarga mempunyai peranan yang unik
dan terpadu dalam menyelenggarakan peantalaksanaan pasien , penyelesaian masalah ,
pelayanan konseling serta dapat bertidank sebagai dokter pribadi yang mengkoordinasikan
seluruh pelayanan kesehatan.
Prinsip dasar pelayanan Dokter Keluarga(DK):
1. Memberikan pelayanan secara komprehensif
Memberikan pelayanan secara komprehensif atau dengan kata lain adalah pelayanan
yang paripurna.DK menggunakan segenap kemampuan ilmunya, serta sarana dan
prasarana medis yang tersedia untuk sebesar-besarnya kepentingan pasien. Dokter
16. 16 | P a g e
keluarga bukan hanya menyembuhkan pasien dari sakitnya, tetapi juga
menyehatkannya serta menjadi mitra, konsultan, atau penasihat di kala sakit dan sehat.
Jika masalahnya dinilai memerlukan pendapat atau penanganan spesialistis, DK akan
mengkonsultasikan atau bahkan merujuk pasien ke dokter spesialis yang tepat.
2. Memberikan pelayanan secara bersinambung(kontinu).
Pelayanan yang kontinu berarti pasien harus dipantau secara terus menerus, boleh
dikatakan mulai dari konsepsi (pembuahan/dalam rahim) sampai mati dan tentu saja
selama sakit sampai sembuh dan sehat kembali. Wujud kontinuitas pelayanannya itu
berupa pemantauan bersinambung, antara lain melalui penyelenggaraan rekam medis
yang handal dan kerjasama profesional dengan “naramedik” (medical professionals)
lainnya.
3. Memberikan pelayanan yang koordinatif.
DK akan mengkoordinasikan keperluan pasien dengan DK yang lain, dengan para
spesialis yang diperlukan, dengan paramedik, dengan fasilitas kesehatan yang
diperlukan, dan bahkan dengan keluarganya. Koordinasi ini pun merupakan salah satu
bentuk kesinambungan pelayanannya. Dengan koordinasi yang baik dapat dihindari
tumpang-tindih penggunaan obat, duplikasi pemeriksaan penunjang, atau perbedaan
pendapat mengenai manajemen pasien.
4. Memberikan pelayanan yang kolaboratif.
Kerjasama dengan para spesialis yang dikoordinasikan oleh DK ini akan menjadikan
kolaborasi saintifik yang handal untuk meningkatkan kepercayaan pasien kepada
pelayanan medis yang disediakan. Dengan demikian terjadi saling kontrol sehingga
efektivitas pengobatan dan efisiensi biaya dapat terwujud.
5. Mengutamakan pencegahan.
Pencegahan di sini berarti luas; DK harus melakukan upaya peningkatan kesehatan
misalnya melalui ceramah kesehatan. Selain itu DK juga akan melakukan upaya
pencegahan penyakit melalui vaksinasiJika pasien datang dalam keadaan sakit, DK harus
dapat membuat diagnosis dini dan memberikan pengobatan yang cepat dan tepat agar
penyakit tidak semakin parah. Jika penyakit sudah parah, DK harus segera bertindak
17. 17 | P a g e
cepat misalnya dengan segera merujuk ke fasilitas pelayanan yang lebih tinggi dengan
persiapan yang memadai, agar jangan sampai terjadi cacat permanen. Seandainya
diperkirakan akan terjadi cacat, DK harus berusaha agar jangan sampai kecacatan itu
menjadi penghalang besar bagi pasien nantinya. Di sini juga dituntut partisipasi DK
untuk membantu upaya rehabilitasi bagi pasien penyandang cacat, baik secara fisik,
psikologik, maupun sosial, agar keterbatasannya dapat dimanfaatkan seoptimal
mungkin.
6. Mempertimbangkan keluarganya.
Sekalipun unit terkecil pasiennya adalah individu, artinya pekerjaan DK berawal dari
keluhan individu setiap pasien, DK tidak pernah mengabaikan bahwa pasien adalah
bagian dari keluarganya. Saling-aruh (interaksi) antara pasien dan keluarganya
merupakan salah satu fokus perhatian DK.
7. Evidence Based Medicine
Penerapan pendekatan dan metode pembelajaran dalam proses pembelajaran
berdasarkan bukti-bukti ilmiah terbaik yang ada. Merupakan keterpaduan antara bukti-
bukti ilmiah yang berasal dari studi yang terpercaya (best research evidence); dengan
keahlian klinis (clinical expertise) dan nilai-nilai yang ada pada masyarakat (patient
values). Suatu sistem atau cara untuk menyaring semua data dan informasi dalam
bidang kesehatan. Sehingga seorang dokter hanya memperoleh informasi yang sahih
dan mutakhir untuk mengobati pasiennya.
Dokter Bintang Lima adalah Profil Dokter Standar Dunia yang meliputi:
1. Health care provider (penyedia layanan kesehatan) yaitu kemampuan dokter
sebagai tenaga medis, memberikan tindakan terhadap keluhan-keluhan
pasiennya. Tindakan kesehatan yang dilakukan dapat berupa kuratif, preventif,
promotif dan rehabilitatif.
18. 18 | P a g e
2. Decision maker (pembuat keputusan), salah satu peran seorang dokter yaitu
memberikan keputusan terhadap suatu permasalahan, yang sudah ditimbang dari
sudut pandang medis dari ilmu yang dikuasainya.
3. Community leader (pemimpin komunitas), didalam lingkungan bermasyarakat,
seorang dokter harus dapat mengayomi masyarakat untuk dapat hidup sehat,
dapat menjadi contoh bagi komunitas disekelilingnya
4. Manager (manajer), adakalanya seorang dokter akan menjadi pemimpin dari
sebuah lembaga kesehatan (puskesmas, DinKes atau Rumah Sakit), untuk itu,
kemampuan mengelola sistem, staf, dan berkolaborasi dengan struktur lembaga
merupakan sesuatu yang perlu dimiliki oleh setiap dokter.
5. Communicator (penyampai), memutuskan untuk menjadi seorang dokter, berarti
memutuskan untuk menjadi pekerja sosial, yang berhubungan dengan manusia.
Di masyarakat, dokter merupakan sosok panutan, lantaran karena ilmunya yang
luas dan kepeduliannya terhadap hidup sesama. Untuk itu, keterampilan
berkomunikasi, menyampaikan sesuatu dengan baik merupakan softskill yang
harus dimiliki setiap dokter
Oleh itu,pendekatan kedokteran keluarga bagi pasien diare dan keluarganya perlu dilaksanakan
bagi mengingatkan pengobatan untuk penyakit diare akut pada balita sangat bergantung pada
faktor kebersihan keluarga dan lingkungan. Untuk itu, telah diadakan program family folder.
Tujuannya adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan berdasarkan pendekatan kedokteran keluarga.2
Pada prinsipnya, pelayanan dokter keluarga mencakup 4 hal yakni :
Tindakan Promotif
Tindakan Preventif
Tindakan Kuratif
Tindakan Rehabilitatif
19. 19 | P a g e
Pada kasus Diare Akut pada Anak Balita, kita akan membahas bagaimana pendekatan dokter
keluarga pada pasien anak ini.
PROMOTIF
Promotif merupakan suatu tindakan yang lebih memberikan informasi - informasi sebagai
edukasi mengenai kesehatan, termasuk masalah penyakit, sehingga keluarga mengetahui
bahaya-
bahaya dari suatu penyakit dan bagaimana cara menghindari dan mengatasinyatermasuk
tindakan preventifnya yang bertujuan untuk meningkatkan taraf kesehatan anggota keluarga.
Tindakan promotif yang dapat dilakukan adalah berupa Penyuluhan mengenai PHBS (perilaku
hidup bersih dan sehat ) dan diare :
- Perorangan :
o adanya penyuluhan perorangan kepada setiap penderita diare yang
berobat di BPU puskesmas secara wawancara
o kepada ibu-ibu pengunjung Posyandu
o kepada penderita/keluarganya di puskesmas
o kunjungan rumah oleh kader/petugas puskesmas
- Kelompok :
o adanya penyuluhan kepada masyarakat dan ibu-ibu di Posyandu berupa
ceramah mengenai PHBS dan diare
- Penyuluhan melalui media massa
o TV, radio, dll (oleh Dinas Kesehatan Tk.II, I, dan pusat)
20. 20 | P a g e
Penyuluhan kepada perorangan dan kelompok masyarakat diarahkan pada
penyuluhan hygiene perorangan dan kesehatan lingkungan.:5
- Tentang gejala diare dan pengobatannya.
- Pengguanaan oralit dan cairan rumah tangga misalnya larutan gula garam, air
tajin, dan kuah sayur.
- Meneruskan makanan / ASI selama dan sesudah diare
Menggerakan masyarakat untuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat penting terutama
sebelum musim penularan (musim kemarau) yang pelaksanaannya dikoordinasikan
oleh kepala wilayah setempat. Di Puskesmas kegiatan ini seyogyanya diintegrasikan
dalam program sanitasi Lingkungan.2
PREVENTIF
Tindakan preventif merupakan tindakan atau program yang dilakukan untuk mencegah
agar tidak terjadi penyakit. Berbagai tindakan preventif yang bisa dilakukan supaya tidak
terjadinya penyakit Diare adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan ASI
Feachem dan koblinsky (1983) telah mengumoulkan data penelitian dari 14 negara
mengenai dampak pemberian ASI terhadap morbiditas dan mortalitas dan menyimpulkan
bahwa peningkatan penggunaan ASI akan menurunkan morbiditas sebesar 6-20 % dan
mortalitas 24 – 27 % selama 6 bulan pertama kehidupan. Untuk bayi dan anak balita
penurunan morbiditas sebesar 1-4 % dan mortalitas 8 – 9 %.
2. Perbaikan pola penyapihan
Hal ini disebabkan karena (1) tercemarnya makanan dan minuman oleh bakteri, (2)
rendahnya kadar kalori dan protein, (3) tidak tepatnya pemberian makanan, (4) kurang
sabarnya ibu memberikan makanan secara sedikit-sedikit tetapi sering.
3. Imunisasi campak
21. 21 | P a g e
Program imunisasi campak mencakup 60 % bayi berumur 9 – 11 bulan, dengan efektivitas
sebesar 85 %, dapat menurun morbiditas diare sebesar 1,8 % dan mortalitas diare sebesar
13 % pada bayi dan anaki balita.
4. Perbaikan higiene perorangan
Amerika serikat menunjukan bahwa kebiasaan mencuci sebelum makan, dan sebelum
masak dan setelah buang air kecil atau buang air besar dapat menurunkan morbiditas diare
sebesar 14 – 48% .
KURATIF
Tindakan kuratif adalah mengobati suatu penyakit dan komplikasi.5
Pengobatan untuk kasus Diare Akut pada Balita ada terdapat lima lintas tatalaksana, yaitu :
1. Rehidrasi
2. Dukungan nutrisi
3. Suplementasi Zinc
4. Antibiotik selektif
5. Edukasi orang tua
A. REHIDRASI
1) Rencana Terapi A : Diare Tanpa Dehidrasi
Terapi dilakukan di rumah. Menerangkan 4 cara terapi diare di rumah :
a) Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi
b) Berikan tablet Zinc. Dosis yang digunakan untuk anak-anak :
• Anak dibawah usia 6 bulan : 10 mg (½ tablet) per hari
• Anak diatas usia 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, walaupun anak sudah sembuh.
Cara pemberian tablet zinc pada bayi, dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau
oralit. Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan
dalam air matang atau oralit.
22. 22 | P a g e
c) Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi.
• Teruskan ASI / berikan susu PASI
• Bila anak 6 bulan / lebih, atau telah mendapatkan makanan padat :
- Berikan bubur, bila mungkin campur dengan kacang-kacangan, sayur, daging
/ ikan. Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur sop tiap porsi
- Berikan sari buah / pisang halus untuk menambah kalium
- Berikan makanan segar, masak dan haluskan / tumbuk dengan baik
- Bujuklah anak untuk makan
- Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan berikan makanan
tambahan setiap hari selama 2 minggu
d) Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau
menderita sebagai berikut :
Buang air besar cair lebih sering
Muntah terus menerus
Rasa haus yang nyata
Makan atau minum sedikit
Demam
Tinja berdarah
Anak harus diberi oralit dirumah apabila :
• Setelah mendapat Rencana Terapi B atau C
• Tidak dapat kembali ke petugas kesehatan bila diare memburuk
• Memberikan oralit kepada semua anak dengan diare yang datang ke petugas kesehatan
merupakan kebijakan pemerintah.
Berikan oralit formula baru sesuai ketentuan yang benar.
Formula oralit baru yang berasal dari WHO dengan komposisi sbb :
Natrium : 75 mmol/L
Klorida : 65 mmol/L
Glukosa, anhidrous : 75 mmol/L
23. 23 | P a g e
Kalium : 20 mmol/L
Sitrat : 10 mmol/L
Total Osmolaritas : 245 mmol/L
Ketentuan pemberian oralit formula baru :
• Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru.
• Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 L air matang, untuk persediaan 24 jam.
• Berikan larutan oralit pada anak setiap kali BAB, dengan ketentuan sebagai berikut :
- Untuk anak usia < 2 tahun : berikan 50-100 mL tiap kali buang air.
- Untuk anak usia > 2 tahun : berikan 100-200 mL tiap kali buang air.
• Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan itu harus
dibuang.
2) Rencana Terapi B : Diare Dengan Dehidrasi Tidak Berat
Pada dehidrasi tidak berat, cairan rehidrasi oral diberikan dengan pemantauan yang
dilakukan di Pojok Upaya Rehidrasi Oral selama 4-6 jam. Ukur jumlah rehidrasi oral yang
akan diberikan selama 4 jam pertama.
Usia < 4 bln 4 – 11 bln 12 – 23 bln 2 - 4 thn 5 – 14 thn ≥ 15 thn
BB < 5 kg 5 – 7,9 kg 8 – 10,9 kg 11 – 15,9 kg 16 – 29,9 kg ≥ 30 kg
Jmlh
200 – 400
ml
400 – 600
ml
600 – 800
ml
800 – 1200
ml
1200 – 2200
ml
2200 –
4000 ml
Jika anak minta minum lagi, berikan.
a. Tunjukkan kepada orang tua bagaimana cara memberikan rehidrasi oral
o Berikan minum sedikit demi sedikit.
o Jika anak muntah, tunggu 10 menit lalu lanjutkan kembali rehidrasi oral perlahan.
24. 24 | P a g e
o Lanjutkan ASI kapanpun anak minta.
b. Setelah 4 jam :
o Nilai ulang derajat dehidrasi anak.
o Tentukan tatalaksana yang tepat unuk melanjutkan terapi.
o Mulai beri makan anak di klinik.
c. Bila ibu harus pulang sebelum rencana terapi B :
o Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam 3 jam dirumah.
o Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam Rencana
Terapi A.
o Jelaskan 4 cara dalam Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah
- Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya.
- Beri tablet zinc.
- Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi.
- Kapan anak harus dibawa kembali ke petugas kesehatan.
25. 25 | P a g e
3) Rencana Terapi C : Diare Dengan Dehidrasi Berat
Ikuti arah anak panah berikut sesuai keadaan pasien :
- Kirimpenderita untuk terapi intravena.
- Bila penderita bisa minum,sediakan oralitdan
tunjukkan cara memberikannya selama perjalanan.
- Mulai rehidrasi mulutdengan oralitmelalui pipa
nasogastrik atasmulut. Berikan 20 mL/kgBB/jam
selama 6 jam(total 120 mL/kgBB).
- Nilailah penderita tiap 1-2 jam:
Bila muntah / perut kembung, berikan cairan
perlahan.
Bila rehidrasi tidak tercapai selama 3 jam,rujuk
penderita untuk terapi IV.
- Setelah 6 jam, nilai kembali penderita dan pilih
rencana terapi yang sesuai.
Apakah ada terapi IV
terdekat
(dalam 30 menit) ?
Apakah saudara dapat
menggunakan pipa
nasogastrik untuk
rehidrasi ?
Ya
Tidak
Tidak
Segera rujuk anak
untuk rehidrasi
melalui NGT atau IV
Apakah saudara dapat
menggunakan
cairan IV segera?
- Mulai beri cairan IVsegera. Bila penderita bisa
minum, berikan oralit,sewaktu cairan IVdimulai.
Berikan 100 mL/kgBB cairan RL(atau NS, atau
Ringer Asetat) sebagai berikut:
Usia Pemberian 1 Kemudian
30 mL/kgBB 70 mL/kgBB
By < 1 thn : 1 jam 5 jam
Anak 1-5 thn : 30 menit 2 ½ jam
- Ulangi bila denyutnadi lemah atau tidak teraba.
- Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi
belum tercapai,percepat tetesan IV.
- Juga berikan oralit(5 mg/kgBB/jam) bila penderita
masih bisa minum,biasanyasetelah 3-4 jam(bayi)
atau 1-2 jam(anak).
- Setelah 6 jam(bayi) atau 3 jam(anak), nilai ulang
penderita menggunakan tabel penilaian. Lalu
pilihlah rencanaterapi yangsesuai (A,B, atau C)
untuk melanjutkan terapi.
Ya
Tidak
Catatan :
• Bila mungkin, amati penderita sedikitnya 6 jam setelah
rehidrasi untuk memastikan bahwa ibu dapat mengembalikan
cairan yang hilang dengan memberi oralit.
• Bila usia > 2 thn, pikirkan kemungkinan kolera dan berikan
antibiotik yang tepat secara oral setelah anak sadar.
26. 26 | P a g e
B. DUKUNGAN NUTRISI4
Makanan tetap diteruskan sesuai usia anak dengan menu yang sama pada aktu anak sehat
sebagai pengganti nutrisi yang hilang, serta mencegah tidak terjadi gizi buruk. ASI tetap
diberikan pada diare cair akut (maupun pada diare akut berdarah) dan diberikan dengan
frekuensi lebih sering dari biasanya.
C. SUPLEMENTASI ZINC
Pemakaian zinc sebagai obat pada diare didasarkan pada alasa ilmiah bahwa zinc
mempunyai efek pada fungsi kekebalan saluran cerna dan berpengaruh pada fungsi dan
struktur saluran cerna serta mempercepat proses penyembuhan epiel selama diare.
Kekurangan zinc ternyata sudah pandemik pada anak anak di negara sedang berkembang.
Zinc telah diketahui berperan dalam metallo-enzymes, polyribosomes, membran sel, fungsi
sel, dimana hal ini akan memacu pertumbuhan sel dan meningkatkan fungsi sel dalam
sistem kekebalan. Perlu diketahui juga bahwa selama diare berlangsung zinc hilang
bersama diare sehingga hal ini bisa memacu kekurangan zinc ditubuh.
Bukti bukti yang telah disebar luaskan dari hasil penelitian bahwa zinc bisa
mengurangi lama diare sampai 20% dan juga bisa mengurangai angka kekambuhan sampai
20%. Bukti lain mengatakan dengan pemakaian zinc bisa mengurangi jumlah tinja sampai
18-59%. Dari bukti-bukti juga dikatakan tidak ada efek samping pada penggunaan zinc, jika
ada ditemukan hanya gejala muntah.
Pada penelitian selanjutkan didapatkan bahwa zinc bisa digunakan sebagai obat
pada diare akut, diare persisten, sebagai pencegahan diare akut dan persisten serta diare
berdarah. Dalam penelitian biaya untuk diare dengan menggunakan zinc dikatakan zinc
bisa menekan biaya untuk diare. Pemberian zinc untuk pengobatan diare bisa menekan
penggunaan antibiotik yang tidak rasional.
Efek zinc antara lain sebagai berikut :
• Zinc merupakan kofaktor enzim superoxide dismutase (SOD). SOD akan merubah anion
superoksida (merupakan radikal bebas hasil sampingan dari proses sintesis ATP yang
sangat kuat dan dapat merusak semua struktur dalam sel) menjadi H2O2, yang
27. 27 | P a g e
selanjutnya diubah menjadi H2O dan O2 oleh enzim katalase. Jadi SOD sangat berperan
dalam menjaga integritas epitel usus.
• Zinc berperan sebagai anti-oksidan, ‘berkompetisi’ dengan tembaga (Cu) dan besi (Fe)
yang dapat menimbulkan radikal bebas.
• Zinc menghambat sintesis Nitric Oxide (NO). Dengan pemberian zinc, diharapkan NO
tidak disintesis secara berlebihan sehingga tidak terjadi kerusaan jaringan dan tidak
terjadi hipersekresi.
• Zinc berperan dalam penguatan sistem imun.
• Zinc berperan dalam menjaga keutuhan epitel usus, berperan sebagai kofaktor berbagai
faktor transkripsi sehingga transkripsi dalam sel usus dapat terjaga.
D. ANTIBIOTIK SELEKTIF
Antibiotik tidak diberikan pada kasus diare cair akut, kecuali dengan indikasi yaitu pada
diare berdarah dan kolera.
E. EDUKASI ORANG TUA
Nasihat pada ibu atau pengasuh untuk kembali segera jika ada demam, tinja berdarah,
muntah berulang, makan / minum sedikit, sangat haus, diare semakin sering, atau belum
membaik dalam tiga hari. Indikasi rawat inap pada penderita diare akut berdarah adalah
malnutrisi, usia kurang dari satu tahun, menderita campak pada 6 bulan terakhir, adanya
dehidrasi dan disentri yang datang sudah dengan komplikasi.3,4
REHABILITATIF
Tindakan rehabilitatif adalah program untuk meminimalisasi dampak suatu penyakit.
Padakasusdapat dikatakan tindakan rehabilitatif yang penting adalah untuk
mencegahkomplikasi dari penyakit diare akut yakni terjadinya dehidrasi, tindakan yang dapat
diberikan adalah :
☻ Kontrol Keadaan pasien secara berkala terutama untuk balita
28. 28 | P a g e
☻ Meningkatkan konsumsi nutrisi pada anak untuk memulihakn kembali fungsi-fungsi
tubuh yang terganggu akibat diare
☻ Memberikan makanan kepada balita sedikit-sedikit tetapi frekuensi sering.
☻ Pemulihan sanitasi lingkungan
☻ Tersedianya air yang bersih tanpa tercemar dengan limbah
PROGNOSIS
Secara umum prognosis untuk diare akut bergantung pada penyakit penyerta/komplikasi yang
terjadi. Jika diarenya segera di tangani sesuai dengan kondisi umum pasien maka kemungkinan
pasien dapat sembuh. Yang paling penting adalah mencegah terjadinya dehidrasi dan syok
karna dapat berakibat fatal. jika terdapat penyakit penyerta yang memberatkan keadaan pasien
maka perlu di lakukan pengobatan terhadap penyakitnya selain penanganan terhadap diare.
RESUME
Pasien Marsyah, 15 bulan, datang ke Puskesmas Grogol I dengan Keluhan buang air besar
dengan frekuensi sering dan konsistensi encer yang sudah berlangsung selama 3 hari. Dari
anamnesis diketahui bahwa pasien sudah menjalani imunisasi lengkap, tetapi terlihat tingkat
pengetahuan ibu yang kurang mengenai penyakit diare, disertai lingkungan yang tercemar oleh
aliran kali disekitar rumah. Pada pemeriksaan fisik normal, didapatkan suhu tubuh anak 38OC,
BB 10 kg, anak tampak rewel tetapi tidak tampak dehidrasi. Pada pemeriksaan kunjungan
kedokteran keluarga, didapatkan lingkungan yang padat dengan perumahan penduduk dan
sanitasi yang kurang sehat.
29. 29 | P a g e
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil Kunjungan yang dilakukan di Puskesmas Grogol I, Kelurahan Grogol, Kecamatan
Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada tanggal 15 Juli 2011, maka dapat disimpulkan bahwa
diare masih menjadi masalah yang sering terjadi di Indonesia ini. Maka dari itu harus cepat
ditanggulangi agar tidak terjadinya KLB maupun wabah. Etiologi diare banyak yaitu bisa dari
virus, bakteri, protozoa, cacing, dll.1,3-5
Oleh karena penyakit diare ini masih banyak terjadi terutama mengenai usia balita, maka kita
sebagai seorang dokter, kita harus menjelaskan dengan baik kepada Ibu-Ibu yang mempunyai
balita mengenai apa itu penyakit diare, penyebab yang dapat menimbulkan terjadinya diare,
pengobatan baik secara farmakologi dan non-farmakologi, dan akibat yang terjadi pada
penderita diare akut pada anak. Sebagai seorang dokter keluarga, kita melihat pasien sebagai
bagian dari unit keluarga. Dokter keluarga harus menggunakan prinsip-prinsip pelayanan dokter
keluarga diantaranya Promotif, Preventif, Kuratif, Rehabilitatif.2
1.2. Saran
1. Diperlukan pendekatan kedokteran keluarga yang serupa dengan cakupan yang lebih luas
meliputi daerah pedesaan mengingat sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di daerah
itu.
2. Perlunya pembuatan poster atau leaflet oleh pemerintah tentang diare dan pengobatan
pertama pada balita yang terserang diare.
30. 30 | P a g e
3. Perlunya program penyuluhan kesehatan masyarakat di puskesmas maupun di posyandu
untuk memperbaiki perilaku tentang diare, terutama kelompok ibu yang berperilaku
kurang, berpendidikan rendah dan mempunyai jumlah anak yang banyak.
4. Perlunya dilakukan pelatihan mengenai diare terhadap kader-kader posyandu agar dapat
memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu, maupun memberikan motivasi agar perilaku ibu-
ibu dapat berubah.
5. Perlunya peran serta ibu-ibu dalam mencari informasi atau berperan aktif di masyarakat
agar dapat mengasuh balitanya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid III.
Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta : Bakti Husada; 1991.h.G-62 – 5
2. Aswar, Asrul. Pengantar administrasi Kesehatan. Ed III. Keterampilan dokter keluarga.FK
UI : Jakarta ;2008. h 109-19
3. Behram,Kliegman,Arvin. DalamNelsom Ilmu Kesehatan Anak. vol2. ed15. EGC: Jakarta,
2000.hlm 889-93.
4. Tatalaksana penderita diare. Di unduh dari
http://www.ppmplp.depkes.go.id/images_data/Pedoman%20Tata%20Laksana%20Diare
.pdf
5. Widoyono. Diare. .Penyakit tropis,epidemiologi,penularan,pencegahan dan
pemberantasan. Jakarta. Erlangga; 2008