tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
asuhan-keperawatan-anak-juvenile-diabetes.pptx
1. “PATOFISIOLOGI KELAINAN PADA
SISTEM ENDOKRIN DAN
ASUHAN KEPERAWATAN JUVENILE
DIABETES DAN DAMPAKNYA TERHADAP
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
MANUSIA (DALAM KONTEKS
KELUARGA)”
KELOMPOK 3:
Dadang Kuswara
July Heryanti
2. definisi
• Diabetes melitus secara definisi adalah
keadaan hiperglikemia kronik.
Hiperglikemia ini dapat disebabkan oleh
beberapa keadaan, di antaranya adalah
gangguan sekresi hormon insulin,
gangguan aksi/kerja dari hormon insulin
atau gangguan kedua-duanya (Weinzimer
SA, Magge S. 2005).
3. Diabetes Mellitus tipe 1 yang
menyerang anak-anak sering tidak
terdiagnosis oleh dokter karena gejala
awalnya yang tidak begitu jelas dan 4
pada akhirnya sampai pada gejala
lanjut dan traumatis seperti mual,
muntah, nyeri perut, sesak nafas,
bahkan koma. Dengan deteksi dini,
pengobatan dapat dilakukan sesegera
mungkin terhadap penyandang
Diabetes Mellitus sehingga dapat
menurunkan risiko kecacatan dan
kematian (Pulungan, 2010).
6. Tanda dan Gejala
Gejala DM tipe-1 pada anak sama dengan gejala
pada dewasa, yaitu poliuria dan nokturia, polifagia,
polidipsia, dan penurunan berat badan.
Gejala lain yang dapat timbul adalah kesemutan,
lemas, luka yang sukar sembuh, pandangan kabur,
dan gangguan perilaku.
7. Manifestasi
Klinis
Diagnosis diabetes seringkali salah, disebabkan gejala-
gejala awalnya tidak terlalu khas dan mirip dengan
gejala penyakit lain. Di samping kemiripan gejala
dengan penyakit lain, terkadang tenaga medis juga tidak
menyadari kemungkinan penyakit ini karena jarangnya
kejadian DM tipe 1 yang ditemui ataupun belum pernah
menemui kasus DM tipe 1 pada anak.
8. Manifestasi
Klinis
Beberapa gejala yang sering menjadi pitfall dalam diagnosis
DM tipe 1 pada anak di antaranya adalah:
1. Sering kencing: kemungkinan diagnosisnya adalah infeksi saluran
kemih atau terlalu banyak minum (selain DM). Variasi dari keluhan ini
adalah adanya enuresis (mengompol) setelah sebelumnya anak tidak
pernah enuresis lagi.
2. Berat badan turun atau tidak mau naik: kemungkinan diagnosis adalah
asupan nutrisi yang kurang atau adanya penyebab organik lain. Hal ini
disebabkan karena masih tingginya kejadian malnutrisi di negara kita.
Sering pula dianggap sebagai salah satu gejala tuberkulosis pada anak.
9. Manifestasi
Klinis
3. Sesak nafas: kemungkinan diagnosisya adalah bronkopnemonia.
Apabila disertai gejala lemas, kadang juga didiagnosis sebagai malaria.
Padahal gejala sesak nafasnya apabila diamati pola nafasnya adalah tipe
Kusmaull (nafas cepat dan dalam) yang sangat berbeda dengan tipe nafas
pada bronkopnemonia. Nafas Kusmaull adalah tanda dari ketoasidosis.
4. Nyeri perut: seringkali dikira sebagai peritonitis atau apendisitis. Pada
penderita DM tipe 1, nyeri perut ditemui pada keadaan ketoasidosis.
5. Tidak sadar: keadaan ketoasidosis dapat dipikirkan pada kemungkinan
diagnosis seperti malaria serebral, meningitis, ensefalitis, ataupun cedera
kepala (Brink SJ, dkk. 2010).
10. KOMPLIKASI
Komplikasi DM Tipe-1 mencakup komplikasi akut dan
kronik. Pada anak, komplikasi kronik jarang menimbulkan
manifestasi klinis signifikan saat masih dalam pengawasan
dokter anak. Sebaliknya, anak berisiko mengalami
komplikasi akut setiap hari.
Komplikasi akut terdiri atas KAD dan hipoglikemia, Studi
SEARCH menemukan bahwa sekitar 30% anak dengan DM
tipe-1 terdiagnosis saat KAD.
Kriteria KAD mencakup hiperglikemia, asidosis, dan
ketonemia. Gejala KAD antara lain adalah dehidrasi,
takikardi, takipnea dan sesak, napas berbau aseton, mual,
muntah, nyeri perut, pandangan kabur, dan penurunan
kesadaran.
11. Pengaruhnya pada Pertumbuhan Anak
Selain bisa merusak berbagai organ dalam tubuh, diabetes juga
bisa memengaruhi pertumbuhan anak. Berikut ini beberapa
dampak diabetes pada tumbuh kembang anak:
1. Memiliki Tinggi Badan yang Lebih Pendek
2. Pubertas Tertunda
3. Mengganggu Perkembangan Otak
12. Penatalaksanaan
Tatalaksana pasien dengan DM tipe 1
tidak hanya meliputi pengobatan berupa
pemberian insulin. Ada hal-hal lain selain
insulin yang perlu diperhatikan dalam
tatalaksana agar penderita mendapatkan
kualitas hidup yang optimal dalam
jangka pendek maupun jangka panjang
(Rustama DS, dkk. 2010; ISPAD Clinical
Practice Consensus Guidelines. 2009)
13. 1.Insulin 2. Diet
3. Aktifitas
fisik
4. Edukasi
5.Monitoring
Kontrol
Glikemik
5 pilar manajemen DM tipe
1, yaitu:
14. Insulin
• Jenis Insulin
• Dosis Insulin
• Regimen
• Cara Menyuntik
• Penyesuaian Dosis
Diet
• Prinsip dari terapi nutrisi adalah makan
sehat
Aktivitas
fisik
• Aktivitas fisik penting untuk meningkatkan
sensitivitas insulin dan menurunkan
kebutuhan insulin. Selain itu, aktivitas fisik
dapat meningkatkan kepercayaan diri anak,
mempertahankan berat badan ideal,
meningkatkan kapasitas kerja jantung,
meminimalisasi komplikasi jangka panjang,
dan meningkatkan metabolisme tubuh
15. Edukasi
• Edukasi memiliki peran penting dalam
penangan DM tipe-1 karena didapatkan
bukti kuat berpengaruh baik pada
kontrol glikemik dan keluaran
psikososial. Edukasi dilakukan oleh tim
multidisiplin yang terdiri atas paling
tidak dokter anak endokrinologi atau
dokter umum terlatih, perawat atau
edukator DM, dan ahli nutrisi.
Monitoring
kontrol
glikemik
• Monitoring ini menjadi evaluasi apakah
tatalaksana yang diberikan sudah baik atau
belum. Kontrol glikemik yang baik akan
memperbaiki kualitas hidup pasien,
termasuk mencegah komplikasi baik jangka
pendek maupun jangka panjang
16. Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang
dlakukan pada DM tipe 1 dan 2
umumnya tidak jauh berbeda.
• Glukosadarah
• Aseton plasma (keton)
• Asam lemak bebas
• Osmolaritas serum
• Elektrolit
• Hemoglobin glikosilat
• Gas Darah Arteri
• Trombosit darah
• Ureum / kreatinin
• Amilase darah
• Insulin darah
• Pemeriksaan fungsi tiroid
• Urine
• Kultur dan sensitivitas
18. b. Riwayat Kesehatan
1.Keluhan utama
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit dahulu.
4. Riwayat kesehatan keluarga.
5. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
20. d. Pemeriksaan
Penunjang
• Glukosadarah
• Aseton plasma (keton)
• Asam lemak bebas
• Osmolaritas serum
• Elektrolit
• Hemoglobin glikosilat
• Gas Darah Arteri
• Trombosit darah
• Ureum / kreatinin
• Amilase darah
• Insulin darah
• Pemeriksaan fungsi tiroid
• Urine
• Kultur dan sensitivitas
21. B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan disfungsi
pankreas dalam darah yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah
GDS > 200 mg/dL.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampu dalam mengabsorbsi makanan karena faktor biologi (defisiensi
insulin) ditandai dengan lemas, berat badan pasien menurun walaupun intake
makanan adekuat, mual dan muntah.
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan ditandai dengan diuresis meningkat,
hiperglikemia, diare, muntah, poliuria, evaporasi.
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungn dengan hipoksia perifer
yang ditandai dengan sianosis, akral dingin, CRT > 3 detik.
22. 6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan
energi, perubahan kimia darah, insufisiensi insulin,
hipermetabolik ditandai dengan keletihan, RR
meningkat, sianosis.
7. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori.
8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
neuropati perifer.
9. Resiko infeksi berhubungan pertahanan sekunder tidak
adekuat (penurunan fungsi limfosit).
23. C. INTERVENSI
No. Diagnosa Tujuan &
Kriteria Hasil
Intervensi Rasional
1.
Risiko
ketidaksta
bilan
kadar
glukosa
darah
NOC
Blood
Glucose, Risk
For Unstable
Diabetes Self
Management
Kriteria Hasil :
1. Penerimaan
kondisi kesehatan
2. Kepatuhan
Perilaku : diet
sehat
3. Dapat
mengontrol kadar
glukosa darah
Hyperglikemia management
1. Memantau kadar glukosa darah,
seperti yang ditunjukkan
2. Pantau tanda-tanda dan gejala
hiperglikemia : poliuria, polidipsia,
polifagia, lemah, kelesuan, malaise,
mengaburkan visi, atau sakit kepala.
3. Menyediakan kebersihan mulut, jika
perlu
4. Menginstruksikan keluarga pasien
dan signifikan terhadap pencegahan,
pengenalan manajemen
5. Memberikan cairan IV sesuai
kebutuhan
6. Konsultasikan dengan dokter jika
tanda dan gejala hiperglikemia
1. Untuk mengetahui kadar
glukosa darah pasien.
2. Untuk mengetahui tanda –
tanda dari hiperglikemia
3. Memberikan rasa nyaman
kepada pasien
4. Agar keluarga turut serta
dalam
proses penyembuhan pasien
5. Memenuhi kebutuhan
cairan pasien
6. Untuk segera mendapat
penanganan yang tepat
24. N
o.
Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
2. Ketidaksei
mbangan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
NOC
Status nutrisi:
Nutritional Status :
asupan makanan dan
cairan
Nutritional Status:
asupan nutrisi
Kriteria Hasil :
1. Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
2. Menunjukkan
peningkatan fungsi
pengecapan dan
menelan
1. Kaji adanya alergi
makanan
2. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
3. Bantu pasien untuk
makan
4. Edukasi mengenai
nutrisi pasien dengan diet
yang dijalani
5. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
1. Agar makanan pasien
tidak membahayakan
pasien
2. Untuk memastikan
jumlah kalori yang telah
masuk
3. Membantu pasien
makan dengan mudah
4. Agar pasien
memahami diet yang
dilakukan
5. Agar pasien mendapat
nutrisi yang sesuai
dengan kebutuhannya
25. N
o.
Diagnosa Tujuan & Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
3. Defisit
volume
cairan
NOC:
Keseimbangan cairan
Hydration
Status nutrisi:
makanan dan cairan
Kriteria hasil:
1. Tekan darah ≤ 120/80
mmHg, nadi 70 – 120
x/mnt, suhu tubuh ≤
37,5℃
2. Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi, elastisitas
turgor kulit baik,
membrane mukosa
lembab tidak ada rasa
haus yang berlebihan
1. Monitor status hidrasi (
kelembapan membrane
mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik)
2. Bantu pasien untuk
memenuhi cairan tubuhnya
seperti minum.
3. Edukasi pasien &
keluarga mengenai
kebutuhan minum yang
harus dipenuhi
4. Kolabrorasi pemberian
cairan IV
5. Kolaborasi dokter
jikatanda cairan berlebih
muncul memburuk
1. Untuk mengetahui
tanda – tanda dari
kekurangan cairan dan
dapat dengan segera
menerima penanganan
2. Agar pasien dan
keluarga paham dan
mampu melakukannya
secara mandiri
3. Untuk memenuhi
kebutuhan cairan dari
pasien
26. No
.
Diagnos
a
Tujuan & Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
4. Ketidake
fektifan
perfusi
jaringan
perifer
NOC
status sirkulasi
Kriteria Hasil :
1. Tekanan systole dan
diastole dalam rentang
yang diharapkan ≤
120/80mmHg
2. Tidak ada tanda tanda
peningkatan tekanan
intrakranial (tidak lebih
dari 15 mmHg)
3. CRT ≤ 3dtk
4. Tidak terdapat
sianosis
Peripheral Sensation
Management
(Manajemen sensasi
perifer
1. Monitor adanya daerah
tertentu yang hanya peka
terhadap rangsangan
2. Gunakan sarung tangan
untuk proteksi
3. Periksa CRT
4. Edukasi pasien mengenai
latihan aktivitas ringan
5. Kolaborasi pemberian
analgetik
1. Untuk memantau
adanya perubahan status
kesehatan pada pasien
2. Mencegah infeksi
silang
3. Mengetahui CRT
pasien
4. Agar pasien mampu
melakukan aktivitas
ringan
27. No
.
Diagnos
a
Tujuan & Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
5. Intoleran
si
aktivitas
NOC
konservasi energi
Toleransi Aktivitas
Perawatan diri: ADLs
Kriteria Hasil :
1. Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan
RR
2. Tanda-tanda vital
normal, TD ≤ 120/80
mmHg, nadi 70 – 120
x/mnt, suhu tubuh ≤
37,5℃
1. Pantau tanda – tanda vital
sebelum maupun sesudah
beraktivitas
2. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
3. Ajarkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
beraktivitas
4. Kolaborasikan dengan
tenaga rehabilitasi medik
dalam merencanakan
program terapi yang tepat
1. Untuk mengetahui
apakah ada perubahan
TTV sebelum dan
sesudah beraktivitas
2. Membantu pasien
untuk beraktivtas ringan
dengan dibantu keluarga
3. Untuk mengetahui
jenis terapi yang dapat
dilakukan pasien.
28. No
.
Diagnos
a
Tujuan & Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
6. Resiko
cedera
NOC
· Risk Kontrol
Kriteria Hasil :
1. Klien mampu
menjelaskan
cara/metode untuk
mencegah
injury/cedera
2. Klien mampu
menjelaskan faktor
resiko dari
lingkungan/perilaku
personal
3. Mampu mengenali
perubahan status
kesehatan
1. Identifikasi kebutuhan
keamanan pasien, sesuai
dengan kondisi fisik dan
fungsi kognitif pasien
dan riwayat penyakit
terdahulu pasien
2. Memasang side rail
tempat tidur
3. Memberi edukasi
kepada keluarga
mengenai hal – hal yang
dapat membahayakan
pasien dan cara
pencegahannya
1. Untuk mencegah
pasien cedera
2. Untuk mencegah
pasien jatuh dari atas
tempat tidur
3. Agar keluarga
membantu mencegah
cedera pada pasien
29. No
.
Diagnos
a
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
7. Kerusak
an
integritas
kulit
NOC
· Integritas Jaringan: kulit and
Membran mukosa
· Hemodyalis akses
Kriteria Hasil :
1. Integritas kulit yang baik
bisa dipertahankan (sensasi,
elastisitas, temperatur, hidrasi,
pigmentasi
2. Menunjukkan pemahaman
dalam proses perbaikan kulit
dan mencegah terjadinya
cedera berulang
3. Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
NIC
Pressure
Management
1. Monitor kulit akan
adanya kemerahan
2. Oleskan lotion atau
minyak/baby oil pada
daerah yang tertekan
3. Memandikan
pasien dengan sabun
dan air hangat
4. Mobilisasi pasien
(ubah
5. Ajarkan keluarga
cara memobilisasi
pasien
1. Untuk mencegah
timbulnya luka baru, dan
memantau tanda – tanda
infeksi
2. Menjaga kelembaban
kulit
3. Mempertahankan
kebersihan pasien dan
membuat pasien lebih
nyaman
4. Mencegah terjadinya
luka tekan
5. Agar keluarga dapat
dengan mandiri
membantu pasien
30. No. Diagnosa Tujuan & Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
8. Resiko
infeksi
NOC
Status imun
Pengetahuan :
Pengendalian
infeksi
Pengendalian
risiko
Kriteria Hasil:
1. Klien bebas dari
tanda dan gejala
infeksi, tidak ada
kalor, dolor, rubor,
tumor dan fungsi
leusa
2. Menunjukkan
kemampuan untuk
NIC
Infection Control (Kontrol infeksi)
1. Observasi ttv
2. Bersihkan lingkungan setelah dipakai
pasien lain
3. Batasi pengunjung bila perlu
4. Instruksikan pada pengunjung untuk
mencuci tangan saat berkunjung dan
setelah berkunjung meninggalkan pasien
5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
tangan
6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
7. Ajarkan pasien dan keluarga mencuci
tangan dengan benar
1. Mengetahui
tanda – tanda
infeksi
2. Mencegah
infeksi
3. Mencegah
infeksi silang
antara
pengunjung
dengan pasien
31. KESIMPULAN
Diabetes mellitus (DM) tipe-1 adalah DM akibat
insulin tidak cukup diproduksi oleh sel beta
pankreas, sehingga terjadi hiperglikemia (WHO,
2017).
Tipe -1 ini ditandai dengan berkurangnya sel
beta pankreas yang diperantarai oleh imun atau
antibodi, sehinga sepanjang hidup penderita ini
tergantung pada insulin eksogen (Chiang JL,
2014).
Gejala DM tipe-1 pada anak sama dengan gejala
pada dewasa, yaitu poliuria dan nokturia,
polifagia, polidipsia, dan penurunan berat badan.
Gejala lain yang dapat timbul adalah kesemutan,
lemas, luka yang sukar sembuh, pandangan
kabur, dan gangguan perilaku.
32. Pengkajian yang dilakukan pada anak
dengan penyakit diabetes juvenile adalah
identitas klien, riwayat keperawatan,
keluhan utama, riwayat kesehatan masa
lalu, riwayat penyakit yang diderita,
riwayat psikososial keluarga, kebutuhan
dasar, pemerikasaan fisik.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada
kasus ini yaitu resiko ketidakseimbangan
kadar glukosa darah, ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, defisit
volume cairan, ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer, intoleransi aktivitas, resiko
cedera, kerusakan integritas kulit, dan
resiko infeksi.